benigna prostat hypertropi (bph)
DESCRIPTION
materi BPHTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Efusi pleura Page 1
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih
menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Efusi pleura adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernapasan Efusi pleura sendiri sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu
penyakit melainkan hanya lebih merupakan symptom atau komplikasi dari
suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan
berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan
membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995, Waspadji
Sarwono (1999, 786)
Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung,
adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor
yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma,
pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf
H, Amin M Saleh, 1998, 68)
Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan,
kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi
luas, expansi paru akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri
dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan
terjadilah gagal nafas. Kondisi-kondisi tersebut diatas tidak jarang
menyebabkan kematian pada penderita efusi pleura.
Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu penyakit paru
RSUD Dr. Soetomo tahun 1998, didapatkan data bahwa effusi pleura
menduduki peringkat kedua setelah TB paru dengan jumlah kasus yang
datang sebanyak 364 orang dan angka mortalitasnya mencapai 26 orang.
Sedangkan tahun 1999 menduduki peringkat ke lima dengan angka
mortalitasnya mencapai 31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus efusi
pleura yang ada, sementara tahun 2000 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi
pleura dan menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka
mortalitasnya mencapai 38 orang, (medical record RSUD Dr Soetomo tahun
2000).
Efusi pleura Page 2
Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual
maupun potensial akibat adanya efusi pleura antara lain adalah ketidak
efektifan pola nafas, gangguan rasa nyaman, gangguan pemenuhan kebutuhan
tidur dan istirahat, kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, gangguan
pemenuha kebutuhan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan
pasien serta masih banyak lagi permasalahan lain yang mungkin timbul.
Efusi pleura Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Pleuritis
Pleurisy adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada
dua pleura: satu yang melindungi paru (diistilahkan visceral pleura) dan yang
lain melindungi dinding bagian dalam dari dada (parietal pleura). Dua lapisan-
lapisan ini dilumasi oleh cairan pleural.
Pleurisy seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra
dalam ruang antara dua lapisan dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai pleural
effusion. Pleurisy juga dirujuk sebagai pleuritis.
Serat-serat nyeri dari paru berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini
meradang, itu berakibat pada nyeri yang tajam pada dada yang memburuk dengan
napas, atau pleurisy. Gejala-gejala lain dari pleurisy dapat termasuk batuk,
kepekaan dada, dan sesak napas.
Penyebab Pleurisy
Pleurisy dapat disebabkan oleh apa saja dari kondisi-kondisi berikut:
Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan
tuberculosis), jamur-jamnur, parasit-parasit, atau virus-virus
Kimia-Kimia Yang Terhisap Atau Senyawa-Senyawa Beracun:
paparan pada beberapa agen-agen perbersih seperti ammonia
Penyakit-Penyakit Vaskular Kolagen: lupus, rheumatoid arthritis
Kanker-Kanker : contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker
payudara ke pleura
Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma
Efusi pleura Page 4
Kemacetan: gagal jantung
Pulmonary embolism : bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah
ke paru-paru. Bekuan-bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi
darah dan oksigen ke bagian-bagian dari paru dan dapat berakibat pada
kematian pada bagian itu dari jaringan paru (diistilahkan lung infarction).
Ini juga dapat menyebabkan pleurisy.
Rintangan dari Kanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor
paru yang berlokasi secara central
Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang
digunakan untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada
dada
Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-
sindrom seperti lupus (seperti Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-
lainnya)
Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati
Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh
kekurangan oksigen dari suplai darah yang buruk
PATOGENESIS
Adanya radang pleura yang bersifat awal, sebelum terbentuknya cairan
eksudasi radang, kedua lapisan pleura, yaitu pleura parietalis dan visceralis, saling
bergesekan oleh karena keduanya mengalami penebalan. Gesekan antara
keduanya akan menimbulkan suara friksi dalam pemeriksaan auskultasi. Pada
proses yang berlangsung akut, rasa sakit terjadi sebagai akibat meningkatnya
kepekaan syaraf sensoris pada pleura yang mengalami radang. Hal tersebut
menyebabkan kurang leluasanya pengembangan dinding dada, hingga pernafasan
lebih banyak dilakukan oleh otot-otot perut (pernafasan abdominal). Untuk
mengurangi rasa sakit, pernafasan dilakukan dengan cepat dan intensitas yang
Efusi pleura Page 5
dangkal. Oleh adanya cairan yang kemudian terbentuk, sebagai produk radang,
volume rongga pleura berkurang dan tekanan negatif di dalamnya akan berkurang.
Hal terakhir mengakibatkan kemampuan berkembang dari alveoli paru-paru juga
menurun, dan hal tersebut mengakibatkan penderita cepat menjadi lelah meskipun
hanya melakukan kerja fisik yang ringan.
Bagian paru-paru yang tercelup di dalam cairan radang, yang sifatnya
purulen, mukopurulen, atau serosanguineus, akan cepat mengalami disfungsi dan
mengalami atelektasis. Lobus paru-paru yang paling sering menderita atelektasis
adalah lobus ventralis. Dalam keadaan demikian, bagian paru-paru tersebut tidak
lagi berfungsi, dan untuk menutupi kebutuhan oksigen akan diikuti dengan kerja
lebih, sebagai kompensasi, dari jaringa paru-paru yang lain. Jantung yang tercelup
di dalam cairan radang juga akan mengalami degenerasi, hingga gejala kelemahan
jantung juga akan dapat diamati. Kompresi cairan atas jantung, terutama pada
atriumnya, menyebabkan bendungan pada vena-vena yang besar, antara lain vena
jugularis. Bendungan tersebut akan dilihat dari luar dengan mudah.
Mungkin cairan radang dapat mengalami penyerapan, hingga pleura yang
meradang menjadi ”kering”. Dalam keadaan demikian biasanya terjadi adesi pada
pleura hingga menyebabkan pertautan paru-paru dengan dinding dada, yang
selanjutnya hal tersebut menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru untuk
berkembang sesuai dengan kemampuan normalnya. Gejala-gejala perubahan
pernafasan akan segera tampak bila penderita dikerjakan agak berat.
Radang pleura yang disebabkan oleh kuman hampair selalu diikuti dengan
gejala toksemia, yang disebabkan oleh terbebasnya toksin kuman maupun karena
hasil pemecahan reruntuhan jaringan.
GEJALA KLINIS
Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidaktenangan, kemudian
diikuti dengan pernafasn yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan akut, karena
rasa sakit waktu bernafas dengan menggunakan otot-otot dada, pernafasan lebih
bersifat abdominal. Untuk mengurangi rasa sakit di daerah dada, bahu penderita
Efusi pleura Page 6
nampak direnggangkan keluar (posisi abduksi). Dalam keadaan seperti itu
penderita jadi malas bergerak, hingga lebih banyak tinggal di kandang atau
menyendiri dari kelompoknya. Kebanyakan penderita mengalami demam, sekitar
40oC.
Dalam pemeriksaan auskultasi terdengar suara friksi karena bergeseknya
kedua pleura. Adanya cairan radang dalam auskultasi akan terdengar suara
perpindahan cairan sesuai dengan irama pernafasan. Dalam pemeriksaan perkusi
terdengar suara pekak, terutama pada bagian bawah daerah perkusi paru-paru.
Bila cairan yang terbentuk cukup banyak, dalam perkusi dapat dikenali adanya
daerah pekak horizontal, yang kadang-kadang tingginya mencapai hampir
setengah daerah perkusi. Oleh banyaknya cairan yang terbentukgejala dispnoea
juga menjadi lebih jelas.
Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh toksemia dan akibat radang
paru-paru yang mengikutinya, penderita dapat mengalami kematian setiap saat.
Pada radanag pleura penderita nampak lesu karena adanya penyerapan toksin
(toksemia).
Proses kesembuhan dapat pula terjadi, meskipun biasanya diikuti dengan
adesi pleura. Penderita demikian tampak normal, tetapi bila dikerjakan sedikit saja
segera menjadi lelah karena turunya kapasitas vital pernafasannya.
Radang pleura kronik, yang mungkin ditemukan pada sapi yang menderita
tuberkulosis, mungkin saja tidak mengakibatkan gejala pernafasan yang berarti.
Kebanyakan penderita radang kronik hanya memperlihatkan kenaikan frekuensi
pernafasannya.
PENGOBATAN
Pengobatan pleurisi tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus, tidak
diperlukan pengobatan. Jika penyebabnya adalah penyakit autoimun, dilakukan
pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya. Apapun penyebab dari pleurisi,
biasanya nyeri dada bisa diredakan dengan memberikan obat pereda nyeri seperti
Efusi pleura Page 7
asetaminofen atau ibuprofen. Kodein dan golongan narkotik lainnya merupakan
pereda nyeri yang lebih kuat tetapi cenderung bersifat menekan batuk, sehingga
bukan merupakan langkah yang baik karena bernafas dalam dan batuk membantu
mencegah terjadinya pneumonia. Karena itu jika sudah tidak terlalu
yeri,penderita pleurisi dianjurkan dan didorong untuk bernafas dalam dan batuk.
Batuk mungkin tidak terlalu nyeri jika penderita atau penolong
menempatkan /memeluk sebuah bantal di daerah yang sakit. Membungkus seluruh
dada dengan perban elastis yang tidak lengket, juga bisa membantu meredakan
nyeri yang hebat. Tetapi membungkus dada untuk mengurangi pengembangannya,
akan meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.
2. Pengertian Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis
danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudat dan eksudat yang di akibatnya terjadinya
ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura
viseralis.
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem
peranfasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis suatu penyakit melainkan
hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit.
Efusi pleura adalah suatu keadaan diman terdapat cairan berlebihan di
rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya.
Penyakit – penyakit dengan efusi pleura:
Efusi pleura Page 8
Pleuritis karena virus dan mikroplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila ter jadi
jumlahnya tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Virusnya
adalah echo virus, coxsackie group, chlamidia, ricketsia, dan mikoplasma.
Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100 – 6000
per cc.gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise,
sakit dada, sakit perut. Kadang – kadang ditemukan juga gejala – gejala
perikarditis. Diagnosa ditegakkan dengan menemukan virus dalam cairan
efusi tapi cara termudah adalah dengan mendeteksi antibody terhadap
virus dalam cairan efusi.
Pleurritis karena bakteri piogenik
Permukaan pleura dapat di tempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan
parenkim paru dan menjalar secara hematogen dan jarang yang melalui
venetrasi diafragma, dinding dada atau esofagus.
Aerob : streptococos, pnemonia, streptococus, millery, tafilacocus, aerous,
hemofilus spp.
An aerob : bakteriodes spp, peptostieptococus, fusobakterium, Pemberian
kemoterapi dengan ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3x 500 mg.
Pleuritis tuberkolosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan
bersifat eksudat. Penyakit ini kebnyakan terjadi esabgai komplikasi
penyakit tuberkolosisi paru melalui fokus subpleura yang robek atau
melalui getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau kolumna
Efusi pleura Page 9
vertebralis. Dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura
bilateral. Cairan efusi yang biasanya serius kadang – kadang bisa juga
hemoragik, jumlah leukosit antara 500 – 2000 per cc. mula – mula yang
dominan adalah karena reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein.
Pada dinding pleura dapat ditemukan adanya granuloma.
Diagnosa utama berdasarkan adanya kuman tuberkolosis dalam cairan
efusi ( biakan) atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah – daerah
dimana frekuensi tuberklosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia
muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkolosa
walaupun tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsi jaringan pleura.
Pengobatan dengan obat – obat anti tuberkolosis (rifamfisin, INH,
pirazinamid etambutol tertomisin) memakan waktu 6 – 12 bulan. Dosis
dan cara pemberian obat seperti pada pengobatan tuberkolosis paru.
Pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat serap kembali, tapi untuk
menghilangkan eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosintesis.
Pleuritis fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena perjalanan
infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah
aktinomikosis, koksidiomikosis, aspergilus, kriptokous, histoplasmolisis,
blastomikosis dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi
hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi. Penyebaran fungi ke
organ tubuh lain amat jarang. Pengobatan dengan amfoterisin B
memberikan respon yang baik. Prognosis penyakit ini relatif baik.
Efusi pleura Page 10
Pleuritis parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah amuba.
Bentuk tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus
ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi
karena peradangan yang ditimbulkannya. Disamping ini dapat juga terjadi
empiema karena amuba yang cairannya berwarna khas merah coklat.
Disini parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi dari parenkim hati.
Bisa juga karena aanya robekan dinding abses amuba pada hati ke arah
rongga pleura. Efusi parapneumonia karena amuba dari abses hati lebih
sering terjadi daripada empiema amuba.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
a. Anatomi
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam
tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda
ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru
atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura
(Syaifudin B.AC , 1992, 104).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi
paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan
permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari
dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.
Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.
b. Fisiologi
Efusi pleura Page 11
Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang
berarti “bernafas lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan
oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh.
Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang
vital bagi kehidupan.
Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :
1) Ventilasi
Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses
ini terdiri atas 2 tahap :
Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi
terjadi dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis
eksterna yang menyebabkan volume thorax membesar sehingga
tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.
Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang
terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax
mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume
paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara
keluar dari paru.
2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.
3) Transport gas
Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah (aliran darah).
4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme
penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga
disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995,
15).
Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah
bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam
keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua
pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang
merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur
Efusi pleura Page 12
(Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga
pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura,
maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik
(yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam
mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan
lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara
produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis .
Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena
ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang
fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).
c. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis
1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif
(gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis
kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya,
tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma,
infark paru, tuberkulosis.
4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi
unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai
kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi
effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah
ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark
paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
d. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya
tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi
cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun
Efusi pleura Page 13
misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,
bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan
tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf
H, Mukti A, 1995, 145).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas
dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung
yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan
osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan
yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun
pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan
membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan
cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997,
623-624).
4. TANDA DAN GEJALA
a. Dispnea/sesak nafas
b. Batuk non produktif
c. Rasa sakit/nyeri pada paru
d. Bila efusinya besar maka ruang intercostals tampak
menonjol
e. Pergerakan dada berkurang
f. Perkusi didengar pekak
g. Suara nafas lemah
h. Kelelahan
i. Palpasi fremitus lemah
j. Kadang – kadang demam subfebris
Efusi pleura Page 14
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesak napas.
b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
5. Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk
mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.
2. Indikasi
a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan,
pasca bedah toraks
c. Torakotomi
d. Efusi pleura
e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi
3. Tujuan Pemasangan
a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura.
b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap
sebagian
d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.
4. Tempat pemasangan
a. Apikal
Letak selang pada interkosta III mid klavikula
Dimasukkan secara antero lateral
Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
Efusi pleura Page 15
b. Basal
Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX
mid aksiller
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura
6. Jenis WSD
• Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada
pasien dengan simple pneumotoraks
• Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan
botol kedua adalah botol water seal.
• System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system
dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur
jumlah penghisapan.
7. Penatalaksanaan Medis
1 Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjek, nyeri,
dipsnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatkan edema. Jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikut dilakukan 1 jam kemudian.
2 Antibiotik jika terdapat emprema.
3 Pleurodesis yaitu melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis
untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada
efusi pleura maligna).
4 Opreatif, bila cairan pus kental sehingga sulit keluar atau
empiemanya multilokulara.
5 Tirah baring.
6 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
Efusi pleura Page 16
7 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan
specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
8 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan
nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks.
Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada
dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal
atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan
paru.
9 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan
kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
10 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
Pengobatan Efusi Pleura
Orang yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multilokular, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat di
bantu dengan irigasi cairan garam fisiologi atau larutan antiseptik (betadine).
Pengobatan secara sistematik hendaknya segera diberikan, tetapi ini tidak berarti
bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura (pada efusi pleura maligna)
dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan pleura
parientalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai) bleumisin,
korinebacterium parvum, Tio-tepa, Flourorasil.
Komplikasi
1. Pneumonia
2. Fibrosis paru
3. Pneumotorak
4. Emfisema
5. Arelektasis
Efusi pleura Page 17
6. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
7. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam,
menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
8. Laserasi pleura viseralis
2. Dampak Masalah
a. Dampak masalah terhadap individu
Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura
akan mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual
yang akan selalu menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses
penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px dengan
effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri
pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih
khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat
adnya akumulasi cairan di kavum pleura.
b. Dampak masalah terhadap keluarga
Pada umumnya keluarga pasien akan merasa dituntut untuk selalu
menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien. Apabila ada salah satu
anggota keluarga yang sakit sehingga keluarga pasien akan memberi
perhatian yang lebih pada pasien. Keluarga menjadi cemas dengan
keadaan pasien karena mungkin sebagai orang awam keluarga pasien
kurang mengerti dengan kondisi pasien dan tentang bagaimana
perawatannya. Lamanya perawatan pasien banyaknya biaya
pengobatan merupakan masalah bagi pasien dan keluarganya terlebih
untuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah.
Secara langsung peran pasien sesuai statusnya pun akan mengalami
perubahan bahkan gangguan selama pasien dirawat di rumah sakit.
Efusi pleura Page 18
7. Pathway
Efusi pleura Page 19
Efusi pleura Page 20
TB Paru Pnemonia
Tekanan asmotik koloid menurun
Tekanan negative intra pleurapeningkatan
permeabilitas kapiler
Gagal jantung kiriGagal ginjal
Gagal fungsi hati
Peningkatan tekanan hidrostatik di pembuluh darah
Peningkatan permeabilitas kapiler paru
KarsinomaMediastinum
Karsinoma paru
Ketidak seimbangan jumlah produksi cairan dengan
absorpsi yang bisa dilakukan pleura viseralis
AtelektasisHipoalbuminemia
inflamasi
Pola nafas tidak efektif jalan nafas tidak efektif resiko terpapar infeksi
Mual, nyeri lambung konstipasi
Ketidak seimbangan nutrisi nyeri lambung gannguan eliminasi alvi
Gangguan ventilasi ( Pengembangan paru tidak optimal), gangguan difusi, distribusi, dan transportasi oksigen
Sistem saraf pusat
Pusing disorintasi
Resiko gangguan perfusi serebral
Akumulasi/ penimbunan cairan di kavum pleura
Sistem pernafasan
Sistem pencernaan
Sistem muskuluskeletal
Koping tidak efektif
Hipoksia serebral
Penurunan suplai oksigen
ke otak
Respons psikososial
Pa O2 menerun PCO3 meningkat sesak napas peningkatan produksi secret penurunan imunitas
Efek hiperventilasi
Produksi asam lambung
meningkat peristaltic menurun
Penurunan suplai oksigen
ke jaringan
Peningkatan metabolisme anaerob
Sesak napas tindakjan
infasif
Peningkatan produksi aam laktat
Kelemahan fisik umum
Intoleransi aktif
kecemasan
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara
sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat
komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai
(Budianna Keliat, 1994,2).
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
Efusi pleura Page 21
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan menurut gordon
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Efusi pleura Page 22
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.
pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan
mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan
mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah
tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai
seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami
perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal
pasien.
Efusi pleura Page 23
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.
Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa
penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam
hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif
terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks
intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien
berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya
akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya
pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan
dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini
adalah suatu cobaan dari Tuhan.
h. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana
penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama
dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan
dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi
badan berat badan pasien.
Efusi pleura Page 24
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah
hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan
ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
yang disertai penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan
pergerakan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada
tertinggal pada sisi yang sakit). Iga melebar, rongga dada
asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang
produktif dengan sputum purulen. Disamping itu pada palpasi
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya.
Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan
terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung
lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini
disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian
depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada
kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan
ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di
sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e
artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka
akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H,
Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)
Efusi pleura Page 25
3) Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal
berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1
cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung
(health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur
tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu
getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung
dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk
menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala
payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus
menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya
benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana
nilai normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga
diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor,
feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,
apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen
normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping
juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau
Efusi pleura Page 26
somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan
refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu
dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan
pengecapan.
6) Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial,
palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi
perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan
inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot
kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
7) Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada
tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan
tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,
hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta
turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.
i. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari
300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya
berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub
pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis
tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang
sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang
memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-
787). pemeriksaan radiologi foto thorak yang diperlukan sebagai
monitor atas intervensi yang telah diberikan dimana keadaan
Efusi pleura Page 27
keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan dengan
penunjang pemeriksaaan foto thorak.
2. Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura
dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan
untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman
penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)
(Soeparman, 1990, 788).
3. Pengukuran fungsi paru (sprimetri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke
total kapasitas paru dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronis
tahap lanjut.
j. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa
cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis
cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab
dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosintesis
secara makroskopiis biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat
dan transudat.
haemorrhagic pleural efusion, biasanya terjadi pada klien dengan
adanya keganasan paru atau akibat infark paru terutama
disebabkan oleh tuberkolosis.
yellow exsudat pleural efusion, terutama terjadi pada keadaan
gagal jantung kongestif, syndrom nefrotik, hipoalbunemia, dan
perikarditis konstruktif.
klear eksudat pleural efusion, sering terjadi pada klien dengan
keganasan extrapulmoner.
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan
antara lain :
a. Pemeriksaan Biokimia
Efusi pleura Page 28
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat
yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3
Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif
Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia
diperiksakan juga cairan pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-
penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan
metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b. Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c. Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit 25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB
paru
Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
Efusi pleura Page 29
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan
jamur
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3
cairan tampak kemorogis, sering dijumpai
pada pankreatitis atau pneumoni. Bila
erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan
infark paru, trauma dada dan keganasan.
Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa
disingkirkan.
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan
dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang
lebih terdeteksi karena akumulasi cairan
pleura lewat mekanisme obstruksi,
preamonitas atau atelektasis (Alsagaff
Hood, 1995 : 147,148)
d. Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura
adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas,
enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman
tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).
Pemeriksaan Bakteriologis ( gram stain )
Metode:Gram
Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol
gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat
pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur,
sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil
warna merah dari fuksin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel
Efusi pleura Page 30
sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat
atau eksudat
Alat :
1. Objek Glass
2. Pipet tetes
3. Bak dan rak pewarnaan
4. Mikroskop
Reagensia :
1. Carbol gentian violet 1 %
2. Lugol 1 %
3. Alkohol 96 %
4. Air Fuchsin 1 %
Prosedur Kerja :
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas
objekglass, dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci
3. Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci
4. Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci
5. Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x
Catatan :
Transudat : Tidak ditemukan bakteri dan Eksudat : Ditemukan
bakteri
Selain dengan pewarnaan gram, juga bisa dilakukan dengan
pewarnaan Ziehl-Neelsen untuk menemukan adanya bakteri
clostridium.
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan
KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup,
biarkan selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.
Kesimpulan :
Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis antara lain hitung
Efusi pleura Page 31
jumlah dan hitung jenis sel lekosit serta adanya bakteri dalam
cairan/sampel yang diperiksa, dapat menentukan jenis cairan
tersebut apakah transudat atau eksudat, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa.
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Pengambilan dan pengiriman sampel
- Pengambilan sampel dilakukan secara pungsi yang berada
disetiap rongga tubuh, dibentuk oleh kulit bagian bawah (debris),
pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat ataupun
wadah sampel
- Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan
diberi etiket yaitu nama, lamanya sakit, waktu pengambilan, jenis
peneriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat
etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.
2. Kualitas Reagensia.
- Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat,
bertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
- Sebelum digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.
3. Teknik Pemeriksaan
- Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
- Perlu juga diperhatikan alat – alat yang digunakan dalam
keadaan bersih dan kering, kondisi alat seperti pipet tidak pecah
pada ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.
- Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel
yang diwarnai, untuk itu pada saat pewarnaan sesuai dengan
waktunya.
Efusi pleura Page 32
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan
dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada
penderita effusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam
diagnosa keperawatan.
Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data
sari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di
kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan.
(Budianna Keliat, 1994,1)
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan effusi pleura antara lain :
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga
pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh,
pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap
penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).
3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).
4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang
menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara
Engram).
5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan
keletihan (keadaan fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk,
1998).
Efusi pleura Page 33
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan
sehubungan dengan kurang terpajang informasi (Barbara
Engram,1993).
7. Nyeri dada berhubungan dengan faktor - faktor biologis (trauma
jaringan) dan faktor – faktor fisik (pemasangan selang dada)
8. Resiko tinggi trauma / henti nafas b.d froses cidera, system drainase
dada, kurang pendidikan keamanan / pencegahan.
9. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis.
10. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran akveolar
kapiler.
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. Cemas
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas
7. Gangguan rasa nyaman nyeri
8. Resiko tinggi trauma / henti nafas.
9. Resiko tinggi penyebaran infeksi
10. Gangguan pertukaran gas
3. Perencanaan
Efusi pleura Page 34
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.
(Budianna Keliat, 1994, 16)
1. Diagnosa Keperawatan I
Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam
batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya
akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
Rencana tindakan :
a. Identifikasi faktor penyebab.
Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat
menentukan jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat.
b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan
setiap perubahan yang terjadi.
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman
pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan
kondisi pasien.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk,
dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.
Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada
sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan
respon pasien).
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi
adanya penurunan fungsi paru.
e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.
Efusi pleura Page 35
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas
pada bagian paru-paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang
efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas
dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk
lebih efektif.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-
obatan serta foto thorax.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban
pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.
Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya
cairan dan kembalinya daya kembang paru.
2. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu
makan akibat sesak nafas.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan
normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.
Rencana tindakan :
a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh
kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan
pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
b. Auskultasi suara bising usus.
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat
menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.
c. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu
makan.
Efusi pleura Page 36
d. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat
meningkatkan nafsu makan.
e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan
energi, banyak selingan memudahkan reflek.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP
Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme
dan pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan
kalori dan semua asam amino esensial.
g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan
suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika
intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat
menambah asam lemak dalam tubuh.
3. Diagnosa Keperawatan III
Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian
yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).
Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya
sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu
beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal
klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur
dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali
permenit.
Rencana tindakan :
a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan
semi fowler.
Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.
Efusi pleura Page 37
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti
sehingga dapat diajak kerjasama dalam perawatan.
a. Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.
Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara
konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress.
c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.
Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik
d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.
Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam
mengurangi kecemasan.
e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.
Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila
sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu
dapat diketahui.
4. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang
menetap dan nyeri pleuritik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan
istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan
nyaman tanpa mengalami gangguan, pasien dapat
tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan
pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per
hari.
Rencana tindakan :
a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.
Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan
akan memperlancar peredaran O2 dan CO2.
Efusi pleura Page 38
b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan
kebiasaan pasien sebelum dirawat.
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan
sebelum tidur akan mengganggu proses tidur.
c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.
Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.
d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.
Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan
terhadap kondisi pasien.
5. Diagnosa Keperawatan V
Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan
dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).
Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal
mungkin.
Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien
kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene
pasien cukup.
Rencana tindakan :
a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat
aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital.
Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas.
Bantu Px memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan
mandiri.
b. Awasi Px saat melakukan aktivitas.
Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam
perawatan selanjutnya.
c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas
secara penuh.
Efusi pleura Page 39
d. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat.
Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan
metabolisme.
e. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara
bertahap.
Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu
mengembalikan pasien pada kondisi normal.
6. Diagnosa Keperawatan VI
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan
sehubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan
pengobatan.
Kriteria hasil :
a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.
b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik.
c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah
terulangnya masalah.
Rencana tindakan :
a. Kaji patologi masalah individu.
Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.
Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi
dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.
b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka
panjang.
Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit
paru infeksi dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
Efusi pleura Page 40
c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik
cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).
Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi
medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.
d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik,
istirahat, latihan).
Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan
penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
7. Nyeri dada berhubungan dengan faktor - faktor biologis (trauma
jaringan) dan faktor – faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau hilang
Criteria hasil :
- pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol.
- pasien tanpak tenang
Rencana Tindakan :
Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri. Ajarkan pada
klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
Amankan selang dada untuk menbatasi gerakan dan menghindari
iritasi. Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri. Berikan
analgetik sesuai indikasi.
8. Resiko tinggi trauma / henti nafas b.d froses cidera, system drainase
dada, kurang pendidikan keamanan / pencegahan.
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti nafas
Criteria hasil :
- Mengenal kebutuhan / mencari bantuan untuk mencegah
komplikasi.
- Memperbaiki / menghindari lingkungan dan bahaya fisik.
Rencana tindakan : Kaji dengan pasien tujuan / fungsi unit
drainase, catat gambaran keamanan. Amankan unit drainase pada
tempat tidur dengan area, awasi sisi lubang pemasang selang, catat
Efusi pleura Page 41
kondisi kulit. Observasi tanda distress pernafasan bila kateter torak
lepas atau tercabut.
9. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan
pertahanan primer dan sekresi yang statis.
Batasan karakteristik : diagnosis tuberkulosis paru +
Kriteria hasil : Klien akan dapat :
a. Mengidentifikasi cara pencegahan dan penurunan resiko penyebaran
infeksi
b. Mendemonstrasikan teknik/gaya hidup yang berubah untuk
meningkatkan lingkungan yang aman terhadap penyebaran infeksi.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan tentang patologi penyakit secara sederhana dan potensial
penyebaran infeksi melalui droplet air borne
Rasional : Membantu klien menyadari/menerima prosedur pengobatan
dan perawatan untuk mencegah penularan pada orang lain dan
mencegah komplikasi.
b. Ajarkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sputum dengan
menggunakan tissue. Ajarkan membuang tissue yang sudah dipakai
serta mencuci tangan dengan baik
Rasional : Membiasakan perilaku yang penting untuk mencegah
penularan infeksi
c. Monitor suhu sesuai sesuai indikasi
Rasional : Reaksi febris merupakan indikator berlanjutnya infeksi
d. Observasi perkembangan klien setiap hari dan kultur sputum
selama terapi
Rasional : Membantu memonitor efektif tidaknya pengonbatan dan
respons klien
e. Kolaborasi pemberian INH, etambutol,rifampicin.
Rasional : Inh merupakan drug of choice untuk klien beresiko terhadap
perkembangan TB dan dikombinasikan dengan “primary drugs” lain
jhususnya pada penyakit tahap lanjut.
Efusi pleura Page 42
10. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran akveolar kapiler.
Batasan karakteristik :
- Penurunan ekspansi dada
- Perubahan RR, dyspnea, nyeri dada
- Penggunaan otot aksesori
- Penurunan fremitus vokal, bunyi napas menurun
Kriteria hasil :
- Klien akan :
1. Melaporkan berkurangnya dyspnea
2. Memperluihatkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
3. ABGs dalam batas normal
Rencana tindakan :
a. Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, bunyi nafas tambahan,
peningkatan usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang terbatas ,
kelelahan
Rasional : Tuberkulosis pulmonal dapat menyebabkan efek yang
luas, termasuk penimbunan cairan di pleura sehingga menghasilkan
gejala distress pernafasan.
b. Evaluasi perubahan kesadaran . Perhatikan adanya cyanosis , dan
perubahan warna kulit, membran mukosa dan clubbing finger
Rasional : Akumulasi sekret yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi organ dan jaringan vital
c. Dorong/ajarkan bernapas melalui mulut saat ekshalasi
Rasional : Menciptakan usaha untuk melawan outflow udara,
mencegah kolaps karena jalan napas yang sempit, membantu
doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek
d. Tingkatkan bedrest / pengurangi aktifitas
Rasional : Mengurangi konsumsi oksigen selama periode bernapas dan
Efusi pleura Page 43
menurunkan gejala sesak napas
e. Monitor ABGs
Rasional : Penurunan tekanan gas oksigen (PaO2) dan saturasi atau
peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk perubahan
terapetik
f. Kolaborasi suplemen oksigen
Rasional : Mengoreksi hypoxemia yang meyebabkan terjadinya
penurunan sekunder ventilasi dan berkurangnya permukaan alveolar.
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan setelah dilakukan
validasi, keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan
dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :
a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.
Efusi pleura Page 44
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk
mengembalikan aktivitas seperti biasanya.
e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan
seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke
dokter atau perawat yang merawatnya.
f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.
g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang
berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan
yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum
minuman beralkohol dan pasien juga menunjukkan pengetahuan
tentang kondisi penyakitnya.
Efusi pleura Page 45
DAFTAR PUSTAKA
Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya ; 1995
B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995
Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I,
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999
Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998
Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ;
1995
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar – Dasar Diagnostik Fisik
Paru, Surabaya; 1994
Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3
Jakarta EGC ; 1999
Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998
Efusi pleura Page 46