bentuk kata

34
BAB II BENTUK DAN JENIS KATA A. Bentuk Kata 1. Kata Dasar Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga semua bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya. Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau Pola Wajib , yaitu: a. Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan sebagainya. b. Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik I kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan- Vokal-Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang, sayap, larang, dan lain-lain. Kita tidak menyangkal akan apa yang telah dikemukakan oleh von Dempwolff. Tetapi, andaikata kita menerima secara mutlak Pola Kanoniknya itu 3

Upload: d-yash

Post on 24-Jun-2015

2.696 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bentuk Kata

BAB II

BENTUK DAN JENIS KATA

A. Bentuk Kata

1. Kata Dasar

Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga semua

bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku

kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya.

Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya

tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata

dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau

Pola Wajib , yaitu:

a. Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang

membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-

Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan

sebagainya.

b. Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik

I kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan-

Vokal-Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang,

sayap, larang, dan lain-lain.

Kita tidak menyangkal akan apa yang telah dikemukakan oleh von

Dempwolff. Tetapi, andaikata kita menerima secara mutlak Pola

Kanoniknya itu sebagai dasar yang absolut, maka bagaimana kita harus

menerapkan kata-kata seperti tendang, banting, panggil, aku, api, anak,

dan lain-lain? Berarti kita sekurang-kurangnya menambahkan beberapa

macam rumus lagi agar bisa menampung semua kata dasar yang terdapat

dalam bahasa Indonesia, misalnya: K-V-K-K-V-K, V-K-V-K, V-K-V.

Dan semua rumus ini sekurang-kurangnya baru mengenai kata-kata

dasar. Jika kita membahas kata-kata pada umumnya, tentu akan lebih

banyak lagi.

3

Page 2: Bentuk Kata

Oleh karena itu kita mengambil suatu dasar lain yang lebih sempit

yaitu berdasarkan suku kata ( silaba ). Bila kita berusaha untuk memecah-

mecahkan kata dasar bahasa Indonesia menjadi sukukata-sukukata, maka

kta akan sampai kepada satu kesimpulan bahwa ada tiga macam struktur

sukukata dalam bahasa Indonesia yaitu: V, V-K, K-V , dan K-V-K .

Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari

kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu,

misalnya:

ru - mah (K-V + K-V-K)

ka - ta (K-V + K-V)

a - pa (V + K-V)

lem - but (K-V-K + K-V-K)

na - ik (K-V + V-K)

a - ir (V + V-K) dan lain-lain.

2. Kata Turunan

Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau

imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan),

maupun akhir (atau akhiran).

3. Kata Ulang

Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami

perulangan baik seluruh maupun sebagian.

a. Bentuk Kata Ulang

Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.

1) Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang

yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.

Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.

2) Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu

semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan,

4

Page 3: Bentuk Kata

sisipan, atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun,

tanam-tanaman.

3) Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami

perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.

Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.

4) Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk

ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai

makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada

hubungannya dengan kata ulang tersebut.

Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.

5) Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang

yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian

berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata

ulang ini disebut juga reduplikasi, yang berasal dari bahasa

Inggris "reduplication" yang berarti perulangan. Sebenarnya

semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi.

Misalnya: lelaki, tetua.

b. Makna dan Fungsi Kata Ulang

1) Perulangan kata benda

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar

kata benda.

a) Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-

buahan, sayur-sayuran.

b) Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu.

Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.

2) Perulangan kata kerja

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar

kata kerja.

a) Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang

atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-

nyebut.

5

Page 4: Bentuk Kata

b) Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan,

pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.

Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.

c) Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.Misalnya: cetak-

mencetak, karang-mengarang.

d) Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak

atau berbalasan. Misalnya: tembak-menembak, tuduh-

menuduh

3) Perulangan kata sifat

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar

kata sifat.

a) Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan

cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!

b) Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak

sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar

negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja

(sampai habis). Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran

-nya mengandung makna superlatif (paling).

Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya

memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-

tingginya.

c) Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti

kata sifat itu. Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya.

(sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu

pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)

d) Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam

bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.

Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan

memengaruhi jiwanya kelak.

4) Perulangan kata bilangan

6

Page 5: Bentuk Kata

a) Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu

demi satu". Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-

satu.

b) Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi

makna "hanya satu itu". Misalnya: Ini anak saya satu-

satunya.

c) Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian

"sekaligus dua, tiga, dst.". Misalnya: Jangan masuk dua-dua

karena pintu itu tidak lebar.

d) Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-

ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus,

seribu, dst.. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam

peperangan itu.Bentuk perulangan kata bilangan dengan

awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan

akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.

4. Kata Majemuk

Kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda

membentuk suatu arti baru. Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau

lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata lain.

Contohnya Meja makan. Gabungan kata di atas termasuk contoh kata

majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.

Contohnya : makan meja (tidak logis). Kemudian, gabungan kata

tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, misal ontohnya Meja (yang)

makan (tidak logis). Meja (sedang) makan (tidak logis)

Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut

membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat

dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya. Contohnya :

-  Rumah baru (a)

-  Tono sakit (b)

-  Rumah sakit (c)

7

Page 6: Bentuk Kata

B. Jenis Kata

1. Penggolongan Kata Secara Tradisional

Tardjan Hadidjaja (1965:53-99) dalam bukunya Tatabahasa

Indonesia cetakan keempat. menggolongkan kata menjadi seuluh.

Kesepuluh jenis atau golongan tersebut ialah:

a. Kata Benda

Kata benda ialah kata-kata yang menyatakan benda. Kata benda dapat

dibedakan berdasarkan:

1) Bentuknya.

Menurut bentuknya, kata benda dapat dibedakan menjadi: a) kata

benda kata asal, seperti: hati, orang, rakit; b) kata benda kata

majernuk, seperti: burung kakak tua, Lautan Teduh; c) kata benda

kata berulang, seperti: tengah-tengahnya, batang-batang; dan d)

kata benda kata bersambung, seperti: keadaan, lautan, pikiran.

2) Keadaannya

Menurut kedaannya, kata benda ddapat dibedakan menjadi dua

yaitu: a) kata benda kongkrit yaitu kata benda yang menyatakan

bahwa benda-bendanya itu memang benar-benar ada, seperti:

orang, burung, buku pelajaran, dan yang menyatakan benda

khayal, seperti: hantu, pelesit, bidadari, dan b) kata benda abstrak

yaitu kata yang menyatakan nama benda yang hanya dapat

difahami oleh pikiran akan peri adanya itu, seperti: ilham, angan-

angan, perdamaian.

3) Artinya

Menurut artinya, kata benda dapat dibagi menjadi: a) kata benda

nama jenis, seperti: rumah, daun, matahari; b) nama diri, seperti:

Leutan Teduh, Torstein; c) kata benda nama zat, seperti: air,

angin dan d) kata benda nama kumpulan, seperti: berkas, rumpun,

kelompok.

b. Kata Kerja

8

Page 7: Bentuk Kata

Kata kerja dapat dibagi bermacam-macam, bergantung dari segi

tinjaunya. Untuk menggolongkan kata kerja dapat ditinjau dari:

1) Bentuknya

Menurut bentuknya, kata kerja dapat dibedakan menjadi empat

yaitu: a) kata kerja kata asal, seperti: hendak, jatuh; b) kata kerja

kata majemuk, seperti: turun naik, ditandatangani, c) kata kerja

kata berulang, seperti: Berkejar-kejaran; dan d) kata kerja

bersambungan, seperti: menghadapi, terdorong.

2) Hubungannya

Berdasarkan hubungan antara pokok dan sebutannya, kata kerja

digolongkannya mnjadi dua, yaitu:

a) Kata keja bentuk tindak, ialah apabila pokok itu bertindak

yakni melakukan atau

mengenakan pekerjaan, seperti: duduk, turun naik, berlari-

lari, berjual-beli;

b) Kata kerja bentuk taggap ialah. apabila pokok itu

menanggapi yakni diberlakukan atau dikenai pekerjaan,

seperti: dipukul, dipukul mundur, terjerumus, tertunda-tunda.

c. Kata Ganti

Kata ganti ialah perkataan yang akan menjadi pengganti nama orang

atau nama benda. Jenisnya dapat dibedakan:

1) Kata ganti orang, yang dapat dibedakan lagi menjadi: a) kata

ganti orang kesatu (tunggal atau rufrad dan jamak). contohnya:

aku, hamba, kami; b) kata ganti orang kedua (tunggal atau mufrad

dan jarak), contohnya: engkau, kalian, kamu; c) kata ganti orang

ketiga (mufrad dan jamak), contohnya: ia,dia, mereka.

2) Kata ganti pemilik, yang dapat dibedakan mejadi: a) kata ganti

pemilik kesatu (mufrad dan jamak), contoh: aku, kami, kalian; b)

kata ganti pemilik kedua (mufrad dan jamak), contohnya: tuan,

mu, kamu; dan c) kata ganti pemilik tiga (mufrad dan jamak),

seperti: nya, mereka

9

Page 8: Bentuk Kata

3) Kata ganti penanya, seperti: apa, siapa;

4) Kata ganti penunjuk, seperti: ini dan itu;

5) Kata ganti penghubung ialah kata yang.

d. Kata Bilangan

Kata bilangan dapat digolongkan dengan segi tinjau:

1) Bentuk

Berdasarkan bentuknya, kata bilangan dapat dibedakan menjadi:

a) bentuk kata asal, sererti: tujuh, banyak; b) Bentuk kata

majemuk, seperti: dua tiga hari, seorang dua; dan c) bantuk kata

berulang, seperti: tiga-tiga, dua-dua;

2) Artinya

Menurut artinya kata bilangan dapat dibedakan atas: a) Kata

bilangan pokok, yang terdiri lagi atas: (1)kata bilangan pokok

yang tertentu, satu, dua tiga; (2) kata bilangan pokok yang tak

tentu, seperti: semua, segala, tiaptiap; b) Kata bilangan tingkat,

yang dapat dibedakan lagi menjadi: (1) kata bilangan tingkat yang

tentu, misalnya: kesatu, kedua dan (2) kata bilangan yang tak

tentu, Seperti: kesekian. c) Kata bilangan pecahan, seperti:

sepertiga, seperempat.

e. Kata Sifat

Kata sifat ialah kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu

benda. Berdasarkan bentuknya, kata sifat dapat dibedakan menjadi: a)

kata sifat bentuk kata asal, seperti: besar, lebar; b) kata sifat bentuk

kata majemuk, seperti: merah putih, gagah berani, dan c) kata sifat

bentuk berulang, seperti: tegap-tegap, besar-besar, serta d) kata sifat

bentuk bersambungan, sererti: berbau, meluas, kemerah-merahan.

f. Kata Tambahan

Kata tambahan ialah kata-kata yang berfungsi sebagai keterangan

pada kata-kata yang bukan kata benda. Golongan ini dapat dibedakan

menjadi:

1) penunjuk waktu, seperti: pagi-pagi, baru, setelah;

10

Page 9: Bentuk Kata

2) penunjuk tempat, seperti: di sini, di atas, ke sana;

3) penunjuk peri keaadaan, seperti: beribahati, sungguh-sungguh;

4) penunjuk banyak dan taraf ketandasan, seperi: terlalu, semata-

mata, hanya, agak; dan

5) penunjuk taraf kepastian, yang dapat dibedakar lagi menjadi: (a)

kepastian, seperti: pasti, sungguh (b) kemungkinan, seperti:

mungkin, barangkali, (c) pengharapan dan permintaan, seperti:

semoga, mudah-mudahan, dan (d) ingkar, seperti: tidak, jangan.

g. Kata Depan

Kata Depan menurut definisi tradisional adalah kata yang

merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat. Kata-kata Depan

yang terpenting dalam bahasa Indonesia ialah:

1)Di, Ke, Dari: ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk

merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang

dianggap tempat.

2)Pada: bagi kata-kata yang menyatakan orang, nama orang atau

nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunakan kata pada

untuk menggantikan di, atau kata-kata depan lain yang

digabungkan dengan pada seperti daripada, kepada.

3)Selain daripada itu terdapat Kata Depan yang lain, seperti: di mana,

di sini, di situ, akan, oleh, dalam, atas, demi, guna, untuk, buat,

berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain-lain. Di

samping itu ada beberapa Kata Kerja yang dipakai pula sebagai

kata depan, yaitu: menurut, menghadap, mendapatkan, melalui,

menuju, menjelang, sampai.

h. Kata Penghubung

Kata penghubung ialah kata-kata yang gunanya untuk

menghubungkan sebuah perkataan dengan perkataan yang

mendahuluinya atau sebuah kalimat dengan kalimat yang

mendahuluinya. Menurut artinya, kata ini dapat dibedakan menjadi:

11

Page 10: Bentuk Kata

1) kata penghubung penunjuk gabungan, seperti: serta, dan, lagi

pula;

2) kata penghuhung pengantar penunjuk waktu, seperti: waktu,

ketika, setelah, sementara;

3) kata penghubung penunjuk maksud atau tujuan, seperti: agar,

supaya, biar.

4) kata penghubung penunjuk perlawanan, seperti: tetapi, akan

tetapi, melainkan;

5) kata penghubung penunjuk sebab atau akibat, seperti: sebab,

karena, sampai;

6) kata penunjuk sebab yang tak dipedulikan atau peryataan

mengalah, seperti: biar,biarpun, walau, biar sekalipun; dan

7) kata penghubung penunjuk pelaku, pelengkap, atau keterangan,

ialah bahwa (yang).

i. Kata Sandang

Kata sandang ialah kata yang gunanya untuk menegaskan kata yang

berikutnya yang disandanginya, hingga kata-kata itu mempunyai arti

yang tentu, tersekat dari nada yang lain—lain. Menurut fungsinya,

kata sandang dapat dibedakan menjadi: 1) kata sandang pembentuk

kata benda, Yang kurap, si Cebol, Merah putih; 2) untuk mengeraskan

arti, menyekat, atau menceraikan kata benda daripada yang lain-lain,

seperti: kembalikan saja kepada si pengirim, saya sendiri

menjemputmu kemarin; 3) untuk menghormat, seperti.: sang

Bangsawan, sang Ibu; dan 4) untuk menyekat atau menceraikan

sesuatu dan kelornpok atau “dunianya’, seperti: sebuah kursi, seekor

kambing.

j. Kata Seru.

Kata seru ialah kata-kata yang gunanya hanya untuk “melepaskan”

perasaan, keluarnya pun biasanya tiada dengan sengaja, seolah-olah

terlompat begitu saja dari mulut. Menurut sifatnya, kate seru dapat

dibedakan menjadi:

12

Page 11: Bentuk Kata

1) kata seru sejati, aduh, amboi, wahai;

2) kata seru tiruan bunyi, seperti: ciap, meong, das

3) kata seru yang terjadi dan kata-kata biasa, seperti:kasihan,

inalillahi, saying.

Selain itu, kata seru pun dapat dibedakan menurut maksudnya yaitu:

1) penyeru biasa, seperti: hai nenekku;

2) kata seru yang menyataka kata heran, seerti: wah;

3) kata seru yang menyataken rase sakit atau terancam behaya,

seperti: aduh

4) kata seru yang menyatakan rasa iba atau sedih, seperti: kasihan,

amboi

5) kata seru yang menyatakan kecewa, seperti: saying, celaka;

6) kata seru yang menyatakar kaget bercampur sedih, seperti:

masyaallah;

7) kata seru menyetakan rasa lega, sererti: alhamdulillah;

8) kata seru yang menyatakan jijik, seperti: cih, cis.

2. Penggolongan Secara Non-Tradisional

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi

tujuh kategori, yaitu:

a. Nomina (kata benda)

Nomina adalah kategori yang secara sintaksis mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut.

Pertama, tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel

tidak. Kedua, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

Ketiga, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat

dan paling). Keempat, tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan

wajib. Kelima, dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah

seperti satu, sebuah, sebatang dan sebagainya. Ada beberapa jenis

nomina yaitu :

1) nomina dasar

13

Page 12: Bentuk Kata

contoh : batu,radio,kertas,udara

2) nomina turunan

a) nomina berafiks : keuangan, perpaduan

b) nomina reduplikasi :tetamu, rumah-rumah

c) nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.

d) nomina yang berasal dari berbagai kelas karena proses :

(1) deverbaliasi : pemandian, kebersamaan

(2) deakjitivalisasi : ketinggian, leluhur

(3) deaverbalisasi : kelebihan, keterlaluan.

(4) Penggabungan : jatuhnya, tridurnya.

b. Verba (kata kerja)

Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar

yang dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks

tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar

yang berafiks atau turunan. Kata verba sendiri memiliki ciri-ciri

sebagai berikut.

Pertama, dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa.

Kedua, dapat didampingi oleh semua adverbia frekeunsi, seperti

sering, jarang, kadang-kadang, atau selalu. Ketiga, tidak dapat

didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya, misalnya

sebutir, sebatang dll. Keempat, didampingi oleh semua adverbia

jumlah, seperti sedikit, kurang atau cukup.

Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala, seperti sudah,

sedang atau akan. Keenam, dapat didampingi oleh semua adverbia

keselesaian, seperti belum, baru atau sedang. Ketujuh, dapat

didampingi oleh semua adverbia keharusan, seperti boleh atau wajib.

Kedelapan, dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian,

seperti pasti, tentu atau mungkin.

Dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi :

1) verba dasar bebas

14

Page 13: Bentuk Kata

Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.

Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,dll.

2) verba turunan

Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi,

reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai

bentuk turunan dapat kita jumpai :

a) verba berafiks

contohnya : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis,

jahitkan, kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani,

kehilangan, berbuat, terpikirkan.

b) verba bereduplikasi

contohnya : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.

c) verba berproses gabungan

contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-

bayang.

d) verba majemuk

contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.

Lalu, dalam kedudukannya sebagai predikat dapat dibedakan menjadi

1) Verba transitif (membunuh),

2) Verba kerja intransitif (meninggal).

c. Adjektiva (kata sifat)

Adjektiva atau kata sifat berfungsi untuk menerangkan kata benda,

seperti kopi panas dan lain sebagainya. Selain itu kata sifat juga

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekeunsi sering, jarang

dan kadang-kadang. Kedua, tidak dapat didampingi oleh adverbia

jumlah, seperti banyak atau sedikit. Ketiga, dapat didampingi oleh

semua adverbia derajat, misalnya agak, lebih dan lain sebagainya.

Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian, misalnya pasti,

tentu dan lain sebagainya. Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala

hendak atau mau.

15

Page 14: Bentuk Kata

1) Adjektiva dasar

Adjektiva dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.

Contohnya : bagus, jelek, besar, kecil,dll.

2) Adjektiva turunan

a) Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhorma.

b) Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya muda-muda, gagah-

gagah.

c) Adjektiva berafiks ke-an, misalnya kesakitan, kesepian.

d) Adjektiva berafiks –i, misalnya duniawi, alami, hewani.

e) Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-

proses berikut :

(1) Deverbalisasi, misalnya Melengking, menyenangkan

(2) Denominalisasi, misalnya berakar, beranfaat

(3) De-adverbalisasi, misalnya berkurang, bertambahkan.

(4) Denumeralia, misalnya mendua.

(5) De-interjeksi, misalnya aduhai, sip, wah.

3) Adjektiva Majemuk

a) subordinatif :

buta warna - panjang akal

besar mulut - terang hati

b) koordinatif :

aman sentosa - lemah lembut

besar kecil - suka duka

d. Adverbia (kata keterangan)

Dalam berbagai buku tata bahasa sekolah, adverbia lebih dikenal

dengan kata keterangan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja ,

kata sifat, dan jenis kata yang lainnya.

1) Adverbia dalam bentuk dasar bebas. Contoh : Alangkah,

Agak,Bisa, Hampir, Masih, Memang, Paling, Nian, Niscaya,

Sangat, dll.

2) Adverbia turunan, terbagi atas :

16

Page 15: Bentuk Kata

a) adverbia turunan yang tidak berpindah kelas kata terdiri dari :

(1) adverbia bereduplikasi. Contoh : agak-agak, bisa-bisa,

jangan-jangan, rada-rada.

(2) adverbia gabungan .Contoh : belum boleh, tidak boleh,

tidak mungkin lagi, belum tentu.

b) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas kata, terdiri

dari :

(1) Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter- .Contoh :

terlalu, dan terlampau.

(2) Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi.

(a) denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu,

pagi-pagi.

(b) Depronominal : sendiri-sendiri.

(c) Adverbia de-ajektiva : awas-awas, baik-baik, benar-

benar.

(d) Adverbia denumerelia : sedikit-sedikit, dua-dua.

(e) Adverbia deverbal : kira-kira, tahu-tahu.

3) Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina

A + -nya :agaknya, harusnya

N + -nya : rasanya, rupanya

V + -nya : hendaknya, kiranya

A +-nya : biasanya, layaknya

Num + -nya : seluruhnya, biasanya

4) Adverbia deverbal gabungan.

Misalnya : mau tak mau, masih belum juga, tidak trkatakan lagi.

5) Adverbia de-akjetiva gabungan

Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap

kali

6) Gabungan proses

Se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.

Se- + V + -nya : senarusnya, sedapatnya.

17

Page 16: Bentuk Kata

e. Pronomina (kata ganti)

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan

nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden. Secara umum

lazim dibedakan adanya empat macam pronominal.

1) Kata Ganti Diri

Kata ganti diri adlah pronominal yang menggantikan nomina orang

atau yang diorangkan. Kata ganti diri dibedakan atas.

a) Kata ganti di orang pertama tunggal yaitu aku dan saya. Orang

pertama jamak yaitu kami dan kita.

b) Kata ganti diri orang kedua tunggal, yaitu kamu dan engkau.

Orang kedua jamak yaitu, kalian dan mereka.

c) Kata ganti diri orang ketiga tunggal yaitu ia, dia, dan nya.

Orang ketiga jamak, yaitu mereka.

2) Kata Ganti Petunjuk

Kata ganti petunjuk atau pronominal demontratifa adalah kata ini

dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina (frase nomina

atau lainnya) sekaligus dengan penunjukan. Contoh, buku ini

adalah buku impor. Buku itu belum saya baca.

3) Kata Ganti Tanya

Kata ganti Tanya atau pronominal interogatif adalah kata yang

digunakan untuk bertanya ayau menanyakan sesuatu (nomina atau

yang dianggap kontruksi nomina). Kata ganti Tanya itu adalah apa,

siapa, kenapa, mengapa, bagaimana, dan mana.

4) Pronomina Tak Tentu

Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang

digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang

termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang,

siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu,

beberapa dan sewaktu-waktu.

f. Numeralia (kata bilangan)

18

Page 17: Bentuk Kata

Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam

konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia

lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.

Subkategorisasi

1. Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang

tenru. Golongan ini terdiri atas :

a) Numerelia utama (koordinat)

(1) bilangan penuh, adalah numerelia utama yang menyatakan

jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh,ribu. Numerelia

utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu,

harga uang, ukuran panjang, berat, isi,dsb.

(2) bilangan pecahan, yaitu numerelia yang terdiri dari

pembilang dan penyebut, yang diduduki partiker per,

misalnya dua pertiga, lima perenam.

(3) bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30,

misallnya : selikur=21, dualikur 22, lusin=12, gross=144.

b) Numerelia tingkat

Adalah numerilia takrif yang melambangka urutan dalam

jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke- merupakan prefiks

dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan

kedua sudah diperbaiki

- Ia orang kedua di departemennya.

c) Numerelia kolektif

Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N

, ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif

yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu

mendahului nomina. Contoh : dipandangnya kedua gadis itu

dengan penuh keheranan.

2. Numerelia tak takrif

Numerelia tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah

yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-

19

Page 18: Bentuk Kata

tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain,

tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua,

persatuan, atau menjadi nomia seperti

kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.

3. Kata Bantu Bilangan

Kata bantu bilangan disenut juga kata penjodoh bilangan, atau kata

penggolong bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai

tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata

bilagan dengan nominanya. Misalnya, orang, ekor, helau butir dll.

g. Kata tugas

Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan

peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:

1. preposisi (kata depan)

preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk

merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Secara

simenatik preposisi ini menyatakan makna.

a) Tempat berada (di, pada, dalam, atas dan antara)

b) Arah Asal (dari)

c) Arah Tujuan (ke, kepada, akan dan terhadap)

d) Pelaku (oleh)

e) Alat (dengan dan berkat)

f) Perbandingan (daripada)

g) Hal atau masalah (tentang atau mengenai)

h) Akibat (hingga/sehingga atau sampai)

i) Tujuan (untuk, buat, guna dan bagi)

2. konjungsi (kata sambung)

Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang

menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan

kata, frase dengan frase, antara kalusa dengan klausa, atau antara

kalimat dengan kalimat. Dilihat dari tingkat kedudukannya

dibedakan menjadi.

20

Page 19: Bentuk Kata

a) Konjungsi berkoordinasi

Konjungsi berkoordinasi adalah konjungsi yang

menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang

kedudukannya sederajat atau setara. Kemudian dilihat dari sifat

hubungannya dikenal adanya konjungsi.

1) Menghubungka menjumlahkan (dan, dengan dan serta)

2) Menghubungkan memilih (atau)

3) Menghubungkan mempertentangkan (tetapi, namun,

sedangkan dan sebaliknya)

4) Menghubungkan membetulkan (melainkan dan hanya)

5) Menghubungkan menegaskan (bahkan, malah/malahan,

lagipula, apalagi dan jangankan)

6) Menghubungkan membatasi (kecuali dan hanya)

7) Menghubungakan mengurutkan (kemudian, lalu,

selanjutnya dan setelah itu)

8) Menghubunglan menyamakan (yaitu, yakin, ialah, adalah

dan bahwa)

b) Konjungsi subordinat

Konjungsi subordinat adalah konjugsi yang menghubungkan

dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat.

Konjungsi ini dibedakan oula atas konjungsi yang

menghubungkannya.

1) Menghubungkan menyatakan sebab akibat (sebab atau

karena)

2) Menghubungkan menyatakan persyaratan (kalau, jikalau,

jika, bila, bilamana, apabila dan asal)

3) Menghubungkan menyatakan tujuan ( agar dan supaya)

4) Menghubungkan menyatakan waktu ( ketika, aewaktu,

sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil dan selama)

5) Menghubungkan menyatakan akibat (sampai, hingga dan

sehingga)

21

Page 20: Bentuk Kata

6) Menghubungkan menyatakan batas kejadian ( sampai dan

hingga)

7) Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran ( untuk

dan guna)

8) Menghubungkan menyatakan penegasan (meskipun begitu,

biarpun, kendatipun, dan sekalipun)

9) Menghubungkan menyatakan pengandaian (seandainya dan

andaikata)

10) Menghubungkan menyatakan perbandingan (seperti,

sebagai dan laksana)

3. artikula (kata sandang)

Artikula adalah kata yang membatasi makna nomina. Dalam

Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu :

a) artikula yang bersifat gelar

Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan

orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenis

artikula yang bersifat gelar :

1) sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan

maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai

dalam gurauan atau sindiran.

2) sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam

keagamaan atau kerajaan.

3) hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya

terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.

4) dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya

terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.

b) artikula yang mengacu makna kelompok

Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna

korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan

ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak

dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan

22

Page 21: Bentuk Kata

kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah

“para guru” dan bukan “para guru-guru”.

c) artikula yang menominalkan.

Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna

tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat.

Contoh :

Si Amat akan meminag Si Halimah minggu depan.

Aduh, cantiknya si hitam manis itu.

4. interjeksi (kata seru)

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan

rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian

dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada

yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan.

Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang

diungkapkannya, sebagai berikut :

a) Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.

b) Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.

c) Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.

d) Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah

e) Interjeksi harapan : insya allah.

f) Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.

g) Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah.

h) Interjeksi ajakan : ayo, mari.

i) Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.

j) Interjeksi simpulan : nah.

5. Partikel.

Di samping kata-kata yang ternasuk kelas-kelas di atas ada pula

sejumlah bntuk yang disini disebut partikel seperti kah, lah, pun

dan per. Contoh:

Apakah isi lemari itu?

Siapakah namamu yang sebenarnya?

23

Page 22: Bentuk Kata

Ambillah mana yang kamu suka!

Saya tidak tahu, dia pun tidak.

Gaji kamu naik per satu April

Harganya Rp 1000 per lembar.

24