bela negara
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela
negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti
para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI.
Bangsa kita memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus1945. Bangsa
Indonesia bertekad bulat untuk membela, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, serta
kedaulatan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sebagai anak bangsa dan warga negara
kita perlu memiliki kemampuan partisipasi dalam usaha pembelaan negara dan menjaga sistem
pertahan dan keamanan negara agar negara kita tetap berdaulat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bela Negara dan bagaimana konsepnya?
2. Apa dasar dan landasan hukum dari bela negara?
3. Apa hakikat bela negara dan komponennya?
4. Apa pengertian Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara dan apa saja jenisnya?
5. Apa dasar dan landasan hukum dari Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara ?
6. Apa hakikat Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara dan komponennya?
7. Bagaimana upaya untuk Bela Negara dan Sistem Pertahanan Keamanan Negara?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bela Negara dan konsepnya
2. Untuk mengetahui dasar dan landasan hukum dari bela negara
3. Untuk mengetahui hakikat bela negara dan komponennya
4. Untuk mengetahui pengertian Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara serta jenisnya
5. Untuk mengetahui dasar dan landasan hukum dari Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara
6. Untuk mengetahui hakikat Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara dan komponennya
7. Untuk mengetahui upaya untuk Bela Negara dan Sistem Pertahanan Keamanan Negara
1
1.4. Manfaat
Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa lebih memahami tentang Bela Negara dan Sistem Pertahanan dan
Keamanan Negara guna menciptakan kedaulatn yang utuh bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bagi masyarakat
Agar masyarakat juga memahami tentang Bela Negara dan Sistem Pertahanan dan
Keamanan Negara dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bela Negara dan konsepnya
a. Pengertian
b. Konsep
Landasan konsep Bela Negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari
konsep ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai
pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib
militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan
wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk
alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Tapi
untuk di Negara Indonesia masyarakatnya tidak diwajibkan untuk mengikuti wajib
militer, hanya orang-orang terpilih dan yang mampu saja yang mengikiti pelatihan
militer tersebut.
2.2 Dasar dan landasan hukum dari Bela Negara
Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pembelaan Negara
adalah:
UUD 1945 Pasal 27 ayat 3
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”. Setiap warga negara berhak artinya setiap warga negara boleh ikut serta
membela negara. Bukan hanya TNI yang memiliki hak, semua rakyat pun
mempunyai hak untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Kata kewajiban
mengandung arti bahwa setiap warga negara dalam keadaan tertentu dapat
“dipaksakan” oleh negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
UU No.2 Tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional
“ Bela Negara dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, dapat
dilakukan lewat 2 jalur:
a. Formal: sekolah
– PPBN tingkat dasar (SD s/d SMA)
3
– PPBN tingkat lanjut (Perguruan Tinggi)
b. Nonformal/informal (diluar sekolah), contoh: kegiatan Pramuka.
2.3 Hakikat Bela Negara dan komponennya
Hakikat bela negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang dilandasi
oleh kecintaan kepada negara dan diwujudkan dalam kesediaan untuk melindungi,
mempertahankan, dan memajukan bersama.
Dalam UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, bela negara
didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Upaya bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Karena
itu bela negara perlu dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Menurut Depatemen Pertahanan RI, ada lima nilai yang mendasari upaya bela
negara, yaitu: cinta tanah air; kesadaran berbangsa dan bernegara; keyakinan terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara; rela berkorban emi bangsa dan negara; dan
memiliki kemampuan awal bela negara.
Bela negara diperlukan karena adanya ancaman. Yang dimaksud dengan
ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman dari luar negeri yang lebih serius terjadi
sekarang ini dan di masa mendatang adalah kejahatan transnasional, seperti terorisme,
serbuan budaya asing, dan penjarahan kekayaan alam.
Dalam sistem pertahanan di Indonesia dikenal adanya dua bentuk bela negara.
Dalam hal ini, adalah: bela negara dengan pendekatan militer (bela negara secara
fisik), dan bela negara dengan pendekatan nonmiliter (bela negara nonfisik). Bela
negara dengan dengan pendekatan militer dilakukan untuk menghadapi ancaman
militer. Bela negara nonmiliter dilakukan untuk menghadapi ancaman nonmiliter.
Dalam penyelenggara bela negara, partisipasi masyarakataamat diperlukan.
Ada dua bentuk umum partisipasi masyarakat dalam bela negara, yaitu partisipasi
warga negara alam bela negara dengan pendekatan militer dan partisipasi warga
negara dalam bela negara dengan pendekatan nonmiliter.
4
2.4 Pengertian Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara Beserta Jenisnya
a. Pengertian
b. Jenis Pertahanan Negara
- Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan
- Pertahanan nonmiliter/nirmiliter untuk menghadapi ancaman nonmiliter/non
militer.
Jenis Ancaman Negara
a. Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan
terorganisir yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenapbangsa. Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor: 23 Prp Tahun 1959 tentang keadaan Bahaya yang
berbunyi :
“Presiden/Panglima Tinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagaian
dari wilayah NegaraRepublik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan
keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau perang”.
Ancaman militer dapat berbentuk:
Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain
Invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh
angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain.
Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat
atau satuan laut atau satuan udara Tentara Nasional Indonesia.
5
Unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan perjanjian yang tindakan atau
keberadaannya bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian.
Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara
lain sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk
melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau melakukan tindakan seperti tersebut di atas.
Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lain
Spionase, untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer
Sabotase, merusak instalasi militer
Aksi terror bersenjata yang dilakukan
Pemberontakan bersenjata
Perang saudara
b. Ancaman Non militer
Ancaman non-militer pada hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan
faktor-faktor non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Jenis ancaman non militer dibagi menjadi dua.
Pertama adalah ancaman yang berkaitan langsung dengan pertahanan
negara, misalnya kesengajaan penyebaran penyakit sebagai bagian dari perang
biologi.
Kedua adalam ancaman non militer yang tidak berkaitan langsung dengan
pertahanan negara, misalnya penyebaran penyakit secara alamiah, baik epidemik
maupun pendemik.
Sifat ancaman non-militer harus dihadapi dengan pendekatan non-militer,
sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang -Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
non-militer menempatkan lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan sebagai
unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan
dukungan oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa, sedangkan TNI sebagai
pendukung.
6
Ancaman nonmiliter atau nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda
dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat
seperti ancaman militer, karena ancaman ini berdimensi ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, teknologi, informasi serta keselamatan umum.
a. Ancaman berdimensi ideologi
Sistem politik internasional mengalami perubahan sejak Uni Soviet
runtuh sehingga paham komunis tidak populer lagi, namun potensi ancaman
berbasis ideologi masih tetap diperhitungkan. Ancaman berbasis ideologi
dapat pula dalam bentuk penetrasi nilai-nilai kebebasan (liberalisme)
sehingga dapat memicu proses disintegrasi bangsa.
b. Ancaman berdimensi politik
Politik merupakan instrumen utama untuk menggerakkan perang. Ini
membuktikan bahwa ancaman politik dapat menumbangkan suatu rezim
pemerintahan bahkan dapat menghancurkan suatu negara. Masyarakat
Internasional mengintervensi suatu negara melalui politik seperti Hak Asasi
Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, dan
penyeleggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
c. Ancaman berdimensi ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu penentu posis tawar setiap negara
dalam pergaulan internasional. Kondisi Ekonomi sangat menentukan dalam
pertahanan negara. Ancaman berdimensi ekonomi terbagi menjadi internal
dan eksternal. Ancaman dari internal dapat berupa inflasi, pengangguran,
infrastruktur yang tidak memadai, dan sistem ekonomi yang tidak jelas.
Ancaman dari eksternal dapat berbentuk kinerja ekonomi yang buruk, daya
saing rendah, ketidaksiapan mengahadapi globalisasi dan tingkat
ketergantungan terhadap pihak asing
d. Ancaman berdimensi sosial budaya
Ancaman sosial budaya berupa isu-isu kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dan ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik
vertikal antara pemerintah pusat dan daerah, dan konflik horizontal yaitu
suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
7
Pada tahun 1994 saja, misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan
yang terjadi di dunia diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama dan
etnis. Sementara itu, 75 persen dari pengungsi dunia yang mengalir ke
berbagai negara lainnya didorong oleh alasan yang sama pula. Sementara itu,
8 dari 13 operasi pasukan perdamaian yang dijalankan PBB ditujukan untuk
mengupayakan terciptanya perdamaian di berbagai konflik antar etnis di
dunia
e. Ancaman berdimensi teknologi dan informasi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dan membawa
manfaat yang besar bagi masyarakat tapi kejahatan mengikuti perkembangan
tersebut seperti kejahatan siber dan kejahatan perbankan.
f. Ancaman berdimensi keselamatan umum
Ancaman bagi keselamatan umum dapat terjadi karena bencana alam,
misalnya gempa bumi, meletusnya gunung, dan tsunami. Ancaman karena
manusia, misalnya penggunaan obat-obatan dan bahan kimia, pembuangan
limbah industri, kebakaran
2.5 Dasar dan Landasan Hukum dari Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara
Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pertahanan dan
Keamanan Negara adalah:
UUD 1945 Pasal 30 ayat 1, 2, 3, 4, 5
Pasal 30 ayat 1“Setiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pertahanan
dan keamanan negara”.
Pasal 30 ayat 2
“Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan
utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
Pasal 30 ayat 1 dan 2 tersebut mengandung makna, yaitu :
Keikutsertaan warga negara dalam upaya pertahanan dan keamanan
merupakan hak dan kewajiban.
Usaha pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta.
8
Kekuatan utama dalam sistem pertahanan dan keamanan adalah TNI dan Polri.
Kedudukan rakyat dalam sistem pertahanan adalah sebagai kekuatan
pendukung.
Pasal 30 ayat 3“Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.”
Pasal 30 ayat 4“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat serta menegakkan hukum.”
Pasal 30 ayat 5“Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur
undang-undang.”
UU No. 20 Tahun 1982 mengenai Pertahanan dan Keamanan
“Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan kepada tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian
Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna
meniadakan setiap ancaman”.
Wujud upaya warga negara dalam keikutsertaan membela negara menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 1982 diwujudkan dalam bentuk :
a. Pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bagian tidak terpisahkan dalam
sistem pendidikan nasional.
b. Keanggotaan rakyat terlatih secara wajib.
c. Keanggotaan angkatan bersenjata secara sukarela atau secara wajib.
9
d. Keanggotaan cadangan Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib.
e. Keanggotan perlindungan masyarakat secara sukarela.
UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Dalam UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara antara lain disebutkan
sebagai berikut:
1) Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsan dan negara
2) Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya,
serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara
total, terpadu, terarah dan berlanjut menegakkan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segal ancaman.
3) Pasal 2: Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
4) Pasal 4: pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
5) Pasal 5: Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan
pertahanan.
6) Pasal 10
Ayat (1): Tentara Nasional Indonesia berperan sebgai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesoa
Ayat (2): Tentara Nasional Indonesia terdiri dari angkatan darat, angkatan laut
dan angkatan udara.
Ayat (3): Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk:
a) Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
b) Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
c) Melaksanakan operasi militer selain perang
10
d) Ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional
UU RI No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
Pasal 4: fungsi kepolisian adalah salah satu alat pemerintahan dalam bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
UU RI No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
Tentara Nasional Indonesia adalah tentara pejuang, tentara nasional, tentara rakyat
dan tentara professional
1) Tentara rakyat adalah tentara yang anggotanya berasal dari warga negara
Indonesia
2) Tentara pejuang adalah tentara yang berjuang menegakkan negara Republik
Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya.
3) Tentara nasional adalah tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan negra dan di atas kepentingan daerah, suku, ras, golongan dan
agama
4) Tentara professional adalah tentara yang terlatih, terdidik dan dilengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahterannya serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut
prinsip demokrasi, supremasi sipil dan hak asasi manusia, ketentuan hukum
nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
Dalam pertahanan negara, TNI memiliki fungsi sebagai:
1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa
2) Penindak terhadap setiap bentuk ancaman
3) Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan
Dalam menjalankan fungsi tersebut TNI memiliki tugas pokok, yaitu:
1) Menegakkan kedaulatan negara,
11
2) Mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang bedasarkan Pancasila dan
UUD 1945
3) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesoa dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara
TAP MPR RI No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan POLRI
Pasal 1:
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia secara
kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing
Pasal 2:
Ayat (1): Tentara Nasional Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam
pertahanan negara
Ayat (2): Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan.
Ayat (3): Dalam hal terdapat keterkaitan kegiatan pertahanan dan kegiatan
keamanan, Tentara Naional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia harus bekerja sama dan saling membantu.
TAP MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional
Indonesia dan Peran Kepolisian Republik Indonesia
Ketetapan MPR ini terdiri dari 2 bab yaitu BAB I tentang Tentara Nasional
Indonesia dan BAB II tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 2: Peran Tentara Nasional Indonesia
a. Tentara Nasional Indonesia merupakan alat negara yang berperan sebagai alat
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara, bertugas pokok
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Negara
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Pasal 6 : Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan
dalam memelihara kemanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
12
b. Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib
memiliki keahlian dan keterampilan secara professional.
2.6 Hakikat Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara dan Komponennya
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah
dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara. Pertahanan nasional
merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu Negara
untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan/atau menjaga
kepentingan-kepentingannya. Pertahanan nasional dikelola oleh Kementerian
Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di beberapa
negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri. Dalam bahasa militer, pertahanan
adalah cara-cara untuk menjamin perlindungan dari satu unit yang sensitif dan jika
sumber daya ini jelas, misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai dengan
spesialisasi mereka, pertahanan udara (sebelumnya pertahanan terhadap pesawat:
DCA), pertahanan rudal, dll. Tindakan, taktik, operasi atau strategi pertahanan adalah
untuk menentang/membalas serangan.
Dalam komponen pertahanan negara terdapat beberapa jenis komponen didalamnya,
antara lain:
1. Komponen Utama
“Komponen utama” adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan
untuk melaksanakan tugas tugas pertahanan. Pasal 10 UU No.3 Tahun 2002
menjelaskan tentang fungsi dan tugas TNI secara umum dalam sistem pertahanan
negara yaitu:
a. Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
13
c. Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan
negara
2. Komponen Cadangan
“Komponen cadangan” (Komcad) adalah “sumber daya nasional” yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat
kekuatan dan kemampuan komponen utama. Komponen Cadangan di tiap-tiap
daerah disiapkan secara dini dan berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan
kekuatan pengganda bagi Komponen Utama, serta dilaksanakan oleh Kementerian
Pertahanan yang berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah serta Lembaga
Fungsional terkait, sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran pertahanan.
Kebutuhan mendesak saat ini bagi pembangunan Komponen Cadangan yaitu
meliputi penyusunan perangkat hukum dan perundang-undangan RUU Komponen
Cadangan serta membentuk Komponen Cadangan dan membinanya secara
berkesinambungan.
3. Komponen Pendukung
“Komponen pendukung” adalah “sumber daya nasional” yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan
komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata
untuk perlawanan fisik.Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :
1. Polisi (Brimob)
Tugas pokok Kepolisin Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakan hukum, dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
14
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Satpol PP
mempunyai fungsi:
a. Menyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat.
b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah.
c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat di daerah.
d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.
e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
daerah, dan/atau aparatur lainnya;
f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar
mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah; dan
g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah.
3. Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih dikenal dengan sebutan pertahanan
sipil (Hansip)
a. Hansip membantu dan memperkuat pelaksanaan Hankamnas di bidang
Perlindungan Masyarakat.
4. Satuan pengamanan (Satpam)
a. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban dilingkungan /kawasan kerja
khususnya pengamanan phisik (Physical Security)
5. Resimen Mahasiswa (Menwa)
Tugas pokok Resimen Mahasiswa Indonesia meliputi:
15
a. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta membantu
terlaksananya kegiatan dan program lainnya di Perguruan Tinggi.
b. Merencanakan, mempersiapkan dan menyusun seluruh potensi mahasiswa
untuk memantapkan ketahanan nasional, dengan melaksanakan usaha dan
atau kegiatan bela negara.
c. Membantu terwujudnya penyelenggaraan fungsi perlindungan masyarakat
(LINMAS), khususnya Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP)
d. Membantu terlaksananya kesadaran bela negara dan wawasan kebangsaan
dalam organisasi kepemudaan.
6. Organisasi kepemudaan
7. Organisasi bela diri
8. Satuan tugas (Satgas) partai
2.7 Upaya Bela Negara dan Sistem Pertahanan Keamanan Negara
Kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival) merupakan tanggung
jawab (hak, kewajiban, dan kehormatan) setiap warga negara dan bangsa. Untuk itu,
diperlukan pembinaan kesadaran, dan partisipasi setiap warga negara dalam upaya
bela negara.
Persepsi tentang bela negara dihadapkan kepada tantangan/ancaman yang
dihadapi secara kontekstual dalam periode waktu tertentu. Pada periode 1949 bela
negara dipersepsikan identik dengan perangtahun 1945 kemerdekaan. Hal ini berarti
bahwa wujud partisipasi warga negara dalam pembelaan negara adalah keikutsertaan
dalam perang kemerdekaan baik secara bersenjata maupun tidak bersenjata.
1965, bela negara dipersepsikan identik dengan upayaPada periode 1950 pertahanan
dan keamanan yang dilaksanakan melalui komponen-komponen hankam, seperti
ABRI, HANSIP, PERLA SUKWAN/SUKWATI. Hal ini sejalan dengan kondisi
tantangan dan ancaman yang kita hadapi pada periode itu, yaitu menghadapi
16
pemberontakan di dalam negeri, peperangan Trikora, membebaskan Irian Barat
(sekarang Irian Jaya) dan Dwikora.
Pada periode Orde Baru ATHG yang dihadapi lebih kompleks dan lebih luas
daripada periode sebelumnya. ATHG tersebut dapat muncul dari segenap aspek
kehidupan bangsa (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). Oleh
karena itu, dalam konteks ini bela negara dapat dilakukan dalam bidang-bidang
kehidupan nasional tersebut dalam upaya mencapai tujuan nasional. Untuk itu,
dikembangkan konsepsi tannas. Dalam hal ini, bela negara dapat dikatakan pula
sebagai partisipasi warga negara dalam menciptakan dan membangun tannas di
segenap aspek kehidupan bangsa.
Upaya bela negara sebagaimana dipersepsikan merupakan pengertian atau
penafsiran yang cukup luas (segala aspek kehidupan bangsa). Dalam pengertian yang
lebih sempit diartikan sebagai upaya pertahanan dan keamanan yang dilandasi oleh
dasar negara Pancasila, UUD 1945 (Pasal 30 ayat (1) dan (2)) dan UU No. 20 Tahun
1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara disempurnakan dengan UU No. 3
Tahun 2000 tentang Pertahanan Negara
Wujud upaya bela negara dilakukan melalui pemberian kesadaran bela negara
yang dilakukan sejak dini di sekolah dasar dan berlanjut sampai perguruan tinggi dan
di luar sekolah melalui kegiatan pramuka dan organisasi sosial kemasyarakatan.
Di sekolah dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), yang
diintegrasikan ke dalam kurikulum; Pendidikan dasar dan menengah, sedangkan di
pendidikan tinggi diwujudkan dalam mata kuliah Kewiraan (sekarang
Kewarganegaraan). Di luar Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wujud bela negara
dibakukan dalam bentuk Rakyat Terlatih, ABRI, Cadangan ABRI, dan Perlindungan
Masyarakat (Linmas) yang merupakan komponen khusus dalam Pertahanan dan
Keamanan Negara.
BAB III
17
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah
kesadaran bersama antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan.
Pertahanan Negara melingkupi bidang-bidang:
1. Politik
2. Social
3. Budaya
4. Persatuan
5. Ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara
Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman
keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal: rumit, karena perkembangan konsep
dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal, karena landasan
konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah
perlunya ketentuan yang mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh
digunakan dalam setiap bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan nasional.
3.2. Saran
Harapan terbesar kepada pemerintah, agar dalam mempertahankan keamanan
dapat berupaya semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan aparatur-aparatur demi
kedamaian dan keamanan dari pihak musuh dan bagi wilayah-wilayah yang terganggu
keamannya, dijadikan sebagai kebijaksanaan nasional dalam menentukan cita-
cita,tujuan, dalam pembangunan daerah maupun Negara.
Dengan demikian apa yang dicita-citakan Negara tercinta ini bisa terwujud.
Dan untuk para generasi penerus janganlah enggan untuk mempelajarai tentang apa
dan bagaimana tentang pertahanan dan keamanan rakyat semesta agar membuka
wawasan untuk membangun Negara yang menjadi kebanggaan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
18
http://el-sih.blogspot.co.id/2012/05/pembelaan-negara.html
http://www.rijalhabibulloh.com/2014/06/makalah-bela-negara.html
http://jungkookrini12.blogspot.co.id/’
http://www.emakalah.com/2013/01/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html
http://kr33z.xtgem.com/pengertian%20bela%20negara
http://rianindustrial.blogspot.com/2013/05/hak-dan-kewajiban-warga-negara.
http://www.scribd.com/doc/118015493/Peran-Pendidikan-Kesadaran-Bela-Negara
http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.com/2013/09/pentingnya-usaha-pembelaan-
negara.html
http://sabtintin03.wordpress.com/2014/11/17/artikel-pendidikan-artikel-tentang-pendidikan-
indonesia/
http://namikazeiftikar.blogspot.com/p/makalah-bela-negara_27.html
http://pertahanandankeamanannegara.blogspot.com/2010/03/pertahanan-dan-keamanan-
negara.html
http://deluk12.wordpress.com/makalah-ketahanan-nasional/
19