bencana alam yang dahsyat

46
Bencana Alam yang Dahsyat di Seluruh Dunia By: Malvin Leonardo Pardi 6D/13

Upload: malvin-leonardo-pardi

Post on 23-Jun-2015

723 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bencana Alam Yang Dahsyat

Bencana Alam yang Dahsyat

di Seluruh Dunia

By: Malvin Leonardo Pardi

6D/13

Page 2: Bencana Alam Yang Dahsyat

Apa Itu Bencana Alam ?

Bencana alam adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alamiah di alam. Bencana alam dapat menimbulkan kerugian bagi manusia, baik kerugian materi atau jiwa. Bencana alam dapat ditimbulkan oleh gejala alam. Contoh – contoh bencana alam adalah:

> Gempa bumi> Gunung meletus> Banjir> Tanah Longsor> Badai dan angin topan> Kekeringan> Tsunami

Bencana alam itu ada yang dahsyat, ada yang tidak. Nah, sekarang saya mau membahas bencana alam yang dahsyat. Mari kita bahas satu – persatu.

Page 3: Bencana Alam Yang Dahsyat

Badai Katrina

Badai / Hurikan Katrina

Kategori 5 Hurricane (SSHS)

Badai Katrina di dekat pusat hurikan pada 28 Agustus 2005

Terbentuk 23 Agustus 2005

Menghilang 31 Agustus 2005

Angintertinggi 280 km/h

Tekanan terendah

902 mbar (hPa; 26.65 inHg)

Tewas 1.836 jiwa

Kerugian$81.2 biliun (2005 USD)$86 biliun (2007 USD)

Areayang terpengaruh

Bahamas, Florida Selatan, Kuba, Louisiana (khususnya Greater New Orleans), Mississippi, Alabama, Florida Panhandle, paling timur Amerika Utara

Bagian dari :Musim Hurikan Atlantik 2005

Page 4: Bencana Alam Yang Dahsyat

Badai Katrina (juga Topan Katrina atau Hurikan Katrina) adalah sebuah siklon tropis besar yang melanda wilayah tenggara Amerika Serikat pada 24–31 Agustus 2005 dan menyebabkan kerusakan yang besar. Lebih dari 200.000 km² (seukuran Britania Raya) wilayah tenggara AS terpengaruh badai ini, termasuk Louisiana, Mississippi, Alabama, Florida, dan Georgia.

Kronologi

Awalnya terbentuk pada 24 Agustus 2005, Katrina mempunyai tekanan pusat minimum sebesar 918 mb, sehingga merupakan sistem bertekanan tertinggi ketiga dalam sejarah Amerika Serikat. Kerusakan yang diakibatkannya—hingga kini terhitung dapat mencapai US$200 miliar—diperkirakan menjadikannya badai Atlantik termahal dalam sejarah AS. Badai ini menyebabkan mati listrik yang mempengaruhi sekitar 1 juta jiwa di Louisiana, Mississippi and Alabama, dan banjir besar di wilayah New Orleans. Hingga 3 September, diperkirakan setidaknya 1.289 orang telah meninggal dunia; 1.029 orang secara langsung dan 260 lainnya secara tidak langsung. Jumlah ini diyakini akan terus meningkat.

Efek bencana alam

Pemandangan kota New Orleans pada 31 Agustus 2005.

Akibat bencana ini, terjadi penjarahan dan penodongan di berbagai tempat. Sekitar 25.000–60.000 warga New Orleans awalnya dievakuasi ke stadion Superdome. Saat mereka sedang dipindahkan dari Superdome ke Astrodome di Houston, Texas karena keadaan di Superdome yang sudah tidak layak ditinggali lagi, helikopter yang direncanakan membawa para warga untuk evakuasi sempat ditembaki orang-orang tak dikenal. Pemerintah Federal Amerika Serikat akhirnya mengerahkan 25.000 prajurit dan para veteran dari Irak untuk menjaga keamanan di New Orleans dan sekitarnya.

Selain itu, produksi minyak mentah AS di Teluk Meksiko juga hampir terhenti seluruhnya, sehingga harga minyak sempat mencapai rekor tertinggi pada US$70 (Rp700.000,00). Secara tidak langsung, mata uang Indonesia, Rupiah, yang sedang berada dalam posisi lemah saat itu, juga sempat makin terpuruk akibat naiknya harga minyak ini.

Page 5: Bencana Alam Yang Dahsyat

Letusan Gunung Krakatau

Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah Gunung Krakatau. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geoghrapic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluh-lantakkan dalam sejarah manusia moderen. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. Sedangkan buku The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Selain itu, ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Akibat letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Gunung Krakatau Peta Kepulauan Krakatau

Page 6: Bencana Alam Yang Dahsyat

Letusan Gunung Tambora

Daerah yang diperkirakan terkena abu letusan Tambora tahun 1815. Daerah merah menunjukan ketebalan abu vulkanik. Abu tersebut mencapai pulau Kalimantan dan Sulawesi (ketebalan 1 cm).

Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup. Didalam dapur magma dalam kedalaman sekitar 1.5-4.5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar makma sekitar 4-5 kbar muncul dan temperatur sebesar 700 °C-850 °C.

Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. Pada tanggal 5 April 1815, erupsi terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan. Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.

Pada pukul 7:00 malam tangagl 10 April, letusan gunung ini semakin kuat. Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api. Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.

Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat.

— Laporan Thomas Stamford Raffles.

Page 7: Bencana Alam Yang Dahsyat

Letusan tersebut masuk kedalam skala tujuh dalam skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Diperkirakan 100 km³ piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa 1.4×1014 kg. Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m. Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m². Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.

Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar di sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.

Akibat Letusan

Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas diatas 5 km . Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudera Hindia, didekat Kolkata pada tanggal 1 Oktober 1815. Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asap masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan.

Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah rubuh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan....Sejak letusan, diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yagn sama.

—Letnan Philips diperintahkan Sir Stamford Raffles untuk pergi ke Sumbawa.

Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian diatas 4 m di Aanggar pada pukul 10:00 malam. Tsunami setinggi 1-2 m dikaoirjab terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku.

Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris diantara tangal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815. Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah didekat ufuk langit dan ungu atau merah muda diatas.

Jumlah perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada. Zollinger (1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. Di pulau Sumbawa, terdapat 38.000 kematian karena kelaparan, dan 10.000 lainnya karena penyakit dan kelaparan di pulau Lombok. Petroeschevsky (1949) memperkirakan

Page 8: Bencana Alam Yang Dahsyat

sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok. Beberapa pengarang menggunakan figur Petroeschevsky, seperti Stothers (1984), yang menyatakan jumlah kematian sebesar 88.000 jiwa. Tanguy (1998) mengklaim figur Petroeschevsky tidak dapat ditemukan dan berdasarkan referensi yang tidak dapat dilacak. Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarka dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatan Raffles. Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban di Bali dan Jawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah erupsi. Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa seperti yang terlihat di tabel dibawah.

Perbandingan letusan gunung Tambora dan letusan gunung lainnya

Letusan TahunTinggi

asap (km) VEI

Perubahan musim panas Belahan bumi utara (°C)

Kematian

Taupo 181 51 7  ?tidak diketahui

Baekdu 969 25 6–7  ?  ?

Kuwae 1452  ? 6 −0.5  ?

Huaynaputina 1600 46 6 −0.8 ≈1400

Tambora 1815 43 7 −0.5 > 71.000

Krakatau 1883 25 6 −0.3 36.600

Santamaría 1902 34 6 tidak terdapat perubahan7.000-13.000

Katmai 1912 32 6 −0.4 2

Gunung St. Helens

1980 19 5 tidak terdapat perubahan 57

El Chichón 1982 32 4–5  ? > 2.000

Nevado del Ruiz

1985 27 3 tidak terdapat perubahan 23.000

Pinatubo 1991 34 6 −0.5 1202

Sumber: Oppenheimer (2003), dan Smithsonian Global Volcanism Program untuk VEI.

Page 9: Bencana Alam Yang Dahsyat

Gempa bumi besar Kanto 1923

Keadaan Yokohama setelah gempa

Gempa bumi besar Kanto (関東大震災 Kantō daishinsai) adalah gempa bumi yang melanda dataran Kanto di Pulau Honshu Jepang pada tanggal 1 September 1923 pukul 11:58 pagi hari.

Gempa bumi diperkirakan kemudian berkekuatan antara 7,9 dan 8,4 dalam skala Richter dengan episentrum di Teluk Sagami dan Pulau Izuōshima. Gempa bumi menimbulkan kerusakan massal pada wilayah Kanto: Tokyo, kota pelabuhan Yokohama, dan prefektur di sekitarnya: Prefektur Chiba, Prefektur Kanagawa, dan Prefektur Shizuoka.

Menurut sumber yang bisa dipercaya, gempa bumi memakan korban jiwa paling sedikit 105.385 orang, 37.000 orang hilang yang diperkirakan tewas. Kebakaran yang menyusul gempa bumi merupakan sebab kematian yang terbesar.

Kekuatan gempa

Gempa bumi terdiri dari 3 kali goncangan yang berlangsung selama 5 menit:

1). Goncangan pertama yang kekuatan 7,8 dalam skala Richter terjadi pukul 11:58 tanggal 1 September 1923

Goncangan yang serupa juga terjadi persis di bawah kota Odawara dan Semenanjung Miura selang 15 detik sesudah goncangan utama. Gempa disebabkan oleh pinggiran lempeng mencuat ke atas akibat lempeng Filipina yang masuk ke dalam.

2). Goncangan kedua: 7.3 dalam skala Richter 3). Goncangan ketiga: 7.2 dalam skala Richter

Tsunami

Daerah sepanjang pantai Samudera Pasifik mulai semenanjung Bōsō, Teluk Sagami, pantai timur Semenanjung Izu, Kepulauan Izu sampai Kepulauan Ito dilanda tsunami beberapa menit sesudah gempa:

Di kota Atami, tercatat tinggi tsunami 12 meter Di Semenanjung Bōsō, tercatat tinggi tsunami 9 meter.

Sekitar seratus orang hilang dibawa tsunami di Pantai Yui-ga-hama, Kamakura (Prefektur Kanagawa), sedangkan korban di daerah Enoshima sebanyak 50 orang.

Page 10: Bencana Alam Yang Dahsyat

Gempa susulan Pada hari yang sama (1 September 1923)

o pukul 12:17 daerah sekitar Teluk Sagami: 6,4 skala Richtero pukul 12:23 Prefektur Kanagawa bagian tengah: 6,6 skala Richtero pukul 12:39 sepanjang pantai semenanjung Miura: 6,6 skala Richtero pukul 12:48 Teluk Tokyo: 7,0 skala Richtero pukul 13:30 Prefektur Kanagawa bagian barat: 6,3 skala Richtero pukul 14:23 Prefektur Kanagawa bagian barat: 6,7 skala Richtero pukul 15:19 pantai timur Prefektur Chiba 6,7 skala Richtero pukul 16:38 bagian timur Prefektur Yamanashi 6,8 skala Richter

Tanggal 2 September 1923 o pukul 11:46 lepas pantai Katsuura di Prefektur Chiba: 7,3 skala Richtero pukul 18:27 lepas pantai Semenanjung Bōsō: 7,1 skala Richtero pukul 22:09 Prefektur Kanagawa bagian barat: 6.5 skala Richter

Kerugian Korban meninggal dan korban hilang: lebih dari 105.000 orang Korban yang dievakuasi: lebih dari 1.900.000 orang Rumah tinggal yang hancur: lebih dari 109.000 bangunan Rumah tinggal yang rusak berat: lebih dari 102.000 bangunan Rumah yang terbakar: 212.000 bangunan (termasuk rumah tinggal rusak berat

yang habis terbakar)

Total korban tewas dan total bangunan yang hancur menurut almanak Data Sains (Rika Nenpyou) terbitan tahun 2006 menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan data total korban dari Laporan Dewan Peneliti Penanggulangan Gempa Bumi (Shinsaiyobo Chosakai Hokoku) yang sering dikutip sampai tahun 2005. Penelitian mengungkap kemungkinan salah hitung pada laporan yang diterbitkan 2 tahun sesudah terjadinya gempa sehingga jumlah korban menjadi berlipat ganda.

Gempa bumi terjadi pada saat makan siang sehingga banyak terjadi kebakaran hebat akibat api dari dapur. Berdasarkan peta cuaca pada hari itu, kebakaran meluas dengan cepat akibat angin kencang yang bertiup ke berbagai daerah yang ada di wilayah Kanto disebabkan angin topan yang melanda Semenanjung Noto yang terletak di sisi Laut Jepang. Penduduk kota Yokohama yang selamat dari gempa bumi mengungsi ke daerah pantai Teluk Yokohama tewas terbakar akibat tangki penyimpanan minyak yang meledak. Korban jiwa terbanyak di suatu tempat terjadi ketika sekitar 30.000 penduduk kota Tokyo yang mengungsi di lapangan terbuka bekas gedung penyimpanan pakaian angkatan darat bersama-sama tewas dihanguskan badai api. Kebakaran baru berhasil dipadamkan 2 hari sesudahnya pada tanggal 3 September 1923 sekitar pukul 10 pagi karena pipa distribusi air pecah dan hidran tidak dapat digunakan.

Gedung Ryōunkaku di Asakusa, Tokyo yang pada saat itu merupakan bangunan pencakar langit berlantai 12 mengalami kerusakan berat sehingga nantinya harus diruntuhkan. Sebagian besar gedung-gedung pemerintah berikut markas besar polisi terbakar habis. Kandajinbo-cho yang merupakan daerah tempat berkumpulnya penerbit, toko buku, percetakan, akademi dan universitas, termasuk Perpustakaan Universitas Tokyo beserta bangunan lain yang menyimpan dokumen bernilai sejarah tinggi juga ikut terbakar.

Page 11: Bencana Alam Yang Dahsyat

Menurut Kantor Meteorologi Tokyo, akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran yang terjadi di mana-mana, sehari sesudah gempa (2 September 1923) suhu udara tercatat mencapai 47,3 .℃

Di bagian barat Prefektur Kanagawa rumah-rumah yang dibangun di daerah pegunungan dan daerah pantai yang berbukit-bukit terbawa tanah longsor sehingga merenggut korban jiwa 800 orang. Di kampung Nebukawa yang terletak di sebelah barat Odawara, kereta api berpenumpang lebih dari 100 orang berikut bangunan stasiun Nebukawa dan perkampungan penduduk sekaligus diseret masuk ke laut oleh tanah longsor yang berasal dari gunung.

Sebanyak 3 orang kerabat dekat kaisar yang sedang berlibur di rumah peristirahatan mencari kesejukan di musim panas ikut tewas. Puteri Hiroko dari keluarga Kaninnomiya tewas di Odawara, Pangeran Moromasao (6 tahun) dari keluarga Higashikuninomiya dan Puteri Sakiko dari keluarga Yamashinanomiya tewas di Yokosuka.

Akibat gempa bumi

Gempa bumi terjadi sewaktu Jepang dalam keadaan tidak stabil karena Perdana Menteri Kato Tomosaburo tutup usia 8 hari sebelumnya dan jabatan perdana menteri sedang kosong. Hubungan komunikasi dan transportasi terputus akibat gempa bumi sehingga surat kabar hanya bisa mengandalkan kabar burung. Halaman utama surat kabar dihiasi judul-judul berita yang ditulis berdasarkan kabar bohong yang beredar, mulai dari Tokyo musnah dan tenggelam, anggota kabinet Jepang semuanya tewas, Kepulauan Izu binasa karena gunung meletus, sampai tsunami yang katanya mencapai Gunung Akagi yang terletak ujung wilayah Kanto.

Menteri Dalam Negeri menyatakan negara dalam keadaan darurat dan memerintahkan polisi agar mengambil segala tindakan untuk memelihara keamanan dan memulihkan ketertiban. Salah satu pesannya mengatakan kalangan minoritas yang tinggal di Jepang dikhawatirkan mengambil keuntungan dari situasi kacau. Pesan ini diangkat oleh beberapa surat kabar yang dibesar-besarkan menjadi kabar bohong penyebab kerusuhan yang memakan banyak korban jiwa di kalangan minoritas dan orang Jepang keturunan Okinawa.

Kerusuhan akibat terputusnya hubungan komunikasi diharapkan tidak akan pernah terjadi lagi di Jepang, sehingga di dalam segala terbitan tentang persiapan menghadapi gempa bumi selalu dicantumkan pentingnya membawa radio portabel setelah terjadi gempa bumi untuk mendengarkan informasi dari sumber resmi dan tidak percaya kabar bohong.

Pasca gempa

Politisi kenamaan bernama Goto Shinpei memimpin pembangunan kembali kota Tokyo jaringan jalan, jalur kereta api dan fasilitas umum yang modern. Taman-taman umum dibangun di berbagai tempat di Tokyo sebagai tempat evakuasi sewaktu terjadi bencana dan gedung fasilitas dibangun dengan standar yang lebih ketat dari bangunan swasta agar bisa dipakai sebagai tempat pengungsian. Pembangunan kembali Tokyo pasca Gempa bumi besar Kanto belum lagi selesai ketika pecah Perang Dunia ke-2 dan Tokyo kembali dihancurkan oleh serangan udara.

Page 12: Bencana Alam Yang Dahsyat

Pada tahun 1960 pemerintah Jepang menetapkan tanggal 1 September sebagai Hari Pencegahan Bencana untuk memperingati Gempa bumi besar Kanto, sekaligus mengingatkan penduduk Jepang akan pentingnya persiapan menghadapi bencana apalagi bulan September dan Oktober juga merupakan musim angin topan. Pada tanggal 1 September di berbagai tempat di Jepang diadakan latihan menghadapi bencana gempa bumi.

Di Taman Yokoamicho yang terletak di distrik Sumida, Tokyo didirikan monumen berupa kuil agama Buddha yang bernama Tokyo-to Ireido untuk memperingati 30.000 orang yang tewas akibat badai api Gempa bumi besar Kanto. Di taman yang sama juga terdapat genta besar pemberian penganut agama Buddha di Taiwan, monumen untuk memperingati penduduk Tokyo yang menjadi korban serangan udara Perang Dunia ke-2, serta monumen untuk orang Korea yang menjadi korban kerusuhan pasca Gempa bumi besar Kanto.

Page 13: Bencana Alam Yang Dahsyat

Gempa bumi besar Hanshin

Bekas kerusakan gempa bumi Hanshin di Earthquake Memorial Park.

Gempa bumi besar Hanshin-Awaji (阪神・淡路大震災 Hanshin-Awaji daishinsai) adalah gempa bumi yang terjadi di Jepang pada tanggal 17 Januari 1995 pukul 5:46:42 pagi dengan episentrum di sebelah utara Pulau Awaji yang terletak di bagian selatan Prefektur Hyogo. Gempa bumi disebabkan oleh tiga buah lempeng: lempeng Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia yang saling bertabrakan. Gempa bumi yang berlangsung selama 20 detik ini mengakibatkan kerusakan besar kota Kobe yang terletak sekitar 20 km dari pusat gempa.

Gempa bumi memakan korban jiwa sebanyak 6.433 orang yang sebagian besar merupakan penduduk kota Kobe. Gempa bumi besar Hanshin-Awaji merupakan gempa bumi terburuk di Jepang sejak Gempa bumi besar Kanto tahun 1923 yang memakan korban jiwa 140.000 orang.

Gempa bumi besar Hanshin-Awaji menimbulkan korban jiwa dan kerusakan dalam skala besar di daerah Hanshin (Kobe, Ashiya, Nishinomiya, Takarazuka, Amagasaki, Itami), Pulau Awaji, dan kota Toyonaka yang terletak di Prefektur Osaka.

Gempa bumi berkekuatan sampai 7,2 pada skala Richter di beberapa tempat di daerah Hanshin dan pulau Awaji. Getaran juga masih dapat diukur di Iwaza (Prefektur Fukushima) yang terletak di Jepang bagian utara, serta Kagoshima dan Nagasaki yang terletak Jepang bagian barat.

Kerugian Korban jiwa: 6.434 orang, korban hilang: 3 orang, luka berat-ringan: 43.792

orang Korban yang mengungsi: di atas 300.000 orang Total kerusakan rumah tinggal: 250.000 bangunan dengan perincian 104.906

hancur total, 144.274 hancur sebagian, 390.506 bangunan rusak, sekitar 460.000 keluarga kehilangan tempat tinggal atau tempat tinggal mengalami kerusakan

Korban akibat kebakaran: 7,483 bangunan terbakar habis, di antaranya 6.148 bangunan tempat tinggal (rumah dan apartemen), 9.017 keluarga kehilangan tempat tinggal

Kerugian lain: jalan dan jalan raya mengalami kerusakan di 10.069 tempat, 320 bangunan jembatan mengalami kerusakan, kerusakan pinggiran sungai di 430 tempat, tanah longsor di 378 tempat.

Total kerugian: 10 triliun yen, sebesar 2.5% dari GDP Jepang pada saat itu.

Page 14: Bencana Alam Yang Dahsyat

Kerusakan pada bangunan dan sarana jalan

Patahan Nojima penyebab Gempa bumi besar Hanshin-Awaji

Gempa bumi mengakibatkan infrastruktur yang disebut "lifeline", seperti jalan, jalur kereta api, listrik, air minum, gas, dan telekomunikasi menjadi lumpuh total.

Kebakaran besar menyusul gempa bumi ditambah terjadinya badai api hampir memusnahkan semua bangunan rumah tinggal di distrik Shin-Nagata kota Kobe, tapi usaha pemadaman yang dilakukan berhasil mencegah kerugian lebih besar.

Di kota Nishinomiya, rumah-rumah tinggal yang dibangun di atas punggung bukit terbawa tanah longsor sehingga memakan korban jiwa dalam jumlah besar.

Foto stasiun KA JR Rokkomichi yang hancur dan foto stasiun Hankyu Itami yang runtuh bersama kereta api yang siap berangkat di saat terjadinya gempa pada pukul 05:46 pagi menjadi bukti-bukti kekuatan Gempa bumi besar Hanshin. Foto jalan layang Hanshin Expressway yang runtuh juga mendominasi halaman utama surat kabar di seluruh dunia di hari-hari sesudah gempa bumi terjadi.

Jaringan kereta api juga mengalami kerusakan berat, hanya sepertiga dari rel kereta api antara Osaka dan Kobe yang dapat dipakai. Jalur KA Hanshin mengalami kerusakan yang paling parah karena sebagian besar tiang penyangga rel yang dibangun pada tahun 1967 tidak didesain untuk tahan gempa. Tiang-tiang penyangga rel banyak yang runtuh menimpa jalan raya di bawahnya sehingga jalan tidak dapat dilewati. Stasiun KA bawah tanah Daikai yang ada di kota Kobe juga amblas mengakibatkan jalan raya yang ada di atasnya ikut runtuh.

Jalan layang Hanshin Expressway yang menghubungkan Osaka dan Kobe runtuh sebanyak 10 ruas jalan di tiga tempat, sehingga jalur lalu lintas ke/dari kota Kobe putus. Pelabuhan Kobe juga mengalami kerusakan sehingga kegiatan bongkar-muat tidak dapat dilakukan. Sebagian besar jalan tol pelabuhan juga runtuh dan baru bisa dibuka kembali pada tanggal 30 September 1996.

Jalan Meishin Expressway yang menghubungkan Nagakute di luar kota Nagoya (Prefektur Aichi) dengan Nishinomiya hanya mengalami kerusakan ringan, tapi sempat ditutup selama beberapa minggu untuk kendaraan umum kecuali kendaraan yang mengangkut bantuan.

Tiang penyangga rel kereta Shinkansen yang terletak tinggi di atas tanah mengalami kerusakan, sehingga jalur kereta Shinkansen ke Jepang bagian barat terputus, tapi Bandara Internasional Kansai yang dibangun di atas pulau buatan tidak mengalami kerusakan.

Page 15: Bencana Alam Yang Dahsyat

Jembatan Akashi-Kaikyo yang sedang dibangun di dekat episentrum gempa tidak mengalami kerusakan, tapi rentang jembatan bertambah lebar 1 meter akibat menjauhnya lempeng tektonis.

Kegiatan relawan

Jumlah relawan yang membantu korban gempa bumi rata-rata sekitar 20.000 orang per hari. Dalam 3 bulan pertama, total relawan yang datang membantu sekitar 1.170.000 orang. Pemerintah Jepang kemudian menetapkan tanggal 17 Januari sebagai Hari Relawan dan Penanggulangan Gempa Bumi.

Penamaan gempa

Di hari-hari sesudah gempa, sebagian besar surat kabar di Jepang menggunakan istilah Gempa bumi besar Kansai (関東大震災 Kansai daishinsai) karena kehancuran terjadi dalam skala besar yang bisa dibandingkan dengan Gempa bumi besar Kanto (関東大震災 Kanto daishinsai).

Kantor meteorologi Jepang menggunakan istilah (平成 7 年(1995 年)兵庫県南部地震 Heisei nana-nen (1995-nen) Hyogo-ken nambu jishin, Gempa bumi Prefektur Hyogo bagian selatan) yang ternyata kurang populer karena daerah yang menderita gempa bumi bukan hanya Prefektur Hyogo bagian selatan.

Istilah populer untuk gempa bumi ini adalah Gempa bumi besar Hanshin (阪神大震災 Hanshin daishinsai, bahasa Inggris: Great Hanshin Earthquake) yang dipakai pertama kali oleh surat kabar Mainichi, sedangkan nama gempa bumi ini secara resmi adalah Gempa bumi besar Hanshin-Awaji ( 阪 神 ・ 淡 路 大 震 災 Hanshin-Awaji daishinsai), mengikuti istilah yang digunakan pemerintah Jepang.

Upacara peringatan

Upacara peringatan detik-detik terjadinya gempa bumi

Di kota Kobe, pada tanggal 17 Januari setiap tahunnya diadakan berbagai upacara untuk mengenang korban Gempa bumi besar Hanshin-Awaji.

Kobe Luminarie adalah acara tahunan berupa iluminasi yang dilangsungkan di kota Kobe setiap bulan Desember. Lampu-lampu berwarna-warni dirangkai menjadi berbagai variasi motif dan bentuk seperti pintu gerbang dan bagian depan (façade) gereja.

Di pagi hari tanggal 17 Januari, upacara peringatan detik-detik terjadinya gempa bumi diadakan di lapangan kota Kobe dengan menyalakan ratusan batang lilin di dalam potongan bambu yang disusun membentuk angka 1.17 (cara penulisan tanggal dalam bahasa Jepang untuk bulan Januari tanggal 17). Di malam harinya, upacara peringatan yang serupa juga dilangsungkan di tempat lain.

Page 16: Bencana Alam Yang Dahsyat

Gempa Bumi Samudra Hindia 2004

Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh.

Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3,298° LU dan 95,779 BT kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Korban jiwa

Gempa bumi mengakibatkan tsunami (gelombang pasang) yang menelan sangat banyak korban jiwa. Dipastikan lebih dari 150.000 jiwa tewas.

NegaraMeninggal dunia Luka -

lukaHilang

Kehilangan tempat tinggalDipastikan Perkiraan

Indonesia 126.915 126.915+ ~100.000 37.063 ~517.000

Sri Lanka 30.718Tak

diketahui15.686 23.000+1 ~573.000

India 10.012 15.636Tak

diketahui5.624 1.029.692

Thailand 5.3052 11.000 8.457 4.499 Tak diketahui

Somalia 150+ 298Tak

diketahuiTak

diketahui5.000

Myanmar 90 290–600 45 200 mencapai 30.000

Malaysia 68-74Tak

diketahui299

Tak diketahui

Tak diketahui

Maladewa 82Tak

diketahuiTak

diketahui26 12-22.000

Peta Gempa Bumi

Page 17: Bencana Alam Yang Dahsyat

Seychelles 1 - 3 10Tak

diketahuiTak

diketahuiTak

diketahuiTak diketahui

Tanzania 10 10+Tak

diketahuiTak

diketahuiTak diketahui

Bangladesh 2Tak

diketahuiTak

diketahuiTak

diketahuiTak diketahui

Afrika Selatan

2Tak

diketahuiTak

diketahuiTak

diketahuiTak diketahui

Kenya 1Tak

diketahuiTak

diketahuiTak

diketahuiTak diketahui

MadagaskarTak

diketahuiTak

diketahuiTak

diketahuiTak

diketahui1.000+

Total 151.976+ 162.000+ 125.000+ 43.000+ 3-5 juta

Catatan: Angka di tabel di atas adalah perkiraan saja.1 Termasuk 19.000 korban hilang pada wilayah yang dikontrol oleh Macan Tamil.2 Termasuk setidaknya 2.464 orang asing.

Indonesia

Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, bersama seorang korban yang telah kehilangan keluarganya di Banda Aceh.

Air pasang menghantam kawasan Ao Nang, Thailand

Page 18: Bencana Alam Yang Dahsyat

Pusat gempa yang terletak di sebelah utara Pulau Simeulue

Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat Aceh dan Sumatra Utara.

Foto dari kerusakan sulit diperoleh karena adanya pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka, yang mengakibatkan sedikitnya jumlah reporter, pejabat pemerintah dan tim penolong di Sumatra Utara. Pejabat pemerintah khawatir akan kurangnya laporan dari kota-kota di pantai barat Sumatra, termasuk beberapa resort kecil. Kota-kota ini hanya berjarak 100 km dari episenter dan diperkirakan menerima kerusakan berat, dan juga Pulau Simeulue dan Pulau Nias.

Sri Lanka

Di Sri Lanka dikonfirmasikan 45.000 korban jiwa jatuh dan lebih dari 1 juta jiwa penduduk negara ini terkena dampak gempa secara langsung. Salah seorang korban yang bisa diselamatkan adalah mantan Kanselir Jerman Helmut Kohl. Dilaporkan dari Sri Lanka bahwa sangat sedikit ada hewan-hewan liar seperti macan dan gajah yang mati.

India

Di India, termasuk Kepulauan Andaman dan Nicobar diperkirakan menelan lebih dari 12.000 korban jiwa.

Bangladesh

Di Bangladesh ada 2 korban jiwa.

Thailand

Di Thailand banyak pula wisatawan asing terkena bencana, terutama di daerah Phuket di mana diperkirakan ada sekitar 4.500 korban jiwa. Bhumi Jensen, cucu Raja Rama IX atau lebih dikenal dengan nama Bhumibol Adulyadej juga termasuk salah satu korban. Bhumi Jensen baru berusia 21 tahun.

Page 19: Bencana Alam Yang Dahsyat

Maladewa

Di Maladewa dilaporkan ada 53 korban jiwa. Dua pertiga wilayah ibu kota Malé kebanjiran ketika bencana terjadi.

Malaysia

Malaysia melaporkan 66 korban jiwa, tetapi dicemaskan korban jiwa berjumlah 600.

Somalia

Bahkan di Somalia, di benua Afrika ribuan kilometer dari Indonesia, dilaporkan jatuh lebih dari 100 korban jiwa. Tetapi sebagian besar atau mungkin hampir semua dari mereka adalah para nelayan.

Kerusakan dalam konteks sejarah

Meskipun gempa ini adalah salah satu yang terbesar yang pernah tercatat, angka korban lebih rendah dari jika gempa ini terjadi di wilayah padat penduduk. Gempa terparah dalam jumlah kematian adalah:

di Tangshan, Tiongkok, pada tahun 1976, jumlah korban resmi 242.419, tetapi pakar gempa internasional mengatakan, jumlah korban jiwa mencapai kira-kira 800.000.

di Shanxi, Tiongkok, pada tanggal 23 Januari 1556 terjadi gempa bumi yang memakan 830.000 korban jiwa.

di Iran pada 1978, di mana 250.000 orang tewas. di Tokyo pada 1923, memakan korban 140.000 jiwa.

Negara-negara Samudra Hindia tidak berpartisipasi dalam sistem peringatan dini tsunami, seperti di Samudra Pasifik, dikarenakan dalam sejarah bencana tsunami jarang terjadi di Samudra India.

Perbaikan dan pembangunan kembali

Untuk melaksanakan pembangunan kembali daerah yang dilanda bencana, pemerintah membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Aceh dan Nias (BRR) pada tanggal 16 April 2005.

Page 20: Bencana Alam Yang Dahsyat

Gempa bumi Yogyakarta Mei 2006

Gempa bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey (USGS) melaporkan 6,2 pada skala Richter.

Korban

Korban tewas menurut laporan terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.

Lokasi dan kerusakan yang diakibatkan

Lokasi gempa

Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan 110,31° BT pada kedalaman 33 km. USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.

Gempa susulan

70% rumah di kecamatan Jetis rata dengan tanah

Gempa susulan terjadi beberapa kali seperti pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB. Gempa bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang rubuh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi. Bahkan sampai H + 7 sesudah gempa, banyak lokasi di Bantul yang belum teraliri listrik. Gempa bumi

Page 21: Bencana Alam Yang Dahsyat

juga mengakibatkan Bandara Adi Sutjipto ditutup sehubungan dengan gangguan komunikasi, kerusakan bangunan dan keretakan pada landas pacu, sehingga untuk sementara transportasi udara dialihkan ke Bandara Achmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo.

Seorang bapak diantara puing - puing rumahnya

Gedung-gedung yang rusak parah Mall Shapir Square mengalami kerusakan parah di lantai 4 dan 5 yang

tembok depan Mall lantai tersebut roboh hingga berlubang dan menimpa teras Mall yang sebagian ikut roboh.

Mall Ambaruko Plaza mengalami kerusakan tidak terlalu parah. Beberapa bagian tembok terlihat retak-retak dan terkelupas.

GOR Universitas Ahmad Dahlan mengalami kerusakan parah. Atap GOR roboh dan hanya tersisa tembok di sisi-sisinya.

STIE Jl. Parangteritis kerusakan sangat parah.

Situs kuno dan lokasi wisata yang rusak Candi Prambanan mengalami kerusakan yang cukup parah dan ditutup

sementara untuk diteliti lagi tingkat kerusakannya. Kerusakan yang dialami candi prambanan kebanyakan adalah runtuhnya bagian-bagian gunungan candi dan rusaknya beberapa batuan yang menyusun candi

Makam Imogiri juga mengalami kerusakan yang cukup parah. Beberapa kuburan di Imogiri amblas, lantai-lantai retak dan amblas, sebagian tembok dan bangunan makam yang runtuh, juga hiasan-hiasan seperti keramik yang pecah.

Salah satu bangsal di Kraton Yogyakarta, yaitu bangsal Trajumas yang menjadi simbol keadilan ambruk.

Candi Borobudur yang terletak tak jauh dari lokasi gempa tak mengalami kerusakan berarti

Obyek Wisata Kasongan mengalami kerusakan parah saperti Gapura Kasongan yang patah di kiri dan kanan gapura dan ruko-ruko kerajinan keramik yang sebagian besar rusak berat bahkan roboh.

Kerusakan Mall Shapir Square

Sebuah mobil ringsek di Imogiri

Kerajinan keramik di Kasongan berantakan

Gedung BPKP roboh di satu sisinya

Page 22: Bencana Alam Yang Dahsyat

Sebab dan peristiwa sejenis

Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang.

Meskipun pada saat bersamaan Gunung Merapi yang juga berada di sekitar daerah tersebut sedang meletus, namun para pakar menyatakan kedua peristiwa ini tidak saling berhubungan sebagai sebuah sebab-akibat. Peningkatan aktivitas di gunung api tersebut tidak berhubungan dengan kejadian gempa. Hal ini ditunjukkan oleh tidak terdapatnya anomali aktivitas yang mencolok sesaat setelah gempa.

Penanganan dan bantuan

Setelah peristiwa tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera memerintahkan Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Soeyanto untuk mengerahkan pasukan di sekitar Yogyakarta dan sekitarnya untuk melakukan langkah cepat tanggap darurat. Rombongan presiden sendiri langsung terbang pada sorenya dan menginap malam itu juga di Yogyakarta.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan beberapa negara sudah menyatakan komitmen bantuan antara lain Jepang, Inggris, Malaysia, Singapura, Prancis serta UNICEF.

Berbagai negara telah menawarkan bantuan, di antaranya adalah Britania Raya menyumbang sebanyak 5,6 juta Dolar AS, Australia 3 juta Dolar Australia, RRT 2 juta Dolar AS, Amerika Serikat 2,5 juta Dollar AS, Uni Eropa 3 juta Euro, Kanada 2 juta Dolar Kanada dan Belanda 1 juta Euro. Sementara Jepang dan UNICEF menawarkan berbagai bantuan langsung. Palang Merah Internasional, Bulan Sabit Merah, OXFAM dan UNICEF telah memberikan sejumlah tenda dan perbekalan darurat kepada para korban. Jepang, Singapura dan Malaysia diinformasikan akan mengirimkan tim ke wilayah bencana.

Sementara itu dari Vatikan, Paus Benediktus XVI, Sabtu, 27 Mei saat sedang mengadakan lawatan ke Polandia, menyampaikan duka cita mendalam kepada korban gempa bumi di Yogyakarta dan meminta agar regu penyelamat terus melakukan upaya pertolongan. Pernyataan duka cita disampaikan Paus melalui telegram kepada Sekretarisnya Kardinal Angelo Sodano.

Dari dalam negeri Palang Merah Indonesia memberikan respon yang cepat melalui cabang-cabangnya di tingkat kota/kabupaten terdekat. Mereka melakukan tindakan-tindakan pertolongan darurat; salah satunya dengan mendirikan Rumah Sakit Lapangan di Lapangan Dwi Windu di Bantul.

Tidak kalah pentingnya adalah dinamika dan empati masyarakat Yogyakarta yang membantu ke wilayah bencana. Bantuan ini terus berlangsung sampai tahap rehabilitasi dan rekontruksi dicanangkan. Sebagian besar sivitas akademika berbagai universitas juga mendirikan posko bantuan kemanusiaan. Pusat studi berbagai universitas terlibat dalam dinamika penanggulangan bencana ini. Antara lain Pusat

Page 23: Bencana Alam Yang Dahsyat

Studi Mitigasi Bencana ITB Bandung, Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Pusat Studi Bencana Alam UGM, CEEDED Universitas Islam Indonesia.

Page 24: Bencana Alam Yang Dahsyat

Banjir Jakarta 2007

Jalan Pos Pengumben, Jakarta Barat yang putus total akibat banjir

Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.

Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.

Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.

Sebab

Akibat utama banjir ini adalah curah hujan yang tinggi, dan musim hujan di Indonesia mulai bulan Desember dan berakhir bulan Maret. Pada tahun 2007, intensitas hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari, dengan intensitas terbesar pada akhir bulan.

Antisipasi

Sistem Pengendali Banjir Jakarta

Untuk menangani banjir, Provinsi DKI Jakarta telah membangun serangkaian Sistem Pengendali Banjir Jakarta. Berikut adalah Sistem Kawasan Pengendali Banjir dan Drainase Jakarta sampai 2010:

Jakarta Utara

Sunter Timur I Sunter Timur II

Jakarta Pusat

Sawah Besar Sumur Batu

Sistem Saluran Makro (13 sungai)

1. Kali Mookevart

Page 25: Bencana Alam Yang Dahsyat

Kelapa Gading Sunter Barat Sunter Selatan Pademangan Jembatan V Teluk Gong Angka Bawah

Jakarta Barat

Jelambar Grogol Pinangsia Jati Pulo Kali Sekretaris

S.P.Barat

Cideng Bawah

Jakarta Selatan

Kali Grogol Atas Duren Tiga Pondok Karya Sangrila

Jakarta Timur

Duren Sawit

Cipinang

2. Kali Angke3. Kali Pesanggrahan4. Kali Grogol5. Kali Krukut6. Kali Baru (Pasar

Minggu)7. Kali Ciliwung8. Kali Baru Timur9. Kali Cipinang10. Kali Sunter11. Kali Buara12. Kali Jati Kramat13. Kali Cakung

Banjir Kanal

1. Banjir Kanal Barat

2. Banjir Kanal Timur

Lokasi-lokasi banjir

Pengguna Kendaraan menggunakan jasa gerobak untuk menyeberangkan mereka

Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyatakan, sebagian wilayah Jakarta Barat di sekitar Kali Angke berstatus siaga satu karena tinggi air 3,75 meter dari ambang batas 3 meter. Wilayah lain berstatus siaga dua dan tiga.

Kemacetan akibat banjir juga terjadi di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Di Jalan DI Panjaitan, sepeda motor yang tidak dapat melewati jalan itu berbalik arah dan naik ke jalan tol yang lebih tinggi.

Hujan deras juga menyebabkan tanggul jebol di Banjir Kanal Barat (BKB) persis di aliran Kali Sunter. Air meluber langsung ke perkantoran dan perumahan warga. Tanggul BKB jebol Jumat dini hari, sementara Kali Sunter baru Jumat siang. Akibat tanggul jebol, kawasan Jatibaru-Tanah Abang dan Petamburan tergenang air hingga setinggi 2 meter. Evakuasi warga di Petamburan mengalami kesulitan karena banyak permukiman terletak di antara gang sempit, bahkan tidak muat untuk dilewati perahu karet.

Jalan Kampung Melayu Besar di Jakarta Timur tidak bisa dilewati kendaraan, tetapi warga menyewakan gerobak untuk mengangkut pengendara dan kendaraan roda dua. Sebagian besar Jakarta Utara, mulai dari Marunda, Rorotan, Koja, Kelapa Gading, hingga ke barat, yakni Sunter, Tanjung Priok, Pademangan, Angke, Pluit, dan Kapuk pun terendam banjir. Tinggi genangan bervariasi, 30 sentimeter hingga 1 meter.

Page 26: Bencana Alam Yang Dahsyat

Jl Raya Kembangan, Jakarta Barat Digenangi air setinggi lutut orang dewasa hingga lalu lintas yang setiap hari macet dan ramai pada saat itu menjadi sepi dan gelap gulita dimalam hari. Hanya kendaraan dengan roda besar, gerobak dan delman yang mampu melewati wilayah itu. Listrik padam selama 3 hari. Air baru surut pada hari ke empat (Selasa).

Korban

Hingga tanggal 8 Februari 2007, menurut data Polda Metro Jaya jumlah korban meninggal akibat banjir di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 48 orang; dan di Bogor sebanyak 7 orang.

Pada tanggal 9 Februari 2007 meningkat menjadi 66 orang, sebagaimana dicatat Kantor Berita Antara: Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB) menyatakan sebanyak 66 orang meninggal akibat bencana banjir yang terjadi di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Pada tanggal 10 Februari jumlah korban meningkat menjadi 80 orang. Jumlah ini mencakup korban di tiga provinsi dengan perincian DKI Jakarta 48 orang, Jawa Barat 19 orang, dan Banten 13 orang.

Dampak dan Kerugian

Sebuah taksi yang terbalik dan terendam banjir di Jakarta Selatan pada banjir Jakarta 2007.

Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam.

Puluhan ribu warga di Jakarta dan daerah sekitarnya terpaksa mengungsi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya hingga Jumat malam masih terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air hingga 2-3 meter. Mereka tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri karena perahu tim penolong tidak kunjung datang.

Di dalam kota, kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu.

Arus banjir menggerus jalan-jalan di Jakarta dan menyebabkan berbagai kerusakan yang memperparah kemacetan. Diperkirakan sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan beragam, mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup dalam. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670 m²), Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar.

Page 27: Bencana Alam Yang Dahsyat

Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.

Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah yang hanyut terdapat di Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale Kambang (15), Cawang (14), dan Cililitan (5). Adapun rumah yang rusak terdapat di Pasar Rebo (14), Makasar (49), Kampung Melayu (681), Bidaracina (16), Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale Kambang (42), Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485).

Kerugian di Kabupaten Bekasi diperkirakan bernilai sekitar Rp 551 miliar. Kerugian terbesar adalah kerusakan bangunan, baik rumah penduduk maupun kantor-kantor pemerintah. Selain itu jalan kabupaten sepanjang 98 kilometer turut rusak. Sedikitnya 7.400 hektar sawah terancam puso.

Penyakit

Setelah banjir penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan penyakit kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk.

Ditemui pula beberapa kasus demam berdarah dan leptospirosis (Penyakit yang disebabkan oleh air seni tikus) sebagai akibat genangan air setelah banjir.

Pasca bencana

Hingga hampir sepekan pascabanjir, 14 Februari 2007, 20 lampu lalu lintas di seluruh DKI Jakarta masih tidak berfungsi. Matinya lampu lalu lintas menyebabkan arus kendaraan di beberapa kawasan terganggu dan menimbulkan kemacetan. Di Jakarta Pusat lalu lintas di beberapa perempatan tidak dipandu lampu lalu lintas. Di kawasan Roxy, misalnya, lampu lalu lintas tidak berfungsi. Akibatnya, kemacetan terjadi sepanjang pagi hingga menjelang sore. Situasi serupa tampak di kawasan Kramat Bunder.

Penanganan sampah

Setelah banjir surut volume sampah yang harus ditangani meningkat. Sampah-sampah yang terbawa sungai pada sampai tanggal 8 Februari berlipat ganda dari 300 m³ menjadi 600 m³ per hari. Sampah-sampah tersebut berupa antara lain berupa puing bangunan, kayu dan perabotan hanyut. Selain itu banyaknya sampah yang dikirim ke tempat penampungan akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi, juga bertambah. Sampai 15 Februari kiriman sampah sisa banjir ini diperkirakan mencapai 1.500 ton per hari.

Banjir susulan

Hujan deras sejak Selasa pagi, 13 Februari, di Depok dan sebagian wilayah Jakarta Selatan menyebabkan air kembali menggenangi sebagian rumah-rumah warga yang baru saja kering dari terpaan banjir pekan sebelumnya. Hujan tersebut menyebabkan Kali Krukut yang melintasi kawasan Kemang dan Petogogan, Jakarta Selatan meluap.

Page 28: Bencana Alam Yang Dahsyat

Luapan itu meluas dan menggenangi rumah-rumah warga di perkampungan tersebut hingga sebatas lutut orang dewasa. Kontur tanah perkampungan yang menjorok rendah ke arah sungai menyebabkan wilayah itu mudah sekali terbanjiri luapan air dari sungai. Di kawasan Kemang, tepatnya di Kelurahan Bangka, air menggenangi sekitar seratusan rumah petak di belakang deretan kafe-kafe elit di Jalan Kemang Raya. Semakin mendekati Kali Krukut, air sudah memasuki bagian dalam rumah hingga sebetis. Banjir besar pekan lalu telah menerpa kampung tersebut hingga ketinggian dua meter.

Banjir serupa juga kembali menimpa warga Perumahan Pondok Payung Mas, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Tangerang, Banten.

Hujan yang turun pada hari Sabtu 17 Februari menyebabkan sebanyak 2.761 warga Jakarta dari 612 kepala keluarga (KK), terpaksa mengungsi kembali karena rumah mereka tergenang air. Genangan ini terjadi di beberapa pemukiman di Pancoran, Kebayoran Baru, Jatinegara, dan Kramat Jati. Ketinggian genangan berkisar antara 40-120 cm.

Komentar pihak berwenang

Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menanggapi kritikan dengan mengatakan bahwa banjir ini adalah fenomena alam, dan merupakan banjir lima tahunan. Sutiyoso menganggap pemerintah sudah berusaha maksimal menangani banjir. Banjir besar sebelumnya terjadi di tahun 1996 dan 2002 yang berarti interval pertamanya adalah enam tahun.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie berkomentar bahwa para korban banjir "masih dapat tertawa" dan peristiwa banjir ini hanya dibesar-besarkan media "seolah-olah dunia mau kiamat" sehingga ia dikritik para korban dan anggota DPR. Padahal kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa banyak korban banjir yang bahkan tidak mampu berkomentar akibat dari tekanan stress serta buruknya kondisi hidup di tempat-tempat pengungsian.

Daerah lain Karawang

Banjir akibat luapan Sungai Citarum yang terjadi awal Februari 2007 telah menggenangi 17.000 hektar sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,7 miliar. Banjir yang menggenangi 25 dari 30 kecamatan di Karawang diperparah dengan jebolnya tanggul Sungai Citarum. Tanggul yang jebol ada di Kaceot I dan II, Tangkil, serta saluran induk Tarung Utara. Hingga 10 Februari, ada lima kecamatan yang masih dianggap rawan banjir, yakni Pakisjaya, Batujaya, Rengasdengklok, Jayakerta, dan Tirtajaya. Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Karawang mencatat, sawah yang terendam banjir tersebar di 22 kecamatan. Ketinggian genangan bervariasi antara 20 hingga 70 sentimeter.

Subang dan Indramayu

Banjir juga hampir sepekan merendam sawah dan permukiman di Subang dan Indramayu yang masih termasuk wilayah pantai utara Jawa Barat. Setidaknya 18.488 hektar sawah dipastikan rusak. Berdasarkan pantauan, di Kabupaten Subang, kerusakan terluas terjadi di Kecamatan Pamanukan (2.101 ha), Pusakanegara (1.275,5

Page 29: Bencana Alam Yang Dahsyat

ha), dan Legon Kulon (2.792 ha), sedangkan di Kabupaten Indramayu banjir menggenangi areal sawah di Kecamatan Kandanghaur.

Page 30: Bencana Alam Yang Dahsyat

Topan Durian

Gambar satelit Topan Durian

Topan Durian adalah nama yang diberikan untuk angin topan yang melanda Filipina pada tahun 2006. Taifun ini menyebabkan longsor pada tanggal 30 November di Catanduanes selatan dan di Albay. Setelah bergerak ke barat, juga menyebabkan longsor di Bondoc Peninsula di Quezon, di Marinduque, dan di Oriental Mindoro. Angka resmi yang dikeluarkan sampai 4 Desember 2006 menyatakan bahwa 450 orang tewas, 507 luka-luka, dan 599 lainnya belum ditemukan. Palang Merah memperkirakan korban jiwa bisa mencapai 1.000 orang. Lebih dari 40.000 orang kehilangan tempat tinggal dan banyak dari mereka yang tinggal di tempat-tempat penampungan sementara.

Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo menetapkan keadaan bencana nasional atas kejadian ini.

Selain itu Durian juga melanda Vietnam di Nha Trang dan Ho Chi Minh City pada Korban jiwa di Vietnam hingga 5 Desember 2006 setidaknya adalah 37 orang dengan lebih dari 1.000 rumah hancur dan lebih dari 800 kapal nelayan tersapu dari pinggir pantai.

Sebelumnya nama Durian telah diberikan juga untuk sebuah taifun di tahun 2001.

Page 31: Bencana Alam Yang Dahsyat

Letusan Gunung GalunggungGunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah. Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40km dari puncak gunung.

Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. Di antara tanggal 7-9 Oktober, terjadi letusan yang menghasilkan awan panas. Lalu tanggal 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan 1822. Letusan kali ini menghancurkan 50 desa, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.

Letusan Galunggung 1982, disertai petir

Pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi. Letusan tanggal 6 Juli ini menghasilkan hujan abu setebal 2-5mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. Dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x440m yang kemudian dinamakan gunung Jadi.

Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 (VEI=4) disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Selama periode letusan ini, sekitar 18 orang meninggal, sebagian besar karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua, kedinginan dan kekurangan pangan). Perkiraan kerugian sekitar Rp 1 milyar dan 22 desa ditinggal tanpa penghuni. Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan berubahnya peta wilayah pada radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai serta areal perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material batuan-kerikil-pasir. Pada periode pasca letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi (khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya check dam (kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya banjir lahar dingin ke kawasan Kota Tasikmalaya. Pada masa tersebut juga dilakukan eksploitasi pemanfaatan pasir galunggung yang dianggap berkualitas untuk bahan material bangunan maupun konstruksi jalan raya. Pada tahun-tahun kemudian hingga saat ini usaha pengerukan pasir galunggung tersebut semakin berkembang, bahkan pada awal perkembangannya (sekitar 1984-1985) dibangun

Page 32: Bencana Alam Yang Dahsyat

jaringan jalan Kereta Api dari dekat Station KA Indihiang (Kp. Cibungkul-Parakanhonje) ke check dam sinagar sebagai jalur khusus untuk mengangkut pasir dari Galungung ke Jakarta.

Page 33: Bencana Alam Yang Dahsyat

Gempa bumi Bengkulu 2007

Gempa Bumi Bengkulu September 2007

Peta pulau Sumatra, menunjukkan lokasi gempa besar dan gempa-gempa susulan.

Tanggal12 September, 2007

Kekuatan8.4 Mw atau 7.9 SR

Kedalaman 30 kilometer

Episentrum4.517° LS 101.382° BT

Negara yang terkena

 Indonesia Singapura Malaysia Thailand

Korban21 tewas; ratusan terluka

Gempa Bumi Bengkulu 2007 adalah rangkaian gempa yang terjadi di Palung Jawa, di lepas pantai Bengkulu, Sumatra, Indonesia. Gempa ini menimbulkan peringatan tsunami di pantai-pantai Samudra Hindia, yang kemudian dicabut.

Gempa awal memiliki kekuatan 8.4 Mw atau 7.9 SR, terjadi pada tanggal 12 September 2007 pukul 18.10 WIB. Pusat gempa terletak kira-kira 10 km di bawah tanah, sekitar 105 km lepas pantai Sumatra, atau sekitar 600 km dari ibukota Jakarta. Gempa utama ini diikuti oleh serangkaian gempa susulan, yang berkekuatan sekitar  5 through 6 Mw pada patahan yang sama. Gempa utama tersebut juga disusul dengan gelombang pasang yang kemudian membanjiri sedikitnya 300 rumah penduduk dan bangunan publik di Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai sampai setinggi 1 meter.

Gempa besar kedua terjadi dengan kekuatan 7.8  Mw, pada 13 September (WIB) di daerah Kepulauan Mentawai, 2.526°LS 100.963°BT -- 188 km dari Padang, Sumatra Barat, di kedalaman 10 km. Gelombang pasang yang terjadi di Thailand dan

Page 34: Bencana Alam Yang Dahsyat

pengamatan ilmiah lainnya di Samudra Hindia setelah gempa kedua ini memicu peringatan tsunami kedua.

Page 35: Bencana Alam Yang Dahsyat