bentuk pertanggungjawaban pidana dari pt. pln (persero) terhadap pemadaman listrik berkaitan dengan...

155
BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Di Kantor PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh : ANGGA K. NURINDIYANI NIM. 0310100029 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: dwi-rendra-wiratama-sh

Post on 27-Jul-2015

4.200 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero)

TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN

PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Di Kantor PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang,

Jawa Timur)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Dalam Ilmu Hukum

Oleh :

ANGGA K. NURINDIYANI

NIM. 0310100029

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2007

Page 2: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

LEMBAR PERSETUJUAN

BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN

PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN

(Studi Di Kantor PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur)

Oleh :

ANGGA KUSUMARIADINI NURINDIYANINIM. 0310100029

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Sri Lestariningsih, S.H., M.H. Yuliati, S.H., L.LM.NIP: 131914576 NIP : 131994340

Mengetahui

Ketua Bagian

Hukum Pidana

Setiawan Nurdayasakti, S.H., M.H.NIP : 131839360

i

Page 3: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

LEMBAR PENGESAHAN

BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN

PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN

(Studi Di Kantor PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur)

Disusun oleh :

ANGGA KUSUMARIADINI NURINDIYANINIM. 0310100029

Skripsi ini telah disahkan oleh Dosen Pembimbing pada tanggal : ………………..

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Sri Lestariningsih, S.H., M.Hum. Yuliati, S.H., L.LM.NIP: 131914576 NIP : 131994340

Ketua Majelis Penguji, Ketua Bagian Hukum Pidana,

Setiawan Nurdayasakti, S.H., M.H. Setiawan Nurdayasakti, S.H., M.H.NIP : 131839360 NIP : 131839360

Mengetahui

Dekan,

Herman Suryokumoro, S.H, M.S.NIP : 131472741

ii

Page 4: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program sarjana strata satu pada Jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat

bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Herman Suryokumoro, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya.

2. Bapak Setiawan Nurdayasakti, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum

Pidana.

3. Ibu Sri Lestariningsih, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I, atas

bimbingan dan sarannya.

4. Ibu Yuliati, S.H., L.LM selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan dan

motivasinya.

5. Eyang Mardoyo, papa, mama, dan adik-adikku tercinta yang telah

memberikan do’a, semangat, dan dukungan baik material maupun spiritual.

6. Bapak Ustriadi selaku Manajer Unit Jaringan Malang, PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan dan Jaringan Malang.

7. Bapak Mochamad Irfan selaku Manajer Unit Pelayanan Malang Kota,

PT.PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Malang.

iii

Page 5: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

8. Teman-teman yang sangat berarti bagiku, Asri, Nita, Ebink, Atiek, Monique,

Nanda, Anne, Aini, dan seluruh anak FH 2003 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terima kasih atas dukungan dan perhatian kalian.

9. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam

proses pembuatan skripsi ini terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun yang

tidak disengaja.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Malang, Februari 2007

Penulis

iv

Page 6: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan....................................................................................... i

Lembar Pengesahan....................................................................................... ii

Kata Pengantar............................................................................................... iii

Daftar Isi........................................................................................................ v

Daftar Tabel................................................................................................... viii

Abstraksi........................................................................................................ x

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian................................................................. 8

E. Sistematika Penulisan............................................................ 9

Bab II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pertanggungjawaban............................................ 11

B. Korporasi (Badan Hukum)

1. Pengertian Korporasi....................................................... 12

2. Korporasi Sebagai Subyek Tindak Pidana....................... 12

C. Prinsip-prinsip Pertanggungjawaban Pelaku Usaha.............. 15

D. Hak dan Kewajiban Konsumen............................................. 17

E. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha......................................... 21

F. Ketentuan Hukum Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen Mengenai

Pertanggungjawaban dan Sanksi............................................ 25

G. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN/Persero)..................... 28

v

Page 7: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Bab III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan................................................................ 31

B. Lokasi Penelitian.................................................................... 32

C. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data......................................................................... 32

b. Sumber Data..................................................................... 33

D. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 34

E. Populasi Dan Sampel............................................................. 36

F. Analisis Data.......................................................................... 37

G. Definisi Operasional.............................................................. 38

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang

1. Sejarah Singkat................................................................ 40

2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang............................................. 43

3. Motto, Visi dan Misi........................................................ 56

4. Jumlah Pelanggan............................................................ 57

B. Profil Responden Penelitian................................................... 58

C. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Pidana PT. PLN

(Persero) Terhadap Terjadinya Pemadaman Listrik.............. 61

D. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Bentuk-

Bentuk Pertanggungjawaban Pidana PT. PLN (Persero)

Terhadap Terjadinya Pemadaman Listrik.............................. 77

E. Upaya Yang Dapat Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala

Dalam Pelaksanaan Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban

Pidana PT. PLN (Persero) Terhadap Terjadinya

Pemadaman Listrik................................................................ 80

vi

Page 8: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Bab V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 84

B. Saran .................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 9: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengelompokan Pelanggan Listrik Unit Pelayanan (UP)

Malang Kota Berdasarkan Tegangan Tersambung................... 57

Tabel 4.2 Jumlah Responden Pelanggan Listrik Rumah Tangga

Berdasarkan Kecamatan............................................................ 58

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden Pelanggan Listrik Rumah

Tangga....................................................................................... 59

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Pelanggan Berdasarkan Pengetahuan

Mengenai Hak-Hak Konsumen Yang Diatur Dalam Pasal 4

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen................................................................................. 59

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Pelanggan Berdasarkan Pengetahuan

Mengenai Sanksi Pidana Yang Dapat Dikenakan Kepada PT.

PLN (Persero) Yang Diatur Dalam Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen......... 60

Tabel 4.6 Besar Daya Yang Digunakan Responden Pelanggan Listrik

Rumah Tangga.......................................................................... 60

Tabel 4.7 Rekap Gangguan Penyulang 20 KV Berdasarkan Indikator

Relay Kerja Dan Penyebab Gangguan Tahun 2006................. 62

Tabel 4.8 Rekap Penyebab Gangguan Sambungan Rumah (SR) dan

Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Tahun 2006........................ 64

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Pelanggan PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang Berdasarkan

Kuantitas Pemadaman Listrik .................................................. 65

Tabel 4.10 Lamanya Pemadaman Listrik Yang Dialami Responden

Pelanggan.................................................................................. 66

Tabel 4.11 SAIDI dan SAIFI Tahun 2006.................................................. 67

viii

Page 10: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Pelanggan Mengenai Ada/Tidaknya

Pemberitahuan Pemadaman Listrik Dari PT. PLN (Persero)

Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang............................ 68

Tabel 4.13 Tanggapan Responden Pelanggan Berdasarkan Kepuasan

Terhadap Pelayanan Penanganan Pemadaman Listrik Oleh

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang...................................................................................... 70

ix

Page 11: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

ABSTRAKSI

Angga Kusumariadini Nurindiyani, Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Februari 2007, Bentuk Pertanggungjawaban Pidana Dari PT. PLN (Persero) Terhadap Pemadaman Listrik Berkaitan Dengan Perwujudan Pasal 4 Huruf B Juncto Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Di Kantor PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur), Sri Lestariningsih,S.H., M.H., Yuliati, S.H., L.LM.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi dengan masih seringnya terjadi pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Hal ini tidak seimbang dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelanggan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah mengenai (a) bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap pihak PT.PLN (Persero) dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen, (b) kendala dalam penerapan bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap pihak PT.PLN (Persero) dan (c) upaya dalam mengatasi kendala dalam penerapan bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap pihak PT.PLN (Persero).

Dalam upaya mengetahui bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap PT.PLN (Persero), berikut kendala dan upayanya, maka metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris, meneliti suatu peraturan perundang-undangan dan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut dalam lingkungan masyarakat. Kemudian, seluruh data yang ada dianalisa secara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jawaban bahwa pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) tidak dapat diperkirakan secara pasti. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya pemadaman listrik, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pemadaman listrik tersebut melanggar hak konsumen. Sehingga PT. PLN (Persero) dapat dimintai pertanggungjawaban pidana, yaitu sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) sesuai dengan rumusan Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Kendala dari penerapan pertanggungjawaban pidana ini adalah kendala yuridis,yaitu tidak dirumuskannya sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan tentang pelanggaran terhadap kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (3) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik serta belum ada sinkronisasi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengenai kedudukan konsumen dalam menuntut pertanggungjawaban pidana kepada PT. PLN (Persero) dan kendala teknis, yaitu kendala dari pelanggan dan pelayanan PT. PLN (Persero). Sehingga upaya yang harus dilakukan adalah merumuskan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan dan perbaikan pelayanan serta SDM dalam tubuh PT. PLN (Persero).

x

Page 12: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejalan dengan dinamika ekonomi yang semakin berkembang,

kegiatan pelaku usaha pun semakin meluas. Hal ini berdampak pada

semakin banyaknya jenis barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.

Makin beragamnya barang dan/atau jasa tersebut membuat semakin variatif

pula pilihan bagi konsumen.

Di zaman yang semakin maju, kreativitas masyarakat untuk

menciptakan produk pun semakin meningkat. Kemajuan teknologi

telekomunikasi dan informatika, misalnya saja peralatan elektronik yang

semakin canggih yang menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Untuk

menggunakan peralatan elektronik tersebut dibutuhkan energi listrik. Karena

saat ini peralatan elektronik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok

manusia, maka energi listrik pun menjadi kebutuhan pokok pula.

Kecenderungan saat ini, kebutuhan hidup masyarakat luas

dipenuhi oleh pelaku usaha yang tidak lepas dari tujuan untuk memperoleh

keuntungan, termasuk PT. PLN (Persero). Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen dirumuskan mengacu pada filosofi

pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk

pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen

adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan

1

Page 13: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

2

pada falsafah kenegaraan Republik Indonesia, yaitu dasar negara Pancasila

dan konstitusi negara UUD 1945 1. Di Indonesia, penyediaan energi listrik

sampai saat ini masih dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, yaitu PT.

PLN (Persero).

Sebagai satu-satunya perusahaan penyedia energi listrik, PT.PLN

(Persero) sampai saat ini belum mampu memberikan pelayanan yang

seimbang dengan kewajiban yang dibebankan kepada pelanggan2. Hal ini

terlihat dari masih seringnya terjadi pemadaman listrik yang dilakukan oleh

PT. PLN (Persero). Contohnya saja pemadaman listrik di beberapa tempat di

seluruh sistem Jawa Bali selama 2 jam mulai pukul 18.30-20.30 pada hari

Jumat, 21 April 2006 yang lalu. Alasan yang digunakan oleh PT. PLN

(Persero) atas pemadaman listrik tersebut adalah karena keterlambatan

pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke PLTGU (Pembangkit Listrik

Tenaga Gas Uap) Muara Tawar, Bekasi. Sehingga hal tersebut membuat

pembangkit tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Menurut General

Manajer Pusat Penyaluran dan Pengaturan Beban Jawa-Bali PT PLN

(Persero), Muljo Adji, akibat keterlambatan pasokan BBM itu, terjadi defisit

pasokan listrik di Jawa Bali sebanyak 340 megawatt (MW). Namun pada

waktu beban puncak malam itu, ada penghematan pelanggan sebanyak 110

1 Melinda Okviona, 2003, Skripsi : Tanggung Jawab PT. PLN (Persero) Dalam Peningkatan Standar Pelayanan Terhadap Pelanggan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Malang Kota), Skripsi tidak diterbitkan, Malang, Fakultas Hukum Unversitas Brawijaya, hal. 2-3.

2 Martiana Widyatutik, 2004, Skripsi: Tanggung Jawab Perdata PT. PLN (Persero) Kepada Pelanggan Dalam Hal Pemadaman Sepihak (Studi Di PT. PLN (Persero) Cabang Pasuruan), Skripsi tidak diterbitkan, Malang, Fakultas Hukum Unversitas Brawijaya, hal.1.

Page 14: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

3

MW sehingga defisit tinggal 230 MW. Sehingga mereka terpaksa

melakukan pemadaman listrik tersebut 3.

Pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero)

terkadang ada yang disengaja dan ada yang tidak disengaja. Pemadaman

listrik yang disengaja adalah pemadaman listrik yang dilakukan untuk

kepentingan pemeliharaan alat (travo) listrik. Hal ini dikarenakan

keterbatasan daya mampu alat (travo) listrik yang dimiliki oleh PT. PLN

(Persero) yang harus memenuhi permintaan pelanggan yang jumlahnya terus

bertambah. Sehingga energi listrik yang ada harus dibagi-bagi agar semua

pelanggan dapat menikmati listrik. Sedangkan pemadaman listrik yang tidak

disengaja adalah pemadaman listrik yang terjadi akibat adanya gangguan.

Misalnya karena gangguan cuaca (petir yang menyambar kabel listrik) atau

karena banyaknya pencurian listrik yang menyebabkan travo yang ada tidak

sanggup memenuhi kebutuhan yang tidak terdeteksi sebelumnya tersebut.

Seperti kasus yang terjadi di Kota Malang, di wilayah sekitar Batalyon

Alap-Alap pernah terjadi pemadaman listrik yang diakibatkan karena adanya

pohon yang tumbang yang menyebabkan jatuhnya tiang-tiang listrik dan

putusnya kabel listrik. Contoh kasus lain yang terjadi di Malang adalah

mengenai pemadaman listrik yang terjadi di sebuah pabrik plastik di wilayah

Gadang. Pemilik pabrik tersebut kemudian mengajukan komplain kepada

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang. Namun

ternyata, setelah ditelusuri kembali oleh pihak PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, ternyata kesalahan ada pada instalasi

3 Listrik di Sistem Jawa-Bali Padam Selama 2 Jam, tempointeraktif.com, diakses tanggal 21 April 2006.

Page 15: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

4

domestik yang terdapat dalam pabrik tersebut. Sehingga, pada akhirnya

pemilik pabrik tidak menindaklanjuti pengaduannya tersebut4.

Namun, apapun alasannya, pemadaman listrik yang terjadi telah

merugikan pelanggan PT. PLN (Persero). Kerugian yang dialami oleh

pelanggan sebagai akibat dari pemadaman listrik tersebut antara lain adalah

aktivitas pelanggan yang menjadi terganggu, usaha pelanggan yang menjadi

terhambat, dan timbulnya tindak pidana, misalnya pencurian, dan lain

sebagainya. Kerugian ini terkadang tidak seimbang dengan kewajiban yang

harus dibayar oleh pelanggan. Apalagi dengan adanya isu kenaikan tarif

dasar listrik (TDL) di awal-awal tahun ini yang menuai banyak protes dari

pelanggan PT. PLN (Persero). Protes ini dirasa wajar mengingat pelanggan

masih sering dikecewakan oleh pelayanan PT. PLN (Persero) yang masih

kurang memadai yang salah satunya adalah tindakan pemadaman listrik.

Sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 4 huruf b Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, konsumen berhak

untuk mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Namun pada kenyataan yang terjadi,

PT. PLN (Persero) tidak memberikan jasa berupa energi listrik yang sesuai

dengan apa yang diperjanjikan. Pemadaman listrik yang terjadi seringkali

dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya atau apabila memang telah

dilakukan pemberitahuan, pemberitahuan tersebut tidak efektif dan tidak

semua pelanggan mengetahui pemberitahuan tersebut. Sampai sekarang pun,

tanggung jawab PT. PLN (Persero) terhadap terjadinya pemadaman listrik

4 Hasil wawancara dengan Bapak Arief Hidayat, Asisten Manajer PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 5 Juli 2006.

Page 16: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

5

masih rendah. Pengaduan-pengaduan yang telah dilakukan oleh pelanggan

PT. PLN (Persero) yang sudah melalui prosedur, yaitu melalui saluran 123,

terkadang tidak ditanggapi atau ditindaklanjuti.

Dalam Pasal 25 ayat (3) huruf a dan huruf b Peraturan Pemerintah

Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

dicantumkan bahwa Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan

Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum dalam

menyediakan tenaga listrik wajib :

a. memberikan pelayanan yang baik;

b. menyediakan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan

keandalan yang baik.

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa PT. PLN (Persero) wajib memberikan

pelayanan yang baik dan menyediakan tenaga listrik secara terus menerus.

Atas dasar berbagai permasalahan tersebut, maka penulis

menganggap perlu mengangkat masalah ini untuk diteliti lebih lanjut. Oleh

karena itu diperlukan adanya kajian terhadap permasalahan mengenai

Bentuk Pertanggungjawaban Pidana Dari PT. PLN (Persero) Terhadap

Terjadinya Pemadaman Listrik Yang Berkaitan Dengan Perwujudan

Pasal 4 Huruf b Juncto Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen.

Page 17: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

6

B. RUMUSAN MASALAH

Beberapa masalah yang hendak ditelaah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap pihak

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang apabila

terjadi pemadaman listrik dengan mengacu pada Pasal 4 huruf b juncto

Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban pidana terhadap pihak PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang apabila terjadi pemadaman listrik

dengan mengacu pada Pasal 4 huruf b juncto Pasal 62 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?

3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kendala

pelaksanaan bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap pihak

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang apabila

terjadi pemadaman listrik dengan mengacu pada Pasal 4 huruf b juncto

Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen?

Page 18: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

7

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap

pihak PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang

apabila terjadi pemadaman listrik dengan mengacu pada Pasal 4 huruf b

juncto Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap pihak

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang apabila

terjadi pemadaman listrik dengan mengacu pada Pasal 4 huruf b juncto

Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

3. Untuk menentukan upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi

kendala pelaksanaan bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana

terhadap pihak PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang apabila terjadi pemadaman listrik dengan mengacu pada Pasal 4

huruf b juncto Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

Page 19: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

8

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini dapat dibagi sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini ditujukan untuk

pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan pengembangan ilmu

hukum perlindungan konsumen pada khususnya tentang bentuk

pertanggungjawaban PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang terhadap terjadinya pemadaman listrik dan kendala-

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bentuk pertanggungjawaban

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang terhadap

konsumen yang dirugikan atas terjadinya pemadaman listrik.

b. Manfaat praktis

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan untuk menambah wawasan, yaitu mengenai bentuk-bentuk

pertanggungjawaban PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang terhadap terjadinya pemadaman listrik dan apa saja

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang sebagai konsumen yang dirugikan atas terjadinya

pemadaman listrik.

Bagi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk

meningkatkan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan standar mutu

Page 20: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

9

pelayanan yang telah ditentukan sehingga pelanggan mendapatkan hak

yang setara dengan kewajiban yang harus mereka bayarkan.

Bagi konsumen, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

landasan untuk membela konsumen dalam mendapatkan hak-haknya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam bagian ini diberikan gambaran yang jelas dan terarah

mengenai penyusunan skripsi. Berikut ini akan dikemukakan sistematika

pembahasan yang terbagi dalam :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini dimuat latar belakang penulisan skripsi, rumusan

masalah, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian

pertanggungjawaban, korporasi, prinsip-prinsip pertanggungjawaban pelaku

usaha, hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha,

ketentuan hukum dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen mengenai pertanggungjawaban dan sanksi, dan

tentang PT. PLN (Persero).

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai jenis metode pendekatan

yang digunakan dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian yang

ditunjuk, jenis dan sumber data yang didapat dan dipergunakan dalam

Page 21: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

10

melakukan penelitian, teknik pengambilan data, populasi dan sampling,

proses analisis data yang digunakan, serta definisi operasional dari judul dari

skripsi ini.

Bab IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Dalam bab ini akan diberikan gambaran umum yang jelas

mengenai PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang,

profil singkat responden penelitian, hasil pembahasan rumusan masalah

tentang bentuk pertanggungjawaban pidana PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang terhadap konsumen apabila terjadi

pemadaman listrik berdasarkan Pasal 4 huruf b juncto Pasal 62 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hasil

pembahasan tentang berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

bentuk pertanggungjawaban pidana PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang terhadap konsumen yang dirugikan atas terjadinya

pemadaman listrik serta upaya dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan

bentuk pertanggungjawaban pidana PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang terhadap konsumen yang dirugikan atas terjadinya

pemadaman listrik.

Bab V : Penutup

Dalam bab ini akan dimuat kesimpulan dari seluruh hasil

pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan

akan dapat menjadi masukan yang berguna dan bermanfaat bagi semua

pihak.

Daftar Pustaka

Page 22: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pengertian dari kata “pertanggungjawaban” adalah perbuatan (hal

dsb) bertanggungjawab5. Jika berbicara mengenai pertanggungjawaban

hukum, maka mau tidak mau, kita harus berbicara tentang ada tidaknya

suatu kerugian yang telah diderita oleh suatu pihak sebagai akibat (dalam hal

hubungan konsumen-pelaku usaha) dari penggunaan, pemanfaatan, serta

pemakaian oleh konsumen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh

pelaku usaha tertentu6.

Dalam hukum pidana, untuk dapat dijatuhkannya pidana

diperlukan syarat adanya pertanggungjawaban pidana (criminal

responsibility). Pertanggungjawaban pidana harus dianggap melekat pada

tindak pidana (pandangan monistis) maupun harus dianggap terpisah dari

pengertian tindak pidana (pandangan dualistis). Adapun masalah

pertanggungjawaban pidana ini sangat erat kaitannya dengan kesalahan. Hal

ini sesuai dengan asas “geen sraft zonder schuld” atau “tiada pidana tanpa

kesalahan”7.

5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, , hal. 1006

6 Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, 2003, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.59

7 A. Fuad Usfa, Moh. Najih, Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press, Malang, hal.73-74

11

Page 23: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

B. KORPORASI (BADAN HUKUM)

1. Pengertian Korporasi

Dalam berbagai peraturan perundang-undangan hukum pidana

Indonesia dinyatakan bahwa pengertian korporasi itu adalah kumpulan

terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan baik merupakan badan

hukum maupun bukan8.

Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 tentang Pemberantasan Korupsi, Korporasi adalah sekumpulan

orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan

hukum maupun bukan badan hukum. Korporasi tidak lain merupakan

suatu badan yang dibentuk sebagai kebutuhan untuk menjalankan suatu

kegiatan yang diberi status sebagai subjek hukum, disamping subjek

hukum yang alamiah (manusia). Korporasi (badan hukum) ini oleh

hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.

2. Korporasi Sebagai Subjek Tindak Pidana

Sampai saat ini masih ada masalah dalam penempatan

korporasi sebagai subjek tindak pidana. Namun saat ini terdapat

beberapa peraturan perudang-undangan yang menempatkan korporasi

sebagai subjek tindak pidana.

8 H. Setiyono, 2003, Kejahatan Korporasi : Analisis Viktimologis Dan Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang, hal. 17

12

Page 24: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Perkembangan pengaturan korporasi sebagai subjek tindak

pidana dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) sistem

pertanggungjawaban9, yaitu :

1. Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang

bertanggungjawab.

Sistem pertanggungjawaban ini ditandai dengan usaha-

usaha agar sifat tindak pidana yang dilakukan korporasi dibatasi pada

perorangan (natuurlijk persoon). Sistem ini membedakan “tugas

mengurus” dan pengurus.

2. Korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang bertanggungjawab.

Sistem pertanggungjawaban ini ditandai dengan pengakuan

yang timbul dalam perumusan undang-undang bahwa suatu tindak

pidana dapat dilakukan oleh perserikatan atau badan usaha

(korporasi), akan tetapi tanggung jawab untuk itu menjadi beban dari

pengurus badan hukum (korporasi) tersebut.

Dalam sistem pertanggungjawaban ini, korporasi dapat

menjadi pembuat tindak pidana, akan tetapi yang bertanggungjawab

adalah para anggota pengurus, asal saja dinyatakan tegas dalam

peraturan itu.

3. Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggungjawab.

Sistem pertanggungjawaban ini merupakan permulaan

adanya tanggung jawab yang langsung dari korporasi. Dalam sistem

ini dibuka kemungkinan menuntut korporasi dan meminta

pertanggungjawabannya menurut hukum pidana.

9 Ibid, hal.12

13

Page 25: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Dalam tindak pidana korporasi, dikenal 2 asas, yaitu :

1. Asas Strict Liability ( asas pertanggungjawaban mutlak)

Menurut doktrin ini, seseorang dapat

dipertanggungjawabkan untuk melakukan tindak pidana tertentu

walaupun pada diri orang itu tidak ada kesalahan (mens rea). Yang

penting adalah perbuatan tersebut sudah memenuhi rumusan undang-

undang atau termasuk dalam perbuatan yang dilarang oleh undang-

undang.

2. Asas Vicarious Liability (asas pertanggungjawaban pengganti)

Pada doktrin ini, syarat pertanggungjawaban badan hukum

adalah berdasarkan adanya pendelegasian wewenang atau hubungan

kerja dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dimana masih dalam

ruang lingkup usaha dari badan hukum itu. dengan demikian, alasan

yang dapat diajukan kepada tidak adanya hubungan kerja dan/atau

pekerjaan itu dilakukan seseorang di luar dari ruang lingkup usaha

dari badan hukum tersebut10.

Selain dari kedua asas tersebut, ada beberapa teori yang

digunakan untuk mengetahui siapa yang harus bertanggungjawab, yaitu :

1. Teori pendelegasian wewenang.

Maksud dari teori ini adalah pemberian wewenang kepada

beberapa pengurus. Pengurus dapat bertanggungjawab jika pengurus

mempunyai atau diberi wewenang atau kuasa secara penuh didalam

menentukan kebijakan dan segala sikap tindakan terhadap

10 M. Hamdan, 2000, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, Mandar Maju, Bandung, hal. 96.

14

Page 26: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

operasional korporasi yang tercantum dalam anggaran dasar atau

anggaran rumah tangga korporasi.

2. Teori Identifikasi

Maksud dari teori ini adalah pengurus harus bisa

diidentifikasi atau ditandai siapa yang mempunyai wewenang atau

kekuasaan penuh dalam penentuan kebijakan, pengambilan

keputusan dan menentukan tindakan yang harus dilakukan korporasi.

C. Prinsip-Prinsip Pertanggungjawaban Pelaku Usaha

Setiap pelaku usaha harus bertanggungjawab terhadap produk-

produk yang dihasilkannya. Guna untuk menentukan siapa saja pihak yang

bertanggungjawab dan besar kecilnya tanggung jawab yang dapat

dibebankan, maka perlu diketahui prinsip-prinsip pertanggungjawaban

pelaku usaha. Prinsip-prinsip pertanggungjawaban pelaku usaha tersebut

antara lain adalah11:

1. Prinsip Fault Liability (Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur

kesalahan)

Prinsip ini merupakan doktrin hukum yang umum, artinya

dipegang teguh dalam hukum perdata dan pidana. Dasar hukum dari

prinsip ini adalah Pasal 1365, 1366, dan 1367 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

2. Prinsip Presumption of Liability (Prinsip praduga untuk selalu

bertanggungjawab)

11 Sidharta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, hal. 73 - 84

15

Page 27: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Prinsip ini lazimnya digunakan dalam hukum pengangkutan

udara. Beban pembuktian dalam prinsip ini adalah beban pembuktian

terbalik, sehingga pelaku usaha dianggap selalu bertanggungjawab

sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

3. Prinsip Presumption of Non-Liability (Prinsip praduga untuk tidak selalu

bertanggungjawab)

Penerapan dari prinsip ini adalah di ruang lingkup yang

terbatas dan tidak dianut secara mutlak.

4. Prinsip Strict Liability (Prinsip Tanggung Jawab Mutlak)

Prinsip ini dianut di dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

1992 tentang Penerbangan. Dalam prinsip ini, pelaku usaha harus selalu

berhati-hati dan bertanggungjawab atas produk-produk yang dihasilkan.

5. Prinsip Limitation of Liability (Prinsip Tanggung Jawab Dengan

Pembatasan)

Dalam prinsip ini, pelaku usaha mau bertanggungjawab tetapi

menentukan sendiri batas-batas pertanggungjawabannya yang tidak

menguntungkan konsumen. Batasan-batasan tersebut dimuat dalam

klausula eksonerasi.

D. Hak dan Kewajiban Konsumen

16

Page 28: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Konsumen adalah setiap orang (pembeli) atas barang yang

disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi tidak

termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual kembali atau lain-

lain keperluan komersial12. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 1

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, arti

dari Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pada

pidatonya tanggal 15 Maret 1962, pernah mengemukakan 4 (empat) hak

dasar konsumen, yaitu :

1. the right to safe products (hak untuk memperoleh keamanan);

2. The rights to be informed about products (hak untuk mendapatkan

informasi);

3. the rights to definite choices in selecting products (hak untuk memilih);

4. the right to be heard regarding consumer interest (hak untuk didengar).

Selain 4 (empat) hak dasar konsumen tersebut, Resolusi

perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 39/248 Tanggal 16 April 1985 tentang

Perlindungan Konsumen (Guidelines for Consumer Protection) juga

merumuskan berbagai kepentingan konsumen yang perlu dilindungi, yaitu :

12 Az. Nasution (I), 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal.72

17

Page 29: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

1. perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

keamanannya;

2. promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen;

3. tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan

kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan

kebutuhan pribadi;

4. pendidikan konsumen;

5. tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;

6. kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi

lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi

tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan

keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.13

Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen juga dimuat hak-hak daripada konsumen, yaitu :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

Maksud dari hak ini adalah konsumen seharusnya mendapatkan

rasa nyaman, aman dan selamat dalam mengkonsumsi suatu produk

barang atau jasa. Sehingga tidak timbul akibat-akibat yang membuat

keselamatan konsumen menjadi terganggu.

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan.

13 Az. Nasution, Op.Cit; hal.27

18

Page 30: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Maksud dari hak ini adalah konsumen berhak untuk memilih

produk barang atau jasa sesuai dengan kehendaknya dan mendapatkan

barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan oleh pelaku usaha. Hak ini merupakan hak yang

mendasar dalam penyusunan skripsi ini. Hal ini karena konsumen berhak

untuk mendapatkan pelayanan listrik sesuai dengan jaminan yang

diperjanjikan oleh PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang dan kewajiban pembayaran yang dilakukan oleh

konsumen.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa.

Konsumen harus benar-benar mengerti mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa yang hendak dikonsumsi. Sehingga, pelaku

usaha harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi barang atau jasa tersebut.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan.

Apabila konsumen mengeluh atas kondisi barang atau jasa

yang digunakan, maka konsumen berhak untuk mengadukan keluhannya

kepada pelaku usaha.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Apabila terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku usaha,

maka konsumen berhak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan

19

Page 31: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

upaya penyelesaian sengketa tersebut. Sehingga konsumen merasa

dilindungi hak-haknya dan tidak diintimidasi oleh pelaku usaha.

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

Setiap konsumen berhak untuk mendapatkan pembinaan dan

pendidikan sehingga mereka benar-benar mengerti mengenai kondisi

suatu barang atau jasa dan mereka dapat memilih barang atau jasa yang

baik bagi mereka.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

Setiap konsumen berhak untuk diperlakukan dan dilayani

secara benar dan jujur tanpa memandang perbedaan ras, agama, dan lain-

lain. Sehingga pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha harus adil

dan merata kepada setiap konsumen.

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Apabila terjadi wanprestasi atau terjadi akibat-akibat yang

merugikan konsumen dalam penggunaan suatu barang atau jasa, maka

konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau

penggantian barang atau jasa tersebut.

Selain memiliki hak, konsumen juga memiliki kewajiban. Dalam

Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen diatur bahwa kewajiban konsumen adalah :

20

Page 32: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

1. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

E. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen, pengertian pelaku usaha adalah setiap

orang perseorangan atau badan usaha, baik yang didirikan dan berkedudukan

atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia,

baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Selain hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha juga

mempunyai hak dan kewajiban. Hak-hak pelaku usaha yang diatur dalam

Pasal 6 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen antara lain yaitu:

1. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

21

Page 33: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

3. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

Sedangkan kewajiban pelaku usaha telah diatur pula dalam Pasal 7

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu

antara lain :

1. beritikad baik dalam melakukan usahanya;

2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan;

3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

22

Page 34: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, dijelaskan pula mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang

dilakukan oleh pelaku usaha. Hal ini diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Perbuatan-perbuatan

yang dilarang tersebut adalah :

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang

dan/atau jasa yang :

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dari ketentuan perundang-undangan;

b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket

barang tersebut;

c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang

dan/atau jasa tersebut;

23

Page 35: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,

gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan

dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut;

g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;

i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan

pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, namadan alamat pelaku

usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut

ketentuan harus dipasang/dibuat;

j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan

barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau

bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan

benar atas barang dimaksud.

3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan

yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa

memberikan informasi secara lengkap dan benar.

24

Page 36: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Apabila pelaku usaha melakukan pelanggaran terhadap perbuatan-

perbuatan yang dilarang tersebut, maka pelaku usaha berkewajiban menarik

barang atau jasa tersebut dari peredaran.

F. Ketentuan Hukum Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Mengenai Pertanggungjawaban dan Sanksi

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen telah diatur mengenai tanggung jawab pelaku usaha dan sanksi-

sanksi yang dapat dikenakan. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen terdapat 3 (tiga) jenis sanksi, yakni sanksi

administratif, sanksi pidana pokok dan sanksi pidana tambahan.

Sanksi administratif ditentukan dalam Pasal 60 Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dimana Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) diberi kewenangan untuk

menjatuhkan sanksi administratif yaitu yang berupa ganti rugi paling banyak

Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Sehingga kewenangan ada pada

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), bukan pada pengadilan.

Sanksi administrasi tersebut dapat dijatuhkan terhadap para pelaku usaha

yang melakukan pelanggaran terhadap :

a. Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), yaitu tentang tanggung jawab pembayaran

ganti kerugian dari pelaku usaha kepada konsumen yang dirugikan

akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan14.

14 Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 274

25

Page 37: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

b. Pasal 20, yaitu tentang tanggung jawab pembayaran ganti rugi atas iklan

yang menyesatkan yang diproduksi dan segala akibat yang timbul dari

iklan tersebut.

c. Pasal 25, yaitu tentang tanggung jawab pembayaran ganti rugi atas tidak

disediakannya suku cadang dan/atau jaminan atau garansi atau fasilitas

perbaikan kepada konsumen.

d. Pasal 26, yaitu tentang tanggung jawab pembayaran ganti rugi akibat

pelaku usaha tidak memenuhi jaminan dan/atau garansi yang disepakati

dan/atau dijanjikan.

Berdasarkan Pasal 61 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap

pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Sanksi pidana pokok diatur dalam Pasal

62 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

dimana sanksi yang dapat dijatuhkan adalah :

1. Pelanggaran terhadap :

a. Pasal 8, yaitu tentang barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi

standar yang telah ditetapkan;

b. Pasal 9 dan Pasal 10,yaitu mengenai promosi atau iklan atau

informasi suatu barang dan/atau jasa yang tidak benar;

c. Pasal 13 ayat (2), yaitu tentang penawaran obat-obatan dan hal-hal

yang berhubungan dengan kesehatan;

d. Pasal 15, yaitu tentang penawaran suatu barang dan/atau jasa dengan

cara paksaan baik secara fisik maupun psikis;

26

Page 38: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

e. Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e, yaitu

mengenai iklan yang memuat informasi yang tidak sesuai dengan

kenyataan atau menyesatkan;

f. Pasal 17 ayat (2), yaitu tentang peredaran iklan yang dilarang;

g. Pasal 18, yaitu mengenai pencantuman klausula baku;

dapat dikenakan sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua

milyar rupiah).

2. Pelanggaran terhadap :

a. Pasal 11, yaitu mengenai penjualan dengan cara obral atau lelang

yang menyesatkan;

b. Pasal 12, yaitu mengenai penawaran dengan tarif khusus dimana

pelaku usaha tidak bermaksud untuk melaksanakannya;

c. Pasal 13 ayat (1), yaitu mengenai penawaran barang dan/atau jasa

dengan janji pemberian hadiah secara cuma-cuma;

d. Pasal 14, yaitu mengenai penawaran barang dan/atau jasa dengan

memberikan hadiah melalui cara undian;

e. Pasal 16, yaitu mengenai penawaran barang dan/atau jasa melalui

pesanan;

f. Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f, yaitu mengenai produksi iklan

yang bertentangan dengan etika, kesusilaan, dan ketentuan hukum

yang berlaku;

dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau

denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

27

Page 39: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

3. Pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap, atau

kematian, maka akan diberlakukan ketentuan pidana secara umum15.

Ketentuan Pasal 63 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen merumuskan adanya pidana tambahan yang dapat

dijatuhkan. Sanksi pidana tambahan tersebut antara lain berupa :

1. perampasan barang tertentu;

2. pengumuman keputusan hakim;

3. pembayaran ganti rugi;

4. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya

kerugian konsumen;

5. kewajiban penarikan barang dari peredaran;

6. pencabutan izin usaha.

G. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN/Persero)

PT. PLN (Persero) merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang berkewajiban melaksanakan usaha penyediaan tenaga

listrik. Kedudukan PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) diperkuat dengan dasar hukum pasal 3 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan

Tenaga Listrik.

Sebagai satu-satunya penyedia listrik, PT. PLN (Persero)

berkewajiban memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen atau

pelanggan. Berdasarkan Pasal 25 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 3

15 Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, Op.Cit ; hal.86

28

Page 40: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10

Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik,

ditentukan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi adalah :

a. memberikan pelayanan yang baik;

b. menyediakan tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan

keandalan yang baik;

c. memberikan perbaikan, apabila ada gangguan tenaga listrik;

d. bertanggungjawab atas segala kerugian atau bahaya terhadap nyawa,

kesehatan, dan barang yang timbul karena kelalaiannya; dan

e. melakukan pengamanan instalasi ketenagalistrikan terhadap bahaya yang

mungkin timbul.

Sedangkan hak PT. PLN (Persero) dimuat dalam Pasal 25 ayat (1), yaitu :

a.memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang diperlukan oleh masyarakat,

baik sebelum maupun sesudah mendapatkan sambungan tenaga listrik;

b. mengambil tindakan atas pelanggaran perjanjian penyambungan listrik

oleh konsumen; dan

c.mengambil tindakan penerbitan atas pemakaian tenaga listrik secara tidak

sah.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 15 Tahun 1985

Tentang Ketenagalistrikan, Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang

menyangkut penyediaan dan pemanfaatan energi listrik. Dalam Pasal 1

angka 2 Undang-Undang No. 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan,

yang dimaksud dengan Tenaga Listrik adalah salah satu bentuk energi

sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk

29

Page 41: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

segala macam keperluan, dan bukan listrik yang dipakai untuk komunikasi

atau isyarat. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 15 Tahun 1985

Tentang Ketenagalistrikan, yang dimaksud dengan Penyediaan tenaga listrik

adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik pembangkitan sampai

dengan titik pemakaian. Setiap pelanggan PT. PLN (Persero) memiliki

instalasi listrik yang disebut dengan instalasi pelanggan. Instalasi pelanggan

adalah instalasi listrik yang terpasang sesudah meter listrik di rumah atau

pada bangunan16.

16 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), SNI 04-0225-2000, hal. 8

30

Page 42: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENDEKATAN

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pendekatan yuridis empiris. Maksud dari metode pendekatan ini

adalah meneliti suatu peraturan perundang-undangan dan efektifitas

peraturan perundang-undangan tersebut dalam lingkungan masyarakat. Hal

ini dikarenakan hukum dikonsepkan secara sosiologis sebagai suatu gejala

empiris yang dapat diamati dalam kehidupan17.

Untuk mendapatkan data tersebut, dilakukan penelitian langsung

ke lapangan menuju obyek penelitian yang diteliti untuk mendapatkan data

primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung.

Sehingga dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk mengkaji

tanggung jawab PT. PLN (Persero) dalam hal pemadaman listrik.

Karenanya segala sesuatu yang dijelaskan dalam penelitian ini berhubungan

dengan norma-norma atau aturan-aturan yang diatur sesuai dengan

ketentuan dalam hukum positif negara kesatuan RI, yaitu khususnya Pasal 4

huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen yang mengatur tentang hak konsumen untuk mendapatkan

barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan dan penerapannya secara nyata dalam lingkungan

masyarakat.

17 Bambang Sunggono, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.73

31

Page 43: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kantor PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di wilayah kerja PT.

PLN (Persero) Malang masih terjadi beberapa kali pemadaman listrik

dengan tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya.

Dimana data terakhir menyebutkan bahwa pada bulan Januari

sampai bulan Desember 2006 terdapat 8.211 kali gangguan listrik pada pada

Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) yang

memungkinkan terjadinya pemadaman listrik18. Hal ini memungkinkan

adanya pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

a. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang didapat secara langsung. Dalam

penelitian ini, data primer diambil secara langsung yang didapat dari

hasil wawancara dan kuesioner terhadap pihak PT. PLN (Persero)

Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur dan

pelanggan PT. PLN (Persero) di wilayah Malang tentang tanggung

jawab PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang terhadap terjadinya pemadaman listrik.

18 PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Rekap Penyebab Gangguan SR dan JTR Tahun 2006

32

Page 44: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan pendukung data primer yang

diperoleh secara tidak langsung yang berasal dari pihak kedua, pihak

ketiga, dan seterusnya berupa data jadi yang sesuai dengan keinginan

pihak yang bersangkutan maupun dari literatur-literatur. Dalam

penelitian ini, data sekunder diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, Jawa Timur yang berupa

data jumlah pelanggan, data kepuasan pelanggan dan data gangguan

listrik yang menyebabkan pemadaman listrik serta hasil studi pustaka

yang bersumber dari beberapa literatur, baik berupa buku-buku,

peraturan perundang-undangan, surat kabar, internet dan beberapa

literatur lain yang berkaitan dengan pertanggungjawaban PT. PLN

(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang terhadap

terjadinya pemadaman listrik.

b. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung

melalui wawancara dan kuesioner terhadap pihak PT. PLN (Persero)

dan pelanggan PT. PLN (Persero) yang berkaitan dengan tanggung

jawab PT PLN (Persero) terhadap terjadinya pemadaman listrik.

2. Sumber Data Sekunder

33

Page 45: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara

tidak langsung yang berasal dari pihak kedua, pihak ketiga, dan

seterusnya berupa data jadi yang sesuai dengan keinginan pihak yang

bersangkutan maupun dari literatur-literatur, baik berupa buku-buku,

peraturan perundang-undangan, surat kabar, internet dan beberapa

literatur lain yang berkaitan dengan pertanggungjawaban PT. PLN

(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang terhadap

terjadinya pemadaman listrik. Peraturan perundang-undangan yang

dimaksud adalah :

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang

Ketenagalistrikan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang

Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Data primer akan diperoleh dengan menggunakan teknik :

a. Wawancara.

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan dengan

seseorang untuk memperoleh informasi, data yang diperlukan, antara

wartawan dengan pejabat, antara peneliti dengan narasumber, antara

direksi perusahaan atau stafnya dengan pelamar kerja, dan

34

Page 46: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

sebagainya19. Dalam penelitian ini teknik wawancara dilakukan

dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak PT. PLN (Persero)

Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang sebagai responden.

Bentuk wawancara adalah bebas terpimpin dengan mempersiapkan

terlebih dahulu daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam

wawancara tersebut. Tetapi dalam pelaksanaan wawancara masih

dimungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan

dengan situasi ketika wawancara.

b. Kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi dengan

jawabannya (untuk penelitian, data pegawai, dsb.)20. Dalam

penelitian ini, kuesioner diberikan kepada pelanggan PT. PLN

(Persero) di wilayah Malang sebagai responden.

2. Data sekunder akan diperoleh dengan cara melalui :

a. Studi kepustakaan.

Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah dengan

mengumpulkan literatur-literatur, baik berupa buku-buku, peraturan

perundang-undangan, surat kabar, internet dan beberapa literatur lain

yang berkaitan dengan pertanggungjawaban PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang terhadap terjadinya

pemadaman listrik

b. Dokumentasi..

19 Badudu-Zain, 2001, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal.1624.

20 ibid; hal.732

35

Page 47: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Yang dimaksud dengan dokumentasi adalah dengan cara

menyalin atau meng-copy dokumen-dokumen, catatan-catatan PT.

PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang berupa

data-data yang berhubungan langsung dengan topik penelitian.

E. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi penelitian adalah sebuah gambaran sesungguhnya yang harus

diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pihak PT. PLN

(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang sebagai pihak

penyedia tenaga listrik dan pelanggan PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang sebagai pihak pengguna tenaga

listrik.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berdasarkan populasi di atas yang

ditentukan dengan menggunakan :

a. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah sistem pengambilan sampel yang

dilakukan dengan sengaja memilih subyek atau kumpulan subyek

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Adapun sampel

yang dimaksud adalah :

1. Bagian Pelayanan : 3 orang

2. Bagian Distribusi : 1 orang

3. Bagian SDM dan Administrasi : 2 orang

36

Page 48: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

4. Bagian Sekretariat : 2 orang

5. Bagian Unit Jaringan : 1 orang

b. Random Sampling

Random Sampling adalah tiap unit atau individu populasi

mempunyai kesempatan atau probabilitas yang sama untuk menjadi

sampel. Dalam penelitian ini, sampel yang dimaksud adalah

konsumen atau pelanggan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang. Adapun jumlah responden pelanggan adalah

20 orang yang terbagi dalam 2 (dua) wilayah kecamatan, yaitu

kecamatan Blimbing dan kecamatan Klojen.

F. ANALISIS DATA.

Proses analisis dalam penelitian ini akan dimulai dengan cara

mengumpulkan semua data yang ada, baik data primer maupun data

sekunder. Selanjutnya terhadap data-data tersebut dilakukan proses editing

dan interpretasi. Analisis data ini dilakukan secara bertahap sehingga data

yang kurang dapat diketahui dan dilengkapi dengan pengambilan data

tambahan.

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Maksud dari

analisis ini adalah mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta

tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-

pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari

37

Page 49: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

satu fenomena21. Analisis ini dilakukan dengan cara memaparkan data yang

diperoleh dari wawancara dan studi pustaka atas beberapa literatur kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan dengan memberikan beberapa kesimpulan.

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pertanggungjawaban Pidana

Maksud dari pertanggungjawaban pidana dalam skripsi ini

adalah bentuk-bentuk sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada PT.

PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang yang

melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal

ini, peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN/Persero)

Pihak yang hendak dijadikan objek dalam penelitian adalah

PT.PLN (Persero) sebagai pihak yang menyediakan tenaga listrik,

khususnya PT. PLN (Persero)Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang, Jawa Timur yang terletak di Jalan Basuki Rachmat No. 100

Malang.

3. Pemadaman Listrik.

Maksud dari pemadaman listrik dalam skripsi ini adalah

terputusnya aliran listrik secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan

sebelumnya, yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang, yang menyebabkan kerugian bagi pihak

konsumen.21 Soejono, H. Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal.21.

38

Page 50: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

4. Perlindungan Konsumen

Maksud dari perlindungan konsumen dalam skripsi ini adalah

perlindungan bagi hak-hak pelanggan PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang yang tidak diketahui oleh

pelanggan dimana dilanggar oleh PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang.

39

Page 51: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN

DAN JARINGAN (APJ) MALANG

1. Sejarah Singkat

Ketenagalistrikan di Indonesia mulai dikembangkan oleh

Belanda pada akhir abad ke-19. Tepatnya, pada tahun 1897, listrik

menyala di Jakara setelah Nederlandsch Indische Electriciteits

Maatschappij mendapatkan konsesi. Awalnya tenaga listrik digunakan

untuk keperluan pabrik gula, pabrik teh dan perkebunan lainnya yang

mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluannya sendiri.

Adapun listrik untuk kepentingan umum baru dimulai pada saat

perusahaan swasta Belanda yaitu NV.NIGM yang semula bergerak di

bidang gas memperluas usahanya dibidang listrik untuk kepentingan

umum. Hal ini dimungkinkan dengan diundangkannya Ordonansi 1890

No. 190 tanggal 13 September 1890 yang memberi kesempatan kepada

perusahaan swasta Belanda mengelola kelistrikan untuk kepentingan

umum. Ijin yang diberikan itu berbentuk Electriciteits Vergunning atau

Conscessie dan dapat diberikan untuk suatu tempat atau wilayah usaha

(regionale concessie). Kemudian pemerintah Belanda berdasarkan

Staatsblad 1927 No. 419 membentuk s’Lands Waterkracht Bedrijven

(LWB) yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola Pusat Listrik

Tenaga Air (PLTA) di Plengan, Lamajan, Bengkok-Dago, Ubrug dan

40

Page 52: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Kracak semuanya di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun,

PLTA Tes di Bengkulu dan PLTU di Jakarta. Usaha kelistrikan sangat

menguntungkan sehingga banyak perusahaan swasta Belanda yang

mendirikan perusahaan listrik dan gas di berbagai daerah antara lain NV.

NIGM, NV ANIEM, NV OJEM, NV GEBEO, NV. EMS, dan masih

banyak lagi22.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, bersamaan dengan

berpindahnya kekuasaan dari pemerintah Hindia Belanda ke pemerintah

balatentara Jepang, perusahaan listrik dan gas yang ada diambil alih oleh

Jepang digabung menjadi satu badan bernama Djawa Denki Djigyo

Kosha dengan pembagian kewenangan untuk Jawa dikuasai Angkatan

Darat Jepang (Riku Gun) sedang diluar Jawa dikuasai Angkatan Laut

(Kai Gun). Selama penjajahan Jepang pembangunan kelistrikan di

Indonesia dilakukan dengan pola kerja paksa23.

Sejak kemerdekaan Indonesia, mulailah dilakukan

pengambilalihan penguasaan perusahaan listrik dan gas milik Jepang

oleh bangsa Indonesia khususnya oleh para pegawai pribumi perusahaan

listrik dan gas Jepang. Aksi ambil alih perusahaan listrik dan gas ini juga

dilakukan di luar Pulau Jawa. Perjuangan pengambil alihan perusahaan

listrik dan gas oleh bangsa Indonesia mencapai puncaknya dengan

dikeluarkannya Ketetapan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1/SD

pada tanggal 27 Oktober 1945 tentang pembentukan Jawatan Listrik dan

Gas yang dimasukkan dalam lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

22 PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, 2003, Artikel : Sekelumit Sejarah Dan Perkembangan Kelistrikan Di Indonesia, hal. 19

23 Ibid, hal. 20

41

Page 53: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Dengan penetapan ini maka status pegawai Jawatan Listrik dan Gas

diakui sebagai pegawai negeri melalui Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor As.702 tanggal 21 Desember 1946. Sedangkan tanggal 27

Oktober ditetapkan sebagai Hari Listrik dan Gas melalui surat

Keputusan Nomor As.702 tanggal 27 Desember 1960. Perjuangan

pengambil alihan Perusahaan Listrik dan Gas ditingkatkan sampai Mosi

Kobarsjih (SBLGI) tentang nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas

milik swasta diterima Parlemen RI dan secara bertahap mulai

dilaksanakan seiring dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor

163 tanggal 3 Oktober 195324.

Untuk kelancaran nasionalisasi, melalui surat Keputusan

Menteri PUT Nomor Sekr.16/3/23 tanggal 22 Maret 1958 jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 25/45/17 tanggal 23 Mei 1958, dibentuk Penguasa

Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (P3LG). Selanjutnya untuk

meningkatkan efesiensi kerja dengan Keputusan Menteri Muda PUT No.

1/7/20 tanggal 25 Agustus 1959 jo. Nomor Men.1/11/10 tanggal 19

Oktober 1959, P3LG dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Direktorat

Djenderal PLN (DDPLN). Selanjutnya berdasarkan UU.19 Prp/1960

tanggal 30 April 1960 jo.PP.67/1961 tanggal 29 Maret 1961, DDPLN

dibubarkan diganti dengan Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik

Negara (BPU – PLN). Dalam perkembangan selanjutnya, Organisasi

BPU–PLN mengalami perubahan. Dengan keluarnya Peraturan Menteri

24 Ibid, hal. 20

42

Page 54: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

PUT No. 9/PRT/1964 tanggal 28 Desember 1964 PLN dan PGN

memiliki direksi sendiri-sendiri25.

Seiring dengan dibuatnya TAP MPR No IV/MPR/1978 tentang

GBHN struktur organisasi Departemen Pertambangan ditingkatkan

menjadi Departemen Pertambangan Dan Energi sehingga PLN dan PGN

dipindahkan pengelolaannya dari Departemen PU ke Departemen

Pertambangan dan Energi hingga saat ini. Selain itu, berdasarkan PP No.

23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994 serta sesuai dengan Akta Notaris

Soetjipto SH Nomor 169 tanggal 30 Juli 1994 (tambahan Berita Negara

RI tangal 13 September 1994 Nomor 73) status PLN diubah dari Perum

Listrik Negara menjadi PT PLN (Persero)26.

2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang

Struktur organisasi adalah suatu gambaran secara skema

mengenai hubungan antar bagian yang terdapat dalam suatu organisasi

atau perusahaan. Dengan struktur organisasi maka akan nampak dengan

jelas pekerjaan dan tanggung jawab yang dilimpahkan serta dapat

dipertanggungjawabkan.

Hingga akhir Desember 2006, tercatat bahwa terdapat 302

orang pegawai di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang. Jumlah tersebut masih merupakan data sementara karena

25 Ramadhan K.H., Sugiarta Sriwibawa, Tim PT. PLN (Persero), 1995, 50 Tahun Pengabdian PLN, Humas PT. PLN (Persero), Jakarta, hal.10

26 Ibid, hal. 39

43

Page 55: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

adanya beberapa orang pegawai yang hendak dimutasi maupun

pensiun27.

Adapun struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang adalah :

Bagan 4.1

STRUKTUR ORGANISASIPT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN DAN JARINGAN

MALANGPer Desember 2006

Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Manajer Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang

membawahi seluruh bagian dan cabang-cabang dari PT. PLN (Persero)

Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, yaitu Unit Pelayanan, Unit

27 Hasil wawancara dengan Bapak Supandi, Bagian Kepegawaian, tanggal 22 Januari 2007.

ManajerAPJ Malang

Fungsional Ahli

Asisten Manager

Pemasaran

Asisten Manager

Niaga

Asisten Manager Distribusi

Asisten Manager

Keuangan

Asisten Manager

SDM &Adm.

Svr. Strategi Pemasaran

Svr. Peningkatan Pelayanan

Svr. TU Langganan

Svr. Pembaca Meter

Svr. Pengolah Data Rekening

Svr. Penagihan

Svr. Operasi Distribusi

Svr. Pemeliharaan & Konstruksi Distribusi

Svr. PengendalianSistem Meter

YMT. Svr. Anggaran Keuangan

Svr. Akuntansi

Svr. Pengawasan Pendapatan

Svr. SDM

Svr. Sekretariat

Svr. Logistik

Svr. Sistem TI

44

Page 56: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Jaringan dan Unit Pelayanan dan Jaringan yang tersebar di beberapa

wilayah.

Pegawai yang ada di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pegawai

struktural dan pegawai non-struktural. Yang dimaksud dengan pegawai

struktural adalah pegawai yang masuk dalam susunan organisasi. Seperti

dalam bagan di atas, contoh pegawai strukturalnya adalah Asisten

Manager Pemasaran, Asisten Manager Niaga, Asisten Manager

Distribusi, Asisten Manager Keuangan dan Asisten Manager SDM dan

Adminstrasi. Sedangkan pegawai non-struktural adalah fungsional ahli,

yaitu pegawai yang dipekerjakan berdasarkan fungsinya. Pegawai ini

berada di luar susunan organisasi, namun dibutuhkan sesuai dengan

kebutuhan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang pada saat tertentu. Pegawai fungsional ahli merupakan pegawai

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang yang

pangkatnya bisa saja setingkat dengan Manajer Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang28.

Berdasarkan Keputusan General Manager Nomor

024.K/021/DIST-JATIM/2003 tanggal 7 April 2003, maka masing-

masing bagian pada struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang mempunyai tugas pokok yang

berbeda-beda. Adapun tugas-tugas pokok tersebut adalah29 :

a.Bagian Pemasaran

28 Hasil wawancara dengan Bapak Supandi, Bagian Kepegawaian, tanggal 22 Januari 2007.29 Lampiran III Keputusan General Manager Nomor 024.K/021/DIST-JATIM/2003 tanggal 7

April 2003

45

Page 57: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Bagian pemasaran ini dikepalai oleh Asisten Manajer

Pemasaran. Bagian pemasaran bertanggungjawab dalam penyusunan

rencana penjualan dan pengembangan usaha sesuai dengan potensi

dan kemampuan yang ada, serta pelaksanaan kegiatan pelayanan

khusus yang diprioritaskan kepada pelanggan-pelanggan potensial

untuk menjamin terciptanya peningkatan kepuasan pelanggan

potensial.

Untuk melaksanaan tanggung jawab sebagaimana

disebutkan di atas, Bagian Pemasaran mempunyai fungsi :

1. Menyusun data potensi pasar, rencana penjualan serta perkiraan

pendapatan di daerah kerja Area Pelayanan dan Jaringan (APJ)

maupun di masing-masing unit asuhannya.

2. Mempersiapkan dan melaksanakan pengembangan usaha baru

sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

3. Memonitor dan melakukan analisa atas pemakaian energi pada

pelanggan-pelanggan potensial (TM/TT).

4. Mengadakan komunikasi dan memberikan pelayanan khusus

kepada pelanggan-pelanggan potensial dalam rangka

meningkatkan loyalitas pelanggan.

5. Melaksanakan pembacaan meter dengan Automatic Meter

Reading (AMR) untuk pelanggan-pelanggan potensial, serta

memelihara sarana dan kelengkapannya.

6. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian pemasaran.

b. Bagian Niaga

46

Page 58: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Bagian Niaga dikepalai oleh Asisten Manajer Niaga.

Bagian Niaga ini bertanggungjawab dalam kegiatan pelayanan

pelanggan, administrasi pelanggan, pembuatan tagihan listrik dan

pengendalian pendapatan untuk menjamin peningkatan pelayanan

dan peningkatan pendapatan.

Untuk melaksanaan tanggung jawabnya tersebut, Bagian

Niaga mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan pelayanan

pelanggan / calon pelanggan.

2. Menyusun dan memelihara Data Induk Pelanggan (DIL) dan

Data Induk Saldo (DIS).

3. Mengawasi kegiatan pencatatan meter dan melaksanakan

pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pembacaan

meter.

4. Melaksanakan dan memonitor proses pengolahan data dalam

rangka pembuatan tagihan listrik sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang ada.

5. Mengamankan dan mengendalikan pendapatan dengan

melaksanakan administrasi pelanggan secara tertib.

6. Melaksanakan pengawasan dan mengkoordinir kegiatan

penagihan dalam rangka pengelolaan piutang.

7. Menyusun standar mutu pelayanan serta mengendalikan

pencapaiannya.

8. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian niaga.

47

Page 59: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

c.Bagian Distribusi

Bagian Distribusi dikepalai oleh Asisten Manajer

Distribusi. Bagian Distribusi bertanggungjawab dalam perencanaan

dan pembangunan jaringan distribusi untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan dan pengembangan sistem, merencanakan dan

melaksanakan pengoperasian jaringan distribusi untuk menjamin

kontinyuitas pelayanan dengan mutu dan keandalan yang memadai,

serta mengoptimalkan pelaksanaan pemeliharaan dan pengaturan

jaringan distribusi agar dicapai pengusahaan energi yang efisien.

Untuk melaksanaan tanggung jawabnya tersebut, Bagian

Distribusi mempunyai fungsi :

1. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan jaringan

untuk melayani pelanggan dan pengembangan sistem.

2. Menyusun SOP (Standar Operating System) dan mengatur

pengoperasian jaringan distribusi.

3. Menyusun rencana pemeliharaan dan melaksanakan

pemeliharaan jaringan distribusi.

4. Mengelola asset jaringan distribusi dan menyusun Data Induk

Jaringan.

5. Membuat data peta jaringan (mapping) dan memelihara akurasi

data sesuai dengan perkembangan.

6. Mengendalikan dan mengawasi fungsi Alat Pembatas dan

Pengukur (APP) dan menyusun rencana pemeliharaannya.

48

Page 60: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

7. Melaksanakan analisa dan evaluasi susut distribusi serta

menyusun upaya pengendaliannya.

8. Membina dan mengembangkan PDKB (Pekerjaan Dalam

Keadaan Bertegangan).

9. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian distribusi.

d. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan dikepalai oleh Asisten Manajer

Keuangan. Bagian Keuangan bertanggungjawab dalam pencatatan

dan pembukuan aset, perencanaan dan pengendalian anggaran dan

pendapatan sesuai dengan prosedur administrasi dan akuntansinya,

untuk menjamin pengelolaan anggaran dan pendapatan yang efektif

dan efisien guna peningkatan kinerja keuangan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bagian

Keuangan mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan pencatatan dan pembukuan aset.

2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pendapatan serta

mengadakan rekonsiliasi dengan fungsi terkait.

3. Menyusun RAO / UAI sesuai dengan jadwal dan pedoman yang

ada.

4. Mengatur dan melaksanakan pengawasan atas penggunaan

anggaran investasi maupun operasi.

5. Mengatur dan mengendalikan likuiditas keuangan secara optimal.

6. Melaksanakan supervisi tentang keuangan dan akuntansi

terhadap unit asuhannya.

49

Page 61: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

7. Menyusun Laporan Keuangan serta melaksanakan analisa dan

evaluasi untuk merumuskan upaya perbaikannya.

8. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian Keuangan.

e.Bagian SDM Dan Administrasi.

Bagian SDM Dan Administrasi dikepalai oleh Asisten

Manajer SDM Dan Administrasi. Bagian SDM Dan Administrasi

bertanggungjawab dalam pengembangan dan administrasi Sumber

Daya Manusia, pengelolaan kegiatan kesekretariatan dan umum

untuk menjamin kelancaran operasional, serta melaksanakan

kegiatan kehumasan dan pemberdayaan lingkungan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bagian

SDM Dan Administrasi mempunyai fungsi :

1.Mencatat dan melaksanakan inventarisasi fasilitas kantor serta

menyusun rencana dan melaksanakan pemeliharaannya.

2.Melaksanakan administrasi kepegawaian, membuat perhitungan

dan melaksanakan pembayaran hak-hak pegawai sesuai

ketentuan yang ada.

3.Menyusun dan memelihara Data Induk Kepegawaian serta

melaksanakan monitoring dan evaluasi SDM.

4.Melaksanakan pembinaan SDM serta menyusun rencana

pengembangan SDM.

5.Merencanakan dan mengelola kegiatan kesekretariatan, umum dan

KJ.

50

Page 62: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

6.Mengatur penyelesaian masalah hukum yang terkait dengan

masalah kedinasan, baik di lingkungan internal maupun

eksternal.

7.Mengatur dan melaksanakan program kehumasan dan

pemberdayaan lingkungan.

8.Menyusun laporan sesuai bidang tugas Bagian SDM Dan

Administrasi.

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang

terdiri dari 2 (dua) unit, yaitu Unit Pelayanan dan Unit Jaringan. Dalam

Keputusan General Manager Nomor 025.K/021/DIST-JATIM/2003

tanggal 7 April 2003 diatur mengenai tanggung jawab dan fungsi dari

Unit Pelayanan (UP) dan Unit Jaringan (UJ), yaitu30 :

a. Unit Pelayanan (UP)

Bertanggungjawab dalam peningkatan pelayanan kepada

pelanggan, pengelolaan administrasi pelanggan untuk menjamin

pencapaian target pendapatan dan peningkatan kepuasan pelanggan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Unit

Pelayanan (UP) mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada pelanggan, pengelolaan

administrasi pelanggan, penagihan dan pengawasan piutang.

2. Pelaksanaan dan Pengawasan kegiatan pembacaan meter, analisa

dan evaluasi hasil pembacaan meter serta pengolahan hasil

pembacaan meter.

30 Lampiran III Keputusan General Manager Nomor 025.K/021/DIST-JATIM/2003 tanggal 7 April 2003.

51

Page 63: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

3. Penetapan dalam pelaksanaan Penyambungan Baru (PB),

Perubahan Daya (PD) dan Perubahan Tarif.

4. Pelaksanaan koordinasi dengan Unit Jaringan (UJ) untuk

menjamin keandalan pendistribuasian tenaga listrik, kecepatan

penyamungan dan pemutusan serta kegiatan Penertiban

Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).

5. Pelaksanaan kegiatan administrasi personalis, pengelolaan

kesekretariatan pengendalian keuangan.

b. Unit Jaringan (UJ)

Bertanggungjawab dalam peningkatan mutu dan keandalan

serta efisiensi dalam pendistribusian tenaga listrik untuk menjamin

pencapaian target pendapatan dan peningkatan kepuasan pelanggan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Unit

Jaringan (UJ) mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan sarana

pendistribusian tenaga listrik serta pengawasan pekerjaan

konstruksi.

2. Pelaksaan Penyambungan Baru (PB), Perubahan Daya (PD) sesuai

permintaan dari Unit Pelayanan (UP).

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang

mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Sehingga dibagi menjadi 1

(satu) Unit Jaringan (UJ), 4 (empat) Unit Pelayanan (UP), dan 8

52

Page 64: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

(delapan) Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ). Masing-masing unit

tersebut mempunyai susunan organisasi tersendiri, yaitu31 :

a.Unit Jaringan (UJ)

Unit Jaringan (UJ) dari PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang hanya ada 1 (satu) unit, yaitu Unit

Jaringan (UJ) Malang. Unit Jaringan (UJ) Malang dikepalai oleh

Manajer Unit Jaringan (UJ) Malang.

Adapun susunan organisasinya adalah terdiri dari :

1. Supervisor Pengendali Losses.

2. Supervisor Pemeliharaan & Konstruksi Distribusi.

3. Supervisor Operasi Distribusi

4. Supervisor Keuangan dan Administrasi

b. Unit Pelayanan (UP)

Unit Pelayanan (UP) dari PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang ada 4 (empat) unit. Masing-

masing Unit Pelayanan (UP) tersebut dikepalai oleh Manajer Unit

Pelayanan (UP). Keempat Unit Pelayanan (UP) tersebut tersebar

dalam 4 (empat) wilayah, yaitu :

1. Unit Pelayanan (UP) Malang Kota.

2. Unit Pelayanan (UP) Kebonagung.

3. Unit Pelayanan (UP) Dinoyo.

4. Unit Pelayanan (UP) Blimbing.

31 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Malang Per Desember 2006.

53

Page 65: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Masing-masing Unit Pelayanan (UP) tersebut juga

mempunyai susunan organisasi tersendiri, yaitu terdiri dari :

1. Supervisor Pelayanan Pelanggan.

2. Supervisor Pengendalian Keuangan dan Administrasi.

3. Supervisor Pengendalian Penagihan.

c.Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ)

Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) dari PT. PLN (Persero)

Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang ada 8 (delapan) unit.

Masing-masing Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) dikepalai oleh

Manajer Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ).

Masing-masing Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) tersebut

mempunyai susunan organisasi sendiri, yaitu :

1. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Batu

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

1.5 Supervisor Pengendalian Losses.

1.6 Supervisor Kantor Pelayanan.

2. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Lawang.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

54

Page 66: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

3. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bululawang.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

4. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Singosari.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

5. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Kepanjen.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

1.5 Supervisor Pengendalian Losses.

1.6 Supervisor Kantor Pelayanan.

6. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Tumpang.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

7. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Ngantang.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

55

Page 67: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

8. Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Gondanglegi.

1.1 Supervisor Pelayanan Pelanggan.

1.2 Supervisor Pengelolaan Rekening.

1.3 Supervisor Operasi Distribusi Dan Pelayanan Teknik.

1.4 Supervisor Keuangan dan Administrasi.

1.5 Supervisor Pengendalian Losses.

1.6 Supervisor Kantor Pelayanan.

3. Motto, Visi dan Misi

Motto dari PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang adalah listrik untuk kehidupan yang lebih baik. Visi dari

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang adalah

diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul

dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

Misi dari PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang adalah32 :

a.Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan

pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat.

32 Hasil wawancara dengan Ibu Leni, Bagian Pelayanan, di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 23 Januari 2007.

56

Page 68: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

c.Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

4. Jumlah Pelanggan

Sampai saat ini PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang, dalam hal ini khususnya Unit Pelayanan (UP)

Malang Kota mempunyai pelanggan sejumlah 46.129 orang33. Dalam

setiap bulannya, jumlah pelanggan ini selalu bertambah hingga target

yang dicapai oleh Unit Pelayanan (UP) Malang Kota sepanjang tahun

2006 adalah sebesar 100,97%34. Jumlah pelanggan tersebut terbagi

menjadi pelanggan tegangan rendah (TR) dan pelanggan tegangan

menengah (TM). Pembagian tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.1Pengelompokan Pelanggan Listrik Unit Pelayanan (UP) Malang

Kota Berdasarkan Tegangan Tersambung

No. Pelanggan Jumlah Pelanggan1. Pelanggan Tegangan Rendah (TR) 46.1102. Pelanggan Tegangan Menengah (TM) 19

Total 46.129

Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Adapun yang dimaksud dengan pelanggan Tegangan Rendah

(TR) adalah pelanggan yang menggunakan sambungan Tegangan

Rendah (TR). Menurut Pasal 1 ayat (1) angka 10 Keputusan Direksi

PT.PLN (Persero) Nomor 336.K/010/DIR/2003 tentang Ketentuan

33 PT. PLN (Persero Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Malang – UP Malang Kota, Analisa Evaluasi Pengusahaan Area / Unit Pelayanan Malang Kota tahun 2006.

34 Data Kinerja Tahun 2006 PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Malang – UP Malang Kota.

57

Page 69: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Pelaksanaan Harga Jual Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT. PLN

(Persero), arti dari Tegangan Rendah (TR) adalah tegangan sistem

sampai dengan 1.000 volt.

Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggan Tegangan

Menengah (TM) adalah pelanggan yang menggunakan sambungan

Tegangan Menengah (TM). Menurut Pasal 1 ayat (1) angka 9 Keputusan

Direksi PT.PLN (Persero) Nomor 336.K/010/DIR/2003 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Harga Jual Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh

PT. PLN (Persero), arti dari Tegangan Menengah (TM) adalah tegangan

sistem di atas 1.000 volt sampai dengan 35.000 volt.

B. PROFIL RESPONDEN PENELITIAN

Survey dilakukan terhadap 20 orang responden pelanggan PT. PLN

(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang yang terbagi dalam 2

(dua) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Blimbing dan kecamatan Klojen.

Adapun data responden tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2Jumlah Responden Pelanggan Listrik Rumah Tangga Berdasarkan

Kecamatan

No. Kecamatan Jumlah Prosentase (%)

1. Blimbing 10 502. Klojen 10 50

Total 20 100Sumber : Data sekunder, diolah, 2007

Responden pelanggan tersebut terdiri dari mahasiswa, ibu rumah

tangga dan pegawai kantor. Adapun latar belakang pendidikan terakhir dari

58

Page 70: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

para responden adalah SMA sampai dengan S2 yang dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 4.3Pendidikan Terakhir Responden Pelanggan Listrik Rumah Tangga

n = 20

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)1. SMA 8 402. S1 11 553. S2 1 5

Total 20 100Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa pendidikan terakhir

responden paling banyak adalah Strata 1 (S1), terbanyak kedua adalah SMA

dan terakhir adalah Strata 2 (S2). Hal ini akan berpengaruh terhadap

pengetahuan mereka akan hak-hak mereka sebagai konsumen.

Tabel 4.4Tanggapan Responden Pelanggan Berdasarkan Pengetahuan Mengenai

Hak-Hak Konsumen Yang Diatur Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

n = 20

No. Uraian Jumlah Prosentase (%)1. Tahu 8 402. Tidak Tahu 12 60

Total 20 100Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007.

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa tingkat pengetahuan

responden pelanggan akan hak-hak konsumen sebagaimana yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen cukup rendah. Mayoritas diantara mereka tidak mengetahui

bahwa mereka mempunyai hak yang dilindungi dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Tabel 4.5

59

Page 71: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tanggapan Responden Pelanggan Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Sanksi Pidana Yang Dapat Dikenakan Kepada PT. PLN (Persero) Yang

Diatur Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

n = 20

No. Uraian Jumlah Prosentase (%)1. Tahu 5 252. Tidak Tahu 15 75

Total 20 100Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007.

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa responden pelanggan tidak

mengetahui bahwa PT.PLN (Persero) yang melakukan pemadaman listrik

dapat dikenai sanksi pidana sesuai dengan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Mayoritas

dari mereka memilih tindakan untuk diam dan tidak menuntut kepada

PT.PLN (Persero) untuk dapat dikenakan sanksi pidana.

Tabel 4.6Besar Daya Yang Digunakan Responden Pelanggan Listrik Rumah

Tangga n = 20

No. Besar Daya Jumlah Prosentase (%)1. 450 watt 2 102. 900 watt 4 203. 1300 watt 12 604. Lebih Dari 130 watt 2 10

Total 20 100Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007.

Pada Tabel 4.6, dapat dilihat besar daya yang digunakan oleh

masing-masing responden pelanggan rumah tangga. Dari prosentase yang

ada, terlihat bahwa responden pelanggan paling banyak menggunakan daya

sebesar 1300 watt pada rumahnya. Responden pelanggan listrik rumah

tangga menggunakan daya listrik yang besarnya berbeda-beda. Perbedaan

60

Page 72: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

besar daya tersebut dikarenakan perbedaan kebutuhan pada masing-masing

rumah tangga.

C. BENTUK-BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PT. PLN

(PERSERO) TERHADAP TERJADINYA PEMADAMAN LISTRIK

Pemadaman listrik terjadi karena adanya gangguan. Pada

wilayah PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang,

dalam kurun waktu Januari 2006 hingga Desember 2006 terjadi 381,5

kali gangguan penyulang 20 KV35 dan 11.387 kali gangguan pada

Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)36.

Adapun jumlah gangguan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel

4.8 berikut.

35 PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang – Unit Jaringan Malang, Rekap gangguan Penyulang 20 KV Berdasarkan Indikator Reley Kerja Dan Penyebab Gangguan Tahun 2006.

36 PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang – Unit Jaringan Malang, Rekap Penyebab Gangguan SR & JTR Tahun 2006.

61

Page 73: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tabel 4.7Rekap Gangguan Penyulang 20 KV Berdasarkan Indikator Relay Kerja Dan Penyebab Gangguan

Tahun 2006

No BulanIndikator

RelayJenis Gangguan

KumDGR OCR 24 37 41a 41b 41c1 41c2 41d1 41d2 44a 44b 44c 45 46 47 48 49a 49b 49c1 51 56

1 Januari 9,5 7 1 -  2 1 - 7,5 1 - - 1 2 - - - - 1 - - -  -  16,52 Februari 14,5 7 4 -  -  1 - 10,5 - - 1 3 -  - 1 - - 1 - - -  -  21,53 Maret 21,5 5 4 -  5 - - 10,5 1 - - 3 -  - - - - 2 1 - -  -  26,54 April 21 6 -  -  6 - - 14 2 - - 1 -  - 1 - 1 2 - - -  -  275 Mei 22,5 15 4 -  3 - - 15,5 7 - - - -  - 1 - 3 4 - - -  -  37,56 Juni 21,5 10 2 -  4 - - 17,5 - - 1 3 -  - 2 - - 2 - - -  -  31,57 Juli 13 4 1 -  1 1 - 11 - - 1 - -  - - - 2 - - - -  -  178 Agustus 24 17 1 -  -  - - 22 7 1 - - 1 - 3 - 3 2 1 - -  -  419 September 19,5 11,5 1 -  2 - - 15 4 1 - 1 -  - 1 - 2 3 1 - -  -  3110 Oktober 19 15  - -  3 - - 24 2 - - 2 -  - 2 - - 1 - - -  -  3411 November 31 26,5 6 -  5 - - 31,5 6 1 - 4 1 - - - 2 1 - - -  -  57,512 Desember 21 19,5 1 -  5 - - 29,5 1 - 2 1  - - - - - 1 - - -  -  40,5

Total 238 143,5 25 0 36 3 0 208,5 31 3 5 19 4 0 11 0 13 20 3 0 0 0 381,5

Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Keterangan :

24 : trafo rusak 41d2 : karena umbul-umbul / pita kaset 48 : lightning arester rusak37 : tiang SUTM Roboh karena sebab lain 44a : SUTM putus 49a : ground wire rusak41a : karena pohon/dahan 44b : Jamperan SUTM putus 49b : SUTM lengket41b : karena binatang dalam gardu 44c : SUTM lepas dari isolator 49c1 : bersamaan memasukkan AVS/LBS, dll41c1 : gangguan sementara karena hujan/petir 45 : isolator rusak 51 : karena gangguan kabel41c2 : gangguan sementara karena sebab lain 46 : cut out rusak 56 : sympthetic tripping41d1 : karena layang-layang 47 : pole switch rusak

62

Page 74: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa gangguan penyulang 20 KV

terjadi karena berbagai macam sebab. Dalam setiap bulan tidak dapat

dipastikan terjadi gangguan atau tidak. Gangguan paling banyak terjadi

karena hujan atau petir. Pada saat musim hujan, gangguan dapat sering

terjadi karena trafo yang biasanya kering dapat tiba-tiba rusak karena basah

terkena air hujan37. Maksud dari gangguan penyulang 20 KV adalah

gangguan pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang berasal dari gardu

induk. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) tersebut bertegangan antara 200

kVA sampai dengan 29.000 kVA38.

Selain gangguan pada penyulang 20 KV, gangguan dapat pula

terjadi pada Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR).

Gangguan inilah yang sering dirasakan oleh pelanggan rumah tangga.

Adapun jumlah gangguan pada Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan

Tegangan Rendah (JTR) dapat dilihat pada tabel berikut.

37 Hasil wawancara dengan Bapak Arief Hidayat, Asisten Manajer Distribusi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 23 Januari 2007.38 Hasil wawancara dengan Bapak Ustriadi, Manajer Unit Jaringan Malang Kota di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 22 Januari 2007.

63

Page 75: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tabel 4.8Rekap Penyebab Gangguan Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Tahun 2006

No. BulanJenis Gangguan

Kum KeteranganA B C D E F G H I J

1. Januari 36 1 295 40 183 53 1 126 76 416 1.227 A : NH Fuse putusB : Kontak Veer terbakar

(Lost Kontak)C : Lost Kontak JTR – SRD : SR – SM putus terbakarE : Lost Kontak pada

terminal APP/OakastF : JTR putus / Lost KontakG : JTR tertimpa pohon.H : MOB rusak / macetI : KWH meter macetJ : Lain-lain (gangguan tanpa

padam)

2. Februari 38 4 257 34 164 37 5 113 57 346 1.0553. Maret 29 2 208 52 160 39 4 93 77 340 1.0044. April 35 3 211 63 181 32 1 61 68 294 9495. Mei 43 11 257 33 158 55 1 90 52 333 1.0336. Juni 34 6 145 20 145 32 2 84 47 247 7627. Juli 32 4 155 46 157 21 2 39 74 256 7868. Agustus 21 4 165 20 141 18 - 74 43 250 7369. September 37 6 168 49 133 24 - 66 53 290 82610. Oktober 31 5 166 31 128 33 2 92 35 238 76111. November 52 4 211 32 175 34 4 91 49 321 97312. Desember 35 4 315 39 230 58 1 144 64 385 1.275

Total 423 54 2.553 459 1.955 436 23 1.073 695 3.716 11.378Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

64

Page 76: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Dari tabel 4.8 terlihat bahwa tidak semua gangguan menyebabkan

pemadaman listrik. Dari 11.387 kali gangguan pada Sambungan Rumah

(SR) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR), terdapat 3.176 kali gangguan

tidak menyebabkan pemadaman listrik. Sehingga terdapat 8.211 kali

gangguan pada Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan Tegangan Rendah

(JTR) yang menyebabkan padamnya listrik. Adapun maksud dari gangguan

Sambungan Rumah (SR) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) adalah

gangguan pada saluran instalasi listrik yang mengalir pada rumah-rumah.

Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ini bertegangan antara 14 kVA sampai

dengan 200 kVA39.

Pemadaman listrik tidak selalu terjadi pada wilayah yang sama

dalam kurun waktu tertentu. Ada wilayah yang sering mengalami

pemadaman listrik dan ada juga wilayah yang tidak sering terjadi

pemadaman listrik. Hal ini tergantung dari beberapa faktor penyebab

pemadaman listrik tersebut. Adapun kuantitas dari terjadinya pemadaman

listrik dan lamanya pemadaman listrik berlangsung dapat dilihat dari tabel

berikut.

Tabel 4.9Tanggapan Responden Pelanggan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang Berdasarkan Kuantitas Pemadaman Listrikn = 20

No. KuantitasKecamatan Blimbing

Kecamatan Klojen

Prosentase (%)

1. Sering 4 3 352. Tidak Sering 6 7 65

Total 10 10 100 Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

39 Hasil wawancara dengan Bapak Ustriadi, Manajer Unit Jaringan Malang Kota di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 22 Januari 2007.

65

Page 77: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa pemadaman listrik jarang

terjadi di kedua wilayah kecamatan tersebut. Dari kuesioner yang disebarkan

kepada 20 orang responden, 4 orang menjawab pemadaman listrik paling

sering terjadi sebulan sekali dan 5 orang menjawab pemadaman listrik

terjadi sebulan 2 (dua) kali. Penanganan terhadap terjadinya pemadaman

listrik pun sangat cepat dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang.

Tabel 4.10Lamanya Pemadaman Listrik Yang Dialami Responden Pelanggan

n = 20

No. UraianKecamatan Blimbing

Kecamatan Klojen

Prosentase (%)

1. Kurang Dari 1 Jam 5 4 452. Antara 1 s/d 2 Jam 4 3 353. Lebih Dari 2 Jam 1 3 20

Total 10 10 100Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa pemadaman listrik yang

terjadi saat ini tidak berlangsung lama. Dari prosentase yang ada

menunjukkan bahwa sebanyak 45% atau 9 orang responden pelanggan

mengalami pemadaman listrik selama kurang dari 1 jam. Hal ini

menunjukkan bahwa PT.PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang berusaha untuk secara cepat tanggap menangani pemadaman listrik

yang terjadi. Sehingga pelanggan tidak mengalami pemadaman listrik yang

cukup lama.

Lama atau tidaknya pemadaman tergantung dari kecepatan

PT.PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang memulihkan

gangguan yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari SAIDI dan SAIFI yang

66

Page 78: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

telah dihitung. SAIDI (System Average Interrupt Duration Index / Lama Jam

Padam Rata-Rata) adalah perhitungan lamanya gangguan berlangsung,

sedangkan SAIFI (System Average Interrupt Frecuency Index / Frekuensi

Padam Rata-Rata) adalah perhitungan jumlah gangguan yang berlangsung

dalam kurun waktu tertentu. SAIDI dan SAIFI tersebut diperoleh dengan

rumus40 :

1. SAIDI = Jam X x Jumlah Pelanggan PadamTotal Pelanggan

2. SAIFI = Jam X x Jumlah PelangganTotal Pelanggan

Adapun SAIDI dan SAIFI PT.PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang sepanjang tahun 2006 dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.11SAIDI dan SAIFI Tahun 2006

No. Bulan SAIDI SAIFI

1 Januari 0,024558 0,037631

2 Februari 0,027429 0,042080

3 Maret 0,026810 0,041497

4 April 0,020062 0,030917

5 Mei 0,031828 0,051025

6 Juni 0,022638 0,035070

7 Juli 0,015312 0,026317

8 Agustus 0,024213 0,035140

9 September 0,017849 0,028085

10 Oktober 0,020158 0,031793

11 November 0,02709 0,042851

12 Desember 0,028607 0,045588

Jumlah 0,023880 0,037333Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

40 Hasil wawancara dengan Bapak Ustriadi, Manajer Unit Jaringan Malang Kota di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 30 Januari 2007

67

Page 79: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa lama padam dan frekuensi padam

berbeda-beda dalam setiap bulan. Hal ini tergantung dari sebab terjadinya

gangguan. Sehingga terkadang pemulihan gangguan dapat cepat ditangani

kadang dapat pula lamban.

Sebelum terjadi pemadaman listrik, PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang melakukan pemberitahuan melalui

media cetak maupun elektronik. Media pers yang sering digunakan adalah

media radio, yaitu diantaranya adalah radio KDS 8, RRI, dan Mas FM41.

Namun, pada kenyataannya, pemberitahuan tersebut jarang dilakukan. Hal

ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.12Tanggapan Responden Pelanggan Mengenai Ada/Tidaknya

Pemberitahuan Pemadaman Listrik Dari PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang

n = 20

No. UraianKecamatan Blimbing

Kecamatan Klojen

Prosentase (%)

1. Ada Pemberitahuan 2 3 25 2. Tidak Ada Pemberitahuan 8 7 75

TOTAL 10 10 100

Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa prosentase paling tinggi,

yaitu 75% atau 15 orang responden pelanggan merasa bahwa selama ini

tidak ada pemberitahuan dari PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang sebelum pemadaman listrik terjadi. Umumnya,

listrik langsung padam secara tiba-tiba. Sehingga mereka tidak

mempersiapkan diri sebelum listrik padam.

41 Hasil wawancara dengan Bapak Moch. Irfan, Manajer Unit Pelayanan Malang Kota, tanggal 22 Januari 2007

68

Page 80: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero)

menyebabkan kerugian pada pelanggan. Dari 20 orang responden pelanggan,

16 orang diantaranya menyatakan bahwa mereka mengalami kerugian akibat

terjadinya pemadaman listrik. Terutama karena tidak ada pemberitahuan

sebelumnya dari pihak PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang. Adapun bentuk-bentuk kerugian yang mereka alami adalah

rusaknya peralatan elektronik, dan terhambatnya kegiatan sehari-hari. Hal

ini menunjukkan bahwa PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang telah melanggar hak konsumen sesuai dengan Pasal 4 huruf a

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

yaitu hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Dalam kasus ini, konsumen menjadi

tidak nyaman akibat kerugian yang dideritanya.

Apabila terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba, dari 20

responden pelanggan, 12 orang diantaranya melakukan pengaduan melalui

layanan telepon call center 123. Namun terkadang dari pihak PT. PLN

(Persero) tidak diberikan jawaban yang membuat pelanggan puas. Mereka

hanya memberitahukan sebab terjadinya pemadaman listrik tanpa diberitahu

sampai berapa lama pemadaman tersebut akan berlangsung.

Meskipun demikian, pelayanan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang tidak selamanya buruk. Hal ini dapat terlihat

dari tingkat kepuasan pelanggan yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

69

Page 81: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tabel 4.13Tanggapan Responden Pelanggan Berdasarkan Kepuasan Terhadap Pelayanan Penanganan Pemadaman Listrik Oleh PT. PLN (Persero)

Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malangn = 20

No UraianKecamatan Blimbing

Kecamatan Klojen

Prosentase (%)

1. Puas 2 1 152. Cukup Puas 4 5 453. Kurang Puas 4 3 354. Tidak Puas - 1 5

Total 10 10 100Sumber : Data Sekunder, diolah, 2007

Berdasarkan tabel 4.13, terlihat bahwa pada dasarnya pelanggan

cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang. Hal ini terlihat dari sebanyak 45%

atau 9 orang responden menjawab cukup puas atas pelayanan PT. PLN

(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang. Mereka merasa

bahwa meskipun pemadaman lisrik yang terjadi memang mengecewakan

mereka, namun dengan penanganan pemadaman listrik yang cukup cepat,

mereka merasa cukup puas.

Dalam setiap kasus pemadaman listrik, PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang tidak selamanya dapat dipersalahkan.

Hal ini mengingat pada seringnya terjadi pemadaman listrik akibat adanya

gangguan alam, seperti yang ditunjukkan sebelumnya pada Tabel 6, yaitu

gangguan jenis D dan G. Dimana gangguan terjadi karena putusnya

Sambungan Rumah (SR) dengan Saluran Menengah (SM) dan putusnya

Jaringan Tegangan Rendah (JTR) akibat pohon. Kedua gangguan tersebut

dapat dimungkinkan terjadi karena hujan atau petir atau angin ribut yang

merupakan gangguan alam.

70

Page 82: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Selain itu, PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang selalu melakukan pemeliharaan terhadap peralatan listrik yang

mereka miliki. Sehingga hal ini berdampak pada terjadinya pemadaman

listrik. Namun, karena pemeliharaan peralatan listrik ini merupakan kegiatan

yang rutin, maka PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang selalu melakukan pemberitahuan terlebih dahulu42.

Namun, terkadang pihak PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan

Jaringan (APJ) Malang juga melakukan kesalahan. Contohnya, pihak PT.

PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang masih saja

menambah pelanggan pada suatu wilayah, padahal sudah diketahui bahwa

daya listrik yang terdapat pada wilayah tersebut sudah penuh43. Sehingga

membuat seringnya listrik di wilayah tersebut padam. Dalam kasus ini maka

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang dapat

dipersalahkan dan dimintai pertanggungjawaban pidana.

Pertanggungjawaban pidana pada dasarnya dapat dikenakan

kepada setiap subyek hukum yang melakukan pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Subyek hukum yang dapat

dimintai pertanggungjawaban pidana adalah orang-perseorangan dan badan

hukum (korporasi). Dalam hal ini, oleh PT. PLN (Persero) sebagai sebuah

badan hukum dapat pula dikenai pertanggungjawaban pidana apabila

melanggar peraturan perundang-undangan.

42 Hasil wawancara dengan Bapak Ustriadi, Manajer Unit Jaringan Malang Kota di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 22 Januari 2007

43 Hasil wawancara dengan Bapak Moch. Irfan, Manajer Pelayanan, di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 22 Januari 2007.

71

Page 83: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Dalam tindak pidana korporasi, terdapat 3 (tiga) sistem

pertanggungjawaban korporasi44, yaitu :

4. Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang

bertanggungjawab.

Sistem pertanggungjawaban ini ditandai dengan usaha-usaha

agar sifat tindak pidana yang dilakukan korporasi dibatasi pada

perorangan (natuurlijk persoon). Sistem ini membedakan “tugas

mengurus” dan pengurus.

5. Korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang bertanggungjawab.

Sistem pertanggungjawaban ini ditandai dengan pengakuan

yang timbul dalam perumusan undang-undang bahwa suatu tindak

pidana dapat dilakukan oleh perserikatan atau badan usaha (korporasi),

akan tetapi tanggung jawab untuk itu menjadi beban dari pengurus badan

hukum (korporasi) tersebut.

Dalam sistem pertanggungjawaban ini, korporasi dapat menjadi

pembuat tindak pidana, akan tetapi yang bertanggungjawab adalah para

anggota pengurus, asal saja dinyatakan tegas dalam peraturan itu.

6. Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggungjawab.

Sistem pertanggungjawaban ini merupakan permulaan adanya

tanggung jawab yang langsung dari korporasi. Dalam sistem ini dibuka

kemungkinan menuntut korporasi dan meminta pertanggungjawabannya

menurut hukum pidana.

Berdasarkan Pasal 25 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10

44 H. Setiyono, Op Cit, hal.12

72

Page 84: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik,

ditentukan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi adalah :

g. memberikan pelayanan yang baik;

h. menyediakan tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan

keandalan yang baik;

i. memberikan perbaikan, apabila ada gangguan tenaga listrik;

j. bertanggungjawab atas segala kerugian atau bahaya terhadap nyawa,

kesehatan, dan barang yang timbul karena kelalaiannya; dan

k. melakukan pengamanan instalasi ketenagalistrikan terhadap bahaya yang

mungkin timbul.

Kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh PT.PLN

(Persero). Hal ini karena kewajiban-kewajiban tersebut merupakan hal yang

telah ditetapkan untuk wajib dilaksanakan.

Berkaitan dengan ini, ada 2 (dua) kewajiban yang tercantum di atas

yang seringkali dilanggar oleh pihak PT. PLN (Persero), yaitu memberikan

pelayanan yang baik dan menyediakan tenaga listrik secara terus-menerus

dengan mutu dan keandalan yang baik.

Dalam Pasal 1 ayat (1) Keputusan Direktur Jenderal Listrik Dan

Pemanfaatan Energi Nomor 114-12/39/600.2/2002 tentang Indikator Mutu

Pelayanan Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Umum Yang Disediakan Oleh

PT. PLN (Persero) telah ditentukan bahwa PT. PLN (Persero) wajib

memenuhi pelayanan yang baik kepada masyarakat umum dengan

memperhatikan hal-hal berikut :

73

Page 85: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

a. Hak dan kewajiban penerima pelayanan dan jadwal waktu pelayanan

diatur secara jelas;

b. Prosedur dan mekanisme pelayanan pelayanan mudah dipahami,

sederhana serta diinformasikan secara luas;

c. Pelayanan diberikan secara tertib dan teratur sesuai prosedur yang sudah

ditetapkan.

Melihat pada pasal ini, maka hal ini terkait dengan Pasal 4 huruf c Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam

pasal tersebut disebutkan bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan

informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi serta jaminan

barang dan/atau jasa.

Namun nampaknya ketentuan dalam Keputusan Direktur Jenderal

Listrik Dan Pemanfaatan Energi tersebut belum dilakukan secara optimal

oleh PT. PLN (Persero). Hal ini terlihat dari tidak adanya informasi yang

pasti yang didapat oleh pelanggan PT. PLN (Persero) ketika terjadi

pemadaman listrik. Ketika menghubungi layanan telepon call center 123,

pelanggan seringkali hanya mendapatkan informasi sebab pemadaman atau

sering pula layanan telepon tersebut tidak dapat dihubungi45.

Pada Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Listrik Dan Pemanfaatan

Energi Nomor 114-12/39/600.2/2002 tentang Indikator Mutu Pelayanan

Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Umum Yang Disediakan Oleh PT. PLN

(Persero) telah ditentukan pula bahwa dalam menetapkan tingkat mutu

pelayanan yang diberikan PT. PLN (Persero) harus memperhatikan :

45 Hasil kuesioner responden pelanggan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Malang, 2007.

74

Page 86: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

a. Peraturan perundang-undangan dalam bidang pelayanan dan

perlindungan konsumen;

b. Peraturan perundang-undangan dalam usaha penyediaan tenaga listrik;

c. Tingkat mutu pelayanan periode sebelumnya.

Bila melihat pada pasal 2 tersebut, maka seharusnya dalam melakukan

pelayanan, PT. PLN (Persero) selalu berpatok pada Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, terutama Pasal 4 yang

mengatur mengenai hak-hak konsumen dan Pasal 7 yang mengatur

mengenai kewajiban pelaku usaha. Sehingga seharusnya PT. PLN (Persero),

dalam melakukan pelayanannya, juga memperhatikan hak-hak konsumen

dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai pelaku usaha.

Dalam kenyataannya, pelayanan yang diberikan oleh PT. PLN

(Persero) sebenarnya sudah cukup baik, namun masih banyak pelanggan

yang mengeluh bahwa PT. PLN (Persero) belum bisa memberikan

pelayanan yang optimal. Contohnya saja, ternyata masih banyak pelanggan

yang tidak mengetahui bahwa ada layanan call center 123 yang dapat

dihubungi untuk mengajukan keluhan pada saat terjadi pemadaman listrik46.

Hal ini berkaitan dengan hak konsumen untuk didengar. Karena setiap

konsumen berhak untuk mengajukan keluhan dan pendapatnya apabila

terjadi hal-hal yang merugikan konsumen. Seharusnya PT. PLN (Persero)

mendengarkan keluhan pelanggan dan menanggapinya dengan baik

mengingat karena pelangganlah yang membayar PT. PLN (Persero)

sehingga pelanggan seharusnya dilayani dengan baik.

46 Hasil kuesioner responden pelanggan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Malang, 2007.

75

Page 87: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Sedangkan mengenai penyediaan tenaga listrik secara terus-

menerus jelas sekali masih sering dilanggar. Hal ini dapat dilihat dari

seringnya pemadaman listrik terjadi walaupun tidak ada gangguan alam.

Misalnya saja pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 terlihat bahwa gangguan dapat

terjadi karena rusaknya peralatan PT. PLN (Persero) yang rusak, seperti

trafo dan isolator serta macetnya KWH meter. Dalam hal ini, seharusnya PT.

PLN (Persero) menjaga peralatan yang dimiliki agar tidak rusak dan segera

memperbaiki peralatan yang rusak tersebut guna mencegah terjadinya

pemadaman listrik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan

kepada pegawai PT. PLN (Persero) yang bertugas menjaga dan merawat

peralatan listrik tersebut.

Apabila ditelaah lebih lanjut, dengan tidak dilakukannya kedua

kewajiban tersebut seharusnya terhadap PT.PLN (Persero) dapat dikenakan

sanksi sesuai dengan ketentuan Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu mengenai pelanggaran

terhadap Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen tentang barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi standar yang

telah ditetapkan. Maksud dari standar yang telah ditetapkan di sini adalah

standar bahwa PT. PLN (Persero) harus memberikan pelayanan yang baik

dan menyediakan tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan

keandalan yang baik

Berdasarkan ketentuan Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tersebut, maka bentuk

pertanggungjawaban pidana yang dapat dikenakan kepada PT. PLN

76

Page 88: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

(Persero) adalah sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar

rupiah). Sanksi ini sesuai dengan ketentuan Pasal 62 ayat (1) Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Sanksi pidana

ini merupakan sanksi pidana yang bersifat alternatif. Sehingga dapat

dimungkinkan bahwa pegawai PT. PLN (Persero) dapat dikenai sanksi

pidana penjara sedangkan PT. PLN (Persero) sebagai badan hukum dapat

dikenai pidana denda. Hal ini sesuai dengan sistem pertanggungjawaban

korporasi sebagai subyek hukum pidana, yaitu sistem pertanggungjawaban

ke-1 (satu) dan ke-3 (tiga) dimana pengurus korporasi sebagai pembuat,

maka pengurus yang bertanggungjawab dan korporasi sebagai pembuat dan

yang bertanggungjawab.

D. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN BENTUK-

BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PT. PLN

(PERSERO) TERHADAP TERJADINYA PEMADAMAN LISTRIK

Dalam pelaksanaannya, bentuk-bentuk pertanggungjawaban

tersebut tidak mudah dilaksanakan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa

kendala. Kendala-kendala ini membuat pertanggungjawaban pidana

terhadap PT. PLN (Persero) sulit untuk dilaksanakan.

Adapun kendala-kendala dalam penerapan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban pidana tersebut adalah :

1. Kendala Yuridis.

77

Page 89: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

a. Kendala pertama dalam penerapan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban pidana ini adalah dalam Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan tidak diatur

ketentuan khusus mengenai sanksi pidana terhadap PT. PLN

(Persero) yang melanggar kewajibannya sebagaimana diatur dalam

Pasal 25 ayat (3) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, yaitu

bahwa PT.PLN (Persero) wajib untuk menyediakan tenaga listrik

secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik.

Sehingga pelanggaran terhadap Pasal 25 ayat (3) huruf b Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan

Pemanfaatan Tenaga Listrik tersebut harus dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Sejauh ini, PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ)

Malang pernah dituntut sanksi pidana oleh pelanggannya, yaitu

sebuah usaha rumah tangga. Namun, dengan alasan bahwa di dalam

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan

tidak dimuat sanksi pidana tersebut dan tidak ada pula ketentuan

bahwa apabila terjadi pelanggaran terhadap Pasal 25 ayat (3) huruf b

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan

78

Page 90: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik harus merujuk pada Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Hal

inilah yang dijadikan alasan oleh PT.PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang untuk meloloskan diri dari

pertanggungjawaban pidana. Karena pada akhirnya PT.PLN

(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang hanya

memberikan ganti rugi atas terjadinya pemadaman listrik pada

pelanggan tersebut47.

b. Kendala kedua adalah belum adanya sinkronisasi antara Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen mengenai kedudukan konsumen dalam menuntut

pertanggungjawaban pidana kepada PT. PLN (Persero). Dimana

dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang

Ketenagalistrikan diatur mengenai kewajiban PT. PLN (Persero)

tanpa ada ketentuan sanksi pidana. Hal ini membuat kedudukan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen menjadi lemah karena hanya menjamin hak-hak

konsumen dan membuat PT. PLN (Persero) berkilah karena merasa

bahwa dasar hukum yang menjadi pedoman adalah Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan. Sementara telah

jelas bahwa status PT.PLN (Persero) memenuhi rumusan sebagai

47 Hasil wawancara dengan Bapak Arief Hidayat, Asisten Manager Distribuís PT.PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jeringan (APJ) Malang, tanggal 5 Juli 2006.

79

Page 91: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

pelaku usaha sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2. Kendala Teknis

Terdapat beberapa hal yang menjadi kendala teknis dalam

penerapan pertanggungjawaban pidana terhadap PT. PLN (Persero) yang

melakukan pemadaman listrik, yaitu :

a. Pihak pelanggan umumnya tidak mengetahui bahwa mereka

mempunyai hak untuk mereka pertahankan dalam Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Hal

ini terbukti bahwa dalam kuesioner yang diberikan kepada 20 orang

responden pelanggan, sebanyak 12 orang responden pelanggan yang

sering mengalami pemadaman listrik tidak pernah menerima ganti

rugi dari pihak PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan

(APJ) Malang. Mereka juga tidak melakukan pengaduan kepada

pihak yang berwenang48.

b. PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang

menggunakan berbagai alasan untuk memperkuat kedudukannya

sehingga tidak dapat dipersalahkan. Misalnya saja dalam kasus

mengenai penambahan pelanggan yang terus-menerus dilakukan

padahal daya yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) Area Pelayanan

Dan Jaringan (APJ) Malang tidak cukup untuk para pelanggan

tersebut. Sehingga peralatan listrik yang dimiliki menjadi rusak dan

menyebabkan padamnya listrik Dalam kasus tersebut, maka jelas

48 Hasil Kuesioner responden pelanggan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Malang, 2007.

80

Page 92: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

bahwa yang patut dipersalahkan adalah PT. PLN (Persero) Area

Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang. namun PT. PLN (Persero)

masih saja dapat berkelit bahwa kerusakan alat tersebut diakibatkan

oleh gangguan alam atau gangguan lain yang menyebabkan mereka

tidak dapat dipersalahkan49.

E. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM MENGATASI

KENDALA DALAM PELAKSANAAN BENTUK-BENTUK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PT. PLN (PERSERO)

TERHADAP TERJADINYA PEMADAMAN LISTRIK

Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut, maka dibutuhkan

upaya-upaya tertentu. Dalam menghadapi kendala yuridis, berdasarkan

penelitian yang telah dilaksanakan, maka seharusnya dalam Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan diatur ketentuan

mengenai sanksi pidana yang tegas terhadap PT. PLN (Persero) yang

melanggar kewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (3) huruf b

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan

Pemanfaatan Tenaga Listrik. Selain itu, dalam perumusan ketentuan sanksi

pidana tersebut, hendaknya juga dapat dirumuskan ketentuan bahwa

penerapan sanksi pidana tersebut dapat dilakukan dengan mengacu dan

memperhatikan pula kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dimana hak-hak konsumen dilindungi dalam

49 Hasil wawancara dengan Bapak Moch. Irfan, Manajer Pelayanan, di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 22 Januari 2007

81

Page 93: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

undang-undang tersebut. Sehingga hal-hal yang dilakukan oleh PT. PLN

(Persero) tidak lepas dari kewajibannya sebagai pelaku usaha sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen dengan memperhatikan pula hak-hak pelanggannya sebagai

konsumen. Hal ini guna mencegah agar PT.PLN (Persero) tidak lepas dari

tanggungjawabnya secara pidana dan hanya memberi ganti kerugian kepada

pelanggannya.

Dalam menghadapi kendala teknis, maka harus ada sikap

transparansi yang seharusnya dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dan

perbaikan sistem kerja di dalam tubuh PT. PLN (Persero). Seharusnya PT.

PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang meningkatkan

SDM yang dimiliki, meningkatkan pelayanan dan cepat tanggap dalam

setiap keluhan dari pelanggan. Dengan mutu SDM yang baik maka

diharapkan pelayanan yang diberikan pun akan semakin baik.

Saat ini PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang telah

melakukan Tes Uji Kelayakan Dan Kepatutan (Fit and Proper Test) dan Tes Uji

Kompetensi tehadap setiap pegawai. Tes Uji Kelayakan Dan Kepatutan (Fit and

Proper Test) dilaksanakan untuk kenaikan pangkat bagi pegawai, sedangkan Tes

Uji Kompetensi dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pegawai di bidang

pekerjaannya. Kedua tes ini dilaksanakan demi meningkatkan mutu pegawai50.

Adapun Tes Uji Kompetensi dilaksanakan berdasarkan Pasal 21 ayat (9)

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga

50 Hasil wawancara dengan Ibu Leni, Bagian Pelayanan, di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Malang, tanggal 23 Januari 2007

82

Page 94: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Listrik dimana dimuat ketentuan bahwa setiap tenaga teknik yang bekerja dalam

usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikasi kompetensi sesuai peraturan

perundang-undangan. Sehingga dengan dilaksanakannya kedua tes tersebut

diharapkan pelayanannya pun semakin ditingkatkan.

83

Page 95: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dari rumusan masalah

yang dibahas dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana yang dapat dikenakan

kepada PT. PLN (Persero) adalah sanksi pidana yang sesuai dengan

Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, yaitu pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua

milyar rupiah). Sanksi pidana ini merupakan sanksi pidana yang bersifat

alternatif. Sehingga dapat dimungkinkan bahwa pegawai PT. PLN

(Persero) dapat dikenai sanksi pidana penjara sedangkan PT. PLN

(Persero) sebagai badan hukum dapat dikenai pidana denda.

2. Kendala dalam menerapkan bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana

terhadap PT. PLN (Persero) adalah kendala yuridis dan kendala teknis.

Maksud dari kendala yuridis adalah dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan tidak diatur ketentuan khusus

mengenai sanksi pidana terhadap PT. PLN (Persero) yang melanggar

kewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (3) huruf b

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan

Pemanfaatan Tenaga Listrik dan belum adanya sinkronisasi antara

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan

84

84

Page 96: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen. Sedangkan maksud dari kendala teknis adalah pengetahuan

atau tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh pelanggan dan

kemampuan dari PT. PLN (Persero) untuk berkilah dengan berbagai

alasan yang kuat sehingga tidak dapat dipersalahkan.

3. Dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban pidana terhadap PT. PLN (Persero) yang

melakukan pemadaman listrik diperlukan beberapa upaya. Dalam

mengatasi kendala yuridis, maka seharusnya dalam Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan diatur ketentuan

mengenai sanksi pidana yang tegas terhadap PT. PLN (Persero) yang

melanggar kewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (3)

huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan

Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Sedangkan dalam mengatasi kendala

teknis maka harus ada upaya pembenahan diri dalam tubuh PT. PLN

(Persero) seperti perbaikan mutu pegawai PT. PLN (Persero) dan

peningkatan pelayanan bagi para pelanggan.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah :

1. Hendaknya sanksi pidana yang sesuai dengan Pasal 62 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling

85

Page 97: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) tersebut dapat

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Seharusnya dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang

Ketenagalistrikan diatur ketentuan mengenai sanksi pidana yang tegas

terhadap PT. PLN (Persero) yang melanggar kewajibannya sebagaimana

diatur dalam Pasal 25 ayat (3) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10

Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Sehingga PT. PLN (Persero) benar-benar melaksanakan kewajibannya

untuk menyediakan tenaga listrik secara terus-menerus.

3. PT. PLN (Persero) sebaiknya melakukan pembenahan diri dan meneliti

kemampuan pegawainya agar pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan menjadi lebih baik. Sehingga pelanggan tidak dikecewakan

mengingat kewajiban untuk membayar telah mereka lakukan dengan

baik.

86

Page 98: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

DAFTAR PUSTAKA

A. Fuad Usfa, Moh. Najih, Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, Malang, UMM Press

Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo Persada

Az. Nasution (I), 1995, Konsumen Dan Hukum, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan

Bambang Sunggono, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada

Badudu-Zain, 2001, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan

Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, 2003, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

H. Setiyono, 2003, Kejahatan Korporasi : Analisis Viktimologis Dan Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Malang, Bayumedia Publishing

M. Hamdan, 2000, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, Bandung, Mandar Maju

Ramadhan K.H., Sugiarta Sriwibawa, Tim PT. PLN (Persero), 1995, 50 Tahun Pengabdian PLN, Humas PT. PLN (Persero), Jakarta

Sidharta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta, Grasindo

Soejono, H. Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta, Balai Pustaka

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan

Page 99: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Keputusan Direktur Jenderal Listrik Dan Pemanfaatan Energi Nomor 114-12/39/600.2/2002 tentang Indikator Mutu Pelayanan Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Umum Yang Disediakan Oleh PT. PLN (Persero)

Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) Nomor 336.K/010/DIR/2003 tentang Ketentuan Pelaksanaan Harga Jual Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT. PLN (Persero)

Lampiran III Keputusan General Manager Nomor 024.K/021/DIST-JATIM/2003 tanggal 7 April 2003

Lampiran III Keputusan General Manager Nomor 025.K/021/DIST-JATIM/2003 tanggal 7 April 2003

Situs Internet

Syakur Usman. 2006, Listrik di Sistem Jawa-Bali Padam Selama 2 Jam,

http://www.tempointeraktif.com

Page 100: BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI PT. PLN (Persero) TERHADAP PEMADAMAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PERWUJUDAN PASAL 4 HURUF b JUNCTO PASAL 62 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

DAFTAR ISTILAH

jamperan : sambungan

cut out : peralatan listrik yang berfungsi untuk mengamankan

trafo distribusi terhadap arus lebih.

pole switch : peralatan switching yang dioasang di tiang (pole)

seperti Load Break Switch (LBS).

lightning arester : peralatan listrik yang berfungsi untuk mengamankan

trafo dan jaringan dari tegangan lebih (sambaran petir).

ground wire : kawat penangkal petir yang dipasang di tiang paling

atas.

sympthetic tripping : gangguan yang terjadi di penyulang lain akibat

peralatan pengaman tidak berfungsi dengan baik karena

rusak.