be randa

46
Beranda EDY HOME'S Berbagi Informasi Berita Hari ini Home Hukum Politik » Berita » Info Umum » Budaya dan Seni Health » Forum » Fenomenal » Agama » Perilaku » Tokoh » GaleriKu » Sebuah Cerita » Internet » Uncategorized Translate Diberdayakan oleh Terjemahan About Me Edy Buyat Yogyakarta, DIY, Indonesia Nama saya Edy biasa dipanggil Japank-Buyat. Saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanya lelaki biasa yang suka dengan informasi baru, baik informasi fenomenal, lucu, unik, aneh dan maupun kontroversi. Semoga blog ini bisa berguna

Upload: jijin-kuwi-kuprit

Post on 07-Aug-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Be Randa

Beranda

EDY HOME'S Berbagi Informasi Berita Hari ini

Home Hukum Politik » Berita » Info Umum » Budaya dan Seni Health » Forum » Fenomenal » Agama » Perilaku » Tokoh » GaleriKu » Sebuah Cerita » Internet » Uncategorized

Translate

Diberdayakan oleh Terjemahan

About Me

Edy Buyat Yogyakarta, DIY, IndonesiaNama saya Edy biasa dipanggil Japank-Buyat. Saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanya lelaki biasa yang suka dengan informasi baru, baik informasi fenomenal, lucu, unik, aneh dan maupun kontroversi. Semoga blog ini bisa berguna dan bermanfaat bagi temen-teman semua. Bagi anda yang suka dengan blog saya jangan lupa klik tombol like pada Halaman FB saya yah, dan silahkan berkomentar, berkritik dan sarannya sangat saya harapkan, serta mohon maaf atas segala keterbatasan. Terima Kasih atas kunjungan kalian semua. And mengenai tulisan-tulisan dalam blog saya ini adalah sebagian dari copy paste namun tak dicantumkan sumbernya.., jika nantinya ada tulisan kawan-kawan yang dalam blog saya ini yg sy copas, silahkan kirim pesan di

Page 2: Be Randa

FB dan TWITTER sy disamping blog saya atau hub. 0852-250-66-777., makasih sebelunya yah. Salam....

Lihat profil lengkapku

My Link

DUNIA PAGI Edhy Putra Jelata Health & Beauty Law & Politics M A M K Manajemen & Motivasi Media Kindom Menu Makanan & Minuman Merakyat Motivasiku

Berita Terkini. Diberdayakan oleh Blogger.

PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA

4/29/2012  Makalah, Manajemen Kesehatan RS  No comments

Disusun oleh,

Fitriani Amien, S.Kep,Ns

 Laboratorium Bagian Keperawatan Dasar

2005

Sponsored LinksThe new iPhone 5Only $250 for the new iPhone 5! Also have the iPhone 4S only $150

https://www.wepay.com/stores/the-new-iph

The Muscle MaximizerSectret Revelaed get Rip Lean Muscle 8 WEEKS with Healthy Nutrition

88f1e8ziqjo50t792rq8q8o2ya.hop.cl

BreezeAds.com PPC Advertising NetworkCreate your PPC targeted Ad in just seconds. Start with just $10.00!

be-seen-on.breezeads.com

Advertise Here

Page 3: Be Randa

I.       Definisi Luka

Secara definisi luka adalah terganggunya suatu kontinuitas dari struktur bagian tubuh yang

bisa diakibatkan oleh berbagai trauma baik secara mekanik, panas (thermal), kimia, dan

radiasi atau dari invasi oleh mikroorganisme patogen. Bagian tubuh yang rusak dapat

meliputi membran mukosa pada kulit atau sampai pada jaringan tubuh yang paling dalam

seperti otot, tendon bahkan sampai pada tulang (Berger, 1999).

II.    Klasifikasi Luka

Berdasarkan terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan dapat

dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a.       Luka Akut

Luka akut adalah luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang

normal.

b.      Luka Kronis

Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang bisa

diakibatkan oleh faktor eksogen dan faktor endogen. Biasanya luka kronis terjadi bila luka

selama 3 s.d 8 minggu tidak mengalami perbaikan.

Sedangkan pengelompokan luka berdasarkan penyebab dari luka itu sendiri dapat

dikategorikan sebagai berikut :

a.       Luka insisi

Page 4: Be Randa

Luka yang terjadi sebagai akibat dari pembedahan oleh benda tajam pada bagian tubuh

tertentu. Luka ini termasuk kedalam luka bersih dan biasanya sembuh dengan sendiri tanpa

menggunakan perantara (primary intention healing), contohnya: luka operasi.

b.      Abrasi

Luka yang terjadi akibat adanya kerusakan pada membran mucosa pada kulit yang bisa

disebabkan oleh penggunaan obat-obatan atau kosmetik tertentu yang merangsang

pengelupasan kulit.

c.       Kontusio

Luka yang terjadi akibat adanya aliran darah yang terhambat pada suatu bagian tubuh tertentu

tanpa adanya bagian dari tubuh yang terbuka. Contoh, perdarahan bawah kulit (ecchymose),

dan hematome.

d.      Luka Laserasi

Luka yang terjadi berupa robekan pada jaringan kulit atau otot yang disebabkan oleh goresan

atau gesekan dengan benda lain dan biasanya terkontaminasi oleh kotoran, debu dan debris.

e.       Luka Tekan (Pressure wound)

Luka yang terjadi akibat penekanan yang terus menerus pada bagian tubuh tertentu yang

menyebabkan rusaknya jaringan pada bagian tersebut. Luka ini biasanya terjadi pada daerah

yang mengalami penonjolan tulang (bony prominence).

f.       Luka Bakar

Luka yang diakibatkan oleh rangsangan panas dari api, air panas, bahan kimia, listrik dan

radiasi yang menyebabkan kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh terutama kulit.

III.       Proses Penyembuhan Luka

Page 5: Be Randa

Secara garis besar proses penyembuhan luka (wound healing) terdiri dari tiga fase yang

berlangsung secara berkesinambungan dan satu sama lainnya mempunyai keterkaitan yang

erat agar fase yang lainnya dapat terjadi seperti yang diharapkan.

a. Fase Inflamasi

Fase ini merupakan awal dari terjadinya proses wound healing dimana pada fase ini terjadi

berbagai respon vaskular yang non-spesifik yang berlangsung segera setelah suatu bagian

tubuh terluka. Fase ini terjadi selama 3 sampai 5 hari dari awal terjadinya luka. Puncak dari

fase ini berlangsung pada hari ke-5. Jaringan tubuh yang mengalami luka akan mengeluarkan

beberapa substansi kimia interseluler, antara lain: histamin dan bradikinin. Terjadi

peningkatan aktivitas pelepasan platelet pada dinding pembuluh darah yang terbuka sehingga

perdarahan menjadi berkurang. Mekanisme pembekuan darah ini melibatkan kerjasama dari

faktor pembekuan darah, fibrin dan platetet. Histamin berfungsi untuk meningkatkan

permeabilitas kapiler vaskular sehingga cairan dan plasme protein berpindah dari

intravaskular ke intraseluler dan kemudian terjadi oedema. Fagositosis yang terjadi pada fase

ini berfungsi untuk membersihkan luka dan mencegah terjadinya kontaminasi

mikroorganisme yang melibatkan respon leukosit.

Proses epitelisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi luka. Terjadi

reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ke tengah luka. Sel epitel baru akan

terbentuk secara terus menerus sampai seluruh permukaan luka tersebut tertutup. Pada luka

jahitan, proses ini mulai terjadi dalam 24 jam pertama. Proses peradangan akut terjadi dalam

24 – 48 jam pertama setelah cedera. Fase ini dapat memanjang jika seseorang mengalami

malnutrisi atau stress fisik lainnya (Hartmann, 1999; Berger, 1999; Guyton, 1997).

b. Fase Proliferasi

Fase ini terjadi pada hari ke-4 sampai ke-14. Pada fase ini akan terbentuk sel dan

pembuluh darah yang baru serta terjadi rekonstruksi jaringan yang menyerupai jaringan

Page 6: Be Randa

sebelumnya walaupun tidak seluruhnya mempunyai fungsi dan bentuk yang sama. Hal ini

karena ada beberapa komponen yang tidak bisa mengalami regenerasi seperti folikel rambut,

sel-sel pigmen kulit, tendon dan sel syaraf sehingga jaringan parut yang tumbuh biasanya

tidak mempunyai rambut dan warnanya lebih terang, bahkan pada fase ini kemungkinan

terjadi kontraktur sangat tinggi.

Aktivitas migrasi sel yang melibatkan sel parenkim dan epitel semakin meningkat

pada fase ini sehingga permukaan luka yang tadinya lebar menjadi menyempit dan akhirnya

tertutup. Keadaan yang harus dipertahankan pada fase ini adalah luka mendapatkan hidrasi

yang adekuat sehingga tetap lembab dan tidak terjadi kekeringan akibat dari akumumasi

protein sel dan sel mati yang kering (scab forms) atau eschar. Apabila permukaan luka

tersebut kering maka sel-sel epitel tidak bisa naik ke permukaan luka sehingga proses migrasi

sel akan terhambat.

Proses granulasi jaringan terjadi oleh karena pada fase ini terjadi peningkatan

aktivitas fibroblast. Pada fase granulasi ini ditandai dengan terbentuknya pembuluh darah

baru sehingga luka tampak berwarna merah terang. Aktivitas fibroblat juga merupakan

stimulator untuk pembentukan myofibril yang menyebabkan kontraksi luka serta stimulator

pembentukan kolagen yang berfungsi sebagai penguat jaringan (Hartmann, 1999).

c. Fase Maturasi atau Remodelling

Fase ini terjadi mulai minggu ke-3 dan berakhir sampai 12 bulan. Proses pematangan sel

kolagen berkisar antara 6 sampai 10 hari. Biasanya apada rentang ini luka jahitan operasi

sudah mulai bisa dibuka. Seiring dengan terjadinya kontraksi luka, jumlah pembuluh darah

dan jumlah eksudat berkurang maka struktur luka menjadi lebih kuat dan berubah menjadi

jaringan parut. Pada fase ini aktivitas myofibroblast yang merupakan bagian dari fibroblast

dan berfungsi menimbullkan kontraksi luka. Komponen ini menyebabkan serat kolagen

tertarik satu sama lainnya sehingga jaringan parut yang terbentuk menjadi lebih halus dan

Page 7: Be Randa

jaringan pada kulit pada tepian luka menjadi menyatu sama sama lainnya. Proses mitosis dan

migrasi sel juga terus berlangsung sehingga permukaan luka menjadi naik dan tertutup sama

sekali oleh sel-sel epitel yang baru. Hasil dari re-epitelisasi ini tidak sama dengan bentuk dan

fungsi dari sel yang sebelumnya tetapi hanya bersifat pengganti saja, dimana jaringan yang

baru ini biasanya mempunyai pembuluh darah, kelenjar, folikel rambut, serta sel syaraf dalam

jumlah yang sedikit atau bahkan sama sekali tidak mengandung salah satu dari komponen

tersebut.

IV.       Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

Usia

Usia mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka dimana

penelitian menunjukkan bahwa bayi dan lansia merupakan subjek yang rentan terhadap angka

kejadian infeksi yang mengakibatkan terjadinya penundaan proses penyembuhan luka. Hal

ini berhubungan dengan status imunologi dari individu tersebut, dimana pada usia infant

sebelum usia 3 bulan biasanya sistem kekekebalan tubuh belum matur (Kozier, 1999;

Guyton, 1997; Porth, 1999). Demikian juga pada lansia, karena terjadinya proses penuaan sel

(aging) yang menyebabkan beberapa sel tubuh termasuk sel-sel yang mengatur kekebalan

tubuh menjadi berkurang baik ditinjau dari jumlah maupun fungsinya.

Nutrisi

Status nutrisi yang tidak adekuat (malnutrisi) merupakan faktor resiko yang menyebabkan

proses penyembuhan luka menjadi terhambat terutama jika terjadi kekurangan protein,

vitamin, mineral dan trace element. Komponen tersebut berhubungan dengan proses

metabolisme sel-sel tubuh dan proses pembentukan sel yang lebih spesifik.

Status imunologi

Page 8: Be Randa

Respon imun mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka

dimana penurunan status imunologi akan menyebabkan seseorang menjadi sangat rentan

terhadap kejadian infeksi dan terhambatnya proses penyembuhan luka secara normal.

Penyakit

Penyakit merupakan suatu faktor penyulit dalam proses penyembuhan luka terutama

penyakit yang berhubungan dengan proses metabolik dan vaskularisasi, contohnya : Diabetes

Mellitus, DIC, PVD atau insufisiensi vena.

Pemakaian obat-obatan

Pemberian obat-obatan dalam dosis tinggi dan jangka waktu yang lama juga merupakan

faktor yang dapat menghambat proses penyembuhan luka. Contoh, pemakaian kortikosteroid

dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penekanan pada respon inflamasi. Terapi

sitolitik dapat mengakibatkan terjadinya penekanan pada sistem imunologi yang nantinya

akan meningkatkan resiko infeksi.

V.          Pengkajian Luka

Untuk menentukan tingkat keberhasilan intervensi perawatan luka yang optimal, maka

seorang perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan

pengkajian luka secara benar. Hal ini merupakan dasar yang sangat penting dalam

menentukan jenis intervensi yang akan diberikan untuk masing-masing klien. Hal-hal yang

harus dikaji oleh seorang perawat ketika mendapat seorang klien yang menderita luka, antara

lain:

1.      Lokasi dan Letak luka

Hal ini dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab terjadinya luka

sehingga kejadian luka dapat diminimalkan.

2.      Stadium Luka

Page 9: Be Randa

Terdapat beberapa klasifikasi atau stadium yang dapat digunakan untuk menilai suatu kondisi

luka, antara lain :

a.       Stadium Berdasarkan Anatomi Kulit (Pressure Ulcer NPUAP, 1975)

Partial Thickness

Hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas

Full Thickness

Hilangnya lapisan dermis sampai lapisan subkutan

Stadium I

Kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan epidermis yang hilang

Stadium II

Hilangnya sebagian lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas ditandai

dengan blister dan abrasi

Stadium III

Rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan subcutan dan fascia

Stadium IV

Rusaknya lapisan subkutan dan fasica hingga otot, tendon dan tulang

b.      Warna Dasar Luka (Netherlands Woundcare Consultant Society, 1984)

Red/Merah

Pink/merah/merah tua) disebut dengan jaringan sehat, granulasi, epitelisasi, vaskularisasi

Yellow/Kuning

Kuning muda/kuning kehijauan/kuning tua/kuning kecoklatan) disebut jaringan mati yang

lunak, fibrinolitik, sloughy, avaskularisasi

         Black/hitam

Jaringan nekrosis, avaskularisasi

c.       Stadium Wagner Untuk Luka Diabetik

Page 10: Be Randa

1.      Superficial Ulcer

         Stadium 0 : Tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan baik tapi dengan

bentuk tulang, kaki yang menonjol/charcot arthropathies

         Stadioum 1 : Hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang tampak

tulang menonjol

2.      Deep Ulcer

         Stadium II : Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan underminning/goa)

    Stadium III : Penetrasi dalam, osteomyelitis, pyarithrosis, plantar abses atau infeksi hingga tendon

3.      Gangrene

    Stadium IV : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis,

gangrene lembab/kering

         Stadium V : Seluruh kaki dalam, kondisi nekrotik/ gangrene

d.      Stadium Luka Bakar

Derajat I

          Epidermis yang terkena

          Nyeri Hebat

          Eritrema

          Blister tidak ada

          Sembuh dalam 7-10 hari secara spontan tanpa obat-obatan

          Tanpa bekas

Derajat II

          Epidermis dan dermis rusak

          Nyeri sangat hebat

Page 11: Be Randa

          Adanya blisters/bula yang sangat besar

          Sembuh secara spontan bila tidak terinfeksi (10-2 minggu)

Derajat III

           Seluruh lapisan kulit termasuk fascia otot dan tulang

           Analgesia

           Tidak ada blister

           Warna kulit menjadi hangus, putih

           Sembuh dalam jangka waktu lama dan cacat

3. Bentuk dan ukuran luka

Pengukuran secara tiga dimensi (panjang, lebar dan kedalaman) dan penentuan

underminning/goa dengan menggunakan patokan searah jarum jam serta

tunneling/terowongan.

4.      Eksudat

Karakteristik, jenis dan jumlah cairan yang dihasilkan oleh luka tersebut

5.      Malodor

Adanya bau yang tidak sedap yang dikeluarkan oleh luka

6.      Status Vaskular

Penilaian ini berhubungan dengan transportasi oksigen dan suplai nutrisi yang adekuat ke

seluruh lapisan sel merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka.

Pengkajian berupa: cek cafillary refill time, edema, temperatur kulit.

7.      Status Neurologik

Cek fungsi motorik berupa adanya kelemahan otot secara umum, perubahan bentuk tubuh

terutama kaki pada penderita DM, kehilangan sensasi pada ujung-ujung ekstremitas, dan

kelembaban kulit.

Page 12: Be Randa

8.      Nyeri

Periksa nyeri pada area luka dengan menggunakan format PQRST, dan pain rating scale 0-10

9.      Tanda-tanda Infeksi

Kaji tanda-tanda infeksi (cardinal sign); dan produksi pus yang meningkat

10.  Perdarahan

Kaji adanya dan catat jumlah perdarahan terutama pada saat penggantian balutan.

VI.       Konsep Dasar Perawatan Luka Modern

Pada tahun 1962, Profesor G.D Winter melakukan studi klinik yang dipublikasikan dalam

jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka, hasil

penelitian yang dilakukan pada binatang dan manusia telah menunjukkan bahwa proses

peyembuhan luka dengan kondisi lingkungan yang lembab ternyata lebih cepat jika

dibandingkan dengan luka yang dibiarkan terbuka dan kering. Hal ini diperkuat oleh Turner

(1990) yang menyatakan bahwa perawatan luka dengan konsep lembab yang dilakukan

secara kontinyu akan mempercepat pengurangan ukuran luka dan mempercepat proses

pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi. Adapun alasan rasional dari teori

perawatan luka dalam suasana lembab antara lain:

a.       Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel

endotel dalam suasana lembab

b.      Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih cepat

pembentukan pembuluh darah yang baru (anggiogenesis).

c.       Menurunkan resiko infeksi

Page 13: Be Randa

Berdasarkan hasil penelitian Colwell et al di Amerika Serikat pada tahun 1993, angka

kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika luka dirawat dengan lingkungan yang

lembab jika dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%). (Journal Advances Skin

and Wound care 2002; 15:79-84)

d.      Mempercepat pembentukan Growth Faktor, dan

Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk pembentukan stratum corneum

dan anggiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam

lingkungan yang lembab.

e.       Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke

daerah luka berfungsi lebih dini. (Dikutip dari Gitarja, 2002)

VII.    Fungsi balutan luka (wound dressing)

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan

yang akan digunakan harus memenuhi kaidah-

kaidah fungsi sebagai berikut :

  Kemampuan balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka

  Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya

kontaminasi mikrooganisme

Page 14: Be Randa

  Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka

  Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

  Mempunyai kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau untuk mendistribusikan

obat antibiotik ke seluruh bagian luka (dikutip dari Hana R, 2002)

Lebih lanjut Ovington dalam tulisannya

”Hanging Wet-to-Dry Dressing Out to Dry”

(Advances Skin and Wound Care, 2002)

menyatakan bahwa perawatan luka secara

konvensional yaitu dengan menggunakan

kassa baik dengan cara kering atau

dilembabkan dengan NaCl mempunyai

beberapa kekurangan, antara lain:

Page 15: Be Randa

1.      Dapat menyebabkan rasa tidak nyaman

pada pasien akibat rasa nyeri yang

ditimbulkan pada saat mengganti balutan

2.      Dapat menyebabkan rasa tidak nyaman

pada pasien akibat rasa nyeri yang

ditimbulkan pada saat mengganti balutan

3.      Menunda proses penyembuhan terutama proses epitelisasi karena pada saat mengganti

balutan jenis ini biasanya jaringan yang baru juga ikut terangkat karena sifatnya non-selektif

4.      Meningkatkan resiko infeksi karena walaupun luka dalam keadaan tertutup dan berlapis-lapis

tetapi permukaan balutan tersebut masih memungkinkan terjadinya kontaminasi

mikroorganisme dari luar

5.      Ditinjau dari segi penggunaan waktu dan tenaga kesehatan khususnya perawat pada saat

mengganti balutan kurang efektif dan efisien karena penggunaan balutan konvensional ini

memerlukan frekuensi penggantian yang lebih sering karena sifatnya kurang absorbtif

sehingga waktu pelaksanaan tindakan menjadi lebih lama.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu

jika ditinjau dari segi ekonomi ternyata penggunaan balutan konvensional itu tidak cost

effective. Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh seorang

Page 16: Be Randa

pasien ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan modern dressing karena

harus membayar ekstra tenaga kesehatan dan peralatan yang digunakan. Menurut Tan (2002),

cost effective merupakan isu yang paling penting pada perawatan luka saat ini karena hal

yang dimaksud disini berkaitan dengan pemberian tindakan yang efektif, yang menunjang

terbentuknya hasil klinis yang lebih baik, meningkatkan rasa nyaman klien dan memberikan

kepuasan terhadap hasil terapi. (Hana .R; Majalah Keperawatan UNPAD 2002; 7: 12-19)

VIII.       Fungsi balutan pada proses penyembuhan

luka

a.            Fase Inflamasi

Pada saat terjadi luka maka hal pertama yang akan terjadi adalah adanya peningkatan

produksi cairan yang mengandung sel yang mati, serpihan jaringan, kotoran dan bakteri.

Apabila jumlah cairan ini berlebihan maka proses penyembuhan luka secara mekanis dan

biologis akan terhambat dan selain itu juga resiko infeksi akan meningkat. Jenis balutan yang

digunakan pada fase ini adalah jenis balutan yang mempunyai kemampuan menyerap cairan

atau eksudat serta kemampuan untuk membersihkan luka secara efektif dari sel dan jaringan

mati, kotoran dan bakteri karena tidak semua komponen tersebut dapat dibersihkan secara

natural dengan fagositosis.

b.            Fase granulasi

Page 17: Be Randa

Pada fase ini biasanya terjadi pengeluaran sekret yang menggandung protein serta jumlah

kapiler rambut meningkat, dimana hal yang sering terjadi yaitu pada saat mengganti balutan

komponen tersebut dapat mengakibatkan balutan menjadi lengket dengan luka sehingga pada

saat diangkat jaringan granulasi juga ikut terekspos dan rusak. Berdasarkan alasan diatas,

jenis balutan yang tepat untuk fase ini adalah balutan yang sifatnya tidak traumatik dan tidak

lengket dengan luka, serta mempunyai kemampuan melindungi dari kejadian infeksi.

c.             Fase epitelisasi

Pada akhir fase ini akan terbentuk jaringan granulasi yang sudah matang dan permukaan

luka yang rata. Luka masih mengeluarkan sekret walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan dua fase sebelumnya. Hal yang harus dijaga adalah luka jangan sampai

kering karena apabila permukaan luka kering (scab forms) maka akan menghambat proses re-

epitelisasi. Kondisi ini akan mengakibatkan sel epitel akan terjebak dibawahnya sehingga

tidak bisa naik ke permukaan luka, dan pada akhirnya proses penyembuhan luka menjadi

lama. Jenis balutan yang dapat digunakan pada fase ini adalah balutan yang dapat

mempertahankan suasana luka yang lembab dan tidak menyebabkan trauma.

IX.             Prinsip Pemilihan Balutan dan Topical

Terapi

Saat ini banyak pilihan balutan modern (modern dressing) atau topical therapy yang

beredar dan sering digunakan untuk membalut luka. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,

seorang perawat harus dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan prinsip

penggunaan dan pengenalan terhadap produk yang akan digunakan. Menurut Gitarja (2002),

prinsip pemilihan topikal terapi tersebut antara lain :

Page 18: Be Randa

1.      Membuang jaringan nekrotik yang dapat meningkatkan infeksi

2.      Identifikasi dan meminimalkan infeksi

3.      Dapat mengisi jaringan mati

4.      Dapat mengabsorbsi eksudat yang berlebihan

5.      Menjaga lingkungan tetap lembab

6.      Melindungi luka dari trauma dan invasi kuman

7.      Menjaga temperatur luka tetap konstan

Sedangkan untuk tujuan pemilihan balutan, secara lebih lanjut Gitarja menyatakan sebagai

berikut :

1.      Membuang jaringan yang mati

2.      Kontrol terhadap infeksi

3.      Mempertahankan kelembaban

4.      Absorbsi eksudat yang berlebihan

5.      Nyaman digunakan

6.      Steril

7.      Cost effective

X.    Jenis Balutan dan Topical Terapi

1.      Absorbent Dressing

Jenis balutan yang dapat meyerap cairan luka yang berlebihan (hipereksudat) terutama

pada luka stadium III/IV atau pada fase inflamasi untuk luka yang infeksi dan tidak infeksi.

contoh: calcium alginate dan gamgee polyurethanefoam. Calcium alginate merupakan suatu

jenis balutan yang bahan dasarnya terbuat dari rumput laut (brown algae), dimana balutan ini

akan berubah menjadi gel apabila bercampur dengan eksudat atau cairan luka. Gel yang

Page 19: Be Randa

terbentuk pada saat menyerap cairan akan membentuk suatu lapisan penutup diatas luka

sehingga dapat mencegah kekeringan. Alginate secara fisiologis dapat mempertahankan

lingkungan mikro yang tetap lembab yang membantu proses penyembuhan luka dan

mempercepat terbentuknya jaringan granulasi. Oleh karena sifatnya yang memerlukan cairan

maka balutan ini tidak bisa digunakan untuk luka kering dengan jaringan nekrotik kuning-

coklat atau jaringan nekrotik yang keras.

Calcium alginate merupakan jenis balutan yang aman karena sifatnya yang mudah

diangkat sehingga tidak akan merusak jaringan granulasi dan tidak menyebabkan nyeri pada

saat penggantian balutan. Selain berfungsi untuk menyerap cairan, balutan ini juga dapat

bersifat homeostasis dan menjadi barrier terhadap bakteri jenis pseudomonas. Bentuk balutan

ini berupa serabut dan lembaran.

Gamgee polyurethane merupakan suatu jenis balutan yang terbuat dari polyurethane

sintetis yang berguna untuk menyerap cairan luka yang berlebihan. Balutan ini bisa dipakai

untuk luka yang baik yang terinfeksi atau tidak terinfeksi. Bentuk balutan ini menyerupai

busa padat yang akan mengembang bila bercampur dengan eksudat.

a. Indikasi

Luka dengan stage II, III dan IV

Jumlah eksudat sedang - berat

Luka dengan rongga (cavity), underminning atau tunnelling

b.      Kontraindikasi

Luka dengan hipereksudat

Luka terinfeksi

Terdapat undermining dan tunneling

Page 20: Be Randa

2.      Hydroactive Gel (Hydrogel)

Jenis balutan yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik yang berwarna

hitam (black necrotic tissue) atau kuning-coklat (sloughy) secara otomatis oleh tubuh sendiri

(autolysis debdridement), contoh: hydroactive gel. Balutan ini bisa dipakai untuk luka yang

terinfeksi ataupun yang tidak terinfeksi baik yang berongga atau tidak disertai dengan rongga

(cavity). Hydroactive gel merupakan balutan yang bahan dasarnya terbuat dari hydrocolloids

yang mengandung air berupa gel yang bening dan berfungsi untuk melunakkan jaringan

nekrotik.

a. Indikasi

Luka dengan stage II, III dan IV

Luka terinfeksi

Luka dengankategori Yellow (kuning) dan Black (hitam)

b Kontraindikasi

Tidak ada

3.            Hydrocolloid

Jenis balutan yang digunakan untuk melindungi luka berwarna merah yang sudah

bergranulasi pada stadium II/III, jumlah eksudat minimal dan tidak terinfeksi. Contoh:

hydrocolloid dalam bentuk lembaran yang tebal dan tipis atau pasta. Bahan dasar balutan ini

terbuat dari natrium carboxymethylcellulose (Na-CMC), gelatine dan pectine, dimana ketika

terjadi kontak dengan eksudat maka balutan akan berubah menjadi gel. Struktur balutan ini

biasanya dikombinasikan dengan elastomers dan perekat yang terbuat dari polyurethane foam

atau film yang berfungsi sebagai penyerap, perekat balutan dan tahan air.

Dalam keadaan yang utuh, hydrocolloid yang berbentuk lembaran bersifat tidak permibel

terhadap penguapan air tetapi manakala proses pembentukan gel terjadi maka balutan

cenderung menjadi lebih permiabel. Oleh karena itu proses penguapan air ini meningkatkan

Page 21: Be Randa

kemampuan balutan untuk menyerap eksudat yang diproduksi oleh luka. Bentuk balutan ini

berupa lembaran dengan perekat dan pasta. Hydrocolloid ini dapat digunakan sebagai balutan

pertama (primary dressing) pada penanganan luka seperti: leg ulcers, luka bakar, donor site,

dan pressure sore. Selain dapat dapat digunakan sebagai primary dressing, balutan ini juga

dapat dipakai sebagai secondary dressing yang dikombinasikan dengan hydrogel atau

alginate.

a.       Indikasi

Luka dengan stage I-II

Jumlah eksudat minimal

Luka dengan granulasi dan epitelisasi

b. Kontraindikasi

Luka dengan hipereksudat

Luka terinfeksi

Terdapat undermining dan tunneling

4.            Transparant film dressing

Jenis balutan tipis dan transparan, semipermibel, dan berfungi untuk mencegah kuman

masuk dari lingkungan luar ke dalam luka. Balutan ini tidak dipakai pada luka yang

hipereksudat dan terinfeksi. Balutan ini bisa berfungsi sebagai primary dan/atau secondary

dressing. Balutan ini terbuat dari polyurethane polymers yang transparan, dan bersifat semi

permiabel dimana pertukaran gas masih terjadi sehingga supplai oksigen tetap adekuat tetapi

kontaminasi bakteri dari lingkungan luar ke dalam luka tidak terjadi. Bentuk balutan ini

seperti plastik transparan dengan perekat, bisa digunakan baik untuk balutan primer maupun

sekunder. Karena bentuknya yang transparan maka jenis balutan ini juga cocok digunakan

untuk menilai keadaan luka tanpa harus membuka balutan dahulu.

a. Indikasi

Page 22: Be Randa

Luka dengan stage I-II

Jumlah eksudat minimal

Luka dengan granulasi dan epitelisasi

b. Kontraindikasi

Luka dengan hipereksudat

Luka terinfeksi

Terdapat undermining dan tunneling

Luka dengan laserasi atau abrasi

5.            Zinc Oinment (ZnO)

Topical terapi jenis ini berbentuk salep dan powder yang bahan dasarnya mengandung

zinc oxide. Bahan ini berfungsi untuk melindungi kulit disekitar luka dari maserasi.

Penggunaannya bisa digabung dengan metronidazole powder pada luka yang mengeluarkan

bau yang tidak sedap, contoh: luka kanker

6.            Metronidazole powder

Bentuknya serbuk dan gel dimana jenis topical ini berguna untuk mengurangi bau yang

dihasilkan oleh bakteri terutama golongan pseudomonas dan staphylococcus atau luka

berjamur (fungating wound) pada kanker.

7.            Mycostatin

Berbentuk powder, yang berfungsi untuk mengurangi maserasi yang ditimbulkan oleh

candida terutama pada ketiak dan bokong.

8.            Sucralfate

Berbentuk gel yang berfungsi sebagai homeostasis dengan lokal pressure

9.            Gamgee

Merupakan lapisan kassa yang didalammnya terdapat kapas, berfungsi sebagai absorbent.

XI.             Perawatan Luka Operasi

Page 23: Be Randa

Luka operasi merupakan suatu bentuk luka yang sangat mudah untuk sembuh dalam suatu

proses penyembuhan luka. Namun seringkali kita menemui banyak kasus dalam praktek

sehari-hari dimana setelah 14 hari luka tidak perbaikan yang sempurna karena terjadi

kegagalan dalam proses penyembuhan luka. Komplikasi yang sering terjadi pada luka

operasi yang infeksi yang dalam dan berubah menjadi fistula atau sinus. Adapun intervensi

keperawatan yang dapat diberikan pada saat merawat luka operasi antara lain:

1.      Kontrol gula darah

2.      Kontrol dan kurangi nyeri post-operasi

3.      Pertahankan suhu tubuh pasien

4.      Monitor balance cairan

5.      Berikan informasi yang tidak menimbulkan takut dan cemas pada klien

6.      Membantu dalam ambulasi

7.      Monitor asupan nutrisi yang adekuat

8.      Cegah prosedur atau tindakan yang menyebabkan trauma pada luka

XII.          Perawatan Luka Tekan (Pressure Ulcer)

Luka tekan merupakan suatu kerusakan jaringan kulit akibat adanya suatu penekanan

pada jaringan yang lunak antara daerah tulang yang menonjol dengan lingkungan luar dalam

keadaan yang menetap, menyebabkan oklusi aliran darah, iskemia dan kematian jaringan

yang berlangsung dalam periode yang lama dam terus menerus (The National Pressure Ulcer

Advisory Panel, 1989). Adapun faktor penyebab terjadinya luka tekan ini antara lain:

1.      Intensitas dari tekanan

Jaringan yang mengalami hipoksia akibat penekanan yang terjadi terus menerus dapat

mengarah pada anoksia sehingga hasil akhir yang mungkin terjadi adalah jaringan akan

mengalami nekrosis.

Page 24: Be Randa

2.      Lamanya penekanan

Ada hubungan yang berarti antara lamanya penekanan dan intensitas tekanan yang

menyebabkan keadaan jaringan menjadi iskemia. Intensitas tekanan yang rendah dan dalam

periode waktu yang panjang atau intensitas yang tinggi dalam periode waktu yang pendek,

sama-sama beresiko untuk menimbulkan luka tekan.

3.      Toleransi jaringan

4.      Faktor ekstrinsik (lembab/ gesekan/ goresan)

5.      Faktor intrinsik (nutrisi, usia, penurunan tekanan arteri)

Perawat dituntut harus mempunyai kemampuan untuk melakukan pengkajian resiko yang

mungkin menyebabkan klien menderita luka tekan terutama pada masa hospitalisasi.

Pengkajian skala resiko merupakan suatu metoda evaluasi yang sistematik dan sangat

berguna untuk mengidentifikasi klien dengan faktor-faktor resikonya. Skala yang biasa

dipakai antara lain Skala Braden dan Skala Norton. (Format pengkajian terlampir)

XIII.       Kesimpulan

Seorang perawat yang profesional dituntut untuk memiliki keterampilan dan ketekunan serta

kesabaran dalam melakukan perawatan luka, selain itu dasar pengetahuan yang memadai

mengenai proses penyembuhan luka serta kemampuan untuk menilai kondisi luka juga

merupakan hal yang mutlak dimiliki. Adapun hal-hal yang ditekankan pada perawatan luka

dengan konsep modern adalah sebagai berikut:

1.      Berguna untuk membuang jaringan nekrotik.

2.      Balutan dapat mengabsorbsi eksudat yang berlebihan.

3.      Menjaga agar lingkungan luka tetap lembab.

4.      Melindungi luka dari trauma dan invasi kuman sehingga resiko infeksi yang timbul minimal.

5.      Memberikan rasa nyaman pada pasien

Page 25: Be Randa

6.      Memberikan keamanan sehingga tidak akan merusak jaringan granulasi yang baru.

7.      Cost effective

XIV.       Daftar Pustaka

1.      Andrew Heenan (1998), Frequently Asked Questions: Alginate Dressings,

www.worldwidewounds.com

2.      Berger, Karen J (1999), Fundamental of Nursing : Collaborating For Optimal Health, 2nd

Edition, Appleton & Lange, Connecticut

3.      C. Mellinda Stevens (2002), Diabetic Foot Ulcers and Infections: Current Concepts, Journal

Advances Skin and Wound Care, January/February 2002; 15: 31 – 42

Page 26: Be Randa

4.      Dr. S. Thomas (1997), A Comparative study of the properties of twelve hydrocolloids

dressings. www.worldwidewounds.com

5.      Gitarja, Widasari S. (2002), Penatalaksanaan Perawatan Luka. Makalah disampaikan pada

Pelatihan Wound dan Stoma Care Ke-2 Bagi Perawat, RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung,

21 – 25 Mei 2002

6.      Hana Rizmadewi Agustina, Aplikasi Modern Wound Dressing Dalam Lingkup Praktek

Perawatan Luka, Majalah Keperawatan UNPAD Edisi ke-7, September 2002 – Maret 2003;

halaman 12-19

7.      Hartmann (1999), Compedium Wounds and Wound Management, First Hartmann Medical

Edition

8.      Joanne Tan (2002); Wound Management: A Pain Free and Cost Effecctive Approach,

Convatec. Disampaikan pada Pelatihan Wound dan Stoma Care Ke-2 Bagi Perawat, RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung, 21 – 25 Mei 2002

9.      Liza G. Ovington (2002), Hanging Wet-to-Dry Dressings Out to Dry, Journal Advances Skin

and Wound Care, January/February 2002; 15 : 79-84

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 comments:

Poskan Komentar

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Social Profiles

Popular Tags Blog Archives

Page 27: Be Randa

Cerita Setengah Baya – Panti Pijat Plus

Karena benar-benar capai, saya ingin pijat, maka saya pergi ke PPT dekat kantor rekanan saya bagian selatan Jakarta, maklum di rumah tidak a...

Kesempatan Dalam Kesempitan Untuk Ngintip Payudara Cewek

MAKALAH Kesadaran Hukum dalam Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang        Pelaksanaan hukum di Indonesia sudah tidak tentu arah, seakan sudah tidak memilik...

Pelajaran sex dari pembantuku

Gue Mau cerita pengalaman pertama kali gua melakukan hubungan sex. waktu itu itu umur gua masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk ...

GARA-GARA CERITA TEMEN GUE

Cerita pengalaman gue mungkin masih kalah dibanding cerita cerita-cerita yang telah sebelumnya. Tapi gue ingin juga ngirimin cerita, itung-i...

Blog Archive

▼   2012 (3146) o ►   12/02 - 12/09 (3) o ►   11/25 - 12/02 (57) o ►   11/18 - 11/25 (40) o ►   11/11 - 11/18 (29) o ►   11/04 - 11/11 (75)

Page 28: Be Randa

o ►   10/28 - 11/04 (81) o ►   10/21 - 10/28 (42) o ►   10/14 - 10/21 (95) o ►   10/07 - 10/14 (114) o ►   09/30 - 10/07 (81) o ►   09/23 - 09/30 (71) o ►   09/16 - 09/23 (76) o ►   09/09 - 09/16 (107) o ►   09/02 - 09/09 (83) o ►   08/26 - 09/02 (37) o ►   08/19 - 08/26 (33) o ►   08/12 - 08/19 (59) o ►   08/05 - 08/12 (46) o ►   07/29 - 08/05 (52) o ►   07/22 - 07/29 (53) o ►   07/15 - 07/22 (61) o ►   07/08 - 07/15 (55) o ►   07/01 - 07/08 (44) o ►   06/24 - 07/01 (91) o ►   06/17 - 06/24 (125) o ►   06/10 - 06/17 (93) o ►   06/03 - 06/10 (103) o ►   05/27 - 06/03 (66) o ►   05/20 - 05/27 (45) o ►   05/13 - 05/20 (56) o ►   05/06 - 05/13 (55) o ▼   04/29 - 05/06 (96)

Paradikma Perubahan Sosial PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HMI Ekosistem Demokrasi Setengah Hati Teknopreneur Ancaman Berdusta Atas Nama Rasulullah SAW Hukum Mengolok-olok orang yang dengan teguh menjal... SURAT KUASA KHUSUS Teori Politik: Teori Civil Society RESUME H. ACARA PERDATA Makin Dipuji, Makin Banyak Utang Kami Yakin Strategi-Taktik Mengimbangi dan Mengala... Rakyat Indonesia; Terjepit Di Antara Dua Kepenting... ANGGARAN DASAR IKATAN KEKELUARGAAN

MAHASISWA/PELA... KRONOLOGI RESHUFFLE Lirik Lagu Justin Bieber Out Of Town Girl Eksepsi. Tergugat I. II dalam Perkara Perdata LAISSEZ FAIRE ! BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA Pengertian, manfaat dalam Organisasi Antara GAM dan NKRI

Page 29: Be Randa

Kata Mutiaramu Pencemaran Air Laporan/Pengaduan Dugaan Pelanggaran Hukum Tindak ... REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PARA TERGUGAT ARBITRASE 5 Ikan Tercantik Di Dunia MEMBANGUN NEGARA MARITIM DALAM KONTEKS

PENGEM... Membangun Kohesi Struktural dan Kultural Dengan Re... HUKUM DAN DIMENSI SPIRITUAL (Perspektif Positivis... Perspektif Teoritis Psikologi Wanita ABG – ABG Cantik Lagi Dugem Pengaruh Pencemaran Air SURAT TEGURAN Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, Tunggakan Pembay... AKTA PERDAMAIAN Nggak Ada Itu Kapitalisme, Yang Ada Globalisasi At... KEBIJAKAN TERHADAP PERUMAHAN RAKYAT MISKIN DI

TANA... Diskusi Menyambut 102 Tahun Kebangkitan Nasional: ... Tutup mulut rapat-rapat, buka mata lebar-lebar, na... KepMen tentang Pedoman Umum Organisasi n Tinggi Pemimpin wanita dan hakum wanita dalam pandangan h... Epistemologi: Islam & Barat Materi Pencemaran Lingkungan Pointer Kuliah: Teori Politik “Negara” Pointer Kuliah : Teori Politik HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA PP 28/1977, PERWAKAFAN TANAH MILIK Simbol dan Simbolisme dalam Ekspresi Keagamaan Psikologi Wanita PSIKOLOGI KELUARGA (FAMILIES PSYCHOLOGY) 10 Dosa Kejaksaan Agung versi LSM Hakikat Menghadap Kiblat Habiburrahman El Shirazy - Dalam Mihrab Cinta. Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El Shirazy - Mahkota_Cinta Cara Membuat Website Sederhana PERAWATAN WSD MATA KULIAH : PPKDM I (SKS : 4) FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR PADA ANAK Manifestasi Klinis dan Penyebaran Polio IMUNISASI PADA ANAK SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS (4

SKS)... Penyakit Tuberculosis (TBC) Sekilas Tentang Filsafat Umum PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT

AD...

Page 30: Be Randa

Filsafat Umum Contoh Proposal SAFARI PENDIDIKAN 2010 Syariat Islam DEFINISI FIQH Managing Change : a Barrier to TQM Implementation ... Citra Yesus dalam Pandangan Islam Kepemimpinan dalam Agama-agama Ibrahimik Balon Kejutan 6 Tips Trik Mendapatkan Suami Pria Kaya MAKALAH Kemampuan Membaca dan Menulis MAKALAH Kesadaran Hukum dalam Masyarakat Petikan Kata-kata Sang Proklamator Tarawih dalam Pandangan KH. Ali Mustafa Yaqub Ruang-ruang dalam Hermeneutika Wanita Ditakdirkan “Mata Duitan” (Maaf) Apakah Pria dan Wanita Berbeda? PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA Pola Pelatihan Anak Sejak Dini APRIL MOP, TRAGEDI PEMBANTAIAN UMAT ISLAM

SPANYOL Kritik Mimetisme Media di Indonesia; Menggagas Kom... Stigmata Waduh… Piercing Lidah Yang Gila… Jangan Diikutin D... Cara Jitu Cowok Menghadapi Cewek Menangis Karakter Pria Berdasarkan Bulan Lahir 3 Rahasia Kelemahan Cewek Cantik dan Seksi MAKALAH RESUME MATERI PERKULIAHAN METODOLOGI

STUDI... MAKALAH RESUME MATERI PERKULIAHAN METODOLOGI

STUDI... MAKALAH RESUME MATERI PERKULIAHAN METODOLOGI

STUDI... KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

DAN PE...o ►   04/22 - 04/29 (84) o ►   04/15 - 04/22 (49) o ►   04/08 - 04/15 (63) o ►   04/01 - 04/08 (83) o ►   03/25 - 04/01 (42) o ►   03/18 - 03/25 (75) o ►   03/11 - 03/18 (103) o ►   03/04 - 03/11 (66) o ►   02/26 - 03/04 (49) o ►   02/19 - 02/26 (44) o ►   02/12 - 02/19 (47) o ►   02/05 - 02/12 (50) o ►   01/29 - 02/05 (33) o ►   01/22 - 01/29 (51) o ►   01/15 - 01/22 (46) o ►   01/08 - 01/15 (58)

Page 31: Be Randa

o ►   01/01 - 01/08 (79)

►   2011 (3568)

►   2010 (169)

CBOS

Twitter

Story's of Edy Buyat

Edy_Buyat

Edy_Buyat DOA MOHON DIBUKAKAN HATI UNTUK BERTAAT DAN MENJAUHI MAKSIAT wp.me/p2ww12-qm 20 hours ago · reply · retweet · favorite

Edy_Buyat DOA SETELAH SHOLAT TAHAJUD wp.me/p2ww12-ql 20 hours ago · reply · retweet · favorite

Edy_Buyat DOA UNTUK KEDUA ORANG TUA wp.me/p2ww12-qg 20 hours ago · reply · retweet · favorite

Edy_Buyat Doa wp.me/s2ww12-doa 20 hours ago · reply · retweet · favorite

Join the conversation

Feedjit

 

Gabung Yuk

Blogger news

Alexa

Page 32: Be Randa

Blogroll

Traffick

Total Tayangan

409247

Lorem

Copyright © 2012 EDY HOME'S | Powered by Blogger Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger ThemesMicrosoft Exchange Hosting