berikut ini adalah versi html dari file

33
Berikut ini adalah versi HTML dari file http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32327/4/C hapter%20II.pdf . Google membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. Page 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Instalasi Gawat Darurat ( IGD) Rumah Sakit Instalasi Gawat Darurat ( IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respons time) (Depkes RI, 2006) Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh : a) k . ecepatan ditemukan penderita, b) kecepatan meminta pertolongan, dan c) kecepatan dalam kualitas pertolongan yang diberikan untuk menyelamatkannya. Penyebab kematian penderita gawat darurat yaitu 50% meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit dan pada pasien trauma (35 % meninggal

Upload: suryaningsihkesdam

Post on 12-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

Berikut ini adalah versi HTML dari file http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32327/4/Chapter%20II.pdf.G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

Page 1

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah SakitInstalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugasmenyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara sertapelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis.Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanansegera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salahsatu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respons time) (Depkes RI,2006)Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematiandan cacat ditentukan oleh : a) k.ecepatan ditemukan penderita, b) kecepatan memintapertolongan, dan c) kecepatan dalam kualitas pertolongan yang diberikan untukmenyelamatkannya. Penyebab kematian penderita gawat darurat yaitu 50%meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit dan pada pasien trauma (35 % meninggaldalam 1- 2 jam setelah trauma, disebabkan oleh : trauma kepala berat (hematomasubdural atau ekstradural), trauma toraks (hematoma toraks atau lascriasis hati),fraktur femur atau pelvis dengan perdarahan massif, 15% meninggal setelah beberapahari atau minggu karena mati otak, gagal organ atau multi organ), 50% meninggal

Page 2: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

pada saat kejadian atau beberapa menit setelah kejadian (Pusponegoro, 2005).Universitas Sumatera Utara

Page 2

2.1.1. Prosedur Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah SakitProsedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akanditerima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap, rawat jalan(poliklinik) maupun di IGD untuk yang penyakit darurat/emergency dalam suatuprosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayananpetugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya,dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab (DitjenYanmed Depkes RI , 2006).Perbedaan masing-masing prosedur dalam pelayanan pasien di rawat inap,rawat jalan, dan IGD, maka dalam tulisan ini hanya membahas prosedur pelayanankhusus untuk Instalasi Gawat Darurat saja dikarenakan pasien yang datang untukberobat di unit ini jumlahnya lebih banyak dan silih berganti setiap hari, serta unitpelayanan ini bersifat penting (emergency) sehingga diwajibkan untuk melayanipasien 24 jam sehari selama 7 hari dalam 1 minggu secara terus menerus (Depkes RI,2006).Menurut Herkutanto (2008), ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlahyang cukup sesuai kebutuhan adalah syarat yang harus dipenuhi oleh IGD. Selaindokter jaga yang siap di IGD, rumah sakit juga harus menyiapkan spesialis lain(bedah, penyakit dalam, anak, dll) untuk memberikan dukungan tindakan medisspesialistis bagi pasien yang memerlukannya.

Page 3: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegasdiatur dalam Pasal 5l Undang-Undang No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, diUniversitas Sumatera Utara

Page 3

mana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasarprikemanusiaan. Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untukmenyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satupersyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankanuntuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.2.1.2. Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)Rumah SakitHal yang perlu dikemukakan dalam lingkup kewenangan personil dalampelayanan gawat darurat adalah pengertian tenaga kesehatan. Pengertian tenagakesehatan diatur dalam Pasal 1 butir 6 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatansebagai berikut: tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalambidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melaluipendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenanganuntuk melakukan upaya kesehatan.Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.36 tahun 2009 tentangKesehatan dapat dilihat dalam Pasal 63 ayat (4) yang menyatakan bahwa pelaksanaanpengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatanhanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dankewenangan untuk itu.Mengacu kepada kondisi pelayanan kegawatdarutan, Depkes RI (2006),

Page 4: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

menyebutkan perawat gawat darurat mempunyai peran dan fungsi: a) fungsiindependen, fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (care), b) fungsiUniversitas Sumatera Utara

Page 4

dependen, fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain,c) fungsi kolaboratif, yaitu melakukan kerjasama saling membantu dalam programkesehatan (perawat sebagai anggota tim kesehatan).Klasifikasi perawat gawat darurat menurut Depkes RI (2006),mengelompokkan berdasarkan fungsinya sebagai berikut: a) fungsi independen,fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (care), b) fungsi dependen, fungsiyang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain, c) fungsi kolaboratif,yaitu melakukan kerjasama saling membantu dalam program kesehatan (perawatsebagai anggota tim kesehatan).Menurut Hamurwono (2002), untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya,maka perawat gawat darurat harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:a. mengenal klasifikasi pasienb. mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru dan otak,kejang, koma, perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pingguldan kasus ortopedic. mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan gawat daruratd. mampu melaksanakan komunikasi eksternal dan internal.2.2. PerawatTenaga keperawatan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yangmenentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini wajarmengingat perawat adalah bagian dari tenaga paramedik yang memberikan perawatanUniversitas Sumatera Utara

Page 5: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

Page 5

kepada pasien secara langsung. Sehingga pelayanan keperawatan yang prima secarapsikologis merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan dikuasai oleh perawat(Kusnanto, 2004).Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia khusus tenagakesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan pada unit pelayanankesehatan. Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagiandari sistem pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan pelayanan, perawat selalumengadakan interaksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan dan lingkungannya dimana pelayanan tersebut dilaksanakan (Potter dan Perry, 2005).2.2.1. Definisi PerawatNursalam (2007), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentukpelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yangdidasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakitmaupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanankeperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosionalkepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia.Universitas Sumatera Utara

Page 6

2.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi PerawatMenurut Kusnanto (2004) fungsi perawat adalah :a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumberyang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan tersebut.b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

Page 6: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan.c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatantermasuk pelayanan pasien dan keadaan terminal.d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.e. Mendokumentasikan proses keperawatan.f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakanstudi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan pengembangan ketrampilan danpraktek keperawatan.g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pasien,keluarga, kelompok serta masyarakat.h. Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanankesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakankegiatan keperawatan.Hadjam (2001), mengemukakan beberapa modal dasar perawat dalammelaksanakan pelayanan prima, antara lain : profesional dalam bidang tugasnya,Universitas Sumatera Utara

Page 7

mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi, memegang teguh etika profesi,mempunyai emosi yang stabil, percaya diri, bersikap wajar, dan berpenampilanmemadai.Perawat sebagai seorang tenaga profesional dalam bidang pelayanan kesehatanyang dihadapinya adalah manusia, sehingga dalam hal ini empati mutlak harusdimiliki oleh seorang perawat. Dengan empati, seorang perawat akan mampumengerti, memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan

Page 7: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

dan apa yang diinginkan pasien (Potter dan Perry.2005).Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima maka seorang perawat haruspeka dalam memahami alur pikiran dan perasaan pasien serta bersedia mendengarkankeluhan pasien tentang penyakitnya. Dengan demikian perawat dapat mengerti bahwaapa yang dikeluhkan merupakan kondisi yang sebenarnya, sehingga respon yangdiberikan terasa tepat dan benar bagi pasien (Potter dan Perry.2005).2.3. KinerjaMenurut Ilyas (2002) kinerja adalah penampilan karya personal baik kuantitasmaupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilanindividu maupun kelompok kerja personal.Menurut Mangkunegara (2005) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerjasecara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakantugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya yang diberikan kepadanya. Kinerjamengandung dua komponen penting yaitu kompetensi berarti individu atau organisasiUniversitas Sumatera Utara

Page 8

memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi tingkat kinerja dan produktivitasnya.Kompetensi tersebut dapat diterjemahkan ke dalam tindakan atau kegiatan-kegiatanyang tepat untuk mencapai hasil kinerja.Menurut Ruky (2001), kinerja adalah kegiatan atau program yang diprakarsaidan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi untuk merencanakan, mengarahkan danmengendalikan prestasi karyawan. Menurut Lembaga Administrasi Negara, kinerjaadalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program,

Page 8: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.2.3.1. Faktor - Faktor yang Memengaruhi KinerjaMenurut Gibson (1996) untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhikinerja personel dilakukan pengkajian terhadap tiga kelompok variabel yaitu :Variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga variabeltersebut memengaruhi perilaku kerja personel yang berkaitan dengan tugas-tugasyang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran dalam organisasi.Menurut Ilyas (2000), untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kinerjapersonal dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tigakelompok variabel yang memengaruhi perilaku kinerja dan kerja yaitu variabelindividu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabeltersebut memengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kerjapersonal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan denganUniversitas Sumatera Utara

Page 9

tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatanatau tugas.2.3.2. Penilaian KinerjaMenurut Rivai (2005), penilaian kinerja merupakan kajian sistematis tentangkondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan denganstandar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan prosesyang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang,meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.Menurut Rivai (2005) pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja :

Page 9: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

1. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Lalu(a) Skala Peringkat (Rating Scale)Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalampenilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaianyang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macamtingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu kata ataupertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah,penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.Universitas Sumatera Utara

Page 10

(c) Metode dengan Pilihan TerarahMetode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangisubjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan iniadalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelahpenilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernyataandeskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.(d) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkaitlangsung dengan pekerjaannya.(e) Metode Catatan PrestasiMetode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatanpenyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para profesional,misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan danaktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally AnchoredRating Scale=BARS)Penggunaan metode ini menuntut diambilnya tiga langkah, yaitu:1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja2) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan perilaku

Page 10: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

karyawan yang dinilai dengan jelas.Universitas Sumatera Utara

Page 11

(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)Di sini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM.Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihalkaryawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yangmenyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur danmekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujianparktik yang langsung diamati oleh penilai.(i) Pendekatan Evaluasi Komparatif (Comparative Evaluation Approach)Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengankaryawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depana. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiridengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatandan kelemahan dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspekperilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerjakaryawan secara individu di waktu yang akan datang.Universitas Sumatera Utara

Page 12

c. Penilaian dengan PsikologPenilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikologi,diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.3. Pada organisasi dengan tingkat manajemen majemuk, personel biasanya dinilaioleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian termasuk yang dilakukanoleh penyelia atau atasan langsung kepadanya laporan kerja personel

Page 11: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebagaicontoh, personel bagian pembelian dapat dinilai oleh manajer produksi sebagaisebagai pemakai barang yang dibeli. Hal ini normal terjadi bila interaksi antarapersonel dan unit lain cukup tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan daribagian lain dibatasi, hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu seringmelakukan interaksi. Pada penilaian manajer, biasanya dilakukan oleh beberapaatasan manajer dengan tingkat lebih tinggi yang sering bekerja sama dalamkelompok kerja. Penilaian kerja kelompok akan sangat bernilai jika penilaiandilakukan dengan bebas dan kemudian dilakukan mufakat dengan diskusi. Hasilpenilaian akhir seharusnya tidak dihubungkan dengan kemungkinan adanyaperbedaaan pendapat diantara penilai. Penilaian kelompok dapat menghasilkangambaran total kinerja personel lebih tepat, tetapi kemungkinan terjadi biasdengan kecenderungan penilaian lebih tinggi sehingga menghasilkan penilaianyang merata.Penilaian atasan langsung sangat penting dari seluruh sistem penilaian kinerja.Hal ini disebabkan karena madah untuk memperoleh hasil penilaian atasan danUniversitas Sumatera Utara

Page 13

dapat diterima oleh akal sehat. Para atasan merupakan orang yang tepat untukmengamati dan menilai kinerja bawahannya. Oleh sebab itu, seluruh sistempenilaian umumnya sangat tergantung pada evaluasi yang dilakukan o!eh atasan(Rivai, 2005).

Page 12: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

2.3.3. Kinerja KeperawatanKinerja profesi keperawatan dinilai tidak hanya berdasarkan konsep keilmuanyang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untukmemberikan pelayanan yang prima seorang perawat tidak hanya membutuhkankeahlian medis tetapi harus memiliki empati dan tingkat emosionalitas yang baik(PPNI, 2002).Dengan berkembangnya keperawatan sebagai suatu profesi, diperlukanpenetapan standar praktik keperawatan. Standar praktik sangat penting untuk menjadipedoman objektif di dalam menilai asuhan keperawatan. Apabila sudah ada standar,klien akan yakin bahwa ia mendapatkan asuhan yang bermutu tinggi. Standar praktikjuga sangat penting jika terjadi kesalahan yang terkait dengan hukum (Sitorus, 2006).Penetapan standar ini juga bertujuan untuk mempertahankan mutu pemberianasuhan keperawatan yang tinggi (PPNI, 2002). Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI) sudah menetapkan standar praktek keperawatan yang dikembangkanberdasarkan standar praktik keperawatan yang dikeluarkan oleh American NursingAssociation/ANA (PPNI, 2002). Standar praktik keperawatan adalah :Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.Universitas Sumatera Utara

Page 14

Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan.Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien.Standar IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisirencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.Standar V : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan dalam

Page 13: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

rencana asuhan keperawatan.Standar VI : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasilakhir yang sudah ditetapkan.Standar pelayanan keperawatan yang disebutkan di atas merupakan standarumum yang dilakukan oleh seluruh perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinyasebagai perawat. Khusus dalam pelayanan keperawatan gawat darurat, setiap perawatjuga melakukan kegiatan: pengelolaan peralatan, kerjasama dengan tenaga kesehatanlain, pasien dan keluarga pasien, serta melakukan rujukan pasien (Kusnanto, 2004).Kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Djasamen SaragihPematangsiantar berdasarkan:a. Implementasi asuhan keperawatan kegawatdaruratan (khususnya pelaksanaantahapan ABCD (Airway-Breathing–Circulation–Disability). Kegiatan yangdilakukan perawat dalam tahapan ABCD adalah:- AirwayMenilai jalan nafas dan pernafasan: bila penderita sadar dapat berbicarakalimat panjang. Airway baik, bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebihsulit. Obstruksi jalan nafas merupakan pembunuh tercepat.Universitas Sumatera Utara

Page 15

Pengelolaan jalan nafas:- Penghisapan (suction) – bila ada cairan- Menjaga jalan nafas secara manualBila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakangdengan melekukan : (a) angkat kepala-dagu (head tilt-chin manouvre),prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada kemungkinan patah tulang leher,dan (b) angkat rahang (jaw thrust).- BreathingBila airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perluselalu dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudahadekuat atau belum. Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapatberbicara kalimat panjang : airway baik, breathing terganggu, penderita

Page 14: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

terlihat sesak, sesak nafas dapat terlihat atau mungkin juga tidak.Tindakan yang dilakukan adalah:- Pemberian Oksigen : (a) kanul hidung (nasal canule) dan (b) maskeroksigen (face mask)- Pernafasan Buatan (artificial ventilation), bila diperlukan, pernafasanbuatan dapat diberikan dengan cara mouth to mouth ventilation ( mulut kemulut ). Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18%(konsentrasi udara paru saat ekspirasi).Universitas Sumatera Utara

Page 16

- CirculationKondisi umum dilihat dari: (a) frekuensi denyut jantung normal adalah 60-80/menit, (b) penentuan denyut nadi pada orang dewasa dan anak-anakdenyut nadi diraba pada a.radialis (lengan bawah, dibelakang ibu jari) ataua.karotis, yakni sisi samping dari jakun, (c) henti jantung, dengangejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderitamungkin masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah ituakan berhenti nafas dan pada perabaan nadi tidak ditemukan a.karotis yangberdenyut.- DisabilityBila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luaryang merupakan bagian dari Resusitasi Jantung Paru (RJP). RJP hanyamenghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigentambahan mutlak diperlukan.Langkah-langkah yang harus diambil pada sebelum memulai RJP :(a). Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita)(b). Panggil bantuan bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelummemanggil bantuan(c). Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaantelungkup penderita di balikkan.Universitas Sumatera Utara

Page 17

(d). Periksa pernafasan dengan inspeksi, palpasi dan aiskultasi. Pemeriksanini paling lama 3-5 detik. Bila penderita bernafas penderita tidakmemerlukan RJP(e). Berikan pernafasan buatan 2 kali. Bila pernafasan buatan pertama tidakberhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau mulut lebih dibuka. Bila

Page 15: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena resistensi/tahanan yangkuat), maka airway harus dibersihkan dari obstruksi (heimlichmanouvre, finger sweep)(f). Periksa pulsasi a, karotis (5-10 detik). Bila ada pulsasi, dan penderitabernafas, dapat berhenti. Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafasditeruskan nafas buatan. Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP.Teknik Resusitasi Jantung Paru (Cardiopulmonary Resusitation)dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang, yaitu:(a) Posisi penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras.(b) Posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukanRJP 1 orang, bila penderita dilantai, petugas berlutut seinggi bahu,disisi kanan penderita. Posisi paling ideal sebenernya adalah dengan‘menunggangi’ penderita, namun sering dapat diterima oleh keluargapenderita.(c) Tempat kompresi 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengahsternum. Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak bolehmenyinggung dada penderita.Universitas Sumatera Utara

Page 18

(d) Kompresi dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu,bukan pada siku. Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. cara lain untukmemeriksa pulsasi a, karotis yang seharusnya ada pada setiapkompresi.(e) Perbandingan Kompresi-Ventilasi. Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 15 :2 anak, maupun bayi, perbandingan kompresi-ventilasi adalah 5:1, iniakan menghasilkan kurang lebih 12 kali ventilasi setiap menitnya,pada dewasa dalam satu menit dilakukan 4 siklus.(f) Memeriksa pulsasi dan pernafasan. Tanda-tanda keberhasilan tehnikRJP : Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulityang tadinya berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyutkarotis sudah timbul teratur, maka kompresi dapat di hentikan tetapipernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan.(g) Menghentikan RJP. Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematianbiologis akan tertunda. RJP harus dihentikan tergantung pada :- lamanya kematian klinis- prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung)- penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1jam) sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepadadokter.Universitas Sumatera Utara

Page 16: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

Page 19

(h) Komplikasi RJP- Patah tulang iga, sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetapditeruskan walaupun terasa ada tulang yang patah. Patah tulang igamungkin terjadi bila posisi tangan salah- Perdarahan pada perut, disebabkan karena robekan hati atau limpa(Basoeki dkk, 2008).2.4. Beban Kerja2.4.1. Pengertian Beban KerjaMenurut Munandar (2001), beban kerja adalah suatu kondisi dari pekerjaandengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu tertentu. Bebankerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja berlebih/terlalu sedikit’kuantitatif’, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikitdiberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan bebankerja berlebih/terlalu sedikit ’kualitatif’, yaitu jika orang merasa tidak mampu untukmelakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan ketrampilan dan/atau potensidari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapatmenimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yangmerupakan sumber tambahan dari stres. Everly & Girdano (dalam Munandar, 2001)menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerjaberlebih kuantitatif dan kualitatif.Universitas Sumatera Utara

Page 20

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatujabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan denganwaktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri

Page 17: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

maupun masyarakat di sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasianantara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperolehproduktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan No 36 Tahun 2009).Menurut Irwandy (2007), beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata darimasing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi bebankerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuanfisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguanatau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenagakesehatan, di mana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan untukpelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatanpenunjang.2.4.2. Klasifikasi Beban KerjaMenurut Munandar (2001), mengklasifikasikan beban kerja sebagai berikut :a. Beban berlebih kuantitatifBeban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukankegiatan merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang menimbulkanbeban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapatdiselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat (Munandar, 2001).Universitas Sumatera Utara

Page 21

Dalam konteks pelayanan pasien di IGD, maka semakin banyak pasiendengan kondisi gawat dan darurat yang harus ditangani secara cepat dan cermatmelalui konsep ABCD merupakan gambaran beban kerja berlebih secara kuantitatif.

Page 18: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

Kondisi pasien gawat dan darurat menuntut perawat bekerja secara optimal serta tidakboleh melakukan kesalahan yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan jiwa pasien,hal ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif.b. Beban terlalu sedikit kuantitatifBeban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat memengaruhi kesejahteraanpsikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, di mana banyak terjadipengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerjarutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan,dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakanjika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.c. Beban berlebih kualitatifKemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang selama inidikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesin-mesinatau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada pekerjaan otak.Pekerjaan makin menjadi majemuk sehingga mengakibatkan adanya beban berlebihkualitatif. Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapatdengan mudah berkembang menjadi beban berlebih kualitatif jika kemajemukannyamemerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yangdimiliki.Universitas Sumatera Utara

Page 22

d. Beban terlalu sedikit kualitatifBeban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan di mana tenaga kerja tidak

Page 19: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

diberi peluang untuk menggunakan ketrampilan yang diperolehnya, atau untukmengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikitdisebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasiyang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia "tidak maju-maju", danmerasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan ketrampilannya.2.4.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Beban KerjaManuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor – faktorsebagai berikut :a.. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti ;- Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempatkerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugasyang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitanpekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.- Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir,kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugasdan wewenang.- Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,lingkungan kerja biologis dan lingkungann kerja psikologis.Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.Universitas Sumatera Utara

Page 23

b. Faktor internalFaktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibatdari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut Strain , berat ringannya straindapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktorsomatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor

Page 20: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).2.4.4. Dampak Beban KerjaBeban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisikatau mental dan reaksi –reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaandan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit di manapekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasamonoton Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yangterlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secarapotensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapatmenimbulkan stress kerja (Manuaba, 2000).2.4.5. Penilaian Beban KerjaMenurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (2008),pengukuran beban kerja adalah teknik mendapatkan informasi tentang efisiensi &efektivitas kerja unit organisasi atau pemegang jabatan yang dilakukan secarasistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan atau teknik analisis bebanUniversitas Sumatera Utara

Page 24

kerja. Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja yangdibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu.Analisis beban kerja dimaksudkan untuk meneliti, mengevaluasi danmengkaji pelaksanaan kerja, proses kerja maupun hasil kerja serta menentukankebutuhan pegawai untuk suatu unit organisasi yang telah berjalan selama ini, dengantujuan:1. Mengidentifikasi sejauh mana efisiensi dan efektifitas keberadaan standar danparameter beban kerja, karena tolok ukur tersebut akan menggambarkan

Page 21: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

prinsip rasional, efektif, efisien, realistik dan operasional secara nyata. TargetKegiatan di masa akan datang2. Memperoleh gambaran mengenai kondisi riil pegawai baik kuantitatif maupunkualitatif dan kompetensinya pada suatu unit kerja sebagai bahan kajianperumusan formasi dan rasio kebutuhan pegawai untuk keperluan prapenataan kelembagaan.3. Memperjelas dan mempertegas penyusunan format kelembagaan yang akandibentuk secara lebih proporsional maupun tata hubungan sistem yang ingindibangun dan tercapai kesesuaian antara kewenangan dan tujuan organisasidengan besaran organisasinya.Menurut INTC (International Nurse Traininhg Centre) (2009) kompetensiperawat dalam melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan, hal ini terkait denganpernah tidaknya mengikuti pelatihan tentang penanganan gawat darurat sertapelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) sebagai kompetensi dasarUniversitas Sumatera Utara

Page 25

dan menjadi persyaratan wajib yang harus dimililiki oleh tenaga kesehatan sebelumbekerja di pelayanan kesehatan ataupun sebagai fasilitator klinik untuk dapatmelakukan asuhan gawat darurat. Perawat yang telah mendapatkan pelatihan BasicTrauma Cardiac Life Support (BTCLS) diharapkan mampu :- Menjelaskan dasar-dasar manajemen gawat darurat.- Menjelaskan tentang trauma dalam gawat darurat.- Menjelaskan tentang gangguan kardio-pulmoner dalam gawat darurat- Melakukan demonstrasi balut bidai dalam gawat darurat.- Melakukan demonstrasi membebaskan jalan nafas dalam gawat darurat.- Melakukan demonstrasi evakuasi pasien dalam gawat darurat- Melakukan demonstrasi memberikan bantuan hidup dasar pasien yangmengalami trauma dan gangguan kardio-pulmonar.

Page 22: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

b. Jumlah pasien yang ditangani di instalasi gawat darurat dibandingkan denganjumlah tenaga perawat yang ada (bertugas).c. Pekerjaan lain di luar tugas pokok dan fungsi perawat yang dilakukan perawatselama bekerja, seperti membersihkan ruangan dan peralatan, mendaftarkanpasien ke ruangan dan lain-lain.Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia(2005) menunjukkan 78,8 % perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan63,3 % perawat melakukan tugas administrasi. Lebih dari 90 % perawat melakukanUniversitas Sumatera Utara

Page 26

tugas non keperawatan, seperti menetapkan diagnosis penyakit dan membuat resepobat. Hanya 50 % perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan sesuai fungsinya.2.5. Landasan TeoriMenurut Gibson (1996), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja adalahfaktor individu, faktor organisasi dan faktor psikologis. Secara skematis teori Gibsontentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dapat dilihat pada Gambar 2.1.Gambar 2.1. Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja Menurut GibsonDalam konteks permasalahan yang dihadapi dalam pelayanankegawatdaruratan di rumah sakit, maka beban kerja dalam pelayanankegawatdaruratan mengacu kepada Munandar (2001) yang menyatakan beban kerjameliputi beban kerja kuantitatif dengan parameter: perbandingan jumlah perawatdengan jumlah pasien dan pekerjaan perawat di luar tugas pokok. Serta beban kerjakualitatif dengan parameter: kompetensi perawat dalam pelayanan gawat daruratKinerja perawatan dalam pelayanan kegawatdaruratan mengacu kepada

Page 23: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

implementasi keperawatan gawat darurat dengan konsep ABCD (A : AirwayKINERJAFaktor Psikologis- Persepsi- Sikap- Kepribadian- MotivasiFaktor Organisasi- Kepemimpinan- Imbalan- Prosedur kerja- Struktur- Sumber daya- Supervisi- KontrolFaktor Individu- Kemampuan danKeterampilan(mental dan fisik)- LatarBelakang(keluarga, tingkatsosial, pengalaman)- Demografis (umur,etnis, jenis kelamin)Universitas Sumatera Utara

Page 27

management, B : Breathing management, C : Circulation management dan D : DrugDefibrilator Disability), seperti pada kerangka konsep berikut.2.6. Kerangka Konsep PenelitianBerdasarkan landasan teori di atas, maka dapat disusun kerangka konseppenelitian sebagai berikut :Gambar 2.2Kerangka Konsep PenelitianBeban Kerja Perawata. Kuantitatif- Perbandingan jumlah

Page 24: Berikut Ini Adalah Versi HTML Dari File

perawat denganjumlah pasien- Pekerjaan perawatdi luar tugas pokokb. Kualitatif- Kompetensi perawatangawat daruratKinerja Perawatdalam PelayananKegawatdaruratana. Implementasi KeperawatanGawat Darurat dengan konsepABCD :- A : Airway management- B : Breathing management- C : Circulation management- D : Drug DefibrilatorDisabilityb. Penilaian Atasan Langsung- Disiplin- Keterampilan- Implementasi Konsep ABCDUniversitas Sumatera Utara