be randa
TRANSCRIPT
Beranda
EDY HOME'S Berbagi Informasi Berita Hari ini
Home Hukum Politik » Berita » Info Umum » Budaya dan Seni Health » Forum » Fenomenal » Agama » Perilaku » Tokoh » GaleriKu » Sebuah Cerita » Internet » Uncategorized
Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan
About Me
Edy Buyat Yogyakarta, DIY, IndonesiaNama saya Edy biasa dipanggil Japank-Buyat. Saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanya lelaki biasa yang suka dengan informasi baru, baik informasi fenomenal, lucu, unik, aneh dan maupun kontroversi. Semoga blog ini bisa berguna dan bermanfaat bagi temen-teman semua. Bagi anda yang suka dengan blog saya jangan lupa klik tombol like pada Halaman FB saya yah, dan silahkan berkomentar, berkritik dan sarannya sangat saya harapkan, serta mohon maaf atas segala keterbatasan. Terima Kasih atas kunjungan kalian semua. And mengenai tulisan-tulisan dalam blog saya ini adalah sebagian dari copy paste namun tak dicantumkan sumbernya.., jika nantinya ada tulisan kawan-kawan yang dalam blog saya ini yg sy copas, silahkan kirim pesan di
FB dan TWITTER sy disamping blog saya atau hub. 0852-250-66-777., makasih sebelunya yah. Salam....
Lihat profil lengkapku
My Link
DUNIA PAGI Edhy Putra Jelata Health & Beauty Law & Politics M A M K Manajemen & Motivasi Media Kindom Menu Makanan & Minuman Merakyat Motivasiku
Berita Terkini. Diberdayakan oleh Blogger.
PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA
4/29/2012 Makalah, Manajemen Kesehatan RS No comments
Disusun oleh,
Fitriani Amien, S.Kep,Ns
Laboratorium Bagian Keperawatan Dasar
2005
Sponsored LinksThe new iPhone 5Only $250 for the new iPhone 5! Also have the iPhone 4S only $150
https://www.wepay.com/stores/the-new-iph
The Muscle MaximizerSectret Revelaed get Rip Lean Muscle 8 WEEKS with Healthy Nutrition
88f1e8ziqjo50t792rq8q8o2ya.hop.cl
BreezeAds.com PPC Advertising NetworkCreate your PPC targeted Ad in just seconds. Start with just $10.00!
be-seen-on.breezeads.com
Advertise Here
I. Definisi Luka
Secara definisi luka adalah terganggunya suatu kontinuitas dari struktur bagian tubuh yang
bisa diakibatkan oleh berbagai trauma baik secara mekanik, panas (thermal), kimia, dan
radiasi atau dari invasi oleh mikroorganisme patogen. Bagian tubuh yang rusak dapat
meliputi membran mukosa pada kulit atau sampai pada jaringan tubuh yang paling dalam
seperti otot, tendon bahkan sampai pada tulang (Berger, 1999).
II. Klasifikasi Luka
Berdasarkan terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Luka Akut
Luka akut adalah luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
normal.
b. Luka Kronis
Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang bisa
diakibatkan oleh faktor eksogen dan faktor endogen. Biasanya luka kronis terjadi bila luka
selama 3 s.d 8 minggu tidak mengalami perbaikan.
Sedangkan pengelompokan luka berdasarkan penyebab dari luka itu sendiri dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Luka insisi
Luka yang terjadi sebagai akibat dari pembedahan oleh benda tajam pada bagian tubuh
tertentu. Luka ini termasuk kedalam luka bersih dan biasanya sembuh dengan sendiri tanpa
menggunakan perantara (primary intention healing), contohnya: luka operasi.
b. Abrasi
Luka yang terjadi akibat adanya kerusakan pada membran mucosa pada kulit yang bisa
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan atau kosmetik tertentu yang merangsang
pengelupasan kulit.
c. Kontusio
Luka yang terjadi akibat adanya aliran darah yang terhambat pada suatu bagian tubuh tertentu
tanpa adanya bagian dari tubuh yang terbuka. Contoh, perdarahan bawah kulit (ecchymose),
dan hematome.
d. Luka Laserasi
Luka yang terjadi berupa robekan pada jaringan kulit atau otot yang disebabkan oleh goresan
atau gesekan dengan benda lain dan biasanya terkontaminasi oleh kotoran, debu dan debris.
e. Luka Tekan (Pressure wound)
Luka yang terjadi akibat penekanan yang terus menerus pada bagian tubuh tertentu yang
menyebabkan rusaknya jaringan pada bagian tersebut. Luka ini biasanya terjadi pada daerah
yang mengalami penonjolan tulang (bony prominence).
f. Luka Bakar
Luka yang diakibatkan oleh rangsangan panas dari api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi yang menyebabkan kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh terutama kulit.
III. Proses Penyembuhan Luka
Secara garis besar proses penyembuhan luka (wound healing) terdiri dari tiga fase yang
berlangsung secara berkesinambungan dan satu sama lainnya mempunyai keterkaitan yang
erat agar fase yang lainnya dapat terjadi seperti yang diharapkan.
a. Fase Inflamasi
Fase ini merupakan awal dari terjadinya proses wound healing dimana pada fase ini terjadi
berbagai respon vaskular yang non-spesifik yang berlangsung segera setelah suatu bagian
tubuh terluka. Fase ini terjadi selama 3 sampai 5 hari dari awal terjadinya luka. Puncak dari
fase ini berlangsung pada hari ke-5. Jaringan tubuh yang mengalami luka akan mengeluarkan
beberapa substansi kimia interseluler, antara lain: histamin dan bradikinin. Terjadi
peningkatan aktivitas pelepasan platelet pada dinding pembuluh darah yang terbuka sehingga
perdarahan menjadi berkurang. Mekanisme pembekuan darah ini melibatkan kerjasama dari
faktor pembekuan darah, fibrin dan platetet. Histamin berfungsi untuk meningkatkan
permeabilitas kapiler vaskular sehingga cairan dan plasme protein berpindah dari
intravaskular ke intraseluler dan kemudian terjadi oedema. Fagositosis yang terjadi pada fase
ini berfungsi untuk membersihkan luka dan mencegah terjadinya kontaminasi
mikroorganisme yang melibatkan respon leukosit.
Proses epitelisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi luka. Terjadi
reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ke tengah luka. Sel epitel baru akan
terbentuk secara terus menerus sampai seluruh permukaan luka tersebut tertutup. Pada luka
jahitan, proses ini mulai terjadi dalam 24 jam pertama. Proses peradangan akut terjadi dalam
24 – 48 jam pertama setelah cedera. Fase ini dapat memanjang jika seseorang mengalami
malnutrisi atau stress fisik lainnya (Hartmann, 1999; Berger, 1999; Guyton, 1997).
b. Fase Proliferasi
Fase ini terjadi pada hari ke-4 sampai ke-14. Pada fase ini akan terbentuk sel dan
pembuluh darah yang baru serta terjadi rekonstruksi jaringan yang menyerupai jaringan
sebelumnya walaupun tidak seluruhnya mempunyai fungsi dan bentuk yang sama. Hal ini
karena ada beberapa komponen yang tidak bisa mengalami regenerasi seperti folikel rambut,
sel-sel pigmen kulit, tendon dan sel syaraf sehingga jaringan parut yang tumbuh biasanya
tidak mempunyai rambut dan warnanya lebih terang, bahkan pada fase ini kemungkinan
terjadi kontraktur sangat tinggi.
Aktivitas migrasi sel yang melibatkan sel parenkim dan epitel semakin meningkat
pada fase ini sehingga permukaan luka yang tadinya lebar menjadi menyempit dan akhirnya
tertutup. Keadaan yang harus dipertahankan pada fase ini adalah luka mendapatkan hidrasi
yang adekuat sehingga tetap lembab dan tidak terjadi kekeringan akibat dari akumumasi
protein sel dan sel mati yang kering (scab forms) atau eschar. Apabila permukaan luka
tersebut kering maka sel-sel epitel tidak bisa naik ke permukaan luka sehingga proses migrasi
sel akan terhambat.
Proses granulasi jaringan terjadi oleh karena pada fase ini terjadi peningkatan
aktivitas fibroblast. Pada fase granulasi ini ditandai dengan terbentuknya pembuluh darah
baru sehingga luka tampak berwarna merah terang. Aktivitas fibroblat juga merupakan
stimulator untuk pembentukan myofibril yang menyebabkan kontraksi luka serta stimulator
pembentukan kolagen yang berfungsi sebagai penguat jaringan (Hartmann, 1999).
c. Fase Maturasi atau Remodelling
Fase ini terjadi mulai minggu ke-3 dan berakhir sampai 12 bulan. Proses pematangan sel
kolagen berkisar antara 6 sampai 10 hari. Biasanya apada rentang ini luka jahitan operasi
sudah mulai bisa dibuka. Seiring dengan terjadinya kontraksi luka, jumlah pembuluh darah
dan jumlah eksudat berkurang maka struktur luka menjadi lebih kuat dan berubah menjadi
jaringan parut. Pada fase ini aktivitas myofibroblast yang merupakan bagian dari fibroblast
dan berfungsi menimbullkan kontraksi luka. Komponen ini menyebabkan serat kolagen
tertarik satu sama lainnya sehingga jaringan parut yang terbentuk menjadi lebih halus dan
jaringan pada kulit pada tepian luka menjadi menyatu sama sama lainnya. Proses mitosis dan
migrasi sel juga terus berlangsung sehingga permukaan luka menjadi naik dan tertutup sama
sekali oleh sel-sel epitel yang baru. Hasil dari re-epitelisasi ini tidak sama dengan bentuk dan
fungsi dari sel yang sebelumnya tetapi hanya bersifat pengganti saja, dimana jaringan yang
baru ini biasanya mempunyai pembuluh darah, kelenjar, folikel rambut, serta sel syaraf dalam
jumlah yang sedikit atau bahkan sama sekali tidak mengandung salah satu dari komponen
tersebut.
IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
Usia
Usia mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka dimana
penelitian menunjukkan bahwa bayi dan lansia merupakan subjek yang rentan terhadap angka
kejadian infeksi yang mengakibatkan terjadinya penundaan proses penyembuhan luka. Hal
ini berhubungan dengan status imunologi dari individu tersebut, dimana pada usia infant
sebelum usia 3 bulan biasanya sistem kekekebalan tubuh belum matur (Kozier, 1999;
Guyton, 1997; Porth, 1999). Demikian juga pada lansia, karena terjadinya proses penuaan sel
(aging) yang menyebabkan beberapa sel tubuh termasuk sel-sel yang mengatur kekebalan
tubuh menjadi berkurang baik ditinjau dari jumlah maupun fungsinya.
Nutrisi
Status nutrisi yang tidak adekuat (malnutrisi) merupakan faktor resiko yang menyebabkan
proses penyembuhan luka menjadi terhambat terutama jika terjadi kekurangan protein,
vitamin, mineral dan trace element. Komponen tersebut berhubungan dengan proses
metabolisme sel-sel tubuh dan proses pembentukan sel yang lebih spesifik.
Status imunologi
Respon imun mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka
dimana penurunan status imunologi akan menyebabkan seseorang menjadi sangat rentan
terhadap kejadian infeksi dan terhambatnya proses penyembuhan luka secara normal.
Penyakit
Penyakit merupakan suatu faktor penyulit dalam proses penyembuhan luka terutama
penyakit yang berhubungan dengan proses metabolik dan vaskularisasi, contohnya : Diabetes
Mellitus, DIC, PVD atau insufisiensi vena.
Pemakaian obat-obatan
Pemberian obat-obatan dalam dosis tinggi dan jangka waktu yang lama juga merupakan
faktor yang dapat menghambat proses penyembuhan luka. Contoh, pemakaian kortikosteroid
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penekanan pada respon inflamasi. Terapi
sitolitik dapat mengakibatkan terjadinya penekanan pada sistem imunologi yang nantinya
akan meningkatkan resiko infeksi.
V. Pengkajian Luka
Untuk menentukan tingkat keberhasilan intervensi perawatan luka yang optimal, maka
seorang perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
pengkajian luka secara benar. Hal ini merupakan dasar yang sangat penting dalam
menentukan jenis intervensi yang akan diberikan untuk masing-masing klien. Hal-hal yang
harus dikaji oleh seorang perawat ketika mendapat seorang klien yang menderita luka, antara
lain:
1. Lokasi dan Letak luka
Hal ini dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab terjadinya luka
sehingga kejadian luka dapat diminimalkan.
2. Stadium Luka
Terdapat beberapa klasifikasi atau stadium yang dapat digunakan untuk menilai suatu kondisi
luka, antara lain :
a. Stadium Berdasarkan Anatomi Kulit (Pressure Ulcer NPUAP, 1975)
Partial Thickness
Hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas
Full Thickness
Hilangnya lapisan dermis sampai lapisan subkutan
Stadium I
Kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan epidermis yang hilang
Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas ditandai
dengan blister dan abrasi
Stadium III
Rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan subcutan dan fascia
Stadium IV
Rusaknya lapisan subkutan dan fasica hingga otot, tendon dan tulang
b. Warna Dasar Luka (Netherlands Woundcare Consultant Society, 1984)
Red/Merah
Pink/merah/merah tua) disebut dengan jaringan sehat, granulasi, epitelisasi, vaskularisasi
Yellow/Kuning
Kuning muda/kuning kehijauan/kuning tua/kuning kecoklatan) disebut jaringan mati yang
lunak, fibrinolitik, sloughy, avaskularisasi
Black/hitam
Jaringan nekrosis, avaskularisasi
c. Stadium Wagner Untuk Luka Diabetik
1. Superficial Ulcer
Stadium 0 : Tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan baik tapi dengan
bentuk tulang, kaki yang menonjol/charcot arthropathies
Stadioum 1 : Hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang tampak
tulang menonjol
2. Deep Ulcer
Stadium II : Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan underminning/goa)
Stadium III : Penetrasi dalam, osteomyelitis, pyarithrosis, plantar abses atau infeksi hingga tendon
3. Gangrene
Stadium IV : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis,
gangrene lembab/kering
Stadium V : Seluruh kaki dalam, kondisi nekrotik/ gangrene
d. Stadium Luka Bakar
Derajat I
Epidermis yang terkena
Nyeri Hebat
Eritrema
Blister tidak ada
Sembuh dalam 7-10 hari secara spontan tanpa obat-obatan
Tanpa bekas
Derajat II
Epidermis dan dermis rusak
Nyeri sangat hebat
Adanya blisters/bula yang sangat besar
Sembuh secara spontan bila tidak terinfeksi (10-2 minggu)
Derajat III
Seluruh lapisan kulit termasuk fascia otot dan tulang
Analgesia
Tidak ada blister
Warna kulit menjadi hangus, putih
Sembuh dalam jangka waktu lama dan cacat
3. Bentuk dan ukuran luka
Pengukuran secara tiga dimensi (panjang, lebar dan kedalaman) dan penentuan
underminning/goa dengan menggunakan patokan searah jarum jam serta
tunneling/terowongan.
4. Eksudat
Karakteristik, jenis dan jumlah cairan yang dihasilkan oleh luka tersebut
5. Malodor
Adanya bau yang tidak sedap yang dikeluarkan oleh luka
6. Status Vaskular
Penilaian ini berhubungan dengan transportasi oksigen dan suplai nutrisi yang adekuat ke
seluruh lapisan sel merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka.
Pengkajian berupa: cek cafillary refill time, edema, temperatur kulit.
7. Status Neurologik
Cek fungsi motorik berupa adanya kelemahan otot secara umum, perubahan bentuk tubuh
terutama kaki pada penderita DM, kehilangan sensasi pada ujung-ujung ekstremitas, dan
kelembaban kulit.
8. Nyeri
Periksa nyeri pada area luka dengan menggunakan format PQRST, dan pain rating scale 0-10
9. Tanda-tanda Infeksi
Kaji tanda-tanda infeksi (cardinal sign); dan produksi pus yang meningkat
10. Perdarahan
Kaji adanya dan catat jumlah perdarahan terutama pada saat penggantian balutan.
VI. Konsep Dasar Perawatan Luka Modern
Pada tahun 1962, Profesor G.D Winter melakukan studi klinik yang dipublikasikan dalam
jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka, hasil
penelitian yang dilakukan pada binatang dan manusia telah menunjukkan bahwa proses
peyembuhan luka dengan kondisi lingkungan yang lembab ternyata lebih cepat jika
dibandingkan dengan luka yang dibiarkan terbuka dan kering. Hal ini diperkuat oleh Turner
(1990) yang menyatakan bahwa perawatan luka dengan konsep lembab yang dilakukan
secara kontinyu akan mempercepat pengurangan ukuran luka dan mempercepat proses
pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi. Adapun alasan rasional dari teori
perawatan luka dalam suasana lembab antara lain:
a. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab
b. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih cepat
pembentukan pembuluh darah yang baru (anggiogenesis).
c. Menurunkan resiko infeksi
Berdasarkan hasil penelitian Colwell et al di Amerika Serikat pada tahun 1993, angka
kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika luka dirawat dengan lingkungan yang
lembab jika dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%). (Journal Advances Skin
and Wound care 2002; 15:79-84)
d. Mempercepat pembentukan Growth Faktor, dan
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk pembentukan stratum corneum
dan anggiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
e. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini. (Dikutip dari Gitarja, 2002)
VII. Fungsi balutan luka (wound dressing)
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan
yang akan digunakan harus memenuhi kaidah-
kaidah fungsi sebagai berikut :
Kemampuan balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka
Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikrooganisme
Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka
Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
Mempunyai kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau untuk mendistribusikan
obat antibiotik ke seluruh bagian luka (dikutip dari Hana R, 2002)
Lebih lanjut Ovington dalam tulisannya
”Hanging Wet-to-Dry Dressing Out to Dry”
(Advances Skin and Wound Care, 2002)
menyatakan bahwa perawatan luka secara
konvensional yaitu dengan menggunakan
kassa baik dengan cara kering atau
dilembabkan dengan NaCl mempunyai
beberapa kekurangan, antara lain:
1. Dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada pasien akibat rasa nyeri yang
ditimbulkan pada saat mengganti balutan
2. Dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada pasien akibat rasa nyeri yang
ditimbulkan pada saat mengganti balutan
3. Menunda proses penyembuhan terutama proses epitelisasi karena pada saat mengganti
balutan jenis ini biasanya jaringan yang baru juga ikut terangkat karena sifatnya non-selektif
4. Meningkatkan resiko infeksi karena walaupun luka dalam keadaan tertutup dan berlapis-lapis
tetapi permukaan balutan tersebut masih memungkinkan terjadinya kontaminasi
mikroorganisme dari luar
5. Ditinjau dari segi penggunaan waktu dan tenaga kesehatan khususnya perawat pada saat
mengganti balutan kurang efektif dan efisien karena penggunaan balutan konvensional ini
memerlukan frekuensi penggantian yang lebih sering karena sifatnya kurang absorbtif
sehingga waktu pelaksanaan tindakan menjadi lebih lama.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu
jika ditinjau dari segi ekonomi ternyata penggunaan balutan konvensional itu tidak cost
effective. Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh seorang
pasien ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan modern dressing karena
harus membayar ekstra tenaga kesehatan dan peralatan yang digunakan. Menurut Tan (2002),
cost effective merupakan isu yang paling penting pada perawatan luka saat ini karena hal
yang dimaksud disini berkaitan dengan pemberian tindakan yang efektif, yang menunjang
terbentuknya hasil klinis yang lebih baik, meningkatkan rasa nyaman klien dan memberikan
kepuasan terhadap hasil terapi. (Hana .R; Majalah Keperawatan UNPAD 2002; 7: 12-19)
VIII. Fungsi balutan pada proses penyembuhan
luka
a. Fase Inflamasi
Pada saat terjadi luka maka hal pertama yang akan terjadi adalah adanya peningkatan
produksi cairan yang mengandung sel yang mati, serpihan jaringan, kotoran dan bakteri.
Apabila jumlah cairan ini berlebihan maka proses penyembuhan luka secara mekanis dan
biologis akan terhambat dan selain itu juga resiko infeksi akan meningkat. Jenis balutan yang
digunakan pada fase ini adalah jenis balutan yang mempunyai kemampuan menyerap cairan
atau eksudat serta kemampuan untuk membersihkan luka secara efektif dari sel dan jaringan
mati, kotoran dan bakteri karena tidak semua komponen tersebut dapat dibersihkan secara
natural dengan fagositosis.
b. Fase granulasi
Pada fase ini biasanya terjadi pengeluaran sekret yang menggandung protein serta jumlah
kapiler rambut meningkat, dimana hal yang sering terjadi yaitu pada saat mengganti balutan
komponen tersebut dapat mengakibatkan balutan menjadi lengket dengan luka sehingga pada
saat diangkat jaringan granulasi juga ikut terekspos dan rusak. Berdasarkan alasan diatas,
jenis balutan yang tepat untuk fase ini adalah balutan yang sifatnya tidak traumatik dan tidak
lengket dengan luka, serta mempunyai kemampuan melindungi dari kejadian infeksi.
c. Fase epitelisasi
Pada akhir fase ini akan terbentuk jaringan granulasi yang sudah matang dan permukaan
luka yang rata. Luka masih mengeluarkan sekret walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan dua fase sebelumnya. Hal yang harus dijaga adalah luka jangan sampai
kering karena apabila permukaan luka kering (scab forms) maka akan menghambat proses re-
epitelisasi. Kondisi ini akan mengakibatkan sel epitel akan terjebak dibawahnya sehingga
tidak bisa naik ke permukaan luka, dan pada akhirnya proses penyembuhan luka menjadi
lama. Jenis balutan yang dapat digunakan pada fase ini adalah balutan yang dapat
mempertahankan suasana luka yang lembab dan tidak menyebabkan trauma.
IX. Prinsip Pemilihan Balutan dan Topical
Terapi
Saat ini banyak pilihan balutan modern (modern dressing) atau topical therapy yang
beredar dan sering digunakan untuk membalut luka. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
seorang perawat harus dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan prinsip
penggunaan dan pengenalan terhadap produk yang akan digunakan. Menurut Gitarja (2002),
prinsip pemilihan topikal terapi tersebut antara lain :
1. Membuang jaringan nekrotik yang dapat meningkatkan infeksi
2. Identifikasi dan meminimalkan infeksi
3. Dapat mengisi jaringan mati
4. Dapat mengabsorbsi eksudat yang berlebihan
5. Menjaga lingkungan tetap lembab
6. Melindungi luka dari trauma dan invasi kuman
7. Menjaga temperatur luka tetap konstan
Sedangkan untuk tujuan pemilihan balutan, secara lebih lanjut Gitarja menyatakan sebagai
berikut :
1. Membuang jaringan yang mati
2. Kontrol terhadap infeksi
3. Mempertahankan kelembaban
4. Absorbsi eksudat yang berlebihan
5. Nyaman digunakan
6. Steril
7. Cost effective
X. Jenis Balutan dan Topical Terapi
1. Absorbent Dressing
Jenis balutan yang dapat meyerap cairan luka yang berlebihan (hipereksudat) terutama
pada luka stadium III/IV atau pada fase inflamasi untuk luka yang infeksi dan tidak infeksi.
contoh: calcium alginate dan gamgee polyurethanefoam. Calcium alginate merupakan suatu
jenis balutan yang bahan dasarnya terbuat dari rumput laut (brown algae), dimana balutan ini
akan berubah menjadi gel apabila bercampur dengan eksudat atau cairan luka. Gel yang
terbentuk pada saat menyerap cairan akan membentuk suatu lapisan penutup diatas luka
sehingga dapat mencegah kekeringan. Alginate secara fisiologis dapat mempertahankan
lingkungan mikro yang tetap lembab yang membantu proses penyembuhan luka dan
mempercepat terbentuknya jaringan granulasi. Oleh karena sifatnya yang memerlukan cairan
maka balutan ini tidak bisa digunakan untuk luka kering dengan jaringan nekrotik kuning-
coklat atau jaringan nekrotik yang keras.
Calcium alginate merupakan jenis balutan yang aman karena sifatnya yang mudah
diangkat sehingga tidak akan merusak jaringan granulasi dan tidak menyebabkan nyeri pada
saat penggantian balutan. Selain berfungsi untuk menyerap cairan, balutan ini juga dapat
bersifat homeostasis dan menjadi barrier terhadap bakteri jenis pseudomonas. Bentuk balutan
ini berupa serabut dan lembaran.
Gamgee polyurethane merupakan suatu jenis balutan yang terbuat dari polyurethane
sintetis yang berguna untuk menyerap cairan luka yang berlebihan. Balutan ini bisa dipakai
untuk luka yang baik yang terinfeksi atau tidak terinfeksi. Bentuk balutan ini menyerupai
busa padat yang akan mengembang bila bercampur dengan eksudat.
a. Indikasi
Luka dengan stage II, III dan IV
Jumlah eksudat sedang - berat
Luka dengan rongga (cavity), underminning atau tunnelling
b. Kontraindikasi
Luka dengan hipereksudat
Luka terinfeksi
Terdapat undermining dan tunneling
2. Hydroactive Gel (Hydrogel)
Jenis balutan yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik yang berwarna
hitam (black necrotic tissue) atau kuning-coklat (sloughy) secara otomatis oleh tubuh sendiri
(autolysis debdridement), contoh: hydroactive gel. Balutan ini bisa dipakai untuk luka yang
terinfeksi ataupun yang tidak terinfeksi baik yang berongga atau tidak disertai dengan rongga
(cavity). Hydroactive gel merupakan balutan yang bahan dasarnya terbuat dari hydrocolloids
yang mengandung air berupa gel yang bening dan berfungsi untuk melunakkan jaringan
nekrotik.
a. Indikasi
Luka dengan stage II, III dan IV
Luka terinfeksi
Luka dengankategori Yellow (kuning) dan Black (hitam)
b Kontraindikasi
Tidak ada
3. Hydrocolloid
Jenis balutan yang digunakan untuk melindungi luka berwarna merah yang sudah
bergranulasi pada stadium II/III, jumlah eksudat minimal dan tidak terinfeksi. Contoh:
hydrocolloid dalam bentuk lembaran yang tebal dan tipis atau pasta. Bahan dasar balutan ini
terbuat dari natrium carboxymethylcellulose (Na-CMC), gelatine dan pectine, dimana ketika
terjadi kontak dengan eksudat maka balutan akan berubah menjadi gel. Struktur balutan ini
biasanya dikombinasikan dengan elastomers dan perekat yang terbuat dari polyurethane foam
atau film yang berfungsi sebagai penyerap, perekat balutan dan tahan air.
Dalam keadaan yang utuh, hydrocolloid yang berbentuk lembaran bersifat tidak permibel
terhadap penguapan air tetapi manakala proses pembentukan gel terjadi maka balutan
cenderung menjadi lebih permiabel. Oleh karena itu proses penguapan air ini meningkatkan
kemampuan balutan untuk menyerap eksudat yang diproduksi oleh luka. Bentuk balutan ini
berupa lembaran dengan perekat dan pasta. Hydrocolloid ini dapat digunakan sebagai balutan
pertama (primary dressing) pada penanganan luka seperti: leg ulcers, luka bakar, donor site,
dan pressure sore. Selain dapat dapat digunakan sebagai primary dressing, balutan ini juga
dapat dipakai sebagai secondary dressing yang dikombinasikan dengan hydrogel atau
alginate.
a. Indikasi
Luka dengan stage I-II
Jumlah eksudat minimal
Luka dengan granulasi dan epitelisasi
b. Kontraindikasi
Luka dengan hipereksudat
Luka terinfeksi
Terdapat undermining dan tunneling
4. Transparant film dressing
Jenis balutan tipis dan transparan, semipermibel, dan berfungi untuk mencegah kuman
masuk dari lingkungan luar ke dalam luka. Balutan ini tidak dipakai pada luka yang
hipereksudat dan terinfeksi. Balutan ini bisa berfungsi sebagai primary dan/atau secondary
dressing. Balutan ini terbuat dari polyurethane polymers yang transparan, dan bersifat semi
permiabel dimana pertukaran gas masih terjadi sehingga supplai oksigen tetap adekuat tetapi
kontaminasi bakteri dari lingkungan luar ke dalam luka tidak terjadi. Bentuk balutan ini
seperti plastik transparan dengan perekat, bisa digunakan baik untuk balutan primer maupun
sekunder. Karena bentuknya yang transparan maka jenis balutan ini juga cocok digunakan
untuk menilai keadaan luka tanpa harus membuka balutan dahulu.
a. Indikasi
Luka dengan stage I-II
Jumlah eksudat minimal
Luka dengan granulasi dan epitelisasi
b. Kontraindikasi
Luka dengan hipereksudat
Luka terinfeksi
Terdapat undermining dan tunneling
Luka dengan laserasi atau abrasi
5. Zinc Oinment (ZnO)
Topical terapi jenis ini berbentuk salep dan powder yang bahan dasarnya mengandung
zinc oxide. Bahan ini berfungsi untuk melindungi kulit disekitar luka dari maserasi.
Penggunaannya bisa digabung dengan metronidazole powder pada luka yang mengeluarkan
bau yang tidak sedap, contoh: luka kanker
6. Metronidazole powder
Bentuknya serbuk dan gel dimana jenis topical ini berguna untuk mengurangi bau yang
dihasilkan oleh bakteri terutama golongan pseudomonas dan staphylococcus atau luka
berjamur (fungating wound) pada kanker.
7. Mycostatin
Berbentuk powder, yang berfungsi untuk mengurangi maserasi yang ditimbulkan oleh
candida terutama pada ketiak dan bokong.
8. Sucralfate
Berbentuk gel yang berfungsi sebagai homeostasis dengan lokal pressure
9. Gamgee
Merupakan lapisan kassa yang didalammnya terdapat kapas, berfungsi sebagai absorbent.
XI. Perawatan Luka Operasi
Luka operasi merupakan suatu bentuk luka yang sangat mudah untuk sembuh dalam suatu
proses penyembuhan luka. Namun seringkali kita menemui banyak kasus dalam praktek
sehari-hari dimana setelah 14 hari luka tidak perbaikan yang sempurna karena terjadi
kegagalan dalam proses penyembuhan luka. Komplikasi yang sering terjadi pada luka
operasi yang infeksi yang dalam dan berubah menjadi fistula atau sinus. Adapun intervensi
keperawatan yang dapat diberikan pada saat merawat luka operasi antara lain:
1. Kontrol gula darah
2. Kontrol dan kurangi nyeri post-operasi
3. Pertahankan suhu tubuh pasien
4. Monitor balance cairan
5. Berikan informasi yang tidak menimbulkan takut dan cemas pada klien
6. Membantu dalam ambulasi
7. Monitor asupan nutrisi yang adekuat
8. Cegah prosedur atau tindakan yang menyebabkan trauma pada luka
XII. Perawatan Luka Tekan (Pressure Ulcer)
Luka tekan merupakan suatu kerusakan jaringan kulit akibat adanya suatu penekanan
pada jaringan yang lunak antara daerah tulang yang menonjol dengan lingkungan luar dalam
keadaan yang menetap, menyebabkan oklusi aliran darah, iskemia dan kematian jaringan
yang berlangsung dalam periode yang lama dam terus menerus (The National Pressure Ulcer
Advisory Panel, 1989). Adapun faktor penyebab terjadinya luka tekan ini antara lain:
1. Intensitas dari tekanan
Jaringan yang mengalami hipoksia akibat penekanan yang terjadi terus menerus dapat
mengarah pada anoksia sehingga hasil akhir yang mungkin terjadi adalah jaringan akan
mengalami nekrosis.
2. Lamanya penekanan
Ada hubungan yang berarti antara lamanya penekanan dan intensitas tekanan yang
menyebabkan keadaan jaringan menjadi iskemia. Intensitas tekanan yang rendah dan dalam
periode waktu yang panjang atau intensitas yang tinggi dalam periode waktu yang pendek,
sama-sama beresiko untuk menimbulkan luka tekan.
3. Toleransi jaringan
4. Faktor ekstrinsik (lembab/ gesekan/ goresan)
5. Faktor intrinsik (nutrisi, usia, penurunan tekanan arteri)
Perawat dituntut harus mempunyai kemampuan untuk melakukan pengkajian resiko yang
mungkin menyebabkan klien menderita luka tekan terutama pada masa hospitalisasi.
Pengkajian skala resiko merupakan suatu metoda evaluasi yang sistematik dan sangat
berguna untuk mengidentifikasi klien dengan faktor-faktor resikonya. Skala yang biasa
dipakai antara lain Skala Braden dan Skala Norton. (Format pengkajian terlampir)
XIII. Kesimpulan
Seorang perawat yang profesional dituntut untuk memiliki keterampilan dan ketekunan serta
kesabaran dalam melakukan perawatan luka, selain itu dasar pengetahuan yang memadai
mengenai proses penyembuhan luka serta kemampuan untuk menilai kondisi luka juga
merupakan hal yang mutlak dimiliki. Adapun hal-hal yang ditekankan pada perawatan luka
dengan konsep modern adalah sebagai berikut:
1. Berguna untuk membuang jaringan nekrotik.
2. Balutan dapat mengabsorbsi eksudat yang berlebihan.
3. Menjaga agar lingkungan luka tetap lembab.
4. Melindungi luka dari trauma dan invasi kuman sehingga resiko infeksi yang timbul minimal.
5. Memberikan rasa nyaman pada pasien
6. Memberikan keamanan sehingga tidak akan merusak jaringan granulasi yang baru.
7. Cost effective
XIV. Daftar Pustaka
1. Andrew Heenan (1998), Frequently Asked Questions: Alginate Dressings,
www.worldwidewounds.com
2. Berger, Karen J (1999), Fundamental of Nursing : Collaborating For Optimal Health, 2nd
Edition, Appleton & Lange, Connecticut
3. C. Mellinda Stevens (2002), Diabetic Foot Ulcers and Infections: Current Concepts, Journal
Advances Skin and Wound Care, January/February 2002; 15: 31 – 42
4. Dr. S. Thomas (1997), A Comparative study of the properties of twelve hydrocolloids
dressings. www.worldwidewounds.com
5. Gitarja, Widasari S. (2002), Penatalaksanaan Perawatan Luka. Makalah disampaikan pada
Pelatihan Wound dan Stoma Care Ke-2 Bagi Perawat, RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung,
21 – 25 Mei 2002
6. Hana Rizmadewi Agustina, Aplikasi Modern Wound Dressing Dalam Lingkup Praktek
Perawatan Luka, Majalah Keperawatan UNPAD Edisi ke-7, September 2002 – Maret 2003;
halaman 12-19
7. Hartmann (1999), Compedium Wounds and Wound Management, First Hartmann Medical
Edition
8. Joanne Tan (2002); Wound Management: A Pain Free and Cost Effecctive Approach,
Convatec. Disampaikan pada Pelatihan Wound dan Stoma Care Ke-2 Bagi Perawat, RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, 21 – 25 Mei 2002
9. Liza G. Ovington (2002), Hanging Wet-to-Dry Dressings Out to Dry, Journal Advances Skin
and Wound Care, January/February 2002; 15 : 79-84
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
0 comments:
Poskan Komentar
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular Tags Blog Archives
Cerita Setengah Baya – Panti Pijat Plus
Karena benar-benar capai, saya ingin pijat, maka saya pergi ke PPT dekat kantor rekanan saya bagian selatan Jakarta, maklum di rumah tidak a...
Kesempatan Dalam Kesempitan Untuk Ngintip Payudara Cewek
MAKALAH Kesadaran Hukum dalam Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan hukum di Indonesia sudah tidak tentu arah, seakan sudah tidak memilik...
Pelajaran sex dari pembantuku
Gue Mau cerita pengalaman pertama kali gua melakukan hubungan sex. waktu itu itu umur gua masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk ...
GARA-GARA CERITA TEMEN GUE
Cerita pengalaman gue mungkin masih kalah dibanding cerita cerita-cerita yang telah sebelumnya. Tapi gue ingin juga ngirimin cerita, itung-i...
Blog Archive
▼ 2012 (3146) o ► 12/02 - 12/09 (3) o ► 11/25 - 12/02 (57) o ► 11/18 - 11/25 (40) o ► 11/11 - 11/18 (29) o ► 11/04 - 11/11 (75)
o ► 10/28 - 11/04 (81) o ► 10/21 - 10/28 (42) o ► 10/14 - 10/21 (95) o ► 10/07 - 10/14 (114) o ► 09/30 - 10/07 (81) o ► 09/23 - 09/30 (71) o ► 09/16 - 09/23 (76) o ► 09/09 - 09/16 (107) o ► 09/02 - 09/09 (83) o ► 08/26 - 09/02 (37) o ► 08/19 - 08/26 (33) o ► 08/12 - 08/19 (59) o ► 08/05 - 08/12 (46) o ► 07/29 - 08/05 (52) o ► 07/22 - 07/29 (53) o ► 07/15 - 07/22 (61) o ► 07/08 - 07/15 (55) o ► 07/01 - 07/08 (44) o ► 06/24 - 07/01 (91) o ► 06/17 - 06/24 (125) o ► 06/10 - 06/17 (93) o ► 06/03 - 06/10 (103) o ► 05/27 - 06/03 (66) o ► 05/20 - 05/27 (45) o ► 05/13 - 05/20 (56) o ► 05/06 - 05/13 (55) o ▼ 04/29 - 05/06 (96)
Paradikma Perubahan Sosial PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HMI Ekosistem Demokrasi Setengah Hati Teknopreneur Ancaman Berdusta Atas Nama Rasulullah SAW Hukum Mengolok-olok orang yang dengan teguh menjal... SURAT KUASA KHUSUS Teori Politik: Teori Civil Society RESUME H. ACARA PERDATA Makin Dipuji, Makin Banyak Utang Kami Yakin Strategi-Taktik Mengimbangi dan Mengala... Rakyat Indonesia; Terjepit Di Antara Dua Kepenting... ANGGARAN DASAR IKATAN KEKELUARGAAN
MAHASISWA/PELA... KRONOLOGI RESHUFFLE Lirik Lagu Justin Bieber Out Of Town Girl Eksepsi. Tergugat I. II dalam Perkara Perdata LAISSEZ FAIRE ! BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA Pengertian, manfaat dalam Organisasi Antara GAM dan NKRI
Kata Mutiaramu Pencemaran Air Laporan/Pengaduan Dugaan Pelanggaran Hukum Tindak ... REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PARA TERGUGAT ARBITRASE 5 Ikan Tercantik Di Dunia MEMBANGUN NEGARA MARITIM DALAM KONTEKS
PENGEM... Membangun Kohesi Struktural dan Kultural Dengan Re... HUKUM DAN DIMENSI SPIRITUAL (Perspektif Positivis... Perspektif Teoritis Psikologi Wanita ABG – ABG Cantik Lagi Dugem Pengaruh Pencemaran Air SURAT TEGURAN Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, Tunggakan Pembay... AKTA PERDAMAIAN Nggak Ada Itu Kapitalisme, Yang Ada Globalisasi At... KEBIJAKAN TERHADAP PERUMAHAN RAKYAT MISKIN DI
TANA... Diskusi Menyambut 102 Tahun Kebangkitan Nasional: ... Tutup mulut rapat-rapat, buka mata lebar-lebar, na... KepMen tentang Pedoman Umum Organisasi n Tinggi Pemimpin wanita dan hakum wanita dalam pandangan h... Epistemologi: Islam & Barat Materi Pencemaran Lingkungan Pointer Kuliah: Teori Politik “Negara” Pointer Kuliah : Teori Politik HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA PP 28/1977, PERWAKAFAN TANAH MILIK Simbol dan Simbolisme dalam Ekspresi Keagamaan Psikologi Wanita PSIKOLOGI KELUARGA (FAMILIES PSYCHOLOGY) 10 Dosa Kejaksaan Agung versi LSM Hakikat Menghadap Kiblat Habiburrahman El Shirazy - Dalam Mihrab Cinta. Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El Shirazy - Mahkota_Cinta Cara Membuat Website Sederhana PERAWATAN WSD MATA KULIAH : PPKDM I (SKS : 4) FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR PADA ANAK Manifestasi Klinis dan Penyebaran Polio IMUNISASI PADA ANAK SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS (4
SKS)... Penyakit Tuberculosis (TBC) Sekilas Tentang Filsafat Umum PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT
AD...
Filsafat Umum Contoh Proposal SAFARI PENDIDIKAN 2010 Syariat Islam DEFINISI FIQH Managing Change : a Barrier to TQM Implementation ... Citra Yesus dalam Pandangan Islam Kepemimpinan dalam Agama-agama Ibrahimik Balon Kejutan 6 Tips Trik Mendapatkan Suami Pria Kaya MAKALAH Kemampuan Membaca dan Menulis MAKALAH Kesadaran Hukum dalam Masyarakat Petikan Kata-kata Sang Proklamator Tarawih dalam Pandangan KH. Ali Mustafa Yaqub Ruang-ruang dalam Hermeneutika Wanita Ditakdirkan “Mata Duitan” (Maaf) Apakah Pria dan Wanita Berbeda? PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA Pola Pelatihan Anak Sejak Dini APRIL MOP, TRAGEDI PEMBANTAIAN UMAT ISLAM
SPANYOL Kritik Mimetisme Media di Indonesia; Menggagas Kom... Stigmata Waduh… Piercing Lidah Yang Gila… Jangan Diikutin D... Cara Jitu Cowok Menghadapi Cewek Menangis Karakter Pria Berdasarkan Bulan Lahir 3 Rahasia Kelemahan Cewek Cantik dan Seksi MAKALAH RESUME MATERI PERKULIAHAN METODOLOGI
STUDI... MAKALAH RESUME MATERI PERKULIAHAN METODOLOGI
STUDI... MAKALAH RESUME MATERI PERKULIAHAN METODOLOGI
STUDI... KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
DAN PE...o ► 04/22 - 04/29 (84) o ► 04/15 - 04/22 (49) o ► 04/08 - 04/15 (63) o ► 04/01 - 04/08 (83) o ► 03/25 - 04/01 (42) o ► 03/18 - 03/25 (75) o ► 03/11 - 03/18 (103) o ► 03/04 - 03/11 (66) o ► 02/26 - 03/04 (49) o ► 02/19 - 02/26 (44) o ► 02/12 - 02/19 (47) o ► 02/05 - 02/12 (50) o ► 01/29 - 02/05 (33) o ► 01/22 - 01/29 (51) o ► 01/15 - 01/22 (46) o ► 01/08 - 01/15 (58)
o ► 01/01 - 01/08 (79)
► 2011 (3568)
► 2010 (169)
CBOS
Story's of Edy Buyat
Edy_Buyat
Edy_Buyat DOA MOHON DIBUKAKAN HATI UNTUK BERTAAT DAN MENJAUHI MAKSIAT wp.me/p2ww12-qm 20 hours ago · reply · retweet · favorite
Edy_Buyat DOA SETELAH SHOLAT TAHAJUD wp.me/p2ww12-ql 20 hours ago · reply · retweet · favorite
Edy_Buyat DOA UNTUK KEDUA ORANG TUA wp.me/p2ww12-qg 20 hours ago · reply · retweet · favorite
Edy_Buyat Doa wp.me/s2ww12-doa 20 hours ago · reply · retweet · favorite
Join the conversation
Feedjit
Gabung Yuk
Blogger news
Alexa
Blogroll
Traffick
Total Tayangan
409247
Lorem
Copyright © 2012 EDY HOME'S | Powered by Blogger Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger ThemesMicrosoft Exchange Hosting