be randa
DESCRIPTION
lidyaTRANSCRIPT
BERANDA PROFIL
o Facebook o Blogger o Website o SMS Gratis
KONTAK ORGANISASI
o MLPC Wil. Sulawesi o BPH Pemuda Al Markaz o Prima Makassar
AGAMA KESEHATAN
o Kedokteran o FKM o Analis Kesehatan
LINKS o MLP Cikuya o Web MLPC Sulawesi o MLPC Wil. Sulawesi o MLPC Cab. Jateng o MLPC Cab. Jogjakarta o Forum Silat Indonesia o Prima Al Markaz
ARTIKEL VIDIO KARYAKU KULIAH PENCAK SILAT BISNIS
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan
dengan pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena
mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini
hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding
sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain
pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan
asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut
disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997). Contoh dari bakteri tahan asam
yaitu dari genus Mycobacterium. Bakteri ini memiliki sejumlah besar zat
lipoidal (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan
dinding sel tersebut relative tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang
umum sehingga sel-sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode
pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau pewarnaan gram
(Dwijoseputro, 1994).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau
berbentuk filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora,
non motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun,
sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna
tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka
mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa
mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies
Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan
Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan
dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas
dari antibiotik. Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam
dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan
patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam
makrofaga (Thomas, 1999).
Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH
optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Bakteri ini mempunyai
susunan dinding yang melindungi bakteri jika hidup di luar inangnya.
Dinding sel mikobakteria menyebabkan penundaan hipersensitivitas dan
beberapa diantaranya resisten terhadap infeksi. Sel mikrobakteria dapat
menunda reaksi hipersensitifitas pada hewan yang sebelumnya sensitif.
Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan
polisakarida. (Mudihardi, 2005).
TBC (tuberculosis) adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya
bintik-bintik tuberkel pada alveolus akibat infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang menyebabkan terganggunya difusi oksigen. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk
dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis
meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M.
canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan
jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai (Thomas, 1999).
Tubercolosis merupakan salah satu penyakit yang mematikan
didunia selain AIDS bahkan merupakan penyebab utama kematian di
negara berkembang. Oleh sebab itulah diperlukan suatu metode yang
efektif untuk mencegah penularan yang lebih luas lagi dan penanganan
yang tepat terhadap pasien yang positif terkena tuberculosis. Jumlah
penderita TBC menurut WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for
National Programes (1997), mencapai kira-kira 9 jt/tahun dengan
kematian 3 juta orang. Penderita TBC sangat banyak di negara
berkembang mencapai 95 % dengan 75% adalah penderita usia produktif
(15-50 tahun) (Depkes RI, 2001).
Sumber penularan adalah penderita TBC yang dahaknya
mengandung Mycobacterium tuberculosis. Infeksi bakteri ini paling sering
disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection). Penyebaran
melalui udara berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung
bakteri berasal dari penderita saat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau
bicara. Partikel mengandung bakteri ini akan terhisap oleh orang sehat
dan menimbulkan infeksi di saluran napas. Bakteri Mycobacterium
tuberculosis mencemari udara yang ditinggali atau ditempati banyak
manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat
hidup selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah akan
beterbangan di udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai
tempat hidup (Clifton, 1958).
Menurut Chivers dan Ford (1978), gejala klinis TBC pada manusia
yang dapat diamati diantaranya:
- Batuk-batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk berdarah atau
pernah mengeluarkan darah, dada terasa sakit atau nyeri, terasa sesak
pada waktu bernafas.
- Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan
gizi yang baik.
- Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik (failure to thrive).
- Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas, setelah
disingkirkan kemungkinan penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat juga disertai keringat malam.
- Gejala - gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30
hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika
bernafas atau batuk.
- Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala
yang ditimbulkan akan berbeda-beda. Misalnya, kaku kuduk, muntah-
muntah, dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf (meningitis
TB).
- Pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang
& sendi.
Semua gejala yang ditimbulkan diatas sering berkaitan dengan
patogenitas organisme, pejalanan penyakit, tingkat infeksi, dan beberapa
faktor dari induk semang. Masa inkubasi tuberkulosis sangat lama,
kejadiannya berlarut-larut, dan gejala klinis yang nyata jarang terlihat
dengan jelas hingga penyakit ini berkembang lebih lanjut.
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk
batang panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,
pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-380C yang
merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan
tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum, dan bahan kimia
tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus
dengan ukuran sekitar 0,4 – 3 μm. Pada media buatan, bentuk kokoid dan
filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera
setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat
didekolorisasi oleh alkohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan
iodine. Basil tuberkel secara umum dapat diwarnai dengan pewarnaan
Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria adalah media
nonselektif dan media selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk
mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan.
Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media
nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10
dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth
media) (Jawetz et al., 2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi
dari oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2
meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai.
Dan kecepatan pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar
bakteri. Waktu untuk menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk
saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur
22-23˚C, untuk menghasilkan pigmen yang lebih banyak dan mengurangi
bentuk ”cepat asam” daripada bentuk patogenik. Mikobakteria cenderung
lebih resisten terhadap agen kimia daripada bakteri lain karena sifat
hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten
terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu yang
lama dalam sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi,
virulensi, temperatur petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda
pertumbuhan atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).
Mikobakteria kaya akan lipid, bahan dari lilin dan fosfatida. Lapisan
lilin pada dinding sel ini menyebabkan bakteri ini tahan terhadap keadaan
di luar tubuh induk semang. Bakteri dapat tahan berbulan-bulan di luar
tubuh induk semang, jika terbungkus eksudat, tinja, dalam cairan atau
dalam jaringan organ tubuh yang membusuk. Dalam sel, lipid secara
meluas berikatan dengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida
(dari peptidoglikan) yang diperkaya dengan asam mikolat dapat
menyebabkan nekrosis kaseosa. Lipid pada beberapa perluasan
bertanggung jawab terhadap kecepatan asam, yang terganggu pada
integritas dinding sel dan kehadiran lipid tertentu. Kecepatan asam juga
hilang setelah sonikasi sel mikobakteria (Mudihardi, 2005).
Cara diagnosa penyakit TBC dengan menggunakan pendekatan
mikrobiologis adalah dengan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA).
Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) menggunakan beberapa teknik
atau metode pewarnaan. Teknik pewarnaan tersebut antara lain Tan
Thiam Hok (Kinyoun Gabber), Ziehl-Neelsen, dan Fluorokrom. Metode
Ziehl-Neelsen merupakan pewarnaan standar untuk mengamati M.
tuberculosis (Karuniawati et al.,2005).
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat
warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%.
Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat
mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuksin basa yang
dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah
pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu
pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan.
Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol
fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu
asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan
menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan
bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan
cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat
warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan
berwarna biru (Lay, 1994).
Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan metode
Ziehl-Neelsen dapat menggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu :
1. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut
bakteri tahan asam (acid fast).
2. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut
bakteri tidak tahan asam (non acid fast).
Teknik pewarnaan Tan Thiam Hok (Kinyoun-Gabber) menggunakan
larutan Kinyoun dan Gabber. Komposisi larutan Kinyoun yaitu fuchsin
basis 4g, fenol 8ml, alkohol 95% 20ml, H2O destilata (100ml) dan larutan
gabbett yaitu methylen blue 1gr, H2SO4 96 % 20 ml, alkohol absolut 30 ml,
dan H2O destilata 50 ml. Pewarnaan yang lain yaitu pewarnaan
Fluorokrom (Auramine O). Sampel atau sediaan direndam dalam larutan
Auramine (Merck) dan dibiarkan selama 15 menit lalu dicuci dengan
akuades dan dikeringkan. Setelah itu, sediaan tadi direndam dalam asam
alkhohol, dibiarkan selama 2 menit dan dicuci dengan akuades dan
dikeringkan. Setelah kering sediaan direndam dalam poasium
permanganat 0,5 %, dibiarkan selama 2 menit lalu dicuci dengan air
mengalir dan dikeringkan di udara (Kurniawati et al., 2005).
Metode pewarnaan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
Ziehl-Neelsen. Metode ini digunakan karena cukup sederhana dan
mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan
sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom.
Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna yang kontras dengan
lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai 1000x
sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan
tidak ada yaitu mikroskop fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
alkohol asam 3% , carbol fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang
masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan
sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka lapisan lilin
agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel
bakteri M. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan
pada pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah
dengan latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
Hasil praktikum kemarin diperoleh bahwa sputum yang diambil
oleh kelompok 1 bernilai positif 2. Hal itu dikarenakan ditemukan bakteri
basil berwarna merah berjumlah 2 buah dalam 1 LP dalam sediaan apus
yang diamati di bawah mikroskop. Hal ini sesuai dengan standar yang
terdapat dalam IUATLD (International Union Against Tuberculosis Lung
Disease) seperti berikut :
- Negatif : Tidak dijumpai adanya BTA
- Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP
- Positif 1 : Ditemukan 10-99 BTA/100 LP
- Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP
- Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Search
Berita Baru
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM
Pewarnaan Sederhana
PERANAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.