belajar dari kesetiaan iman maria guna …repository.usd.ac.id/22596/2/031124026_full.pdf · angket...
TRANSCRIPT
BELAJAR DARI KESETIAAN IMAN MARIA GUNA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP BERIMAN UMAT
DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI JETIS - YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Anastasia Ninda Milla
NIM : 031124026
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Jesus Maria dan Joseph Pelindung Societas yang membimbing dan memberi
kekuatan kepadaku,
Para Suster Societas Jesus Maria dan Joseph (JMJ),
Para jemaat kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola, Cokrodiningratan,
Paroki Jetis-Yogyakarta,
Orang tua, saudara-saudaraku, para pembimbingku,
dan almamaterku tercinta,
serta semua pemerhati Iman jemaat kristiani di mana saja berada.
v
MOTTO
Kekuatan Allah Telah Melengkapi Kelemahanku.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 November 2007
Penulis,
Anastasia Ninda Milla
vii
ABSTRAK
Judul skripsi BELAJAR DARI KESETIAAN IMAN MARIA GUNA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP BERIMAN UMAT DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODINIGRATAN-YOGYAKARTA dipilih berdasarkan keprihatinan penulis setelah melihat umat di lingkungan St. Igantius Loyola Cokrodiningratan yang terkesan belum mampu memahami dan memaknai kesetiaan Maria kepada Allah sesuai dengan iman Gereja. Bagi mereka Maria adalah pengabul doa. Hal ini menunjukkan bahwa bagi umat di lingkungan ini, Maria memiliki posisi atau kedudukan yang sejajar dengan Allah. Padahal Gereja, meskipun telah memberikan gelar kehormatan yang paling tinggi di antara kelompok orang-orang kudus terhadap Maria tetapi tidak pernah memposisikan Maria sejajar dengan Allah. Dalam kesempatan ini penulis fokus pada kesetiaan Maria Bunda Yesus dan mengajak segenap umat Kristiani untuk belajar dari kesetiaan iman Maria sehingga dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup ini tidak putus asa dan tetap setia kepada Allah seperti Maria. Berkaitan dengan hal itu persoalan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan memahami dan memaknai kesetiaan iman Maria, telah sesuai dengan pandangan Gereja atau tidak? Serta bagaimana Katekese Umat dapat membantu umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan dalam meneladani kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kehidupan berimannya. Untuk mengkaji persoalan ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penyebaran angket dan wawancara terhadap umat di lingkungan St. Ignatius Loyola telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dilaksanakan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang dapat membantu dalam memahami dan memaknai kesetiaan Maria kepada Allah sesuai dengan iman Gereja.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis melihat bahwa umat di lingkungan itu sebenarnya telah mampu memahami dan memaknai Maria sebagai teladan dalam kesetiaan iman. Dan, berdasarkan ungkapan pengalaman hidup sehari-hari, mereka memaknai Maria sebagai Ibu, bunda, penolong, sahabat dan pengantara doa. Agar pemahaman dan pemaknaan umat terhadap Maria yang demikian dapat semakin mendalam maka penulis mengusulkan program Katekese Umat model Shared christian Praxis. Katekese Umat dalam hal ini difokuskan pada tema Maria dengan harapan umat semakin mengenal sosok Maria dengan keteladanan imannya yang setia akan Allah dan mampu menjadikan Maria sebagai sumber inspirasi hidup beriman bagi mereka dalam menghadapi berbagai persoalan hidup sehari-hari.
viii
ABSTRACT
The title of the thesis is “LEARNING FROM THE ADHERENCE OF MARY’S FAITH TO RAISE THE QUALITY OF CHRISTIANS’ LIFE IN THE COMMUNITY OF ST. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PARISH JETIS-YOGYAKARTA COMMUNITY.” The background of this study is based on the concern after observing the Christians’ life in that community. Apparently it seems that they are not so capable to understand Mary’s adherence to God according to the Church faith. They receive and believe in Mary as the one who answers their prayer or request. This shows that they receive Mary and God in the same position or existence. In fact, the Church never puts her in the same position as God, although the Church has given the most honorable title to Mary among the saints.
The study focuses on Jesus Mother as wellas, Mary’s adherence and invites all the Christians to learn it. Relating to this, it helps the people not to be in despair about their life burdens, but keep in faith to God and also to as Mary. Then, the problem formulation of this study consists of two points. First is, whether the people’s way of understanding Mary’s faithfull adherences is what the Church wants or not. Second is how the catechism helps the Christians in living Mary’s faithfull adherence to increase their spiritual life quality.
To analyze this problem we need to have accurate data. Therefore, the writer has conducted questioners and interviews. The literary study was also conducted to obtain any supporting ideas in understanding the adherence of Mary. Based on the research, the Christians in that station actually have understood and have perceined of Mary as a model of faithful adherence. In their daily life, they have considered Mary as the Mother, Holy Mother, the Helper their, best friend and the mediator for their prayer to Jesus. To enable them to improve their understanding, the writer proposes a catechism program called Shared Christian Praxis. The catechism theme focuses on Mary. It is expected that the Christians deeply comprehend the figure of Mary and her faithful deed to God. They also receive Mary as their an inspiring figure of their life faith to overcome with their daily life problems.
ix
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah Bapa, Putra, Roh Kudus atas kasih karunia-Nya yang
melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Belajar dari
Kesetiaan Iman Maria Guna Meningkatkan Kualitas Hidup Beriman Umat di
Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan-Yogyakarta.
Skripsi ini diilhami oleh hasil refleksi dan keprihatinan penulis terutama dalam
usaha umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Yogyakarta dalam
meneladani kesetiaan Iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup berimannya.
Keterlibatan umat dalam berbagai kegiatan di lingkungan khususnya kegiatan Devosi
kepada Bunda Maria yaitu doa Rosario cukup nampak, tetapi pemahaman dan
pemaknaannya masih sangat kurang. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini
dimasudkan untuk membantu umat dalam memahami dan memaknai kesetiaan
Maria kepada Allah, sehingga melalui kegiatan devosi kepada Bunda Maria secara
wajar dan benar sesuai dengan ajaran gereja mampu membawa mereka pada suatu
tahap perkembangan iman yang diharapkan oleh Gereja sendiri.
Dengan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan devosi kepada Bunda Maria,
umat juga dapat berperan lebih aktif dalam berbagai kegiatan pendalaman iman
yang dilaksanakan di lingkungan dan setiap kegiatan sosial di masyarakat. Selain
itu, skripsi ini juga disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
x
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pimpinan Umum dan para Dewan pimpinan Umum, Pimpinan Provinsi dan
para Dewan pimpinan Provinsi Konggregasi Jesus Maria dan Joseph (JMJ),
serta para suster yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepada
penulis untuk belajar dan mengembangkan diri di IPPAK-USD Yogyakarta
2. Dra. J. Sri Murtini M.Si selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, waktu, semangat,
motivasi, sumbangan pemikiran dengan penuh kesabaran dan cinta kepada
penulis. Terima kasih untuk masukan dan kritiknya sehingga penulis
diteguhkan dan lebih termotivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
3. Drs. L. Bambang Hendarto,Y.M.Hum selaku dosen penguji yang telah
memberikan motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
4. Bapak P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si selaku dosen Penguji, yang telah
memberikan semangat dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Staf Dosen Prodi IPPAK-USD, dan seluruh karyawan yang telah
mendidik, mengarahkan, mendukung dan membimbing penulis selama belajar
sehingga dapat menyelesaikan studi di Prodi IPPAK-USD dengan baik.
6. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2003/2004 atas cinta dan
persahabatan yang telah terjalin selama 4 tahun di kampus IPPAK-USD.
xi
7. Seluruh Umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan,
paroki-jetis yang telah menyisihkan waktunya untuk mengisi angket dan
wawancara.
8. Pimpinan Komunitas JMJ Trimargo Yogyakarta mulai dari Sr. Immacule Palit
JMJ, Sr. Auxilia Tandayu, Sr. Ivonne Pusung JMJ dan para suster JMJ dan
OSA anggota komunitas, serta Karyawan/ti yang telah mendukung penulis
dalam penulisan skripsi ini.
9. Terima kasih kepada semua orang yang tidak dapat diungkapkan satu per satu,
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman,
sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, terutama seluruh umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan.
Yogyakarta, 12 November 2007
Penulis,
Anastasia Ninda Mila
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO..............................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................ vii
ABSTRACT......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ..........................................................1
B. Rumusan Permasalahan .........................................................................8
C. Tujuan Penulisan....................................................................................8
D. Manfaat Penulisan..................................................................................9
E. Metode Penulisan...................................................................................9
F. Sistematika Penulisan ............................................................................9
BAB II. GAMBARAN UMUM UMAT KRISTIANI DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI JETIS-YOGYAKARTA DAN PEMAHAMAN SERTA PEMAKNAANNYA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA......11
A. Gambaran Umum Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta .............................12
1. Sejarah dan Latar Belakang terbentuknya Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta..........12
2. Macam-macam Kegiatan Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta .......................16
xiii
3. Semangat yang Menjiwai Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta…….............................................................................18
B. Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta Tentang Kesetiaan Iman Maria Kepada Allah ................20
1. Latar Belakang Penelitian..............................................................20
2. Rumusan Masalah Penelitian.........................................................22
3. Tujuan Penelitian ...........................................................................23
4. Metodologi Penelitian....................................................................23
5. Variabel Penelitian.........................................................................25
6. Teknik Analisis Data .....................................................................27
C. Laporan Hasil Pembahasan, dan Kesimpulan Penelitian.....................27
1. Laporan Hasil, dan Pembahasan Penelitian.................................27
2. Kesimpulan Hasil Penelitian..........................................................40
BAB III. PANDANGAN GEREJA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA ................................................................................................44
A. Maria Bagi Umat Kristiani…………………………………………..44
1. Gambaran Maria .............................................................................44
2. Maria Typus Gereja .......................................................................46
3. Maria: Advocata, Auxiliatrix, Adiutrix dan Mediatrix..................47
B. Keistimewaan Maria dalam Gereja......................................................48
1. Iman................................................................................................48
2. Panggilan..................................................................................…..50
3. Kesetiaan........................................................................................51
B. Relevansi Keteladanan Kesetiaan Iman Maria ................................................63
1. Sikap Maria yang Rendah Hati .......................................................64
2. Sikap Maria yang Penuh Penyerahan Diri Kepada Allah..............66
3. Ketekunan Maria dalam Doa ..........................................................67
4. Maria yang Setia terhadap Keputusanya Sendiri ............................67
5. Kepekaan Maria dalam Menanggapi Rencana Allah dalam Hidupnya…………………………………………………69
xiv
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DENGAN MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI UMAT DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI JETIS -YOGYAKARTA ...................................................................71
A. Katekese Umat dengan Model Shared Christian Praxis (SCP) ..........71
1. Katekese Umat (KU) .....................................................................71
2. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) dan Langkah-Langkahnya Dalam Katekese Umat ..............................................80
B. Usulan Program Katekese Umat dengan Model SCP..........................89
1. Matriks Program Katekese Umat Dengan Model SCP..................91
2. Contoh Persiapan Katekese Umat Dengan Model SCP................96
BAB V. PENUTUP .........................................................................................108
A. Kesimpulan ..................................................................................108
B. Saran ............................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................114
LAMPIRAN.........................................................................................................116
. Lampiran I : Deskripsi Hasil Wawancara.............................................. ........(1) • Responden I .............……………...........................................(1) • Responden II.. ...........................……………..........................(3) • Responden III..............................................…………….........(6) • Responden IV. ...............................…….................................(8) • Responden V .........................................................………….(10) • Responden VI ..................................................……………..(12) • Responden VII ................................................……………...(13)
Lampiran II : Lagu-Lagu Tentang Maria......................................................….(15)
xv
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian
Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada Umat
Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Depatemen Agama RI dalam
rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, tanggal 21 November 1964.
NA : Nostra Aetate Deklarasi tentang Hubungan Gereja dengan Agama-
agama bukan Kristen, tanggal 28 Oktober 1965.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
IPPAK : Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
JMJ : Jesus Maria dan Joseph.
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Prodi : Program Studi
S1 : Strata satu
SJ : Serikat Jesus
STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik
STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan, penulis akan membahas mengenai latar belakang
penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan, manfaat, metode dan sistematika
penulisan skripsi. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut, berikut ini adalah uraiannya:
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi
Umat manusia zaman sekarang tidak bisa melepaskan diri dari situasi sulit.
Situasi sulit itu muncul akibat dari semakin maraknya kemiskinan dan penderitaan
yang terjadi. Di sisi lain umat manusia mengalami suatu perkembangan peradaban
yang ditandai dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Macam-
macam hasil penemuan membuat manusia kagum terhadap kemampuan dan
kekuasaannya. Umat manusia terkadang lupa terhadap siapa yang paling berkuasa di
alam semesta ini. Kehadiran Allah dengan mudah dilupakan.
Umat manusia merasa bahwa dengan berbagai sarana yang canggih, dirinya
dapat memenuhi segala kebutuhannya yang tanpa batas. Ironisnya, tidak sedikit umat
manusia yang kemudian cemas terhadap hidupnya sendiri. Perasaan takut dan
bingung kerap kali menghantui hidupnya manakala masalah datang bertubi-tubi.
Dewasa ini banyak masalah yang membuat umat manusia tidak berdaya.
Misalnya bencana alam, konflik antar kelompok masyarakat, ekonomi keluarga,
hubungan pasangan suami-istri dan anak, serta masih banyak persoalan lain yang
cukup kompleks. Umat manusia menjadi tidak berdaya manakala harus berhadapan
dengan pertanyaan soal perannya, tujuannya dan eksistensinya di dunia ini. Situasi
ini juga dirasakan oleh segenap umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan. Sejauh pengalaman hidup bersama dengan umat di lingkungan ini,
17
penulis melihat bahwa tidak sedikit permasalahan yang muncul dan membuat
penghayatan iman umat menjadi kurang mendalam. ( Observasi penulis)
Umat Kristiani di lingkungan inipun tidak bisa lepas dari pengaruh
modernisasi yang sangat menonjol terutama dalam bidang industri, teknologi, dan
komunikasi baik yang berbentuk hiburan maupun yang mengarah pada peningkatan
ekonomi, sosial, dan politik. Tidak jarang umat yang mengeluh soal hidup terutama
manakala mereka harus masuk dalam situasi yang semakin menguras tenaga, pikiran,
dan harta benda. Tetapi ada juga anggota umat yang merasa semakin nyaman dengan
hidupnya yang berlimpah harta kekayaan. Bagi mereka bila tidak hati-hati dapat
dibutakan oleh kebutuhan-kebutuhan materi belaka, sehingga tenggelam dalam arus
konsumerisme, hedonisme, individualisme dan pragmatisme.
Situasi zaman semakin lama semakin berkembang. Umat di lingkungan inipun
turut berkembang. Dalam situasi zaman yang semakin berkembang menuntut semua
orang, tidak hanya umat Kristiani di lingkungan ini untuk mengambil sikap dan
pilihan. Berbagai sikap hidup ditampilkan manusia hanya demi mempertahankan
eksistensi diri. Dan banyak pilihan yang ditawarkan demi hidup yang lebih baik di
masa datang. Jika tidak hati-hati dan selalu berpegangan pada iman kepercayaan
pada Allah, bisa-bisa arus negatif dari kemajuan jaman menyeretnya dalam jurang
kehancuran. Dalam menyikapi situasi hidup ini, tidak sedikit juga umat yang
semakin berpegang kuat pada Allah. Tidak kurang juga umat yang berusaha kembali
kepada Allah yang diimani sebagai yang maha kuasa. Adapun sikap atau tindakan
yang dilakukan oleh umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan adalah
devosi kepada orang-orang kudus. Misalnya devosi kepada hati kudus Yesus dan
devosi kepada Bunda Maria. Dalam kesempatan ini penulis akan memfokuskan
penulisannya pada kesetiaan Maria Bunda Yesus dan mengajak segenap umat
18
Kristiani untuk belajar dari kesetiaan iman Maria sehingga dalam menghadapi
berbagai permasalahan hidup ini tidak lantas putus asa dan tidak percaya pada Allah.
Adapun alasan penulis memfokuskan penulisan skripsi pada dua hal di atas
adalah karena prihatin melihat umat yang menurut hemat penulis belum mampu
memahami dan memaknai kesetiaan Maria kepada Allah sesuai dengan iman Gereja.
Dengan kata lain, penghayatan iman umat di lingkungan ini terhadap Maria
menunjukkan indikasi yang kurang sesuai dengan pokok ajaran iman Kristiani.
Maria tidak lagi dipandang sebagai pengantara doa melainkan pengabul doa.
Umat di lingkungan ini cenderung untuk mensejajarkan Maria dengan Allah, hal ini
berdasarkan pengamatan penulis dalam mengikuti kegiatan doa di lingkungan secara
khusus doa Rosario yaitu doa permohonan umat yang didoakan dalam doa rosario.
Padahal Gereja, meskipun telah memberikan gelar kehormatan yang paling tinggi di
antara kelompok orang-orang kudus terhadap Maria tetapi tidak pernah
memposisikan Maria sejajar dengan Allah. Berkaitan dengan hal ini, seorang imam
Fransiskan yang bernama (Kristiyanto 1988:25) menuliskan dalam bukunya yang
berjudul “Maria dalam Gereja” demikian: “Gereja meyakini bahwa Maria sebagai
tanda harapan yang pasti serta hiburan bagi umat Allah yang berziarah”. Dalam hal
ini Kristiyanto mencoba mengangkat LG art. 68. Menurutnya, pada art. 68
terkandung keyakinan Gereja bahwa melalui sosok Santa Perawan Maria Gereja
memperoleh gambaran tentang dirinya yakni Gereja yang sedang dalam peziarahan
di dunia dan sedang menantikan keselamatan.
Salah satu doktrin Gereja tentang Maria yakni Maria diangkat ke surga telah
menunjukkan bahwa sebenarnya gereja meyakini bahwa itulah citra gereja di masa
depan. Artinya, jika segenap umat Kristiani mampu bersikap seperti Maria dan
meneladani segala kesetiaan imannya akan Allah maka bukan sesuatu yang mustahil
19
jika kelak akan diselamatkan dan dimuliakan Allah di surga. Seperti halnya hidup
Maria yang sederhana, penuh iman, harap dan cinta demikianlah hendaknya kita
sebagai umat Kristiani yang sama-sama berimankan akan Yesus Sang Mesias. Sosok
Maria yang dikenal oleh Gereja telah mampu memberikan pengharapan baru bahwa
juru selamat pasti akan datang dan menolong siapa saja yang selalu menggantungkan
hidupnya pada penyelenggaraan Ilahi dan selalu setia terhadap segala rencanaNya.
Pemahaman dan keyakinan yang seperti inilah yang seharusnya dihayati oleh umat
Kristiani tanpa kecuali sehingga praktek iman terhadap Allah, Yesus, Roh Kudus dan
Maria nampak lebih dewasa.
Praktek iman dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa praktek iman
dilakukan secara proporsional. Persoalan hidup yang dirasakan itu salah satunya
adalah soal perkembangan hidup beriman sebagai orang Kristiani. Berikut ini adalah
beberapa contoh persoalan kehidupan beriman yang kerap dihadapi oleh umat di
lingkungan ini: kawin campur, keaktifan anggota umat dalam berbagai kegiatan
Gereja baik di lingkungan maupun di paroki dan tingkat pengetahuan iman dari para
orang tua Katolik yang kurang memadai sehingga tidak mampu mendidik anak-
anaknya sesuai dengan pokok ajaran iman Kristiani sesuai dengan harapan Gereja.
Persoalan-persoalan hidup beriman di atas, menurut hemat penulis lebih disebabkan
karena pendampingan iman dalam keluarga sangat kurang dan bahkan dalam
keluarga sendiri kurang ada perhatian mengenai pelestarian iman anak.
Orang tua sibuk bekerja sehingga tidak sempat berkomunikasi dengan anak-
anaknya (hal ini berdasarkan pengamatan penulis dan sharing pengalaman dari
beberapa anggota umat). Maka, tidak heran jika kualitas hidup beriman umat
Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ini masih perlu
ditingkatkan lebih baik lagi.
20
Pernah suatu ketika, penulis bertemu dengan salah satu umat yang
mensharingkan pengalamannya bahwa anaknya lebih senang ke Masjid karena setiap
sore hari anaknya melihat anak-anak berbondong-bondong ke Masjid dengan
perlengkapan mengaji, tetapi apabila diajak untuk ke Gereja anaknya tidak mau
berangkat (Observasi Penulis). Bagi saya ini suatu kendala bahwa pengaruh
lingkungan juga sangat berperan dalam membangun iman. Situasi semacam ini bisa
dikatakan sebagai kegoncangan hidup rohani.
Kegoncangan hidup rohani ini nampak dalam kehidupan umat sebagai warga
Gereja khususnya umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.
Kegoncangan itu di antaranya adalah banyak umat yang sulit untuk diajak
berkumpul untuk membangun paguyuban, sehingga mereka merasa tidak perlu lagi
untuk berkumpul atau berdoa bersama seperti dalam pendalaman iman dan
pelayanan-pelayanan sosial lainnya. Pelayanan itu cenderung dilakukan oleh orang-
orang tertentu atau pengurus lingkungan yang menjabat sebagai pengurus pada
periode yang bersangkutan.
Semangat untuk terlibat dan berkorban untuk orang lain mulai kurang. Lain
dari pada itu umat cenderung menggantungkan diri kepada orang yang sering
berkecimpung dalam pelayanan pastoral, sehingga mereka sudah merasa aman
dengan dirinya sendiri tanpa harus memikirkan tugas. Dan keprihatinan itu
memunculkan sikap egoisme pada diri umat yang sedikit banyak berpengaruh dalam
kehidupannya dalam bermasyarakat. Dengan melihat situasi lingkungan yang
demikian, penulis merasa perlu untuk membantu umat sehingga mereka dapat
kembali merasakan bahwa Allah sungguh-sungguh maha baik dan penyayang. Pada
kesempatan ini, penulis mengajak segenap anggota umat Kristiani di lingkungan ini
untuk belajar dari kesetiaan iman Maria dalam menghadapi berbagai persoalan
21
hidup. Seperti halnya dalam Konsili Vatikan II telah dibahas tentang Maria sebagai
teladan Gereja yang ulung. Sebagai pribadi manusia, Maria itu juga anggota Gereja
dalam arti bahwa Maria termasuk dalam persekutuan orang beriman di dunia ini,
sekaligus ia mendapat tempat yang istimewa sebagai bunda segenap orang beriman
karena kesetiaannya akan Allah.
Karena itu sebagai anggota Gereja umat beriman pun pada tempatnyalah hidup
meneladan Maria (LG, art. 53). Gereja sebenarnya telah mengajak semua anggota
umat Kristiani yang ada di dunia ini untuk bersama-sama melihat dan meneladani
Maria. Kesetiaan Maria ini nampak dalam sikap Maria menerima kabar gembira dari
malaikat Gabriel (Luk 1:38), keberanian Maria dalam menjawab “YA” terhadap
panggilan Tuhan dengan iman yang total dan dari lubuk hatinya yang paling dalam ia
memuji keagungan Allah (Luk 1:67).
Membagikan kegembiraan yang datang dari Allah kepada orang lain dalam hal
ini adalah St. Elisabet saudarinya (Luk 1:39), keterlibatan Maria dalam pelayanan
kepada sesama, yakni dalam pernikahan di Kana (Yoh 2:1), Maria mencari Yesus
yang hilang di bait Allah (Haring, 1992:86), Maria menemani Yesus dalam jalan
salib hingga sampai puncak Golgota (Yoh 19:25). Maria pantas menjadi teladan bagi
setiap orang beriman.
Kesetiaan iman Maria inilah yang seharusnya diteladani oleh segenap umat
Kristiani. Hidup meneladan Maria berarti bertindak seperti Maria sebagaimana kita
kenal lewat kesaksian Kitab Suci yang kemudian diperkaya dalam terang
pemahaman Konsili Vatikan II. Dalam praktek hidup beriman umat di lingkungan
ini, Maria menjadi bunda pengantara segala rahmat. Segala permohonan
disampaikan, segala harapan diungkapkan dan setiap suka duka dibagikan kepada
Bunda Maria dan semua doa itu ditujukan kepada bunda Maria. Penulis mendapat
22
kesan bahwa Bunda Maria menjadi setara dan sejajar dengan Yesus atau Allah Bapa.
Penghayatan iman yang lebih bersifat sentimentil, emosional terjadi di lingkungan
ini. Penghayatan iman umat menjadi kurang dewasa.
Pengetahuan iman tentang Allah, Yesus dan bahkan Maria sendiri kurang
menjadi fokus perhatian umat. Umat sendiri lebih mementingkan praktek hidup doa
yang devosional yang cenderung pasif. Umat kurang tertarik dengan kegiatan
pendalaman iman yang mendorong mereka berpikir, berefleksi, berbicara,
berpendapat di hadapan orang lain. Ini merupakan bentuk hidup beriman yang
kurang dewasa.
Keprihatinan ini mengundang perhatian penulis untuk lebih bersikap proaktif
dalam menyikapi situasi semacam ini. Maka dalam kepentingan inilah, penulis
menyusun skripsi dengan judul: BELAJAR DARI KESETIAAN IMAN MARIA
GUNA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP BERIMAN UMAT DI
LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI
JETIS - YOGYAKARTA
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan
memahami dan memaknai kesetiaan iman Maria?.
2. Bagaimana pandangan Gereja tentang kesetiaan iman Maria?
3. Bagaimana katekese umat dapat membantu umat di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan dalam meneladani kesetiaan iman Maria guna
meningkatkan kehidupan berimannya?
23
C. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan:
1. Mengetahui pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan Maria?
2. Mengetahui pandangan gereja tentang kesetiaan Maria.
3. Memberikan sumbangan katekese yang dapat membantu umat dalam
meningkatkan kualitas iman dengan belajar dari kesetiaan Maria.
4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana Srata Satu (SI) IPPAK-JIP-FKIP-
USD-Yogyakarta
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis dapat mengetahui situasi, pemahaman dan pemaknaan umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan iman Maria
serta membantu mereka untuk meningkatkan kualitas beriman mereka.
2. Umat semakin memahami secara lebih dewasa dan jelas tentang Maria dan
keteladanan kesetiaan imannya.
3. Umat semakin mengetahui devosi kepada Maria yang benar dari ajaran Gereja.
4. Memberikan suatu sumbangan katekese bagi para Katekis dan tokoh umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan, agar mampu membuat
katekese yang sesuai dengan situasi dan kondisi umat setempat.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Yang
dimaksud dengan metode ini adalah bahwa penulis akan menggambarkan
permasalahan yang ada, dalam hal ini data diperoleh melalui pengamatan, penelitian
dan studi pustaka. Data-data tersebut akan dianalisis dan direfleksikan guna
24
meningkatkan kualitas iman umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Penulis akan memaparkan tentang pendahuluan yang berisi: latar
belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang pemahaman dan
pemaknaan umat di Lingkungan St.Ignatius Loyola Cokrodiningratan
terhadap kesetiaan iman Maria serta usaha-usaha yang telah mereka
dilakukan guna meningkatkan kualitas beriman.
Bab III : Penulis akan membahas tentang konsep Kesetiaan Maria berdasarkan
Kitab Suci dan Tradisi Gereja dengan memaparkan pengertian iman,
panggilan dan kesetiaan Maria.
Bab IV : Penulis akan membuat program Katekese Umat dengan model SCP bagi
umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan -Yogyakarta
sebagai bentuk aplikasi dari teori yang telah dibahas pada bab III dan
sesuai dengan persoalan yang dipaparkan di bab II.
Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran demi terwujudnya kehidupan
beriman yang berkualitas.
BAB II
GAMBARAN UMUM UMAT KRISTIANI
DI LINGKUNGAN St. IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN
PAROKI JETIS-YOGYAKARTA DAN PEMAHAMAN SERTA
PEMAKNAANNYA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA
Untuk menjawab permasalahan pertama dari skripsi ini, pada bab II penulis
akan membagi pembahasan menjadi tiga sub bab yaitu di bawah ini akan
dideskripsikan.
Pada sub bab pertama, penulis memaparkan gambaran umum umat Kristiani di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta. Adapun
hal-hal yang akan dibahas adalah mengenai sejarah, latar belakang terbentuknya
lingkungan dan macam-macam kegiatan yang dilakukan, serta semangat yang
menjiwai umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-
Yogyakarta.
Pada sub bab kedua, penulis memaparkan penelitian pemahaman dan
pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-
Yogyakarta tentang kesetiaan iman Maria. Adapun hal-hal yang digali dalam
penelitian ini antara lain, pemahaman dan pemaknaan kesetiaan iman Maria yang
berkaitan dengan siapa Maria, bagaimana bentuk-bentuk devosi Maria, bagaimana
usaha-usaha yang dilakukan dan faktor-faktor penghambat yang dialami umat
berkaitan dengan usaha meningkatkan kualitas hidup beriman mereka.
Sedangkan dalam sub bab ketiga, penulis memaparkan pembahasan hasil dan
kesimpulan penelitian.
26
A. Gambaran Umum Umat Kristiani di Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta
Untuk mengetahui gambaran umum umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan, penulis akan menguraikan sejarah dan latar belakang
terbentuknya lingkungan, kegiatan-kegiatan yang ada dan semangat yang menjiwai
umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan berdasarkan hasil studi
buku panduan lingkungan dan pengamatan lapangan. Berikut ini adalah uraiannya:
1. Sejarah dan Latar Belakang terbentuknya Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta
Berdasarkan dokumen lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan (
Sukirman 2003: 14), yaitu Sejarah dan Latar Belakang lingkungan dijelaskan sebagai
berikut: Sebelum 1964 Paroki Jetis merupakan salah satu bagian dari paroki Kota
Baru. Saat itu, paroki Jetis belum menjadi paroki melainkan stasi. Seturut
perkembangan jumlah umat maka tepat pada tahun 1964, stasi Jetis memisahkan diri
dari Paroki Kotabaru dan berdiri sendiri sebagai paroki dengan nama Paroki St.
Albertus Agung Jetis-Yogyakarta dengan pastor parokinya adalah Romo. HS
Notosusilo, Pr. Pada tahun 1964 itu, Paroki Jetis cukup berkembang dengan pesat.
Hal ini nampak dalam jumlah umat yang terbagi dalam 4 kring. Adapun nama-nama
kring yang ada saat itu antara lain: kring Jetisharjo, kring Gondolayu, kring
Pancawinatan dan kring Bangirejo. Cikal bakal lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan itu sendiri adalah berasal dari kring Bangirejo. Pada waktu itu
kring Bangirejo diketuai oleh Bpk. P.C Slamet (alm). Kring Bangirejo sendiri saat itu
meliputi empat lingkungan antara lain: lingkungan Cokrodiningratan, lingkungan
Blunyah, lingkungan Karangwaru dan lingkungan Bangirejo sendiri. Dibandingkan
dengan lingkungan yang lainnya, lingkungan Cokrodiningratan nampak lebih
27
berkembang pesat. Pada bulan Agustus 1964, lingkungan ini memisahkan diri dari
kring Bangirejo dan berdiri sendiri sebagai kring Cokrodiningratan. Adapun tempat
peresmiannya dilaksanakan di tempat Bpk. Mujiono dan diresmikan oleh pastor
paroki dan pada saat itu juga terpilihlah ketua kring Cokrodiningratan yang pertama
yakni Bpk. D. Soekirman. Dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua kring, Bpk. D.
Soekirman dibantu dan didampingi oleh sesepuh dan para tokoh umat di paroki Jetis
antara lain: Bpk. Ph Kartosudarmo, Bpk B. Supardi dan Bpk Vic. Irlan. Saat ini
ketiga-tiganya sudah meninggal dunia. (Sukirman.2003:16).
Pada saat kring Cokrodiningratan berdiri, umatnya masih belum banyak, kira-
kira 12 keluarga dengan jumlah jiwa 40 orang. Pada awal berdirinya, lingkungan
Cokrodiningratan belum mempunyai santo pelindung. Untuk memilih siapa santo
pelindungnya, umat dari lingkungan ini berdoa dengan khusuk. Pada bulan Oktober
1964 umat di lingkungan ini mengadakan doa rosario sebulan penuh (Sukirman
2003:16).
Selain memuliakan Maria sebagai intensinya, juga dalam doa itu dibacakan
riwayat para kudus dengan tujuan untuk mencari dan memilih santo pelindung. Dari
sekian banyak orang kudus yang telah dibaca dan direnungkan akhirnya dipilihlah St.
Ignatius Loyola sebagai Pelindung Kring Cokrodiningratan. Adapun waktu
peresmiannya adalah pada bulan November 1964 oleh Romo HS. Notosusilo, Pr
dalam suatu misa Kudus bertempat di rumah Bapak B. Supardi, dan sampai sekarang
pesta nama St. Ignatius Loyola yang jatuh pada tanggal 31 Juli, selalu diperingati dan
dirayakan. Untuk memeriahkan kesempatan ini, biasanya umat mengadakan berbagai
kegiatan, antara lain misa kudus, lomba membaca Kitab Suci, dan lomba memasak
bagi keluarga-keluarga. Pada 1969 nama kring diubah menjadi kepamongan, namun
28
tidak berlangsung lama dan pada tahun 1980, nama kepamongan diganti menjadi
lingkungan hingga sekarang. Tahun 2007 Paroki Jetis sendiri telah terbagi dalam 4
wilayah dan 1 paroki administratif (Paroki Nandan).
Keempat wilayah itu antara lain:
a. Wilayah I terdiri dari: Lingkungan Bumijo, lingkungan Gowongan, lingkungan
Penumping dan lingkungan Poncowinatan.
b. Wilayah II terdiri dari: Lingkungan Bangunrejo, lingkungan Kricak,
lingkungan Jatimulyo Alfonsus, lingkungan Jatimulyo Thomas, lingkungan
Jatimulyo Paulus;
c. Wilayah III terdiri dari: Lingkungan Bangirejo. Lingkungan Blunyah,
Lingkungan Karangwaru, dan lingkungan Cokrodiningratan.
d. Wilayah IV Lingkungan Jogoyudan Kidul, Jogoyudan Lor. Lingkungan
Cokrokusuman dan Lingkungan Jetisharjo (Dokumen Lingkungan 2006.17):.
Dari pembagian wilayah di atas kita dapat melihat bahwa lingkungan St.
Ignatius Cokrodiningratan termasuk dalam wilayah III. Adapun jarak dari
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ke paroki ada sekitar 500 m.
Lingkungan ini berada di kelurahan Cokrodiningratan, kecamatan Jetis-Yogyakarta.
Seturut perjalanan waktu, lingkungan inipun berkembang meskipun tidak sangat
pesat tetapi telah mampu menunjukkan bahwa secara perlahan-lahan namun pasti
lingkungan ini menunjukkan perkembangannya. Hal ini nampak dari jumlah
umatnya. Dalam kurun waktu 38 tahun, lingkungan ini telah mengumpulkan 65 kk
atau jumlah jiwa 175 orang sebagai anggota ( Dokumen lingkungan 2006:10-11).
Untuk semakin memperkembangkan kualitas hidup beriman umat lingkungan
ini juga dibantu oleh beberapa tarekat religius, antara lain: Tarekat Carolus
29
Boromeus (CB) dan Societas Jesus Maria dan Joseph (JMJ). Kedua tarekat itu
adalah milik para suster yang berkarya dalam bidang yang berbeda. Tarekat CB
bergerak dibidang kesehatan dan pendidikan serta tarekat JMJ sebagai komunitas
studi para suster muda JMJ. Selain tugas studi para suster juga terlibat dalam
lingkungan baik dalam pendalaman iman, kegiatan koor, kunjungan orang sakit dan
memimpin ibadat-ibadat yang dilakukan di lingkungan.
Dari segi letak geografisnya, lingkungan ini termasuk ke dalam wilayah
perkotaan. Banyak gedung sekolah, kantor pemerintahan, rumah sakit, pasar dan
berbagai fasilitas umum lainnya. Hal ini menyebabkan seluruh kehidupan umat
dipengaruhi suasana dan permasalahan kehidupan kota yang sangat kompleks. Dari
segi sosial-budaya, lingkungan ini umumnya dihuni oleh orang-orang yang ramah,
dan berpendidikan. Hal Ini nampak dalam berbagai kegiatan yang diikuti bersama
tetangga sekitar seperti kegiatan RT, RW ataupun kelurahan dan arisan Ibu-ibu.
Demikian juga kegiatan yang dilakukan antar umat Kristiani sendiri di lingkungan
seperti ibadat sabda, pendalaman iman, persekutuan dan pelayanan, ibadat rosario
dan kunjungan sosial. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa dari pengamatan
penulis melihat keaktifan umat dalam setiap peribadatan lingkungan yang paling
diminati oleh umat adalah ibadat rosario saja.
Ibadat rosario diadakan setiap hari pada bulan Mei dan Oktober. Kehidupan
sosial-ekonomi umat lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan sangat
beragam. Berbagai macam latar belakang tingkat ekonomi dan mata pencaharian ada
di lingkungan ini. Mulai dari buruh, pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, guru
sampai pegawai negeri ada semua. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang
menyolok antara keluarga satu dengan yang lainnya walaupun terdapat tingkat atas,
menengah dan bawah. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa di balik kemajuan yang
30
ada, umat St Ignatius Loyola Cokrodiningratan, tentunya mengalami suatu tantangan
dalam membangun dan memelihara serta meningkatkan kehidupan beriman mereka.
Suatu kendala yang kerap dihadapi adalah masalah keluarga yang kawin campur,
kurangnya pendampingan iman dalam keluarga dan juga kurangnya pemahaman
ajaran iman dari para orang tua. Itulah sekilas sejarah terbentuknya dan
perkembangan lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.
2. Macam-macam Kegiatan dalam Mengembangkan Kehidupan Beriman Umat di
Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta saat
ini
Dalam usaha mengembangkan kehidupan iman, umat Kristiani di lingkungan
St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis kerap kali mengadakan berbagai
kegiatan rutin. Berikut ini adalah macam-macam kegiatan rutin mulai dari kegiatan
rutin harian, bulanan dan tahunan yang dilakukan oleh umat di lingkungan ini.
a. Kegiatan Rutin Harian Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Jetis –Yogyakarta
Dalam mengisi hari-harinya, umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan secara kreatif menyusun berbagai macam program kegiatan
sehingga setiap hari selalu ada kesempatan untuk bertemu dan saling meneguhkan
iman masing-masing.
Adapun program kegiatan yang kerap kali mereka lakukan antara lain:
kunjungan orang sakit yang diadakan setiap hari Rabu, pendalaman iman dan doa
rosario setiap hari Kamis, latihan koor setiap hari Jumat, pendalaman Iman anak
setiap hari Sabtu dan hari minggu, serta kunjungan keluarga oleh Tim Pastoral yang
dilakukan satu kali dalam seminggu.
31
Kegiatan-kegiatan harian ini merupakan momen yang sangat penting bagi
umat, di mana dengan melakukan kegiatan rutin tersebut, selain dapat saling
meneguhkan dalam iman, masing-masing anggota umat Kristiani juga dapat semakin
menjalin tali persaudaraan dalam satu iman.
b. Kegiatan Rutin Bulanan Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Jetis –Yogyakarta
Dalam setiap bulan, umat di lingkungan ini mendapat pelayanan dari para
pastor yang ada di paroki. Pelayanan itu berupa misa lingkungan dan kunjungan
pastor paroki. Melalui kegiatan itu, Gereja berharap umatnya dapat semakin
disegarkan dan dikembangkan dalam hal iman. Sejauh pengamatan penulis, kegiatan
ini sungguh-sungguh mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi
perkembangan hidup umat. Melalui kegiatan ini umat semakin menyadari akan arti
dan pentingnya perayaan ekaristi serta keberadaannya dalam lingkungan.
Sebagai makhluk sosial umat Krisitini juga menyadari dengan saling
mengunjungi satu sama lain akan memperkembangkan iman, saling meneguhkan
satu dengan yang lain dan dalam kebersamaan mereka mampu menghayati imannya
dengan lebih baik. Sungguh merupakan momen yang sangat tepat bagi umat untuk
semakin berkembang dalam hidup beriman, jika kegiatan bulanan ini dapat terus-
menerus dipertahankan atau jika mungkin semakin dikembangkan.
c. Kegiatan Rutin Tahunan Umat Di Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta
Selain kegiatan rutin harian dan bulanan, umat di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan juga kerap kali mengadakan kegiatan tahunan. Kegiatan
tahunan yang biasa dilakukan adalah misa bersama untuk memperingati Santo
32
pelindung lingkungan yang diadakan setiap tgl 31 Juli dan ziarah bersama pada bulan
Oktober dan Misa tutup tahun pada akhir bulan Desember. Melalui kegiatan-kegiatan
tersebut umat diajak untuk mensyukuri segala kasih dan rahmat berlimpah dari Allah
selama satu tahun mereka hidup bersama dan berjuang memperkembangkan iman
Kristianinya. Karena kegiatan ini hanya dilakukan sekali dalam setahun, tidak sedikit
dari anggota umat lingkungan sangat antusias dalam menyelenggarakan kegiatan ini.
Sejauh pengamatan penulis, kegiatan tahunan biasanya dibuat lebih kreatif dan
interaktif sehingga umat cukup antusias dalam mengikutinya.
3. Semangat yang Menjiwai Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan
Pada awal mulanya lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan belum
mempunyai santo pelindung. Pada awal bulan November 1964, setelah melalui
proses yang cukup panjang (novena selama satu bulan penuh) akhirnya dipilihlah St.
Ignatius Loyola sebagai Santo pelindung dari lingkungan ini. Adapun sebagai alasan
umat memilih St. Ignatius Loyola sebagai santo pelindung adalah karena melihat
perjuangan dan kesungguhan dari umat sendiri untuk menjadi anggota Gereja. Pada
saat terbentuknya lingkungan ini, banyak umat yang memiliki semangat berkorban
dan melayani bagi sesamanya. Ketekunan dalam doa juga menjadi salah satu alasan
mengapa St. Ignatius Loyola dipilih sabagai santo pelindung.
Dengan berbekal tekad dan kemauan untuk mandiri dan tidak tergantung pada
para pastor di paroki, umat di lingkungan ini berusaha semaksimal mungkin agar
kehidupan iman mereka tetap tumbuh dan berkembang meskipun para pastor di
paroki tidak berkunjung ke lingkungan. Misalnya, untuk doa lingkungan meskipun
tidak ada pastor masih tetap berjalan dengan baik.
33
Keinginan untuk mandiri dan memisahkan diri dari kring Bangirejo saat itu
didorong pula oleh jarak yang jauh antara anggota umat lingkungan satu dengan
yang lainnya. Meskipun Jumlah umat sedikit pada waktu itu, tetapi semangat
kekeluargaan dan kebersamaan sangat terasa dan selalu dijaga. Hal ini nampak pada
kegiatan doa lingkungan dan doa rosario yang dilaksanakan hampir setiap hari.
Berdasarkan pengalaman itu, para pemimpin umat di lingkungan menemukan
semangat yang sama, antara semangat dari umat dengan semangat yang dimiliki oleh
St. Ignatius Loyola. Selain itu, banyak harapan yang ingin dicapai oleh umat agar
hidup iman mereka minimal serupa dengan hidup beriman St. Ignatius Loyola.
Semangat pelayanan, dan kesetiaan pada Allah dari St. Ignatius ternyata telah
memberikan inspirasi bagi umat di lingkungan ini. Totalitas dalam menjawab
panggilan Allah saat itu telah menjadi komitmen dan tekad bersama.
Dengan berperilaku baik di masyarakat, umat di lingkungan ini yakin dan
percaya bahwa keteladanan hidup merupakan bentuk pewartaan Injil yang paling
efektif. Hal ini diperoleh umat setelah belajar lebih banyak tentang siapa St. Ignatius
itu. Menjadi semakin serupa dengan Kristus, yakni demi semakin besarnya
kemuliaan Allah telah menjadi spirit dari umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan. Dalam praktek hidup berimannya, umat yang telah terinspirasi
oleh semangat hidup beriman St. Ignatius juga mengimbangi hidup berimannya
dengan melakukan doa devosi kepada Bunda Maria. Melalui devosi kepada Bunda
Maria ini mereka seolah-seolah semakin merasa dekat dengan Allah. Allah yang
berada di surga kini dirasakan sangat dekat berkat kehadiran Santa Perawan Maria.
Devosi kepada Bunda Maria sudah dilakukan sejak awal berdirinya
lingkungan ini. Jadi, bukanlah suatu yang asing bagi mereka ketika ditanya siapa
Bunda Maria itu. Seturut perjalanan waktu dan perkembangan peradaban, rupa-
34
rupanya baik semangat St. Ignatius maupun keteladanan Bunda Maria sedikit
mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena pergantian ketua lingkungan
di mana masing-masing ketua biasanya mempunyai prioritas yang hendak dicapai
oleh segenap umat. Meskipun tujuannya sama, yakni semakin dekatnya mereka
dengan Allah tetapi hal ini sedikit mempengaruhi perkembangan hidup beriman
umat.
Kemunduran hidup beriman nampak pada motivasi umat yang kadang-kadang
tidak jelas. Sebagai salah satu contoh konkret adalah bahwa dewasa ini tidak sedikit
umat yang menolak untuk menyediakan waktu dan tempat untuk doa rosario,
pendalaman iman atau ibadat bersama.
Hal ini disebabkan karena kebiasaan tuan rumah untuk tidak menyediakan
jamuan pada setiap pertemuan doa, tidak dilakukan lagi, sehingga ada anggota umat
yang keberatan karena masalah konsumsi dan kelayakan tempat untuk menampung
seluruh umat yang hadir.
Tetapi hal ini sebenarnya bisa diatasi oleh umat sendiri karena penulis yakin
semangat dari St. pelindung lingkungan selalu memberikan kekuatan bagi
perkembangan hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan.
B. Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat Kristiani di Lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang Kesetiaan Iman Maria
Untuk mengetahui pemahaman dan pemaknaan umat kristiani khususnya umat
di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan iman Maria,
penulis mengadakan pengamatan dan penelitian sederhana mengenai siapa Maria
bagi umat, apa bentuk-bentuk devosi yang biasa dilakukan, serta usaha-usaha yang
35
dilakukan umat dalam mengembangkan kualitas hidup berimannya dan faktor-
faktor penghambat yang di hadapi umat berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan
kualitas beriman umat.
1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan iman umat merupakan tugas semua pihak baik keluarga, gereja
maupun masyarakat. Semangat beriman umat merupakan anugerah dari Allah yang
diberikan kepada umatnya sesuai dengan cara dan pola hidupnya masing-masing.
Setiap pribadi umat memiliki semangat iman yang beraneka ragam. Keanekaragaman
ini merupakan suatu variasi yang sangat indah yang dimiliki oleh Gereja sebagai
Umat Allah. Gereja sebagai Umat Allah memiliki kebebasan yang seluas-luasnya
untuk memilih sumber semangat atau spiritualitas yang diimani oleh gereja universal.
Misalnya, ada sebagian umat yang beriman akan Allah setelah melakukan devosi
kepada Hati Kudus Yesus, ada juga yang meneladani cara hidup para orang kudus
(St. Ignatius, St. Fransiskus dan lain-lain). Sebagian umat lain lebih senang dengan
doa rosario, atau devosi kepada bunda Maria.
Secara umum, umat di wilayah Yogyakarta, terutama mereka yang mulai
berusia lanjut sangat senang dengan bunda Maria. Hal ini dapat dilihat dari lagu
Nderek Dewi Maria. Hampir di setiap pertemuan pembinaan iman atau katekese,
perkawinan, doa-doa rosario bahkan upacara kematian sekalipun lagu ini tidak
pernah dilupakan. Tetapi memang perlu disadari bahwa baik pemaknaan maupun
penghayatan spiritualitas atau kesetiaan iman Maria kadang-kadang disalahartikan
misalnya, umat lebih menyukai doa rosario dibanding katekese atau pendalaman
iman karena dalam doa rosario umat tidak perlu berpikir, diskusi atau bersharing.
Sejauh penulis melihat situasi di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan,
36
umat masih kurang biasa sharing dan berpikir mengenai iman kepercayaannya
sendiri. Tetapi lepas dari pada itu, kehadiran berbagai sumber semangat iman
merupakan sesuatu yang sangat berharga. Ini adalah kekayaan iman yang dimiliki
oleh Gereja dan umat memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk menggunakan
spiritualitas yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Dan, yang penting adalah
bahwa mereka semakin beriman akan Allah yang nampak dalam kata dan
tindakannya sehari-hari.
Secara khusus dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat bagaimana
pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan-Yogyakarta tentang kesetiaan Maria. Lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan itu sendiri merupakan bagian dari Paroki St. Albertus
Agung Jetis. Sebagai salah satu lingkungan yang berada dalam sebuah paroki,
lingkungan ini merupakan satu wadah umat katolik untuk dapat menghimpun umat
terdekat yang ada di sekitarnya dan menghimpun umat untuk melakukan kegiatan
bersama.
2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan tentang kesetiaan Iman Maria?
b. Bentuk-bentuk devosi Maria mana saja yang dapat membantu umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman?
c. Usaha-usaha apa yang dilakukan umat dalam membangun kehidupan
berimannya?
37
d. Faktor penghambat apa saja yang dihadapi umat di Lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan sehubungan dengan usaha dalam membangun
kehidupan berimannya?
3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pandangan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tentang siapa Maria.
b. Mengetahui Bentuk-bentuk devosi Maria yang dirasa membantu umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman.
c. Memperoleh gambaran mengenai usaha-usaha yang dilakukan umat dalam
membangun kehidupan berimannya.
d. Mengetahui berbagai faktor penghambat yang dihadapi umat di Lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan sehubungan dengan usaha dalam
membangun kehidupan berimannya.
4. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif
fenomenologis. Pendekatan kualitatif fenomenologis adalah suatu pendekatan
penelitian yang mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi: observasi,
penyebaran angket, wawancara dan studi dokumentasi (Sukmadinata, 2005: 95).
Data yang dihasilkan dari pendekatan kualitatif berupa data deskriptif (Moleong,
1991: 3). Adapun sumber data berdasarkan pendekatan ini adalah bersifat alamiah,
maka penelitian dengan pendekatan kualitatif fenomenologis dapat disebut juga
penelitian naturalistik (Nasution, 1992: 5).
38
b. Pemilihan Setting
Sesuai dengan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka untuk lebih mengenal dan
mengetahui bagaimana kehadiran Bunda Maria sungguh-sungguh memberikan
inspirasi bagi umat dalam usaha mengembangkan kehidupan beriman, peneliti akan
mengadakan penelitian di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodinigratan.
Lingkungan ini merupakan salah satu lingkungan di wilayah III Paroki St. Albertus
Agung-Jetis, Jl. A.M. Sangaji no. 20 Yogyakarta.
Penelitian ini akan dilaksanakan 24-31 Mei 2007, sedangkan wawancara
diadakan pada tgl 5-10 juni 2007. Adapun jumlah responden yang direncanakan
adalah sekitar 50 orang dari total keseluruhan anggota umat yang ada di lingkungan
ini. Para responden ini adalah anggota umat dewasa yang bisa mengisi angket yakni
Bapak dan ibu yang tinggal di lingkungan ini. Adapun teknik sampling yang
digunakan peneliti adalah teknik purposif sampling artinya pengambilan sampel di
sesuaikan dengan tujuan Penelitian adapun jumlah atau ukuran sampel tidak
dipersoalkan (Sukandarrumidi ,2002:65).
c. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah umat Kristiani St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan Yogyakarta. Untuk memperoleh data atau informasi yang
mendukung penelitian ini peneliti menggunakan cara snowball sampling, yakni data
atau informasi diambil berdasarkan informasi dari bapak ketua lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan, kemudian bapak itu diminta untuk menunjukkan
orang lain yang dapat memberikan informasi dan kemudian responden ini diminta
untuk menunjukkan orang lain dan seterusnya sampai redundancy data, yaitu
ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi ada tambahan informasi yang berarti
39
(Nasution, 1992: 32). Adapun alasan lingkungan ini dipilih sebagai tempat penelitian
adalah mengingat lokasinya merupakan tempat tinggal peneliti. Peneliti sendiri
terlibat langsung dengan umat setempat. Hal ini diharapkan dapat membantu
memperlancar pencarian data.
d. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses mengumpulkan data, peneliti akan mengadakan observasi
sebagai usaha untuk memperoleh validitas data serta dengan cara studi dokumen,
menebarkan angket dan wawancara. Adapun alat yang digunakan dalam wawancara
adalah panduan pertanyaan, tape recorder untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap. Maksud mengadakan wawancara antara lain menklarifikasi dan mengenal
lebih dalam situasi dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tentang kesetiaan Maria, yaitu pandangan umat tentang Maria dan
devosi kepada Maria.
5. Variabel Penelitian
Dalam penelitian tentang pemaknaan kesetiaan iman Maria yaitu pandangan
umat tentang Maria dan devosi kepada Maria, yang akan diteliti diuraikan sebagai
berikut:
a. Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tentang kesetiaan Iman Maria
Sesuai dengan topik skripsi ini yakni mengenai kesetiaan iman Maria,
demikianpun pada penelitian ini penulis akan menggali sejauh mana umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan memahami dan memaknai
kesetiaan iman Maria dalam kehidupan mereka sehari-hari.
40
Adapun untuk mendukung proses penggalian untuk variabel ini, peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan seputar pandangan umat tentang siapa Maria bagi
mereka, bagaimana peran Maria dalam hidup mereka, terutama yang secara nyata
dapat dirasakan melalui “mujizat” dan terakhir sharing pengalaman iman sehubungan
dengan tindakan iman yang dilakukan umat dengan meneladani kesetiaan iman
Maria.
b. Bentuk-bentuk Devosi Maria sebagai Penyemangat Umat dalam Membangun
Kualitas Hidup Beriman
Melalui penggalian terhadap variabel ini, peneliti bermaksud menemukan
sejauh mana semangat doa dan pemahaman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tentang devosi Maria. Bentuk-bentuk devosi Maria yang dimaksud
dalam hal ini lebih pada pengertian hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
devosi Maria yang dilakukan oleh umat di lingkungan ini. Bentuk-bentuk itu
meliputi: frekuensi umat dalam berdoa devosi Maria, waktu yang biasa digunakan
untuk berdevosi, cara berdevosi dan bentuk-bentuk devosi Maria yang sering
dilakukan umat di lingkungan ini.
Adapun harapan yang hendak dicapai adalah bahwa dengan mengetahui
bentuk-bentuk di atas peneliti dapat membantu umat dalam memperdalam
pemahaman dan praktek devosi Maria dalam usaha membangun kualitas hidup
berimannya.
c. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan Umat dalam Membangun Kehidupan
Berimannya?
Sebagai wujud dari iman, umat perlu melakukan suatu aktivitas yang
menunjukkan bahwa keberimanan mereka tidak hanya sebatas kata-kata atau teori
41
belaka. Melalui berbagai macam usaha yang dilakukan, masing-masing pribadi umat
beriman dapat mengukur sejauhmana keberimanan mereka itu dapat
dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan hal ini peneliti hendak menggali berbagai
macam usaha yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh umat di lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
berimannya.
Dengan mengetahui berbagai macam usaha tersebut baik peneliti sebagai salah
satu dari anggota umat maupun segenap anggota umat Kristiani di lingkungan ini
dapat melakukan evaluasi terhadap segala usaha yang telah dilakukan dan melakukan
suatu rencana yang lebih efektif guna mengupayakan usaha yang dapat
mengembangkan kehidupan beriman secara lebih baik.
d. Faktor Penghambat Umat dalam Membangun Kualitas Hidup Beriman
Dalam proses pengembangan hidup beriman. Peneliti menyadari bahwa selalu
ada faktor-faktor yang menjadi penghambat keberhasilan suatu usaha
mengembangkan iman. Pada kesempatan ini, secara khusus peneliti akan menggali
dari pengalaman umat kira-kira faktor-faktor penghambat apa saja yang kerap kali
mereka hadapi manakala sedang melakukan usaha pengembangan hidup beriman.
Dengan mengetahui faktor penghambat itu, peneliti berharap dapat menemukan
solusi yang berguna bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh umat ketika
melakukan usaha-usaha yang bersifat mengembangkan hidup beriman.
Untuk mempermudah pemahaman akan variabel-variabel Penelitian diatas
maka penulis menguraikan dalam bentuk tabel yang mencakup : Variabel Penelitian,
Item-item dan jumlah Soal.
42
Tabel I. Variabel Penelitian Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan, tentang Kesetiaan Iman Maria.
No Variabel Penelitian Item-item Jumlah
Soal
1. Bagi anda, siapakah Maria itu?
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Maria melalui Devosi Maria?
a.
Pemahaman dan pemaknaan umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan tentang siapa Maria
3. Jika jawaban anda pernah mengalami mukjizat, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
3
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan Bunda Maria?
5. Kapan anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?
6. Apakah berdevosi kepada Maria sering dilakukan bersama-sama di lingkungan anda?
b.
Bentuk-bentuk devosi Maria yang dirasa membantu umat di lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman.
7. Apa bentuk devosi Maria yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
4
8. Bidang-bidang Usaha apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman? c.
Usaha-usaha yang dilakukan umat dalam membangun kehidupan berimannya 9. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat
mendukung anda dalam membangun kesetian iman seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria?
2
10. Apa faktor penghambat yang anda hadapi dalam rangka belajar dari kesetiaan iman Maria guna membangun kehidupan beriman?
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
d.
Faktor penghambat yang dihadapi umat dalam membangun kehidupan beriman
12. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
3
Jumlah Keseluruhan Item-item
12
C. Laporan Hasil Pembahasan, dan Kesimpulan Penelitian
Setelah melakukan penelitian di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan, selanjutnya penulis akan melaporkan hasil penelitian dan
pembahasannya serta kesimpulan penelitian.
43
1. Laporan Hasil, dan Pembahasan Penelitian
Sesuai dengan rencana awal bahwa penelitian telah dilaksanakan pada 24-31
Mei 2007 dan wawancara 5-10 Juni 2007 di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Jetis. Semula jumlah responden yang direncanakan adalah
50 responden yang akan mengisi angket. Tetapi dalam kenyataannya peneliti hanya
berhasil mengumpulkan data quesioner, 42 responden.
Untuk wawancara yang direncanakan ádalah 10 responden namun yang
berhasil diwawancarai ádalah 7 orang dan jumlah responden yang mengisi angket
maupun yang diwawancarai mengalami pengurangan. Hal ini disebabkan karena
kesulitan untuk menentukan waktu yang tepat untuk wawancara baik dari peneliti
maupun dari responden sendiri. Karena wawancara bersifat cross check dan sebagai
pendukung dari penelitian angket maka peneliti mewawancarai responden yang telah
mengisi angket. Selanjutnya data atau informasi yang akan dilaporkan berikut ini
adalah hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penyebaran angket dalam bentuk
tabel yang kemudian di-cross check melalui wawancara.
Adapun pembahasan hasil penelitian diuraikan sesuai dengan urutan variabel-
variabel yang diteliti.
a. Pemahaman dan Pemaknaan Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tentang Siapa Maria
Tabel 2. Pemahaman dan Pemaknaan Umat tentang Maria (N=42)
No Pertanyaan Jawaban responden Jumlah responden yang
menjawab dalam angka
Jumlah responden
yang menjawab dalam %
(1) (2) (3) (4) (5) 1. Bagi anda, siapakah Bunda Allah 18 42,9
44
Sahabat dalam doa 10 23,8 Bunda Pengantara doa 13 31
Maria itu?
Pilihan lain: Bunda penolong abadi
1 2,4
Jumlah 42 100 Pernah
31 73,8 2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Maria melalui Devosi Maria?
Tidak Pernah 11 26,2
Jumlah 42 100 Dalam keadaan sakit 7 16,7 Dalam Bahaya: Kecelakaan, maut, Bencana alam.
6 14,2
Dalam menghadapi masalah: Kegagalan, ketakutan, kecemasan, masalah keluarga
6 14,2
Pada saat berelasi dengan orang lain baik yang dikenal maupun tidak , musuh atau sahabat
2 4,8
Saat berdoa 3 7,1
3. Jika jawaban anda pernah mengalami mukjizat, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
Dalam kehidupan sehari-hari
3 7,1
Jumlah 42 100
Untuk menggali variabel Pemahaman dan pemaknaan umat tentang siapa
Maria maka berikut ini adalah interpretasi data hasil penelitian yang terangkum
dalam tabel dan ditambah dengan hasil wawancara dengan responden. Data
menunjukkan bahwa umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan
memaknai kesetiaan iman Maria sesuai dengan dogma Gereja yang memberikan
tempat istimewa bagi bunda Maria dalam kehidupan iman umat. Dari 42 responden
ada 18 orang yang mengatakan bahwa Maria adalah bunda Allah (Tabel 2).
Sebagai Bunda Allah Maria sungguh mempunyai peran dalam hidup umat.
Sekitar 10 orang dari 42 orang responden memahami bahwa Maria adalah sahabat
dalam doa baik dalam situasi suka maupun duka. Selain sebagai sahabat dalam doa
umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan memaknai kehadiran Maria
45
sebagai pengantara doa dan sekaligus sebagai penolong yang setia. Pemaknaan
kesetiaan iman Maria muncul dalam setiap pergulatan hidup umat. Seperti halnya
yang diungkapkan oleh Responden IV yang diwawancarai, mengatakan:
Kalau saya membaca dalam injil Lukas 1: 39-45 waktu Maria mengunjungi Elisabet: “siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku”, dengan itu saya berkeyakinan bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan saya hanya berpedoman dengan injil Tuhan ketika saya mengajarpun saya tekankan bahwa Maria adalah bunda Tuhan. Bunda Maria adalah manusia biasa dan sekaligus sebagai ibu Tuhan.
Selain Maria dipandang sebagai Ibu, penolong dan pengantara doa, ada juga
yang memandang Maria sebagai sumber inspirasi dalam hidup terutama dalam
menghadapi dan menjalani hidupnya. Berikut ini adalah ungkapan responden II yang
mengatakan:
Maria adalah inspirasi saya, dan Maria adalah seorang ibu bagi saya. Seperti ibu saya sendiri, saya omong-omong dan saya rasakan ada komunikasi di dalamnya. Ketika saya menyampaikan doa seperti ibu saya waktu masih hidup.
Cara memandang umat terhadap sosok Maria tenyata membawa pengaruh
dalam hidup mereka masing-masing. Pengaruh itu semakin nyata ketika mereka
mengalami suatu perubahan dalam hidup yang dimulai dengan karya tangan Allah
sendiri melalui mujizat. Mujizat dalam pengertian ini tidak serta merta berarti suatu
peristiwa yang ajaib, besar dan menggemparkan tetapi lebih pada pengalaman yang
dapat membuat orang berubah dari yang tidak percaya menjadi percaya, dari yang
mudah putus asa menjadi orang yang sangat bersemangat dalam menjalani hidup.
Seperti yang diungkapkan oleh responden I sebagai berikut:
...kalau dalam arti mujizat yang luar biasa di luar kemampuan manusia, saya merasa belum. Tetapi kalau itu hanya pada suatu perubahan, saya sudah pernah mengalami. Ya, saya lebih menerima itu karena saya bisa sungguh-sunguh merasakan anugerah, yang membuat saya mengalami suatu perubahan.
46
Dan, ketika umat ditanya mengenai mujizat doa setelah berdoa, sebagian besar
mereka mengalaminya dalam hidup sehari-hari. Dari 42 responden 31 responden
yang mengalami mujizat. Mujizat yang dimaksud bukanlah peristiwa yang besar dan
ajaib, melainkan dalam arti yang sederhana misalnya suka cita dalam hidup sehari-
hari, mengalami perubahan sikap dari yang tidak baik berubah menjadi lebih baik,
mengalami kesembuhan atau sembuh dari sakit, semakin mencintai sesama dengan
tulus, bebas dari kecelakaan dan bencana. Berikut ini adalah contoh pengalaman dari
responden I V yang pernah mengalami mujizat:
...yang pertama kali, waktu istri saya melahirkan anak ke-3 itu seharusnya operasi, tapi selama 3 bulan terakhir, ternyata istri saya melahirkan dengan selamat tanpa operasi. Yang kedua saya berkali-kali mengalami musibah dalam pesawat terbang dan kecelakaan dengan mobil tetapi tetap selamat. Sekarang ke mana saja saya selalu membawa rosario dan berdoa jalan, entah di mobil, pesawat, kereta api lebih-lebih pada waktu saya sakit hepatitis dan akhirnya dokter mengatakan saya sembuh.
Melalui doa kepada bunda Maria dan melalui pengalaman-pengalaman kecil
yang menghibur, menyembuhkan dan bahkan yang menyelamatkan, bagi mereka
merupakan suatu mujizat yang mereka terima dari Allah. Kesederhanaan mereka
menerima suatu mujizat melalui hal-hal yang kecil dan biasa menjadikan iman
mereka juga semakin realis dan kontekstual.
b. Bentuk-bentuk devosi Maria yang dirasa membantu umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola dalam membangun kualitas hidup beriman
Tabel 3. Bentuk-bentuk Devosi Maria (N=42)
No Pertanyaan Jawaban responden
Jumlah responden yang
menjawab dalam angka
Jumlah responden
yang menjawab dalam %
(1) (2) (3) (4) (5)
47
Sering sekali 3 7,1 Sering 22 52,4 Kadang-kadang 7 16,7
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan Bunda Maria?
Tidak Pernah 10 23,8 Jumlah 42 100
Pagi hari 5 11,9 Siang hari 0 0 Malam hari 24 57,1 Tidak ada waktu khusus
10 23,8
5. Kapan anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?
Pilihan lain: 1. Dalam
keadaan tenang 2. Pada sore
hari di setiap bulan Mei dan Oktober
3 7,1
1. Jumlah 42 100 Sering sekali 12 28,6 Sering 13 31 Kadang-kadang 15 35,7
6 Apakah berdevosi kepada Maria sering dilakukan bersama-sama di lingkungan anda? Tidak Pernah 2 4,8
Ziarah ke Gua Maria 2 4,8 Doa Rosario bersama/pribadi
30 71,4 7 Apa bentuk devosi Maria
yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Doa Novena 10 23,8
2. Jumlah 42 100
Keistimewaan Maria, nyata dalam kehadirannya di dunia sebagai Bunda Allah.
Umat kristiani mengimani keistimewaan itu sebagai dogma yang diajarkan oleh
Gereja. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai keistimewaan Maria di dalam
kehidupan umat kristiani, penulis mengadakan penelitian sederhana terhadap umat
Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan-Yogyakarta.
Berdasarkan data hasil penelitian yang dikumpulkan melalui angket dan wawancara,
penulis menemukan data-data yang cukup memberikan gambaran tentang
penghayatan iman umat terhadap Maria sebagai sosok orang kudus yang memiliki
keistimewaan.
Ketika para responden ditanya mengenai frekuensi berdoa dengan perantaraan
Maria, dari angket diperoleh data ada 3 orang yang menjawab sering sekali, 22 orang
mengatakan sering, 7 orang mengatakan kadang-kadang dan 10 orang mengatakan
48
tidak pernah. Sedangkan dari hasil wawancara ada 2 orang yang menjawab sering
sekali, 4 orang menjawab sering dan 1 orang menjawab tidak sering. Berdasarkan
data di atas, penulis dapat memahami situasi kehidupan beriman umat di lingkungan
St. Ignatius Loyola Cokrodingratan, terutama dalam penghayatan imannya pada
Bunda Maria. Frekuensi umat dalam berdoa dengan perantaraan Bunda Maria cukup
beragam. Artinya, umat sendiri sebagian besar memiliki sikap pada Bunda Maria
seperti yang diharapkan oleh Gereja. Berdoa dengan perantaraan Bunda Maria
merupakan bentuk penghargaan yang tinggi dari umat.
Meskipun demikian, tidak semua anggota umat berdoa dengan perantaraan
Bunda Maria. Dari 42 responden ada 10 orang yang mengatakan tidak pernah berdoa
dengan perantaraan Bunda Maria. Artinya, bagi mereka yang tidak pernah berdoa
dengan perantaraan Bunda Maria, ada beberapa kemungkinan alasan, misalnya
seperti yang diungkapkan oleh responden I dan II yang diwawancarai. Mereka
mengatakan:
Saya lebih enjoy berdoa dengan perantaraan Hati Kudus Yesus dari pada devosi pada Bunda Maria (Responden 1). ...pengalaman doa pribadi dengan keluarga saya yang beda agama (campur) membuat saya jarang untuk berdoa dengan perantaraan bunda Maria. Namun saya sendiri punya kerinduan untuk berdoa.... (Responden II)
Bagi anggota umat yang sering atau sering sekali berdoa dengan perantaraan
Bunda Maria, berdasarkan data yang diperoleh, penulis dapat melihat bahwa ada 24
orang berdoa pada waktu malam hari setelah melakukan aktifitas harian. Mereka
merasa perlu mensyukuri apa yang telah diberikan Allah pada hari ini. Ada 5 orang
yang berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria pada pagi hari sebagai
wujud persiapan untuk menjalani waktu satu hari itu. Ada juga yang menjawab tidak
ada waktu khusus dalam berdoa dengan perantaraan Bunda Maria. Dan, ada juga
49
yang berdoa dengan perantaraan Bunda Maria hanya pada bulan Mei dan Oktober, di
mana bulan Mei dan Oktober merupakan kesempatan yang ditetapkan oleh Gereja
sebagai bulan khusus devosi sekaligus penghormatan kepada Bunda Maria sebagai
Bunda Allah. Umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan
cukup akrab dengan kegiatan doa rosario.
Ini menunjukkan bahwa mereka memahami posisi Maria dalam Gereja. Hal ini
nampak dalam tanggapan mereka ketika ditanya soal doa bersama di lingkungan. Hal
ini semakin nyata dalam ungkapan responden III, yang mengatakan:
...sejak kecil saya sudah mengalami doa rosario bersama di lingkungan pada bulan Mei dan Oktober. Dari pengalaman itu, saya melihat umat di lingkungan ini cukup antusias dan itu sangat membantu dan mendukung perkembangan iman.
Tetapi ada juga yang memahami bahwa devosi kepada Bunda Maria hanya
dilakukan oleh umat Kristiani pada bulan Mei dan Oktober saja. Hal ini diungkapkan
oleh responden IV yang mengatakan:
“Devosi Maria itu...kan pada bulan Mei dan Oktober aja, ya udah toh, itu aja”.
Berdoa dengan perantaraan Bunda Maria dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama.
Suatu kebiasaan yang baik manakala iman dihayati dalam kebersamaan dan
diperdalam dalam kehidupan doa pribadi. Dilihat dari data yang ada, penulis melihat
bahwa umat cenderung untuk berdoa bersama, baik di Lingkungan maupun di
Paroki. Ada 12 orang yang menjawab sering sekali berdoa di lingkungan. 13 orang
yang lain mengatakan sering berdoa dengan perantaraan Bunda Maria di Lingkungan
atau di Paroki. Dan, ada 15 orang yang mengatakan kadang-kadang. Serta, 2 orang
yang lainnya mengatakan tidak pernah berdoa bersama-sama. 2 orang responden ini
mempunyai alasan yang cukup masuk akal. Adapun alasan itu disampaikan oleh
responden I dan II adalah:
50
...untuk doa pribadi dan doa lingkungan saya jarang melakukannya karena keluarga saya bukan keluarga Katolik yang utuh (campur),...situasi keluarga kurang mendukung....(Responden II)
...waktu tidak memungkinkan saya untuk ikut doa bersama di lingkungan, yang biasanya malam hari, karena fisik yang sudah tua ..... (responen VII)
Berdoa, menurut hemat penulis bukan semata-mata pilihan, melainkan suatu
aktivitas hidup seorang beriman di mana relasi antara dirinya dengan Allah dan
sesamanya perlu seimbang. Begitupun dalam berdoa dengan perantaraan Bunda
Maria, kebersamaan menjadi sesuatu yang dapat menumbuhkan iman kepercayaan
secara lebih mendalam. Memang tidak semua orang merasakan hal yang sama, tetapi
belajar dari Yesus sendiri bahwa kebersamaan menjadi ciri khas putra-putri Allah
yang sama-sama berjuang di dunia. Tetapi penulis sendiri tidak memaksakan bahwa
yang baik adalah doa bersama dan kurang baik adalah doa pribadi.
Tanpa bermaksud demikian penulis hendak mengatakan bahwa berdoa dengan
perantaraan Bunda Maria perlu dihayati dalam kebersamaan hidup beriman, sehingga
tidak menumbuhkan pribadi-pribadi yang jatuh pada pilihan pribadi melulu tanpa
diimbangi sikap iman yang dewasa. Kebersamaan dalam berdoa dengan perantaraan
Bunda Maria, semakin terasa dalam bentuk-bentuk atau cara berdoa, misalnya
dengan ziarah, doa rosario dan novena Salam Maria. Berdasarkan data baik dari
angket maupun wawancara, peneliti melihat bahwa ada 4,8 % responden yang
merasa terbantu dalam pengembangan hidup beriman oleh kegiatan Ziarah bersama,
71,4% responden terbantu oleh doa rosario baik pribadi maupun bersama-sama dan
20,4 % terbantu oleh doa novena. Dari angka persentasi di atas, dapat dilihat bahwa
umat berdoa rosario dalam menghormati Maria sebagai Bunda Pengantara. Doa
rosario merupakan bentuk doa yang sederhana namun mampu membawa seseorang
pada suatu pengalaman yang berharga, di mana dengan kata yang diulang-ulang
51
mengajak seseorang untuk hening, diam dan hanya mendengarkan suara Allah. Jika
ini telah dilakukan oleh umat maka doa rosario tidak akan jatuh pada suatu
pengertian bahwa Bunda Maria adalah tujuan dari doa melainkan sebagai perantara
doa.
c. Usaha-usaha yang dilakukan Umat dalam Membangun Kehidupan Berimannya
Tabel 4. Usaha Konkret Umat (N=42)
No Pertanyaan Jawaban responden Jumlah responden yang
menjawab dalam angka
Jumlah responden yang
menjawab dalam %
(1) (2) (3) (4) (5) Persekutuan 10 23,8 Litugi 9 21,4 Pelayanan 20 47,6
8 Bidang-bidang Usaha apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman? Pewartaan 3 7,1
Jumlah 42 100 Terlibat dalam koor lingkungan
3 7,1
terlibat dalam doa lingkungan
22 52,3
mengunjungi orang sakit
4 9,5
9 Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun kesetian iman seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria?
Mengikuti perayaan Ekaristi
13 31
Jumlah 42 100
Dalam memperkembangkan imannya akan Allah, umat di lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan tidak berjuang sendiri. Pihak Gereja sungguh-
sungguh menolong dengan cara memberikan fasilitas di mana seluruh umat dapat
mengekspresikan pengalaman imannya. Berdasarkan hasil penelitian, penulis melihat
bahwa sekurang-kurangnya ada empat bidang usaha hidup menggereja yang
sungguh-sungguh dijalani oleh umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan. Bidang-bidang inilah yang memfasilitasi umat untuk
memperdalam imannya masing-masing.
52
Ketika penulis bertanya kepada umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tentang bidang usaha Gereja yang sungguh mendukung dalam
memperkembangkan kehidupan imannya, ada sekitar 10 orang menjawab bidang
persekutuan, 9 orang menjawab bidang liturgi, 20 orang menjawab bidang pelayanan
dan 3 orang menjawab bidang pewartaan. Berdasarkan data-data itu, penulis
menafsirkan bahwa kekhasan dari umat di lingkungan ini adalah dalam hal
pelayanan. Umat di lingkungan ini kebanyakan terbantu oleh bidang pelayanan.
Memang perlu diakui bahwa masing-masing lingkungan bahkan paroki, masing-
masing mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Dalam konteks ini,
lingkungan Cokrodiningratan mempunyai kekuatan di bidang pelayanan. Dalam
praktek hidup beriman, penulis melihat bahwa antar bidang usaha dengan kegiatan
sepertinya kurang konsisten. Berdasarkan data diatas, ketika jemaat di lingkungan ini
ditanya kegiatan yang dapat mendukung mereka dalam membangun kesetiaan iman
seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria, dari 42 responden, ada 22 orang yang
menjawab kegiatan doa, 13 orang yang lain menjawab perayaan Ekaristi, 3 orang
yang lainnya lagi menjawab terlibat dalam koor lingkungan dan 4 orang yang lainnya
menjawab dalam kegiatan kunjungan kepada orang sakit.
d. Faktor penghambat yang dihadapi umat dalam membangun kehidupan beriman
Tabel 5. Faktor Penghambat yang dihadapi Umat (N=42)
No Pertanyaan Jawaban responden Jumlah responden yang menjawab
dalam angka
Jumlah responden
yang menjawab dalam %
(1) (2) (3) (4) (5) 10 Apa faktor penghambat
yang anda hadapi dalam rangka belajar dari
Kurang pengetahuan dan pemahaman tentang devosi Maria
30 71,4
53
Sarana yang kurang Tidak ada
4 9,5
kesempatan/waktu untuk berdoa kepada Maria
3 7,1
Tempat ziarah sulit dijangkau
3 7,1
kesetiaan iman Maria guna membangun kehidupan beriman?
Tidak disiplin waktu atau tidak konsisten
2 4,8
Jumlah 42 100 Malas 24 57,1 Lingkungan tidak mendukung
3 7,1
Membosankan, berdoa kepada bunda masia
2 4,8
Persoalan ekonomi 8 19
11 Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Pilihan lain 1. Bila
mempunyai ujub baru rajin berdoa
2. Sulit untuk rendah hati seperti Bunda maria.
3. bila saya mengalami ketakutan
4. Kesibukan kerja
5. Tidak mengisi
5 11,9
Jumlah 42 100 Tegar 11 26,2 Mudah putus asa 2 4,8 Mencari dukungan 2 4,8
12 Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
Sabar Bersyukur dalam doa
27 64,3
Jumlah 42 100
Dalam proses membangun kehidupan iman yang secara khusus penghayatan
doa dengan perantaraan Maria, umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan tidak pernah lepas dari faktor-faktor penghambat. Adapun faktor-
faktor penghambat yang kerap kali mereka hadapi antara lain pengetahuan yang
kurang mendalam tentang devosi Maria, sarana dan prasarana yang kurang
menunjang, kesempatan untuk berdoa (waktu), tempat Ziarah yang sulit dijangkau,
sikap yang kurang disiplin (ketekunan berdoa).
Dari 42 responden yang mengisi angket, sekitar 71 % responden mengatakan
bahwa faktor penghambat dalam rangka mendalami iman Maria adalah pengetahuan
54
yang kurang tentang devosi Maria. Umat yang lain menjawab, faktor penghambat
yang kerap muncul adalah rasa malas yang muncul dalam diri sendiri. Selain itu ada
juga responden yang menjawab bahwa devosi Maria kini mulai salah kaprah. Berikut
ini adalah ungkapan dari seorang responden yang diwawancarai peneliti:
...Saya sudah tidak respek lagi pada ziarah karena ziarah sekarang terlalu ramai sehingga sulit berkonsentrasi. Umat terlalu mementingkan rekreasinya. (Responden I)
Selain alasan di atas, ada alasan lain yang terungkap dari responden yang
diwawancarai sehubungan dengan hal-hal yang menghambat perkembangan iman
seseorang. Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan Responden II:
Dari diri saya sendiri sebenarnya tidak ada kendala untuk urusan Gereja. Saya merasa harus terlibat hanya saja lingkungan dan keluarga yang kurang mendukung...ketika saya terlibat banyak di Gereja, suami saya yang bukan Katolik kadang kurang mempercayai, dengan kegiatan di Gereja. Ia sering bertanya kegiatan-kegiatan apa aja kok menyita waktu yang banyak. Dan di lingkungan sendiri ketika saya terlibat di paroki, selalu timbul opini-opini anggapan-anggapan bahwa saya ada tertarik dengan romo paroki atu cari muka pada orang-orang di gereja, padahal sungguh-sungguh saya lakukan itu dengan tulus dan iklas karena memang itulah kemampuan saya dan saya tidak ingin dipuji dan hanya itu yang yang bisa saya lakukan.
Situasi ini seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Di mana umat Kristiani
sudah merasa tidak tahu ditambah tidak ada dukungan yang positif lagi dari orang-
orang di sekitarnya. Perlu ada suatu gerakan dari pihak Gereja untuk membantu umat
di lingkungan ini, terutama para keluarga yang perkawinannya campur. Penulis
merasa tergugah ketika membaca jawaban angket dan sharing dari para responden
yang diwawancarai. Umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan
kurang mendapat pembekalan berupa pengetahuan dan ajaran iman, terutama tentang
Maria dan berbagai kegiatan gerejani lainnya.
Faktor-faktor penghambat yang telah disebutkan di atas merupakan faktor
penghambat yang kerap dihadapi umat secara bersama-sama. Kemudian ketika umat
55
di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan ditanya mengenai persoalan
yang kerap kali dihadapi dalam rangka menumbuhkan kehidupan iman, dalam hal
tentang iman Maria, sekitar 50 % dari responden yang mengisi angket menjawab
malas. Rasa malas memang cenderung menjadi persoalan masing-masing pribadi
manusia yang hendak menjalin komunikasi dengan Allah. Persoalan malas ini
memang tidak ada solusinya kecuali umat sendiri secara pribadi mengalahkan rasa
malas itu dengan cara berusaha rajin dan disiplin dalam berdoa, terutama ketika
berdoa dengan perantaraan Maria. Rasa malas itu juga tidak bisa lepas dari segala
persoalan hidup pribadi umat. Persoalan pribadi itu dapat berupa persoalan ekonomi
keluarga, relasi, pekerjaan dan lain-lain.
Berikut ini hasil wawancara penulis dengan beberapa responden. Mereka
mengatakan alasan yang berbeda-beda: seperti yang diungkapkan oleh responden I,
III dan VI yang diwawancarai. Mereka mengatakan:
...devosi itukan bermacam-macam. Kalau di tingkat lingkungan saya tidak mengalami banyak kesulitan tetapi untuk yang khusus ziarah itu loh...mengingat biaya...yang tidak sedikit, transportasi, waktu..dan banyaklah...sehingga saya tidak sempat untuk ziarah. (Responden I)
Dari pribadi saya sebelum devosi kalau kita udah emosi saya merasa saya kurang pantas menghadap bunda Maria. (Responden III)
...Kadang-kadang ada rasa bosan karena doa kita tidak dikabulkan, sering memohon dan tidak dikabulkan. Kadang-kala kita menyalahkan Tuhan dan bunda Maria.... ( Responden VI)
Dalam menghadapi berbagai persoalan itu, umat di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan berusaha bersikap sabar dan bersyukur dalam doa. Dari
hasil angket dan wawancara, ada umat yang ketika ditanya mengenai sikap
pribadinya dalam menghadapi persoalan hidup, menjawab putus asa. Bagi umat yang
demikian itu, Gereja hendaknya peka karena justru dalam situasi yang seperti inilah
56
penghayatan hidup beriman akan nyata. Menurut hemat penulis, sebenarnya umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan cukup mampu untuk
mengembangkan imannya masing-masing tetapi dalam kenyataannya mereka masih
perlu mendapat pendampingan dari orang-orang yang berkompeten di bidang agama.
Salah satu yang mencoba diusulkan oleh penulis adalah mengajak umat di
lingkungan ini untuk belajar mengenal dan memahami Maria sang teladan dalam
iman. Kesetiaan iman Maria pada Allah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi di
mana dengan tindakan-tindakan yang sederhana umat dapat semakin dekat dengan
Allah Bapa.
2. Kesimpulan Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan masih memiliki gairah untuk
semakin tumbuh dan berkembang dalam hal iman. Meskipun demikian umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodingratan masih perlu belajar lebih dalam
mengenai Maria. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat bahwa umat di
lingkungan itu telah mampu memahami Maria sebagai teladan dalam kesetiaan iman.
Dan, berdasarkan ungkapan pengalaman hidup sehari-hari, mereka memaknai
kesetiaan Maria sebagai Ibu, bunda, penolong, sahabat dan pengantara doa. Tetapi,
ungkapan ini terkesan baru sebatas hafalan karena ketika diminta untuk
mempertanggungjawabkan ungkapannya itu mereka masih kesulitan untuk
merumuskan ide dan gagasannya sendiri.
Kebiasaan berdoa bersama dalam keluarga, lingkungan, dan gereja, yaitu
mengikuti perayaan Ekaristi, pendalaman Kitab Suci, Ziarah dan doa rosario akan
sangat membantu umat dalam meningkatkan kualitas iman mereka kualitas iman
57
Maria yang radikal adalah iman yang penuh dengan kepercayaan dan pengharapan.
Imannya adalah tunduk dan percaya sepenuhnya kepada Allah.
Iman Maria adalah kegembiraan, tetapi juga usaha mencari dengan rendah hati
dan penuh rindu akan kehendak Allah. Oleh karena alasan inilah penulis merasa
perlu untuk mengajak mereka belajar lebih dalam tentang Maria sesuai dengan yang
diajarkan oleh Gereja sendiri sehingga iman mereka semakin dewasa pula. Tidak
bisa dipungkiri bahwa umat di lingkungan ini cukup memiliki semangat untuk terus
menerus memperkembangkan imannya. Hal ini nampak pada usaha-usaha yang
dilakukan dalam membangun kehidupan berimannya. Menyempatkan waktu berdoa
baik pribadi maupun bersama-sama, terlibat dalam berbagai kegiatan baik di
lingkungan maupun di paroki serta turut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat
merupakan usaha-usaha yang konkret dan sederhana. Usaha yang konkret dan
sederhana bukan berarti proses perkembangan hidup mereka berjalan lancar dan
mulus.
Banyak kendala yang harus mereka hadapi, misalnya kendala yang datang dari
masing-masing pribadi umat: kedisiplinan, ketekunan dan kesungguhan dalam
berdoa, kesehatan fisik, materi; kendala dari keluarga yang kurang mendukung serta
kendala yang menyangkut sarana dan prasarana pendukung. Tetapi hal ini dapat di
atasi berkat kerjasama di antara anggota umat dan Gereja sendiri. Gereja sendiri telah
memfasilitasi umat agar dapat berkembang lebih baik dalam hal iman.
Usaha-usaha untuk semakin berkembang dalam hal iman, juga nampak pada
intensitas mereka dalam berdoa, terutama dalam berdoa kepada Santa Perawan Maria
melalui devosi Maria. Berbagai bentuk devosi yang kerap kali mereka lakukan
ternyata dapat memotivasi mereka untuk semakin dekat dengan Allah. Adapun
58
bentuk-bentuk devosi yang dimaksud adalah antara lain: ziarah, doa rosario dan
novena kepada bunda Maria.
Bentuk-bentuk devosi yang mereka lakukan sedikit demi sedikit telah
membawa mereka pada pengenalan akan Maria secara lebih mendalam. Tidak sedikit
umat yang sangat terbantu oleh perantaraan Santa Perawan Maria. Berbagai mujizat-
mujizat kecil pernah mereka rasakan. Karena masih dalam proses, maka mereka
tidak bisa langsung berkembang hebat sekali tetapi masih tetap harus didampingi dan
dibina sehingga akhirnya memiliki hidup beriman yang berkualitas.
Proses pendampingan dan pembinaan yang dapat dilakukan dalam situasi umat
di lingkungan st. Ignatius Loyola Cokrodiningratan lebih diarahkan pada usaha
memperdalam pemahaman tentang Maria yang sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Hal ini dilakukan agar umat semakin mampu memaknai kesetiaan iman Maria
sebagai sumber inspirasi bagi usaha memperkembangkan kualitas kehidupan
beriman sehingga penghayatan imannya semakin mendalam dan dewasa. Pemaparan
ini lebih bersifat membantu umat agar pengetahuannya tentang Maria semakin
mendalam sehingga pemaknaannyapun semakin memberikan kontribusi yang berarti
bagi perkembangan iman umat sendiri. Tentu saja usaha ini perlu didukung oleh
semua pihak, baik para pemimpin Gereja, Katekis dan umat sendiri.
Semoga jerih payah yang dilakukan sungguh-sungguh berbuah kebaikan bagi
semua orang di mana masing-masing orang semakin diperkaya dan
diperkembangkan dalam hal iman.
BAB III
PANDANGAN GEREJA TENTANG KESETIAAN IMAN MARIA
Untuk menggali pemahaman dan makna kesetiaan iman Maria sehingga
penulis dapat membantu umat di lingkungan St. Ignatius Cokrodiningratan dalam
meningkatkan kualitas hidup berimannya, pada bab ketiga ini akan dibahas mengenai
peranan Maria dalam karya keselamatan Allah, keistimewaan Maria dalam Gereja
dan relevansi keteladanan kesetiaan iman Maria dalam situasi hidup umat Kristiani
zaman sekarang. Ketiga sub bab ini akan diperdalam dengan beberapa teori, ajaran
dan keyakinan Gereja yang sampai sejauh ini masih diyakini. Selain dari dokumen
Gereja, penulis juga mengambil referensi dari pemikiran beberapa teolog dan
mariolog yang cukup terkenal dalam Gereja Katolik. Misalnya Pater Tom Jacob SJ,
Pater E. Eddy Kristiyanto OFM, Pater C. Groonen OFM dan lain-lain. Untuk
semakin memperjelas isi dari bab ketiga, berikut ini adalah uraiannya:
A. Maria bagi Umat Kristiani
Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang dapat membantu umat dalam mengenal
dan memahami siapa Maria. Pater E. Eddy Kristiyanto OFM, dalam bukunya yang
berjudul ”Maria dalam Gereja” memaparkan ketiga hal itu, yakni gambaran Maria,
Maria Typus Gereja dan Maria: Advocata, Auxiliatrix, Adiutrix dan Mediatrix.
1. Gambaran Maria
Gereja menggambarkan Maria sebagai Hawa yang baru, hamba Tuhan yang
miskin, hina dina dan Putri Sion. Gambaran Maria sebagai Hawa yang baru, Pater
Kristiyanto, OFM menggunakan sumber informasi dari Kitab Suci dan Lumen
Gentium. Maria ditafsirkan sebagai inkarnasi Hawa. Seperti halnya Hawa ditentukan
60
Allah sebagai Ibu dari Manusia yang diharapkan mampu mengembangkan
ciptaanNya sesuai dengan kehendak Allah (tindakan iman manusia), demikianpun
Maria diyakini sebagi Bunda dari penyelamat dunia. Tetapi Hawa tidak menjalankan
apa yang dikehendaki Allah, artinya ia tidak sangat beriman kepada Allah. Oleh
karena itu, kehadiran Maria diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan Allah
kepada Manusia yang telah dikhianati oleh Hawa.
Kita baru bisa memahami ketidaktaatan atau ketidakberimanan Hawa kepada
Allah jika belajar dari ketaatan Maria. Sebagai ilustrasi untuk memahami pernyataan
ini, penulis memunculkan suatu pernyataan sebagai berikut: untuk dapat
membedakan rasa manis, kita perlu terlebih dahulu mencicipi rasa pahit, begitu pula
sebaliknya. Dalam LG art 56 Santa Maria dilukiskan sebagai Hawa Baru dengan
menggunakan model pemikiran patristik. Landasan pemikiran ini adalah sikap Maria
terhadap Sabda Allah. Di mana, Maria telah menerima Sabda Allah dengan sepenuh
jiwa dan raga tanpa paksaaan dari siapapun. Sikap ini menunjukkan bahwa Maria
hanya percaya pada penyelenggaraan Ilahi saja. Sikap yang demikian, diyakini oleh
para Bapa gereja (Ireneus, Ambrosius dan Augustinus) sebagai sikap yang benar dan
lurus di hadapan Allah. Selanjutnya, para Bapa Gereja memaparkan bahwa sikap
Maria yang demikian merupakan negasi dari sikap Hawa yang membawa manusia
pada kematian. Dengan kata lain, sikap Maria yang taat pada Allah melahirkan
kehidupan kekal dan sebaliknya sikap Hawa yang menolak Sabda Allah
mengakibatkan kematian. Benang merah dari model ketaatan Hawa dan Maria
kepada Allah terletak pada sikap hati Maria itu sendiri yang taat pada Allah.
2. Maria Typus Gereja
Kata Typus sering dianggap sama dengan model, pola, contoh dan citra. Maria
adalah citra (typus) Gereja. Sebagai citra Gereja, Maria memiliki hubungan cinta
61
mesra yang sempurna dengan Kristus. Dalam hal ini, Maria menjadi pelopor cinta
Gereja pada Kristus. Maka oleh sebab itu, Maria juga diyakini sebagai teladan gereja
dalam membangun relasi yang mendalam bersama Yesus Kristus dan Allah Bapa.
Allah mewujudkan cinta dan perhatiannya terhadap Gereja dalam gambaran
sempurna Bunda Perawan. Perjalanan hidup Maria bersama Yesus telah memberikan
terang bagi segenap jemaat Kristiani bahwa Allah sungguh-sungguh mencintai
manusia. Hal ini nampak pada cinta Yesus kepada BundaNya.
Jika Maria disebut sebagai typus Gereja maka sebutan itu hanya berarti bahwa
kehadiran Maria dipusatkan pada peranan dan tugasnya untuk membantu setiap
anggota Gereja sampai pada hidup dan kesatuan bersama Kristus seperti halnya
Maria sendiri telah hidup dan bersatu dengan Kristus.
Berkaitan dengan hal ini, sebagai typus Gereja, Maria juga dapat disebut sebagai
Bunda Gereja. Sebutan Maria sebagai Bunda Gereja muncul karena Maria sendiri
dapat bekerjasama dalam dan dengan Gereja untuk menjalankan tugas dan
perutusannya. Selain itu, Gereja sendiri telah menunjukkan dan menerima kebundaan
Maria dalam dirinya sendiri. Hal ini nampak dalam praktik penghormatan umat
kepada Santa Perawan Maria melalui berbagai bentuk dan sifatnya, misalnya devosi,
doa rosario, ziarah, novena dan pemberian berbagai macam gelar: Advocata,
Auxiliatrix, Adiutrix dan Mediatrix.
3. Maria: Advocata, Auxiliatrix, Adiutrix dan Mediatrix
Maria sebagai advocata artinya ia berdiri sebagai pengacara, auxiliatrix sebagai
pembantu, adiutrix sebagai penolong dan mediatrix sebagai pengantara umat pada
Allah. Pemahaman tentang Maria sebagai advocata tidak semata-mata disamakan
62
dengan peran Yesus Kristus sebagai perantara satu-satunya antara Allah dan
Manusia. Peran Maria dalam konteks ini tidak lebih hebat dari pada peran Yesus.
Gereja sendiri memberikan rambu-rambu pada umat agar tidak salah paham
mengenai peran Maria ini. Rambu-rambu itu nampak pada keyakinan dasar Gereja
akan inkarnasi Yesus Kristus yang menyatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya
pengantara manusia pada Allah karena dalam pribadi Yesus terwujud persatuan yang
sempurna antara Allah sebagai Bapa dan Yesus sebagai Putera. Dan, tidak ada
seorangpun yang dapat dijadikan sebagai kembaranNya. Tanpa terkecuali Maria
Bunda Yesus sendiri.
Peran pengantara yang tak tergantikan dalam diri Yesus semakin diperkuat oleh
sikap totalnya pada Allah sampai wafat di kayu salib. Maria dalam berbagai gelar di
atas lebih dipahami dalam konteks kecintaannya pada Allah dan manusia. Manusia
yang masih hidup di dunia, dipandang sebagai saudara-saudari Putranya yang masih
merantau di dunia dan terancam oleh rupa-rupa kecemasan dan kekuatiran. Manusia
perlu dibantu, ditolong dan diperantarai agar sampai kepada Allah Bapa di Surga.
B. Keistimewaan Maria dalam Gereja
Keistimewaan Maria yang dipandang oleh Gereja adalah terletak pada sikap
Maria yang tergantung sepenuhnya kepada Allah. Sikap nyata dalam
kesiapsediaannya untuk menjadi Bunda Allah seperti yang dikehendaki Allah. Dari
pernyataan ini muncul dua kata kunci, yakni iman dan rahmat Allah yang diterima
oleh Maria. Bagaimana menghubungkan antara iman Maria dengan rahmat yang ia
terima dari Allah melalui perantaraan Roh Kudus? Banyak tokoh besar yang
dikisahkan dalam Kitab Suci dipanggil Tuhan dan pada awalnya mereka tidak
menyadari panggilan itu. Hal ini tidak terkecuali dengan Maria.
63
Ketika didatangi malaikat Tuhan, “Maria terkejut mendengar perkataan itu,
lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu” (Luk 1:29). Berkat imannya
yang kokoh Maria terbukti sebagai salah satu tokoh besar yang setia dalam
melaksanakan panggilan dan kehendak Tuhan. Iman Maria yang kokoh merupakan
teladan yang patut untuk diperjuangkan seluruh umat Kristiani. Untuk sampai
mampu mengekspresikan imannya dalam hidup sehari-hari seperti Santa Maria, umat
Kristiani terlebih dahulu perlu memahami istilah iman, panggilan dan kesetiaan.
1. Iman
Iman pertama-tama dimengerti sebagai anugerah Allah bagi umat-Nya. Iman
tidak terlepas dari wahyu. Wahyu sendiri merupakan inisiatif Allah untuk menyapa,
berelasi dengan manusia dan manusia menanggapinya secara tulus dan ikhlas, maka
terjadilah relasi timbal balik antara Allah dengan manusia. Seperti yang telah ditulis
dalam Konstitusi Dogmatik Dei Verbum Konsili Vatikan II:
Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan dan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan olehnya (DV, art. 5).
Iman merupakan hubungan pribadi manusia dengan Allah yang telah rela
menyatakan diri-Nya. Iman dapat terjadi hanya karena cinta dan rahmat Allah.
Dalam memahami iman, yang terpenting adalah bahwa inisiatif selalu datang dari
Allah demi keselamatan manusia. Dari isi Konstitusi Dogmatik Dei Verbum art. 5 di
atas dikatakan bahwa Allahlah yang memberikan wahyu dan manusia harus
menyatakan ketaatan iman yaitu dengan bebas menyerahkan diri secara total kepada
Tuhan.
64
Menurut Bele (1980: 13), seorang asal Amerika Latin, iman adalah jawaban
atas perwahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus. Umat Kristen mengenal Allah
secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. Bele mengutip salah satu ayat dari Injil
Matius untuk membantu umat dalam memahami makna iman yang berbunyi
demikian “Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun
mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan
orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” (Mat 11:27). Selanjutnya
Bele menegaskan bahwa, dapat dikatakan iman adalah suatu keyakinan orang akan
ketergantungan dirinya kepada Tuhan (Bele, 1980: 15).
Secara garis besar gagasan mengenai iman dalam Kitab Suci mengandung tiga
unsur. Unsur pertama bahwa Iman merupakan penyerahan diri secara total kepada
Tuhan. Sikap rendah hati dibutuhkan dalam kepercayaan, sebagaimana Kristus yang
merendahkan diri hingga wafat di kayu salib (Flp 2:8). Unsur kedua adalah
kepercayaan yang penuh dan radikal menuntun manusia kepada kesetiaan yang
sebenarnya. Tuhan sendiri tetap tinggal setia kepada umat manusia (Ul 14:4), pada
janji-janji-Nya (2 Sam 7:28 ; Hos 2:22 dan Tob 14:4).
Kesetiaan kepada Tuhan melibatkan segenap kebebasan subyek iman, yaitu
orang yang beriman. Dan unsur ketiga sehubungan dengan ketaatan. Ketaatan
merupakan suatu cara berada dalam relasi yang erat dengan Tuhan. Persahabatan
dengan Tuhan dijalin melalui perwujudan ketaatan kepada-Nya. Dan ketaatan ini
pada prinsipnya mengandaikan sikap dasar untuk mendengarkan. Karena
mendengarkan merupakan proses pembatinan Sabda Tuhan hingga membangkitkan
dan memperkuat kepercayaan. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1).
65
2. Panggilan
Untuk memahami istilah panggilan, penulis terinspirasi oleh gagasan seorang
guru besar, Tom Jacobs. Menurut Jacobs dalam istilah panggilan terkandung dua
unsur, yaitu aktivitas Allah yang selalu mengundang dan kesanggupan manusia
untuk menjawab. Untuk dapat menjawab atau menanggapinya, manusia diberi
kebebasan untuk memilih hidup yang sesuai dengan panggilan hidupnya. Memilih
berarti menempati suatu profesi tertentu dan pengenalan identitas serta karakteristik
dirinya menjadi hal yang penting dalam unsur panggilan.
Setiap orang Kristiani melihat hidupnya sebagai pelaksanaan panggilan Allah.
Sebab hidup adalah sesuatu yang diterima dari Allah (Jacobs, 1987: 263). Sejauh
memahami pernyataan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa istilah panggilan
pertama-tama merujuk pada suatu tindakan konkret baik Allah maupun manusia.
Tindakan konkret itu semakin nyata dalam pola dan tingkah laku iman manusia itu
sendiri.
Semakin orang itu beriman maka semakin mampulah ia untuk mencintai dan
menghargai mahluk ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini. Jika, satu sama lain
memiliki pola dan tingkah laku hidup yang demikian, maka kerajaan Allah yang
dirindukan oleh banyak orang akan semakin nyata di dunia yang fana ini.
Selanjutnya, tindakan konkret yang lain adalah jawaban “ya” dari manusia atas
segala tawaran dan undangan Allah. Hal ini nyata dalam sikap batin seseorang yang
semakin serupa dengan Yesus Kristus Putra Allah. Seperti halnya Yesus yang dalam
karyaNya selalu mengutamakan kepentingan orang-orang kecil, lemah dan
tersingkir, demikianpun jemaat Kristiani hendaknya semakin peka dalam menyikapi
kebutuhan orang lain, terutama mereka yang tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk
berkembang dalam hidupnya.
66
3. Kesetiaan
a. Maria Menurut para Ahli Kitab Suci
Untuk memahami istilah kesetiaan, penulis belajar banyak dari Paus Yohanes
yang selama hidupnya sungguh mencerminkan kesatiaan seorang Bapa Suci yang
sangat dekat dengan Maria Bunda Yesus. Paus Yohanes Paulus II pernah
mengungkapkan bahwa kesetiaan yang dihayati Maria mempunyai tiga dimensi.
Dimensi pertama dari kesetiaan ialah pencarian. Maria setia pertama-tama ketika
mulai dengan penuh cinta kasih mencari makna terdalam dari rencana Allah dalam
dirinya dan bagi dunia melalui pertanyaan yang diajukannya kepada malaikat
“Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” Dimensi kedua dari kesetiaan Maria adalah
penerimaan. Dari pertanyaan “bagaimana hal itu mungkin terjadi?” berubah menjadi
Fiat di mana Maria bersedia menerima tawaran rencana Allah meskipun banyak hal
yang tidak ia ketahui. Dimensi ketiga dari kesetiaan Maria adalah ketekunan. Hanya
ketekunan yang berlangsung seumur hidup yang dapat disebut sebagai kesetiaan.
Fiat Maria dalam menerima kabar Malaikat Tuhan mencapai kepenuhannya di kaki
salib Darmawijaya (1989:45).
Menurut hemat penulis, pencarian, penerimaan dan ketekunan Maria
merupakan suatu proses yang sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa yang
berkehendak untuk dekat dengan Allah. Tidak sedikit anggota umat Kristiani yang
memiliki kehendak demikian tetapi tidak mampu melewati ketiga dimensi yang
dilalui oleh Maria. Sangat jarang anggota umat Kristiani yang mampu masuk
kedalam tiga dimensi itu. Hal ini terjadi karena tantangan dan godaan dunia modern
lebih kuat dibandingkan dengan yang dihadapi oleh orang-orang yang hidup sebelum
dunia mengalami perkembangan jaman yang sedemikian pesat.
67
Sebenarnya masih banyak bentuk kesetiaan iman yang ditawarkan Kitab Suci
kepada seluruh umat Kristiani. Seperti yang pernah diungkapkan oleh salah satu ahli
Kitab Suci bernama Darmawijaya bahwa kesetiaan dalam Kitab Suci menunjukkan
sifat Allah, dan sifat tersebut erat sekali hubungannya dengan kerahiman atau kasih
karunia Allah yang dinyatakan kepada manusia. Darmawijaya (1989: 46) dalam
bukunya Kesetiaan Suatu Tantangan mengatakan bahwa: Kesetiaan menyangkut
pengertian kasih, kerahiman, karunia yang ditawarkan dalam hidup ini dan menuntut
pertanggungjawaban yang tetap dan terus menerus. Kesetiaan adalah tanda bukti
kasih yang tidak mudah luntur oleh kesulitan hidup. Kesetiaan mempunyai peranan
dalam proses kehidupan, karena kesetiaan dapat menjadi tanda bukti dari mutu
pribadi dan juga mutu pelayanan bagi sesamanya. Namun kesetiaan tidak berdiri
sendiri sebagai ciri mutu manusia, melainkan terutama sebagai ciri hubungan Allah
dengan manusia yang dicintainya.
Kesetiaan sebagai tanda bukti kasih Allah yang tetap dan tidak berubah-ubah.
Kasih sejati Allah tidak ditarik begitu saja karena kesalahan, kegagalan dan dosa
manusia, melainkan terus-menerus diusahakan (Darmawijaya, 1998: 49). Dalam
pengalaman iman, kesetiaan merupakan sikap Allah yang teguh dan terus-menerus
memperhatikan umat yang disayanginya dalam perjuangan yang diwarnai dengan
godaan dan dosa.
Kesetiaan dalam terang Kitab Suci menunjukkan unsur yang amat mencolok:
ketetapan, keteguhan, kesabaran, kasih Allah yang hendak terus-menerus mencintai
umat kesayangan-Nya, kendati mereka itu gagal. Kasih yang abadi tercermin dalam
kesetiaan yang tidak kunjung henti. Dalam Perjanjian Baru St.Paulus menuliskan
kepada jemaat di Korintus bahwa, “Allah yang memanggil kamu kepada persekutuan
dengan anak-Nya Yesus Kristus Tuhan kita, adalah setia” (1 Kor 1:9), juga kepada
68
jemaatnya di Tesalonika Paulus menuliskan, “Ia yang memanggil kamu adalah setia,
Ia juga akan menggenapinya (1 Tes 5:24). Bagi orang Kristen kesetiaan Allah nyata
dalam Pribadi Yesus Kristus. Dia adalah saksi kesetiaan Allah bagi manusia. Maria
mendapat penghormatan dalam Gereja pertama-tama karena ia adalah ibu Yesus
yang digelari Kristus.
Namun demikian Maria dihormati sesungguhnya terlebih-lebih sebagai teladan
iman. Yakni kepekaan, penerimaannya dengan gembira, penuh syukur dan
kerendahan hati akan Dia yang adalah Jalan, kebenaran dan cinta Kasih (Sutrisna,
2003:77). Dalam keseluruhan hidupnya Maria telah menunjukkan kesetiaannya
kepada Allah. Dalam imannya Maria mampu melihat tanda-tanda kehadiran Allah.
Tanpa iman mustahil orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6). Maria berkenan
kepada Allah lebih dari pada makhluk yang lain, sebab dia lebih unggul berkat
imannya kepada Allah (Darminta, 1995: 32). Sabda yang telah mengambil kodrat
manusia di dalam rahimnya merupakan tanda agung kesetiaan dan belaskasihan
Allah. Kesetiaan iman Maria dapat dilihat dalam peristiwa Maria pada awal Maria
menerima kabar gembira, Maria dalam masa kanak-kanak Yesus, Maria
mempersembahkan Yesus dalam bait Allah, Maria dalam hidup umum Yesus sampai
Maria dalam peristiwa penyaliban.
b. Maria menurut Kitab Suci Perjanjian Baru
Setelah menguraikan istilah iman, kesetiaan dan panggilan Maria, selanjutnya
penulis mengajak pembaca untuk semakin mengenal sosok Maria yang diambil dari
Injil. Sebagai gadis keturunan dan pewaris iman Abraham, sebagai Putri Israel,
Maria akrab dengan sejarah panggilan dari para bangsa dan panggilan bangsanya.
Dari situ pula Maria belajar kenal bagaimana Allah bertindak dan berbicara dalam
situasi kehidupan. Maria dalam Lukas dinyatakan mempunyai kebiasaan menyimpan
69
segala peristiwa di dalam hati dan merenungkannya (Luk 2:19; 2:51). Dengan cara
demikian, Maria membiarkan kehendak dan rencana Allah yang terkandung dalam
segala peristiwa yang dialami, tumbuh dan berkembang dalam hati dan batinnya.
Oleh karena itu Maria begitu dekat dan akrab dengan Allah. Kedekatan dengan Allah
inilah yang memampukan Maria merasakan kunjungan Allah (Darminta, 1995:18).
Kebimbangan yang dialami oleh Maria bukanlah merupakan tanda bahwa ia
menolak Allah, keraguan Maria bukanlah sikap memberontak pada kehendak Allah.
Tetapi Maria ingin menimbang kedalaman sapaan dan kebesaran tugas yang
disandangnya. Karena itu setelah berada dalam suasana kebiasaannya yaitu
menyimpan dan merenungkan, Maria menjawab dengan kerelaan yang mengatasi
keraguannya dengan berkata “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Dengan sikap dan jawabnya itu Maria
menjadi teladan spiritual dalam menjawab panggilan Tuhan, dengan seluruh hati,
seluruh pikiran, seluruh tubuh, seluruh kehendak dan seluruh program hidup
(Mardiatmadja, 2003:35).
Maria menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel sebagai utusan Allah.
Maria dengan rela hati menerima, karena Maria percaya sungguh akan kasih Allah
yang selalu menyertainya. Jawaban Maria melalui “fiat”nya: “Sesungguhnya aku ini
hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Luk 1:38) mengungkapkan
suatu penyerahan diri yang total kepada kehendak Allah. Maria telah dipilih Allah
sejak semula untuk menjadi ibu penyelamat dan digariskan kembali oleh Elisabeth
dalam ucapan bahagianya. Maksud Maria mengunjungi Elisabeth (Luk 1:39-45)
adalah hendak membagikan warta sukacita kepada saudarinya. Elisabeth menanggapi
kunjungan tersebut dengan sukacita sebab Maria adalah ibu penebus (Haring,
1992:29). Maria terbuka akan rencana Allah melalui kabar gembira dari malaikat
70
Tuhan, hal ini mau menggambarkan bahwa Maria percaya dan menyerahkan diri
seutuhnya kepada Allah.
Iman yang ada dalam diri Maria membuat Maria percaya bahwa karya
keselamatan Allah terlaksana dalam dirinya karena pada Allah tidak ada yang
mustahil. Ketaatan Maria pada panggilan Allah menunjukkan bahwa Maria memiliki
relasi yang mendalam dan personal dengan Allah.
Setelah mengetahui kisah panggilan Maria selanjutnya penulis akan
menguraikan perjalanan Maria bersama Yesus. Untuk memahami perjalanan Maria,
penulis belajar dari Mardiatmadja. Mardiatmaja (Mardiatmadja, 2003: 36)
menjelaskan bahwa pokok kisah Masa kanak-kanak Yesus dalam Injil Lukas dapat
dirasakan sebagai riwayat mengenai hidup Maria dan pengalaman bathinnya pada
kurun waktu tertentu. Dalam Injilnya itu Lukas menggali dan memaparkan cerita
mengenai pengalaman bathin dan perasaan Maria (Luk 1:26-38), penghayatan
mengenai panggilan Tuhan (Luk 1:26); rasa cemasnya sebagai gadis muda (Luk
1:29-34); kesediaannya menyerahkan diri kepada Tuhan (Luk 1:38); luapan
kegembiraannya yang menuju pada yang kudus dan memperhatikan orang lain (Luk
1:39-55).
Yang terpenting dari semua peristiwa itu bahwa Maria ditampilkan sebagai
seorang Yahudi, sebagai ibu dengan anak dan ibu yang miskin. Tindakan ketaatan
Maria juga nampak dalam penyerahan Yesus di dalam bait Allah, penyerahan anak
sulung sebenarnya merupakan suatu tindakan persembahan. Maria melaksanakan hal
tersebut seraya mempersembahkan dirinya sendiri sebagai pendamping dan pelayan-
Nya. Dalam perjumpaannya dengan Simeon, Maria menerima suatu nubuat istimewa
yaitu nubuat pedang penderitaan. Dialah yang akan mengikuti Kristus kemana saja
Yesus pergi, bahkan sampai mengalami penderitaan yang tak terhingga dalamnya.
71
Dalam hal ini Maria sungguh menjadi teladan yang hidup kerelaan Maria untuk
berpartisipasi penuh dalam seluruh kehidupan Yesus. Mulai saat itu, peran Maria di
dalam misteri keselamatan menjadi nyata sepenuhnya. Maria mengambil bagian
dalam sengsara Kristus (Maloney, 1990: 86).
Sosok Maria hanya disebutkan dua kali dalam Injil Lukas yaitu 8:19-21 dan
11:27-28, dan berapa kali dalam Injil Markus. Kedua injil tersebut memiliki
perbedaan fokus perhatian dalam hal mengangkat sosok Maria. Perbedaan itu
nampak pada kisah kanak-kanak Yesus. Hal ini dapat dipahami karena perhatian
Lukas tentang Maria lebih dilihat dalam kerangka sebagai murid atau simbol murid.
Dalam masa karya Yesus, sudah ada banyak contoh kemuridan terutama kedua
belas rasul (Tisera, 1988: 47). Pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11) merupakan
kisah Injil yang memaparkan mengenai keikutsertaan Maria dalam karya Yesus
pertama. Sekurang-kurangnya ada empat makna yang dapat diperoleh dari perikop
tersebut. Pertama, bahwa dalam situasi krisis, Maria secara kodrati berpaling kepada
Yesus yang dipercayainya dapat membantu. Dalam hal ini Maria bertindak sebagai
perantara antara manusia dengan Allah. Pada saat manusia tidak berdaya, dengan
tulus hati Maria membuka hatinya dan menyampaikan setiap permohonan manusia
pada Allah. Kedua, bahwa dengan mendengar jawaban Yesus, Maria tidak merasa
terganggu karena percaya kepada Yesus. Respon yang diberikan oleh Yesus sama
sekali tidak menggoyahkan iman Maria. Maria sungguh mengenal siapa puteranya.
Maka, Maria yakin bahwa puteranya mampu berbuat sesuatu demi orang lain yang
sangat membutuhkan. Dengan keteladanan iman yang seperti ini, Maria mengajak
seluruh manusia untuk melihat dan berusaha mengenal Yesus Sang Mesias. Ketiga,
Maria bertindak dengan menyiapkan hati orang lain untuk memperoleh mukjizat.
Persiapan itu nampak pada tindakkan Maria yang memberikan petunjuk-petunjuk
72
yang harus dilakukan oleh para pelayan. Melalui petunjuk-petunjuknya itu,
sebenarnya Maria hendak mengajak para pelayan untuk percaya pada Yesus. Karena
bagi Maria kepercayaan adalah pintu masuk untuk keselamatan Allah. Keempat,
Yesus sungguh-sungguh berkenan mengatasi situasi sulit yang sedang dihadapi oleh
orang yang sedang berpesta. Dengan kekuatan dan kuasa Allah, Yesus sunguh-
sungguh menampakkan kemuliaanNya. Mukjizat yang dibuat oleh Yesus saat itu,
tidak mungkin terjadi jika Maria tidak memohonkannya kepada Yesus. Dalam hal
ini, jelas bahwa peran Maria sungguh-sungguh mampu membuka hati Allah bagi
manusia yang sangat membutuhkan pertolonganNya.
Menurut Mardiatmadja (2003:24), kiranya sudah menjadi kabar baik bahwa
ketika ibu menyapa Anaknya dengan penuh kepercayaan dan pengharapan, ternyata
dijawab Yesus dengan memperlihatkan kemuliaan-Nya. Hal ini semakin
meneguhkan keyakinan mengenai Maria yang hening, tenang namun memiliki
kepribadian kuat yang nampak ketika Yesus masih kanak-kanak. Maria adalah orang
beriman yang masih harus belajar, sebelum sampai ke salib. Maria tetap seorang
murid, model bagi orang beriman dalam usaha memahami kehendak Allah. Maria
membiarkan kehendak dan rencana Allah yang terkandung dalam segala peristiwa
yang dialami tumbuh dan berkembang dalam hati dan batinnya. Bagaimanapun
Maria hadir dalam relasi awal Yesus, yang menyuarakan kesulitan manusia, tetapi
Maria masih belum memahami sepenuhnya. Maria orang beriman, dan bersama
orang beriman masih harus terus belajar untuk beriman (Tisera, 1988: 51).
Puncak dari karya penyelamatan Manusia oleh Allah dengan mengorbankan
PuteraNya adalah peristiwa penyaliban Yesus di gunung Kalvari dan Maria sungguh
setia menemani Puteranya dalam menyelesaikan misiNya turun kedunia ini.
Peristiwa dalam penyaliban menunjukkan keindahan hubungan antara Yesus dan ibu-
73
Nya serta antara Yesus dengan murid yang dikasihi-Nya. Di Kalvari Maria menerima
hubungan baru dengan Yesus Kristus. Yesus bermaksud menjamin adanya dukungan
dan perlindungan bagi ibunya dengan mempercayakan dia kepada murid
kesayanganNya (Maloney, 1990:36).
Peran khusus Bunda Maria bukan pada karya publik Yesus melainkan ketika
saat tiba, saat permuliaan, saat sesudah Yesus secara historis. Maria menjadi Bunda
yang mengatasi Bunda Kodrati, dalam hubungan dengan Gereja para murid, yang
dalam peristiwa itu diwakili oleh murid yang dikasihi. Peran ini diberikan oleh Yesus
sendiri dengan kata-kataNya yang oleh Yoh 19:26-27 ditulis demikian: “Ibu, inilah
anakmu!”. Juga dengan kata-kata Yesus kepada murid yang dikasihi-Nya, “Inilah
ibumu!”. Djono Moi (2004: 41-42) mengatakan bahwa: Kehadiran Maria dibawah
salib Yesus menunjukkan bahwa ia turut serta dalam penderitaan Yesus, ia telah
menghibur Yesus sebagai seorang ibu, ia memberikan kekuatan kepada anaknya
walaupun semuanya dihadapi melalui perjuangan maha hebat untuk menaklukkan
tangisan dan derita hatinya sebagai seorang ibu.
Semua orang Kristiani diundang oleh kata-kata Yesus supaya menghormati
keibuan Rohani Maria, yang mempersatukan semua orang kristiani secara istimewa
dalam solidaritas keselamatan yang merangkul sekalian orang, saling memikul beban
satu sama lain, yang bersumber, berpusat dan berpuncak pada pribadi Yesus Kristus.
Keibuan bukanlah karena unsur kodrati, melainkan karena hubungan iman yang
membentuk Gereja.
Komunitas murid-murid Yesus didirikan di mana Maria hadir sebagai bunda
dan wanita. Dengan perkataan “Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam
rumahnya”, terbentuklah hubungan yang jauh lebih akrab yakni hubungan keibuan
rohani yang penuh dengan misteri antara bunda dengan murid Yesus. Dan sejak saat
74
itu Maria menjadi Bunda para murid dan Bunda bagi putra yang lain, singkatnya
Maria menjadi “Bunda Gereja” (Sutrisnaatmaka, 2003:81). Maria melihat,
mendengar, merasakan dan merenungkan derita Yesus. Ia diam tanpa kata tetapi
dalam kehadirannya itu Maria sungguh-sungguh turut serta dalam derita Yesus.
Maria menunjukkan ketabahannya sebagai orang beriman. Mereka semua
bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta
Maria Ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus (Kis 1:14). Kisah Para Rasul ini
menunjukkan lukisan penting mengenai tempat Maria dalam Gereja. Segi ini penting
untuk menemukan sikap yang tepat mengenai kebaktian kepada Maria dalam gereja
masa kini. Dalam ayat itu diperlihatkan Maria yang hadir di tengah keluarga
pengikut Yesus Kristus dalam persaudaraan dan doa. Persatuan dan persaudaraan itu
tentunya diresapi oleh semangat Maria yang penuh iman dan cinta kasih
(Mardiatmadja, 2003:26). Dalam lima langkah Konsili sudah menguraikan
keterlibatan dan peran serta Maria dalam tata penyelamatan. Dalam Lumen Gentium
artikel 55 dikatakan bahwa:
Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas, dan seperti menyajikannya untuk direnungkan. Adapun kitab-kitab Perjanjian Lama melukiskan sejarah keselamatan, yang lambat laun menyiapkan kedatangan Kristus di dunia. Naskah-naskah kuno itu sebagaimana dibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang perwahyuan lebih lanjut yang penuh, langkah-demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang wanita Bunda Penebus.
Perjanjian Lama sudah berbicara tentang Maria bila dibaca dan ditafsirkan
dengan terang iman Kristen. Dalam terang tafsir ini dapat beranggapan bahwa
sebenarnya Marialah yang dimaksud dengan perempuan yang akan meremukkan
kepala ular (Kej 3:15), ia juga perawan yang melahirkan putra yang disebut Emanuel
(Yes 7:14). Dan Maria dapat dihitung di antara umat sederhana dan rendah hati, sisa
75
Israel yang dalam keterbukaan rohaninya menantikan keselamatan dari Allah
sehingga ia merupakan Putri Sion yang benar, Israel yang mendambakan penyelamat
dan menyambut-Nya dengan gembira ketika Ia datang (Kirchberger, 1988:100).
Peranan Maria dalam tata penyelamatan diuraikan dalam perjanjian baru
dengan penggambaran yang dasariah, terutama ditonjolkan oleh penginjil Lukas,
dengan Ketaatan Maria yang penuh kepercayaan. Hal ini ditegaskan pula oleh
Konsili dengan pernyataan sebagai berikut :
Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dulu wanita mendatangkan maut, sekarang pun wanita mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang Bunda Yesus yang telah melimpahkan kepada dunia Hidup sendiri yang membaharui segalanya, dan yang oleh Allah dianugerahi kurnia-kurnia yang layak bagi tugas seluhur itu. Maka tidak mengherankan juga, bahwa diantara para Bapa suci menjadi lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus” (LG, art. 56).
Allah menuntut kesetiaan dan ketaatan. Namun Allah juga memberi anugerah
kemampuan untuk dapat memenuhi tuntutan-Nya, dan cara orang menggunakan
kemampuan berbeda-beda. Ketaatan Maria pada Sabda Allah tidak mengekang
kebebasannya sebagai makhluk ciptaan-Nya. Bahkan sebaliknya, semakin ia taat
kepada sabda Allah akan semakin besar kebebasannya dan semakin ia tergantung
pada Allah yang memberikan berkat semakin ia beriman. Dengan ketaatan yang
bebas Maria bekerjasama demi untuk keselamatan umat manusia, sebaliknya yang
terjadi dengan Hawa, yang menyalahgunakan kebebasannya dalam ketidaktaatan,
telah menaruh dirinya dalam kuasa kematian (Eddy Kristiyanto, 1987:29).
Dengan rahmat-Nya Allah membiarkan Maria bersikap bebas dalam
keadaannya. Maria diperkenankan mengambil sikap terhadap rencana illahi. Karena
76
rahmat Allah tidak meniadakan kodrat kemanusiaan Maria, melainkan
menyempurnakannya, maka ia menjadi citra para beriman yang menyambut tawaran
Allah sepenuhnya. Allahpun tidak berhemat dalam mencurahkan belas kasih-Nya
sehingga Maria menjadi dirinya sendiri. Sedangkan Hawa menjadi gambaran
manusia yang tidak menanggapi tawaran Allah dan kehilangan dirinya sendiri
(Kristiyanto, 1987:30).
Dalam LG, art. 57 digambarkan nilai fundamental yang diejawantahkan pada
pelbagai tahap hidup dan karya Yesus. Pada setiap tahap dan peristiwa konstitusi
menekankan dua aspek yaitu: bagaimana Maria sendiri dikuduskan dan diberi bagian
dalam keselamatan yang dikerjakan putra-Nya dan yang kedua ialah tentang arti dan
nilai dari peran serta Maria itu bagi semua orang beriman.
Dalam semua peristiwa itu Maria turut serta bukan dalam terang pengertian
yang jelas, melainkan dalam kegelapan iman, yang seringkali baru perlahan-lahan
bisa mengerti dan menyingkapkan kehendak dan maksud Allah. Dengan segala
pengalaman manusiawinya itu Maria justru menampakkan keteladanannya sebagai
orang beriman karena di tengah duka derita khususnya yang melekat pada tugasnya
sebagai bunda Yesus ia tetap mempertahankan pengabdiannya kepada Tuhan. Ia
tidak pernah melarikan diri dari kesulitan-kesulitan yang muncul sebagai
konsekuensi imannya (Eddy Kristiyanto, 1987:38).
Cinta kasih yang tiada taranya dan yang dibangun atas dasar penyerahan total
kepada Allahlah yang mampu mempersatukan Maria dengan putranya. Ikatan erat
yang tidak terputuskan ini membuahkan iman bagi Maria, yaitu bahwa Maria
beriman bukan dari dunia melainkan dari Allah yang mengikutsertakan dia dalam
karya penyelamatan. Dan kepada Maria masih dituntut suatu ketekunan dalam hal
iman, termasuk di dalamnya kesetiaan pada Tuhan sampai peristiwa akhir yaitu
77
disalib. Dan Maria telah menunjukan kesetiaannya itu, ia dapat bertahan untuk tetap
mengabdi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal
budinya sampai akhir hidupnya (LG, art. 58).
C. Relevansi Keteladanan Kesetiaan Iman Maria
Gereja tidak pernah memisahkan diri dari perjalanan iman Maria. Beriman
berarti hidup bergaul dengan Allah, melakukan suatu perjalanan bersama Allah, dan
berserah diri kepada kuasa Allah yang mencipta dan menebus. Oleh karena itu
perjalanan iman juga dapat dikatakan sebagai perjalanan umat Kristiani untuk
menjadi semakin kontemplatif sehingga semakin dibimbing untuk memiliki hati dan
mata yang mampu melihat karya Allah dalam peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari
(Darminta, 1994:24).
Keteladanan iman yang paling sederhana dan dekat dengan umat Kristiani
adalah keteladanan iman Maria. Berikut ini penulis akan memaparkan relevansi
keteladanan kesetiaan iman Maria dalam situasi hidup jemaat Kristiani jaman
sekarang khususnya umat lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Adapun
sebagai inti dari pembahasan dari sub bab ketiga ini adalah jawaban atas pertanyaan
mengapa umat Kristiani di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan perlu
meneladani Maria dalam hal iman dan aspek-aspek apa saja yang dimiliki Maria
yang dapat diteladani oleh umat Kristiani yang sedang mengalami krisis iman karena
berbagai masalah kehidupan.
Konsili suci menganjurkan kepada semua anggota jemaat Gereja supaya
dengan tulus dan sepenuh hati melakukan kebaktian kepada Santa Perawan Maria,
khususnya kebaktian liturgis. Berbicara relevansi keteladanan kesetiaan iman Maria,
tidak bisa lepas dari praktik kebaktian liturgis. Mengapa? Karena melalui kebaktian
78
liturgis selain secara pribadi disegarkan dan dikuatkan dalam hal iman, kebersamaan
dan kesatuan iman dengan anggota Gereja yang lain juga dapat semakin memberikan
motivasi yang semakin kuat untuk membangun relasi yang intim dengan Allah.
Tetapi, meskipun demikian Konsili mengingatkan dengan sangat kepada para teolog
dan pewarta sabda Ilahi supaya menghindari segala keterlaluan yang salah maupun
kesempitan pikiran dalam membicarakan kehormatan khusus Bunda Allah (LG, Art.
67). Umat sendiri diminta untuk lebih bersikap bijak dan penuh keyakinan. Dengan
kata lain, sikap hidup sehari-hari yang mencerminkan keteladanan kesetiaan iman
Maria, lebih baik dari pada membuat suatu kebaktian liturgis yang glamor, meriah
dan memakan biaya yang tidak sedikit.
1. Sikap Maria yang Rendah Hati
Manusia dicipta untuk memuliakan dan memuji Tuhan. Itulah hakikat hidup
manusia. Di hadapan Elisabet, Maria mengungkapkan isi hatinya setelah ia diresapi
oleh rahmat Tuhan sendiri. Pengalaman terhadap suatu anugerah yang
membahagiakan, penyelesaian yang diberikan oleh Allah dan peneguhan dari sesama
diungkapkan oleh Maria dalam madah pujian “Madah Magnificat”. Dengan madah
pujian ini, Bunda Maria mengungkapkan rasa terdalam atas dirinya sebagai ciptaan
Allah. Bagi Bunda Maria, manusia diciptakan untuk memuliakan dan memuji Tuhan
(Darminta, 1994:14). Madah pujian merupakan ungkapan luapan kegembiraan hati
dan jiwa Maria. Pujian Maria ini sungguh keluar dari suatu kepastian diri bahwa
karya Tuhan telah terjadi atas dirinya. Bahwa kerendahan hati merupakan sikap
kebajikan yang senantiasa hidup dan ada dalam diri Maria.
Kerendahan hati memang telah menjadi bagian dari kehidupan Maria. Maka
dihadapan Elisabet dan Tuhan, Maria secara jujur mengungkapkan hal ini. Sebagai
79
hamba Tuhan, ia harus menerima apapun yang Allah kehendaki (Haring, 1992:39).
Bunda Maria mengungkapkan bahwa manusia tidak hanya ciptaan Allah, tetapi juga
yang diselamatkan oleh Allah.
Bunda Maria melihat bahwa manusia sesungguhnya adalah pendosa, yang tetap
dicintai dan dikasihi oleh Allah. Meskipun Bunda Maria mendapat perkenanan dari
Allah terbebas dari dosa, Bunda Maria tetap menyamakan diri dengan manusia
pendosa (Darminta, 1993:15). Maka dia menyebut dirinya hamba yang rendah dan
hina di hadapan Allah. Dia tetap melihat bahwa apapun yang terjadi pada dirinya,
yang membawa kebaikan adalah karya Allah yang menyelamatkan. Allah yang
dialami adalah sebagai Allah yang setia, karena Dia kudus. Karena itu rahmat-Nya
akan setia turun-temurun, bila orang itu gentar dan takut akan Dia. Maria merasa
bangga dengan dirinya. Tetapi kebanggaan Maria merupakan cetusan sikap
kontemplatif seorang wanita beriman yang penuh kebijaksanaan dan kerendahan hati
(Djono Moi, 2004:19).
2. Sikap Maria yang penuh penyerahan diri kepada Allah
Inti hidup manusia adalah penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan
rencana penyelamatan-Nya (Suharyo, 1990:380). Bunda Maria mengucapkan “Fiat'”
dengan imannya. Dalam iman ia mempercayakan dirinya kepada Allah tanpa batasan
apapun dan menyerahkan diri sepenuhnya sebagai hamba Allah kepada pribadi dan
karya puteranya. Dan Puteranya ini seperti para Bapa Gereja ajarkan ia mengandung
putra ini dalam jiwanya sebelum dikandung dalam rahimnya. Justru dalam iman
Elisabet memuji Maria:
Terberkatilah yang percaya bahwa akan terpenuhi apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan. Dan kata-kata tersebut telah terpenuhi: Maria dari Nasareth menghadirkan diri pada ambang pintu Elisabet dan Zakharia sebagai
80
Bunda Putera Tuhan. Inilah ungkapan Elisabet yang menggembirakan: “Bunda Tuhan datang kepadaku (RM, art. 13).
Bunda Maria menempatkan sabda Tuhan sebagai pusat hidupnya. Dengan
demikian Bunda Maria menjadi hamba karya penyelamatan Allah. Menyadari diri
sebagai hamba dan segala sesuatu hanyalah kelimpahan rahmat semata, Bunda Maria
tidak dapat berbuat lain kecuali menyerahkan diri dalam kesederhanaan iman kepada
rencana illahi (Darminta, 1994:7).
Maria menunjukkan bahwa kemerdekaan beriman adalah anugerah yang
diberikan oleh Roh Kudus. Karena Roh Kudus, Maria dimampukan untuk
menyambut dan menyetujui rencana Allah dengan penuh kebebasan, karena
dilandasi oleh cinta. Dengan imannya yang penuh kasih Maria menjawab kasih Allah
dengan penyerahan diri seutuhnya untuk mengabdi Allah dalam segala-galanya.
3. Ketekunan Maria dalam Doa
Maria dilihat sebagai orang yang beriman kuat. Hanya orang yang memiliki
kedekatan yang erat dengan Tuhan, yang mampu beriman kuat. Maria tumbuh dan
berkembang dalam ikatan relasi yang kuat dengan Allah. Bunda Maria terus-menerus
menatap sabda Allah, ia tumbuh dan berkembang dalam imannya. Dalam jawaban
Maria, tampaklah hubungan kerja sama antar Allah dan Maria. Terjadinya relasi
yang mendalam antara Allah yang hendak melaksanakan kehendak-Nya dalam diri
Maria dan Maria sebagai manusia yang tak berdaya menerima tawaran Allah. Berkat
keterbukaan hati dan cintanya yang tulus Maria menerima penyelesaian ini.
Sikap penyerahan diri dan terbuka kepada Allah inilah yang merupakan sikap
doa (Djono Moi, 2004:12). Berkat hidupnya di hadirat Allah dalam doa dan
kontemplasi, Maria disapa dan dipilih oleh Allah. Doa telah mengantar Maria kepada
81
suatu pengalaman kehidupan yang penuh rahasia. Pengalaman hidup yang demikian,
menjadikan dirinya pasrah kepada kehendak Allah sendiri.
Dalam doa kontemplatif melalui madah pujian Maria mengungkapkan rasa
optimismenya yang begitu tinggi bahwa rahmat Tuhan tidak saja diperuntukkan bagi
dia dan seluruh bangsa Israel tetapi juga diperuntukkan bagi semua orang dari segala
zaman. Maria mau menyatakan bahwa Tuhan sungguh menaruh perhatian kepada
semua orang yang mencintai dan mengasihi Dia.
4. Maria yang setia terhadap keputusannya sendiri
Cinta Allah ditanggapi dalam iman, dan wujud tanggapan itu secara nyata
tampak dalam kesetiaan sebagai upaya menterjemahkan iman tersebut. Bagi orang
Kristen, dasar yang kokoh dalam hal kesetiaan adalah kasih Allah sendiri, karena
kasih Allah menjadi kekuatan dan dasar kesetiaan manusia terhadap sesamanya
(Jacobs, 1987:15). Maria sebagai ibu dan tokoh beriman, mewujudkan imannya
dalam kesetiaan kepada arah kehidupan sang anak yaitu Yesus Kristus sampai
sehabis-habisnya. Bunda Maria mewujudkan imannya dalam solidaritas dengan
perjuangan Yesus, sekaligus dia setia terhadap kelompok para murid Yesus
(Mardiatmadja, 2003:45). Saat perkawinan di Kana, Bunda Maria hadir, dengan
kesetiaannya terhadap keluarga yang mengundangnya, ia melibatkan diri dalam
kegelisahan mereka.
Bunda Maria mewujudkan kesetiaannya kepada Yesus, bukan pada persoalan
kekurangan anggur, melainkan lebih pada perhatian terhadap yang akan dilakukan
oleh Yesus. “Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: Apa yang dikatakan
kepadamu, buatlah itu” (Yoh 2:5). Bunda Maria sungguh setia terhadap misi
Putranya (Haring, 1992:110). Bunda Maria menunjukkan kesetiaannya terhadap
82
panggilan dan perutusan sang anak. Di bawah Salib, Bunda Maria menanti dengan
sabar, gelisah, penuh iman. Kesabaran, ketekunan merupakan wujud kesetiaannya
terhadap masalah yang diperjuangkan oleh Yesus. Kehadirannya di bawah Salib
Yesus menunjukkan bahwa ia turut serta dalam penderitaan Yesus, ia telah
menghibur Yesus sebagai seorang ibu, ia memberikan kekuatan kepada anaknya, ia
ikut menderita bersama Yesus yang menderita. Walaupun semuanya melalui
perjuangan maha hebat untuk menaklukkan tangisan dan derita hatinya sebagai
seorang ibu (Djono Moi, 2004:41).
Dari keempat sikap Maria di atas, diharapkan menjadi bagian dalam kehidupan
umat dan bahkan sungguh-sungguh menjadi semangat hidup umat Kristiani dalam
menyikapi situasi jaman. Dengan bercermin kepada pola hidup Maria, umat di
lingkungan St. Ignatius Cokrodiningratan, dari hari-ke hari dapat memetik pelajaran
bahwa sikap yang perlu dibangun adalah sikap pasrah, setia dan mau kembali kepada
Allah manakala mulai terbawa arus.
Arus globalisasi yang saat ini mengancam seluruh umat manusia perlu segera
disikapi dengan bijak. Tuntutan pasar, berbagai persoalan ekonomi, pendidikan,
politik, hubungan antar umat beriman dan lain sebagainya sekurang-kurangnya telah
mengikis iman orang-orang yang sebelumnya memiliki iman akan Allah. Lari dari
imannya sendiri merupakan fenomena yang tidak asing bagi kita. Misalnya karena
pasangan hidup beragama lain dan orang itu mau menikah, akhirnya demi
mempertahankan hubungannya, iman Kristianinya ditinggalkan atau ada juga kasus
karena kurangnya biaya pendidikan sekonyong-konyong lari dari Gereja Katolik dan
pindah gereja atau bahkan pindah agama. Masih banyak contoh-contoh
ketidaksetiaan manusia terhadap imannya sendiri. Dengan kata lain semangat jemaat
saat ini adalah terlalu mendewakan paradigma pilihan, bahwa beragama adalah
83
pilihan dan bukan panggilan Allah. Akhirnya sakralitas dari agama dan iman itu
sendiri menjadi luntur dan orang mulai tidak respek lagi.
Dalam situasi yang demikian keteladanan Maria sungguh-sungguh dapat
menjadi sumber inspirasi bagi jemaat kristiani untuk tetap setia bertekun dalam doa,
berserah diri dan rendah hati di hadapan Allah meskipun tantangan dan cobaan
datang silih berganti.
BAB IV
USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DENGAN MODEL SHARED
CHRISTIAN PRAXIS BAGI UMAT DI LINGKUNGAN ST. IGNATIUS
LOYOLA, COKRODININGRATAN, PAROKI JETIS
Pada bab ini penulis mengusulkan program Katekese Umat dengan model
Shared Christian Praxis (SCP) guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di
lingkungan St. Ignatius Loyola, Cokrodiningratan. Berkaitan dengan itu, pembahasan
bab III dibagi menjadi dua bagian besar, yakni: pertama tentang katekese umat
dengan model Share Christian Praxis (SCP) dan program katekese dan salah satu
contoh bentuk pertemuan katekese umat dengan model SCP. Untuk lebih jelas
berikut ini adalah penjabarannya.
Katekese Umat dengan Model Share Christian Praxis (SCP)
Dalam penjabaran sub bab pertama, penulis akan memaparkan dua point
pokok, antara lain: pertama Katekese Umat (KU) yang meliputi: arti makna, peserta,
pendamping, tujuan, proses dan keunggulan Katekese Umat; kedua Model SCP yang
dalam Katekese, yang meliputi: pengertian dan langkah-langkah proses katekese.
1. Katekese Umat (KU)
a. Arti makna Katekese Umat
Dalam buku yang berjudul “Katekese Umat”, Pater Yosef Lalu (2005: 63)
memaparkan arti makna Katekese Umat (KU) secara sistematis. Beliau memaparkan
85
bahwa KU selalu mengalami perkembangan dalam prakteknya di lapangan.
Perkembangan ini disebabkan karena tinjauan terhadap KU sendiri bermacam-
macam. Dalam hal ini, sekurang-kurangnya ada tiga aspek yang dapat ditinjau dalam
KU, antara lain aspek antropologis, sosiologis dan teologis. KU dapat ditinjau dari
aspek antropologis hasilnya adalah bahwa KU diartikan atau dimaknai sebagai
musyawarah iman. Adapun alasan mengapa KU disebut sebagai musyawarah iman
adalah kerena antara kegiatan musyawarah dengan katekese memiliki persamaan dari
segi prosesnya.
Umat Kristiani, terutama di negara Indonesia, sangat familiar dengan istilah
musyawarah. Seperti yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya, sekurang-kurangnya ada tiga langkah pokok dalam proses musyawarah.
Langkah pokok yang pertama adalah melihat dan mendalami persoalan atau
kebutuhan. Pada langkah pertama ini, peserta musyawarah yang dipimpin oleh
seorang moderator atau fasilitator mengajukan suatu persoalan dan melihat sebab
akibatnya atau suatu kebutuhan kemudian dipikirkan untung ruginya. Dengan kata
lain, langkah ini disebut langkah atau tahap melihat dan mendalami (menganalisa)
situasi. Sedangkan pada langkah yang kedua, peserta musyawarah diajak untuk
menimba kebijaksanaan dari tradisi atau adat kebiasaan masyarakat setempat. Pada
langkah kedua ini, setelah persoalan atau kebutuhan hidup masyarakat dilihat dan
didalami, selanjutnya peserta musyawarah mencoba mencari petunjuk-petunjuk yang
tepat dari tradisi atau adat kebiasaan masyarakat setempat.
Biasanya yang dijadikan sebagai petunjuk adalah kata-kata kunci dan mytos-
mytos yang mempunyai daya meyakinkan karena dianggap memiliki nilai
kebijaksanaan, falsafah hidup dan bahkan teologi dari suku atau bangsa yang
86
bersangkutan. Pada langkah ketiga, peserta diajak untuk menentukan suatu aksi
konkret yang dapat dilakukan guna menjawab persoalan dan kebutuhan yang sedang
dihadapi oleh warga masyarakat. KU adalah hasil inkulturasi terhadap musyawarah
masyarakat kita sendiri. Hanya saja, perbedaannya terletak pada dimensinya.
Musyawarah lebih berdimensi budaya sedangkan KU berdimensi Injili.
KU dapat ditinjau juga dari aspek sosiologis. Hasilnya adalah bahwa katekese
Umat merupakan analisa sosial dalan terang Injil. Katekese pada hakekatnya tidak
bisa lepas dari kehidupan sosial umat. Mengapa? Karena apa yang dibicarakan dalam
katekese adalah hidup beriman umat sendiri yang bergulat dalam sebuah realitas
sosial masyarakat. Ketika umat mengalami suatu ketidakadilan karena sistem yang
diberlakukan tidak memihak pada yang lemah, saat itulah dibutuhkan suatu pola
berpikir yang radikal dan mampu mengangkat persoalan yang menjadi penyebab
ketidakadilan itu. KU dapat menjadi media untuk menumbuhkan pola pikir baru
yang dapat membawa umat atau masyarakat pada suatu tatanan kehdiupan yang lebih
adil, makmur dan sejahtera. Pola berpikir yang dimaksud adalah pola pikir yang
menggunakan pendekatan Analisis Sosial (ANSOS).
Selama ini, katekese dengan model ANSOS sudah sering dilakukan. Dan
berdasarkan pengalaman, katekese dengan model ANSOS ini harus bersikap
konsisten kendati menghadapi sebuah sistem. Adapun proses KU yang menggunakan
pendekatan ANSOS dapat berurut sebagai berikut:
1). Melihat dan menyadari gejala ketidakadilan sosial yang ada
2). Mengelompokkan fenomena ketidakadilan itu
87
3). Mencari akar dan akibat dari ketidakadilan tersebut
4). Merefleksikan dalam iman (Kitab Suci dan ajaran Gereja)
5). Merencanakan aksi, yang kemudian disusul dengan aksi
KU dapat juga ditinjau dari aspek teologis. Hasilnya adalah bahwa Katekese
Umat dapat dimaknai sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar
anggota jemaat. Ketika peserta Katekese Umat membagikan pengalaman imannya,
saat itulah sebenarnya mereka sedang memberikan kesaksian iman. Dan, melalui
kesaksian iman para peserta dapat saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman
masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna (Sumarno,
2005:9). Sebagai bentuk kesaksian iman, komunikasi atau tukar pengalaman antar
peserta tentunya harus berisi tentang kesaksian imannya akan Yesus Kristus. Dengan
kata lain, tidak semua pengalaman hidup sehari-hari dapat dikomunikasikan dalam
KU. Pengalaman bergaul dengan Yesus Kristus sehingga mampu membawa mereka
pada satu perubahan sikap kearah yang lebih baiklah yang dapat dijadikan sebagai
bahan komunikasi iman.
b. Peserta Katekese Umat
Ketika kita berbicara mengenai KU, berarti berbicara mengenai umat. Seperti
yang telah dirumuskan dalam PKKI II, bahwa:
...yang menjadi peserta atau yang berkatekese adalah umat, dalam arti semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi pun pola kehidupan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam
88
kelompok basis, maupun di sekolah atau perguruan tinggi (Yosep Lalu, 2005: 69)
Dalam KU, umat dipandang sama derajatnya, tidak ada yang ditinggikan dan
direndahkan, semuanya adalah orang-orang yang perlu untuk dihargai dan
didengarkan. Semangat yang perlu dibangun oleh peserta katekese dalam proses KU
adalah semanagt setia kawan sebagai saudara seperjalanan menuju kepenuhan di
dalam Kristus. Sedangkan sikap yang perlu dimiliki oleh peserta adalah sikap mau
mendengarkan dan berani mengungkapkan setiap pengalaman iman yang dialami
sehingga suasana yang tercipta di tengah-tengah umat adalah suasana tobat.
c. Pendamping Katekese Umat
Dalam KU tidak digunakan istilah pemimpin tetapi pendamping iman.
Pendamping iman dalam hal ini memiliki tugas sebagai fasilitator yang membantu
umat agar dapat lebih mudah menemukan dan mengungkapkan pengalaman
imannya. Selain sebagai fasilitator, pendamping juga berperan sebagai pelayan yang
siap menciptakan suasana komunikatif, membangkitkan gairah supaya para peserta
berani berbicara secara terbuka.
Yang paling perlu untuk diperhatikan oleh seorang pendamping iman adalah
dalam berkatekese adalah bahwa ia tidak membawa diri sebagai pembesar yang
mengindoktrinasikan bawahannya dan juga tidak memberikan kesan bahwa dirinya
yang paling pandai dalam menyampaikan pengethauan atau padangan kepada para
peserta yang tidak tahu apa-apa mengenai iman Krsitiani. Sebaliknya, yang mesti
dilakukan oleh seorang pendamping iman adalah meneladani sikap Sang Guru, yakni
Yesus Kristus yang selalu bersikap mau melayani dengan tulus semua orang tanpa
kecuali.
89
Untuk mendukung karyanya di tengah-tengah umat, seorang pendamping iman
perlu memiliki kemampuan yang lebih dibanding peserta katekese. Kemampuan itu
meliputi penguasaan pengetahuan iman, kemampuan menata kehidupan
(kepribadiannya) dan mampu memimpin sebuah pertemuan katekese secara terampil.
d. Tujuan Katekese Umat
Para katekis yang turut serta dalam PKKI II telah merumuskan tujuan Katekese
Umat sedemikian rupa. Inti seluruh tujuan yang dirumuskan dalam lima butir adalah
menolong para peserta untuk melihat dan memahami bahwa riwayat dan perjalnan
hidup mereka merupakan sebuah karya sejarah penyelematan dari Allah. Berikut ini
adalah rumusan dari kelima butir tujuan yang hendak dicapai melalui Katekese
Umat:
1). Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman
kita sehari-hari
2). Dan kita bertobat terus-menerus kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari
3). Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan
cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita
4). Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta
5). Sehingga kita sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup
sehari-hari.
Dari rumusan kelima butir tujuan KU di atas kita dapat memahami bahwa
ketiga butir yang pertama lebih memperhatiakan peserta sendiri. Tujuan dari KU
adalah demi perkembangan peserta katekese (umat) sendiri. Umat menjadi sasaran
90
utama KU. Sedangkan kedua yang terakhir lebih memperhatikan mengenai tugas
umat Kristiani sebagai angota Gereja. Selain bergerak dalam Gereja, umat Kristiani
juga diharapkan mampu terlibat dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
e. Proses dan keunggulan Katekese Umat
Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di atas, para peserta PKKI II
juga sepakat telah sepakat untuk memberikan semacam panduan proses KU bagi para
katekis di lapangan. Harapannya adalah dengan bantuan semcam itu, para katekis
mampu membudayakan KU dalam masing-masing komunitas umat beriman dari
yang besar sampai yang terkecil sekalipun, dari umat yang berada di kota sampai
yang berada di pedesaan terpencil. Katekese Umat mengikuti proses katekese umat
pada umumnya. Menurut PKKI II ada tiga langkah besar yang dapat dilakukan dalam
KU, yaitu:
1). Langkah pertama; mengamati dan menyadari suatu
fenomena tertentu dalam masyarakat yang diangkat sebagai tema katekese
Tema Katekese Umat diangkat dari situasi umat. Situasi konkrit ini bisa
merupakan persoalan masyarakat, misalnya: kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan,
bencana alam, tindak kriminal dan kebutuhan masyarakat (sandang, pangan, papan,
pendidikan). Situasi itu didalami dan dianalisis supaya dapat disadari secara utuh.
Katekese ini bertitik tolak dari situasi konkrit masyarakat karena Allah
bersabda bukan secara anonim saja, tetapi Allah menyapa manusia dalam situasi
kehidupannya yang konkrit, yakni manusia yang hidup dalam konteks sosio-budaya
tertentu.
Supaya dapat mendengarkan dan menghayati sabda Allah dengan baik, orang
perlu menghadirkan diri dalam konteks sosio-budaya di mana ia hidup. Ini berarti
91
bahwa dalam katekese kontekstual umat perlu ditolong agar memiliki kepedulian
akan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya, mencoba memperoleh
gambaran tentang masalah-masalahnya.
Kepedulian akan masalah-masalah masyarakat merupakan titik tolak dari
katekese yang akan memacu umat untuk mendengarkan Allah yang berada di
tengahnya guna menyadari apa arti keselamatan, dan apa yang perlu dilakukan agar
dapat menghayati iman yang terlibat dalam masyarakat.
2). Langkah kedua; menyadari dan merefleksikan
situasi yang telah dianalisis dalam terang Sabda Allah
Situasi konkrit telah dialami dan dirasakan oleh masyarakat dengan berbagai
bentuknya. Hal itu sudah menjadi bagian dari hidup manusia yang tidak bisa
dipungkiri. Masyarakat/umat diarahkan untuk melihat semuanya itu dalam terang
Sabda Allah. Kitab Suci merupakan ungkapan tertulis sabda Allah itu yang
mempunyai peranan penting dalam katekese.
Dengan melalui Kitab Suci umat diajak untuk mendengarkan sabda Allah yang
bersabda kepada mereka di tengah masalah-masalah yang dihadapinya. Perikopa
Kitab Suci yang dipilih sekurang-kurangnya mendekati masalah-masalah yang
sedang dihadapi tersebut, agar sabda Allah sungguh menggema dalam hati sanubari
umat.
Umat perlu diberi kesempatan serta waktu untuk sungguh-sungguh
mendengarkan dan merenungkan sabda Allah. Melalui renungan itu umat diharapkan
menemukan dan memahami kepedulian Allah kepada umat dalam situasi yang
kurang menguntungkan, dengan kata lain diajak untuk mengerti, meresapkan
pandangan dan sikap Allah atas peristiwa-peristiwa yang dialami. Dengan demikian
92
umat diajak untuk memikirkan apa arti keselamatan bagi masyarakat dan apa yang
perlu diperbuat agar keselamatan tersebut sungguh terjadi bagi kehidupan.
3). Langkah ketiga; memikirkan dan merencanakan
aksi untuk bertindak (historis dalam komunikasi kritis-kreatif)
Mengamati situasi dan merefleksikannya dalam terang sabda Allah bertujuan
supaya dapat menjadi lebih sadar akan panggilan sebagai orang beriman untuk
bertindak memperbaiki keadaan. Mungkin sabda Allah itu akan menegur umat
supaya bermetanoia, memberi inspirasi dan meneguhkan untuk berani bertindak,
maka pada tahap ini diharapkan peserta katekese membuat rencana-rencana dan
membulatkan tekad untuk bertindak. Memang, langkah ketiga ini sudah berada di
luar proses katekese itu, namun ini merupakan implementasi dari katekese, dan
katekese itu sebenarnya harus berujung pada tindakan atau aksi nyata. Berdasarkan
pengalaman praktek di lapangan dengan proses yang dijalani dengan setia, para
katekis mampu menemukan keunggulan dari KU. Sejauh ini ada empat keunggulan
KU yang dirasakan oleh para katekis, antara lain,
pertama: dengan KU, umat mendapat kesempatan untuk mengasah
kemampuannya dalam berpikir kritis, aktif berbicara dan turut berpartisipasi dalam
mengambil sebuah keputusan bersama. Dengan kata lain, KU mampu membuat
peserta menjadi umat Kristiani yang kreatif, kritis dan mampu membangun
kepercayaan diri dalam menghayati imannya akan Yesus Kristus. Umat merasa jadi
subjek yang memiliki daya untuk berkembang.
Kedua: karena dalam KU peserta selalu diajak untuk menerangi setiap
pengalaman hidup sehari-hari dengan terang Injili maka umat semakin sadar akan
cmpur tangan Allah dalam perjalanan hidupnya. Hal ini semakin menumbuhkan
harapan dalam diri umat bahwa dirinya tidak pernah berjuang sendiri di dunia ini,
93
ada Allah yang selalu menyertainya. Dengan kata lain KU dapat menjadi sarana yang
strategis dan efektif dalam mengembangkan iman umat Kristiani.
Ketiga: karena roh dari KU terletak pada kagiatan komunikasi maka para
peserta dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga dengan terbiasa melakukan
komunikasi maka dengan sendirinya semangat untuk berkumpul, hidup dalam
persdekutuan iman semakin kuat dirasakan. Dan, jika hal ini telah tercapai maka
Bangunan Gerejapun akan semakin kokoh berdiri dalam setiap hati umat Kristiani
yang tergabung dalam suatu komunitas basis.
Keempat: dengan KU peserta diajak untuk mengkomunikasikan pengalaman-
pengalaman bermakna yang setiap hari selalu baru, hal ini mendorong gereja untuk
selalu berpikir secara kontekstual dan terbuka terhadap setiap perkembangan dunia.
Dengan demikian, orientasi Gereja tidak hanya pada dirinya sendiri melainkan pada
terbangunnya Kerajaan Allah di tengah dunia ini.
2. Pengertian Shared Cristian Praxis (SCP) dan langkah-langkahnya
dalam Katekese Umat
a. Pengertian Shared Cristian Praxis (SCP)
Istilah praxis dalam konteks katekese ini tidak hanya sekedar dalam arti
“praktek” (lawan dari teori) melainkan suatu tindakan yang sudah direfleksikan.
Dalam pengertian ini terkandung makna keterlibatan, perbuatan dan tujuan dari
hidup manusia yang secara sengaja dibuat atau dilakukan.
Istilah praxis lebih mengacu pada suatu pengertian bahwa setelah melalui
proses katekese umat, umat diharapkan mengalami suatu perubahan hidup kearah
yang lebih baik. Oleh karena itu maka dapat diketahui bahwa dalam istilah praxis
sekurang-kurangnya ada tiga unsur yang coba dibentuk dalam setiap pribadi umat
94
1. Matriks Program Katekese Umat Dengan Model SCP
Tema Umum : Belajar dari Kesetiaan Iman Maria guna Meningkatkan Kualitas Hidup Beriman Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis-Yogyakarta
Tujuan Umum : 1. Semakin Memahami dan Memaknai Kesetiaan Iman Maria 2. Agar Bersama Peserta dapat Meneladani Kesetiaan Iman Maria dalam Meningkatkan Kualitas Hidup
Beriman. Peserta : Segenap Anggota Umat di Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodinigratan Paroki Jetis-Yogyakarta
No Sub Tema Judul
Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Buku Sumber
1 Maria dalam Kitab Suci Perjanjian Baru
1. Maria dalam Injil Markus
1. Membantu jemaat Kristiani dalam memahami Markus
2. Membantu jemaat dalam memahami Maria dalam Markus
1. Keluarga Yesus: Mrk 3:31-35
2. Maria, Yakobus dan Yusuf : Mrk 15:40, 47; 61:1
-Ceramah
-Diskusi
-Teks KS.
Mrk.3:20-35 dan
Mrk15:40,47;61:1
Transparansi,
-Spidol,
- OHP
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Harun, Martin.
(1988). Maria dalam
Perjanjian Baru.
Obor. Jakarta
2. Maria dalam Injil Matius
1. Membantu Jemaat Kristiani dalam memahami Maria dalam kisah masa kanak-kanak Yesus
2. Membantu jemaat kristiani dalam memahami peranan Maria pada saat Yesus
1. Peranan Maria pada saat Yesus dikandung
(Matius 1:18-25) 2. Maria dalam masa karya
Yesus ( Matius 12:46-50)
-Dialog
-Interaktif,
- Ceramah
- Diskusi
-Laptop, LCD,
-Transparansi,
-Spidol,
- OHP
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru,
95
dikandung 3. Membantu jemaat Kristiani
dalam memahami Maria dalam masa karya Yesus (Mat 12:46-60; 13:53-58)
Harun Martin.
(1988). Maria dalam
Perjanjian Baru.
Obor. Jakarta
3. Maria dalam Injil Lukas
Membantu jemaat Kristiani dalam memahami Maria dalam komunitas Yerusalem
Maria dalam Komunitas Yerusalem (Matius 28:1-10)
- Dialog
- Interaktif,
- Ceramah
- Diskusi
- Laptop,
- LCD,
- Spidol,
- OHP
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Harun. 1988. Maria
dalam Perjanjian
Baru. Obor. Jakarta
4. Maria dalam Injil Yohanes
1. Membantu jemaat Kristiani dalam memahami peristiwa Kana
2. Membantu jemaat Kristiani dalam memaknai kehadiran Maria di kaki Salib (Yoh 1
1. Kekuatan permohonan Maria (Yoh 2:4)
2. Menfsirkan perikop Injil (Yoh 19: 25-27)
- Dialog
- Interaktif
- Ceramah
- Diskusi
- Laptop,
- LCD,
- Transparansi,
- Spidol,
- OHP
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Harun. 1988. Maria
dalam Perjanjian
Baru. Obor. Jakarta
2. Maria dalam Gereja
1. Peranan Santa Perawan Maria dalam Tata Penyelamatan
1. Membantu jemaat Kristiani untuk memahami Gambaran Maria sesuai dengan dogma yang diajarkan Gereja
2. Membantu jemaat Kristiani
1. Maria, Hawa Baru 2. Maria: Hamba Tuhan,
Miskin dan Hina Dina 3. Maria, Puteri Sion 4. Bersatu dengan Kristus
dalam karya
- Dialog
- Interaktif,
- Ceramah
- Diskusi
- Laptop,
- LCD,
- Transparansi,
- Spidol,
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru,
96
dalam memaknai keistimewaan Maria dalam Gereja
Penyelamatan, kebundaan Maria dan Maria diangkat ke Surga
- OHP Buku Dokumen
Kon.Vat.II,
Kristiyanto. 1987.
Maria dalam
Gereja. Kanisius.
Yogyakarta
2. Maria teladan kesetiaan iman yang penuh pasrah dalam menjawab panggilan Tuhan
Bersama peserta dapat menghayati iman, seperti Maria yang penuh dengan kepasrahan dalam menjawab panggilan Tuhan dalam hidup sehari-hari.
- Peristiwa panggilan Maria
- Relasi Maria terhadap panggilan Allah.
Penyerahan diri Maria yang telah saya hayati.
- Tanya jawab
- Sharing - Refleksi - informasi
Madah Bakti - KS PB. - Cerita - Teks lagu
KS. Perjanian Baru
Christiane 1988.
Kisah Maria
3. Menyelami Doa Salam Maria
1. Gereja mengajar tentang Doa Salam Maria
1. Membantu jemaat Kristiani dalam memahami Rumusan Resmi “Doa Salam Maria”
2. Membantu jemaat Kristiani dalam memaknai Salam Malaikat Gabriel kepada Maria
3. Membantu jemaat Kristiani dalam memaknai Pujian Elisabet kepada Maria
1. Bagian-bagian pokok doa Salam Maria
2. Khaire= Salam 3. Kekharitomene=yang
dikaruniai 4. Ho Kurios meta
sou=Tuhan beserta engkau
5. Eulogemene su en gunaiksin=diberkatilah engkau diantara perempuan.
6. Eulogemenos ho karpos tes koilias sou=diberkatilah buah kandungmu
7. Hagia Maria=Santa
- Dialog
- Interaktif,
- Ceramah
- Diskusi
-Laptop
- LCD
- Transparansi,
- Spidol,
- OHP
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Hendrik. 2002.
Menyelami Makna
Doa Salam Maria.
Yogyakarta: Pustaka
Nusatama.
97
Maria 8. Meter Theou=Ibu
Tuhanku 9.Proseukhou huper hemon
a hamartolon=Perantara orang beriman dengan Yesus 10. Nun kai en te hora tou
thanatou hemon= Skarang dan pada waktu kematian kami.
2. Doa Rosario, apa dan bagaimana?
Membantu jemaat dalam memahami berbagai macam bentuk cara berdoa rosario
1. Sejarah Doa Rosario 2. Rosario Yesus 3. Kaplet Roh Kudus 4. Rosario Santa
Perawan Maria 5. Rosario Luka-Luka
Yesus 6. Koronka 7. Rosario Tujuh Duka
Maria 8. Rosario Tujuh
Sukacita Maria 9. Kaplet Santo Mikael 10. Kaplet Kanak-kanak
Yesus 11. Rosario Jalan Salib
- Dialog
Interaktif,
Ceramah
Diskusi
- Transparansi,
- Spidol,
- OHP,
- Macam-macam
bentuk doa
rosario
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Tafsir Kitab Suci
Perjanjian Baru.
Yon Lesek, (2005).
Rahasia Gelar-
gelar Maria.
Jakarta: Fidei Press
Daia. (2004).
Berdoa dengan 9
Ragam Rosario.
Yogyakarta:
Pustaka Nusatama
4. Maria dalam
1. Peka terhadap kehadiran
Peserta diajak untuk semakin peka terhadap
1. Mengasah kepekaan untuk menanggapai
-Bercerita - Cerita ”Percaya -Luk 1: 26-38,
98
Hidup sehari-hari
Tuhan yang memberdayakan
kehadiran Tuhan yang memberdayakan dalam hidup sehari-hari sehingga semakin setia dan percaya kepadaNya
kehadiran Tuhan. 2. Pemberitahuan tentang
kelahiran Yesus Luk 1:26-38
-Sharing
-Informasi
-Refleksi
Kepada Tuhan”
- Madah Bakti.
Leks Stefan,
(2003). Tafsir Injil
Lukas. Yogyakarta:
Kanisius, Warkito,
DS; OSX.(1995).
Pelayanan Lewat
Kotbah.Yogyakarta
: Kanisius.
Warto, PJ.(1994).
111 Cerita dan
perumpamaan bagi
para pengkotbah
dan Guru.
Yogyakarta:
Kanisius.
Haring. Maria
dalam Hidup kita
sejhari-hari. Ende:
Nusa Indah.
99
2. Kerendahan hati Maria merupakan teladan dalam mengikuti Yesus
Bersama peserta dapat menghayati kesetiaan Maria kepada Allah dengan bersikap taat, setia, mendengarkan sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari
- Yoh 16:1-2 - Kesulitan-kesulitan yang
di hadapi. - Sikap yang perlu di ambil dalam menghadapi kesulitan.
- Tanya jawab
- Diskusi - Sharing - Informasi
-Madah Bakti -Gambar Maria dibawa salib -KS PB Cerita dan dilampirkan
Haring Maria
dalam hidup sehari.
Yoh. 16:1-2
100
Kristiani, yakni aktivitas, refleksi dan kreatifitas. Aktivitas meliputi kegiatan mental
dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan publik yang
semuanya merupakan medan masa kini untuk perwujudan diri manusia.
Sedangkan, refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis
pribadi dan sosial dalam masa lampau, terhadap praxis pribadi dan kehidupan
bersama masyarakat serta terhadap “tradisi” dan “Visi” iman Kristiani sepanjang
sejarah. Dan, kreatifitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang
menekankan sifat transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan untuk
praxis baru.
Refleksi yang dimaksud adalah refleksi kritis. Refleksi kritis merupakan suatu
kegiatan manusia yang meliputi tiga unsur: akal budi kritis dalam mengevaluasi
masa sekarang yaitu mengerti apa yang nyata dalam masa kini, ingatan kritis dalam
menyingkap masa lalu dalam masa sekarang meliputi daya ingatan untuk
mengaktifkan masa lampau dengan mengingat apa yang terjadi dalam tindakan dan
memberi arti tindakan itu secara pribadi dan sosial dan imaginasi kreatif untuk
menghadapi masa depan dalam masa sekarang yaitu menatap ke depan berdasarkan
pengalaman masa lampau.
Harapan masa depan justru menjadi ungkapan harapan atas dasar yang nyata
dari masa lampau. Melalui katekese dengan model SCP ini, setiap praksis yang telah
dialami dan yang telah direfleksikan secara kritis selanjutnya di-share-kan atau
didialogkan bersama dengan para peserta yang lain. Bagian ini lebih dikenal dengan
istilah sharing dialog. Dalam sharing dialog bukan hanya dalam arti bahwa peserta
harus omong terus menerus dan bergantian dalam suatu pertemuan melainkan para
peserta sungguh-sungguh berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling
mendengarkan pengalaman orang lain. Dialog dimulai dari diri sendiri dan
101
diungkapkan selaras dengan pengalamannya sendiri dalam suasana penuh
persaudaraan dan cinta kasih. Adapun syarat yang perlu diperhatikan antara lain:
cinta akan dunia dan manusia yang menjadi dasar berkomunikasi, sikap kerendahan
hati mau menerima dan memberi pengalaman pribadi, pengalaman iman yang
mendalam yang melibatkan kepercayaan pada manusia lain dengan jujur dan terbuka,
suasana yang mendorong peserta katekese untuk memiliki pengharapan akan
kekuatan Allah dan dukungan dari sesama. Bijaksana terhadap apa yang mau
disharingkan dan yang diterima dari hasil sharing dari orang lain. Sharing terjadi
bukan hanya dialog antara peserta saja tetapi diharapkan antara peserta dengan
Tuhan. Pemaknaan dari setiap setiap pengalaman yang telah disharingkan dan
didialogkan tersebut selanjutnya dilakukan berdasarkan terang tradisi iman Kristiani.
Tradisi itu sendiri merupakan seluruh pengalaman iman umat dalam bentuk
apapun yang sudah terungkap dan yang sudah dibakukan oleh Gereja dalam rangka
menanggapi perwahyuan Allah di dunia ini. Tradisi Gereja meliputi seluruh corak
kehidupan Kristiani, Kitab Suci, ajaran Gereja resmi, interpretasi/tafsir, penelitian
para teolog, ibadat, sakramen, simbol, ritus dan lain sebagainya.
Di dalam tradisi Kristiani terkandung suatu visi yang hendak dicapai bersama
oleh seluruh anggota Gereja semesta. Visi dalam Gereja sebetulnya tidak bisa
dilepaskan dari Tradisi, karena Visi merupakan suatu kenyataan hadirnya
manivestasi konkrit dari isi Tradisi. Jadi Visi merupakan manifestasi konkrit dari
jawaban manusia terhadap janji Allah yang terwujudkan dalam sejarah atau tradisi.
Di sini visi Kristiani merupakan kritik atas praksis perbuatannya masa kini, dan
yang menjadi ukuran keberimanan manusia serta yang senantiasa terbuka akan masa
depan. Melalui konfrontasi antara pengalaman sehari-ahri peserta dengan visi
Krsitiani, sebenarnya peserta diajak untuk melakukan suatu interpretasi terhadap
102
keduanya, sehingga keduanya dapat saling memberikan makna bagi perkembangan
hidup beriman umat Krsitiani. Interpretasi berarti memperjelas, menafsirkan
mengkritik teks dari Tradisi sejauh diungkapkan para ahli dalam rangka
membimbing umat guna menemukan kehendak Allah bagi umat dalam hidupnya
sehari-hari sehingga umat mampu membedakan dan menegaskan kehendak Allah
dalam setiap langkah konkritnya.
b. Langkah-langkah dalam proses Katekese dengan Model SCP
Untuk memahami langkah-langkah katekese dengan model SCP, penulis
terinspirasi oleh gagasan Groome (Sumarno, 2006:..). Dalam gagasan tersebut,
Sumarno menguraikan lima langkah pokok dalam katekese dengan model SCP,
yakni:
1). Langkah 0 (Awal) : Pemusatan Aktivitas
Pada langkah 0 atau langkah awal pendamping katekese mendorong umat
(subyek utama) menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret
yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar
sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan,
dan kebutuhan mereka. Dengan kata lain, langkah ini benar-benar mengajak peserta
untuk melakukan pemusatan aktivitas apa yang hendak dibicarakan dalam pertemuan
katekese ini. Pemusatan Aktivitas yang dimaksud adalah mengungkapkan keyakinan
bahwa Allah senantiasa aktif mewahyukan diri dan kehendak-Nya di tengah
kehidupan manusia. Melalui refleksi, sejarah hidup manusia dapat menjadi medan
perjumpaan antara pewahyuan Allah dan tanggapan manusia terhadap-Nya. Untuk
memfasilitasi peserta, para pendamping iman atau ketekis dapat menggunakan
berbagai sarana yang dapat membantu peserta untuk menemukan kembali
103
pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari yang akan dibicarakan dalam pertemuan
katekese. Adapun macam-macam sarana yang dapat digunakan adalah antara lain:
simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara, film, telenovela dan
lain-lain. Yang perlu diperhatikan oleh katekis adalah bagaimana memilih sarana
yang cocok agar dalam langkah ini peserta terbantu untuk menemukan dan memilih
tema dasar pertemuan. Tema dasar hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta
untuk terlibat aktif dalam pertemuan dan konsisten dengan model “Shared Christian
Praxis” yang menekankan partisipasi dan dialog serta tidak bertentangan dengan
iman kristiani.
2). Langkah I: Pengungkapan pengalaman hidup faktual
Pada langkah pertama ini, katekis sebagai pendamping pertemuan mengajak
para peserta untuk menindaklanjuti apa yang telah dipersiapkan pada langkah 0 di
atas. Berdasarkan tema dasar, langkah ini membantu peserta untuk mengungkapkan
pengalaman hidup faktual.
Katekis mengundang peserta untuk mengungkapkan pengalaman masing-
masing atau permasalahan (sosekbud) yang sedang dihadapi bersama-sama, tentunya
yang sesuai dengan tema dasar yang telah disepakati bersama. Biasanya cara yang
dipakai adalah sharing.
Peserta membagikan (to share) pengalaman hidup yang sungguh-sungguh
dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam dialog ini peserta
boleh diam, karena diam pun merupakan salah satu cara berdialog. Diam tidak sama
dengan tidak terlibat. Adapun bentuk share-nya dapat bermacam-macam: dalam
bentuk lambang, tarian, nyanyian, puisi, pantomim, dan sebagainya. Yang penting,
bentuk itu bisa dimengerti oleh peserta lain dan betul-betul mengungkapkan
pengalaman hidup faktual. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab pendamping
104
katekese pertama-tama adalah sebagai fasilitator yang menciptakan suasana
pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis
hidupnya berkaitan dengan tema dasar. Kalau peserta banyak, sebaiknya dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil; Kedua, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang
jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang
peserta, bersifat terbuka dan obyektif, misalnya: gambarkan atau lukiskan, atau
ceritakan apa yang Anda temui, lihat, dengar, dan lakukan.
3). Langkah II: Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual
Pada langkah kedua ini, katekis mengajak peserta katekese untuk
memperdalam pengalaman hidup yang telah di-share-kan pada langkah pertama
sampai pada kesadaran kritis. Hal-hal yang perlu diperdalam pada kesempatan ini
adalah pertama: pemahaman kritis dan sosial, baik pribadi maupun bersama serta
pengalaman hidup yang telah dibentuk oleh sistem sosial yang hidup dalam
masyarakat ynag saling berhubungan. Kedua; kenangan analisis dan sosial, yang
meliputi penekanan terhadap sejarah hidup peserta, pranata-pranata sosial yang
saling membentuk dan mempengaruhi cara hidup peserta serta masyarakatnya.
Ketiga; imaginasi kreatif dan sosial, yang meliputi: konsekuensi dan tanggung jawab
atas tindakan yang telah dilakukan oleh masing-masing pribadi, kesadaran
keterlibatan dan solidaritas sosial.
Dalam langkah memperdalam pengalaman ini, seorang katekis memiliki
tanggung jawab sebagai: pertama; penciptaan suasana pertemuan yang menghormati
dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta. Kedua, mengundang
refleksi kritis setiap peserta; Ketiga, mendorong peserta supaya mengadakan dialog
dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman,
kenangan, dan imaginasi peserta; Keempat, mengajak setiap peserta untuk berbicara
105
tapi tidak memaksa; Kelima, menggunakan pertanyaan yang menggali tidak
menginterogasi dan mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta;
Keenam, menyadari kondisi peserta, lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan
refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya.
4). Langkah III: Mengusahakan supaya tradisi dan visi Kristiani lebih terjangkau
Langkah ketiga merupakan langkah yang paling pokok karena pada langkah ini
peserta diajak oleh pendamping untuk mampu mengkomunikasikan nilai-nilai
Tradisi dan visi Kristiani dengan pengalaman hidupnya sehingga pengalaman
tersebut lebih bermakna Injili. Dalam hal ini, katekis memiliki tugas yang cukup
penting, yakni mengangkat tradisi dan visi Kristiani ke tengah-tengah umat atau
peserta katekese. Katekis mengungkapkan pewahyuan dan kehendak Allah yang
memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan
tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut. Adapun sifat pewahyuan ilahi yang
perlu diangkat oleh katekis adalah dialogal, menyejarah, dan normatif, seperti
terungkap dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi,
seni dalam Gereja, kepemimpinan, dan kehidupan jemaat beriman.
Walaupun bersifat normatif sedapat mungkin disampaikan secara aktual dan
relevan sesuai dengan kebutuhan peserta dengan cara menafsirkannya. Berkaitan
dengan hal itu, ketekis bertugas untuk menafsirkan Kitab Suci. Adapun sikap dari
katekis pada saat menafsirkan Kitab Suci adalah pertama; menghormati Tradisi dan
visi Kristiani sebagai yang otentik dan normatif; Kedua, cara dan isi tafsiran
bertujuan memberi informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan visi
Kristiani menjadi miliknya. Ketiga, menggunakan metode yang tepat. Pembimbing
bisa menggunakan metode kuliah, diskusi kelompok, memanfaatkan produk-produk
audio-visual atau media murah. Keempat, bersikap tidak mendikte tetapi mengantar
106
peserta ke tingkat kesadaran; tidak mengulang-ulang rumusan; tidak bersikap sebagai
“guru”, adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar. Kelima, tafsiran dari
pembimbing mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri;
Keenam, harus membuat persiapan yang matang dan studi sendiri.
5). Langkah IV : Interpretasi/tafsir dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan
tradisi dan visi peserta.
Pada langkah kempat, katekis mengajak peserta menemukan bagi dirinya
sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik yang
hendak dihilangkan, dan nilai-nilai baru yang hendak diperkembangkan berdasar
nilai Tradisi dan visi kristiani. Dengan kata lain peserta didorong untuk
mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan visi kristiani dan
mempersonalisasikan serta memperkaya dinamika Tradisi dan visi kristiani dengan
pengalaman hidup mereka masing-masing.
Katekis bersama dengan para peserta mendialogkan hasil pengolahan mereka
pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Mereka bertanya,
bagaimana nilai-nilai Tradisi dan visi kristiani meneguhkan, mengkritik atau
mempertanyakan, dan mengundang mereka untuk melangkah pada kehidupan yang
lebih baik dengan semangat, nilai, dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan
Allah. Sebenarnya apa yang diailogkan oleh peserta? Yang didialogkan oleh peserta
adalah perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi, dan penegasannya yang
menyatakan kebenaran, nilai, serta kesadaran yang diyakini. Adapun cara berdialog
peserta adalah dengan tulisan, penjelasan, simbol, atau ekspresi artistik, dsb.
Cara ini bukan berarti tanpa kendala, beberapa hal perlu dihindari dan ini
adalah tugas dari pendamping yang perluy memiliki kejelian dalam memandu. Hal-
hal yang perlu dihindari adalah antara lain subyektivisme dan obyektivisme.
107
Subyektivisme yang dimaksud adalah bahwa pendapat peserta dipandang sebagai
yang paling benar; sedangkan obyektivisme yang dimaksud dalam hal ini adalah
bahwa tafsiran pembimbing sebagai kebenaran satu-satunya.
Dalam menyikapi kedua hal ini, seorang katekis perlu : pertama; menghormati
kebebasan dan hasil penegasan peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran
pembimbing; kedua, meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan
nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani;
ketiga, mendorong peserta untuk merubah sikap dan pendengar pasif menjadi pihak
yang aktif; keempat, menyadari bahwa tafsiran pembimbing bukan kata mati;
kelima, mendengar dengan hati tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta.
6). Langkah V: Keterlibatan baru demi makin
terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini
Pada langkah yang terakhir ini, pendamping katekese mengajak peserta agar
sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap
pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam
kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Dengan
kata lain, peserta diajak untuk memiliki keprihatinan terhadap realitas sosial sehingga
semakin terdorong untuk semakin terlibat dan mengusahakan metanoia dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Harapanya adalah peserta mampu mengambil
keputusan ke arah yang lebih baik dan tentu saja meskipun masing-masing peserta
memiliki fokus perhatian dan kebutuhan yang berbeda tetapi arahnya tetap sama,
yakni demi kebaikan bersama.
Dalam hal peran pendamping: pertama, membantu peserta untuk menyadari
hakikat praktis, inovatif, dan transformatif dari langkah ini; kedua, merumuskan
pertanyaan-pertanyaan operasional yang membantu ke arah itu; ketiga, menekankan
108
sikap optimis yang realistis pada peserta; keempat, pembimbing dapat merangkum
hasil langkah pertama sampai keempat, supaya dapat lebih membantu peserta;
kelima, mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama;
keenam, sebagai penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk
mendoakan keputusan.
B. Usulan Program Katekese Umat dengan Model SCP
Dalam mengaplikasikan ide atau gagasan yang telah dikemukakan dalam bab-
bab sebelumnya, yakni mengenai Kesetiaan Iman Maria yang dapat menjadi sumber
inspirasi bagi usaha meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan, berikut ini penulis akan mengusulkan program
Katekese yang khusus bertemakan Maria.
Selain sebagai bentuk aplikasi, pada bagian ini juga merupakan suatu usaha
dari penulis dalam membantu anggota umat untuk belajar lebih dalam tentang Maria.
Untuk membantu mengembangkan iman umat di lingkungan St. Ignatius
Cokrodiningratan perlu suatu program yang tersusun secara sistematis, teratur dan
berkala. Mengingat bahwa pengembangan iman ini sangat penting maka yang perlu
diperhatikan adalah: sasaran program, isi dan pemilihan model dalam katekese.
Adapun yang menjadi sasaran dari program adalah umat di lingkungan St. Ignatius
Loyola Cokrodiningratan Yogyakarta. Adapun alasan mengapa sasaran ini dipilih
adalah berdasarkan hasil penelitian, penulis melihat bahwa kesempatan untuk belajar
tentang kesetiaan iman Maria umat di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan seperti yang diusulkan oleh penulis masih kurang sehingga tidak
sedikit umat yang belum memahami kesetiaan Maria walaupun dalam kenyataan
mereka sudah melaksanakaannya tetapi ketika ditanya tentang Maria oleh orang lain
mereka tidak bisa memberikan jawaban yang memadai.
109
Sedangkan isi program adalah pemahaman dan keteladanan kesetiaan Maria
baik yang dikisahkan dalam Kitab Suci maupun yang dialami oleh umat. Dengan
belajar dari pengalaman umat mengenai kesetiaan iman Maria, penulis berharap
program ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan iman
umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.
Dalam hal ini Penyusunan program katekese mempunyai peranan yang penting
karena program adalah suatu rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang
akan dijalankan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:702). Dalam hubungan
dengan meningkatkan kualitas beriman program berarti prosedur yang dijadikan
landasan untuk menentukan isi dan urutan acara yang akan dilaksanakan. Supaya
usulan penulis ini dapat dipahami lebih jelas, berikut ini adalah matrik program
Pendalaman Iman dan satu contoh bentuk persiapan pertemuannya.
110
1. Contoh Persiapan Katekese Umat dengan Model SCP
A. Identitas
1. Judul Pertemuan : Peka terhadap kehadiran Tuhan yang memberdayakan
2. Tujuan : Peserta diajak untuk semakin peka terhadap kehadiran
Tuhan yang memberdayakan dalam hidup sehari-hari,
sehingga semakin setia dan percaya kepadaNya.
3. Peserta : Umat lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan.
4. Tempat : Salah satu rumah keluarga
5. Waktu : Pukul 19.30- 21.00 WIB
6. Metode :- Bercerita
- Sharing pengalaman
- Tanya jawab
- Diskusi
- Refleksi
7. Model : Shared Christian Praxis
8. Sarana : Buku Madah Bakti, No.541, Salam Maria. No. 538.
Perawan pilihan Allah; teks Cerita “Percaya Kepada Allah”,
Teks Injil Lukas 1:26-38
9. Sumber Bahan : Injil Lukas 1:26-38, Leks, S. 2003. Tafsir Injil Lukas.
Yogyakarta: Kanisius; Wharton, PJ.1994. 111 Cerita & Perumpamaan bagi
para Pengkhotbah dan Guru. Yogyakarta: Kanisius.
B. Pemikiran Dasar
Tidak mudah bagi seseorang untuk peka terhadap kehadiran Tuhan. Apalagi
dalam peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi dalam hidup baik di tengah keluarga
111
atau di lingkungan masyarakat. Sebagai contoh, apabila dalam keluarga kita
suasananya rukun dan semua orang yang ada di dalamnya merasa betah dan bahagia,
saling melayani satu sama lain, sebenarnya disitulah Tuhan menghadirkan diri. Kita
beranggapan bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita melalaui peristiwa-peristiwa yang
istimewa dan luar biasa dan itu membawa pengaruh yang luar biasa pula dalam hidup
kita.
Sebenarnya Tuhan hadir dalam hidup kita tanpa dapat kita duga. Bahkan Ia
datang seperti pencuri yang tidak kita ketahui kapan datangnya. Dalam Injil Luk 1:
26-38, Maria kedatangan tamu, yaitu Malaikat Gabriel. Malaikat itu diutus oleh
Tuhan, datang membawa warta kepada Maria, bahwa Maria akan mengandung.
Warta tersebut meskipun kelihatan menyenangkan, namun penuh resiko.
Maka dijelaskan kepada Maria “jangan takut” sebab Allah sendirilah yang
berkenan. Maria mencoba mengelak. Namun sekali lagi ditegaskan kepada Maria
bahwa Allah akan menyertainya, maka Maria menjadi percaya dan bersedia. Maria
melihat bahwa apa yang mustahil di mata manusia, merupakan hal yang biasa bagi
Allah.
Maria berani menanggapi sapaan Tuhan yang hadir melalui malaikat Gabriel,
karena ia yakin bahwa apa yang baik bagi Tuhan adalah baik juga bagi dirinya. Sikap
Maria ini adalah sikap seorang yang sungguh peka akan kehadiran Tuhan dan rendah
hati mau menerimanya, sehingga mempercayakan seluruh hidupnya ke tangan
Tuhan. Maka dalam pertemuan kali ini, kita berharap agar semakin peka terhadap
kehadiran Tuhan dan rendah hati pula untuk menerima kehendak Allah. Selain itu
kita juga percaya, bahwa Ia pasti memberikan yang terbaik bagi kita.
Dengan menyadari atau peka terhadap kehadiran Tuhan terlebih dalam hidup
kita di tengah keluarga. Maupun masyarakat, melalui kehadiran, kebersamaan, dan
112
kerukunan dengan sesama dan lain sebagainya. Kita boleh percaya bahwa Tuhan
selalu hadir, menyertai, dan melindungi perjalanan kita sehari-hari. Dalam segala hal
terlebih dalam pengalaman kecil dan sederhana kita diharapkan peka terhadap
kehadiran Tuhan.
Dengan bercermin dan meneladani Bunda Maria, ibu Tuhan sendiri, sikap dan
semangat itu diharapkansemakin tumbuh dan mewarnai seluruh hidup kita baik
dalam keadaan suka maupun duka. Tuhan hadir bukan hanya peristiwa yang
menyenangkan, melainkan juga melalui peristiwa-peristiwa yang sudah sering kita
alami dan kita anggap sebagai hal biasa-biasa saja dalam hidup kita.
C. Pengembangan langkah-langkah
1. Pengantar
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada
malam hari ini kita bertemu kembali sebagai satu keluarga dalam Kristus. Kita
sebagai manusia dihargai dan dipilih oleh Allah untuk ikut ambil bagian dalam
sejarah keselamatan. Namun, seringkali kita kurang menyadari bahwa manusia
yang sungguh berharga di hadapan Allah.
Dalam hidup sehari-hari kita kurang peka terhadap kehadiran Tuhan, sehingga,
membuat kita kurang percaya kepadaNya. Untuk mengawali pertemuan ini marilah
kita menyanyikan lagu pembukaan.
2. Lagu pembukaan
Madah Bakti No.541 “ Salam Maria”. (Lih. Lamp. 1)
3. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang Maha baik, kami mengucapkan syukur dan terimakasih
kepada-Mu atas anugerah dan cinta kasihMu yang selalu Engkau curahkan setiap
113
saat kepada kami. Pada saat ini kami ingin bersama-sama menggali dan mendalami
serta merefleksikan pengalaman kami dalam terang sabdaMu tentang sikap peka
terhadap kehadiranMu dalam hidup kami, karena kami sungguh percaya pada
kehendak-Mu atas diri kami masing-masing. Dengan meneladani sikap iman bunda
Maria, ya Tuhan, kami mohon kepadaMu agar selalu memberi semangat dan
kekuatan sehingga kami semakin mampu menyadari kehadiranMu dalam hidup
kami dan melaksanakan sabdaMu sebagai wujud konkrit kepercayaan kami
kepadaMu. Demi Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
4. Langkah I : Pengungkapan pengalaman hidup faktual
a. Membagikan teks cerita “Percaya Kepada Allah” kepada peserta.
b. Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta membaca dan
mempelajarinya sendiri.
c. Pendamping meminta seorang peserta menceritakan kembali dengan kata-kata
sendiri isi pokok dari cerita “Percaya kepada Allah”.
d. Pengungkapan pengalaman : peserta diajak mendalami cerita dengan tuntunan
pertanyaan-pertanyaan :
1) Apakah pengkhotbah peka terhadap kehadiran Allah dalam cerita tadi?
2) Ceritakanlah pengalaman bapak/ibu, ketika mengalami bahwa Tuhan hadir
dalam hidup sehari-hari dan bagaimana menanggapi Kehadiran Tuhan dalam
hidup?
Percaya kepada Allah
Suatu ketika ada banjir besar melanda suatu daerah dan seorang pengkhotbah berenang ke tempat yang dalam untuk menolong siapa saja sedapat mungkin. Air naik sampai ke pinggangnya dan masih naik juga ketika dia menolong seorang lelaki
114
dan wanita yang terluka. Sebuah sampan datang mendekat dan salah seorang berkata kepada Pengkhotbah itu. “biarlah saya menyelamatkan engkau” pengkhotbah itu berkata, “Ambil dua orang ini Allah akan menyelamatkan saya.” Sampan kedua itupun menjauhi dia. Air naik sampai di dagunya sementara dia berjuang untuk menyelamatkan seorang ibu dan dua anaknya. Sampan lain datang mendekat dan seorang dalam sampan itu berkata, “ Mari, biar saya menyelamatkan engkau.” Pengkhotbah itu berkata lagi, “Selamatkanlah orang-orang malang ini. Allah akan menyelamatkan saya.” Sampan yang kedua itupun menjauhi dia dengan memuat orang lain. Akhirnya air sampai ke kepala pengkhotbah dan dia tenggelam. Tetapi dia menemukan dirinya berada di gerbang mutiara dan Santo Petrus menuntun dia maju ke depan Allah yang mahakuasa. Pengkotbah itu mengatakan, “Tuhan, saya selalu menjalani hidup yang baik, memberi makan kepada yang lapar, menolong para tunawisma, seringkali berdoa, dan mengantar banyak orang untuk percaya kepadaMu. Katakanlah kepadaku, mengapa engkau tidak menolong aku ketika aku berada di tengah banjir itu ?” Tuhan menjawab,”Jangan mempersalahkan aku. Aku telah berbuat segala sesuatu untuk menolong engkau. Bukankah Aku mengirim dua sampan untuk engkau?”
e. Rangkuman
Dalam cerita tadi seorang pengkhotbah mempunyai niat baik dengan menolong
orang-orang yang kesulitan karena sedang dilanda banjir. Ada beberapa orang yang
berhasil ia selamatkan. Sementara ia sibuk menolong orang lain, air terus saja naik
tanpa dapat dibendung. Di sela-sela kesibukannya itu ada dua buah sampan yang
datang mendekat untuk menolong dia. Namun, ia tidak mau mendahulukan orang
yang tolong agar mereka menolong dia. Banjir semakin besar dan ia tetap bersih
keras dengan pendiriannya. Akhirnya air sampai di kepala dan menenggelamkannya.
Ketika ia bertemu Tuhan digerbang surga, ia bertanya kepada Allah mengapa ia tidak
diselamatkan. Dan dengan lembut Tuhan mengatakan bahwa ia telah berusaha
menyelamatkanya dengan mendatangkan dua buah sampan, namun ia mau
menanggapinya. Ternyata itulah cara Allah untuk menyelamatkannya.
5. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup faktual
a. Pengantar
Selanjutnya peserta diajak untuk mendalami cerita dengan pertanyaan sebagai
berikut:
115
1. Mengapa Pengkhotbah tidak peka terhadap kehadiran Allah?
2. Cara-cara apa saja yang bapak/ibu gunakan untuk menanggapi kehadiraan
Tuhan dalam hidup!
b. Rangkuman
Dalam cerita tadi ternyata si pengkhotbah tidak peka terhadap kehadiran Tuhan
yang hadir untuk menolongnya melalui perantaraan dua orang dengan dua
perahunya. Ia tidak peka dan tidak menyadari bahwa Tuhan hadir melui peristiwa
kecil seperti itu. Ia mengharapkan Tuhan akan datang sendiri atau membuat suatu
mujizat untuk menyelamatkan dirinya.
Sebaliknya, dalam pengalaman bapak/ibu, Tuhan sungguh hadir. Misalnya jika
sakit parah dan dapat disembuhkan dari penyakit itu, kita akan merasa bahagia dan
gembira. Kita sungguh mengalami bahwa Tuhanlah yang hadir dan membawa serta
memberi kesembuahan bagi kita. Atau, bila hubungan dalam keluarga baik kita
menyadari bahwa ternyata Tuhan hadir dan semua anggota keluarga hidup dengan
bahagia.
6. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau
a. Pengantar
Pendamping meminta salah seorang peserta untuk membaca perikop Injil
Lukas 1:26-38. Peserta diberi kesempatan untuk hening sambil merenungkan dan
menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan bantuan pertanyaan penuntun sebagai
berikut:
1. Ayat-ayat mana dalam bacaan tadi yang menunjukan kepekaan Maria dalam
menanggapi kehadiran Tuhan? Mengapa?
116
2. Sikap apa yang mau ditanamkan dalam perikop tadi sebagai tanda kepekaan
kita terhadap kehadiran Tuhan.
b. Rangkuman
Peserta diajak untuk menemukan dan mengungkapkan pesan inti perikop
sehubungan dengan dua pertanyaan di atas. Pendamping memberikan interpretasi
dari perikop Injil Lukas 1:26-38 dalam hubungannya dengan tema dan tujuan sebagai
berikut.Dalam ayat 28 diceritakan bahwa malaikat Gabriel masuk ke dalam rumah
Maria dan memberi salam padanya. Malaikat Gabriel berkata, “Salam, hai engkau
yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”. salam tersebut tidak mempunyai makna
yang istimewa. Kata salam itu sama seperti kata “Selamat pagi/siang/malam” dalam
bahasa Indonesia. Tetapi Maria kebingungan mendengar salam yang biasa itu karena
langsung disusul dengan kata “yang dikaruniai”.
Maria dikaruniai Allah, artinya Maria menjadi manusia pilihannya sehingga
diberi peranan dalam sejarah penyelamatan. Kunjungan malaikat sendiri yang berarti
Allah menghadirkan diri bagi Maria merupakan bukti pilihannya itu. Ungkapan
“Tuhan menyertai engkau” lebih menegaskan apa yang sudah dinyatakan dalam
salam tadi: Tuhan sudah ada (hadir), bukan “akan ada” dalam hidup Maria,
menyertainya, berkarya dalam dirinya. Ia berkarya dalam hidup Maria secara leluasa.
Tetapi kalau Allah menyertai seorang pilihanNya, maka ia tidak hanya
melindunginya tetapi terutama menawarkan kepadanya suatu misi.
Dalam ayat 29 diceritakan bahwa Maria terkejut mendengar perkataan
malaikat Gabriel dan bertanya apa arti dari salam itu. Maria bukan wanita yang pura-
pura rendah hati, atau kaget karena kunjungan malaikat. Sesungguhnya ia bingung,
merasa terkejut karena isi ucapan malaikat yang langsung dipahaminya sesuatu yang
117
sangat misterius. Manusia yang merasa ketakutan berhadapan dengan Allah atau
utusanNya ditenangkan dan dihimbau agar mengatasinya dengan penuh percaya.
Dari dua ayat di atas, terlihat bahwa Maria bingung dan terkejut menanggapi
kehadiran Allah. Namun, ia menyadari dan melihat kehadiran Allah itu merupakan
wujud Allah yang berkenan menghadirkan diri dalam dirinya. Maria melihat bahwa
apa yang mustahil bagi manusia merupakan yang biasa bagi Allah. Maria berani
melihat sisi Ilahi dari hidup ini.
Meskipun dalam ayat selanjutnya (ay.34), Maria bertanya bagaimana caranya
nubuat yang diwartakan oleh malaikat kepadanya dapat terjadi, yaitu bahwa ia akan
melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaknya diberi nama Yesus, yang akan
menjadi besar, disebut anak Allah yang maha tinggi yang akan menduduki tahta
Daud dan menjadi raja atas keturunan Yakub, serta kerajaannya tidak akan
berkesudahan (ay. 32-33). Dengan pertanyaannya itu, Maria sesungguhnya
menyatakan keyakinannya bahwa itu akan terjadi, tetapi ia masih mempertanyakan
caranya, sebab ia masih perawan. Setelah mendengar jawaban malaikat Gabriel,
maka Maria berkata “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (ay. 38a) ia menanggapi kehadiran Tuhan dalam hidupnya, Maria
siap menjadi hamba Tuhan, artinya ia siap untuk melaksananakan kehendakNya. Ia
ingin taat kepada Allah, melekat kepadaNya, dengan seluruh jiwa raganya. Maria
pasti sadar bahwa ia menghadapi misteri yang tak terpahami, serupa pelayan/hamba
yang disuruh untuk melakukan suatu pesan tanpa diberi penjelasan yang tuntas.
Kebesaran Maria ada pada penyerahan dirinya secara menyeluruh terhadap
tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karya yang dimulai Allah dalam dirinya.
Sebagai orang beriman sejati, Maria sadar bahwa pelaksanaan kehendak Allah selalu
terjadi dalam sejarah dan tidak terbatas pada huruf Kitab Suci. Allah memang selalu
118
menghadirkan diriNya dalam kehidupan manusia.
Perikop Injil ini menawarkan sikap peka, pasrah, terbuka, penuh kesadaran, percaya
dan penuh iman menanggapi kehadiran Allah. Manusia perlu selalu menyadari
bahwa Allah sejak semula telah hadir dalam dirinya. Karena itu, perlulah membuka
budi dan pikiran agar senantiasa peka menanggapi kehadiran Allah itu.
7. Langkah IV: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan visi Kristiani
dengan Tradisi dan visi Peserta
a. Pengantar
Dari awal tadi kita telah mencoba untuk menggali pengalaman kita bersama
dalam menanggapi kehadiran Allah dalam hidup kita. Dalam cerita tadi ternyata
Pengkhotbah masih kurang peka menanggapi kehadiran Allah. Kita juga kadang-
kadang peka, seringkali kita juga kurang menyadari kehadiran Allah dalam hidup
kita sehari-hari. Namun Maria dalam perikop Injil tadi, meskipun pada awalnya
bingung dan takut menanggapi kehadiran Allah dan kurang peka terhadap
kedatangan malaikat Gabriel, tapi akhirnya ia menanggapi kehadiran Allah dalam
hidupnya dengan penuh kepercayaan dan menyerahkan seluruh hidup kepadaNya,
sehingga rencana keselamatan Allah dapat terwujud. Sebagai bahan refleksi bagi
kita, maka kita diajak untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan berikut: Sikap
mana yang perlu saya perjuangkan agar semakin peka dan mampu menanggapi
kehadiran Allah dalam hidupku?
Sebagai bahan refleksi atas pengalaman dan pesan injil hari ini kita diajak
untuk membangun sikap agar semakin peka dan mampu menanggapi kehadiran
Allah dalam hidup sehari-hari?
119
1. Apakah dengan cerita Kitab Suci ini kita semakin disadarkan dan dimampukan
untuk senantiasa peka terhadap kehadiran Tuhan dalam hidup kita ?
2. Sikap-sikap manakah yang perlu kita Perjuangkan dalam hidup agar kita
sungguh-sungguh peka terhadap kehadiran Tuhan dalam hidup kita ?
b. Pedoman rangkuman
Maria dengan teladannya mengajak kita untuk semakin peka dan mampu
menanggapi kehadiran Allah dalam hidup kita dengan sikap pasrah, percaya,
menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah, dan melaksanakan segala perintah
dengan sepenuh hati dan kritis. Kita harus selalu menyadari bahwa sejak awal
kehidupan kita Allah telah hadir di dalam diri kita. Oleh karena itu, kita sebagai
orang yang beriman kepadaNya dituntut untuk selalu menyadari kehadiran Allah
dalam hidup kita, entah di dalam setiap anggota keluarga kita atau sesama yang kita
temui setiap hari.
Kepekaan terhadap kehadiran Allah itu akan mampu menyadarkan kita untuk
semakin percaya kepadaNya dan menyerahkan segala persoalan hidup kepadaNya,
sehingga kita yakin bahwa Allah akan selalu melindungi dan menyertai kita dalam
setiap perjuangan hidup kita. Dengan kepekaan pula kita akan selalu dapat bersyukur
atas segala hal yang boleh kita alami. Tuhan tidak pernah berjanji kepada kita
bahwa hidup ini akan selalu mudah untuk dijalani namun Ia berjanji akan selalu
menyertai perjalanan hidup kita.
8. Langkah V: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya Kerajaan Allah di
Dunia
a. Pengantar
Bapak, ibu, saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita
bersama-sama menggali pengalaman kita melalui cerita singkat yag menceritakan
120
sikap Pengkhotbah yang kurang peka menanggapi kehadiran Allah itu, kita
diingatkan untuk semakin peka dan mampu menanggapi kehadiran Allah dalam
hidup kita, terutama dalam peristiwa hidup yang tak terduga. Demikian pengalaman
bapak, ibu, saudara-saudari sekalian dalam menanggapi kehadiran Allah, seringkali
pula kita tidak menyadari lalu mengabaikan kehadiran Tuhan itu bagitu saja.
Dalam Injil Lukas, kita diingatkan kembali melalui keteladanan Bunda Maria
untuk semakin peka akan kehadiranNya, percaya kepadaNya, dan melaksanakan
kehendakNya dengan sikap tulus, setia, menerima, dan percaya. Dengan demikian
kita akan selalu mendapat perlindungan dan penyertaan dari Allah. Maka sikap-sikap
itu harus juga menjadi bagian dalam hidup kita. Agar kita mampu mewujudkan kasih
Allah dalam hidup kita. Dengan bantuan dan kekuatan dari Allah sendiri kita yakin
bahwa hidup kita akan semakin bermakna, jika kita memaknai kehadiran Tuhan
dalam hidup kita dengan melaksanakan pekerjaan dan cara hidup yang bermutu.
Mempunyai hati yang suci dan terbuka pada kehendak Allah, layak kita perjuangkan
sebagai cara pemaknaan hidup.
Peserta diajak untuk memikirkan niat untuk lebih menghayati sikap peka
dalam menanggapi kehadiran Allah dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
Niat apa yang hendak kita lakukan untuk mewujudkan sikap peka terhadap
kehadiran Allah bagi sesama?
9. Penutup
121
a. Setelah selesai merumuskan niat peserta diajak untuk menyampaikan doa-doa
permohonan secara spontan dan diakhiri dengan doa Bapa Kami dengan
Pengantar doa sebagai berikut:
Bapak, ibu, saudara-saudari yang terkasih, kehadiran Allah dalam diri kita telah
mendorong kita untuk memanjadkan doa-doa kepadaNya:
b. Doa Penutup
Allah Bapa yang mahakasih, kami mengucap syukur dan berterimakasih
kepadaMu, karena anugerah dan kasihMu yang berlimpah kepada kami. Engkau
selalu menghadirkan diri kepada kami, namun kami seringkali kurang menyadari
kehadiranMu itu. Dalam pertemuan ini Engkau telah menyadarkan kami untuk
semakin peka terhadap kehadiranMu terutama dengan meneladani Bunda Maria
yang pasrah, rendah hati, percaya dan menyerahkan diri untuk menanggapi
kehadiranMu. Kami mohon curahkan Roh KudusMu ke dalam hati dan pikiran kami,
sehingga kami juga mampu menanggapi kehadiranMu dengan hati terbuka dan
melaksanakan kehendakMu dalam hidup kami demi kemuliaan namaMu. Demi
Kristus Pengantara kami, yang hidup kini dan sepanjang masa. Amin
c. Lagu Penutup
Madah Bakti No. 528 “Terpilih Bunda Maria” ( Lih. Lamp.1)
BAB V
PENUTUP
Pada bab lima penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran yang
diharapkan dapat berguna bagi umat Kristiani, khususnya umat di lingkungan St.
Ignatius Loyola Cokrodiningratan dalam usaha meningkatkan kualitas hidup beriman
dengan belajar dari kesetiaan iman Maria.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lingkungan St. Ignatius Loyola
Cokrodiningratan dan studi pustaka tentang kesetiaan iman Maria, penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa kedudukan Maria dalam Gereja memiliki keistimewaan
dan umat sendiri kerapkali berdoa dengan perantaraannya, baik dalam bentuk yang
sederhana (doa rosario di lingkungan atau pribadi) maupun dalam bentuk yang cukup
meriah (Ziarah, Devosi dan lain-lain).
Berbagai kegiatan doa yang disemangati oleh Spiritualitas Maria yang
dilakukan oleh umat Kristiani tertentu memiliki tujuan untuk semakin
berkembangnya kualitas hidup beriman jemaat. Tetapi, berkaitan dengan hal itu,
kegiatan-kegiatan doa ini kurang didukung dengan wawasan iman yang cukup luas
dan mendalam. Terutama dalam memahami Maria. Tidak sedikit umat yang masih
belum memahami Maria sesuai dengan yang diajarkan oleh Gereja sendiri. Maka
berkaitan dengan hal itu, penulis sadar bahwa umat Kristiani yang demikian perlu
mendapat pendampingan dan pembinaan yang cukup intensif agar hidup doa mereka
semakin mendalam dan berkualitas. Dan, berdasarkan hasil penelitian di lingkungan
123
St. Ignatius Cokrodiningratan, penulis melihat bahwa kelemahan dalam hal
pengetahuan iman inilah yang cukup memprihatinkan. Umat di lingkungan ini kerap
memahami Maria sebagai pengabul doa dan bukan pengantara antara Allah dan
manusia. Pemahaman ini tentu saja salah kaprah dan perlu ada orang yang
meluruskan kesalahkaprahan ini.
Dengan penjelasan mengenai Maria terutama tentang kesetiaan iman Maria
yang ditulis dalam bab III, penulis berharap pengetahuan iman umat di lingkungan
ini tentang kesetiaan iman Maria semakin luas dan mendalam. Kesetiaan iman akan
Allah akan semakin nampak dalam kata dan tindakan hidup sehari-hari. Kepekaan
untuk menyadari kehadiran Allah merupakan bentuk kesetiaan iman seseorang, di
mana dengan semakin pekanya hati seseorang maka ia semakin mampu membuka
diri pada Allah dan itu artinya kesetiaan iman semakin berkembang.
Berkaitan dengan hal di atas, pada bab IV penulis memaparkan katekese
dengan model SCP agar para pendamping umat (katekis) semakin mampu
mendampingi dan memberdayakan umat dalam hidup imannya. Berkaitan dengan
apa yang telah ditulis dalam skripsi ini, penulis melihat ada tiga point pokok yang
dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam mewujudkan umat yang
memiliki kesetiaan iman pada Allah:
1. Umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan merupakan sebagian
kecil dari umat Kristiani yang cukup memberikan perhatian terhadap iman
kepercayaan Gereja tentang Maria. Maria yang memiliki kedudukan yang
istimewa dalam Gereja sedikit banyak telah memberikan warna tersendiri bagi
perkembangan hidup beriman umat Kristiani. Tidak sedikit umat yang merasa
terbantu, terinspirasi dan mendapat keteladanan khususnya dalam hal kesetiaan
iman akan Allah. Kenyataan ini merupakan angin segar bagi Gereja untuk
124
terus-menerus berjuang untuk semakin mengokohkan Kerajaan Allah di dunia
ini. Namun, meskipun demikian perlu ada usaha yang terus-menerus pula agar
penghayatan hidup iman umat yang terinspirasi oleh kesetiaan iman Maria
semakin mendalam dan dewasa. Seperti yang terungkap dalam hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa tidak sedikit umat yang belum memahami Maria
sesuai dengan yang diajarkan oleh Gereja. Kenyataan ini akan terus menerus
terjadi apabila tidak ada usaha yang cukup intensif dari pihak-pihak yang
berkepentingan dan memiliki kompetensi lebih di bidang ini.
Sebagai angota Gereja yang merasa bertanggung jawab terhadap keprihatinan
ini, penulis mengusulkan agar pendampingan yang dilakukan terhadap umat
dapat dimulai dengan mengenal keadaan awal umat, khususnya dalam hidup
doanya. Devosi-devosi kepada Santa Perawan Maria yang selama ini dilakukan
umat di lingkungan St. Ignatius Cokrodiningratan ternyata mampu memberikan
kontribusi yang berarti bagi perkembangan kualitas hidup beriman mereka.
Adapun bentuk-bentuk devosi yang dirasa membantu mereka adalah novena,
ziarah dan doa rosario. Kegiatan ini merupakan usaha-usaha yang dapat
dilakukan untuk membangun kehidupan iman mereka selama ini. Gereja sendiri
telah memberikan landasan dan pedoman usaha berupa 5 bidang tugas Gereja.
Maka oleh sebab itu, sedapat mungkin umat Kristiani mampu bergerak dalam
kelima bidang tersebut.
2. Gereja senantiasa telah merumuskan sedemikian luas dan mendalamnya posisi
Maria dalam Tubuh Mistik Gereja. Secara khusus Gereja telah
mendeskripsikan Maria sekaligus cara umat memahaminya dalam dokumen-
dokumen Gereja seperti Lumen Gentium dan Dei Verbum. Tidak mudah
memang memahami ajaran Gereja tentang Maria ini tetapi bukan berarti itu
125
tidak mungkin untuk dipelajari dan dipahami oleh umat Kristiani secara
keseluruhan. Maka untuk membantu umat Kristiani yang masih belum mampu
memahami Maria secara luas dan mendalam diperlukan orang-orang yang
belajar secara khusus tentang hal itu, misalnya saja para alumni IPPAK-USD
untuk mensosialisasikan ajaran gereja ini secara intensif.
3. Untuk melakukan sosialisasi atau juga untuk membantu mereka semakin
mampu menghayati kesetiaan iman Maria dalam hidup umat Kristiani sehari-
hari dapat dilakukan katekese. Sesuai dengan bidang yang di pelajari oleh
penulis, yakni ilmu katekese hendaknya katekese yang dilakukan telah
dipersiapkan sedemikian rupa dan sedapat mungkin dipersiapkan secara
sistematis agar proses katekse lebih efektif. Salah satu model yang dapat
dipakai dalam berkatekese adalah model SCP, dimana dengan menggali
pengalaman hidup peserta, nilai-nilai luhur Injil dapat terungkap dan umat
semakin dekat dengan Allah yang diimaninya.
B. Saran
1. Sehubungan dengan iman yang diyakini sebagai anugerah Allah yang istimewa,
maka iman itu perlu terus menerus disyukuri. Iman perlu dipelihara dan
dipupuk agar tumbuh dan berkembang sebagaiman dikehendaki oleh Allah.
2. Sebagaimana maria menjadi pendengar dan pelayan Sabda, hendaknya sebagai
umat beriman kita juga terus-menerus membangun hidup dengan berlandaskan
Sabda Allah.
3. Program katekese yang sudah dijabarkan dalam 5 (lima) sub tema, hendaknya
dapat dilaksanakan oleh penulis agar semakin mampu memahami sosok Maria
dan sekaligus meneladani iman Maria dalam kesetiaannya menjawab panggilan
Tuhan. Apabila Program Katekese ini dilaksanakan oleh para Katekis dan
126
Tokoh umat, hal ini pelu suatu kaderisasi bagi para Katekis dan Tokoh umat,
agar mereka terlebih dahulu paham dan mengetahui makna dari kesetiaan Iman
Maria itu sendiri, sehingga mempermudah mereka untuk memberikan atau
memandu katekese yang dilakukan di lingkungan.
4. Maria menerima segala peristiwa yang terjadi dalam hidupnya dengan
kacamata iman. Maria melihat peristiwa itu dalam rangka penyelamatan Allah.
Karena itu hendaknya sebagai umat beriman memperluas pandangan agar dapat
mengerti dan memahami sungguh sosok dan peran Maria dalam keseluruhan
rencana Allah, melalui buku, dengan membiasakan membaca buku, tekun dan
sabar dalam menghadapi setiap peristiwa hidup serta pasrah pada
penyelenggaraan Allah yang menyelamatkan.
127
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (2006). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bernard, Häring. (1992). Maria dalam Hidup Kita Sehari-Hari. Yogyakarta:
Kanisius. Caril, J.B. (1957). Mariologi II. The Bruce Publising Company: Milwaukee. Cristiane, Gaud. Bernard, Descouleurs. (1988). Kisah Maria. Yogyakarta. Kanisius. Daia, Willem. (2004). Berdoa dengan 9 ragam Rosario. Yogyakarta: Yayasan
Pustaka Nusatama. Darmawijaya, St. (1994). Maria Bunda Iman Kita. Yogyakarta: Kanisius. ----------. (1997). Yesus Kristus dan Bunda Maria. Yogyakarta: Kanisius. ----------. (2002). Perempuan di Sekitar Yesus. Yogyakarta: Kanisius. Darminta, J. (1994). Maria Bunda Iman Kita. Yogyakarta: Kanisius. -----------. (1995). Dari Madah Maria ke Spiritualitas Gerakan. Yogyakarta:
Kanisius Eddy Kristiyanto, A. (1987). Maria dalam Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Emanuel, Frans, da Santos. (2001). Sejenak Bersama Bunda Maria. Jakarta: Obor. Govaart, Halkes, Tine, Maria Bunda Orang Beriman, Seri Pustaka no.73,
Yogyakarta, PUSKAT. Groenen, C. (1998). Mariologi Teologi dan Devosi. Yogyakarta: Kanisius. -----------. (1988). Maria Teladan Para Pengikut Kristus. Rohani. Harun, Martin. (1988). Maria dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Huber, TH. (1981). Katekese Umat: Hasil pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-
Indonesia II. Yogyakarta: Kanisius Iswanti. (2003). Kodrat yang Bergerak. Yogyakarta: Kanisius. Jacob, T. (1984). Yesus dan Maria, Yogyakarta: Kanisius. ----------. (1987). Gereja Menurut Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius. Kirchberger, Georg. SVD (1988). Dogma-dogma tentang Maria. Seri buku
pastoralia. XIV. Ende: Arnoldus Leks, Stefan. (1992). Yesus Kristus: Menurut keempat Injil. Yogyakarta: Kanisius Maloney, George.A. (1990). Maria Rahim Allah. Yogyakarta: Kanisius Mardiatmadja. (1985). Beriman dengan Bertanggungjawab. Yogyakarta. Kanisius. Moleong, Lexy. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Njiolah, Hendrik. (2002). Menyelami Makna Doa “Salam Maria”. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusatama. Patrisius, P. (2006). Jadilah Padaku Menurut PerkataanMu. Yogyakarta: Kanisius. Sukmadinata, Syaodih. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Sukirman, D. (2004). Dokumen Lingkungan: Laporan Kegiatan Umat Katolik
Lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Sumarno, Ds., M. (2005). Pengantar Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah
Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semesetr VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Snata Dharma Yogyakarta.
Sutrisnaatmaka, A.M. (2003). Segi-segi Hidup Beriman. Manuskrip dalam rangka Perayaan Dasawarsa Keuskupan Palangka Raya tanggal 18 Mei 2003
Stinissen, Wilfried. (2005) Maria dalam Kitab Suci dan dalam Hidup Kita. Malang Dioma.
128
Tule, Philipus. (2000). Para Perempuan di Sekitar Yesus. Ende: Nusa Indah. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan thn 1
LAMPIRAN
(1)
Lampiran I: Deskripsi Hasil Wawancara
• Responden I
Tanggal : 5 Juni 2007 Tempat : Biara JMJ Identitas Responden : Mas Seno
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah sebagai
sahabat, Bunda Allah atau siapa, menurut anda?
Inspirasi bagi saya, bagaimana kita menyikapi, mengimani Allah. Maria memang punya kekhususan di dalam rencana Allah. Maria adalah manusia biasa yang mempunyai sikap dan iman. Itulah yang mengisnspirasi saya.
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Pernah tapi tidak rutin. Kadang-kadang kalau saya ingat baru berdoa.
3. Jika jawaban anda “pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi?
-
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan bunda Maria?
Saya tidak sering berdoa dengan perantaraan Bunda Maria karena saya lebih enjoy berdoa dengan perantaraan Hati Kudus Yesus.
5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk berdevosi kepada Bunda Maria?
Selama ini, saya melihat misa lingkungan ya. Ya mungkin itu bisa dimasukkan dalam bidang liturgy ya…,
6. Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria yang dilakukan di lingkungan anda?
Bagus ya, suster. Terutama dalam bulan Mei dan Oktober, dimana itu adalah bulan rosario. Setiap hari selalu ada dan mungkin sebagai sarana untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Dan dalam kebersamaan itu, menurut saya umat lebih masuk devosinya dibandingkan jika berdoa sendirian.
7. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Maksudnya apa suster? Ya...paling tidak dalam doa itu saya megalamai kesegaran dan dapat lebih mampu melihat apa-apa yang kurang dalam hidup agar selanjutnya dapat hidup lebih bai. Dan bentuk doa yang paling membanntu adalah doa rosario itu karena tidak terlalu banyak memerlukan pemikiran.
(2)
8. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangunan hidup beriman?
Kalau untuk devosinya, sebenarnya sih.....kalau saya melihat...begini, devosi itukan bermacam-macam. Kalau di tingkat lingkungan saya tidak mengalami banyak kesulitan tetapi untuk yang khusus jiarah itu loh......mengingat biaya...yang tidak sedikit, transportasi, waktu..dan banyaklah.....sehingga saya tidak sempat untuk jiarah.
9. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Kalau yang menyangkut soal umat, saya cenderung melihat misa lingkungan yang disertai dengan sharing dan pendalaman iman. Sedangkan jika di paroki hanya misa saja, untuk sharing dan pendalaman iman kurang. Selain itu saya juga melihat hal yang dapat lebih membantu adalah pertemuan lingkungan, pendalaman iman, doa rosario, kunjungan, jiarah mungkin. Untuk jiarah saat sekarang mungkin terlalu condong pada rekreasinya tidak khusus jiarah (doa).
10. Faktor penghambat apa saja yang anda rasakan berdevosi Maria?
Ya, saya mengalami terutama dalam kegiatan jiarah. Saya sudah tidak respek lagi pada jiarah karena jiarah sekarang terlalu ramai sehingga sulit berkonsentrasi. Umat terlalu mememntingkan rekreasinya.
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Mukjizat....? kalau dalam arti mukjizat yang luar biasa diluar kemampuan manusia, saya merasa belum. Tetapi kalau itu hanya pada suatu perubahan, saya sudah pernah mengalami. Ya...saya lebih menerima itu akarena saya bisa sungguh-sunguh merasakan anugerah, yang membuata saya mengalami suatu perubahan.
12. Bagaiman sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
Untuk hal ini, saya lebih melihat pada intensi pribadinya. Jujur saja saya memang kurang konsen terhadap devosi kepada bunda Maria. Dalam jiarah misalnya, jika suasananya kurang tenang, saya biasanya mengambil jarak dan waktu sendiri.
(3)
• Responden II Tanggal : 5 Juni 2007 Tempat : Biara JMJ Identitas Responden : Mba Titi
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah sahabat,
Bunda Allah atau siapa, menurut anda?
Maria adalah inspirasi saya, dan maria adalah seorang ibu bagi saya. Seperti ibu saya sendiri, saya omong-omong dan saya rasakan ada komunikasi didalamnya.ketika saya menyampaikan doa seperti ibu saya waktu masih hidup.
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Ga tau apakah ini muzjizat atau tidak.
3. Jika jawaban anda “pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! ( kpan, di mana dan bagaiman itu terjadi)
Setiap hari khususnya Pada saat sakit dan dan saya pasrah dan rasa sakit itu berkurang samapi aku bisa sembuh berkat pertolongan Bunda Maria.
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan Bunda Maria?
Ini kebetulan saya bukan keluarga katolik , saya kawin campur beda agama. Pengalaman doa doa pribadi, dengan lingkungan keluarga saya yang beda dan situasi seperti ini saya jarang melakukannya namun saya punya keinginan dan kerinduan untuk berdoa. Kami mempunyai 2 anak yang pertama jadi putra altar dan yang satu masih 6 tahun dan belum dibabtis karena permintaan ayahnya agar dewasa dahulu baru di baptis. Pengalaman doa ini sangat berpengaruh juga bagi saya karena saya bertoleransi agar tidak terjadi konflik dalam keluarga. dan kegiatan doa selalu saya lakukan sendiri. Dalam doa saya selalu bersandar pada bunda Maria karena saya perempuan dan seorang ibu dan bunda maria juga adalah seorang ibu dan semua masalah dan persoalan-persoalan, saya sampaikan kepada bunda Maria. saya ingin sekali berdoa bersama dengan anak-anak saya. Kembali lagi pada situasi keluarga saya yang kurang mendukung, sehingga saya hanya berdoa sendiri walaupun saya mempunyai kerinduan untuk berdoa bersama.
5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk berdevosi kepada Bunda Maria?
Maaf suster, saya biasanya berdoa itu pada waktu malam pada saat suami saya tidur dan disitu saya menyalakan lilin dan patung bunda Maria. Untuk berdoa siang itu agak sulit karena banyak kesibukan yang harus saya kerjakan.
(4)
6. Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria
yang dilakukan di lingkungan anda? Doa di lingkungan selalu dilakukan , kecuali saya sendiri yang jarang mengikuti kegiatan di lingkungan ini saya selalu berdoa kepada Bunda Maria. Kebetulan doa rosario itu didoakan setiap malam. Kebetulan ibu saya mertua saya muslim,dan masihberfkir Feodal artinya ketika saya sering keluar malam mengikuti kegiatan doa rosario, beliau sering megatakan tidak baik kalau sering keluar malam. Dan beliau masih banyak campur tangan dalam kehidupan kami dan kebetulan juga suami saya anak yang bungsu jadi dekat dengan ibunya. Saya selalu berdoa, Tuhan kapan Engkau beri waktu aku untuk ikut terlibat penuh di lingkungan dalam kegiatan-kegiatan dan doa-doa.
7. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman
Kerinduan itu sebenarnya ada dan selama ini saya lakukan di dalam rumah, memang saya lebih suka untuk berziarah. Dalam keaadan seperti itu saya pernah mengalami suatu pengalaman bahwa saya di larang oleh salahsatu anggota keluarga untuk menyalakan lilin dan berdoa sehingga saya harus mencari waktu yang tepat, yaitu ketika suami saya sudah tidu. Baru saya cukup leluasa dalam berdoa.menyalakan lilin waktu makan adalah biasa sedangkan menyalakan lilin untuk berdoa itu sangat luar biasa.
8. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangunan hidup beriman?
Sekarang itu Romo paroki kita mengajak umat untuk berdoa Koronka setiap pkl 15.00 di Gereja. Apakah itu sebagai devosi atau apa suster? Oh.. itu doa kerahiman Ilahi. Bagi saya usaha Gereja masih kurang, pinginnya itu Gereja juga mengadakan devosi khusus dan tindakan yang konkrit. Kalau saya sering ke Gereja keluarga saya yang demikian, artinya yang berbeda agama saya sendiri harus berusaha untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga.
9. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Saya merasa belum terlibat banyak di Gereja dan saya ingin sekali terlibat di gereja kebetulan yang saya lakukan yaitu, dengan merangkai bunga, menghias aaltar. gereja, saya melakukan dengan sungguh-sungguh dan itulah bentuk iman saya yang saya tuangka dengan sebaik-baik mungkin.
10. Faktor penghambat apa saja yang anda rasakan berdevosi Maria?
Dari diri saya sendiri sebenarnya tidak ada kendala untuk urusan gereja saya harus terlibat hanya saja lingkungan keluarga saya yang kurang mendukung. Nah...Ketika saya terlibat banyak di geraja terutama suami saya yang bukan katolik kadang kurang mempercayai , apa ya benar-benar ada kegiatan di gereja dan kegiatan-kegiatan apa aja ko menyita waktu yang banyak, dan di lingkungan sendiri ketika saya terlibat di paroki, selalu timbul opini-opini anggapan-anggapan bahwa saya ada tertarik dengan romo paroki atu cari muka pada orang-orang di gereja, pada hal sungguh-sungguh saya
(5)
lakukan itu dengan tulus dan iklas karena memangg itulah kemampuan saya dan tidak saya tidak ingin dipuji dan hanya itu yang yang bisa saya lakukan.
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Kerena anak saya masih kecil, jadi persoalan untuk biaya belum terasa, persoalan yang saya alami dengan pasangan saya. Suami Saya kurang memahami kegiatan di Gereja sehingga sering cemburu masih kurang rela bila saya terlibat dalam Gereja. Padahal saya juga berusaha untuk toleransi dalam keluarga. Cantoh kecil selama berpuasa saya berusaha untuk terlibat dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan puasa itu semua saya lakukan selama puasa dan itulah bentuk toleransi saaya dalam keluarga.. Terkadang suami saya masih kurang rela bila saya terlibat di gereja.,Mungkin juga karena suami saya tidak terlibat dalam Gereja.
12. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
Saya akhirnya hanya pasrah kepada Tuhan dan terinspirasi dengan bunda Maria dan usaha konkrit saya mendidik anak-anak saya dengan sabar, ketulusan dan terindah hati inilah teladan bunda maria yang saya teladani dan saya tunjukan kepada suami dan keluarga bisa melihat ketulusan itu dan akhir nya menilai oh.... ini toh orang Katolik?
(6)
• Responden III Tanggal : 6 Juni 2007 Tempat : Rumah umat Identitas Responden : Pak Oni
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah sahabat,
Bunda Allah atau siapa, menurut anda?
Bunda maria itu bagi saya seperti orang tua saya. Selalu mendengarkan, juga sebagai teman saya, dan selalu menyertai dan saya kira maria adalah milik semua orang karena di tempat-tempat ziarahpun bukan saja orang katolik saja yang berziarah tapi juga orang beragama lain. Dan bunda Maria juga ada dalam kitb-kitab mereka.
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Ya...Saya pernah mengalaminya.
3. Jika jawaban anda “pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
6 tahun yang lalu saya sungguh mengalami kesulitan keuangan untuk keluarga samapi saya sulit mendapat , kebetulan saya di ajak teman saya untuk berziarah ke gua jatih ningsih dan saya berdoa kepada bunda maria menceritakan segala kesulitan saya. Lalu besoknya saya di panggil oleh bos saya untuk meminjamkan uang dan saya yakin bahwa Tuahn Yesus dan bunda maria telah menggerakan hati bos saya sehingga bisa membantu dan meringankan beban saya.
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan Bunda Maria?
Untuk berdoa kepada Bunda maria sudah sejak kecil bersama mbah untuk berdoa rosario dan menjadi yang penting / pokok dalam hidup kami.
5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?
Yah... setelah saya menginjak dewasa saya selalu berdoa pada bulan mei dan bulan oktober dan itu selalu berkesinambungan dan biasanya malam dan sore seperti yang di saran kan orang tua saya dan secara khusus berdoa kepada Maria.
6. Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria yang dilakukan di lingkungan anda?
Ya... saya juga mengalami sejak kecil bahwa untuk lingkungan doa rosario mei dan oktober umat cukup antusias dan sangat membantu dan mendukung perkembangan iman.
7. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Yang pertama justru doa rosario di lingkungan dan keluarga. Sedangkan ziarah merupakan pelengkap pertemuaan dan bagi saya kalau Maria dihadirkan Maria dalam keluarga dan lingkungan.
8. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangunan hidup beriman?
Kalau Gereja ya... Dulu ya saya pernah aktif di legio Maria termasuk juga usaha gereja berdevosi kepada bunda Maria yang konkrit lewat kelompok doa legio Maria ada kelompok ibu-ibu, kelompok bapak-bapak sebab waktu kecil saya menjadi misdinar Legio Maria kecil menginjak dewasa.
9. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira kegiatan- Dengan kita terlibat dalam paroki dan bagi saya kita harus terlibat dalam lingkungan
(7)
kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
kalau kita aktif dalam lingkungan pasti kita juga akan aktif dalam masyarakat.
10. Faktor penghambat apa saja yang anda rasakan berdevosi Maria?
Dari pribadi sebelum devosi kalau kita udah emosi saya merasa saya kurang pantas menghadap bunda Maria.
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Butuh kesabaran, atau belajar untuk setia seperti bunda Maria.
12. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
-
(8)
• Responden IV Tanggal : 7 Juni 2007 Tempat : Rumah umat Identitas Responden : Pak Kirman
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah
sahabat, Bunda Allah atau siapa, menurut anda?
Kalau saya membaca dalam injil lukas 1: 39-45 waktu maria mengunjungi Elisabet, siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku,” dengan itu saya berkeyakinan bahwa maria adalah Ibu Tuhan dan saya hanya berpedoman dengan injil Tuhan ketika saya mengajarpun saya tekankan bahwa Maria adalah bunda Tuhan. Bahwa manusia biasa dan sekaligus sebagai ibu Tuhan.
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Mujizat? Sering dan saya parnah mengalaminya.
3. Jika jawaban anda “ pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
Ya yang pertama kali waktu istri saya melahirkan anak ke-3 itu seharusnya operasi, tapi selama 3 bulan terakhir, ternyatata istri saya melahirkan dengan selamat tanpa opersi yang kedua saya berkali-kali saya mengalmi musibah, dalam pesawt terbang, dalam perjalanan ke surabaya kecelakan dengan mobil, entah dengan mobil mau masuk jurang sekarang kemana saja saya selalu membawa rosario dan berdoa sepanjang jalan, entah di mobil, pesawat, kereta api lebih lebih pada waktu saya sakit Hepatitis dan akhir nya dokter mengatakan saya sembuh.
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan bunda Maria?
Setiap hari suster.
5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?
Waktunya setiap malam dan kerinduan saya itu pasti setiap hari meskipun saya kesal.
6. Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria yang dilakukan di lingkungan anda?
Kalau di lingkungan itu tidak setiap hari, dan yang jelas setiap bulan Mei dan Oktober sebulan penuh juga ada kunjungan orang-orang sakit dan kami berdoa 3x Salam Maria maksudnya supaya berkat Maria itu bisa meluncur kepada keluarga yang sedang menderita.
7. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Bagi saya pribadi suster ya, banyak doa-doa pribadi, kebetulan juga karena stamina dan kondisi saya tidak mampu lagi untuk ziarah maka yang saya alkukan adalah berdoa aja di rumah.
8. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangunan hidup beriman?
Bidang-bidang gereja kurang jelas tapi bisa melalaui sarana-saran yang ada di Gereja yaitu sakrmen maha kudus, patung bunda Maria dan hati Kudus, dan membiarkan umat untuk berdoa kepada bunda Maria atau hati Kudus
(9)
9. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira
kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Kadang-kadang Pernah, begini di belakang Gereja itu ada gua Maria , dan Romo sendiri mengajak umat untuk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa kepada bunda Maria.
10. Faktor penghambat apa saja yang anda rasakan berdevosi Maria?
Karena kami merasa bahwa hidup kami belum sempurna, secara manusia kami masih mengharapka ndukungan dan berkat dari Allah sendiri melalui doa memule doa kepada bunda Maria dan melalaui doa doa itu kami merasa lebih tenang dan dan tentram, bergembira,lebih mantap dan bahagia. Dan melalui doa tersebut sangat mendukung dalam pengembangan iman, khususnya dalam meningkatkan spiritualitas sehingga penghayatanpun semakin di tingkatkan.
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Ya persoalan yang sering kami alami berbarengan dengan tugas2 dan kewajiban misalnya sore atau malam saya harus berdoa tapi berbarengan dengan tugas atau masih dalam perjalanan sering kali semangatnya kurang apalagi lalu kesal ini sering mengganggu. kalau sarana-saran saya kira cukup tapi yang sering mengganggu itu adalah. Kemampuan, godaan2, waktu dan tugas.
2.Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
Saya mempunyai persaan yang peka sekali bila behadapan dengan orang yang mempunyai masalah saya tidak sampai hati. lewat doa bersama, kothba saya memberikan gambaran2 yang dibutuhkan umat, katekese2 mereka yang mengalami kesulitan-kesulitan dan mengambil tema yang sesuai dengan kebutuhan umat dan di pahami oleh umat, karena kunjungan atau door to door jarang saya lakukan karena berbenturan dengan waktu saya.tidak mendukung. Ya.. Hanya bisa memberikan pengarahan-pengarahandan saran-saran bahwasanya doa karena merupakan suatu kekuatan atau sarana yang ampuh sekali sehingga menggugah mereka umpamanya doa rosario mereka yang tidak mau menerima berdoa rosario di rumahnya, lalu kami memberikan saran dan motivesi supaya mereka menerima. Akhirnya dari hari kehari semakin padat umat yang hadir, dan bahkan dalam perjalanan waktu banyak umat yang tidak mendapat giliran untuk berdoa rosario di rumahnya. Tapi yang semula itu memang umat tidak begitu banyak yang hadir, tapi melalui kotbah dan pendaaman iman
(10)
• Responden V Tanggal : 7 Juni 2007 Tempat : Biara JMJ Trimargo Wetan 1 Identitas Responden : Sr. Anna Maria JMJ
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah
sahabat, Bunda Allah atau siapa, menurut anda?
Ya.... Yang saya alami bunda Maria bagi saya adalah bunda maria adalah Ibu, ia selalu mendengarkan karena bunda Maria sebagai membantu dan saya alami sebagai pembantu abadi dan sekaligusmenjadi pelindung. Bunda maria siap membantu
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Pernah
3. Jika jawaban anda “pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
Dulu ya ketika saya mengalami sakit dengan perantaraan suster yang ada di komunitas. Dia anjurkan saya berdoa 3x salam maria dan saya lakukan di gereja. Banyak orang mengatakan saya menderita penyakit agak lain dan dengan tekun berdoa akhirnya saya memperoleh kesembuhan.
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan bunda Maria?
Terima kasih sr Anas, biasanya setiap hari saya berdoa rosario
5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?
Untuk menyediakan waktu khusus yang saya ambil pada waktu sembah sujud khusus dengan perantaraan maria itu saya merasa di bantu
6. Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria yang dilakukan di lingkungan anda?
Yang saya lihat ya...Biasanya mereka ambil waktu untuk berdoa rosario pada bulan mei dan oktober
7. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Biasanya yang saya buat adalah Devosi 3x salam Maria itu yang sering saya lakukan dan apa yang saya mohon itu terkabukan. Seperti kalau saya mengalami kesulitan dan saya fokuskan untuk itu. Menurut saya bukan saja sekedar ziarah tetapi kalau setiap hari saya berdoa saya selalu persembahkan seluruh pengalaman yang saya alami sepanjang hari ini dengan perantaraan bunda Maria, baik itu kesusaha, kegembiraan dan semua saaya persembahkan kepada bunda maria.
8. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Kalau saya melihat ya ..dari gereja sendiri, memang ada usaha baik novena 3x salam maria untuk membangun iman umat dan iman masing-masing.
9. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup
Disamping pergi ke gereja setiap hari lewat perayaan ekaristi untuk mendapatkan kekuatan kita mendapat kekuatan secara pribadi terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan pendalaman iman, daan kegiatan yang ada di gereja
(11)
beriman? 10. Faktor penghambat apa saja yang anda
rasakan berdevosi kepada Maria?
Misalnya kalau devosi dan Kadang-kadang ada rasa bosan karena doa kita tidak dikabulkan sering memohon dan tidak dikabulkan kadang kala kita menylahkan Tuhan dan bunda Maria, serta bertanya-tanya mengapa doa kita tidakm dikabulkan, bisa saja kita salah berdoa
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Kalau saya melihat teladan Bunda Maria contoh kerendahan hati Maria, kadang susah sekali dan bagi saya ini sangat membutuhkan suatu proses yang tidak mudah.
12. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
Sikap yang saya ambil dari teladan maria yang sulit saya buat dan teladani tapi saya berusaha untuk rendahhati bila tidak ya saya harus rendahati untuk bertanya dan juga melami kesulitan lain saya belajar dari bunda maria menyimpan semua dalam hatinya dan berusaha untuk mencari jalan keluar dengan terbuka seperti Bunda Maria Yang terbuka terhadap rencana Tuhan sendiri. Terbuka terhadap bimbingan
(12)
• Responden VI Tanggal : 9 Juni 2007 Tempat : Rumah umat Identitas Responden : Ibu Sarbini
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah sahabat, Bunda Allah atau
siapa, menurut anda? Maria itu pelindung kami serta penguat kami dalam kegiatan tugas-tugas kami sehari-hari. Bunda maria selalu melindungi kami.
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Sering itu suster....
3. Jika jawaban anda “pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
Pada waktu malam kami mengajak anak-anak saya berdoa supaya Bapak yang mau dioperasi. Akhirnya operrasi berlangsung baik dan walaupun dalam proses tersebut bapak di panggil Tuhan.
4. Seringkah anda berdoa dengan perantraan bunda Maria? Saya tu setiap malam dan setiap pagi kalau kegereja 5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk devosi
Maria? Setiap pagi dan setiap malam
6. Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria yang dilakukan di lingkungan anda?
Oh itukan pada bulan Mei dan oktober.ya udah Itu aja toh
7. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Doa-doa serta permohonan kami dikabulkan, dan walaupun tidak dikabulkan kami tetap berdoa kepada Bunda Maria. Contohnya waktu anak saya mau jadi imam lalu akhirnya tidak terpanggil menjadi imam kami tetap berdoa karena semua itu di tentukan dari Tuhan
8. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Liturgi, serta doa dan novena Roh kudus itu suster
9. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira kegiatan –kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Sering rekoleksi, pertemuan ibu-ibu dimanapun selalu kami ikut entah di muntilan dan dimana saja
10. Faktor penghambat apa saja yang anda rasakan berdevosi kepada Maria?
Permohonan itu loh suster, sering tidak di kabulkan tapi kami tetap berdoa. Kami tidak lepas dari berdoa doa
11. Persoalan apa saja yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Permohonan yang tidak di kabulkan tapi kami sering dan tetap berdoa kepada Maria.
12. Bagaiman Sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup? Komunikasikan dengan anak dan saudara.
(13)
• Responden VII Tanggal : 10 Juni 2007 Tempat : Rumah umat Identitas Responden : Ibu Marcia
Pertanyaan Jawaban Responden 1. Bagi anda, siapakah Maria itu? Apakah sahabat,
Bunda Allah atau siapa, menurut anda? Maria itu adalah ibu Yesus Kristus dan ibu teladan wanita.
2. Pernahkah anda mengalami mukjizat setelah berdoa pada Allah dengan perantaraan Bunda Maria?
Pernah Suster...
3. Jika jawaban anda “pernah mengalami mukjizat”, silahkan anda sharing secara singkat! (Kapan, dimana dan bagaimana itu terjadi)
Waktu itu saat ibu meninggal dunia, waktu memandikan jenazah, kalau orang jawakan ga boleh mengeluarkan air mata. Karena pada waktu itu saya subguh merasa kehilangan. Dan pada waktu yang bersamaan saya ingat akan bunda Maria dan saya berdoa 3x salam maria, akhirnya saya tidak menangis lagi dan menjadi kuat
4. Seringkah anda berdoa dengan perantaraan bunda Maria?
Dalam doa pribadi , ya... saya sering
5. Kapan biasanya anda menyediakan waktu khusus untuk devosi Maria?
Setiap pkl 15.00 doa rosario kerahiman dan pada pkl 21-30 doa penyerahan kepada hati Kudus
Dalam doa bersama, bagaimana Devosi Maria yang dilakukan di lingkungan anda?
Kalau tidak ada halangan saya selalu usahakan untuk hadir dalam doa lingkungan.
6. Bentuk devosi Maria apa saja yang dirasa paling membantu anda dalam memperkembangkan kehidupan beriman?
Kita harus merendahkan diri seperti bunda maria yang mulia dan misa dilingkungan tu kerap kali ada.dan yang enak itu doa rosario bersama dengan umat yang lain dan kalaudari lingkungan ada waktu ziarah bersama lingkungan saya berusaha untuk mengikutinya.
7. Bidang-bidang Usaha gerejani apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangunan hidup beriman?
Mendengarkan pewartaan injil melalui doa di gereja dan di lingkungan.
8. Dalam bidang-bidang itu, kira-kira kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mendukung anda dalam membangun hidup beriman?
Kita harus menyesuikan dengan keadaan umat di lingkungan cokrodiningratan contohnya kalau ada kunjungan orang sakit saya salalu meluangkan waktu untuk kunjungan orang sakit. Kegiatan WK dan kegiatan ibu-ibu RT
9. Faktor penghambat apa saja yang anda rasakan berdevosi Maria?
Fisik yang kurang baik dan lemah
(14)
10. Bagaiman Persoalan yang kerap kali anda hadapi dalam rangka belajar dari iman Maria guna meningkatkan kehidupan beriman?
Karena fisik yang sudah tua dan juga ada rada – rada malas
11. Bagaiman sikap anda dalam menghadapi berbagai persoalan hidup?
Mengambil waktu untuk tenang dan menenangkan pikiran dan mawas diri pada malam hari. Mohon terang roh kudus agar di dmpingi.
(15)
Lampiran II. Lagu-lagu tentang Maria dalam Madah Bakti.
1. No . 541 Reff. Salam Maria Puteri pilihan dari Israel Kembang juwita salam bagimu Engkau diberkati Allah Kau menjadi bunda Penebus o Maria
Perawan bahagia perawan nirmala Kuasa Allah lagi kasihNya Akan menaungi dikau Dara suci bunda Allah o Maria
Ibunda Putera Bunda tercinta Oh bunda kami, kami kasihi Yesus Kristus Puteramu Lagi dikau bunda kami. 2. No. 538 Perawan pilihan Allah oh Maria Kau terima rahmat berlimpah oh Maria Reff. Doakan para putra dalam mengemban tugasnya di dunia. Dengan hati yang terbuka oh Maria Kau sambut tugas raksasa oh Maria. Reff Walaupun Kau tetap dara oh Maria Namun jadi ibu Tuhan oh Maria. Reff Mendampingi Sang Putera oh Maria Setia sampai di Golgota oh Maria. Reff Maka turut mulia juga oh Maria Dan jadi ibu gereja oh Maria. Reff