bayi tabung sebagai ijtihad islam di indonesia

6
 Keluarga Berencana Sebagai Ijtihad kontemporer di Indonesia  Nama: Muchamat Rifanto (13820067) Bangsa Indonesia merua!an "angsa #ang "esar "ai! segi !e!a#aan sum"er da#a a$am mauun sum"er da#a manusia% ha$ ini ernah tercatat% "angsa Indonesia ter"an#a! endudu! sete$ah &ina dan India artin#a ma'u mundurn#a !ema'uan "angsa sa$ah satun#a ditentu!an o$eh !ua$i tas manus ia aat di!etahui "ah*a se"aga i $em"a ga ter!e ci$ da$am mas#ara!at % !e$ua rga memi$i!i eng aruh #a ng sangat "es ar terhada !e"erhasi $an em"angunan se"uah "angsa +eerti sa$ah satu fungsi !e$uarga se"agai em"entu!an !eturunan atau sum"er da#a manusia #an g "er !ua$ it as a$ am aga ma Is$ am% !e$ uar ga se' aht era di!ena $ da$ am "entu! !e$ uar ga sa!inah ,engertian !e$uarga sa!inah diam"i$ dan "erasa$ dari -$ .ur/an% #ang diahami dari a#ata#at +urat -rRuum% dimana din#ata!an "ah*a tu'uan !e$uarga ada$ah untu! mencaai !etent eraman dan !e"ahag iaan dengan dasar !asih sa#an g ai tu !e$uar ga #ang sa$in g cinta mencintai dan enuh !asih sa#ang% sehingga setia anggota !e$uarga merasa da$am suasana aman% tenteram% tenang dan damai% "ahagia dan se'ahtera menu'u !ehiduan #ang $e"ih "ai! di dunia mauun di a!hirat ,ada ha!i!atn#a% emi!iran orang is$am merua!an hasi$ o$ah i!ir !aum mus$imin #ang di$a!u!an untu! mencari suatu masa$ah #ang dihadain#a a$am emi!iran orang is$am sudah tentu -$.ur/an dan +unnah atau hadits di'adi!an titi! to$a! atau $andasan se!a$igus men'adi!an se"aga i engar aha n !ea rah #an g "ena r "ena r ha #an g har us di! em"ang! an 1  I'ti had #ang men'a di sa$ah satu *ahana unt u! mendaat !an suatu hu!um #ang tida! ada di -$.ur/a n dan -$ha dits a$am arti semit i'tihad ada$ah pencurahan segala kemampuan untuk memperoleh  suatu dari berbagai urusan. a$am arti $uas #ang di!emu!a!an o$eh -h$i shu$ 4ih ada$ah  pengarahan segenap kesanggupan oleh seorang ahli fiqh atau mujtahid untuk memperoleh  pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ 2 . ari !ete nt uan ! et entuan di atas !ita da at mengam"i$ intisari "ah*a i'tihad menun'u!an fungsi ia$ah untu! menge$uar!an (istim"at) hu!um s#ar a/% untu! menge $uar!a n suatu istim"at % seoran g mu't ahid tida! sem"arang menen tu!an hu!um s#ara/ me$ain!an harus mengetahui ermasa$ahanermasa$ahan #ang a!an di i'tihad!an dan ermasa$ah terse"ut tida! ada da$am -$.ur/an dan 5adits a$am !a'ian i$mu fih dan ushu$ fih merua!an sum"er hu!um Is$am#ang !etiga sete$ah -$.ur/an dan 5adits 3 asar hu!um #ang di am"i$ dari -$.ur/an se"agai ato!an "ah*a i'tihat tida! "ertentangan dengan -$.ur/an a$am "u!un#a ,rof r 5 +atria ffendi% M ein% M- #ang "er'udu$ shu$ 4ih tercantum dasar hu!um i'tihad #ang di am"i$ dari -$.ur/an da$am surat anNisa a#at 9% “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah osul !"ya#, dan ulil amri di antara kamu. $emudian kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada 1  Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah,  Jakarta: Logos Publisi ng House, 1995: hlm vii. 2  u!allim "mir #an $us#ani, Ijtihad Suatu Kontroversi Antara Teori dan Fungsi ,  $ og%akarta: &itilan 'lahi Pr ess, 199(: hlm )(*)+. )  u%atno, Dasar-dasar  Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh,  $og%aklarta: "r*ru-- e#ia, 211: hlm 1(5.

Upload: arsad-aufar

Post on 05-Oct-2015

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fiqh dan ushul fiqh

TRANSCRIPT

Keluarga Berencana Sebagai Ijtihad kontemporer di IndonesiaNama: Muchamat Rifanto (13820067)Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa Indonesia terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia. Dapat diketahui bahwa sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Seperti salah satu fungsi keluarga sebagai pembentukan keturunan atau sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam agama Islam, keluarga sejahtera dikenal dalam bentuk keluarga sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Quran, yang dipahami dari ayat-ayat Surat Ar-Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga adalah untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan penuh kasih sayang, sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram, tenang dan damai, bahagia dan sejahtera menuju kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Pada hakikatnya, pemikiran orang islam merupakan hasil olah pikir kaum muslimin yang dilakukan untuk mencari suatu masalah yang dihadapinya. Dalam pemikiran orang islam sudah tentu Al-Quran dan Sunnah atau hadits dijadikan titik tolak atau landasan sekaligus menjadikan sebagai pengarahan kearah yang benar-benar haq yang harus dikembangkan. Ijtihad yang menjadi salah satu wahana untuk mendapatkan suatu hukum yang tidak ada di Al-Quran dan Al-hadits. Dalam arti sempit ijtihad adalah pencurahan segala kemampuan untuk memperoleh suatu dari berbagai urusan. Dalam arti luas yang dikemukakan oleh Ahli Ushul Fiqh adalah pengarahan segenap kesanggupan oleh seorang ahli fiqh atau mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum-hukum syara. Dari ketentuan-ketentuan di atas kita dapat mengambil intisari bahwa ijtihad menunjukan fungsi ialah untuk mengeluarkan (istimbat) hukum syara, untuk mengeluarkan suatu istimbat, seorang mujtahid tidak sembarang menentukan hukum syara melainkan harus mengetahui permasalahan-permasalahan yang akan di ijtihadkan dan permasalah tersebut tidak ada dalam Al-Quran dan Hadits. Dalam kajian ilmu fiqh dan ushul fiqh merupakan sumber hukum Islamyang ketiga setelah Al-Quran dan Hadits. Dasar hukum yang di ambil dari Al-Quran sebagai patokan bahwa ijtihat tidak bertentangan dengan Al-Quran. Dalam bukunya Prof. Dr. H Satria Effendi, M. Zein, M.A yang berjudul Ushul Fiqh tercantum dasar hukum ijtihad yang di ambil dari Al-Quran dalam surat an-Nisa ayat 59, Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rosul (Sunnahnya), jika benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemuadian. Yang demikaian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS: an-Nisa/4:59). Permasalahan-permasalahan yang diangkat menjadi objek ijtihad yaitu permasalahan yang tidak ada didalam Al-Quran dan Hadits. Dalam melakukan ijtihad seorang mujtahid dalam menentukan hukum syara atau melakukan ijtihad harus mempunyai syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh islam, yaitu:

Satu, Menguasai bahasa Arab, Ulama Ushul Fiqh telah bersepakat, bahwa mujtahid disyaratkan harus menguasai bahasa Arab, karena Al-Quran diturunkan sebagai syariat dalam bahasa Arab, demikian juga dengan sunah yang berfungsi sebagai penjelas dari Al-Quran juga tersusun dengan bahasa Arab. Dua, Mengetahui Nasakh dan Mansukh dalam Al-Quran, Para Ulama berpendapat bahwa seorang mujtahid harus mengerti secara mendalam ayat-ayat yang membahas tentang hukum yang terdapat di Al-Quran dan tidak ada keharusan untuk hafal Al-Quran secara keseluruhan, tetapi cukup mengetahui tempat-tempat setiap ayat, sehingga bisa langsung kembali kepada ayat tersebut setiap membutuhkannya. Sedangkan menurut Imam Syafii berpendapat bahwa seorang mujtahid disyaratkan hafal Al-Quran diluar kepala secara keseluruhan dan mengetaui isi kandugannya.Tiga, Mengerti Sunnah (Hadits), Syarat ini sudah disepakati secara bulat oleh para ulama, bahwa seorang mujtahid harus mengerti betul tengtang sunnah, baik hadits qouliyah (perkataan), filiyah (perbuatan), dan taqririyah (ketetapan).Empat, Mengerti letak Ijma dan Khilaf, Dengan menyetahui letak ijma maka seorang mujtahid diharuskan juga mengetauhui ikhtilaf (perbedaan pendapat) yang terjadi di antara fuqaha. Hal ini seorang mujtahid mempunyai pegangan untuk melakukan ijtihad. Dengan demikian mujtahid mampu membeda-bedakan antara pendapat yang shahih dengan pendapat yang tidak shahih, yang kaitanya dekat atau jauhnya dengan sumber Al-Quran dan hadits.Lima, Mengetahui Qiyas, Imam Syafii berpendapat bahwa ijtihad itu adalah Qiyas. oleh sebab itu, saeorang mujtahid harus mengetahui perihal Qiyas yang benar dan harus mengetahui hukum-hukum asal yang diterapkan berdasarkan nash-nash sebagai sumber hukum.Enam, Mengetahui Maksud-Maksud Hukum, Dalam melakukan ijtihad para mujtahid mampu mengetahui inti dari yang di ijtihadkan. Seorang mujtahid harus menciptakan kemaslahatan manusia dalam hasil ijtihadnya.Dalam faktanya jumlah umat Islam di Indonesia jauh lebih besar dibanding jumlah agama selain Islam. Oleh karena itu, muncul masalah baru yang dihadapi umat islam yaitu tentang masalah kependudukan yang pada hakekatnya merupakan masalah umat Islam di Indonesia. Guna menanggulangi kepadatan penduduk, pemerintah Indonesia telah membuat program yang salah satunya adalah keluarga berencana (KB). Dalam kesempatan ini pemakalah akan mengangkat Keluarga Berencana (KB) sebagai tema dalam makalah ini. Dalam makalah ini terdapat sedikit perbedaan tentang keluarga berencana antara salah satu golongan Islam yang ada di Indonesia dengan ketetapan bangsa Indonesia itu sendiri. Dalam masalah keluarga berencana (kb) ada banyak pengertian dari golongan dan ulama.Keluarga berencana (kb) secara umum memiliki arti suatu ikhtiar atau usaha manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga,serta tidak melawan hukum agama, Undang-undang Negara dan moral Pancasila, demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan kesejahteraan bangsa pada umumnya.. Akan tetapi golongan Muhammadiyah melalui Majlis Tarjih dan Tajdid tidak menyetujui pengertian keluarga berencana (kb) secara umum, mereka mempunyai pandangan tersendiri. Hal ini dapat dimaklumi, karena umat Islam pada waktu itu berkeyakinan bahwa mempunyai banyak anak termaksud yang dianjurkan oleh ajaran islam. Lebih dari itu terdapat kenyakinan yang sudah mempengaruhi mereka, bahwa Allah SWT akan memberi rizki kepada setiap makhluk-Nya, dimana dan dalam keadaan bagimanapun ia berada. Karena itu, menurut mereka, mengatur apalagi jumlah anak dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Golongan Muhammadiyah mempunyai dalil Al-Quran yang dijadikan penguat tentang pendapat mereka, dalam Al-Quran Surat Al-Hud ayat 6 yang artinya:Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya

Selain ayat Al-Quran, Muhammadiyah juga mempunyai dalil Al-Hadits yang memperkuat pendapat bahwa Muhammadiyah menolak adanya keluarga berencana (kb), yaitu yang artinya:

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: telah bersabda Rosulullah saw: nikahilah olehmu wanita yang berbakat banyak anak dan yang penyayang. Sesungguhnya aku akan merasa bangga akan banyaknya jumlahmu terhadap para Nabi kelak di hari kiamat. (H.R. Ahmad).

Menurut Muhammadiyah, Hadits yang menganjurkan untuk memperbanyak keturunan itu harus dipahami sebagai anjurnya untuk umat Islam sebagai individu, sehingga setiap individu masih dapat mempertimbangkan situasinya, apakah adanya ada kemampuan untuk melaksanakan anjuran tersebut ataukah tidak. Ada satu pertanyaan yang cocok untuk permasalahan tersebut. bagaimana untuk saat ini? Golongan Muhammadiyah tetap berpendapat, bahwa sekarang pun masih diperlakukan barisan umat Islam seperti dulu. Muhammadiyah juga berpendapat setelah memahami hadits secara kontekstual, bahwa jika sekarang ini umat islam di Indonesia, sudah cukup banyak jumlahnya, maka hadits itu dapat dinyatakan tidak berlaku lagi. Akan tetapi umat Islam tidak lagi dituntut untuk memproduksi keturunan sebanyak-banyaknya, melainkan dituntut untuk membina dan meningkatkan kualitas keturunannya yang telah ada. Muhammadiyah mempunyai nama sendiri untuk memperkecil katurunan, Muhammadiyah menggunakan istilah Keluarga Sejahtera dari pada Keluarga Berencana. Dengan menggunakan istilah Keluarga Sejahtera istilah pertama kelihatannya lebih netral dan terbuka, karena tidak berorientasi kepada kuantitas anak, melainkan kualitas dan kesejahteraan keluarga. Majlis Ulama Indonesia menegaskan dilakukanya program keluarga berencana dikarenakan dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Hal ini Ulama menggunakan ayat yang berkaitan dengan KB untuk memperkuat pendapatnaya. surah / surat : An-Nisaa (4) Ayat : 9

Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Terdapat perbedaan antara golongan Muhammadiyah dengan pendapat para ulama. Ulama berpendapat dalam melakukan program KB menggunakan alat kontrasepsi yaitu (Pil, Suntik, Susuk KB, AKDR alat kontrasepsi dalam rahim, Sterilisasi dan Kondom), sedangkan Muhammadiyah menggunakan beberapa alternatif pengaturan kehamilan seperti (Azl atau Coitus Interuptus, Menggunakan IUD, Sterilisasi, Abortus).

Sedangkan para sebagian ulama bahwa keluaraga berencana diperbolehkan, seperti ulama: Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut. Ulama tersebut memperbolehkan mengikuti program keluarga berencana dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Ulama yang memperbolehkan program keluarga berencana karena memiliki trik atau cara mencegah kehamilan yang diperbolehkan oleh syara antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Selain ulama yang memperbolehkan ada para ulama yang melarang diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu Ala al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka. Adapula alasan sebagian ulama yang melarang atau menolak dengan program keluarga berencana, alasannya antara lain:

a) KB sama dengan pembunuhan bayi. b) KB merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan fitrah.c) KB mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan Tuhan.d) KB berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam memperbanyak jumlahnya.e) KB akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi sosial.f) KB adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-negara yang berkembang.g) KB dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya takut mengalami kesulitan ekonomi dan susah mendidik anak.

Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan KB. Majelis Ulama Indonesia dan Nahdatul ulama menjelaskan, bahwa ajaran islam membenarkan Keluarga Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan sholeh.

Akhir dari pemakalah bahwa suatu permasalahan yang tidak ada dalam Al-Quran dan Hadits maka akan dibahas atau dicari hukumnya menurut landasan Islam. Walaupun antara golongan satu dengan golongan lain berbeda pendapat maka lembaga MUI akan mengeluarkan hukum berdasarkan situasi atau keadaan bangsa Indonesia. Ijtihad adalah pengarahan segenap kesanggupan oleh seorang ahli fiqh atau mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum-hukum syara. Oleh karena itu, suatu permasalahan-permasalahan yang timbul di Indonesia akan di diskusikan melalui ijtihad untuk ditemukan hukum. Salah satu permasalahan yang di hadapi umat islam di Indonesia adalah keluarga berencana (kb), keluarga berencana adalah suatu ikhtiar atau usaha manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga,serta tidak melawan hukum agama, Undang-undang Negara dan moral Pancasila, demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan kesejahteraan bangsa pada umumnya. KB menjadi masalah di Indonesia karena belum mempunyai hukum syara, apakah boleh di lakukan dan apakah tidak boleh dilakukaan. Banyak pendapat yang berbeda dikalangan ulama islam bahkan golongan islam. Dalam analisnya terdapat sebagian ulama dan Muhammadiyan melalui Majlis Tarjih dan Tajdid berpendapat bahwa keluarga berencana tidak diperbolehkan dengan alasan tertentu dan menurut sebagian ulama dan Nahdatul Ulama memperbolehkan adanya program keluarga berencana dengan alasan tertentu.

Dengan beberapa keterangan yang ada, pemakalah dapat menyimpulakan bahwa hukum keluarga berencana diperbolehkan seperti pendapat sebagian ulama dan NU. Dengan banyaknya pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan diperbolehkan oleh islam dengan melihat kondisi saat ini dan dengan beresiko tinggi terhadap keluarga maka keluarga berencana diperbolehkan.Daftar PustakaDjamil, Fathurrahman. 1995. Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta. Logos Publising House.Mualliam, Amir dan Yusdani. 1997. Ijtihad Suatu Kontroversi antara teori dan fungsi. Yogyakarta. Titian Ilahi Press.

Suyatno. 2011. Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Yogyakarta. Ar-ruzz Media.Rosyadi, A Rahmat dan Soeroso Dasar. 1986. Keluarga Berencana Ditinjau Dari Hukum Islam. Bandung. PUSTAKA- Perpustakaan Salman Institusi Teknologi Bandung.Zahrah, Muhammad Abu. 1994. Ushul Fiqh. Jakarta. PT Pustaka Firdaus.

Effandi Satria. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta. Kencana. Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos Publising House, 1995: hlm vii.

Muallim Amir dan Yusdani, Ijtihad Suatu Kontroversi Antara Teori dan Fungsi, Yogyakarta: Titilan Ilahi Press, 1997: hlm 37-38.

Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Yogyaklarta: Ar-ruzz Media, 2011: hlm 175.

Satria Effendi. Ushul Fiqh, Jakarta, Kencana: 2009: hlm 247.

Muhammad Abu Zahra, Ushul Figh, Jakarta, PT Pustaka Firdaus: 1994: hlm 568.

Muhammad Abu Zahra, Ushul Figh, Jakarta, PT Pustaka Firdaus: 1994: hlm 568-575.

A. Rahamad Rosyadi dan Soeroso Dasar, keluarga Berencana Ditinjau Dari Hukum Islam, Bandung: PUSTAKA Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung, 1986: hlm 12.

Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos Publising House, 1995: hlm 81.

Ibid, hlm 82.

Ibid, hlm 83.

Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos Publising House, 1995: hlm 84.

A. Rahamad Rosyadi dan Soeroso Dasar, keluarga Berencana Ditinjau Dari Hukum Islam, Bandung: PUSTAKA Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung, 1986: hlm 16.

Fathurrahman Djamil, , Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos Publising House, 1995: hlm 88.