batubara print.docx

6
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI TUGAS GEOLOGI BATUBARA “LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA” OLEH HIKMA ASRI SEKARSARI F1G112027

Upload: hikma-asri-sekarsari

Post on 15-Apr-2016

42 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: batubara print.docx

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOLOGI BATUBARA

“LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA”

OLEH

HIKMA ASRI SEKARSARIF1G112027

KENDARI

2015

Page 2: batubara print.docx

LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA

1. Braid Plain

Merupakan dataran aluvial yang terdapat diantara pegunungan, dimana

terendapkan sedimen berukuran kasar (> 2 mm). Batubara yang terbentuk pada

daerah ini merupakan hasil diagenesa gambut ombrogenik yang mempunyai

penyebaran lateral terbatas dengan ketebalan rata-rata 1,5 m.

Kandungan abu, total sulfur dan vitrinitnya umumnya rendah, sementara pada

daerah tropis kandungan vitrinit umumnya tinggi. Pada bagian tengah lahan gambut

umumnya kaya maseralinertinit (28%) karena suplai nutrisi yang terbatas. Kandungan

inertinit (khususnya semi fusinit) yang sangat besar menyebabkan nilai TPI relative

tinggi yang sekaligus menunjukan bahwa tumbuhan asalnya didominasi oleh bahan

kayu. Sementara itu nilai GI yang rendah dan warna batubara yang buram dapat

menunjukan bahwa secara periodic permukaan gambut mengalami kekeringan dan

proses oksidasi. Kandungan abu yang kadang ditemukan cukup tinggi (± 20%),

kemungkinan dapat berasal dari banjir musiman dan keluarnya air dari tanah

kepermukaan.

2. Alluvial Valley dan Upper Delta Plain

Kedua lingkungan ini sulit dibedakan karena adanya kesamaan litofasies dan sifat

batubara yang terbentuk sehingga pembahasan dapat disatukan. Lingkungan ini

merupakan transisi dari lembah dan dataran alluvial dengan dataran delta, umumnya

melalui sungai berstadium dewasa yang memiliki banyak meander. Lapisan batubara

umumnya memiliki ketebalan bervariasi dan endapan sedimen terutama terdiri atas

perselingan batupasir dan lanau/lempung.

Gambut dapat terakumulasi pada berbagai morfologi seperti rawa, dataran dan

cekungan banjir, bagian luar saluran sungai dan lain-lain. Permukaan cenderung

selalu basah dan jarang mengalami periode kemarau sehingga menghasilkan endapan

batubara yang mengkilap dengan nilai TPI dan GI relative tinggi serta didominasi

oleh maseral telovitrinit/humotelitin dan secara kualiatas memiliki kandungan abu

dan sulfur yang rendah disbanding batubara pada lingkungan lain

3. Lower Delta Plain

Lingkungan ini dibedakan dengan upper delta plain dari tingkat pengaruh pasang air

laut terhadap sedimentasi, dimana batas antara keduanya adalah pada daerah batas

tertinggi dari air pasang. Endapan sedimen pada lower delta plain terutama dari

Page 3: batubara print.docx

batulanau, batu lempung dan serpih yang diselingi oleh batupasir halus.

Pada saat pasang naik air laut akan membawa nutrisi kedalam rawa gambut

sehingga memungkinkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, namun di sisi lain

dengan naiknya batas pasang maka akan terendapkan sedimen klasitik halus yang

akan menjadi pengotor dalam batubara.

Disamping itu, pengaruh laut akan meningkatkan kandungan pirit dalam batubara

yang terbentuk dari reduksi sulfat yang terdapat dalam air laut. Menurut Horne dan Ferm

(1978), batubara yang terendapkan dalam lingkungan ini memiliki penyebaran luas tetapi

ketebalan tipis, batubaranya memiliki kandungan inertinit yang rendah dengan nilai GI

yang tinggi. Kandungan vitrinit/huminitnya terutama didominasi oleh

detrovitrinit/humotellinit sehingga nilai TPInya relative rendah. Hal ini menunjukan

tingginya proporsi tumbuhan dengan jaringan lunak (soft–tissued plant) dan bio

degredasi pada kondisi pH yang relative tinggi

4. Barrier Beach

Pada lingkungan ini, morfologi garis pantai dikontrol oleh rasio suplai sedimen

dengan daerah pantai, yaitu gelombang pasang dan arus. Jika nilai rasio tinggi maka

akan terbentuk delta, namun jika nilai rasio rendah maka sedimentasi akan

terdistribusi di sepanjang pantai.

Rawa gambut pada barrier beach memiliki permukaan yang relative lebih rendah

terhadap muka air laut sehingga sering kebanjiran dan ditumbuhi alang-alang.

Gambut yang akan terakumulasi di suatu tempat jika fluktuasi air pasang tidak tinggi

sehingga timbunan material gambut tidak berpindah tempat. Dengan demikian rawa

gambut pada lingkungan ini sangat dipengaruhi oleh regresi dan trangresi air laut.

5. Estuary

Estuarin, lagun dan teluk: pada lingkungan ini terjadi deposisi sedimen klastik

dan material organic dari marsh/swamp (paya/rawa) di sekitarnya serta kontribusi

alga insitu. Pembentukan gambut terutama terjadi pada pinggir danau, sedangkan

pada posisi yang lebih dalam terbentuk lumpur organic oleh karena minimnya

sirkulasi air.

Diesel (1992) mengelompokan berbagai kondisi akumulasi gambut menjadi

lima kategori berdasarkan penelitian terhadap batubara humik bituminous (gambar 1).

Kelima kategori tersebut dibedakan berdasarkan factor kelembaban, konsentrasi ion

hidrogen (pH), suplai makanan dan aktifitas bakteri. Tiga kategori diantaranya adalah

Page 4: batubara print.docx

tipe topogenik mires (rawa gambut topogenik) yang terbagi atas: high water table

dangan kondisi asam, high water table dengan kondisi netral serta variable water

table dan dua lainya adalah rawa gambut ombrogenik yang dibagi atas: continu usly

wet dan intermitenly dry.

Pada kategori high watertable dibedakan menjadi asam dan netral. Perbedaan

utama antara kedua kondisi tersebut adalah terletak pada konsentrasi ion hidrogennya,

dimana pada kolom 1 yang konsentrasinya rendah merupakan lingkungan air tawar

(flood basin) dan kolom 2 yang konsentrasinya lebih tinggi merupakan lingkungan

payau dan laut. Kategori variable water table adalah lingkungan air tawar namun

dengan muka air tanah berubah-ubah, seperti pada dataran banjir yang terkadang

kering pada masa tertentu. Adanya kecenderungan dalam kondisi tergenang pada

ketiga kategori ini menyebabkan suplai makanan tersedia cukup banyak (eutrophy).

Kategori continuosly wet dan intermedietly dry merupakan tipe rawa gambut

yang tumbuh berkembang karena suplai air yang berasal dari curah hujan yang sangat

tinggi (iklim tropis), hanya pada interemidietly dry sering mengalami perubahan

musim, terkandung di dalam musim kering. Gambut yang terendapkan pada

lingkungan bog-ombrotopic terbentuk dalam kondisi asam dengan suplai makanan

yang rendah (oligotropi).

Gambar 1.Sketsa lingkungan pengendapan dan kondisi akumulasi gambut (Diessel, 1992)