benigna prostat hiperplasia

8
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA A. PROSEDUR DIAGNOSIS OBYEKTIF Menegakkan diagnosa penderita BPH RUANG LINGKUP Semua penderita laki-laki berusia diatas 50 tahun yang datang dengan keluhan kencing kurang lancar ( sindroma prostatism ) yang terdiri dari : 1. Gejala Obstruktif Hesitansi, pancaran urin melemah atau mengecil, intermitensi, terminal dribling, terasa ada sisa setelah selesai miksi. 2. Gejala Iritasi Urgensi (sulit menahan miksi), frekuensi (miksi lebih sering dari biasanya), disuria sampai akhirnya terjadi retensi urin. DEFINISI BPH adalah suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang mengenai kelenjar prostat. Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskuler. ALUR PENATALAKSANAAN : Dokter umum Spesialis Urologi - Anamnesa - Anamnesa lebih lengkap SOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1. PENDERITA 26 - Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan fisik lengkap - Pemeriksaan laboratorium - Pemeriksaan penunjang lain - Menegakkan diagnosis - Menegakkan diagnosis PROSEDUR LENGKAP DIAGNOSA a. Anamnesa : Keluhan utama dan lamanya keluhan b. Pemeriksaan Klinis : b.1. Status umum - Inspeksi : Penonjolan supra pubik bila terjadi retensi urin dengan buli penuh. - Palpasi : Buli-buli teraba diatas simpisis pubis apabila terjadi retensi urin. - Rectal toucher : Prostat teraba membesar konsistensi kenyal

Upload: andri-feisal-nasution

Post on 09-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bph

TRANSCRIPT

Page 1: Benigna Prostat Hiperplasia

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

A. PROSEDUR DIAGNOSISOBYEKTIFMenegakkan diagnosa penderita BPHRUANG LINGKUPSemua penderita laki-laki berusia diatas 50 tahun yang datang dengan keluhankencingkurang lancar ( sindroma prostatism ) yang terdiri dari :1. Gejala ObstruktifHesitansi, pancaran urin melemah atau mengecil, intermitensi, terminaldribling,terasa ada sisa setelah selesai miksi.2. Gejala IritasiUrgensi (sulit menahan miksi), frekuensi (miksi lebih sering dari biasanya),disuriasampai akhirnya terjadi retensi urin.DEFINISIBPH adalah suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang mengenai kelenjar prostat. Prostatadalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskuler.ALUR PENATALAKSANAAN :Dokter umum Spesialis Urologi- Anamnesa - Anamnesa lebih lengkapSOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1.PENDERITA26- Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan fisik lengkap- Pemeriksaan laboratorium - Pemeriksaan penunjang lain- Menegakkan diagnosis - Menegakkan diagnosisPROSEDUR LENGKAP DIAGNOSAa. Anamnesa : Keluhan utama dan lamanya keluhanb. Pemeriksaan Klinis :b.1. Status umum- Inspeksi : Penonjolan supra pubik bila terjadi retensi urin dengan bulipenuh.- Palpasi : Buli-buli teraba diatas simpisis pubis apabila terjadi retensiurin.- Rectal toucher : Prostat teraba membesar konsistensi kenyalc. Pemeriksaan laboratorium :Darah lengkap, Faal hemostasis, Faal hati, Faal Ginjal, Elektrolit (K, Na),Urinalisis, Kultur urin dan test kepekaan antibiotika.d. Pemeriksaan Foto Radiologi- BOF- IVP : Pada kasus BPH tanpa retensi urin- USG : Apabila terjadi gangguan faal ginjal ( serum kreatinin > 4 )- Foto thorakse. Pemeriksaan penunjang lain :- Uroflowmetri harus dikerjakan apabila penderita masih bisa kencing atau untukevaluasi pasca terapi.- Sistoskopi dilakukan pada penderita tanpa retensio urin dengan indikasi tertentu- TRUS (Transrektal USG) dengan indikasi tertentu- ECGB. PROSEDUR PENATALAKSANAANPenderita BPH seperti yang disebutkan diatas.OBJEKTIF

Page 2: Benigna Prostat Hiperplasia

1. Terapi medikamentosa diindikasikan pada penderita :- BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa penyulit (dianjurkan denganIPSS)- BPH dengan indikasi terapi pembedahan tetapi masih terdapat indikasi kontraMacam obat yang digunakan :- Golongan alpha blocker- Golongan inhibitor enzim 5 alpha reduktase- Golongan finasteride2. Terapi operatif diindikasikan pada penderita :- Penderita dengan retensio urin akut atau pernah retensio urin akut- Penderita dengan retensio urin kronis artinya dalam buli-buli selalu lebih dari 300 ml.- Penderita dengan residual urin lebih dari 100 mlSOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1. 27- Penderita BPH dengan penyulit : batu buli-buli, divertikel buli-buli, hidronephrosis,gangguan faal karena obstruksi.- Terapi medikamentosa tidak berhasil- Flowmetri menunjukkan pola obstruksi, yaitu :- Flow maksimal < 10 ml/detik- Kurve berbentuk datar atau multifasik- Waktu miksi memanjangRUANG LINGKUPPenderita BPH seperti yang disebutkan diatasDEFINISI1. Retropubik transkapsular prostatektomi (cara Millin) adalah suatu tindakanpengambilan (pembuangan) jaringan prostat melalui retropubik dan membukakapsul prostat.2. Reseksi prostat transuretra (TURP) adalah suatu tindakan pengambilan (pembuangan)jaringan prostat secara endoskopi dengan menggunakan alat pemotong (cutting loop)elektrik.3. Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT) adalah invasi minimal terhadap prostatdengan menggunakan kateter 22 F yang dihubungkan dengan sumber panas microwave1296 MHz, dipanaskan sampai 45 - 60 C dan uretra secara terus menerus didinginkansehingga mukosa uretra tidak rusak.PROSEDUR LENGKAP OPERASI1. Retropubik Transkapsular Prostatektomi (cara Millin)Alat yang diperlukan :- Alat operasi set besar- Linen set terdiri dari : - Doek besar 2 buah - Taplak penutup- Doek kecil 6 buah - Meja instrumen- Baju operasi 4 buahTehnik Operasi :1. Pasang foto-foto pada light-box2. Setelah dilakukan anestesi baik regional ataupun general, penderita diletakkandalam posisi supinasi (telentang).3. Dilakukan desinfeksi dengan larutan povidone iodine 5% dari bawah os xyphoidsampai pertengahan kedua paha dan skrotum di sangga dengan doek steril kecil.4. Lapangan operasi di persempit dengan doek steril (lapangan operasi di mid lineantara umbilikus dan os pubis).5. Insisi supra pubik dan infra umbilikal (midline) lapis demi lapis6. Muskulus rektus abdominis dipisahkan ke lateral (pada linea alba) sambil merawatperdarahan7. Lemak perivesikal disisihkan ke proksimal, identifikasi buli-buli dan prostat selanjutnyadipasang spreader.8. Pasang bantalan pada kiri dan kanan prostat (dengan kasa) dengan tujuan :- agar prostat lebih menonjol

Page 3: Benigna Prostat Hiperplasia

- identifikasi prostat lebih mudah9. Jahit (hemostasis) kapsul prostat pada 4 tempat dengan chromic catgut no. yaituSOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1. 28- lateral kanan dan kiri (arah oblique)- tengah atas dan bawah kira-kira 1 cm dan 2 cm dari leher buli-buli.10. Insisi kapsul prostat arahnya horisontal (diantara ke empat jahitan tersebut) sampainampak adenoma prostat.11. Adenoma prostat dipisahkan dari kapsulnya dengan gunting metzeubaum secaratajam dan tumpul.12. Setelah ada ruang antara kapsul dengan adenoma prostat sampai keluar semuaadenomanya. Bekas enukleasi di tekan dengan kassa sebanyak 4-5 lembar selama 5 menit untuk menghentikan perdarahan.13. Kasa diambil 2 sumber perdarahan dijahit dengan chormic catgut No. 0 pada jam 5dan 7 secara figure of eight. Rawat perdarahan yang lain dengan kauterisasi.14. Kemudian pasang kateter three way 24F sampai ke buli-buli (balon jangan diisi dulu)15. Kapsul prostat dijahit dengan chromic catgut No. 0 secara simpul bedah sampai tidakada kebocoran (water tight).16. Isi buli-buli dengan PZ untuk melihat kebocoran buli.17. Setelah tidak bocor, balon kateter diisi air 40 cc dan di fraksi dan dipasang spoeldengan PZ.18. Rawat perdarahan dan pasang redon drain pada cavum Retzii19. Semua kasa yang ada didalam dikeluarkan20. Luka operasi ditutup lapis demi lapis : - Otot dan fascia dijahit dengan chromic catgut- Lemak dijahit dengan plain catgut- Kulit dijahit dengan benang sutra (zeide)2. Reseksi Prostat Transuretra (TURP)Alat yang dipersiapkan :- Cold light fountain standard (lampu endoskopi)- Kabel cahaya fiber optik- Pipa air dengan luerlock- Alat koagulasi dan reseksi listrik- Working element yang terdiri dari :Sheath : No.24 F atau 27 F Teleskope : Optik 0 atau 30Obturator : No. 24 F atau 27 F Cutting loop : No. 24 F atau 27 F- Bougie : Roser 25 F,27 F, dan 29 F- Desinfeksi klem- Sarung tangan steril 2 pasang- Linen set terdiri dari : penutup meja instrumen, sarung kaki 2 buah, doek besarberlubang, baju dan skort operasiTehnik Operasi :- Pasang foto-foto pada light box- Setelah dilakukan anestesi regional penderita diletakkan dalam posisi lithotomi- Untuk menghindari komplikasi orchitis dilakukan Vasektomi tanpa Pisau (VTP)- Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine didaerah penis scrotum dan sebagiandari kedua paha dan perut sebatas umbilikus- Persempit lapangan operasi dengan memasang sarung kaki dan doek panjangberlubang untuk bagian perut keatas.- Dilatasi uretra dengan bougie roser 25 F sampai 29 F- Sheath 24F / 27F dengan obturator dimasukkan lewat uretra sampai masuk buli-buli.- Obturator dilepas, diganti optik 30 dan cutting loop sesuai dengan ukuran sheatnya.- Evaluasi buli-buli apakah ada tumor, batu, trabekulasi dan divertikel buli- Working element ditarik keluar untuk mengevaluasi prostat ( panjangnya prostatyangSOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1. 29menutup uretra, leher buli dan verumontanum )

Page 4: Benigna Prostat Hiperplasia

- Selanjutnya dilakukan reseksi prostat sambil merawat perdarahan- Sebaiknya adenoma prostat dapat direseksi semuanya, waktu reseksi paling lama60menit (bila menggunakan irigan aquades) dan waktu bisa lebih lama bila menggunakanirigan glisin. Hal ini untuk menghindari terjadinya Sindroma TUR.- Bila terjadi pembukaan sinus, operasi dihentikan, untuk menghindari sindroma TUR- Chips prostat dikeluarkan dengan menggunakan ellik evakuator sampai bersih,selanjutnya dilakukan perawatan perdarahan.- Setelah selesai, dipasang three way kateter 24F dan dipasang Spoel PZ / Aquades.Kateter ditraksi selama 24 jam, dan dilepas 5-7 hari.- Flowmetri dilakukan setelah lepas kateter dan penderita dapat miksi spontan.- Penderita dapat pulang setelah diketahui hasil Patologi Anatominya3. Transurethral Microwave Thermoterapi (TUMT)Kriteria :- Volume prostat > 40 cc- Lobus medius (sub trigonam) tidak membesar- PSA 0-4 ng/ml- Tidak memakai Implan metal- Tidak memakai pacemaker jantung- Tidak mempunyai kelainan koagulasi- Tidak memakai Aspirin- Tidak mempunyai Angina- Panjang urethra prostatika > 25 mmAlat – alat :- Prostaprobe (dapat disterilkan dalam Glutaraldehyde selama 15 menit dan dicucidengan PZ)- Sarung tangan steril 3 pasang- Kondom 2 buah- Xylocain 2% jelly- Analgesik dan antibiotik- Doek steril- Disposable syringe 5 cc (2 buah) ; 10 cc (2 buah)- Larutan PZ- Folley kateter 16 F (1 buah) & Urobag (1 buah)Persiapan penderita :- Sebaiknya dilakukan lavement dengan pemberian dulcolax suppositoria pada pagiharinya.- Kateter per uretram (bila ada) di klem untuk pengisian buli-buli- Analgesik (sedatif) dan antibiotik diberikan 1 jam sebelumnyaTehnik Operasi :- Posisi penderita tidur telentang- Dilakukan pengukuran temperatur aksilar dan catat hasilnya- Dilakukan pemeriksaan TRUS dengan probe 7,5 MHz untuk mengukur volumeprostat: 0,52 x D1 x D2 x D3 (D1 = penampang longitudinal/sumbu panjang prostat ; D2 =penampang melintang/sumbu lebar prostat ; D3 = penampang melintang/sumbu tinggiprostat) dan mengukur panjang uretra pars prostatika.SOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1. 30- Kateter uretra bila ada dilepas- Masukkan probe 2,5 atau 2,0 dari prosta probe sesuai program yang dimintapadauretra.- Masukkan probe rektal dan fiksasi pada tempatnya dengan baik- Jalankan mesin sesuai prosedur- Cek dan monitor probe rektal dan uretra secara berkala, dengan probe USG pada

Page 5: Benigna Prostat Hiperplasia

bulibuli.- Bila telah selesai lepaskan probe per uretram dan probe rektal- Pasang kateter per uretram No. 16 dan urobag- Penderita harus kontrol tiap minggu sampai pelepasan kateter di hari ke XIV.C. PERSIAPAN PRA & PASCA OPERASIOBJEKTIFMempersiapkan pra operasi bedah penderita BPH dan merawat penderita pasca operasiuntuk menghindari terjadinya morbiditas.RUANG LINGKUPPenderita dengan BPH yang dipersiapkan operasi dan pasca operasiDEFINISIPersiapan pra dan pasca operasi adalah persiapan tindakan pada penderita BPHbaiksebelum ataupun setelah dilakukan operasi.PROSEDUR LENGKAP1. Persiapan Pra Operasi1.1. Klinis : - Keadaan umum penderita baik- Tidak ada ko-morbiditas yang berat1.2. Laboratorium : - Darah lengkap dan urin lengkap- Faal hemostasis, faal hati dan ginjal- Urin kultur dan tes kepekaan antibiotika- Gula darah puasa dan 2 jam post prandial- Elektrolit (K & Na)1.3. Pemeriksaan penunjang : - Elektrokardiografi- Foto thoraks- BOF- IVP atas indikasi1.4. Penderita masuk rumah sakit2. Perawatan Pasca Operasi2.1. Di Rumah Sakit :- Traksi kateter dilepas setelah 24 jam pasca operasi- Spoel kateter dilepas apabila urin yang keluar sudah jernih ( 2 hari)- Pada tindakan Millin :SOP Medik Keilmuan (SMF Urologi/RSUD Dr. Soetomo Surabaya) – S3.P4.4.1. 31- kateter dilepas setelah hari ke 5- redon drain dilepas pada hari berikutnya, bila produksi < 20 cc/24 jam.- pada tindakan TURP, kateter dilepas pada hari ke 3 atau lebih lama2.2. Di Poliklinik Urologi (VK Sistoskopi)l - Pada bulan pertama kontrol 2 minggu sekali untuk evaluasi keluhan danm pancaran kencingnya.n - Selanjutnya setiap 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan setiap tahuno - Apabila terdapat gangguan pancaran segera periksa uroflowmetri- Setiap kontrol penderita harus sudah membawa hasil laboratorium dasar (UL,DL, RFT dan kultur urin).- Terapi antibiotika diberikan atas indikasi yang jelas