belajaran

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persoalan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan. Hal itu banyak diungkapkan melalui berbagai pertemuan atau media massa. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, bukan saja mengenai pendidikan sebagai dampak langsung yang dilihat dari hasil belajar siswa, melainkan sampai pada dampak penggiring pun dianggap kurang berhasil. Hal itu dapat dilihat dari berbagai aksi yang dilakukan sebagian siswa dan mahasiswa yang kurang sesuai dengan karakter bangsa. Indikasi ketidakberhasilan tersebut jika dilihat dari aspek pembelajaran, salah satu factor penyebabanya adalah perencanaan pembelajaran yang kurang tepat. Mutu pendidikan emrupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh banyak factor. Salah satunya dalah kualitas pengembangan desain system pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Itulah sebabnya di lembaga pendidikan tinggi jurusan kependidikan diadakan satu mata kuliah perencanaan pembelajaran atau desain instruksional. Hal itu dapat dipahami karena perguruan tinggi merupakan lembaga yang menghasilkan pendidikan, yang merupakan salah satu subsistem pembelajaran. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar (Muhammad Ali, 2007: 4). Untuk mewujudkan apakah suatu pembelajaran efektif atau tidak, akan sangat ditentukan oleh peran guru atau posisi sentral pengajar atau guru sebagai pengelola pembelajaran (Soetarno Joyoatmojo, 2003: 3). Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan mutu desain sistem pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan pendidikan diperlukan kerangka teoritis dan praktis tentang perencanaan pembelajaran atau desain sistem pembelajaran, selain Kurikulum

Upload: wiwi-wulan-sari

Post on 28-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nnn

TRANSCRIPT

Page 1: Belajaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan. Hal itu banyak diungkapkan melalui berbagai pertemuan atau media massa. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, bukan saja mengenai pendidikan sebagai dampak langsung yang dilihat dari hasil belajar siswa, melainkan sampai pada dampak penggiring pun dianggap kurang berhasil. Hal itu dapat dilihat dari berbagai aksi yang dilakukan sebagian siswa dan mahasiswa yang kurang sesuai dengan karakter bangsa. Indikasi ketidakberhasilan tersebut jika dilihat dari aspek pembelajaran, salah satu factor penyebabanya adalah perencanaan pembelajaran yang kurang tepat.

Mutu pendidikan emrupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh banyak factor. Salah satunya dalah kualitas pengembangan desain system pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Itulah sebabnya di lembaga pendidikan tinggi jurusan kependidikan diadakan satu mata kuliah perencanaan pembelajaran atau desain instruksional. Hal itu dapat dipahami karena perguruan tinggi merupakan lembaga yang menghasilkan pendidikan, yang merupakan salah satu subsistem pembelajaran.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar (Muhammad Ali, 2007: 4). Untuk mewujudkan apakah suatu pembelajaran efektif atau tidak, akan sangat ditentukan oleh peran guru atau posisi sentral pengajar atau guru sebagai pengelola pembelajaran (Soetarno Joyoatmojo, 2003: 3). Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan mutu desain sistem pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan pendidikan diperlukan kerangka teoritis dan praktis tentang perencanaan pembelajaran atau desain sistem pembelajaran, selain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan dasar formal pengembangan system pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pengembangan desain pembelajaran merupakan suatu konsep yang utuh dengan berbagai komponen yang ada di dalamnya. Menurut Wina Sanjaya (2008: 58), komponen system pembelajaran meliputi tujuan, materi pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Oleh karena itu, pemendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menentukan bahwa kemampuan mengembangkan rencana atau desain pembelajaran mata pelajaran yang menjadi tugasnya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik seorang guru.

Page 2: Belajaran

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan buku ini adalah memberikan penjelasan secara praktis tanpa meninggalkan landasan teoristis tentang konsep dasar perencanaan pembelajaran dan pengembangannya sehingga dapat memberikan manfaat bagi para guru dan mahasiswa keguruan dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran, khususnya Di SD/MI karena sebagai salah satu kompetensi pedagogic yang harus dikuasai.

C. Ruang Lingkup

Page 3: Belajaran

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PERENCANAAN PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM

Perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting dari sistem pembelajaran secara utuh. Pembelajaran sebagai suatu system memiliki ciri system secara umum sebagaimana sistem-sistem yang lain. Dalam arti luas, sistem adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil, dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi tersebut juga bermakna bahwa suatu benda, kegiatan atau cara dapat disebut sebagai suatu sistem bila memenuhi empat kriteria sekaligus yaitu:

1. Memiliki atau dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil atau subsistem.2. Setiap bagian mempunyai fungsi sendiri-sendiri.3. Seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama.4. Fungsi bersama tersebut mempunyai tujuan tertentu.

1. Konsep Dasar Sistem a. Penngertian Sistem

Sistem merupakan suatu konsep abstrak, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatau keseluruhan yang terorganisir terdiri atas berbagai unsur dan membentuk satu-kesatuan. Apabila satu unsure tidak berfungsi maka akan mempengaruhi system secara keseluruhan. Menurut Soenarwan (2008: 5), Sistem dapat diabstraksiskan sebagai seperangkat komponen yang saling berinteraksi yang menyebabakan terjadinya keadaan seimbanag dan saling bergantungan atau “wholeness” (keseluruhan).

Setiap system terbentuk dari tiga komponen, yaitu:

a. Tujuan, sesuatau yang ingin dicapai oleh suatau system dan sekaligus menjadi arah keseluruhan komponen system.

b. Proses, operasi dan fungsi dari semua komponen system, danc. Isi, semua subsistem atau unsur pembentuk system.

2. Ciri-ciri Sistem

Suatu system mempunyai empat cirri, yaitu:

a. Adanya struktur tertentu yang terdiri atas elemen atau unsur sebagai subsistem.b. Unsure-unsur tertentu dengan fungsi masing-masing.c. Semua unsur mempunyai hubungan satu sama lain, dan

Page 4: Belajaran

d. Keseluruhan unsure merupakan kebulatan yang utuh dan bergerak menuju satu tujuan (Darwyn Syah, dkk, 2007: 45-46).

Sedang menurut Arif Rohmah (2009: 76), poin penting tentang system meliputi:

a. System memilki komponen (subsistem),b. Ada interaksi antar komponen.c. Interaksi antar komponen bersifat dinamis, sinergis, dan harmonis.d. System merupakan satu-kesatuan yang utuh, sertae. Adanya tujuan dan fungsi yang akan dicapai oleh system.

Page 5: Belajaran

3. Klasifikasi sistem

Gambar : Bagan Klasifikasi Sistem

C. Sistem Pembelajaran

Proses Terjadinya

Pengaruhnya

Sistem

Jumlah Komponenya

Wujudnya

Sistem buatan

Page 6: Belajaran

Pembelajaran merupakan suatu system yang terdiri atas berbagai komponen baik input,proses,maupun output (Wina Sanjaya, 2008; 59)system pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagi berikut.

1. Input (masukan)

Masukan dalam pembelajaran adalah segala komponen pembelajaran (subsistem), baik itu hal-hal yang melekat pada diri pebelajar (raw inout), factor-faktor yang direncanakan (instrumental input), maupun lingkungan (environment-tal input). Pebelajar merupakan subjek belajar memilki dua aspek, yaitu internal pebelajar dan eksternal. Factor internal pebelajar

Page 7: Belajaran

mencakup semua aspek yang dimilki oleh manusia, baik factor dari alam diri (fissik dan psikhis) maupunfaktor di luar diri pebelajar (lingkungan).

2. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pebelajar (siswa) dipengaruhi oleh berbagai komponen,baik yang direncanakan (instrumental input), yaitu tujuan, isi/materi/metode/media,dan evaluasimaupun yang tidk direncanakan (environmental input), yaitu kompetensi guru dan situasi kelas.

3. Out Put (keluaran)

Output atau keluaran proses pembelajaran merupakan hasil belajar (pencapaian tujuan pembelajaran) yang berupa kompetensi akhir pebelajaran setelah menjalani proses pembelajaran.

Berdasarkan kerangka system tersebut, setiap guru yang menginginkan pembelajarannya efektif maka harus memeperhatikan dan mengoptimalkan semua fungsi komponen. Guru dan siswa dalam menjalani proses pembelajaran hendaknya kontekstual dan menyenangkan sehingga hasil pembelajaran dapat optimal. Oleh karena itu, pembelajaran harus direncanakan atau didesain secara baik.(Martiyono,

Komponen input system pembelajaran dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media pembelajaran, perangkat-perangkat pembelajaran yang lain termasuk persiapan atau perencanaan pembelajaran. Proses pembelajaran akan menghasilkan keluaran (output). Dengan kata lain, output merupakan cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran yang berlangsung. Output pembelajaran itu biasanya dapat berupa prestasi belajar, perubahan sikap, perubahan perilaku, skor atau nilai penguasaaan materi suatu mata pelajaran, dan lain-lain semacamnya. Outcame dalam sebuah system pembelajaran merupakan kebermaknaan output didalam system yang lebih luas atau system lain yang relevan. Disisi lain, outcame dapat juga dimaknai sebagai dampat dihasilkannya output dengan singkat kata, outcam merupakan ukuran kebermaknaan output.

Perencanaan pembelajaran sebagai subsistem dari system pembelajaran, dengan demikian, memilki kompone-komponen yang memilki fungsi sendiri-sendiri dan saling terkait bersama-sama untuk mencapi tujuan. Tinjaun sebuah system yang ditekankan pada keseluruhan bagian atau komponen tersebut dalam teori system dikelompokakan pada system dalam arti wujud. Disamping itu, perencanaan pembelajaran dapat pula didekati secara system dalam arti”metode atau cara”. Tinjauan ini dikenal dengan pendekatan system (system approach). Secara umum, model pendekatan system perencanaan pembelajaran digambarkan sebagaimana

Page 8: Belajaran

Medel Pendekatan system perencanaan pembelajaran tersebut, oleh Atwi Suparman (1997) kemudian dijelaskan lagi dengan rincian yang menunjukan langkah-langkah dalam menyusun system pembelajaran.

Tahap mengidentifikasi sebagaimana yang tedapat dalam bagan sederhana meliputi tiga langkah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum.

2. Melakukan analisin pembelajaran.3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.

Sedangkan tahap mengembangkan dijabarkan menjadi empat langkah bagian berikut.

1. Menulis Tujuan pembelajaran (instruksional) khusus.2. Menukis tes acuan patokan.3. Menyusun strategi pembelajaran.4. Mengembangkan bahan pembelajaran

Tahap mengevaluasi dan merevisi berisi langkah mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif yang didalamnya termasuk kegiatan merevisi.

Hasil akhir dari kedelapan langkah tersebut adalah rencana system pembelajaran yang siap diterapkan dalam pembelajran.Rencana system pebelajran ini akan menjadi panduan para guru untuk melaksanakan pembelajran, sehingga perlu disiapkan dan dikerjakan secara cermat dan sungguh-sungguh.(Oemar Hamalik,2006,33-36)

C. KONSEP DASAR PERENCANAAN

1. Hakikat Perencanaan Pembelajaran

a. Pengertian perencanaan

Mengitentifikasi Mengitentifikasi Mengitentifikasi

Merevisi

Page 9: Belajaran

Perencanaan merupakan kegiatan menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan mengandung rangkaian keputusan dari penentuan tujuan, kebijakan, program, metode-metode dan prosedur tertentu, serta kegiatan secara terjadwal. Berbagai definisi tentang perencanaan telah dikemukakan oleh banyak ahli.

a. Menurut Cunninghan, perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualiasi dan memformulasihasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian. Pengertian tersebut menekankan pada usaha menyeleksi dan menggabungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.

b. Menurut Steller, perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Perencanaan menekankan pada usaha mengisi kesengajaan antara keadaan sekarang dan yang akan dating disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan.

c. Menurut Robbins, perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.

d. Menurut Louis A. Allen, perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Jika dilihat dari beberapa definisi di atas, pada hakikatnya perencanaan merupakan usaha untuk mencari dan mencapai wujud yang akan dating. Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan secara baik, disertai dengan berbagai langkah antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang ditetapkan.(Martiyono, :21 )

b.Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran

Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut:

a. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;

b. untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;

c. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;

Page 10: Belajaran

d. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;

e. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;

f. sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;

g. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;

h. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.(internet,jam 11:20, selasa)

Kegiatan pembelajaran perlu direncanakan secara mantap, yang tidak lain adalah perencanaan pembelajaran. Perencanaan perlu dilakukan (Abdul Gafur, 1986), karena memilki arti penting sebagai berikut.

1. Untuk mengganti keberhasilan yang diperoleh secara untung-untungan atau nasib munjur

2. Sebagai alat untuk menemukan dan memecahkan masalah.3. Untuk memanfaatkan sumber secara efektif.

Perencanaan yang dilakukan secara sistematis atau dilandasi dengan pendekatan system, akan memberikan dua keuntungan besar sebagai berikut,

1. Sebagai suatu alat untuk menganalisis, mengidentifikasi dan memecahkan masalah sesuia dengan yang diinginkan.

2. Memilki daya ramal dan control yang baik karena didukung dengan langkah-langkah.a. Perumusan kebutuhan secara spesifik dan nyata.b. Penggunaan logika, proses setapak demi setapak untuk menuju perubahan

yang diharapkan.c. Perhatian dan penentuan salah satu di antara macam- macam pendekatan yang

lebih sesuai dengan situasi dan kondisi.d. Penetapan mekanisme feedback yang memberi informasi tentang kemajuan,

hambatan-hambatan, serta perubahan-perubahan yang diperlukan, dane. Penggunaan istilah dan langkah yang jelas, mudah dimomunikasikan dan

mudah dipahami orang lain.

Beberapa pertimbangan atau asumsi yang melandasi mengapa guru harus melakukan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Page 11: Belajaran

1. Perencanaan pembelajaran dikembangkan atas dasar tesis yang menyatakan bahwa pengajaran dapat didesain secaralebih sistematis, dan berbeda dengan cara-cara tradisoanal (Briggs, 1978).

2. hasil pembelajaran dapat dirumuskan secara lebih operasional sehingga dapat diamati dan diuku.

3. Tujuan pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan instrumen yang disebut penilain acuan patokan (criterion referenced test), yaitu tes yang didasarkan atsa kriteria tertentu, yang dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran khusus.

4. Untuk menjamin efektifitas proses pembelajaran, paket pembelajaran yang akan digunakan hendaknya valid. Hal ini berarti semua perangkat, alat, media, metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran perlu diujicobakan dahulu secara empiric.

5. Desain pembelajaran didasari oleh teori system (system theory). Desain pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan teori system terhadap proses pembelajaran dan evaluasinya.

6. Dalam proses perencanaan yang system matis dikehendaki adanya langkah -langkah tertentu secara urut namun fleksibel.( Oemar Hamalik,2011,8-10)

c. Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:

a. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;

b. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan;

c. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;

d. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja;

e. untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;

f. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:

1. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.

Page 12: Belajaran

Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.

2. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan suatu mata pelajaran.

Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.

3. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempurnaan siswa.

4. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi.

Pelaksanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi

5. memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.

6. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang

harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.

(internet,jam 13:20,selasa).

d. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dikembangkan dengan berpegang pada beberapa prinsip sebagai berikut.

1. Signifikansi, tingkat pengaruh perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan proses dan hassil pembelajaran yang diharapkan.

2. Feasibilitas, perencanaan pembelajaran memperhatikan realitas komponen pembentuk system pembelajaran.

3. Relevansi, perencanaan pembelajaran memberikan jaminan pelaksanaan dan ketercapain tujuan pembelajaran.

4. Kepastian, perencanaan pembelajaran mampu memastikan faktor-faktor yang mendukung dan meminimalkan factor yang menghambat pembelajaran.

Page 13: Belajaran

5. Ketelitian, perencanaan pembelajaran di dasari pada ketelitian dan keterperincian dalam merencanakan setiap factor yang mendukung proses pembelajaran.

6. Adaptabilias, perencanaan pembelajaran yang dibuat tidak berarti kaku, tetapi mampu mengantisipasi kemungkinan yang terjadi dalam proses pembelajaran sehingga tetap konsisten mencapai tujuan pembelajaran.

7. Ketepatan waktu, perencanaan pembelajaran memperhatikan ketersediaan waktu yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.

8. Monitoring dan evaluasi, perencanaan pembelajaran memungkinkan monitoring dan evaluasi sehingga dicapai perencanaan yang ideal dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif.

Page 14: Belajaran

B. PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Istilah perencanaan pembelajaran merupakan makna dari beberapa istilah yang digunakan

para ahli perencanaan pembelajaran, diantara lain”pengembangan system istruksional

(instructional sistemsdevelopment), desaing instruktional (instructional design ). Beberapa

pengertian perencanan pembelajaran dari berbagai ahli dapat dicermati pada uraian berikut.

a. Pengembangan system instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis

untuk mempelajari problem-problem pembelajaran agar bisa mendapatkan pemecahan

yang teruji validitasnya, dan praktis dilaksanakan (Ely,1979).

b. Sistem intruksional adalah semua materi pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktik yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker,1971).

c. Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs,1978,).

d. Desain system intruksional adalah pendekatan secara pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Semua komponen system tersebut (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama yang lainnya dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih dahulu diuji coba efektivitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979,).

e. Desain intruksional sebagai suatu resep dalam menyusun peristiwa dan kegiatan yang diperlukan untuk memberikan petunjuk ke arah pencapain tujuan belajar tertentu. Hasil proses desian pembelajaran ini merupakan cetak biru untuk pengembangan bahan pembelajaran dan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan (American Thelephone & Telegraph, 1985)

f. Pengembangan intruksional adalah proses sistematik dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi. Bahan instruksional tersebut untuk menentukan apa yang harus direvisi (Atwi Suparman, 1997).(Suwarna,2006,38-40)

Page 15: Belajaran

g. Definisi yang dikemukanan oleh Guruge (1972) bahwa: “ A simple definition of educational planning is the process of preparing decisions for action in the future in the educational planning”. Dengan demikian menurut Guruge Bahwa perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunanvpendidikan adalah tugas dari perencanaan pendidikan.

h. Definisi yang lain sebagaimna yang dikemukakan pleh Albert Waterston (dalam Don Adams, 1975) bahwa: “ functional planning involves the application of a rational system of choices among feasible cources of educational investment and the other development actions based on a consideration of economic and social cost and benefits”. Atau dengan kata lain bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan social.

I. Menurut Coombs (1982) Bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.

Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapatlah di pahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan itu:

1. Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Perencanana pendidikan dewasa ini telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang cukup kompleks dan rumit, antara lain: meodel pendekatan Social Demand, Man Power, Cost Benefit, Strategic dan Comprehensive.

2. Proses pembanggunan dan pengembangan pendidikan, artinya bahwa perencanaan pendidikan itu dilakukan dalam rangka reformasi pendidikan, yaitu suatu proses dari status sekarang menuju ke status perkembangan pendidikan yang dicita-citakan. Perencanaan merupakan suatu momen kegiatan dalam proses yang kontinyu.

3. Prinsip efektivitas dan efisiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan itu pemikiran secara ekonomis sangat menonjol, misalnya dalam hal penggalian sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan dengan tenaga kerja, hubungan pengembangan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi.

4. Kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat (local, regional, nasional dan internasional), Artinya perencanaan pendidikan itu mencakup aspek internal dan eksternal dari keorganisasian sistem pendidikan itu sendiri.

Page 16: Belajaran

C. PERENCANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN

a. Hakikat perencanaan

Perencanaan pembelajaran merupakan proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Mengapa kurukulum perlu diterjemahkan? Sebab kurikulum yang disusun oleh para pengembang pada dasrnya hanya berupa rambu-rambu secara umum. Dalam kurukulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) misalnya, didalamnya hanya berisi tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi setiap mata pelajaran yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Selanjutnya, cara untuk mencapai kompetensi dasar, strategi apa yang harus dilakukan, media apa yang dapat dimanfaatkan, berapa jam alokasi waktu untuk mencapai setiap kompetensi termasuk bagaimana cara menentukan kriteria keberhasilan serta bagaimana cara mengukurnya, semuanya diserahkan kepada guru. Dengan demikian, kurikulum sebagai alat pendidikan tidak hanya dokumen tersebut dikembangkan pada program perencanaan dan diimplimentasikan dalam kegiatan yang lebih praktis oleh guru.

Robert Yinger (Sambaugh, 2006), memandang empat bentuk perencanaan yang masing-masing menbentuk sebuah siklus (cycles), yakni perencanaan tahunan (school year), perencanaan term (term/grading cycle), perencanaan unit (unit plan development), dan perencanaan harian (daily lessons).

Siklus pertama, menurut Yinger adalah program tahunan (school year). Program tahunan merupakan acuan dalam menyusun program-program selanjutnya, misalnya program semesteran dan program mingguan bahkam program harian. Pada program tahunan disusun waktu pembelajaran efektif, hari-hari libur termasuk perencanaan unit-unit materi dan buku-buku pelajaran. Siklus yang kedua, meliputi grading cycle. Pada siklus ini ditentukan set pelajaran beserta aktivitas siswa sebagai tujuan terminal atau tujuan antara. Siklus ketiga, adalah pengembangan perencanaan unit pelajaran. Perencanaan unit pelajaran didasarkan kepada tujuan umum yang harus ditempuh seperti yang dirumuskan dalam program tahunan. Banyaknya unit pelajaran yang dibutuhkan, sangat tergantung pada organisasi kegiatan pembelajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Siklus keempat, adalah perencanaan pembelajaran untuk kegiatan harian. Pada perencanaan harian kegiatan belajar beserta tujuan pembelajaran disusun secara spesifik, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat dilihat seketika.

Setiap siklus yang telah diuraikan, maka tampak bahwa siklus-siklus di atas pada dasarnya membentuk rentang waktu perencanaan program. Menurut Santrock (2007) selain

Page 17: Belajaran

empat bentuk program, juga terdapat program mingguan sebagia program penjabaran dari perencanaan unit. (Wina Sanjaya, 2013, 47-49)

b. Pengembangan program perencanaan

Ada beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses penerjemahan kurikulum. Yakni program menyusun alokasi waktu, program tahunan, program semester, silabus dan program harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

1. Menentukan Alokasi Waktu dan Kelender Akedemis

Menetapkan alokasi waktu, merupakan langkah pertama dalam menerjemahkan kurikulum. Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah menentukan minggu efektif dan hari efektif dalam setiap semester pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaram dalam satu tahun ajaran. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar kompetensi.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan alokasi waktu pembelajaran dejelaskan di bawah ini.

a. Tentukan pada bulan apa kegiatan belajar dimulai dan bulan apa berakhir pada semester pertama dan kedua.

b. Tentukan jumlah minggu efektif pada setiap bulan setelah diambil minggu-minggu ujian dan hari libur.

c. Tentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu. Misalnya bagi sekolah yang menentukan belajar dimulai dari hari senin sampai jumat berarti hari efektif adalah 5 hari kerja; sedangkan sekolah yang menentukan hari belajar dari senin sampai sabtu, berarti jumlah hari efektif adalah 6 hari.

Berikut ini diberikan contoh penentuan waktu belajar efektif.

RINCIAN MINGGU EFEKTIF

Sekolah :

Mata Pelajaran :

Kelas/Program :

Tahun Ajaran : 2006-2007

Page 18: Belajaran

Banyaknya Minggu Efektif Semester I

No. BulanJumlah

Minggu Hari

1. JULI 2 12

2. AGUSTUS 4 24

3. SEPTEMBER 3 18

4. OKTOBER 1 6

5. NOVEMBER 4 24

6. DESEMBER 2 12

Jumlah 16 96

RINCIAN MINGGU EFEKTIF

Sekolah :

Mata Pelajaran :

Kelas/Program :

Tahun Ajaran : 2006-2007

Banyaknya Minggu Efektif Semester II

No. BulanJumlah

Minggu Hari

1. JANUARI 3 18

2. FEBRUARI 4 24

3. MARET 4 24

4. APRIL 3 18

5. MEI 4 24

6. JUNI 1 6

Jumlah 19 114

Page 19: Belajaran

Mengetahui dan menyetujui

Kepala sekolah…………… Bandung, Juli 2006

Guru Mata Pelajaran

………………….. ……………………..

2. Perencanaan Program Tahunan

Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk

mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan.

Dalam program perencanaan menetapkan alokasi waktu untuk setiap kompetensi dasar

yang harus dicapai, disusun dalam program tahunan. Dengan demikian, penyusunan program

tahunan pada dasarnya adalah menetapkan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi

dasar.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program tahunan adalah:

a. Lihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dalam struktur

kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah.

b. Analisis berapa minggu efektif dalam setiap semester, seperti yang telah kita tetapkan dalam

gambaran alokasi waktu efektif. Melalui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa minggu

waktu yang tersedia untuk pelaksanaan proses pembelajaran.

Penentuan alokasi waktu didasarkan kepada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur

kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.

PROGRAM TAHUNAN

Sekolah :

Mata Pelajaran :

Kelas/Program :

Tahun Ajaran : 2006-2007

NO.NO.

SK/KD

STANDAR KOMPETENSI/

KOMPETENSI DASAR

ALOKASI

WAKTUKET.

Page 20: Belajaran

3. Rencan Program Semester

Rencana program semester merupakan penjabaran dari program tahunan. Kalau program

tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi

dasar, maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan

pe,belajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.

4. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan / atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar/meteri pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilain.

Silabus pada dasarnya menjawab permasalahan sebagai berikut:

1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar)

2. Materi pokok/pembelajaran apasaja yang perlu dibahas dan dipelajari pweserta didik untuk mencapai Standar Isi.

3. Kegiatan pembelajaran apa yang harusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.

4. Indicator apa saja yang harus dirumuskan utnuk mengetahui ketercapain KD dan SK.5. Bagaimanakah mengetahui ketercapain kompetensi berdasarkan indicator sebagai

acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.7. Sumber daya apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.8. Nilai karakter yang diintegrasikan, sebagaimana ditentukan dalam pendidikan budaya

dan karakter bangsa.

B. Prinsip Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

Page 21: Belajaran

1. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2. Relavan, kecakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuia dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik.

3. Sistematis, komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4. Konsisten, ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indicator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan system penilain.

5. Memadai, cakupan indicator, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan system penilain cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar.

6. Actual dan kontekstual, cakupan indicator, materi poko/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan system penilain memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel, keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerh masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya.

8. Menyeluruh, komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi( kognitif, afektif, dan psikomotor).

C. langkah-langkah Pengembangan silabus

1. Mengisi Indetitas Silabus

Indetitas terdiri atas nama sekolah/madrasah, kelas, mata pelajaran, dan semester.

2. Menulis Standar Kompetensi

Standar kompotensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) mata pelajaran.

Sebelum menulis Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau SK dan KDb. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

Page 22: Belajaran

Standar Kompetensi duituliskan di atas matrik silabus dibawah tulisan semester.

3. Menulis Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimilki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam standar isi.

Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompotensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Urutan berdasarkan hirarkhi konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar

b. Keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran

c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar anatar mata pelajaran

4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajarana

Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran perlu mempertimbangkan:

a. Relevansi materi pokok dengan SK dan KDb. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual

peserta didikc. Kebermanfaatan peserta didikd. Struktur keilmuane. Kedalaman dan keluasan materif. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan g. Alokasi waktu

Selain hal-hal di atas, dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus diperhatikan prinsip-prinsip:

a. Kesahihan (validity), materi memang bener-benar teruji kebenaran dan kesahihannya

b. Tingkat kepentingan (significance), materi yang diajarkan memang bener-bener diperlukan oleh siswa.

c. Kebermanfaatan (utility), materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya

d. Layak dipelajari (learnability), materi layak dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat

e. Menarik minat (interenst), materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.

Page 23: Belajaran

5. Mengembankan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didi, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalamrangka pencapain kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasi peserta didik.

Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendididk, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara professional sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara untuh.

c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkain kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus selalu berfikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.

e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi dasar.

g. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting, artinya bagi KD-KD yang memerlukan persyaratan tertentu.

h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu).

i. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

a. Memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru.

b. Mencerminkan cirri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.c. Disesuaikan dengan kemampuan siswa , sumber belajar dan sarana yang

tersedia.d. Bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,

berpasangan, kelompok, dan klasikal.

Page 24: Belajaran

e. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, social ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

6. Merumuskan Indikator

Untuk mengembangakan instrument penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indicator. Oleh karena itu, didalam menentukan indicator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini. kriteria indicator adalah sebagai berikut.

a. Sesuai tingkat perkembangan berfikir siswa.

b. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

c. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).

d. Harus dapat menunjukkan pencapain hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor)

e. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relavan.

f. Dapat diukur/ dapat dikuatifikasikan/dapat diamati.

g. Menggunakan kata kerj operasional.

7. Penilain

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indicator. Untuk mengembangkan instrumen penilaian terlebih dahulu diperhatikan indicator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yaitu teknik penilaian, bentuk instrument, dan contoh instrument.

a. Teknik PenilaianPenilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan

menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.

Page 25: Belajaran

Dalam melaksanakan penilaiaan, penyusun silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.

1. Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.

2. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indicator.3. Penilaian menggunakan acuan criteria : yaitu berdasarkan apa yang bisa

dilakukan siawa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

4. System yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indicator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimilki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

5. Hasil peniliaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedy. Apabila siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi, dan bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan.

6. Siswa yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.

7. Dalam system peniaian berkelanjutan, guru harus memebuat kisi-kisi penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat.

8. Penilain dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, efektif dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.

9. Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilita public.

10. Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.

11. Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Idikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.

12. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.

13. Siatem pengajaran harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus

Page 26: Belajaran

dibberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produksi/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

b. Bentuk IStrumen Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.1. Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan dan

sebagainya.2. Tes lisan, berbentuk dafta pertanyaan.3. Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja

produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja prosedur dan produk.4. Penungasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.5. Observasi, menggunakan lembar observasi.6. Wawancara, menggunakan pedoman wawancara.7. Portofolio, menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi siswa.8. Penilaian diri, menggunakan lembar penilaian diri.

Sesudah menetukkan instrument tes telah dipandang tepat, selanjutnya instrument tes itu dituliskan di dalam kolom matirks silabus yang tersedia.

c. Contoh InstrumenSetelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya. Contoh

instrument dapat dituliskan didalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, contoh instrument penilaian diletakakan di dalam lampiran.

8. Menentukan Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkn untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:

a. Minggu efektif per semester.b. Alokasi waktu mata pelajaran, danc. Jumlah kompetensi per semester.

9. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

10. Menentukan Nilai Karakter yang Diintegrasikan

Page 27: Belajaran

Nilai karakter dipilih dari 18 (delapan belas) nilai utama yang disesuaikan dengan karakteristik Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

F. Proses Penyusunan Silabus

1. Perencanaan

Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti muli media dan internet.

2. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan penyusunan silabus, penyusunan silabus perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus, seperti Standar Isi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan dan Kurikulum Tingkat Satuan Prndidikan.

3. Perbaikan

Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pengkajian dapat melibatkan para spesialis kurikulum, ahli mata pelajran sekolah, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawasan, staf professional dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.

4. Pemantapan

Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria rancangan silabus dapat segera disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

5. Penilaian silabus

Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan model-model penilaian kurikulum.

G. Pengembangan Silabus Berkelanjutan

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing –masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses(pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

Page 28: Belajaran

H. Format Silabus

1. Komponen Silabus

Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.

a. Identitas Silabus

b. Standar Kompetensi

c. Kompetensi Dasar

d. Materi Pokok/Pembelajaran

e. Kegiatan Pembelajaran

f. Indikator

g. Penilaian

h. Alokasi Waktu

i. Sumber Belajar

j. Nilai Karakter

Komponen-komponen silabus di atas , selanjutnya dapat disajikan dalam contoh format silabus secara horizontal atau vertical sebagai berikut:

Format 1: Horizontal

SILABUS

Sekolah/Madrasah :…

Kelas :…

Mata Pelajaran :…

Semester :…

Standar Kompetensi :…

KompetensiDasar

Materi Pokok/

pembelajaran

KegiatanPembelajaran

Indikator

PenilaianAlokasiWaktu

Sumber Belajar

Nilai KarakterTeknik Bentuk

InstrumenContoh

Instrumen

Page 29: Belajaran

Format 2: Vertikal

SILABUS

Nama Sekolah/madrasah :…

Mata Pelajaran :..

Kelas/Semester :..

1. Standar Kompetensi : ......................

2. Kompetensi dasar : ......................

3. Materi Pokok/Pembelajaran : ......................

4. Kegiatan Pembelajaran : ......................

5. Indikator : ......................

6. Penilaian : ......................

7. Alokasi Waktu : ......................

8. Sumber Belajar : ......................

9. Nilai Karakter : ......................

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pengertian dan Fungsi RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disususn

sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP

dikembangkan berdasarkan silabus.

Page 30: Belajaran

b. Komponen-komponen RPP

Dalam Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) minimal ada 5 komponen pokok,

yaitu komponen tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran

serta komponen evaluasi. Hal ini seperti yang digariskan oleh peraturan pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan

pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

1. Tujuan pembelajaran

Dalam Standar Isi dan standar kompetensi Lulusan Tujuan pembelajaran

dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa. Dalam

merumuuskan tujuan pembelajaran, tugas guru adalah menjabarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar (SK/KD) menjadi indicator hasil belajar. Mengapa demikian? Sebab SK/KD iti

sendiri telah ada dalam standar isi kecuali seandainya guru ingin mengembangkan kurikulum

muatan local (mulok) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah. Indicator hasil belajar

itu sendiri pada dasarnya adalah pernyataan perilaku uang memiliki dua syarat utama, yakni

bersifat observable dan berorientasi pada hasil belajar (Anda bisa pelajari lagi dalam

merumuskan tujuan pembelajaran khusus).

2. Materi/isi

Materi/isi pelajaran berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pelajaran harus digali dari berbagai sumber pelajaran

sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) materi pelejaran yang harus dikuasai siswa bisa berbeda antar daerah.

3. Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu;

sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Dengan

demikian strategi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan metode pembelajaran harus

dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

4. Media dan sumber belajar

Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk

mempermudah pecapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu

yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran. Penentuan media

Page 31: Belajaran

dan sumber belajar harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik daerah.

Suatu media dan sumber belajar yang digunakan tidak mungkin cocok untuk semua siswa.

5. Evaluasi

Evaluasi dalam KTSP diarahkan bukan hanya sekadar untuk mengukur

keberhasilan setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar, tetapi juga untuk mengumpulkan

informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa. Oleh sebab itu, dalam

perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiapa guru tidak hanya menentukan tes sebagai alat

evaluasi akan tetapi juga menggunakan nontes dalam bentuk tugas, wawancara, dan lain

sebagainya. (Wina Sanjaya, 2013, 49-62)

E. Model dan Langkah Perencanaan pembelajaran

Model perencanaan pembelajaran terus berkembang sesuai perkembengan dan kebijakan

tentang pendidikan atau kurikulum. Secara teoritik dan praktik, ada beberapa model perencanaan

pembelajaran.

1. Model Tradisi

Model perencanaan pembelajaran tradisi dikembangkan oleh Glaser (1968) yang

sering disebut dengan istilah Pola Dasar Pokok (PDP). Menurut Pola Dasar Pokok

(PDP), pembelajaran terdiri atas empat komponen yang perlu direncanakan.

a. Instructional objectives (IO) atau tujuan pembelajaran

b. Entering/Entry bebavior (EB) atau penelaahan kemampuan peserta didik

c. Instructional procedure (IP) atau proses pembelajaran

d. Performace assessment (PA) atau penilaian terhadap tujuan pembelajaran

2. Model Banathy

Model perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bela H. Banathy

meliputi enam komponen, yaitu:

a. Merumuskan tujuan,

b. Mengembangkan tes,

c. Menganalisis kegiatan belajar,

d. Mendesain system pembelajaran,

e. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil, serta

f. Pengadakan perbaikan.

Page 32: Belajaran

Keenam komponen di atas sekaligus merupakan langkah perencanaan pembelajaran yang

dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

3. Model Kemp

Model perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh Jerol Kemp meliputi delapan komponen, yaitu:

a. menentukan tujuan pembelajaran umum,

b. membuat analisis tentang karakteristik siswa,

c. menentukan tujuan pembelajaran khusus,

d. menentukan materi pembelajaran

e. menentukan penjajagan awal,

f. menentukan strategi pembelajaran,

g. mengkoordinasikan sarana penunjang pembelajaran, dan

h. mengadakan evaluasi.

4. Model IDI (Instructional Development Institute)

IForlate objective

IIIAnalyze learning

task

IVDesign system

VImplement and

test output

VIChange to inprove

IIDevelop test

Page 33: Belajaran

Model perencanaan pembelajaran IDI (Instructional Development Institute) dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development and Technology (UCIDT) terdiri atas tiga langkah utama, yang setiap langkahnya terdiri atas tiga langkah juga, yaitu:

a. define (penentuan):

1) identifikasi masalah,

2) analisis latar,

3) pengorganisasian materi,

b. develop (pengembangan):

1) identifikasi tujuan,

2) penentuan dan pemilihan metode,

3) penyusun prototype,

c. evaluate (evaluasi):

1) tes uji coba,

2) analisis hasil.

5. Model Dick and Caarey

Model perencanaan pembelajaran yang dikembengkan oleh Dick and Caarey (2001, 2-3) meliputi delapan komponen, yaitu:

a. membuat analisis pembelajaran,

b. membuat analisis tentang karakteristik siswa,

c. menentukan tujuan pembelajaran khusus,

d. mengembangkan instrument penilaian,

e. menentukan strategi pembelajaran,

f. menentukan materi pembelajaran, dan

g. melakukan evaluasi pembelajaran.

6. Model ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)

Page 34: Belajaran

Model perencanaan pembelajaran ROPES dikembangkan oleh Hunt dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Review, yaitu mengawali pembelajaran dengan pretest.

b. Overview, yaitu menyampaikan secara ringkas isi dan strategi yang akan digunakan.

c. Presentation, yaitu inti pembelajaran.

d. Exercise, yaitu memberikan latihan dan tugas-tugas.

e. Summary, menyimpulkan dan bemberikan penguatan.

7. Model PPSI (Program Pengembangan Sistem Instruksional)

Model perencanaan pembelajaran PPSI sebagai bentuk Implementasi kurikulum 1975 untuk jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA dan kurikulum 1976 untuk SMK, meliputi lima komponen, yaitu:

a. merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK),

b. menyusun alat evaluasi,

c. menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran,

d. merencanakan program kegiatan, dan

e. melaksanakan program.

8. Model Kurikulum 1994

Model perencanaan pembelajaran menurut Kurikulum 1994 merupakan model PPSI dengan beberapa modifikasi, terutama pada tingkat operasional. Dikembangkan dengan Model Satuan Pelajaran (MSP) untuk satu pokok bahasan dan Rencana Pengajaran (RP) untuk satu kali pertemuan tatap muka.

9. Model KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Model perencanaan pembelajaran KTSP merupakan implementasi KTSP berdasarkan Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA/MAK, meliputi tujuh langkah, yaitu:

a. analisis standar isi (standar kompetensi, kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan, sebagai dasar menyusun indicator,

Page 35: Belajaran

b. merumuskan tujuan pembelajaran,

c. menentukan meteri pembelajaran,

d. merencanakan metode dan strategi pembelajaran,

e. merumuskan langkah-langkah pembelajaran,

f. menentukan sumber bahan dan media pembelajaran,

g. menentukan penilaian ( teknik, bentuk, instrument, kunci jawaban/rubric penilaian, dan penskoran).

F. Pendidik Sebagai Perencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran, sebenarnya dapat dikembangkan oleh siapa saja yang memiliki kompetensi untuk mengembangkan rencana pembelajaran (ahli desain pembelajaran). Akan tetapi, dalam kegiatan pembelajaran formal disekolah, pendidik sebagai subsistem dari proses pembelajran memiliki tugas dan tanggung jawab untuk merencanakan pembelajaran.

Guru dituntut memiliki kompetensi pedagogik untuk mengembangkan kurikulum, yang secara operasional berarti menyusun perencanaan pembelajaran, yang meliputu:

1. menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum,

2. menyusun RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran,

3. menyusun dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik

4. menyusun dan melaksanakan racangan pembelajaran yang mendidik sesuai dengan kebutuhan peserta didik,

5. menyusun dan menggunakan berbagai sumber dan media belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik,

6. memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran, dan

7. menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan.