beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masing-masing periode sejarah islam
DESCRIPTION
BEBERAPA PERISTIWA PENTING YANG TERJADI PADA MASING-MASING PERIODE SEJARAH ISLAMTRANSCRIPT
Beberapa peristiwa penting yang terjadi pda
masing- masing periode sejarah islam
Makalah metode sejarah islam
Oleh
Anisa fitrilia D
Local c /pbs
Jurusan syariah
Stain jurai siwo metro
Kata pengantar
Segala puji bagi ALLAH SWT ,Rab segala pengetahuan,atas
berkat,rahmat,dan hidayah-Nya sehingga saya bias menyelsaikan dan
menyusun karya ilmiah ini.karaya ilmiah ini berjudul “Beberapa
Peristiwa Penting Yang Terjadi Pada Masing-Masing Periode
Sejarah Islam”
Karya ilmiah ini dikembangkan sebagian dalam rangka
memenuhi tugas saya sebagai mahasiswa perbamkam syariah .untuk
mata kuliah metode sejarah islam(msi) .
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada
masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap
semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama.
PERISTIWA PENTING YANG TERJADI PADA MASING – MASING
PERIODE SEJARAH ISLAM.
A. Pengertian Sejarah Islam
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa Inggris disebut
history. Dari segi bahasa,al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang „Ilmu
Tarikh‟ ilmu yangmembahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa
atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Sedangkan menurut pengertian istilah, al-tarikh berarti; ‟‟sejumlah keadaan dan peristiwa-
peristiwa y a n g t e r j a d i d i m a s a l a m p a u , d a n b e n a r - b e n a r t e r j a d i p a d a
d i r i i n d i v i d u a t a u m a s y a r a k a t , sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-
kenyataan alam dan manusia‟‟ Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul
(keturunan); kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Sedangkan Ilmu Sejarah adalah ‟‟pengetahuan atau uraian peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau‟. Dalam bahasa Inggris sejarah
disebut history, yang berarti orderly description of past events (uraiansecara berurutan tentang
kejadian-kejadian masa lampau). Menuru t Ib nu Khaldun , s e j a rah t idak han ya
d ipahami sebaga i sua tu rekaman per i s t iwa masa lampau, tetapi juga
penalaran kritias untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa masa
lampau.Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya objek peristiwa (who)
adanya bataswaktu (when) yaitu masa lampau, adanya pelaku (who) yaitu manusia,
tempatnya (where) latar belakangnya (whay), dan daya kritis dari peneliti sejarah.Dar i
penger t i an demikian k i t a dapa t menga takan bahwa yang d imaksud
se j a rah Is l am adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang seluruhnya berkaitandengan agama Islam. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan sejarahIslam adalah berbagai peristiwa atau kejadian
yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan per tumbuhan dan
perkembangan agama Is l am da lam berbaga i a spek . Dalam ka i t an in i
makamuncullah istilah yang sering digunakan untuk sejarah Islam ini, diantaranya Sejarah
Islam, SejarahPeradaban Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Da lam mempela j a r i
dan mengka j i s e j arah Is l am (mus l im) yang t e rkandung da l am buku -
bukusejarah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu:
a .Apa yan g men jadi t u juan penul i san , apakah ben tuk se j arah p ragmat ik
a t aukah berben tuk filsafat sejarah.
b.Siapa penulis sejarah itu, termasuk bagaimana kecenderungan sikap hidup atau
ide poliik yang dianutnya, dan
c.Kapan dia menulis, karena dari situ dapat pula memberi pengaruh apa dan siapa
yang telahmembuat dia berinterprestasi begitu.
B. Periodisasi Sejarah Islam
Dikalangan ahli sejarah terdapat perbedaan tentang kapan dimulainya sejarah
Islam yangt e l ah b e ru s i a l eb ih d a r i emp a t b e l as ab ad i n i . D i s a tu p ih ak
m en ya t ak an b ah w a s e j a rah Is l am (muslim) dimulai sejak Nabi Muhammad SAW.
diangkat sebagai Rasul, dan berada di Makkah atautiga belas tahun sebelim hijrah ke
Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa sejarah Islam itudimulai sejak lahirnya
negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Atau tepatnyasetelah Nabi
Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah yang sebelumnya bernama Yatsrib.Timbulnya
perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan karena perbedaan tinjauantentang
unit sejarah. Pihak pertama melihat bahwa unit sejarah adalah masyarakat.
MasyarakatMuslim telah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan seruannya.
Malah jumlah merekasedikit atau banyak tidak menjadi soal. Disamping itu,
meskipun mereka belum berdaulat, tetapisudah terikat dalam satu organisasi yang
memiliki corak tersendiri. Sedangkan pihak kedua melihat bahwa niat sejarah itu adalah
Negara, sehingga sejarah Islam muai dihitung sejak lahirnya
NegaraMadinah.P e r b e d a a n p e n d a p a t t e r s e b u t a k a n t e r c e r m i n p a d a
p e m b a g i a n p e r i o d i s a s i s e j a r a h (kebudayaan) Islam yang dikemukakan oleh para
ahli, terutama dalam hal tahun permulaan sejarah Islam pada periode pertama atau biasa
disebut periode klasik, dan bahkan ada yang menyebutkansebagai periode praklasik
guna mengisi babakan sejarah Islam yang belum disebutkan secara tegasdalam periode klasik
tersebut. Hasjimy m en ya t ak an b ahw a p a ra ah l i s e j a rah k ebu d ayaan t e l ah
m em b ag i s e j a r ahk eb u da yaan Is l am k ep ad a s emb i l an (9 ) p e r i od e , s es u a i
d en gan p e r ub ahan -p e r ub ahan po l i t i k , ekonomi, dan social dalam masyarakat Islam
selama masa-masa itu. Kesembilan periode itu adalah,sebagai berikut:
1. Masa permulaan Islam, yang dimulai sejak lahirannya Islam pada tanggal 17 Ramadhan
12tahun sebelum hijrah sampai tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus 610 sampai 661 M;
2. Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 H. ( 661-750 M );
3. Masa Daulah Abbsiyah Islam: dari tahun 132-232 H. ( 750-847 M );
4. Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 H. ( 847-946 M );
5. Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H. ( 946-1075 M );
6. Masa Daulah Abbasiyah IV: dari tahun 467-656 H. ( 1075-1261 M );
7. Masa Daulah Mungoliyah: dari tahun 656-925 H. ( 1261-1520 M );
8. Masa Daulah Usmaniyah: dari tahun 925-1213 H. ( 1520-1801 M );
9. Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H. (1801 M ) sampai awal abad 20.
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa periode sejarah kebudayaan Islam dimulai
sejak NabiMuhammad SAW. Diangkat menjadi Rasul, pada tahun 12/13 tahun sebelum
hijrah. Hal ini berarti mendukung pendapat pihak pertama sebagaimana uraian
terdahulu.Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nourouzzaman as -Shiddiqi yang
menyatakan bahwawaktu sekarang ini para sejarawan cenderung mengambil masyarakat
sebagai unit sejarah. Jika unitsejarah itu tertumpu pada Negara, maka hal itu mengandung
kelemahan. Artinya, batas Negara tidak selalu tetap. Dia telah membagi perjalanan
sejarah Islam ke dalam tiga bagian besar beserta ciri -ciri sebagai berikut:
1. Periode klasik, yang dimulai sejak Rasulallah SAW.
Menyampaikan seruannya sampai masaruntuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 656
H/1258 M. Cirinya ialah tanpa menutup matat e rhadap adanya d inas t i -d inas t i
kec i l , D inas t i Umai yah Bar a t yang berkedudukan d i Andalusia dan
interengum (masa peralihan pemerintahan) Dinasti Fatimah di Mesir, masihada satu
kekuasaan politik yang kuat dan disegani. Dalam periode klasik inilah umat
Islammencapai prestasi-prestasi puncak di bidang kebudayaan.
2 . Periode pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah
sampai abad ke-11H/17 M.
C i r i - c i r i nya i a l ah kekuasaan pol i t ik t e rpecah -pecah dan sa l ing
bermusuhan . Osmanli Turki, Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia, Mamluk
India, dan berdirinyakerajaan-kerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-sendiri.
3. Periode modern, yaitu sejak abad ke-12 H/18 M sampai sekarang.
Dalam periode ini umatIslam sudah tidak memiliki kekuatan politik yang
disegani. Dinasti Turki Osmanli yang pernah menggedor pintu Wina sudah
mendapat julukan The Sick Man of Europa. Bukansaja Turki sudah tidak mampu
memperluas wilayah dibagi-bagi antara Inggris, Perancis danRusia. Wilayah Turki
Barat seperti sepotong kue yang menjadi rebutan antara kekuasaan-kekuasaan besar
Barat. Bekas jajahan setiap Negara Barat inilah yang kemudian melahirkan Negara-
negara baru setelah Perang Dunia I.
C. Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi Pada Masing-masing Periode
Sejarah Islam
I. Periode Praklasik (610-650 M)
Periode ini dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) fase, yaitu:
1. Fase Pembentukan Agama (610-622 M
Pada fase ini Nabi Muhammad SAW melakukan kegiatan pembentukan akidah dan
pemantapannyaserta pengalaman ibadah di kalangan umat Islam setelah Nabi Muhammad
SAW menerima wahyu pertama dan wahyu-wahyu berikutnya, kemudian Nabi Muhammad
SAW memperkenalkan Islamkepada mas ya raka tn ya d i Makkah berdasa rkan
wah yu t e r sebu t . Dakwah yang be l i au l akukan melalui tiga tahapan,
yaitu:pertama, memperkenalkan Islam secara rahasia, dalam arti terbatas pada
keluarga terdekat dan teman-teman akrabnya, melalui pendekatan pribadi. Tahap ini
dilakukansecara hati-hati sehingga tidak menimbulkan kejutan dikalangan masyarakat,
namun hasilnya cukup memadai, terbukti beberapa keluarga dan teman terdekatnya berhasil
masuk Islam.
Kedua, dilakukandengan semi rahasia, dalam arti mengajak keluarganya yang lebih
luas dibandingkan pada tahap pertama, terutama keluarga yang bergabung dalam
rumpun Bani Abdul Mutholib (Baca QS. As-Syu‟ara: 214),
Ketiga, dilakukan secara terbuka dan terang-terangan dihadapan masyarakat
umumdan luas (Baca QS .a l -Hi j r : 94 ) pada t ahap in i Nab i Muhamm ad
SAW beser t a pengiku tn ya m e n g h a d a p i o p o s i s i d a r i b e r b a g a i p i h a k ,
b a h k a n m e n d a p a t k a n s i k s a a n b e r a t s e b a g i a n n y a mengakibatkan
kematian. Sungguhpun demikian, akidah mengikuti Nabi tetap kokoh dan
tidak luntur dalam menghadapi oposisi tersebut. Berbagai upaya dilakukan antara
lain pengungsianrahasia ke Abbesinia, tetapi justru menimbulkan pengejaran
hebat, bahkan terjadi pemboikotanmassa atas pengikut Nabi Muhammad SAW. A.
Syalabi telah menjelaskan beberapa sebabtimbulnya reaksi negatif terhadap dakwah
beliau, yaitu:1) Persaingan dalam berebut kekuasaan.2) Persamaan hak antara kasta
bangsawan dan kasta hamba sahaya.3) Takut dibangkitkan setelah manusia mati,untuk
mempertanggungjawabkan segala amalannyaselama hidup di dunia.4) Taklid kepada nenek
moyang.5) Memperniagaan patung (masalah ekonomi).
2. Fase Pembentukan Negara (622-632 M)
Sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib (Madinah) didahului dengan usaha
memengaruhi para peziarah Ka‟bah di Makkah agar mereka masuk Islam. Di antara mereka
banyak yang berasaldari kabilah Khazraj dan Aus (Yatsrib/Madinah). Ternyata sebagian
mereka menyambut baik atasseruan dan ajakan Nabi Muhammad SAW tersebut, yang
pada gilirannya menyatakan diri masuk Islam serta diikuti dengan perjanjian
kesetiaan mereka kepada agama Islam dan Nabi MuhammadSAW yang terkenal
dengan ‟‟Perjanjian Aqabah‟‟.Beberapa upaya dilakukan oleh Nabi MuhammadSAW di
Madinah, yaitu:
1) Mendirikan Masjid, sebagai tempat ibadah dan berkumpulnya umat Islam,
secara gotong-royong;
2) Mempersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajiin;
3 ) Membuat pe r j an j i an pe rsahabatan ( to l e rans i ) an t a ra i n te rn umat Is l am
dan anta ra umat beragama; dan
4 ) Melet akkan dasar -dasa r po l i t i k ekonomi dan soci a l untuk masyaraka t
ba ru . Karena i tu terbentuklah masyarakat yang disebut Negara kota dengan membuat
konstitusi di dunia.
3. Fase Pra-Ekspansi (632-650 M)
Merupakan fase ekspansi pertama (pendahuluan), yang pada dasarnya dapat dibagi ke dalam4
fase, yaitu:
Pertama: Fase konsolidasi. Abu Bakar sebagai kholifah Islam pengikut Rasulallah SAW.
(632 M)harus menghadapi suku-suku bangsa Arab yang tidak mau lagi tunduk
kepada Madinah, merekamenganggap bahwa perjanjian yang mereka buat dengan
Nabi SAW. Dengan sendirinya tidak mengikat lagi setelah beliau wafat.
Selanjutnya mereka mengambil sikap menentang Abu Bakar ( i n g k a r k e p a d a
p e m e r i n t a h I s l a m ) t i d a k m a u m e m b a y a r d i n a r k a r e n a i t u
A b u B a k a r menyelesaikannya dengan perang Riddah (melawan kaum separatis) di
bawah komando Khalid binWalid, dan kemenangan di pihak Abu Bakar ( umat Islam .
Kedua, Fase pembuka jalan. Dimana setelah selesai perang dalam negeri tersebut
(konsolidasi), AbuBakar mulai mengirim kekuatan-kekuatan ke luar Arabia. Khalid
bin al-Walid memimpin tentarayang diantar ke Irak (wilayah Bizantium) dan dapat
menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Bersamadengan itu ke Suria (Iran) dikirim tentara
di bawah pimpinan tiga Jendral: Amr Ibnu „Ash, Yazid Ibnu Abi Sofyan dan
Syurahbil Ibnu Hasanah, dan ditunjang oleh pasukan Khalid, sehingga dapatmenguasai kota
Ajnadin dan Fihl.
Ketiga, Fase pemerataan jalan. Dimana usaha-usaha yang dirintis oleh Abu Bakar untuk
membuka jalan ekspansi, kemudian dilanjutkan oleh khalifah kedau, Umar bin
Khatab (634-664 M). padazaman Umar inilah gelombang ekspansi pertama terjadi
kota Damaskus jatuh di tahun 635 M dansetahun kemudian Bizantium kalah di
pertempuran Yarmuk, daerah Suria jatuh ke bawah kekuasaanIslam. Dengan adanya
gelombang ekspansi pertama ini (menurut istilah kami fase perantara
jalanekspansi). Maka kekuasaan Islam di bawah Khalifah Umar telah meliputi
selain SemenanjungArabiah, juga Palestina, Suria, Irak, Persia, dan Mesir.
Keempat , Fase j a l an buntu , ya i tu pada zaman Usman b in Af fan (644 -656
M) sebaga i khal i f ah ketiga, dan pada zaman Ali bin Abi Thalib (656-661 M)
khalifah keempat. Pada zaman Usman,meskipun Tripoli, Ciprus dan beberapa
daerah lain dikuasai, tetapi gelombang ekspansi pertama berhen t i s ampai
d i s in i , ka rena d ika l angan umat Is l am mulai t e r j ad i pe rpecahan
men yangku t masalah pemerintahaan dan dalam kekacauan yang timbul itu Usman mati
terbunuh.Selanjutnya diganti oleh Ali bin Abi Thalib, tetapi mendapat tantangan
dari pendukung Usman,terutama Muawiyah Gubernur Damaskus dari Golongan Thalhah
dan Zubair di Makkah dan kaumKhawarij dan Ali sebagaimana Usman juga terbunuh.
II. Periode klasik (650-1250 M)
Periode Klasik ini merupakan zaman kemajuan umat Islam. Harun Nasuti on telah
membagi periode klasik ini ke dalam dua (2) fase, yaitu:
1.Fase Ekspansi, Integrasi, dan Puncak Kemajuan (650-1000 M).
Periode klasik ini merupakan periode kebudayaan dan peradaban Islam
yang tertinggi danmempunyai pengaruh terhadap tercapainya kemajuan atau
peradaban modern di Barat sekarang,sungguhpun tidak dengan secara langsung. Hal ini
diakui oleh para orientalis Barat, sebagai berikut:a.Christopher Dawson,
menyatakan:”Periode kemajuan Islam ini bersamaan masanya dengan abad
kegagalan di Barat (Eropa).” b.H. McNeill, menyatakan:”Kebudayaan Kristen di
Eropa di antara tahun 600-1000 M sedangmengalami masa surut yang rendah. Di
abad XI Eropa mulai sadar akan adanya peradabanIslam yang tinggi di Timur, dan
melalui Spanyol, Sicilia, Perang Salib peradaban itu sedikitdemi sedikit di bawa ke
Eropa.”c . G u s t a v e L e b o n , m e n y a t a k a n : “ O r a n g A r a b l a h y a n g
m e n y e b a b k a n k i t a m e m p u n y a i peradaban, karena mereka imam kiita selama
enam abad..”d.Romm Landayu, dari hasil penelitiannya mengambil kesimpulan
bahwa “dari orang Islam periode klasik inilah orang Barat belajar berfikir serta objektif
dan logis, dan belajar lapangdada.e.Jacques C. Rislar juga menyatakan bahwa “ilmu
pengetahuan dan teknik Islam amat dalammemengaruhi kebudayaan Barat.”
2. Fase Disintegrasi (1000-1250 M)
Fase disintegrasi merupakan fase di mana pemisahan diri dinasti -dinasti
dari kekuasaan pusat, dilanjutkan dengan perebutan kekuasaan antara dinasti-dinasti
tersebut untuk menguasai satusama lain. Misalnya:(1). Dinasti Buwaihi yang
menguasai daerah Persia dikalahkan oleh Saljuk pimpinan Tughril Beg (1076 M).(2).
Dinasti Saljuk waktu dipimpin Nizamul Mulk dikalahkan oleh Dinasti
Hasysyasin pimpinan Hasan Ibnu Sabah, yang meskipun Dinasti Saljuk masih sempat
berdiri, tetapi akhirnya dikalahkantotal pada Perang Salib oleh Paus Urban II (1096-1099 M).
III. Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Periode pertengahan ini juga dibagi ke dalam dua (2) fase yaitu:
1. Fase Kemunduran (1250-1500 M)
Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan
antara Sunni danS yi ‟ah , demik ian juga an ta ra Arab dan Pers i a be r t ambah
t ampak . Dunia Is l am pada zaman in i terbagi dua, yaitu: Bagian Arab yang
terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan AfrikaUtara, dengan Mesir
sebagai pusat, dan Bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan
Asia Tengah dengan Iran sebagai Pusat.
2. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500-1700 M) yang Dimulai dengan Zaman
Kemajuan (1500-1700 M), Kemudian Zaman Kemunduran (1700-1800 M).
Tiga Kerajaan Besar Tersebut Ialah Kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki,
Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Dimasa kemajuaan,
ketiga kerajaan besar tersebut mempunyai kerajaan masing-masing,t e ru t ama
da l am bentuk l i t e ra tu re dan a rs i t ek . Mas j id -mas j id dan gedung -gedung
indah yangdidirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istambul, di Tibriz, Isfahan, serta
kota-kota lain di Irandan Delhi. Kemajuan umat Islam di zaman ini lebih banyak merupakan
kemajuan di periode klasik.Sedangkan di zaman kemunduran kerajaan Usmani terpukul di
Eropa, Kerajaan Safawi dihancurkanoleh serangan-serangan suku bangsa Afgam, dan daerah
kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raa India. Kekuatan
militer dan kekuatan politik umat Islam menurun umatIslam dalam keadaan
kemunduran drastis. Akhirnya Napoleon pada tahun 1798 M. mendudukiMesir,
sebagai salah satu pusat Islam terpentin j a tuhn ya pu sa t umat Is l am ke t angan
Bara t ,menginsafkan dunia Islam.
IV. Periode Modern (1800 M-dan seterusnya)
Ciri-ciri umat Islam pada periode modern ini adalah keadaan yang berbalik
dengan pada periodek las ik . Da lam a r t i , umat Is l am pada per iode in i s edang
mena ik sementa ra Bara t s edang da l amkege lapan sedang pada per iode
modern in i s ebal ikn ya , umat Is l am sedang da l am kege lapan sementara Barat
sedang mendominasi dunia Islam, dan umat Islam ingin belajar dari Barat tersebut.
1.Sumber ajaran islam
Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah al quran
dan al sunnah ;sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami al quran dan al
sunnah .
Sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai wahyu nyang berasal dari allah swt.yang
penjabarannya dilakukan oleh nabi muhamad saw.di dalam al quran sruat al-nisa ayat 156 kita
diam\njurkan agar menaati allah dan rasul-nya serta ulil amri(pemimpin) .ketaat an kepada allah
dan rasul-nya ini mengandung konsekuensi ketaatan kepada ketentuan-nya yang terdapat di
hadisnya .selanjutnya ketaatan kepada ulul amri atau pemimpinsifatnya kondisional ,atau tidak
mutlak,karena betapapun hebatnya ulul amri itu, ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan
tidak daoat dikultuskan .atas dasar inilah mentaati ulul amri bersifat kondisional .jika produk ulul
amri tersebut dengan ketentuaan allah dan rasul-nya maka wajib ikuti ;sedangakan jika produk dari
ulul amri tersebut bertentangan dengan kehendak tuhan ,maka tidak wajiob menantinya .penjelasan
mengenai su,\mb er ajaran islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
A.Al-Qur’an
dikalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian al quran baik dari
segi bahasa maupun istilah .asy-syafi’I missal nya mengatakan bahwa al quran bukan berasal dari
akar kata pun ,dan bukan pula ditulis dengan memakai hamzah .lafal tersebut sudah lazim digunakan
dalam pengertian kalamullah (firman allah) yang diturunkan klepada nabi Muhammad
saw.sementara itu al-farra berpendapat bahwa lafal al quran berasal dari kata qarain jamak dan kata
qarinah yang berarti klaitan ;karena dilihat dari seginya makna dan kandungannya ayat-ayat al
quran itu satu sama lain saling berkaitan .selanjutnya ,al asyari’i dan para pemingkutnya mengatakan
bahwa lafal al quran diambil dari kata qam yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain
;karena surat-surat dan ayat-ayat al-quran satu dan yang lainnya saling bergabung dan berkaitan
B.Islam susfistik
.. penulis buku ini mengemukakan adanya pergumulan antara tasawuf Sunni dan tasawuf falsafi dalam bentuknya yang paling vulgar. Yang dikemukakan itu merupakan pandangan-pandangan reinkarnasi, yang di Indonesia disebut wahdah al-wujud--suatu pandangan yang mengikuti pandangan Ibn 'Arabi. Ini tentu saja merupakan sebuah kesimpulan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah ....'' -- K.H. Abdurrahman Wahid Penyebaran Islam di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari tasawuf. Bahkan ''Islam pertama'' yang dikenal di Nusantara ini sesungguhnya adalah Islam sufi. Dalam perkembangannya, tasawuf terbagi dalam dua golongan, yaitu tasawuf Sunni dan tasawuf falsafi. Masing-masing mempunyai tokoh yang menonjol, misalnya Syaikh Nur Al-Din Al-Raniri, Syaikh 'Abd Al-Shamad Al-Palembani, dan Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ari mewakili kelompok tasawuf Sunni. Di antara tokoh yang menonjol dari kelompok tasawuf falsafi adalah Hamzah Fansuri. Islam Sufistik mengungkapkan beberapa teori tentang para pelopor dakwah Islam pertama di Indonesia (India, Persia, dan Arab) dan pengaruhnya terhadap dunia tasawuf di Tanah Air. Berdasarkan fakta sejarah yang akurat, penulis buku ini memaparkan bahwa para pelopor dakwah Islam pertama di Indonesia adalah dari Arab, dari keturunan Imam Ahmad ibn 'Isa Al-Muhajir Al-'Alawi (cucu Imam Ja'far Al-Shadiq). Di samping memaparkan secara kritis cikal bakal dan sepak terjang aliran kepercayaan Kebatinan Jawa (kejawen) dengan tokoh utamanya, Ronggowarsito --yang dikenal sebagai ''Bapak Kebatinan''--buku yang diangkat dari disertai penulisnya di Universitas 'Ain Syams, Kairo, ini juga mengungkapkan ketegangan-ketegangan antara budaya lokal dan budaya yang dibawa saat proses Islamisasi pertama di beberapa wilayah di Nusantara.
Tiga peristiwa penting pada dua dan rajab
Umumnya umat Islam mengenal 27 Rajab sebagai tanggal terjadinya peristiwa Isra` Mi‟raj.
Namun sebenarnya ada dua peristiwa penting lainnya yang juga terjadi pada tnggal 27 Rajab.
Dua peristiwa itu adalah Pembebasan Baitul Maqdis oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi
rahimahullaah dan Penghapusan Khilafah oleh Mustafa Kemal la‟natullaah „alayhi.
Peristiwa Pertama: Isra Mi’raj Rasulullah saw.
Sebenarnya kapan peristiwa Isra‟ Mi‟raj RAsulullah saw tidak ada bisa memastikan
tanggalnya. Karena memang tidak ada dalil yang secara pasti menyebutkan tanggalnya. Yang
jelas peristiwa ini ADA DAN TERJADI, karena telah disebutkan al-Qur`an. Diperkuat lagi
dengan hadits-hadits yang terkait dengan peristiwa Isra‟ dan peristiwa Mi‟raj.
Yang juga jelas jika dikumpulkan dari beragam versi peristiwa ini terjadi antara tahun ke-10
hingga tahun ke-12 Kenabian atau antara 3 hingga 1 tahun sebelum Rasulullah hijrah.
Peristiwa ini terjadi setelah Khadijah binti Khuwailid ra (istri Rasulullah saw) wafat, lalu
dilanjutkan meninggalnya Abu Thalib (paman Rasulullah saw). Wafatnya Khadijah dan
meninggalnya Abu Thalib terjadi tiga tahun sebelum Rasulullah saw berhijrah (tahun ke-10
dari Kenabian). Kemudian Rasulullah saw melanjutkan misi dakwah ke Tha`if untuk
mengajak masuk Islam dan meminta nushrah (pertolongan) kepada Bani Tsaqif, namun
gagal. Setelah tiga kesedihan inilah Allah menghormati dan memuliakan utusan terakhir-Nya
tersebut dengan meng-isra`-kan dan mem-mi‟raj-kan beliau.
Dan yang jelas juga adalah peristiwa Isra‟ dan Mi‟raj terjadi sebelum Musim Haji tahun ke-
11 Kenabian. Karena setelah peristiwa Isra‟ Mi‟raj Rasulullah saw masih mencoba mencari
nushrah ke kabilah-kabilah di luar Makkah. Namun kemudian menghentikannya dan
berfokus pada para jamaah haji (haji jahiliyah) yang datang ke Makkah pada setiap musim
haji. Pada musim haji tahun ke-11 mulai ada 6 orang dari kabilah al-Khazraj dari kota Yatsrib
yang masuk Islam. Pada musim haji tahun ke-12 Kenabian terjadi Bay‟atul Aqabah Pertama
yang diikuti oleh 12 laki-laki dari Yatsrib. Dan pada musim haji tahun ke-13 Kenabian baru
terjadi Bay‟atul Aqabah kedua yang diikuti 73 laki-laki dan dua wanita tokoh Yatsrib yang
menyerahkan kepemimpinan Yatsrib kepada Rasullah saw.
Sehingga belum jelas kapan tepatnya peristiwa ini terjadi. Banyak versi dari para ulama.
Walaupun ada yang mementahkannya, namun yang popular adalah tanggal 27 Rajab tahun
ke-10 Kenabian. Saya sendiri menyimpulkan peristiwa Isra‟ Mi‟raj terjadi pada tanggal 27
Rajab tahun ke-11 Kenabian (621 M). Allaahu „alamu (Allah yang Maha Tahu)
Untuk peristiwa Isra‟ Mi‟raj dan arti pentingnya peristiwa ini bagi Rasulullah, Umat Islam,
dan Negara Islam yang akan berdiri dua tahun setelah peristiwa ini tidak perlu saya jelaskan
lagi. Karena saya rasa sudah banyak yang menjelaskannya.
Peristiwa Kedua: Pembebasan Baitul Maqdis oleh Sultan Shalahuddin al-
Ayyubi rahimahullaah
Hari Jumat tanggal 27 Rajab tahun 583 H (1187 M) merupakan hari yang penuh berkah.
Karena pada hari itu Kota al-Quds (Baytul Maqdis) dibebaskan oleh Sultan Shalaahuddiin al-
Ayyubi dari kaum Salibis yang telah menduduki kota tersebut selama 88 tahun dari tahun
1099 M higga tahun 1187 M.
Saat kaum Salibis menguasai Baytul Maqdis mereka menorehkan tinta hitam berdarah dalam
sejarah Barat. Mereka menghancurkan tempat-tempat ibadah, membunuh kaum muslimin
yang tidak berdosa, menghinakan manusia, menumpahkan darah, dan tidak menjaga
kehormatan tempat-tempat suci kaum muslimin. Jumlah kaum muslimin tak berdosa yang
mereka bunuh mencapai 90 ribu orang.
Berbeda 1800 dengan kelakuan kotor kaum Saliibis, Shalahuddin Sang Pembebas Baytul
Maqdis berjiwa penyayang dan mendakwahkan Islam dengan hikmah dan nasehat-nasehat
yang baik.
Ada kisah menarik setelah tentara Islam berhasil mengalahkan kaum salibis. Seorang
perempuan Nasrani berbicara kepada Shalahuddin, “Hai Jagal, engkau telah membunuh
bapakku dan menawan saudara-saudaraku. Siapa lagi yang akan membiayai hidupku setelah
ini?”
Mendengar kecaman perempuan itu, Shalahuddin tidak marah. Ia justru tersenyum dan
berkata, “Tenangkanlah dirimu. Kami yang akan membiayai hidupmu.”
Shalahuddin kemudian memerintahkan pegawainya untuk memberikan harta kepada
perempuan itu. Selanjutnya Shalahuddin membebaskan kedua saudara perempuan itu dan
berkata kepadanya, “Bapakmu terbunuh dalam peperangan yang ia kobarkan sendiri. Dan ia
telah menyerang pihak yang bersikap damai.”
Mendengar ucapan Shalahudin itu, maka diamlah perempuan itu karena malu. Perempuan itu
kemudian berkata sambil menyesali kecamannya, “Maafkanlah saya , wahai Sultan. Semua
perkataan saya tadi saya ucapkan karena saya sedang merasakan sedih yang sangat
mendalam. Juga karena sebelumnya para pemimpin kami menggambarkan kalian sebagai
orang-orang yang kasar, kriminal, tak berperikemanusiaan, senang membunuh orang-orang
yang tak berdosa, dan senang menumpahkan darah. Mereka telah memanfaatkan ghirah kami
untuk membalas dendam kepada kalian. Tetapi ketika kami bertemu dengan kalian, tahulah
kami bahwa mereka semua ternyata telah berbohong. Kami ternyata mendapati kebaikan,
akhlak yang mulia, kedermawanan, dan perilaku yang baik pada diri kalian. Tidak seperti
yang selama ini digambarkan oleh para pemimpin kami.”
Perempuan itu tetap berada di tempatnya. Ia kemudian mengangkat tangannya ke langit untuk
berdoa kepda Allah agar Alllah menguatkan kerajaan Shalahudddin dan menjaga kerajaannya
hingga kiamat.
Inilah Shalahuddin Sang Pembebas Baytul Maqdis pada hari Jumat 27 Rajab tahun 583 H
yang dicintai oleh musuh-musuh dan teman-temannya.
Peristiwa Ketiga: Penghapusan Khilafah oleh Mustafa Kemal la’natullaah ‘alayhi
Senin, 27 Rajab 1342 H atau 3 Maret 1924 M adalah hari yang kelam dan awal bencana besar
bagi kaum muslimin. Pada hari itu secara sepihak, Presiden Turki Sekuler Mustafa Kemal
menghapus sistem Khilafah dari bumi Turki. Presiden liberal brengsek ini kemudian
mengusir khalifah dan secara sistematis dan kejam mengubur peradaban Islam di bumi Turki.
Langkah-langkah kotor Mustafa Kemal ini lebih lengkapnya bisa dibaca pada tulisan saya di
web ini juga yang berjudul “Mustafa Kemal Ataturk Sang Penjagal Khilafah”. (Tulisan saya
yang sekarang sekalibus menjadi koreksi atas tulisan sebelumnya yang mencantumkan
tanggal 28 Rajab 1342 H sebagai tanggal hapusnya Khilafah. Yang benar dan lebih tepat 27
Rajab 1342 H.) Langkah-langkah Mustafa Kemal kemudian menginspirasi kaum sekuler di
negeri-negeri Islam, termasuk Soekarno di Indonesia.
Demikianlah, ada tiga peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 27 Rajab. Semoga
menambah wawasan kita semua. Dengan harapan agar peringatan Isra‟ Mi‟raj yang dilakukan
di kampung-kampung, sekolah-sekolah, dan lembaga-lembaga lainnya menambahkan dua
peristiwa penting lainnya yang juga terjadi pada tanggal 27 rajab. Yang satu
menggembirakan, satunya lagi menyedihkan.
Semoga tiga peristiwa ini menggelorakan semangat juang kita dan menguatkan gantungan
kita kepada Allah dalam perjuangan penerapan kembali Syariat Islam dalam bentuk Imamah
atau Khilafah di akhir zaman ini. Juga agar selalu waspada terhadap pengkhianatan dan
rongrongan orang-orang kafir dan munafik dari kalangan Salibis, Yahudi, dan Dajjalis.
Peristiwa-peristiwa Sejarah Penting Selama
Bulan Ramadhan
Tentu saja peristiwa yang paling agung dan tidak ada tandingannya dalam sejarah Ramadhan
sepanjang masa ialah turunnya wahyu Allah SWT yakni Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara malaikat JIbril. Dan juga sekaligus penetapan ke-Rasul-an Muhammad SAW ketika
Rasul SAW berumur 40 Tahun.
Dan peristiwa maha agung ini terjadi pada tanggal 25 Ramadhan menurut bebrapa pendapat Ulama
yang masyhur. Dan ada juga yang mengatakan bahwa Al-Qur’an turun pada tanggal 22 Ramadhan.
Atau juga sebagaimana riwayat yang masyhur dengan kita yaitu taggal 17 Ramadhan, dan semua
riwayat ini juga ditulis oleh Imam Ibnu Katsir dalam Kitabnya “Al-Bidayah Wal-Nihayah”.
Seperti yang telah disinggung diatas, bahwa banyaknya peristiwa penting termasuk peperangan
Islam yang terjadi pada Ramadhan sepanjang serah ini menunjukkan kebesaran dan kemuliaan
Ramadhan itu sendiri. Dan ini juga menjadi symbol bagi Ramadhan dan puasa itu sendiri bahwa ia
adalah symbol kekuatan, Jihad dan juga ‘Amal.
Bukan sebagai apa yang sering ditampakkan oleh sebagian orang yang kalau masuk Ramadhan
malah menjadikannya ajang untuk bermalas-malasan, lemas, hilang semngat dan segala hal negative
lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan semangat Ramadhan itu sendiri. Sehingga selalu saja
menjadikan Ramdhan sebagai alas an untuk menurunnya produktifitas kerja dan belajar.
Persepsi yang keliru sekali. Justru tidak ada ajaran Islam yang malah menjadi penghalang seorang
muslim melakukan hal-hal kebaikan walaupun itu sifatnya dunia. Justru Islamlah yang selalu
memotivasi pemeluknya terus ber-Ihsan dan ber-Itqon dalam pekerjaan. Artinya Islam
memerintahkan seorang Muslim untuk total dalam bekerja ataupun juga belajar. Total dalam segala
bidang selama itu tidak menabrak koridor hukum yang berlaku dalam syariah.
Beberpa Pristiwa penting itu diantaranya ialah:
1. PERANG BADR
Peristiwa yang benar-benar secara rinci telah memisahkan mana yang Haq dan mana yang Bathil.
Mana yang berada ada jalan kebenaran dan mana yang berada di jalan Kekufuran. Symbol
hancurnya kemusyrikan dan penyembahan kepada patung. Padahal ketika itu posisi Muslim secara
kuantitas kalah dan jauh dibawah orang-orang kafir, namun Allah membalikan keadaan dan
memenangkan kebenaran.
“Dan sungguh Allah telah menolong kalian dalam perang badr, padahal kalian dalam keadaan lemah
(sedikit). Maka bertaqwalah kepada Allah agar kalian mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imron 123)
Ibnu Abbas berkata: “itu (perang Badr) terjadi pada hari Jum’ah 17 Ramdhan, di hari itulah musuh
Islam paling besar dibunuh”.
2. FATHU MAKKAH (PEMBUKAAN KOTA MAKKAH)
Peristiwa dibukanya Kota Mekkah ini yang juga berarti kemenangan bagi kamu Muslimin ketika itu
setelah ter”usir” dari Mekkah itu sendiri. Dan kemenangan ini terjadi pada hari Jum’at tanggal 20
atau 21 Ramadhan tahun ke-8 Hijrah. Dan tahun ini juga, tahun dimana hancurnya seluruh berhala
yang mengililingi ka’bah.
3. TERSEBARNYA ISLAM DI YAMAN
Setelah diutusnya Ali bin Abi Tholib ke Yaman untuk menyebarkan Islam didaratan tersebut pada
Ramadhan tahun ke-10 Hijrah, beberapa kemenangan diperoleh oleh pasukan islam dan menjadikan
Islam menjadi agama nomor satu bagi penduduk hingga saat ini di salah satu Negara semenanjung
Jazirah tersebut.
4. MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA
Pada hari Jumat 25 Ramadhan tahun 479 HIjrah, ada peristiwa besar yang menjadi momentum
masuknya Islam di benua biru, yaitu peperangan “Zulaaqoh” di Andalus (sekarang Portugal dan
Spanyol). Zalaqoh ialah nama sebuah daerah yang berada dekat dengan Portugal sekarang ini.
Pasukan Muslim yang ketika itu dipimpin oleh panglima Perang Yusuf bin Yasyfin, memenangkan
peperangan pagi buta melawan tentara Perancis yang tersisa dibawah kepimpinan Alfonso 6 dan
berhasil masuk ke Andalus.
Sebelumnya Andalus telah dimasuki oleh kaum Muslimin setelah beberapa lama dikuasai oleh
tentara Kafir setelah sebelumnya pasukan Islam mengusai selat Giblatarq (Jabal Thoriq) dibawah
panglima Thoriq bin ZIyad.
Thariq bin ZIyad berhasil masuk semenanjung ANdalus dan menaklukannya pada 28 Ramadhan
tahun 92 Hijrah. Momen yang paling dikenang dalam peristiwa ini ialah ketika Thoriq bin Ziyad
membakar semua kapal pasukannya setelah mendarat di Andalus, itu yang berarti bahwa tidak ada
tujuan kedatangan mereka ke Andalus kecuali kemenangan. Karena kalau kalah mereka tidak akan
bisa pulang, kapal mereka telah dibakar.
5. PERANG ‘AIN JALUT
Kemenangan besar kaum Muslimin atas pasukan Mongol yang juga besar pada 15 Ramadhan tahun
658 Hijrah bertepatan 3 September 1260 M. Pasukan Islam ketika itu dipimpin oleh panglima
Kharismatik Qutuz dari Mesir
Selain beberapa peristiwa yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi peristiwa yang tidak bisa
saya sebutkan semuanya. Seperti kemenangan Muslim atas pasukan Salib di Ramadhan Tahun
1393H/1973M. Peperangan untuk merebut kembali tanah Palestin yang sebelumnya direbut oleh
Zionis Yahudi.
Intinya memang Ramadhan itu adalah bulan kemenanga, kekuatan, dan juga bulan Jihad. Bukan
sebaliknya seperti yang banyak kita temui dari sikap kebanyakan orang yang ber-lemah-lemahn dan
bermalas-malasan pada Ramadhan.
Sejarah Peradaban Islam
Pengertian Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab dari kata “Syajarotun” artinya pohon. Kalau kita
telaah secara sistematis memang sejarah hampir sama dengan pohon yakni mempunyai
cabang dan ranting, bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, lalu layu
dan tumbang. Seirama dengan kata sejarah adalah kata silisilah, kisah, hikayat yang berasal
dari bahasa Arab.
Dalam dunia barat sejarah disebut Histoire (Prancis), Historie (Belanda), dan History
(Inggris). Dalam bahasa Yunani berasal dari dua kata yaitu istoria yang berarti ilmu. Menurut
Aristoteles Istoria diartikan sebagai kajian sistematik mengenai seperangkat gejala alam,
yang dituturkan secara kronologis maupun tidak kronologis. Penegrtian ini masih digunakan
dalam bahasa Inggris yang disebut Natural History. Kata istoria biasanya diperuntukkan bagi
kajian mengenai gejala-gejala hal ihwal manusia alam urutan kronologis.
Definisi secara umum kata history berarti “masa lampau umat manusia”. Dalam bahasa
Jerman disebut Geschichte, berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi, sedangkan dalam
bahasa Arab disebut Tarikh, berasal dari akar kata ta‟rikh dan taurikh yang berarti
pemberitahuan tentang waktu dan kadangkala kata tarikhusy-syay-I menunjukkan arti pada
tujuan masa berakhirnya suatu peristiwa.
Dalam kamus bahasa Indonesia, pengertian sejarah mencakup 3 hal :
1. Silsilah, asal usul keturunan
2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo,
peristiwa-peristiwa penting yang benar-benar terjadi, cerita-cerita yang beradasr pada
kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi
3. Ilmu pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang
benar-benar terjadi di masa lampau.
Definisi sejarah menurut pendapat beberapa ahli :
1. Menurut Ibnu Khaldun.
Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia,
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak-watak masyarakat itu, seperti
keliaran, keramahtamahan dan solidaritet golongan, tentang revolusi-revolusi dan
pemberontakan-pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain
dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara, dengan tingkat
bermacam-macam, tentang bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik
untuk mencapai penghidupannya, maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu
pengetahuan dan pertukangan, dan pada umumnya tentang segala perubahan yang
terjadi ke dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri ………………….
1. Menurut Bauer
Sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan dan dengan
penglihatan yang simpatik menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadi
perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya. Melihat
dampaknya pada masa-masa berikutnya atau yang berhubungan dengan kualitas
mereka yang khas dan berkonsentrasi pada perubahan-perubahan yang temporer dan
di dalam hubungan terhadap yang tidak dapat diproduksi kembali.
1. Menurut Zidi Gazalba
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk
sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang
telah berlalu itu.
1. Menurut Brenheim
Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan fakta-fakta di dalam waktu
temporer dan di dalam hubungan dengan perkembangan umat manusia dalam aktifitas
mereka (baik individu maupun kolektif) sebagai makhluk sosial di dalam hubungan
sebab akibat.
Persoalan dalam sejarah
1. Persoalan sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa yang benar-benar terjadi, seperti turunnya
wahyu kepada Nabi Muhammad SAW., hijrah nabi, proklamasi kemerdekaan RI, dll.
Sejarah sebagai kisah adalah hasil rekonstruksi para sejarawan, biasanya diterbitkan
dalam sebuah buku. Penulis buku sejarah tersebut biasanya berbeda-beda penafsiran
meskipun dalam bahasan masalah yang sama
Historiografi dan Periodisasi Peradaban Islam
Sejarah Islam adalah bagian dari ilmu pengetahuan Agama Islam dan tidak boleh dipandang
terpisah dari ilmu pengetahuan agama Islam. Oleh karena itu dalam menulis sejarah Islam
harus mempunyai pengetahuan tentang cabang-cabang ilmu pengetahuan agama Islam seperti
Al-Qur‟an, As-Sunnah, Fiqih, Tauhid, Tarikh Tasyri.
Menurut para sejarawan perkembangan historiogragfi Islam terbagi kedalam empat periode,
di antaranya :
1. Periode awal sampai pada abad ke 3 Hijriyah
Ciri dari masa ini adalah belum terpecahkannya antara legenda dan tradisi Arab
sebelum Islam dengan sejarah Islam yang relatif ilmiah yang muncul pada abad ke
dua Hijriyah. Penulisan sejarah abad ini masih dipengaruhi oleh tradisi penulis Persia.
Salah satu buku yang terkenal adalah buku yang berjudul Khudai-Nama (Buku Raja-
raja).
1. Periode dimulai abad ke 3 sampai abad ke enam Hijriyah
Ciri periode ini adalah diakui sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Ciri lainnya
ditandai dengan lahirnya sejarawan-sejarawan wilayah/propinsi, seperti Fathu Mishr
karya Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Hakam, dan Tarikh Baghdad karya Ibnu
Abi Thahir Taifur.
1. Periode abad keenam sampai abad kesepuluh
Ciri periode ini adalah digunakannya dua bahasa yakni bahasa Arab dan Persia
1. Periode abad kesepuluh sampai abad ketiga belas Hijriyah
Ciri periode ini adalah pdipergunakannya bahasa Turki dalam penulisan sejarah. Hal
ini sebagai akibat logis dari tegaknya Dinasti Turki Utsmani dan ekspansi Barat
terhadap dunia Islam
Periodisasi Sejarah Islam
Periodisasi sejarah merupakan ciri bagi ilmu sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks
waktu dan tempat dengan tolok ukur yang bermacam-macam.
Menurut Prof. DR. H.N. Shiddiqi, ada beberapa pendapat yaitu :
1. Tolok ukurnya adalah pada sistem politik, hal ini biasanya digunakan pada sejarah
konvensional
2. Tolok ukurnya pada persoalan ekonomi (maju-mundurnya ekonomi) dalam sebuah
negara.
3. Tolok ukurnya pada tingkat peradaban dan kebudayaan suatu bangsa
4. Tolok ukurnya pada masuk dan berkembangnya suatu agama
Menurut Frof. Dr. Harun Nasution periodisasi sejarah Islam terbagi pada 3 periode :
1. Periode Klasik (650-1250 M)
Meliputi dua masa kemajuan yaitu masa Rasululloh SAW, Khulafaurrasyidin, Bani
Umayyah, dan masa-masa permulaan Dawlah Abbasiyah.
1. Periode Pertengahan (1250-1800 M.)
Pada periode ini terjadi dua masa kemunduran dan masa Tiga Kerajaan Besar. Turki
Utsmani, Dawlah Shafawiyah, dan Dawlah Mongoliyah di India. Fase Tga Kerajaan
Besar mengalami kemajuan pada tahun 1500-1700 M. dan mengalami kemunduran
kembali pada 1700-1800 M.
1. Peridoe Modern (1800- sekarang)
Pada mperiode ini umat Islam banyak belajar dari dunia Barat dalam rangka
mengembalikan balance of power. Dalam era ini Islam mulai bangkit kembali dengan
melakukan pembaharuan (tajdid)
Peristiwa-peristiwa Penting Menjelang Keruntuhan
Khilafah Bani Abbasiyah (Bagian 01)
Bani Abbasiyah atau kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam kedua yang
berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan
menjadikan dunia Islam sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kekhalifahan ini berkuasa setelah
merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia.
Bani Abbasiyah adalah keturunan paman Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam
yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul Muththalib. Oleh karena itu, mereka juga termasuk
Bani Hasyim. Kekhilafahan ini berkuasa mulai tahun 750 M dan memindahkan ibukota dari
Dmaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah
naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bagian dari tentara kekhalifahan yang
mereka bentuk, dan dikenal dengan sebutan Mamluk. Selama 150 tahun berkuasa,
kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang
sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah,
Marocco dan Afrika keada Aghlabid dan Fathimiyyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258
M disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan yang menghancurkan
Baghdad dan tak menyisakan sedikit pun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan
Baghdad.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasan kekhalifahan selama tiga abad,
mengonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan
dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 M kekuatan kekhalifahan
menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya bangsa Turki (kemudian diikuti oleh
Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai
memisahkan diri dari kekhalifahan.
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah.
Pendiri khilafah Abbasiyah adalah Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah
bin al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, ahli sejarah membagi masa
pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi lima periode:
- Periode Pertama (132 H/750 M -232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia
pertama.
- Periode Kedua (232 H/847 M -334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
- Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih
dalam pemeritnahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
- Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk
dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
- Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh
invasi bangsa Mongol.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyyah mencapai masa keemasan. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini
juga berhasil menyiapkan landasan bagi ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah
periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,
meskipun ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754
M. Selanjutnya digantikan oleh Abu Ja‟far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi
lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij dan juga Syi‟ah. Untuk memperkuat
kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingannya disingkarkan satu-
persatu. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang
ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak
bersedeia membaiatnya. Al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-Khurasani
melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755
M, karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih
memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Manshur memindahkan
ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia,
Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di
tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi
dan penertiban pemerintahannya. Di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif
dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat
wazir (Perdana Menteri) sebagai koordinator dari kementrian yagn ada. Wazir pertama yang
diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga
protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan
bersenjata. Dia menunjuk Muhammad bin Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti. Bani Umayyah
ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar
surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi
di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur
jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya
membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan.
Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia,
wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi
pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berdamai dengan
kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Byzantium membayar upeti
tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus,
Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oxus dan India.
Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abul
Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh
khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M(, al-Hadi (775 -786 M), Harun ar-Rasyid
(786-809 M), al-Ma‟mun (813-833 M), al-Mu‟tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M),
dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian
melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi.
Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan.
Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun ar-Rasyid
(786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak
dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang
dokter. Di samping itu, pemandian-peandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada
zaman keemasannya. Pada masa inilah kekhalifahan Abbasiyah menempatkan dirinya
sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Diambang Keruntuhan
Faktor yang menyebabkan peran politik Bani Abbasiyyah menurun adalah perebutan
kekuasaan di pusat pemerintaham, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang Bani Abbas,
karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa
diganggu gugat lagi, sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun daerah yang jauh
dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Hal ini sebenarnya
juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi
pada pemerintahan Abbasiyah berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
Pada masa pemeritnahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal
berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dan
seterusnya, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khilafah
dari tangan Bani Abbas. Yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan
membiarkan jabatan khalifah dari tangan Bani Abbas. Tentara Turki berhasil merebut
kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-
apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan
politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua,
pada periode ketiga (334-447 H/1055 M), Daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh
kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi‟ah.
Faktor-faktor yang penting yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiyah pada
masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan
daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para
penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2. Profesionalisasi angkatan bersenjata membuat ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran
sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.
4. Posisi-posisi penting negara dipercayakan kepada ahli bid‟ah, khususnya jabatan
wazir (perdana menteri) dan penasihat yang diserahkan kepada Syi‟ah.
5. Penyakit wahan (cinta dunia dan takut mati) yang menguasa para penguasa dan
jajarannya.
Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas, merupakan
pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal
penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-kharaj,
semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara
pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh
makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat. Diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri, dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak
antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. Jenis
pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak
stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang
buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan
dan tak terpisahkan.
KESIMPULAN
Se j a rah Is l am ada lah berbaga i pe r i s t iwa a t au ke j adian yan g benar -
benar t e r j ad i , yan g berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam
dalam berbagai aspek. Periodisasi sejarah kebudayaan Islam dimulai sejak Nabi
Muhammad SAW. Diangkat menjadi Rasul, padatahun 12/13 tahun sebelum
h i j r i yah , pe r iode se j a rah kebudayaan Is l am dapat d i bagi da l am 9 periode,
yaitu:
1. Masa permulaan Islam, yang dimulai sejak lahirannya Islam pada tanggal 17
Ramadhan 12tahun sebelum hijrah sampai tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus 610 sampai
661 M;
2.Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 H. ( 661-750 M );
3.Masa Daulah Abbsiyah Islam: dari tahun 132-232 H. ( 750-847 M );
4.Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 H. ( 847-946 M );
5.Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H. ( 946-1075 M );
6.Masa Daulah Abbasiyah IV: dari tahun 467-656 H. ( 1075-1261 M );
7.Masa Daulah Mungoliyah: dari tahun 656-925 H. ( 1261-1520 M );
8.Masa Daulah Usmaniyah: dari tahun 925-1213 H. ( 1520-1801 M );
9.Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H. (1801 M ) sampai awal abad
20.Periodisasi sejarah Islam secara garis besarnya dapat dibagi ke dalam 4
(empat) periode besar,yaitu:
1. Periode praklasik (610-650 M), yang meliputi 3 (tiga) fase, yaitu: fase
pembentukan agama(610-622 M), fase pembentukan Negara (622-632 M), dan fase
praekspansi (632-650 M).
2. Periode klasik (650-1230 M), yang meliputi 2 (dua) fase, yaitu: fase ekspansi, integrasi
dan puncak kemajuan (650-1000 M), dan fase disintegrasi (1000-1250 M).
3. Periode pertengahan (1250-1800 M), yang meliputi 2 (dua) fase, yaitu: fase
kemunduran(1250-1500 M), dan fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M), dan
4. Periode modern (1800-dan seterusnya), yang merupakan zaman kebangkitan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. Revisi -11: PT.Raja Grafindo Persada Jakarta
Thn.2007.
Atang Abd.Hakim, Jaih Mubarok, Metodologo Studi Islam , Ed. Revisi -9: PT.Remaja Rosda
Karya,Bandung. Mei 2007.
Muhaimin, Abd.Mujib, Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Ed. I cetakan ke-
2PT.Prenada Media, Jakarta, Juli 2007.
Tadjab, Muhaimin, Abd.Mujib, Dimensi-dimensi Studi Islam, cetakan pertama, PT.Karya
Abditama, Surabaya, Agustus 1994.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI Press, 1984), hlm. 57
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), hal. 87-89.
Louis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‟lam, (Beirut: Dar al-Masyrik, 1986), hal. 8.
Majdid wahab, Kamil al-Muhandis, Mu‟jam al-Musthalahat al-Arabiyah fi al-Lughah wa al-
adab,(Beirut: Maktab Lubanani, 1984), hal. 82.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta:
BalaiPustaka,1988), hal. 794.
AS. Hornby, Oxford Advanced Learner‟s Distionary of Current English, (Oxford University
Press,1983), hal. 405
Abdullah, M. Amin, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta;1996
Abdullah, Taufik dan M Rusli Karim, (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah
Pengantar, Yogyakarta; Tiara Wacana Yogyakarta, 1990
Abdullah, Taufik, (ed.), Sejarah dan Masyarakat, Jakarta; Pustaka Firdaus, 1987
Amin, Ahmad, Dhuha al-Islam, Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tt
Babbie, Earl, The Practice of Social Research, California: Wadasworth Publishing Co., 1986
Praja, Juhaya S., Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia,
Jakarta: Teraju, 2002
Sayyed Husen Nasr, Menjelajah Dunia Modern, (terj.) Hasti Tarekat, dari judul asli A
Young Muslim’s Guide in The Modern World, Bandung: Mizan, Persada, 1998
Sumber dari internet:
http://mediaislamnet.com/2012/06/tiga-peristiwa-penting-pada-27-rajab/
http://tatangjm.wordpress.com/sejarah-peradaban-islam/
http://kisahmuslim.com/peristiwa-peristiwa-penting-menjelang-keruntuhan-khilafah-bani-
abbasiyah-bagian-01/