bellow gauge
DESCRIPTION
szgdfgfdbTRANSCRIPT
Pada bab ini penulis menguraikan proses yang terjadi pada filter
press, penggunaan Resistance Pressure Transmitter dalam proses
squeezing, dan analisa data.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Tekanan
Tekan didefinisikan sebagai besarnya gaya untuk tiap satuan luas. Oleh
karena itu satuan yang dipakai untuk tekanan merupakan hasil bagi antara satuan
gaya dan satuan luas, misalnya kg/cm2, lb/inch2 yang biasanya disingkat psi
(pound/square inch) dan lain – lain.
Selain bermacam – macam satuan yang dipakai untuk tekanan khusus
untuk gas dikenal ada tiga macam tekanan yaitu :
a. Tekanan absolute (absolute pressure)
Yang dimaksud dengan tekanan absolut (absolute pressure) adalah
tekanan gas sebenarnya. Besarnya tekanan absolut dinyatakan dengan psia
(pound per square inch absolut).
b. Tekanan gage (gauge pressure)
Yang dimaksud dengan tekanan gage (gauge pressure) adalah besarnya
tekanan suatu gas dibanding dengan tekanan udara luar atau atmosfir.
Besarnya tekanan gage dinyatakan dalam psig (pound per square inch
gage).
c. Tekanan vakum (vacuum pressure)
Yang dimaksud tekanan vakum (vacuum pressure) adalah sama dengan
tekanan gage hanya tekanan ini lebih kecil daripada tekanan atmosfir.
II.1.1 Elemen – elemen Sensor yang Biasa Digunakan Dalam Mengukur
Tekanan
Elemen – elemen yang biasa digunakan untuk mengukur baik tekanan
absolut, gage, vakum, maupun beda tekanan (differential pressure) yaitu :
1. Elemen kolom cairan
Dengan elemen kolom cairan ini, tekanan yang akan diukur dapat
ditentukan dengan mengetahui tinggi dan berat jenis cairan. Seperti
diketahui besarnya tekanan yang diberikan oleh cairan setinggi h adalah :
P = ρ × g × h (2.1)
dimana : P = tekanan (N/m2)
h = tinggi cairan (m)
ρ = masss jenis cairan (kg/m3)
g = gravitasi (m/s2)
Pengukur tekanan dengan menggunakan elemen kolom cairan diantaranya:
a. Barometer
Barometer khusus dipakai untuk mengukur tekanan atmosfir. Suatu
tabung gelas berisi cairan dan dicelupkan kedalam bak yang berisi
cairan yang sama. Ujung atas tabung divakumkan dan kemudian
ditutup. Cairan yang biasa dipakai adalah air raksa. Air raksa didalam
tabung akan turun, tetapi tidak terus sampai habis karena adanya
tekanan atmosfir yang mengimbangi tekanan air raksa dalam tabung
seperti terlihat pada gambar 2.1. Dengan mengukur tinggi air raksa h
didalam tabung, tekanan atmosfir dapat ditentukan :
Pa ≈ h (cm Hg) (2.2)
Perlu diketahui bahwa sebenarnya tekanan diatas air raksa didalam
tabung tidak vakum sama sekali, tetapi ada tekanan uap air raksa yang
mana besarnya kecil sekali yaitu sebesar 0,0012 mm Hg pada
temperatur kamar (20°C).
Gambar 2.1 Barometer
b. Manometer Pipa U
Pipa yang berbentuk huruf U yang bentuk ujungnya tertutup dan
vakum seperti terlihat pada gambar 2.2 dapat dipakai untuk mengukur
tekanan absolut. Seperti pada barometer, maka besarnya tekanan
absolut yang dihubungkan dengan kaki terbuka adalah seperti rumus
2.1 diatas yaitu
P = ρ × g × h
Cairan yang dipakai tidak harus air raksa, ini tergantung pada daerah
tekanan yang akan diukur. Untuk tekanan yang tinggi dipakai cairan –
cairan yang besar (berat jenisnya besar) sedangkan untuk cairan yang
ringan dipakai untuk mengukur tekanan yang rendah.
Untuk mengukur perbedaan tekanan dipakai manometer pipa U
yang kedua ujungnya terbuka seperti terlihat pada gambar 2.3
Perbedaan tinggi cairan dapat dilihat pada skala yang diletakkan
diantara kedua kaki manometer.
Gambar 2.2 Manometer Pipa U Tertutup Gambar 2.3 Manometer Pipa U Terbuka
c. Manometer Lonceng (Bell Manometer)
Pada gambar 2.4 terlihat manometer lonceng (bell manometer)
untuk mengukur tekanan gage. Tekanan yang diukur dimasukkan ke
dalam lonceng (sungkup) melalui suatu pipa saluran. Bila luas bagian
dalam lonceng adalah A, maka gaya yang mendorong lonceng keatas
adalah :
F = P × A (2.3)
dimana : F = gaya (N)
P = tekanan (N/m2)
A = luas penampang (m2)
Gaya ini menyebabkan pegas bergerak sejauh s. Bila konstanta pegas
adalah K maka menurut hukum Hooke :
F = K × s (2.4)
dimana : K = konstanta pegas (N/m)
s = jarak (m)
Dari dua persamaan ini akan didapat :
P = A
sK × (2.5)
Jadi dengan mengukur h dapat diketahui besarnya tekanan yang akan
diukur. Dengan pertolongan engsel dan jarum penunjuk, besarnya
tekanan ini dapat langsung dibaca pada skala.
Gambar 2.4 Manometer Lonceng (Bell Manometer)
2. Elemen Elastis
Terdapat tiga macam elemen elastis yang biasa dipakai untuk
mengukur tekanan yaitu :
a. diafragma
b. bellow
c. tabung bourdon
Masing – masing dari ke tiga elemen elastis tersebut mempunyai daerah
pengukuran tertentu. Elemen – elemen ini dipakai pada daerah elastisnya
sehingga masih tetap mengikuti hukum Hooke, defleksi sebanding dengan
gaya atau tekanan yang menyebabkannya. Jadi dengan mengukur
defleksinya tekanan yang akan diukur dapat diketahui.
a. Diafragma
Diafragma pada dasarnya adalah lembaran datar dan tipis yang
terbuat dari logam. Diafragma datar (flat diaphragm) seperti terlihat
pada gambar 2.5.a dibawah mendefleksi sesuai dengan hukum –
hukum pada umumnya yang dapat diaplikasikan ke lembaran datar
untuk kondisi – kondisi muatan simetris. Bentuk dasar dari diafragma
datar adalah sebuah jaringan datar yang dijepit pada bagian pinggirnya.
Disini diafragma dipakai untuk mengukur beda tekanan. Tetapi
defleksi yang terjadi akibat perbedaan tekanan ini kecil sekali sehingga
sensitivitasnya juga kecil.
Diafragma bergelombang (corrugated diaphragm) terdiri dari
gelombang – gelombang atau lekuk – lekuk bundar seperti terlihat
pada gambar 2.5.b dibawah. Bentuk ini bertujuan untuk meningkatkan
kekerasan serta daerah efektif daripada diafragma, dengan demikian
memberikan defleksi yang lebih besar daripada diafragma datar.
Bentuk yang bergelombang menyebabkan sensitivitas yang lebih
besar daripada diafragma datar.
Selain kedua macam diafragma diatas yang merupakan diafragma
tunggal (Single diapraghm), terdapat juga diafragma ganda (double
diapraghm) yang biasa disebut kapsul seperti terlihat pada gambar
2.5c. Sensitivitas kapsul lebih besar dibandingkan dengan diafragma
tunggal. Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar lagi,
beberapa kapsul di jadikan satu. Pengukuran tekanan gage ini lengkapi
dengan pembatas atas dan pembatas bawah sehingga terhindar dari
kerusakan apabila mendapat tekanan yang terlalu besar atau terlalu
kecil.
Bahan – bahan yang biasa dipakai untuk untuk diafragma adalah
alloy metal elastis seperti kuningan, perunggu, phospohor, tembaga
berrylium, stainless steel. Selain diafragma logam terdapat juga bukan
logam yang biasa terbuat dari kulit sutra, teflon dan neoprene.
Gambar 2.5 Elemen Perasa Tekanan (a) diafragma datar; (b) diafragma bergelombang; (c) kapsul;
(d)bellows; (e) tabung lurus; (f) tabung bourdon C; (g) tabung bourdon twist; (h) tabung bourdon
helical (i) tabung bourdon spiral.
b. Bellow
Pada gambar 2.5.d diatas terlihat bellow yang dipakai untuk
mengukur tekanan gage (gauge pressure). Bellow juga dibuat untuk
logam – logam yang dipakai untuk membuat diafragma. Daerah
pengukuran bellow lebih tinggi daripada diafragma karena dapat
dipakai untuk mengukur tekanan rendah.
Elemen perasa tabung lurus seperti terlihat pada gambar 2.5.e
diatas digunakan dalam desain tertentu untuk mengukur tekanan.
Tabung dengan salah satu ujung disegel maka akan menyebabkan
perubahan – perubahan tekanan yang akan dikirimkan ke ujung yang
lain yang terbuka. Pergeseran ini ditransduksikan sebagai strain
maupun sebagai perubahan – perubahan dalam frekuensi resonan
tabung.
c. Tabung Bourdon
Tabung bourdon dibuat dari tabung yang pipih. Prinsip kerja
tabung bourdon ini adalah bila terdapat perbedaan tekanan di dalam
dan di luar tabung maka akan terjadi gaya keluar atau ke dalam karena
luas permukaan dan dalam dari tabung bourdon berbeda.
Tabung bourdon bentuk C seperti terlihat pada gambar 2.5.f diatas
dibawah memiliki sudut lekukan antara 180° dan 270° dan ujung
bagian kearah luar dengan tekanan yang meningkat.
Jenis – jenis tabung bourdon yang lain yaitu tabung bourdon twist,
tabung bourdon helikal, tabung bourdon spiral dapat dilihat pada
gambar 2.5.g sampai dengan 2.5.i diatas.
II.2 Metoda Pengukur Tekanan Yang Lain
Selain elemen – elemen diatas yang digunakan untuk mengukur tekanan,
juga digunakan metoda yang lain seperti metoda kompresi gas seperti pada
manometer McLeod, metoda tahanan listrik berdasarkan jembatan Wheatstone
dengan menggunakan Strain – gage. Semua cara pengukuran diatas akan dibahas
dibawah ini.
II.2.1 Manometer McLeod
Manometer (Gage) McLeod dipakai untuk mengukur tekanan yang sangat
rendah (vakum). Disini dipakai metoda kompresi gas. Pada gambar 2.6.a telihat
McLeod gage dalam keadaan sebelum terpakai. Karena dihubungkan dengan
tekanan vakum, maka semua ruangan diatas cairan mempunyai tekanan yang
sama dengan tekanan vakum yang diukur. Kemudian diputar 90°C sehingga
kedudukannya seperti terlihat pada gambar 2.6.b. Permukaan pada empat kakinya
mempunyai tendensi untuk sama tinggi. Tetapi karena didalam pipa ukur sudah
ada gas yang bertekanan P1, maka tinggi cairan disini lebih rendah. Perubahan
volume gas (kompresi) ini yang menyebabkan tekanan gas berubah. Misalnya
volumenya berubah menjadi V2 dan tekanan gas berubah. Misalnya menjadi P2,
maka menurut hukum Boyle :
P1V1 = P2V2 (2.6)
dimana : P1 = tekanan awal (N/m2) V1 = volume awal (m3)
P2 = tekanan akhir (N/m2) V2 = volume akhir (m3)
Selain itu terlihat dari gambar bahwa :
P = ρ × g × h
V = h × A (2.7)
Jadi
P v = ( ρ × g × h) (h × A) (2.8)
P = 2hV
Ag×
××ρ (2.9)
Dengan membuat skala kuadratis maka akan dapat langsung diukur
tekanannya.
a b
Gambar 2.6 Manometer McLeod (a) manometer Mcleod sebelum terpakai
(b) manometer Mcleod setelah terpakai dan diputar 90 0
II.2.2 Strain –gage
Pengukuran tekanan dengan metoda tahanan listrik mengubah besaran
yang diukur menjadi tahanan. Strain-gage adalah salah satu elemen yang
mengubah pergeseran mekanis yang diberikan dalam hal ini adalah tekanan
menjadi tahanan. Strain-gage merupakan sebuah alat berbentuk lembaran tipis
yang dapat disatukan ke berbagai bahan guna mengukur regangan yang diberikan
kepadanya. Strain-gage logam dibuat dari kawat tahanan berdiameter tipis.
Tahanan dari kawat atau logam ini berubah terhadap panjang jika bahan pada
mana gage disatukan mengalami tarikan atau tekanan (kompresi). Perubahan
tahanan ini sebanding dengan regangan/tekanan yang diberikan, ini meliputi dua
atau empat lengan dari strain-gage yang berfungsi sebagai jembatan wheatstone
sehingga keluarannya diubah menjadi tegangan seperti pada gambar 2.7. Pada
arah keatas menyebabkan tahanan bertambah, sedangkan pada arah kebawah
menyebabkan tahanan menjadi berkurang pada lengan jembatan. Prinsip dari
pengukuran ini adalah bentuk yang khusus dari pengukuran tahanan dengan
menggunakan strain-gage.
Gambar 2.7 Strain-gage
II.2.2.1 Komponen Strain-gage
Elemen perasa dari strain-gage terdiri dari komponen kawat logam atau
timah yang memiliki perubahan dalam deformasi. Perbandingan yang berdasarkan
atas spesimen dan struktur ini mengarah pada elemen yang dipakai dalam aplikasi
penggunaannya,yang mana elemen tersebut adalah tipis dan mudah patah. Dalam
hal pengiriman, penyimpanan dan penempelan pada spesimen ini harus benar –
benar diperhatikan agar dapat dihubungkan secara kelistrikan pada besaran yang
diukur oleh alat instrumen. Strain-gage ini terdiri dari bagian – bagian yang
ditunjukkan dalam gambar 2.8 dibawah ini yaitu : (1) permukaan spesimen, (2)
ikatan efektif antara gege dan spesimen, (3) bahan pendukung yang terpasang, (4)
elemen pengindraan dasar, (5) konektor, (6) lapisan pelindung yang dikaitkan dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana strain-gage digunakan.
Gambar 2.8 Sistem Strain-gage (1) permukaan spesimen; (2) ikatan bahan perekat; (3) lapisan
dasar; (4) elemen perasa strain-gage; (5) sistem pewayaran; (6) lapisan pelindung
II.2.2.2 Bentuk – bentuk Strain-gage
Bentuk elemen pengindera dipilih menurut regangan yang akan diukur,
satu sumbu (uniaksial), dua sumbu (biaksial), atau arah ganda (banyak). Selain itu
bentuk strain-gage yang lain adalah strain gage bentuk terikat (bonded strain-
gage) dan strain-gage bentuk tak terikat (unbonded strain-gage)
1. Strain-gage bentuk terikat (bonded strain-gage)
Bentuk strain-gage terikat terdiri dari jenis kawat-metal, foil atau
semikonduktor yang terikat pada permukaan regangan atau pada lapisan
tipis terisolasi seperti pada gambar 2.9 dibawah ini. Ketika permukaan
tersentuh, regangan dikirimkan ke jaringan material melalui bahan perekat.
Perubahan tahanan listrik dari jaringan menunjukkan indikasi dari
regangan.
Gambar 2.9 Konstruksi strain-gage tahanan terikat
Strain-gage tahanan terikat mempunyai keunggulan yang bagus karena
relatif tidak mahal, tingkat keakurasian yang bagus kira-kira± 0,10%,
dapat diberikan tekanan yang kecil, tidak terlalu berdampak terhadap
perubahan temperatur, bentuknya kecil.
Strain-gage tahanan terikat dapat digunakan pada lingkungan yang
berbeda-beda, seperti dapat dipasang pada turbin mesin jet yang
dioperasikan pada suhu yang sangat tinggi dan pada cairan dengan suhu
yang sangat rendah -452°F (-269°C). Strain-gage ini juga mempunyai
berat yang ringan dan bentuk yang kecil, sensitivitas yang tinggi dan dapat
digunakan pada keadaan statis atau dinamis. Foil elemen dapat digunakan
hingga tahanan 120 sampai 5000 ohm, dengan panjang 0,008 inchi sampai
4 inchi.
a. Kawat metal
Kawat metal terikat telah dipakai pada kedua analisis tegangan (stress)
dan transduser. Suatu kisi kawat halus ditempelkan pada permukaan
benda yang regangannya hendak diukur. Kawat ditempelkan hingga
tidak berkerut, yang dengan demikian akan mengikuti tegangan
maupun tekanan benda. Karena bahan dan ukuran kawat sama dengan
pengukur tak terikat, faktor pengukur dan hambatan dapat
dibandingkan seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.10 Strain-gage kawat-metal terikat
b. Foil-metal
Pengukur foil metal terikat menggunakan bahan yang mirip atau sama
dengan pengukur kawat. Foil-metal terikat banyak dipakai pada
sebagian besar pengukuran tegangan dan transduser. Elemen perasa
dibentuk dari lembaran-lembaran yang tebalnya kurang dari 0,0002
inci dengan proses etsa-foto (photoetching), yang memungkinkan
kelenturan pada bentuknya seperti ditunjukkan pada gambar 2.11
dibawah ini.
Gambar 2.11 Strain-gage foil-metal
c. Semikonduktor
Semikonduktor digunakan terutama pada transduser, namun kadang-
kadang dijumpai pada pemakaian pengukuran tegangan jika regangan
sangat kecil. Terbuat dari bagian yang sangat kecil dari kristal silikon
yang diproses secara khusus dan tersedia dalam jenis n (negatif) dan
jenis p (positif). Semikonduktor jenis p menaikkan hambatan terhadap
regangan tarik dan jenis n menurunkan hambatan. Keunggulannya
adalah faktor pengukur yang tinggi sampai 150. Transduser yang
didasarkan pada pengukur semikonduktor sering disebut transduser
piezoresistif. Sayangnya faktor pengukur yang tinggi diikuti oleh
kepekaan temperatur yang tinggi pula, ketidak linearan, dan kesukaran
penempatannya.
d. Semikonduktor diffus (diffused semiconductor)
Semikonduktor diffus digunakan pada proses difusi yang diterapkan
pada pembuatan rangkaian terpadu (integrated-circuit). Strain-gage
semikonduktor difus menggunakan teknik photolithograpy dan difusi
elemen padat dari Boron ke molekul yang terikat dari elemen tahanan.
Semikonduktor diffus sering digunakan pada transduser tekanan,
karena bentuknya yang kecil, tidak mahal, akurat, dapat digunakan
berulang-ulang, dan memberikan sinyal keluaran yang besar.
Kekurangannya adalah termasuk sensitivitasnya terhadap perubahan
suhu yang dapat digunakan untuk desain transmiter. Pada transduser
tekanan misalnya, diafragmanya adalah pemakaian silikon dan efek
regangan direalisir dengan memberikan ketidak murnian (impurity)
pada diafragma untuk membentuk pengukuran regangan instinsik pada
lokasi yang diinginkan penggunaannya.
2. Strain-gage tanpa ikatan (unbonded strain-gage)
Strain-gage ini terdiri dari sebuah kerangka diam dan sebuah jangkar yang
ditopang pada pertengahan kerangka. Jangkar hanya dapat bergerak dalam
satu arah. Gerakannya dalam arah tersebut dibatasi oleh empat filamen
kawat sensitif regangan, dililitkan antara isolator-isolator kaku yang
terpasang pada kerangka dan pada jangkar. Panjang filamen-filamen
adalah sama dan disusun seperti pada gambar 2.12.a.
Bila sebuah gaya luar diberikan terhadap strain-gage, jangkar bergerak
dalam arah yang diperlihatkan. Panjang elemen A dan D bertambah,
sedangkan panjang elemen B dan C berkurang. Perubahan tahanan dari
keempat filamen sebanding dengan perubahan panjang, dan ini dapat
diukur dengan sebuah jembatan wheatstone seperti pada gambar 2.12.b.
Arus tidak seimbang yang ditunjukkan oleh alat pencatat arus, dikalibrasi
agar menunjukkan besarnya perpindahan jangkar.
Transduser menjadi sebuah pengukur tekanan jika jangkar dihubungkan
kesebuah tiupan logam (metallic bellow), diafragma atau membran.
Gambar 2.12 Strain-gage tidak terikat (a) Prinsip konstruksi
(b) rangkaian jembatan wheatstone
Pengukuran regangan secara simultan dalam arah lebih dari satu dapat
dilakukan dengan menempatkan gage elemen tunggal pada lokasi yang
sesuai. Namun untuk menyederhanakan pekerjaan ini dan untuk
menghasilkan ketelitian yang lebih besar tersedia gage elemen dalam
ganda atau gage rosette.
Rosette dua elemen yang diperlihatkan pada gambar 2.13 sering digunakan
dalam transduser gaya. Gage dirangkaikan dalam sebuah rangkaian
jembatan wheatstone agar keluaran yang dihasilkan lebih besar. Untuk
analisis tegangan geser, elemen-elemen aksial dan melintang bisa memiliki
tahanan yang berbeda yang dapat dipilih sehingga gabungan keluaran
sebanding dengan tegangan geser sedangkan keluaran dari elemen aksial
sebanding dengan regangan. Rosette tiga elemen sering digunakan untuk
menentukan arah dan besarnya regangan utama yang dihasilkan dari
pembebanan struktural yang kompleks. Jenis yang paling terkenal
memiliki simpangan sudut sebesar 45° atau 60° antara elemen-elemen
pengindra seperti pada gambar 2.14. Rosette 60° digunakan bila arah
regangan utama tidak diketahui. Rosette 45° memberikan resolusi sudut
yang lebih besar dan biasanya digunakan bila arah regangan utama
diketahui.
Gambar 2.13 Rosette dua elemen (a) tumpukan foil 90°;(b) foil datar 90°;(c) foil geser datar 90°
Gambar 2.14 Rosette tiga elemen (a) foil datar 60°; (b) tumpukan kawat 45°
II.2.2.3 Elemen Pengindera Metalik
Strain-gage metalik dibentuk dari kawat tipis atau dari lembaran kawat
logam tipis. Umumnya, ukuran kawat gage adalah kecil, mengalami kebocoran
paling kecil dan dapat digunakan pada pemakaian suhu tinggi. Elemen-elemen foil
sedikit lebih besar dalam ukuran dan lebih stabil daripada gages kawat. Mereka
dapat digunakan pada kondisi suhu yang ekstrim dan dalam pembebanan yang
lama, dan mendisipasikan panas yang diinduksi sendiri dengan mudah.
Berbagai jenis bahan tahanan telah dikembangkan untuk pemakaian dalam gage-
gage kawat dan foil yaitu :
1. Constantan
Constantan adalah paduan (alloy) tembaga-nikel dengan koefisien
temperatur yang rendah. Biasanya constantan ditemukan dalam gage yang
digunakan untuk pengukuran strain dinamik, dimana perubahan level
strain tidak melebihi ± 1500 µcm. Batas temperatur kerja adalah 10°C
sampai 200°C.
2. Nichrome V
Nichrome V adalah paduan nikel-chrome yang digunakan untuk
pengukuran strain statik sampai 375°C. Dengan kompensasi temperatur,
paduan ini dapat digunakan untuk pengukuran statik sampai 650°C dan
pengukuran dinamik sampai 1000°C.
3. Dynaloy
Dynaloy adalah paduan nikel-besi dengan faktor gage yang rendah dan
ketahanan yang tinggi terhadap kelelahan. Bahan ini digunakan untuk
pengukuran strain dinamik bila sensitivitas temperatur yang tinggi dapat
ditolerir. Rangkuman temperatur dari gage dynaloy umumnya dibatasi oleh
bahan-bahan pembawa dan semen perekat.
4. Stabiloy
Stabiloy adalah perpaduan nikel-chrome yang dimodifikasi dengan
rangkuman kompensasi temperature yang lebar. Gage ini memiliki
stabilitas yang sangat baik dari temperatur Crygonic sampai 350°C dan
ketahanan yang baik terhadap kelelahan.
5. Paduan platina tungsten
Paduan platina tungsten memberikan stabilitas yang sangat baik dan
ketahanan yang tinggi terhadap kelelahan pada temperatur tinggi. Gage ini
disarankan untuk pengukuran uji statik sampai 700°C dan pengukuran
dinamik sampai 850°C. Karena bahan ini memiliki koefisien temperatur
yang relatif besar, maka untuk memperbaiki kesalahan ini harus digunakan
suatu bentuk kompensasi temperatur.
II.2.2.4 Desain Strain-gage
Strain-gage digunakan untuk pengukuran pergeseran, gaya, tekanan,
perputaran dan berat. Transduser strain-gage biasanya terdiri dari empat lengan
elemen elektrikal yang dihubungkan dengan sebuah rangkaian jembatan
wheatstone.
Pada gambar 2.15.a dibawah menunjukkan sebuah tiang vertikal
ditujukan untuk sebuah gaya pada sumbu vertikal. Sebuah gaya ditempatkan
untuk mendukung sebuah kolom deformasi elastis dan mengubah tahanan listrik
dari masing-masing lengan strain-gage. Dengan menggunakan sebuah jembatan
wheatstone nilai tahanan dapat diukur.
Strain-gage yang diikatkan pada sebuah pegas dapat digunakan untuk
mengukur gaya seperti pada gambar 2.15.b. Strain-gage dilekatkan pada bagian
atas ketika diberikan tegangan dan diletakkan pada bagian bawah ketika diberikan
pemampatan atau kompresi. Transduser dilekatkan pada sebuah rangkaian
wheatstone dan digunakan untuk menentukan gaya yang diberikan.
Strain-gage juga digunakan pada dunia industri pada transmiter tekanan
(pressure transmitter). Gambar 2.15.c menunjukkan bellow sebuah sensor
tekanan yang mana tekanan referensi diberikan pada sisi sebelah kanan bagian
dalam dari bellow, dan sisi sebelah kiri diberikan tekanan proses. Ketika terjadi
perbedaan antara dua tekanan, maka elemen perasa dari strain-gage dapat
mengukur besarnya tekanan yang diberikan.
Sebuah diafragma, jenis dari transduser tekanan digunakan ketika empat
lengan strain-gage dilekatkan pada diafragma seperti pada gambar 2.15.d. Ketika
tekanan proses dikenakan pada diafragma, maka dua diafragma pada bagian
tengah diberikan tekanan, dan dua lagi dari diafragma diberikan pemampatan atau
kompresi. Hal ini akan mengakibatkan perubahan tahanan dari strain-gage dan
nilai dari tekanan proses dapat diukur. Strain-gage jenis ini digunakan pada suhu
yang sama, sehingga dapat mengurangi kesalahan pengoperasian dari perubahan
suhu.
Gambar 2.15 Desain strain-gage
II.2.2.5 Faktor Gage
Strain-gage seperti disebutkan diatas adalah elemen yang digunakan
untuk mengukur tekanan dan mengubah tekanan tersebut menjadi tahanan.
Sensitivitas sebuah strain-gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut
faktor gage (gage factor), K, yang didefinisikan sebagai perubahan suatu tahanan
dibagi dengan perubahan satuan panjang, atau
Faktor gage K = llRR
//
∆∆ 2.10
dimana : K = faktor gage
R = tahanan gage nominal (Ω)
∆R = perubahan tahanan gage (Ω)
l = panjang normal bahan percobaan (kondisi tidak teregang) (m)
∆ l = perubahan panjang bahan percobaan (m)
Perubahan tahanan ∆R pada sebuah konduktor yang panjangnya l dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor
yang penampangnya serba sama yaitu :
R = 2)4/( dl
luaspanjang
πρρ ×
= 2.11
dimana : R = tahanan (Ω) l = panjang konduktor (m)
d = diameter konduktor (mm) d = diameter konduktor (mm)
ρ = tahanan jenis (mmm 2.Ω )
Tarikan (tension) terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang ∆ l dan
pengurangan secara bersamaan pada diameter ∆ d. Maka tahanan konduktor
menjadi :
R = )/21()4/(
)/1())(4/(
)(22 ddd
llldd
ll∆−
∆+=
∆−∆+
πρ
πρ 2.12
Persamaan 2.12 dapat disederhanakan dengan menggunakan bilangan Poisson ∝,
yang didefinisikan sebagai perbandingan regangan dalam arah lateral terhadap
regangan dalam arah aksial. Dengan demikian
∝ = lldd
//
∆∆ 2.13
dimana : ∝ = bilangan Poisson
Substitusi persamaan 2.13 kedalam persamaan 2.12 memberikan :
R =
∆−∆+
llll
dl
/21/1
)4/( 2 µπρ 2.14
Yang dapat disederhanakan menjadi :
R = R + ∆R = R
∆
++ll)21(1 µ 2.15
Pertambahan tahanan,∆R jika dibandingkan terhadap pertambahan panjang ∆ l
selanjutnya dinyatakan dalam faktor gage K dimana :
K = llRR
//
∆∆ = 1 +2∝ 2.16
Bilangan Poison bagi kebanyakan logam terletak dalam rangkuman dari 0,25
sampai 0,35 ; dan berarti faktor gage akan berada dalam orde 1,5 sampai 1,7.
Untuk penggunaan strain-gage sangat diinginkan sensitivitas tinggi.
Sebuah faktor gage yang besar berarti suatu perubahan tahanan yang relatif besar;
yang dapat lebih mudah diukur dari pada suatu perubahan tahanan yang kecil,
misalnya pada kawat constantan nilai K adalah sekitar 2.
Adalah menarik untuk melakukan suatu perhitungan sederhana guna
mengemukakan efek apa yang dimiliki oleh pemberian tegangan geser (stress)
terhadap perubahan tahanan sebuah strain-gage. Hukum Hooke memberikan
hubungan antara tegangan geser dan regangan untuk sebuah kurva tegangan
geser-regangan (stress-strain curve) yang linear, dinyatakan dalam modulus
kekenyalan (elastisitas) dari bahan yang dipasang persatuan luas dan regangan
sebagai perpanjangan benda yang tegeser persatuan luas hukum Hooke dituliskan
sebagai berikut :
ES
=σ 2.17
Dimana : σ = regangan, ∆ l/l
S = tegangan geser (kg/m2)
E = modulus Young (kg/m2)
Tabel 2.1 Faktor Gage untuk Bahan yang Berbeda
Bahan Komposisi Faktor gage K Koefisien tahanan-
temperatur C
Mangan Cu 84, Mn 12, Ni 4 0,3 sampai 0,47 ± 0,01 × 10-3
Constantan Cu 60, Ni 40 2,0 sampai 2,1 ± 0,03 × 10-3
Nichrome Ni 80, Cr 20 2,1 sampai 2,3 1 × 10-3
Nikel Murni -12,1 6,7 × 10-3
Alloy 479 Pt 92, Wo 8 4 sampai 6 0,24 × 10-3
Silikon -100 sampai + 200
Sumber : Element of Electrical and Electronic Instrumentation, Kurt S. Lion, hal 48
II.3 Sistem Kontrol
Sistem kontrol telah memegang peranan peranan yang sangat penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem kontrol telah
menjadi bagian yang penting dan terpadu dari proses – proses dalam pabrik dan
industri modern. Misalnya, kontrol otomatis dalam kontrol numerik dari mesin
alat-alat bantu di industri manufaktur. Selain itu sistem kontrol juga merupakan
bagian yang penting dalam operasi industri seperti pengontrolan tekanan, suhu,
kelembaban, viskositas, dan arus dalam industri proses.
II.3.1 Pengertian Sistem Kontrol
Sistem kontrol adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen
atau elemen pendukung yang digunakan untuk mengukur nilai dari variabel sistem
yang dikontrol dan menerapkan variabel tersebut kedalam sistem untuk
mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang
dikehendaki.
II.3.2 Pengertian Sistem Kontrol Otomatis
Sistem kontrol otomatis adalah sistem kontrol umpan balik dengan acuan
masukan atau keluaran yang dikehendaki dapat konstan atau berubah secara
perlahan dengan berjalannya waktu dan tugas utamanya adalah menjaga keluaran
sebenarnya berada pada nilai yang dikehendaki dengan adanya gangguan. Banyak
contoh sistem kontrol otomatis, beberapa diantaranya adalah pengaturan otomatis
tegangan pada “plant” daya listrik ditengah – tengah adanya variasi beban daya
listrik dan kntrol otomatis tekanan, kekentalan dan suhu dari proses kimiawi.
II.3.3 Sistem Kontrol Rangkaian terbuka dan Rangkaian Tertutup
Sistem kontrol rangkaian terbuka (open-loop control system) merupakan
sistem yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol.
Dengan kata lain, sistem kontrol rangkaian terbuka keluarannya tidak dapat
digunakan sebagai perbandingan umpan balik dengan masukan. Suatu contoh
sederhana adalah mesin cuci. Perendaman, pencucian dan pembilasan dalam
mesin cuci dilakukan atas basis waktu. Mesin ini tidak mengukur sinyal keluaran
yaitu tingkat kebersihan kain. Setiap gangguan yang terjadi akan menimbulkan
pengaruh yang tidak diinginkan pada outputnya, seperti terlihat pada gambar 2.16
dibawah ini.
Input Output
Proses
Gambar 2.16 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Terbuka
Sistem kontrol rangkaian tertutup (closed-loop control system) merupakan
sistem pengendalian dimana besaran keluaran memberikan efek terhadap besaran
masukan sehingga besaran yang dikendalikan dapat dibandingkan terhadap harga
yang diinginkan melalui alat pencatat (indikator atau rekorder). Perbedaan yang
terjadi antara besaran yang dikendalikan dan penunjukkan pada alat pencatat
digunakan sebagai koreksi, seperti terlihat pada gambar 2.17 dibawah ini.
PROSES
UMPAN BALIK
INPUT OUTPUT+-
Gambar 2.17 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Tertutup
Masing-masing dari sistem Kontrol baik itu loop terbuka maupun loop
tertutup mempunyai kelebihan dan kelemahan yaitu :
Kelebihan sistem loop terbuka adalah :
1. Konstruksinya sederhana dan perawatannya mudah.
2. Lebih murah daripada sistem kontrol loop tertutup.
3. Tidak ada persoalan kestabilan.
4. Cocok digunakan jika keluaran sulit diukur atau secara ekonomi tidak
layak. ( sebagai contoh, mengusahakan suatu peralatan untuk mengukur
kualitas keluaran pemanggang roti adalah cukup mahal).
Kelemahan sistem kontrol loop terbuka adalah :
1. Gangguan dan perubahan kalibrasi akan menimbulkan kesalahan, sehingga
keluaran mungkin berbeda dengan yang diinginkan.
2. Untuk menjaga kualitas yang diperlukan pada keluaran diperlukan
kalibrasi ulang dari waktu ke waktu.
3. Dapat digunakan pada sistem jika terdapat gangguan yang tidak dapat
diramalkan dan atau perubahan yang tidak dapat diramal pada komponen
sistem.
Sedangkan kelebihan sistem kontrol loop tertutup adalah :
1. Tidak memerlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu.
2. Dapat digunakan untuk komponen-komponen yang relatif kurang teliti dan
murah untuk mendapatkan pengontrolan “plant” yang teliti.
3. Dapat digunakan pada sistem jika terdapat gangguan yang tidak dapat
diramalkan dan atau perubahan yang tidak dapat diramal pada komponen
sistem.
Kelemahan sistem kontrol loop tertutup adalah :
1. Kestabilan selalu merupakan persoalan utama karena cenderung terjadi
kesalahan akibat koreksi berlebih yang dapat menimbulkan osilasi pada
amplitudo konstan maupun berubah.
2. Harga lebih mahal daripada sistem kontrol loop terbuka.
II.4 Transmiter
Transmiter adalah salah satu elemen dari sistem pengendalian proses. Alat
untuk mendeteksi besaran fisis suatu proses digunakan sensor, keluaran (output)
dari sensor tersebut dapat ditunjukkan ditempat dimana sensor tersebut dipasang
(local indicator), bisa juga dikirim untuk kemudian ditunjukkan ditempat lain
seperti di ruang kendali
II.4.1 Transmiter Pnuematik
Transmiter pneumatik menggunakan udara bertekanan tinggi (pneumatic)
sebagai medianya. Udara bertekanan dibangkitkan oleh kompresor. Udara ini
diberikan kepada transmiter sebagai suplai yang mempunyai tekanan berkisar 20
psi. Untuk selanjutnya transmiter mengeluarkan sinyal standar yang tekanannya
berkisar 3-15 psi.
Jenis transmiter pneumatik yang sering digunakan untuk pengukuran
adalah transmitter beda tekanan (Differential Pressure Transmitter), seperti
terlihat pada gambar 2.18 dibawah ini.
Gambar 2.18 Transmiter Pneumetik Beda Tekanan
Pada suatu transmiter dilihat dari segi sarana penyambungannya kemedia
yang akan diukur pada umumnya ada dua sisi, yaitu sisi tekanan tinggi (high) dan
sisi tekanan rendah (low), dimana kedua sisi tesebut dipasang pada daerah antara
diafragma kapsul. Sisi yang memiliki tekanan rendah akan mengalir pada sebelah
kanan dari diafragma kapsul. Pada sisi tekanan tinggi fluida mengalir lebih besar
daripada fluida pada sisi tekanan rendah, sehingga daya dorong dari diafragma
sebelah kiri menuju diafragma sebelah kanan akan bertambah besar. Perubahan
gaya dari diafragma tersebut kemudian disalurkan melalui batang lentur untuk
menggerakkan batang gaya, dimana batang tersebut bergeak berputar berlawanan
arah jarum jam. Dengan diafragma penyekat yang bertindak sebagai titik tumpu
dan sebagai hasilnya, rongga antara pemancar (nozzle) dan pembalik (flapper)
menjadi lebih kecil dan udara akan secara normal keluar dari rongga pemancar
tersebut dan dibatasi agar tekanan yang dihasilkan oleh pemancar meningkat dan
keluaran tersebut akan mendapat penguatan dari pneumatic amplifier. Bagian dari
keluaran digunakan sebagai pengembus umpan balik (feed back bellow) yang
diubah dalam bentuk penguatan yang digunakan oleh batang batasan (range bar)
dan menggunakan roda batasan (range whell) sebagai titik tumpu. Dengan
membuat perubahan kedudukan pada pembalik akan mengurangi tekanan
pemancar. Hasil akhirnya akan terjadi perbedaan tekanan antara sebelum dan
sesudah diafragma. Celah antara pembalik dan pemancar yang telah dikecilkan
akan meningkatkan pengeluarannya dan menstabilkannya, dengan cara ini kedua
tekanan akan seimbang.
II.4.2 Transmiter Elektronik
Sama halnya dengan transmiter pneumatik, transmiter elektronik juga
terdiri dari dua bagian pokok yaitu bagian perasa (detektor) dan bagian pengirim.
Gambar 2.19 dibawah ini menunjukkan struktur dari transmiter elektronik
Gambar 2.19 Struktur Transmitter elektronik
Prinsip kerja dari transmiter elektronik pada gambar 2.19 adalah sebagai berikut :
Batang pemuntir dari detektor (bagian perasa) disambungkan dengan
pengimbang utama dari bagian pengirim, sehingga pergerakan dari batang
pemuntir menghasilkan pergerakan pada pengimbang utama. Pergerakan dari
pengimbang utama mengubah jarak antara kedua ferrite dari detektor bagian
pengirim. Berubahnya jarak antara kedua ferrite menghasilkan perubahan pada
induktansi dari pick-up coil. Perubahan induktansi pick-up coil menghasilkan
perubahan pada output osilator dari kesatuan OPD (oscillator power detector).
Perubahan pada output osilator menghasilkan perubahan nilai arus listrik yang
keluar dari transmiter. Dengan demikian, perubahan pada variabel proses yang
dirasakan oleh detektor pada bagian perasa dapat menghasilkan perubahan pada
nilai arus listrik yang keluar dari bagian pengirim. Dengan demikian akan
dihasilkan kedudukan dimana perubahan jarak antara kedua ferrite akan
sebanding dengan perubahan variabel proses yang dirasakan detektor.
II.5 Katup Kendali (Control valve)
Katup kendali adalah jenis final control element yang paling umum
digunakan untuk pengendalian proses, sehingga orang cenderung mengartikan
final control element sebagai katup kendali. Katup kendali berfungsi untuk
mengatur aliran fluida sehingga dapat ditentukan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh kontroler.
Sebuah katup kendali terdiri atas dua bagian yaitu actuator dan valve,
seperti terlihat pada gambar 2.20 dibawah ini.
Gambar 2.20 Konstruksi Katup Kendali
Bagian aktuator adalah bagian yang bergerak untuk membuka atau
menutup valve. Jenis yang banyak digunakan adalah pneumatic operated
actuator. “Spring and diaphragm” pneumatic actuator yang banyak digunakan
oleh karena kemampuan dan bentuknya yang sederhana.
Bagian valve adalah komponen mekanis yang menentukan besarnya aliran
yang masuk ke proses. Dalam kesatuannya sebagai unit control valve, actuator
dan valve harus melakukan tugas koreksi berdasarkan sinyal manipulated variabel
yang keluar dari kontroler.