batang sintok

73
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI AKTIF KULIT BATANG SINTOK (Cinnamomum sintoc Blume) SKRIPSI ANNISA ALFIRA NIM. 1110102000069 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2014

Upload: miftahulafwansyah10

Post on 13-Dec-2015

106 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: Batang Sintok

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN

FRAKSI AKTIF KULIT BATANG SINTOK

(Cinnamomum sintoc Blume)

SKRIPSI

ANNISA ALFIRA

NIM. 1110102000069

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER 2014

Page 2: Batang Sintok

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN

FRAKSI AKTIF KULIT BATANG SINTOK

(Cinnamomum sintoc Blume)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ANNISA ALFIRA

NIM. 1110102000069

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER 2014

Page 3: Batang Sintok

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Annisa Alfira

NIM : 1110102000069

Tanda Tangan :

Tanggal : 26 September 2014

Page 4: Batang Sintok

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Annisa Alfira

Nim : 1110102000069

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul : UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN

FRAKSI AKTIF KULIT BATANG SINTOK

(Cinnamomum sintoc Blume)

Menyetujui:

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt

Pembimbing 1

Eka Putri, M.Si., Apt.

NIP. 19790517200912202

Pembimbing 2

Arief Heru Prianto, M.Si.

NIP. 197805032003121002

Page 5: Batang Sintok

iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Annisa Alfira

NIM : 1110102000069

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Aktifitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Aktif Kulit

Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Blume)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Eka Putri, M.Si., Apt. ( )

Pembimbing II : Arief Heru Prianto, M.Si. ( )

Penguji I : Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt. ( )

Penguji II : Yardi, M.Si., Ph.D., Apt. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 26 September 2014

Page 6: Batang Sintok

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Annisa Alfira

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul : Uji Aktifitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Aktif Kulit

Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Blume)

Sintok (Cinnamomum sintoc Blume) merupakan salah satu tanaman obat yang

tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Secara ilmu kemotaksonomi diduga

sintok memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi aktif kulit batang Cinnamomum sintoc

Blume menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-pikril-hidrazil) dan vitamin

C sebagai pembanding. Kulit batang Cinnamomum sintoc Blume diekstraksi

dengan cara maserasi bertingkat meggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan

metanol. Ekstrak metanol menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi dengan

nilai IC50 12,037 μg/ml (Antioxidant Activity Index (AAI): 3,32). Ekstrak metanol

difraksinasi lebih lanjut, sehingga didapatkan fraksi A dengan nilai IC50 6,202

μg/ml (AAI: 6,5).

Kata kunci: Cinnamomum sintoc Blume, antioksidan, metode DPPH, IC50, AAI

(Antioxidant Activity Index).

Page 7: Batang Sintok

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Annisa Alfira

Program Study : Strata-1 Farmasi

Title : Antioxidant Activity Test From Extracts and The Active

Fractions Of Sintoc (Cinnamomum sintoc. Blume) Bark

Sintok (Cinnamomum sintoc Blume) is a plant used as medicine that spread out in

Kalimantan, Sumatera and Jawa. In chemotaxonomy, sintok is predicted to have

antioxidant activity. This study aims to determine the antioxidant activity from

extracts and the active fraction of Cinnamomum sintoc bark using DPPH

(1,1-diphenyl-2-pikril-hidrazil) and vitamin C as a comparison. Extraction was

made by maseration using different solvents with increasing polarity

n-hexane, etyl acetate and methanol. Methanol extract showed the highest

antioxidant activity with IC50 value 12,037 μg/ml (AAI: 3,32). Methanol extract

was fractinated. The result showed that fraction A has IC50 value 6,202 μg/ml

(AAI: 6,5).

Keyword : Cinnamomum sintoc Blume, antioxidant, DPPH method, IC50, AAI

(Antioxidant Activity Index).

Page 8: Batang Sintok

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

رحمن الرحيمبسم هللا ال

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji dan syukur kita panjatkan

kehadiran Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, smoga kita

selalu berpegang teguh pada sunnahnya. Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Aktif Cinnamomum sintoc Blume” disusun

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi di Program

Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penelitian dan penulisan skrisp ini

tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Eka Putri, M.Si, Apt dan Bapak Arief Heru Prianto, M.Si selaku

pembimbing selama penelitian.

2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc,. selaku Kepala Program Studi Farmasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt., selaku sekretaris Program Studi Farmasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu/Bapak Dosen Farmasi yang telah mengajari penulis ilmu kefarmasian

dan staf akademika Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Papa Drs. Alfinus, M.Sc dan Mama Lira

Virgonita, Amd yang telah memberikan kasih sayang dan do’a yang tiada

henti serta bimbingan, dukungan baik moral maupun materil.

Page 9: Batang Sintok

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Adik-adikku tersayang, Hanifa Alfira, Muhammad Ikhsan, Aidil Rahman

dan Ahmad Fikri Assidik yang selalu memberikan dukungan, semangat,

do’a dan kasih sayang.

8. Para Staf Peneliti di Puslit Biomaterial LIPI, Cibinong, Bogor khususnya

Pak Dedi yang telah membantu selama penelitian.

9. Para Staf Laboran: Mba Rani, Kak Rahmadi, Ka Eris, Ka Lisna, Ka Liken,

dan Ka Tiwi yang telah membantu selama praktikum maupun penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan selama penelitian di Biomaterial LIPI, Zakiya

Kamila Muhamad dan Kurnia Anisah yang selalu membantu disaat sedang

dibutuhkan.

11. Sahabat “6 Icon”, Annisa Fitriana, Istiqomatunnisa, Julia Anggraini, Sri

Wahyuni Lestari dan Yusna Fadliyyah Aprianti yang telah membantu,

mendukung dan selalu ada disaat senang maupun sedih.

12. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i Farmasi “Andalusia 2010” yang

telah memberikan segala bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan

masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu

diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.

Jakarta, September 2014

Penulis

Page 10: Batang Sintok

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Annisa Alfira

NIM : 1110102000069

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI AKTIF

KULIT BATANG SINTOK (Cinnamomum sintoc Blume)

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 26 September 2014

Yang menyatakan,

Annisa Alfira

Page 11: Batang Sintok

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI......................................................... iv

ABSTRAK......................................................................................................... v

ABSTRACT...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3

1.4 Hipotesis.................................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4

2.1 Cinnamomum sintoc Blume..................................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi........................................................................................ 4

2.1.2 Nama Lain........................................................................................ 4

2.1.3 Deskripsi.......................................................................................... 4

2.1.4 Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologis....................................... 5

2.1.5 Distribusi dan Habitat...................................................................... 5

2.2 Simplisia.................................................................................................. 5

2.3 Ekstrak dan Ekstraksi.............................................................................. 6

2.3.1 Metode Ekstraksi............................................................................. 7

2.4. Radikal Bebas......................................................................................... 8

2.5 Antioksidan.............................................................................................. 9

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH................................... 11

2.7 Spektrofotometer UV-Vis........................................................................ 12

2.8 Kromatografi Lapis Kertas...................................................................... 13

2.9 Kromatografi Kolom............................................................................... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 17

3.1 Temapat dan Waktu Penelitian................................................................ 17

3.2 Alat dan Bahan........................................................................................ 17

3.2.1 Alat................................................................................................... 17

3.2.2 Bahan Baku Penelitian..................................................................... 17

3.2.3 Bahan Kimia.................................................................................... 17

3.3 Prosedur Penelitian.................................................................................. 18

3.3.1 Pembuatan Simplisia........................................................................ 18

3.3.2 Pembuatan Ekstrak........................................................................... 18

3.3.3 Penapisan Fitokimia Ekstrak............................................................ 19

3.3.4 Uji Karakteristik............................................................................... 20

3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kualitatif.................................... 21

Page 12: Batang Sintok

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6 Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kuantitatif dengan Metode

DPPH...............................................................................................

22

3.3.6.1 Pembuatan Larutan DPPH....................................................... 22

3.3.6.2 Optimasi Panjang Gelombang DPPH...................................... 22

3.3.6.3 Pembuatan Larutan Blanko...................................................... 22

3.3.6.4 Pembuatan Larutan Vitamin C sebagai Pembanding............... 22

3.3.6.5 Pembuatan Larutan Ekstrak Cinnamomum sintoc Blume........ 23

3.3.6.6 Penentuan Persen Inhibisi, Nilai IC50 (Inhibitory

Concentration) dan AAI (Antioxidant Activity Index).............

23

3.3.7 Fraksinasi Ekstrak dengan Aktivitas Antioksidan Tertinggi........... 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 25

4.1 Hasil......................................................................................................... 25

4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman............................................................. 25

4.1.2 Penyediaan Bahan............................................................................ 25

4.1.3 Pembuatan Ekstrak........................................................................... 25

4.1.4 Penapisan Fitokimia Ekstrak............................................................ 26

4.1.5 Karakteristik Ekstrak............................................................ 26

4.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Secara Kualitatif....................... 26

4.1.7 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Secara Kuantitatif dengan

Metode DPPH..................................................................................

27

4.1.7.1 Penentuan Panjang Gelombang DPPH.................................... 27

4.1.7.2 Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concertration) dan AAI

(Antioxidant Activity Index)......................................................

27

4.1.8 Fraksinasi Ekstrak dengan Aktivitas Antioksidan Tertinggi........... 28

4.1.9 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Secara Kualitatif......................... 29

4.1.10 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Secara Kuantitatif..................... 29

4.1.10.1 Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concertration) dan AAI

(Antioxidant Activity Index)...................................................

29

4.2 Pembahasan............................................................................................. 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 36

5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 36

5.2 Saran........................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 37

Page 13: Batang Sintok

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Sampel...................................................................................... 25

Tabel 4.2 Data Ekstrak Kulit Batang Cinnamomum sintoc Blume................... 25

Tabel 4.3 Data Karakteristik Ekstrak Kulit Batang C. Sintoc Blume............... 26

Tabel 4.4 Data Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Batang C. Sintoc Blume... 26

Tabel 4.5 Nilai IC50 dan AAI............................................................................. 27

Tabel 4.6 Data Penggabungan Fraksi................................................................ 28

Tabel 4.7 Nilai IC50 dan AAI Fraksi Ektrak Metanol........................................

29

Page 14: Batang Sintok

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cinnamomum sintoc Blume.......................................................... 4

Gambar 2.2 Mekanisme peredaman radikal bebas oleh DPPH......................... 11

Gambar 4.1 Grafik Hubungan % Inhibisi dengan Konsentrasi Ekstrak........... 28

Gambar 4.2 Grafik Hubungan % Inhibisi dengan Konsentrasi Fraksi.............. 30

Page 15: Batang Sintok

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Konsep.......................................................................... 42

Lampiran 2. Alur Penelitian.............................................................................. 43

Lampiran 3. Fraksinasi Ekstrak Metanol.......................................................... 44

Lampiran 4. Determinasi Cinnamomum sintoc Blume..................................... 45

Lampiran 5. CoA Asam Askorbat..................................................................... 46

Lampiran 6. CoA DPPH.................................................................................... 48

Lampiran 7. Kulit Batang Cinnamomum sintoc Blume.................................... 49

Lampiran 8. Perhitungan Rendemen Ekstrak.................................................... 50

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Air Simplisia.................................................. 50

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak................................................. 50

Lampiran 11. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak n-Heksan............................. 51

Lampiran 12. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat........................... 52

Lampiran 13. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Metanol............................... 53

Lampiran 14. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak n-Heksan dan Etil Asetat..... 54

Lampiran 15. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Metanol................................ 54

Lampiran 16. Perhitungan Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM........................ 55

Lampiran 17. Panjang Gelombang Maksimum DPPH 0,1 mM........................ 55

Lampiran 18. Perhitungan Nilai IC50................................................................ 56

Lampiran 19. Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)................... 56

Lampiran 20. Kromatografi Lapis Tipis Fraksi Metanol.................................. 57

Lampiran 21. Alat............................................................................................. 58

Page 16: Batang Sintok

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan tanaman sebagai salah

satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Hal ini dapat memberikan

kesempatan untuk mengkaji jenis-jenis tanaman obat dan meneliti secara ilmiah.

Peningkatan pemanfaatan bahan alam sebagai obat memberikan dampak positif

bagi perkembangan industri obat tradisional. Penggunaan obat tradisional secara

umum dinilai lebih aman dari pada obat modern (Lusia, 2006). Hal ini disebabkan

karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dan harga

yang lebih terjangkau dibandingkan obat modern (Pratiwi, et al., 2013).

Ekplorasi bahan alam sebagai obat yang mempunyai aktivitas antioksidan

menjadi salah satu target para peneliti, setelah adanya kekhawatiran masyarakat

terhadap efek samping antioksidan sintetik sehingga menjadikan antioksidan

alami sebagai alternatif. Penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena

ternyata dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa antioksidan sintetik

seperti BHT (Butylated Hydroxy Toluena) ternyata dapat meracuni binatang

percobaan dan bersifat karsinogenik (Zuhra, et al., 2008).

Senyawa antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda,

memperlambat, dan mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang disebabkan oleh

radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan biomolekul seperti

DNA, protein, dan lipoprotein didalam tubuh yang akhirnya dapat memicu

terjadinya penyakit dan penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif seperti kanker,

jantung, artritis, diabetes, dan liver timbul disebabkan karena senyawa antioksidan

yang ada dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal

bebas (Soeksmanto, 2007).

Senyawa antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat

menyumbangkan satu atau lebih elektron (electron donor) kepada radikal bebas,

sehingga reaksi radikal bebas tersebut dapat terhambat (Tursiman, et al., 2012).

Radikal bebas merupakan atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron

tidak berpasangan pada orbital luarnya (Pratiwi, et al., 2013).

Page 17: Batang Sintok

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tubuh memerlukan suatu antioksidan yang dapat membantu melindungi

tubuh dari serangan radikal bebas. Resiko penyakit kronis akibat senyawa radikal

bebas dapat dikurangi dengan memanfaatkan peran senyawa antioksidan seperti

vitamin C, vitamin E, vitamin A, karoten, asam-asam fenol, polifenol dan

flavonoid (Prakash, 2001., Okawa, et al., 2001). Senyawa yang mempunyai

potensi sebagai antioksidan alami umumnya merupakan senyawa fenolik yang

dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan

asam organik polifungsional (Isnindar, et al., 2011). Golongan flavonoid

menunjukkan berbagai aktivitas biologis, termasuk antikarsinogenik,

antiinflamasi, antiradikal, dan antioksidan (Okawa, et al.,2001).

Sintok (Cinnamomum sintoc Blume) merupakan salah satu tanaman dari

famili Lauraceae yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tanaman ini tersebar di

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa, dan Sumatera. Kulit batang

digunakan sebagai pengobatan untuk diare, gangguan usus dan penyembuhan

luka. Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa destilasi air minyak atsiri kulit

batang Cinnamomum sintoc yang dianalisa menggunakan GC dan GCMS

menghasilkan 36 senyawa yang merupakan 92% minyak atsiri. Eugenol (38.38%),

myristicin (13.54%) dan safrole (10.17%) merupakan komponen utama dari

minyak atsiri kulit batang sintok (Yoppi, 2008). Menurut penelitian Pramod

(2010), secara in vitro menunjukkan bahwa senyawa eugenol sebagai antioksidan

mempunyai potensi yang baik dalam pengobatan penyakit parkinson maupun

penyakit cardiac hyperthropy (sejenis penyakit jantung) (Towaha, 2012).

Informasi dan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada kulit batang sintok

masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan penelitian, ekstrak etanol daun dan kulit Cinnamomum cassia

memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan nilai IC50 masing-masing sebesar

0.208 mg/mL dan 0.072 mg/mL (Yang, et al., 2012). Daun dan kulit batang

Cinnamomum zeylanicum memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan, dan

ekstrak air daun Cinnamomum osmophloeum memiliki aktivitas sebagai

antioksidan (Wu, et al., 2013).

Page 18: Batang Sintok

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cinnamomum sintoc mempunyai genus yang sama dengan C.cassia,

C.zeynalicum, dan C.osmophloeum, maka secara ilmu kemotaksonomi dapat

diperkirakan kulit batang sintok mempunyai kandungan senyawa dan fungsi yang

sama, khususnya sebagai antioksidan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan pengujian aktivitas

antioksidan pada bagian kulit batang Cinnamomum sintoc Blume menggunakan

metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode DPPH digunakan karena

hanya memerlukan sedikit sampel, sederhana, mudah, cepat, dan peka

(Purwaningsih, 2013). Uji aktivitas kulit batang sintok sebagai antioksidan

diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Ditinjau dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ekstrak kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc Blume) memiliki

aktivitas sebagai antioksidan?

2. Pada fase ekstrak manakah yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi?

3. Pada fraksi manakah yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak kulit batang

sintok sebagai antioksidan, dan mengetahui fase ekstrak dan fraksi yang memiliki

aktivitas antioksidan yang tertinggi.

1.4 Hipotesis

Bagian kulit batang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah

kepada masyarakat tentang khasiat dari kulit batang sintok sebagai antioksidan

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan ilmu pengetahuan masyarakat

tentang khasiat dari sintok.

Page 19: Batang Sintok

4 Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cinnamomum sintoc Blume

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyte

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum sintoc Blume

(Sumber: www.plantmore.com)

2.1.2 Nama Lain

Cinnamomum sintoc memiliki beberapa nama lain, seperti huru sintok

(Jawa), wuru sintok (Sunda), madang sangit atau madang lawang (Sumatera),

medang teja lawang (Malaysia) dan luk kha (Thailand) (www.globinmed.com).

2.1.3 Deskripsi

Cinnamomum sintoc mempunyai tinggi 27 m, dengan diameter 30 cm,

kulit kayu halus berwarna coklat terang sedangkan bagian dalamnya berwarna

coklat kemerahan dan memiliki bau seperti buah pala. Ranting kokoh, berbentuk

silinder dengan diameter 1,5 – 2,5 mm, tidak berbulu, kering dan kehitaman.

Daun opposite atau subopposite, kering kecoklatan, tidak berbulu, berbentuk

ellips sampai ovatus – ellips, dengan ujung daun lancip. Buahnya berbentuk

ellipsoid atau obovoid. (Soh Wuu - Kuang, 2011).

Gambar 2.1 Cinnamomum sintoc Blume.

[Sumber: Koleksi pribadi, Kebon Raya Bogor, 12-02-14]

Page 20: Batang Sintok

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4 Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologis

Secara ilmiah kulit batang sintok digunakan sebagai antimikroba,

antiinflamasi, dan analgetik. Secara empiris, kulit Cinnamomum sintoc umumnya

dimanfaatkan sebagai obat untuk diare, gangguan usus dan serbuk nya

dimanfaatkan untuk mengobati luka (Soh Wuu - Kuang, 2011).

2.1.5 Distribusi dan Habitat

Cinnamomum sintoc terdistribusi di Sarawak (wilayah Lundu),

Kalimantan barat dan Kalimantan timur. Spesies ini juga terdistribusi di Sumatera,

Semenanjung Malaysia dan Jawa. Habitat dari C.sintoc adalah di hutan

dipterokarpa dengan tanah berpasir (Soh Wuu - Kuang, 2011).

2.2 Simplisia (Depkes RI, 1995)

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan sumbernya, simplisia dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu

dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara

tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat

kimia murni.

3. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral)

yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana atau belum

berupa zat kimia murni.

Page 21: Batang Sintok

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung

(Depkes RI, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Depkes RI, 1995).

Menurut Farmakope Indonesia edisi III terdiri dari tiga macam ekstrak yaitu :

1. Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam

masih mengandung larutan penyari.

2. Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan,

dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair

pada suhu kamar.

3. Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan

dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai konsistensi padat

(berwujud kering).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Biasanya

operasi ini menggunakan pelarut untuk mengekstraksi (Depkes RI, 2000).

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke

dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahuinya

senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia akan mempermudah pemilihan

pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.

Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh

pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus.

Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap oleh

pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Depkes RI, 2000).

Page 22: Batang Sintok

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.1 Metode Ekstraksi

1. Ekstraksi menggunakan cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian senyawa dari simplisia tumbuhan

cara dingin dengan menggunakan metode perendeman. Cara kerjanya

adalah sampel yang telah dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu

direndam dalam suatu bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya

matahari langsung selama lebih kurang 1-2 hari. Perendaman biasanya

dilakukan sebanyak 2 kali perulangan, dimaksudkan agar proses

perendaman dapat menyari kandungan kimia tumbuhan dengan sempurna.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature yang

selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000). Perkolasi ini

dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut sebagai perkolator. Cara

ekstraksi dengan metode perkolasi dilakukan dengan mengalirkan cairan

pelarut organik pada sampel yang sebelumnya telah dibasahi. Prinsip dari

metode perkolasi adalah pelarut yang telah jenuh yang berada didalam

perkolator akan digantikan oleh pelarut yang lebih baru dan segar.

2. Ekstraksi menggunakan cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative

konstan dengan adanya pendinginan baik (Depkes RI, 2000). Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali

sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Sokletasi

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan pendingin balik

(Depkes RI, 2000). Pelarut yang digunakan berada pada labu yang terletak

terpisah dari sampel.

Page 23: Batang Sintok

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 400-50

0C (Depkes RI, 2000).

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih), temperatur terukur

96o-98

oC selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000).

e. Dekokta

Dekokta adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

3. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa

tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel

secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap

campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air

bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah

sebagian.

2.4 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang mempunyai 1 atau

lebih elektron tidak berpasangan. Radikal ini dapat berasal dari atom hidrogen,

molekul oksigen, atau ion logam transisi. Senyawa radikal bebas sangat reaktif

dan selalu berusaha mencari pasangan elektron agar kondisinya stabil. Radikal

dapat terbentuk secara endogen dan eksogen. Radikal endogen terbentuk dalam

tubuh melalui proses metabolisme normal di dalam tubuh. Sementara radikal

eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuh melalui

pernafasan, pencernaan, dan penyerapan kulit.

Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya,

memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos

pembuluh darah serta organ-organ dalam. Sementara dalam jumlah berlebih

Page 24: Batang Sintok

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengakibatkan stress oksidatif. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan

oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan, hingga ke organ tubuh. Oksigen reaktif

dapat merugikan molekul dalam sel, sehingga dapat menghancurkan membran sel,

asam nukleat dan protein. Peristiwa ini dapat mempercepat terjadinya proses

penuaan dan munculnya penyakit lain seperti penyakit jantung dan kanker

(Jacinto, et al., 2011).

Salah satu senyawa yang berhubungan dengan radikal bebas adalah

oksigen. Oksigen sangat berperan dalam berbagai reaksi biokimia tubuh. Namun,

oksigen merupakan awal terbentuknya radikal bebas yaitu Reactive Oxigen

Species (ROS). Beberapa ROS yang dapat merugikan tubuh, yaitu anion

superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), hidrogen peroksida (H2O2), oksigen

tunggal (1O2) dan lain lain (Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E., 2001).

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas

yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel,

pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit

(Oeinitan, 2013). Antioksidan dibutuhkan untuk menunda atau menghambat

reaksi oksidasi oleh radikal bebas atau menetralkan dan menghancurkan radikal

bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan biomolekul seperti DNA,

protein, dan lipoprotein didalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya

penyakit dan penyakit degeneratif.

Antioksidan dapat mengurangi resiko penyakit kronik seperti kanker dan

penyakit jantung. Sumber primer yang mengandung antioksidan adalah gandum,

buah-buahan dan sayur-sayuran. Sumber makanan yang mengandung vitamin C,

vitamin E, karoten, asam fenolat, phytate,dan pitoestrogen dapat mengurangi

resiko penyakit (Prakash, 2001). Senyawa antioksidan seperti asam fenolat,

polifenol, dan flavonoid dapat menangkap radikal bebas seperti peroksida,

hidroperoksida atau lipid peroxyl dan dapat menghambat mekanisme oksidatif

yang merupakan penyebab penyakit-penyakit degeneratif (Miller, 2000).

Page 25: Batang Sintok

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penggolongan antioksidan:

1. Berdasarkan Mekanisme Kerja

a. Antioksidan primer adalah antioksidan yang bekerja dengan mencegah

reaksi berantai pembentukan radikal bebas dengan mengubahnya

menjadi senyawa yang tidak reaktif atau stabil. Antioksidan ini

berperan sebagai donor hidrogen atau dapat juga sebagai ekseptor

elektron. Contohnya adalah BHT (butylated hidroxy toluene).

b. Antioksidan sekunder adalah antioksidan yang bekerja dengan

menghambat kerja peroksidan, dengan mekanisme reaksi berupa

penyerapan sinar uv, deaktivasi ion logam yaitu dengan pembentukan

senyawa kompleks. Contohnya: etilendiamin tetraasetat (EDTA), asam

sitrat dan asam tartrat.

c. Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan

jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Contoh: metionin

sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel.

2. Berdasarkan Jenis

Antioksidan dapat digolongkan menjadi dua yaitu antioksidan enzimatik

dan non-enzimatik. Contoh antioksidan enzimatik adalah superoksida

dismutase, glutation peroksidase dan katalase. Contoh antioksidan non-

enzimatik yaitu asam urat, glutation, melatonin, vitamin C dan vitamin E

(Lobo., et al, 2010).

3. Berdasarkan Sumber

a. Antioksidan sintetik adalah antioksidan alami yang telah diproduksi

secara sintetis untuk tujuan komersial. Antioksidan sintetik yang

diijinkan penggunaannya untuk makanan yaitu Butil Hidroksi Anisol

(BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil galat, Tert-Butil Hidroksi

Quinon (TBHQ) dan Tokoferol.

b. Antioksidan alami adalah antioksidan yang diperoleh dari bahan alam,

merupakan senyawa metabolit sekunder tumbuhan seperti senyawa

golongan alkaloid, fenolik, flavanoid. Golongan flavonoid yang

memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon,

kateksin, flavonol dan kalkon.

Page 26: Batang Sintok

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diukur dari kemampuannya

menangkap radikal bebas. Radikal bebas yang biasa digunakan sebagai model

dalam mengukur daya penangkapan radikal bebas adalah 1,1-difenil-2

pikrilhidrazil (DPPH). Menurut Packer (1999), DPPH merupakan senyawa radikal

bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi dalam uji

penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan. Jika disimpan dalam keadaan kering

dengan kondisi penyimpanan yang baik akan stabil selama bertahun-tahun.

DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang dapat bereaksi dengan atom

hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi

(Surai, 2003). Reaksi yang terjadi:

[Sumber : Prakash, et al., 2001]

Gambar 2.2 Mekanisme peredaman radikal bebas oleh DPPH

DPPH mempunyai ciri-ciri padatan berwarna ungu kehitaman, larut dalam

pelarut DMF (dimetilformamida), etanol dan metanol, dengan rumus molekul

C18H12N5O6. Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan

memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi warna kuning saat

elektronnya berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan

dengan jumlah elektron DPPH yang menangkap atom hidrogen. Sehingga

pengurangan intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan

antioksidan untuk menangkap radikal bebas (Prakash, et al., 2001). Metode DPPH

merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk skrining aktivitas

penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat dan

praktis (Prakash, et al., 2001).

Page 27: Batang Sintok

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metode ini melibatkan pengukuran penurunan serapan DPPH pada

panjang gelombang maksimal antara 515 nm - 517 nm, yang sebanding terhadap

konsentrasi penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke larutan reagen DPPH

(R.Apak, et al., 2013 & Prakash, et al. 2001).

Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan persen inhibisi.

(Ghosal dan Mandal, 2012). Rumus % Inhibisi:

% Inhibisi = –

Absorbansi blanko yang digunakan adalah absorbansi larutan DPPH.

Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi tingkat dekolorisasi (absorbansi

semakin kecil) maka semakin tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal bebas

(Molyneux, 2003).

Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dinyatakan dengan Inhibition

Concentration 50% atau IC50 yaitu konsentrasi sampel yang dapat menghambat

aktivitas DPPH sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi

aktivitas antioksidan. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat

jika nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, aktivitas kuat untuk antara 0,05-0,1

mg/ml, aktivitas sedang jika nilai IC50 0,101-0,150 mg/ml dan aktivitas lemah jika

nilai IC50 0,151-0,200 mg/mL (Blois, 1958).

Perhitungan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) digunakan untuk

mengetahui index aktivitas antioksidan dengan rumus:

Nilai AAI:

Menurut Scherer dan Godoy (2009) aktivitas antioksidan berdasarkan nilai

AAI (Antioxidant Activity Index), dikatakan lemah sebagai antioksidan jika nilai

AAI < 0.5, aktivitas antioksidan sedang jika 0,5 < AAI < 1.0, aktivitas

antioksidan kuat 1.0 < AAI < 2.0 dan aktivitas antioksidan sangat kuat jika

nilai AAI > 2.0 (Faustino, et al, 2010).

Page 28: Batang Sintok

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik

dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah ultraviolet

(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm).

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuraan di daerah spektrum

ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan

menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan

suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Kedua sel yang digunakan

untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus mempunyai

karakteristik spektrum yang sama. Bila digunakan instrumen bekas ganda dengan

perekan, sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas pembanding.

Jika tidak dinyatakan lain, serapan diukur pada panjang gelombang yang

ditetapkan degan menggunakan kuvet yang panjangnya 1 cm pada suhu 19oC

hingga 20oC. Jika hal tersebut tidak sesuai untuk instrumen tertentu, panjang

gelombang kuvet dapat diubah atau sebagai gantinya kadar dapat diubah, asalkan

telah ditunjukkan bahwa Hukum Beer dipenuhi untuk jangkauan kadar tersebut.

Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan terhadap pelarut yang digunakan

untuk membuat larutan uji sebagai pembanding. Dalam hal tertentu, pengukuran

dilakukan terhadap suatu campuran pereaksi sebagai pembanding.

Suatu pernyataan dalam suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai

panjang gelombang serapan maksimum mengandung implikasi bahwa maksimum

tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang

ditetapkan (Soemitro, et al., 1995). Suatu spektrofotometri UV-Vis tersusun dari

sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk

larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absobsi

antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).

2.8 Kromatografi Lapis Kertas

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode pemisahan fisikokimia

yang didasarkan atas penjerapan, partisi, atau gabungannya. KLT merupakan

salah satu teknik kromatografi yang banyak digunakan untuk analisis kualitatif

Page 29: Batang Sintok

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

senyawa organik, isolasi senyawa tunggal dari campuran multikomponen, analisis

kuantitatif, dan isolasi skala preparatif (Waksmundzka-Hajnos, et al., 2008).

Keuntungan teknik KLT adalah keserbagunaan (hanya memerlukan peralatan

sederhana), kecepatan (waktu yang cukup singkat), dan kepekaan (jumlah zat

yang diperiksa cukup kecil) (Harborne, 1987).

1. Fase Diam (Touchstone dan Dobbins, 1983)

Fase diam adalah lapisan tipis penjerap atau media terpilih digunakan

sebagai media pembawa. Penjerap dilekatkan pada penyangga sebagai pelapis

untuk mendapatkan lapisan yang stabil dengan ukuran yang sesuai. Contoh

penyangga yang sering digunakan adalah lempeng gelas, lembaran plastik dan

aluminium. Sedangkan penjerap yang sering digunakan yaitu silika gel,

alumina, kieselguhr, dan selulosa.

2. Fase Gerak (Touchstone dan Dobbins, 1983)

Sifat dan komposisi kimia fase gerak ditentukan oleh jenis zat yang

akan dipisahkan dan jenis penjerap yang digunakan untuk pemisahan.

Komposisi fase gerak dapat berupa pelarut murni maupun campuran kompleks

dari beberapa pelarut. Seluruh senyawa organik termasuk pelarut digolongkan

menurut kemampuan dasarnya untuk membuat ikatan hidrogen. Ada pelarut

yang merupakan donor atau aseptor pasangan elektron dan mempunyai

kemampuan untuk membentuk jembatan hidrogen intermolekular (hidrofilik

atau pelarut polar) ataupun pelarut yang tidak mempunyai kemampuan

tersebut (lipofilik, hidrofobik, pelarut non polar).

3. Penyiapan dan Penotolan Sampel (Touchstone dan Dobbins, 1983)

Beberapa cara penyiapan sampel dilakukan dengan tujuan membuat

sampel siap untuk dianalisis secara kromatografi. Cara tersebut dapat berupa

pelarutan sampel, ekstraksi, kromatografi kolom, sentrifugasi, dan penguapan.

Cara tersebut kadang dilakukan bersamaan untuk mendapatkan sampel yang

sesuai untuk kromatografi. Untuk sampel berupa ekstrak, penyiapan dapat

dilakukan dengan kromatografi kolom dan partisi pelarut.

4. Pengembangan (Touchstone dan Dobbins, 1983)

Setelah sampel ditotolkan pada salah satu ujung lempeng, ujung

tersebut dibenamkan dalam fase gerak dengan sampel diatas cairan.

Page 30: Batang Sintok

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gaya kapiler akan menyebabkan fase gerak bergerak melewati media dalam

proses yang disebut pengembangan. Setelah fase gerak telah hampir mencapai

ujung lainnya dari lempeng, maka lempeng dipindahkan dan dikeringkan

sebelum prosedur pendeteksian. Pengembangan lapis tipis biasanya dilakukan

dengan membiarkan fase gerak bermigrasi pada lempeng yang mana berada

pada bejana dengan ukuran sesuai yang telah dijenuhkan

5. Metode Deteksi (Touchstone dan Dobbins, 1983)

Bercak yang terpisah dapat diamati dengan beberapa cara setelah

lempeng dikeringkan. Cara untuk mendeteksi bercak terdiri dari 2 macam

yaitu metode kimia dan metode fisik, masing-masing metode dibedakan

menjadi 2 macam yaitu metode destruktif (secara permanen merubah identitas

kimia dari zat) dan non-destruktif (tidak memberikan perubahan permanen

pada identitas kimia zat).

Contoh untuk metode kimia destruktif adalah pengarangan dengan

asam sulfat, sedangkan metode non-destruktif adalah dengan uap iodin.

Contoh untuk metode fisik adalah pengamatan di bawah sinar UV banyak

digunakan dan bersifat nondestruktif terhadap sebagian besar zat, walaupun

pada beberapa vitamin dan steroid dapat bersifat destruktif. Derajat retensi

pada kromatografi lapis tipis biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi, dapat

dihitung dengan rumus:

Rf =

2.9 Kromatografi Kolom (Stahl, 1969)

Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa

dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Pada kromatografi

kolom fase diam yang digunakan dapat berupa silika gel, selulose atau poliamida.

Sedangkan fase geraknya, dapat dimulai dari pelarut non polar kemudian

ditingkatkan kepolarannya secara bertahap, baik dengan pelarut tungal ataupun

kombinasi dua pelarut yang berbeda kepolarannya dengan perbandingan tertentu

sesuai tingkat kepolaran yang dibutuhkan. Kemasan adsorben yang sering

digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion.

Page 31: Batang Sintok

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fraksi yang diperoleh dari kolom kromatografi ditampung dan dimonitor

dengan kromatografi lapis tipis. Fraksi-fraksi yang memiliki pola kromatogram

yang sama digabung kemudian pelarutnya diuapkan sehingga akan diperoleh

beberapa fraksi. Noda pada plat KLT dideteksi dengan lampu ultraviolet

λ254/366 untuk senyawa-senyawa yang mempunyai gugus kromofor, dengan

penampak noda seperti larutan Iod, FeCl3 dan H2SO4 dalam metanol 10%.

Senyawa hasil isolasi berupa senyawa murni sulit didapatkan karena

terdiri dari banyak senyawa gabungan. Untuk senyawa berbentuk kristal

pemurniannya dapat dilakukan dengan rekristalisasi, yaitu berdasarkan perbedaan

kelarutan antara zat utama yang dimurnikan dengan senyawa minor dalam suatu

pelarut tunggal atau campuran pelarut yang cocok. Pelarut yang digunakan dipilih

berdasarkan kemampuan melarutkan zat yang akan dimurnikan. Adanya

perbedaan kelarutan akibat pemanasan atau penambahan pelarut lain akan

menyebabkan senyawa utama akan mengkristal lebih dahulu. Proses rekristalisasi

ini diulang beberapa kali sehingga didapatkan senyawa berbentuk kristal yang

lebih murni dan ditandai dengan jarak leleh yang tajam.

Page 32: Batang Sintok

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Peneliti Biomaterial

LIPI Cibinong, Bogor dan Laboratorium Penelitian 1 di Program Studi Farmasi,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta sejak

bulan Maret 2014 sampai dengan bulan September 2014.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: penggilingan, ayakan

no. 40, oven, spatula, pipet tetes, batang pengaduk, cawan penguap, botol timbang

(Pyrex), becker glass (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), gelas

ukur (Duran), labu ukur (Duran), corong, erlenmeyer vakum (Duran), labu

destilasi, kaca arloji, cawan penguap, pipa kapiler, kertas saring, allumunium foil,

timbangan analitik, vaccum rotary evaporator (IKA®), desikator, tanur, vortex,

pipet mikro (Biorad), lampu UV 254 nm dan 366 nm, spektrofotometer UV-Vis

(Hitachi Instrument, Inc), dan kromatografi kolom vakum (Buchi®).

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang

sintok (Cinnamomum sintoc Blume) yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor,

Bogor, Jawa Barat.

3.2.3 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: aquadest,

metanol, etil asetat, n-heksan, kloroform, aquadest, etanol 70%, pereaksi

Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi Libermann-Buchardat, amonia encer,

asam sulfat pekat, asam klorida, asam asetat anhidrida, besi (III) klorida, asam

askorbat (DSM), lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck®), dan serbuk DPPH

(2,2–diphenyl-1-picrylhydrazyl) (Sigma Aldrich).

Page 33: Batang Sintok

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu pembuatan

simplisia, pembuatan ekstrak, penapisan fitokimia, pengujian karakteristik, uji

aktivitas antioksidan ekstrak secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode

DPPH serta fraksinasi terhadap ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan

tertinggi dengan kromatografi kolom vakum.

3.3.1 Pembuatan Simplisia

Kulit batang sintok diambil dan dikumpulkan pada tanggal 24 Februari

yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor, Bogor, Jawa Barat. Sampel sebanyak

2,6 kg dibersihkan dan diletakkan dalam wadah yang terbuka kemudian

dikeringkan dalam oven dengan suhu 400C selama 8 hari. Setelah kering, sampel

dihaluskan menggunakan penggilingan dan diayak dengan ayakan no. 40. Serbuk

simplisia yang diperoleh sebanyak 1,5 kg disimpan dalam wadah tertutup rapat.

3.3.2 Pembuatan Ekstrak

Proses ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi cara dingin yaitu

dengan metode maserasi bertingkat. Pelarut yang digunakan adalah n-heksan, etil

asetat dan metanol. Serbuk simplisia kulit batang sintok sebanyak 1,5 kg

dimasukkan ke dalam wadah, kemudian ditambahkan pelarut n-heksan hingga

serbuk terendam 3 cm di atas permukaan simplisia. Pelarut n-heksan yang

digunakan sebanyak 10,615 liter. Maserasi dilakukan selama 24 jam sebanyak 5

kali dengan beberapa kali pengadukan dan proses ini dihentikan sampai terjadi

perubahan warna bening pada pelarut yang digunakan. Hasil maserasi disaring

dan filtrat yang diperoleh diuapkan dengan vaccum rotary evaporator pada suhu

lebih kurang 450C, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan sebanyak 6,8 g.

Terhadap ampas n-heksan dilakukan maserasi kembali dengan pelarut etil asetat.

Pelarut etil asetat yang digunakan sebanyak 13,525 liter. Maserasi

dilakukan selama 24 jam sebanyak 9 kali dengan beberapa kali pengadukan. Hasil

maserasi disaring dan filtrat diuapkan dengan vaccum rotary evaporator, sehingga

diperoleh ekstrak kental etil asetat sebanyak 32,5 g. Terhadap ampas etil asetat

dilakukan maserasi kembali dengan pelarut metanol.

Page 34: Batang Sintok

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pelarut metanol yang digunakan sebanyak 13,360 liter. Maserasi dilakukan

selama 24 jam sebanyak 8 kali dengan beberapa kali pengadukan. Hasil maserasi

disaring dan filtrat diuapkan dengan vaccum rotary evaporator, sehingga

diperoleh ekstrak kental metanol sebanyak 95,5 g. Masing-masing ekstrak

dihitung rendemennya. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000).

Rendemen ekstrak (%) =

x 100 %

Masing-masing ektrak kulit batang Cinnamomum sintoc Blume dilakukan

penapisan fitokimia, organoleptis, identitas, uji kadar abu, uji kadar air simplisia,

uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dengan KLT dan kuantitatif dengan

menggunakan metode DPPH.

3.3.3 Penapisan Fitokimia Ekstrak

Penapisan fitokimia bertujuan untuk mendeteksi senyawa yang terkandung

dalam tanaman berdasarkan golongannya. Metode penapisan fitokimia dapat

mendeteksi adanya golongan alkaloid, flavonoid, senyawa fenol, steroid,

terpenoid, saponin, dan tanin.

1. Uji Alkaloid (Tiwari, et al., 2011)

Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam 10 mL larutan HCl encer kemudian

disaring dan filtrat dibagi menjadi dua tabung reaksi:

a. Filtrat A ditambahkan reagen Mayer (larutan kalium merkuri iodida).

Terbentuknya endapan berwarna putih menunjukkan adanya senyawa

alkaloid.

b. Filtrat B ditambahkan reagen Draggendorff (larutan kalium bismut

klorida). Terbentuknya endapan berwarna merah bata menunjukkan

adanya senyawa alkaloid.

2. Uji Flavonoid (Tiwari, et al., 2011)

Lead acetate Test. sejumlah ekstrak ditambahkan 3-4 tetes asam aseat.

Terbentuknya warna kuning menunnjukkan adanya senyawa flavonoid.

Page 35: Batang Sintok

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Uji Terpenoid dan Steroid (Tiwari, et al., 2011)

Salkowski Test. Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam 2 ml kloroform dan

beberapa tetes asam sulfat pekat ditambahkan perlahan melalui dinding

tabung. Terbentuknya warna kuning emas mengindikasikan adanya senyawa

terpenoid.

Liebermann Burchardat Test. Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam

kloroform dan disaring, filtrat ditambahkan beberapa tetes asam asetat

anhidrida kemudian dipanaskan dan didinginkan. Selanjutnya ditambahkan

beberapa tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya cincin coklat mengindikasikan

adanya senyawa steroid.

4. Uji Saponin (Tiwari, et al., 2011)

Foams Test. Sejumlah ekstrak ditambahkan 2 mL, terbentuk buih/busa

mantap selama sekitar 10 menit menunjukkan adanya senyawa saponin.

5. Uji Fenol

Sejumlah ekstrak ditambahkan 2 mL larutan FeCl3 10%, terbentuk warna

biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya fenol (Robinson, 1991;

Marliana, et al., 2005).

6. Uji Tanin (Farnsworth, 1966).

Sejumlah esktrak ditambahkankan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk,

ditambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes, terbentuk warna biru karakteristik,

biru-hitam, hijau atau biru-hijau dan endapan menunjukkan adanya tanin.

3.3.4 Uji Karakteristik (Depkes RI, 2000)

1. Identitas

a. Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama

latin tanaman (sistematika botani), bagian tanaman yang digunakan.

b. Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas, artinya senyawa tertentu

yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu.

2. Organoleptik.

Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.

3. Penetapan Kadar Air Simplisia

Page 36: Batang Sintok

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak ditimbang seksama sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam

botol timbang bertutup yang sebelumnya telah ditara (Ao). Kemudian

dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 5 jam dan ditimbang.

Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara

2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%. Hitung persentase kadar

air simplisia menggunakan rumus berikut:

% Kadar Air

x 100%

4. Penetapan Kadar Abu Ekstrak

Ekstrak 1 gram ditimbang seksama menggunakan kurs yang sudah ditara,

dipijarkan perlahan-lahan. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap hingga

600 ± 250C sampai bebas karbon, selanjutnya didinginkan dalam desikator

serta timbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam persen terhadap berat

sampel awal.

3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kualitatif

Pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif dengan kromatografi lapis

tipis (KLT). Fase diam yang digunakan adalah plat KLT. Fase gerak yang

digunakan adalah n-heksan, etil asetat, dan metanol, untuk mendapatkan

komposisi cairan eluen yang optimum dilakukan percobaan dengan berbagai

komposisi pengembangan cairan eluen. Cairan eluen yang didapat dijenuhkan

dalam chamber. Ekstrak kulit batang sintok (ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat,

dan ekstrak metanol), dilarutkan dengan pelarutnya masing-masing, kemudian

ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler. Plat diletakkan ke dalam

chamber dan chamber ditutup dengan penutup kaca. Selanjutnya eluen dibiarkan

merambat hingga mencapai batas plat yang telah ditandai. Setelah dielusi,

dibiarkan hingga kering dan dilihat pola pemisahannya secara langsung dan

dibawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Plat

disemprot dengan larutan DPPH 0,1 mM, didiamkan selama 30 menit didalam

ruangan gelap (Ghosal & Mandal, 2012). Senyawa aktif penangkap radikal bebas

menunjukkan bercak berwarna putih kekuningan dengan latar belakang ungu

(Wahdaningsih, 2011).

Page 37: Batang Sintok

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6 Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kuantitatif dengan Metode DPPH

3.3.6.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Sebanyak 4 mg serbuk DPPH ditimbang seksama, dilarutkan dengan

metanol p.a, dimasukkan ke dalam 100 mL labu ukur gelap, dan dicukupkan

pelarutnya hingga tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. Untuk setiap

pengujian larutan DPPH dibuat baru.

3.3.6.2 Optimasi Panjang Gelombang DPPH

Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi dan ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL. Selanjutnya divortex hingga

homogen, diinkubasi pada suhu kamar dalam ruangan gelap selama 30 menit.

Kemudian, tentukan spektrum serapannya menggunakan spektrofotometer UV-

Vis pada panjang gelombang 400 nm - 800 nm dan tentukan panjang gelombang

maksimumnya.

3.3.6.3 Pembuatan Larutan Blanko

Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi dan ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL, kemudian divortex hingga

homogen, diinkubasi pada suhu kamar dalam ruangan gelap selama 30 menit.

Selanjutnya larutan uji diukur serapannya menggunakan alat spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang 515,5 nm.

3.3.6.4 Pembuatan Larutan Vitamin C sebagai pembanding

Vitamin C dibuat larutan induk dengan konsentrasi 1000 ppm dengan cara

menimbang vitamin C sebanyak 10 mg, kemudian dilarutkan dengan metanol p.a,

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan dicukupkan pelarutnya hingga tanda

batas. Selanjutnya dibuat seri kosentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Masing-masing

konsentrasi dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan metanol p.a sampai

tanda batas. Masing-masing larutan uji di pipet sebanyak 2 mL, dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan DPPH 0,1mM sebanyak 2 mL,

kemudian divortex hingga homogen dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30

menit. Selanjutnya larutan uji diukur serapannya menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515,5 nm.

Page 38: Batang Sintok

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6.5 Pembuatan Larutan Ekstrak Cinnamomum sintoc Blume

Ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol dibuat larutan

induk dengan konsentrasi 1000 ppm dengan cara menimbang masing-masing

ekstrak sebanyak 10 mg, kemudian dilarutkan dengan metanol p.a, dimasukkan ke

dalam labu ukur 10 mL, dan dicukupkan pelarutnya hingga tanda batas.

Selanjutnya masing-masing larutan ekstrak dibuat seri konsentrasi 5, 10, 15, 20,

dan 25 ppm. Pada masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam labu ukur dan

ditambahkan metanol p.a sampai tanda batas.

Masing masing larutan uji di pipet sebanyak 2 mL, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan DPPH 0,1mM sebanyak 2 mL, kemudian divortex

hingga homogen dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Selanjutnya

larutan uji diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 515,5 nm.

3.3.6.6 Penentuan Persen Inhibisi, Nilai IC50 (Inhibition Concentration)

dan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

Persentase inhibisi adalah persentase yang menunjukan aktivitas radikal

tersebut. Persentase inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing

konsentrasi larutan sampel dapat dihitung dengan rumus:

% Inhibisi = –

Setelah didapatkan persentase inhibisi dari masing-masing konsentrasi,

konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang didapat diplotkan masing-masing

pada sumbu x dan y dalam persamaan regresi linear y = a ± bx. Persamaan

tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari masing-masing sampel. Nilai

IC50 adalah konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50%

konsentraasi awal. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah mengganti nilai y

dengan 50 (Murni, 2012).

Perhitungan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) digunakan untuk

mengetahui index aktivitas antioksidan dengan rumus:

Nilai AAI:

Page 39: Batang Sintok

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Scherer dan Godoy (2009) aktivitas antioksidan berdasarkan nilai

AAI (Antioxidant Activity Index), dikatakan lemah sebagai antioksidan jika nilai

AAI < 0.5, aktivitas antioksidan sedang jika 0,5 < AAI < 1.0, aktivitas

antioksidan kuat 1.0 < AAI < 2.0 dan aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai

AAI > 2.0 (Faustino, et al, 2010).

3.3.7 Fraksinasi Ekstrak dengan Aktivitas Antioksidan Tertinggi

Ekstrak kulit batang yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi

difraksinasi menggunakan kromatografi kolom vakum Buchi®. Ekstrak yang

mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi adalah ekstrak metanol. Fase gerak

yang digunakan adalah campuran pelarut etil asetat : metanol secara gradien

dengan ditingkatkan kepolarannya 5%, dimulai dari etilasetat 100%, etil asetat-

metanol, dan metanol 100%.

Ekstrak metanol ditimbang seksama 1,4 g dan dilarutkan dengan pelarut

metanol, kemudian disuntikkan ke kolom menggunakan spuit. Sistem fase gerak

yang sudah dibuat, dialirkan ke kolom melalui selang dengan bantuan vakum.

Fraksi yang keluar ditampung dalam vial yang telah diberi label dan diuapkan

sampai pelarutnya menguap. Setiap fraksi dianalisa menggunakan kromatografi

lapis tipis, masing-masing fraksi di totolkan pada plat KLT kemudian di elusi dan

dilihat pola pemisahannya secara langsung dan dibawah lampu UV dengan

panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.

Fraksi yang memberikan pola pemisahan yang sama, digabungkan dalam

satu vial yang sudah ditimbang menjadi fraksi gabungan. Selanjutnya dilakukan

uji aktivitas antioksidan pada masing-masing fraksi secara kualitatif dan

kuantitatif dengan metode DPPH.

Page 40: Batang Sintok

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cinnamomum sintoc

Blume, merupakan famili dari Lauraceae yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor

dan telah dideterminasi oleh Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

LIPI, Jawa Barat. Bagian yang digunakan adalah kulit batang (Lampiran. 4).

4.1.2 Penyediaan Bahan

Tabel 4.1 Data Sampel

4.1.3 Pembuatan Ekstrak

Serbuk simplisia kulit batang sintok sebanyak 1,5 kg diekstraksi secara

maserasi bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Hasil

maserasi ekstrak dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Ekstrak Kulit Batang Cinnamomum sintoc Blume

Ekstrak Bobot Ekstrak (g) % Rendemen

n-Heksan 6,8 0,45

Etil Asetat 32,5 2,16

Metanol 95,5 6,35

Simplisia Kulit C.sintoc Bobot Kadar Air

Kulit batang segar 2,6 kg -

Serbuk kering kulit batang 1,503 kg 14 %

25

Page 41: Batang Sintok

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.4 Penapisan Fitokimia

Tabel 4.3 Data Penapisan Fitokimia Ektrak Kulit Batang C. sintoc Blume

Golongan Ekstrak

n-Heksan Etil Asetat Metanol

Alkaloid - - +

Flavonoid - - +

Terpenoid - - -

Steroid + + -

Saponin - - +

Fenolik + + +

Tanin - + +

4.1.5 Karakteristik Ekstrak

Tabel 4.4 Data Karakteristik Ekstrak Kulit Batang Cinnamomum sintoc Blume

Karakteristik Hasil

Identitas n-Heksan Etil Asetat Metanol

Organoleptis

a. Bentuk

b. Warna

c. Bau

Kental

Hijau kehitaman

Aromatik

Kental

Hijau kehitaman

Aromatik

Kental

Merah kecoklatan

Asam

Kadar Abu (%) 7,19 8,07 7,08

4.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif

Hasil analisa KLT menunjukkan bahwa pemisahan yang baik diberikan

pada fase gerak n-heksana: etil asetat 5:1 untuk ekstrak n-heksan dan etil asetat.

Sedangkan untuk ekstrak metanol, pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak

kloroform: metanol 2:3. Hasil pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif

menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit Cinnamomum sintoc

Blume, dengan memberikan perubahan warna kuning dan latar belakang ungu

setelah disemprot larutan DPPH pada plat KLT (Lampiran. 14 dan Lampiran. 15).

Page 42: Batang Sintok

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.7 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH

4.1.7.1 Penentuan Panjang Gelombang DPPH

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan DPPH 0,1 mM

menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

400 nm-800 nm. Hasil menunjukan bahwa panjang gelombang maksimum larutan

DPPH berada pada panjang gelombang 515,5 nm (Lampiran. 16).

4.1.7.2 Penentuan Nilai IC50 (Inhibition Concentration) dan AAI

(Antioxidant Activity Index)

Hasil perhitungan nilai IC50 dan AAI menunjukan bahwa ekstrak metanol

memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Nilai IC50 dan AAI masing-masing

ekstrak dan vitamin C dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.5 Nilai IC50 dan AAI

Sampel Konsentrasi

(ppm) Absorbansi % Inhibisi

IC50

(ppm) AAI

n-Heksan

100 0,528 0,7519

983,25 0,04 200 0,492 7,5187

400 0,432 18,8909

800 0,322 39,5676

Etil Asetat

5 0,494 1,1011

103,46 0,39 10 0,482 3,5035

20 0,455 8,9089

25 0,446 10,8108

Metanol

5 0,465 26,5509

12,037 3,32 10 0,35 44,7514

20 0,163 74,3488

25 0,046 92,7388

Vitamin C

2 0,583 13,3729

5,7 7,02 4 0,462 31,1293

6 0,299 55,5721

8 0,162 76,0029

10 0,076 88,7073

Page 43: Batang Sintok

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.1 Grafik Hubungan % Inhibisi dengan Konsentrasi Ekstrak

4.1.8 Fraksinasi Ekstrak dengan Aktivitas Antioksidan Tertinggi

Sebanyak 1,4 gr ekstrak metanol dilarutkan dengan metanol, dimasukkan

ke dalam kolom. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut etil asetat-metanol

secara gradien dengan ditingkatkan kepolarannya 5%. Hasil fraksinasi ekstrak

metanol menggunakan kromatografi kolom vakum Buchi® diperoleh sebanyak

107 fraksi. Penggabungan fraksi dihasilkan sebanyak 7 fraksi. Total bobot fraksi

diperoleh sebanyak 0,5351 g.

Tabel 4.6 Data Penggabungan Fraksi

No. Fraksi Nama Fraksi Gabungan Bobot (g) Organoleptis

1-9 A 0,0939 coklat

10-25 B 0,3562 coklat tua

26-34 C 0,0335 coklat

35-44 D 0,016 coklat

45-46 E 0,0116 coklat

47-82 F 0,0155 coklat

83-107 G 0,0084 coklat

Total 0,5351 -

y = 0,0548x - 3,882 R² = 0,9979

0

20

40

60

0 500 1000

%In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

n-Heksan

y = 0,4965x - 1,3664 R² = 0,997

0

5

10

15

0 10 20 30

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

Etil Asetat

y = 3,2395x + 11,006 R² = 0,9981

0

50

100

0 10 20 30

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

Metanol

y = 9,7771x - 5,7058 R² = 0,9907

0

50

100

0 5 10 15

%In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

Vitamin C

Page 44: Batang Sintok

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.9 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi secara Kualitatif

Pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif dengan kromatografi lapis

tipis (KLT). Hasil analisa KLT menunjukkan bahwa pemisahan yang baik

diberikan pada fase gerak pelarut etil asetat:metanol 2:3 dan 3:2 (Lampiran. 20).

4.1.10 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi secara Kuantitatif

4.1.10.1 Penentuan Nilai IC50 (Inhibition Concentration) dan AAI

(Antioxidant Activity Index)

Hasil perhitungan nilai IC50 dan AAI menunjukan bahwa fraksi A

memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dan tertinggi.

Tabel 4.7 Nilai IC50 dan AAI Fraksi Ekstrak Metanol

Sampel Konsentrasi

(ppm) Absorbansi % Inhibisi

IC50

(ppm) AAI

A

2,5 0,548 19,5301

6,2 6,5 5 0,412 39,5007

7,5 0,280 58,8839

10 0,111 83,7004

B

2,5 0,568 18,1687

7,89 5,07 5 0,472 31,9394

7,5 0,354 48,9546

10 0,264 62,0043

C

5 0,449 14,4055

13,3 3,01 10 0,301 42,6448

20 0,122 76,4101

25 0,0403 92,3209

D

5 0,499 4,9162

89,71 0,45 10 0,484 7,7172

20 0,457 12,8811

25 0,443 15,625

E

5 0,499 0

51,32 0,78 10 0,484 6,6883

20 0,457 17,8163

25 0,443 21,0175

F

5 0,614 3,0781

134,66 0,29 10 0,605 4,4988

15 0,592 6,5509

20 0,58 8,4452

G

10 0,613 4,9651

203,03 0,19 15 0,603 6,4391

20 0,597 7,3701

25 0,589 8,5337

Page 45: Batang Sintok

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2 Grafik Hubungan % Inhibisi dengan Konsentrasi Fraksi

y = 8,4758x - 2,5698 R² = 0,9966

0

20

40

60

80

100

0 5 10 15

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

A (Fr. 1-9)

y = 5,9409x + 3,1363 R² = 0,9975

0

20

40

60

80

0 5 10 15

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

B (Fr. 10-25)

y = 3,7919x - 0,4335 R² = 0,9866

0

20

40

60

80

100

0 10 20 30

%In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

C (Fr. 26-34)

y = 0,5316x + 2,3104 R² = 0,9998

0

5

10

15

20

0 10 20 30

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

D (Fr. 35-44)

y = 1,0633x - 4,5684 R² = 0,9888

0

5

10

15

20

25

0 10 20 30

%In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

E (Fr. 45-46)

y = 0,3631x + 1,105 R² = 0,9947

0

2

4

6

8

10

0 10 20 30

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

F (Fr. 47-82)

y = 0,2327x + 2,7541 R² = 0,9921

0

2

4

6

8

10

0 10 20 30

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

G (Fr. 83-107)

Page 46: Batang Sintok

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan adalah kulit batang sintok

(Cinnamomum sintoc Blume). Tanaman ini berasal dari suku Lauraceae, yang

diperoleh dari Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Kulit batang yang diperoleh adalah

sebanyak 2,6 kg, dibersihkan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 400C.

Pengeringan menggunakan oven pada suhu 400C bertujuan untuk mempercepat

proses pengeringan. Kulit yang sudah kering dihaluskan menggunakan alat

hammer mill dan diayak dengan ayakan no.40. Proses penghalusan dilakukan

untuk memperkecil ukuran partikel sampel yang dapat mempengaruhi kecepatan

proses ekstraksi dan besarnya rendemen yang dihasilkan.

Pengecilan ukuran partikel sampel bertujuan untuk memperkecil

permukaan sampel sehingga semakin banyak yang terekstraksi. Serbuk simplisia

yang diperoleh disimpan dalam wadah tertutup rapat, yang bertujuan untuk

mencegah kerusakan dan penurunan mutu dari simplisia.

Serbuk simplisia kulit batang sintok diperoleh sebanyak 1,5 kg diekstraksi

dengan cara dingin yaitu dengan metode maserasi bertingkat. Metode ini

merupakan metode yang mudah dan cepat namun membutuhkan waktu yang

lama. Pelarut yang digunakan adalah n-heksan, etil asetat dan metanol. Pelarut

n-heksan bersifat non polar yang dapat menarik senyawa-senyawa non polar

seperti triterpenoid, steroid, pigmen, dan lemak. Pelarut etil asetat bersifat

semi polar yang dapat menarik senyawa-senyawa semipolar seperti klorofil,

aglikon flavonoid, dan asam fenolat bebas. Sedangkan pelarut metanol bersifat

polar yang dapat menarik senyawa-senyawa polar seperti alkaloid kuartener,

komponen fenolik, karotenoid, kumarin, heterosida flavonoid, tanin, gula, asam

amino, glikosida, saponin, dan senyawa polar lainnya (Harborne, 1987).

Hasil maserasi dari masing-masing pelarut disaring dan filtrat diuapkan

dengan vaccum rotary evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental. Hasil

rendemen ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol berturut-turut adalah 0,45%,

2,16% dan 6,35%. Nilai rendemen yang dihasilkan dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel,

kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, perbandingan jumlah

sampel terhadap jumlah pelarut yang digunakan dan jenis pelarut yang digunakan

Page 47: Batang Sintok

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Salamah, et al., 2008). Ekstrak metanol memiliki nilai rendemen paling tinggi,

diikuti rendemen ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksan. Tingginya rendemen

ekstrak metanol menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak

Cinnamomum sintoc lebih banyak bersifat polar.

Penapisan fitokimia bertujuan untuk mendeteksi senyawa yang terkandung

dalam tanaman berdasarkan golongannya. Hasil penapisan fitokimia menunjukan

bahwa ekstrak n-heksan Cinnamomum sintoc Blume mengandung golongan

senyawa steroid dan fenolik, ekstrak etil asetat mengandung golongan senyawa

steroid, fenolik dan tanin. Sedangkan ekstrak metanol mengandung golongan

senyawa alkaloid, saponin, fenolik, dan tanin.

Pengujian karakterisitik ekstrak meliputi uji organoleptis, uji kadar abu,

dan uji kadar air simplisia. Ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol yang

diperoleh masing-masing berupa ekstrak kental, warna ekstrak n-heksan dan etil

asetat adalah hijau kehitaman dengan bau aromatik dan ekstrak metanol

mempunyai warna merah kecoklatan dengan bau asam.

Penentuan kadar air simplisia bertujuan untuk memberi batasan minimal

atau rentang besarnya kandungan air dalam simplisia. Kadar air tidak boleh lebih

dari 10 %, sedangkan hasil yang diperoleh sebesar 14%. Hal ini mungkin

disebabkan karena pada proses pengeringan yang kurang lama. Kadar air

tergantung pada waktu pengeringan simplisia, semakin kering simplisia semakin

kecil kadar airnya (Mutiatikum, et al., 2010). Penentuan kadar abu bertujuan

untuk mengetahui kandungan mineral internal dan eskternal. Penentuan kadar abu

juga dapat menunjukan kelayakan suatu sampel untuk pengolahan berikutnya.

Berdasarkan buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat (2004), kadar abu tidak

boleh lebih dari 16,6%. Sedangkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini

berkisar 7,08% - 8,07%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ekstrak n-heksan,

etil asetat dan metanol layak dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Pada pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif dengan KLT, ekstrak

kulit batang Cinnamomum sintoc (ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan

ekstrak metanol) dilarutkan dengan pelarutnya masing-masing. Fase diam yang

digunakan adalah plat KLT. Fase gerak yang digunakan untuk ekstrak n-heksan

dan etil asetat adalah pelarut n-heksan : etil asetat dan untuk ekstrak metanol

Page 48: Batang Sintok

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan pelarut etil asetat : metanol dan kloroform : metanol dengan

berbagai perbandingan, setiap perbandingan ditingkatkan kepolarannya. Hasil

analisa KLT menunjukkan bahwa pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak

n-heksana: etil asetat (5:1) untuk ekstrak n-heksan dan etil asetat. Sedangkan

untuk ekstrak metanol, pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak

kloroform : metanol (2:3).

Masing-masing KLT disemprot dengan larutan DPPH 0,1 mM kemudian

didiamkan selama 30 menit didalam ruangan gelap (Ghosal & Mandal, 2012).

Hasil pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif menunjukkan bahwa

ekstrak kulit batang C.sintoc (ekstrak fase etil asetat, ekstrak fase n-heksan, dan

ekstrak fase metanol) mempunyai aktivitas antioksidan dengan memberikan

perubahan warna kuning dengan latar belakang ungu (Lampiran 15 & 16)

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif dengan metode DPPH.

Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk

skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu terbukti akurat

dan praktis (Prakash, et al., 2001). Metode DPPH melibatkan pengukuran

penurunan serapan DPPH pada panjang gelombang maksimum antara 515 nm -

517 nm, yang sebanding terhadap konsentrasi penghambat radikal bebas yang

ditambahkan ke larutan DPPH (R.Apak, et al., 2013 & Prakash, 2001).

Berdasarkan penelitian, serapan maksimum larutan DPPH berada pada panjang

gelombang 517 nm (Ayoola, 2008). Hasil optimasi panjang gelombang

menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis menunjukkan bahwa serapan

maksimum DPPH berada pada panjang gelombang 515,5 nm (Lampiran. 17).

Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dinyatakan dengan Inhibition

Concentration 50% atau IC50 yaitu konsentrasi sampel yang dapat menghambat

aktivitas DPPH sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi

aktivitas antioksidan. Hasil perhitungan nilai IC50 menunjukan bahwa ekstrak

metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dan sangat kuat dengan nilai IC50

sebesar 12,037 ppm. Sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksan memiliki

aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 bertutut-turut sebesar 103,457 ppm dan

983,248 ppm. Nilai IC50 vitamin C yang digunakan sebagai pembanding sebesar

5,794 ppm.

Page 49: Batang Sintok

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari perhitungan nilai AAI (Antioxidant

Activity Index). AAI diperoleh dari perbandingan antara konsentrasi larutan DPPH

dengan konsentrasi IC50 sampel. Menurut Scherer dan Godoy (2009) aktivitas

antioksidan berdasarkan nilai AAI (Antioxidant Activity Index), dikatakan lemah

sebagai antioksidan jika nilai AAI < 0.5, aktivitas antioksidan sedang jika 0,5 <

AAI < 1.0, aktivitas antioksidan kuat 1.0 < AAI < 2.0 dan aktivitas antioksidan

sangat kuat jika nilai AAI > 2.0 (Faustino, et al., 2010).

Nilai AAI vitamin C sebagai pembanding diperoleh sebesar 7,02. Nilai

AAI yang diperoleh ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat

dengan nilai AAI sebesar 3,32. Sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksan

memiliki aktivitas antioksidan lemah dengan nilai AAI berturut-turut sebesar 0,39

dan 0,4.

Ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum sintoc memiliki aktivitas

antioksidan tertinggi. Ekstrak metanol difraksinasi menggunakan kromatografi

kolom vakum Buchi®. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut etil asetat :

metanol secara gradien dengan ditingkatkan kepolarannya 5%, dimulai dari

etilasetat 100%, etil asetat-metanol, dan metanol 100%. Sebanyak 1,4 gr ekstrak

metanol dilarutkan dengan metanol, dimasukkan ke dalam kolom dengan cara

disuntikkan menggunakan spuit. Sistem fase gerak yang sudah dibuat, dialirkan ke

kolom melalui selang dengan bantuan vakum. Fraksi yang keluar ditampung

dalam vial yang sudah diberi label.

Hasil fraksinasi ekstrak metanol diperoleh sebanyak 107 fraksi. Dari 107

fraksi, diperoleh 7 fraksi yaitu fraksi A, B, C, D, E, F dan G yang memiliki pola

pemisahan yang sama dengan berat masing-masing berturut-turut 0,093; 0,3562;

0,0335; 0,016; 0,0116; 0,0155 dan 0,0084. Total bobot fraksi keseluruhan

diperoleh sebanyak 0,5351 g.

Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antioksidan pada masing-masing fraksi

secara kualitatif dengan KLT (kromatografi lapis tipis). Fase gerak yang

digunakan adalah perbandingan pelarut etil asetat : metanol 2:3 dan 3:2. Masing-

masing fraksi menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dengan memberikan

perubahan warna kuning dengan latar belakang ungu setelah disemprot larutan

DPPH (Lampiran. 21).

Page 50: Batang Sintok

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada masing-masing fraksi dilakukan uji aktivitas antioksidan secara

kuantitatif dengan metode DPPH. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan

metode DPPH menunjukan bahwa fraksi A, B, C, D, E, F dan G memiliki

aktivitas antioksidan. Berdasarkan perhitungan nilai IC50 fraksi A, B, C, D, E, F

dan G memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai berturut-turut yaitu 6,2 ppm;

7,89 ppm; 13,3 ppm 89,71 ppm; 51,32 ppm; 134,66 ppm dan 203,034 ppm.

Berdasarkan nilai AAI fraksi A, B dan C termasuk kategori aktivitas antioksidan

sangat kuat dengan nilai berturut-turut sebesar 6,5; 5,07; dan 3,01; fraksi E

termasu kategori sedang dengan nilai AAI 0,78, sedangkan fraksi D, F dan G

termasuk kategori kuat dengan nilai AAI berturut-turut 0,45; 0,29 dan 0,197.

Page 51: Batang Sintok

36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol kulit batang

sintok (Cinnamomum sintoc Blume) memiliki aktivitas antioksidan.

2. Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dan termasuk

kategori sangat kuat dengan nilai IC50 dan AAI berturut-turut 12,037

μg/mL dan 3,32. Sedangkan nilai IC50 ekstrak etil asetat dan ekstrak

n-heksan berturut-turut sebesar 103,457 ppm dan 983,248 ppm dan AAI

berturut-turut sebesar 0,39 dan 0,04.

3. Fraksi A dari ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dan

termasuk kategori sangat kuat dengan nilai IC50 dan AAI berturut-turut 6,2

μl/mL dan 6,5. Sedangkan nilai IC50 fraksi B, C, D, E, F dan G berturut-

turut sebesar 7,89 ppm; 13,3 ppm 89,71 ppm; 51,32 ppm; 134,66 ppm dan

203,034 ppm dan AAI berturut-turut sebesar 5,07; 3,01; 0,45; 0,78; 0,29

dan 0,197.

5.2 Saran

Disarankan untuk diteliti lebih lanjut sampai di dapatkan senyawa murni

dan identifikasi struktur senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dari

ekstrak kulit batang Cinnamomum sintoc Blume.

Page 52: Batang Sintok

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan.

Anonim. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Badan Pengawas

Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Volume 1.

Akhter.S, et al.2012. Phytochemical Screening, Antibacterial, Antioxidant and

Cytotoxic Activity of the Bark Extract of Terminalia arjuna. European

Journal of Scientific Research. ISSN 1450-216X Vol. 86, pp.543-552.

Ayoola, et al. 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of Some

Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in Southwestern

Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 7 (3): 1019-102

Blois, M. S. 1958. Antioxidant Determination By The Use of a Stable Free

Radical, Nature. 181: 1199-1200.

Faustino, H., et al. 2010. Antioxidant Activity of Lignin Phenolic Compounds

Extracted from Kraft and Sulphite Black Liquors. ISSN 1420-3049.

Molecules 15, 9308-9322.

Farnsworth, N. R. 1966. Biological and phytochemical screening of plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences. 55: 225-276.

Ghosal, M. & Mandal, P. 2012. Phytochemical screening and antioxidant

activities of two selected “Bihi” fruits used as vegetables in Darjeeling

Himalaya. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences. ISSN : 0975-1491. 4(2).

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Page 53: Batang Sintok

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isnindar, et al. 2011. Isolasi dan Dentifikasi Senyawa Antioksidan Daun Kesemek

(Diospyros kaki Thunb.) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-

pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional. Vol.16(3), 157 – 164.

Jacinto, et al. 2011. Determining the Antioxidant Property of Plant Extracts: A

Laboratory Exercise. Asian Journal of Biology Education Vol. 5.

Khopkar S M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Lobo, V., et al. 2010. Free Radical, Antioxidants and Functional Foods: Impact

On Human Health. Pharmacognosy Review. 4(8): 118-126.

Lusia Oktora R.K.S. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan

Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. ISSN : 1693-

9883. Vol. III, No.1, 01-07.

Miller, H.E., F.Rigelholf, L.Marquart, A.Prakash. 2000. Antioxidant Content of

Whole Grain Breakfast Cereals, Fruits and Vegetables.Journal of The

American College of Nutrition. Vol 19. No.3.

Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl hydrazyl

(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci.

Technol. 26(2) : 211-219

Mutiatikum, D., Alegantina, S., Astuti, Y. 2010. Standarisasi Simplisia Dari Buah

Miana (Plectranthus seutellaroides (L) R.Bth) Yang Berasal Dari 3

Tempattumbuh Menado, Kupang, Dan Papua). Buletin Penelitian

Kesehatan. Vol. 38, No. 1, 1-6

Oeinitan,J. 2013. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

(Garcinia mangostana Linn.) Haisl Pengadukan Dan Refluks. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2. No.1.

Okawa, M., Kinjo, J., Nohara, T., Ono, M., 2001. DPPH (1,1-Diphenyl-2-

Picrylhydrazyl) Radical Scavenging Activity of Flavonoids Obtained from

Some Medicinal Plants, Biol. Pharm. Bull 24 (10), 1202-1205.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analytical

Progress, Vol. 19 (2).

Page 54: Batang Sintok

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pratiwi.D, Wahdaningsih.S, Isnindar. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Daun

Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.) dengan Metode DPPH.

Trad. Med. Journal. ISSN: 1410-5918. Vol.18(1), 9-16.

Purwaningsih,Sri. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komposisi Kimia Keong

Matah Merah (Cerithidea obtusa). www.ijms.undip.ac.id. ISSN 0853-

7291. Vol. 17 (1) 39-48.

Salamah E., Ayuningrat E., Purwaningsih S., 2008, Penapisan awal komponen

bioaktif dari kijing Taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai senyawa

antioksidan, Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11(2):119-132.

Scherer, R.; Godoy, H.T. Antioxidant activity index (AAI) by the 2,2-diphenyl-1-

picrylhydrazyl method. Food Chem. 2009, 112, 654-658.

Shivaprasad, H. N., S. Mohan, M. D. Kharya, M. R. Shiradkar, & K. Lakshman.,

2005. In-vitro models for antioxidant activity evaluation: A review.

9 September 2014. http://www.pharmainfo.net/reviews/vitro-

modelsantioxidant-activity-evaluation-review

Soekmanto. A, Hapsari. Y, Simanjutak. P. 2008. Kandungan Antioksidan pada

Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff)

Boerl. (Thymelaceae). Biodiversitas. ISSN:1412-033X. Vol.8 (2), 92-95.

Soh Wuu-Kuang. 2011. Taxonomic revision of Cinnamomum (Lauraceae) in

Borneo. National Herbarium Nederland. Blumea Vol 56. 241-264.

Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Penerbit Ghalia, Indonesia,

Jakarta.

Surai, P.F. 2003. Natural Antioxidant in Avian Nutrition and Reproductions.

Bookcraft, Bath, England.

Tiwari, P.Kumar, B. Kaur, M.Kaaur, H.2011. Phytochemical Screening and

Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia.

Vol.1.Issue,1.

Touchstone, J.C., M.F. Dobbins., 1983. Practice of thin layer chromatography.

Canada: JohnWiley & Sons, 2-12.

Towaha, Juniaty. 2012. The Benefits of Cloves Eugenol in Various Industries in

Indonesia. ISSN: 1412-8004. Perspektif Vol. 11 No. 2 . Hlm 79 - 90

Page 55: Batang Sintok

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tursiman, et al. 2012. Total Fenol Fraksi Etil Asetat Dari Buah Asam Kandis

(Garcinia dioica Blume). JKK. ISSN 2303-1077. Vol. 1 (1), hal 45-48.

Wahdaningsih.S, Setyowati E.P, Wahyuono S. Aktivitas Penangkap Radikal

Bebas Dari Batang Pakis (Alsophila glauca J. Sm). Majalah Obat

Tradisional, 16(3), 153 – 156.

Waksmundzka-Hajnos, Sherma, M., J. and Kowalska, T. 2008. Overview of the

field of TLC in phytochemistry and the structure of the book. Dalam:

Waksmundzka-Hajnos, M., J. Sherma & T. Kowalska (eds). (2008). Thin

layer chromatography in phytochemistry. Boca Raton: CRC, 1-6.

Wu, et al. 2013. Antioxidant-Enriched Leaf Water Extracts of Cinnamomum

osmpohloeum from Eleven Provenances and their Bioactive Flavonoid

Glycosides. BioResources 8 (1), 571-580.

Yang, Cheng-Hong, et al. 2012. Antioxidant Activity of Various Parts of

Cinnamomum cassia Extracted with Different Extraction Methods. Article.

ISSN 1420-3049. Molecules, 17, 7294-7304.

Yoppi, I and Supriyatna. 2008. Chemical Composition of Volatile Oil from

Cinnamomum sintoc Stem Barks. ISBN 978-979-18962-0-7. (pp. 601-603)

Zuhra, et al. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk

(Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. ISSN 1907-

5537. Vol. 3, No. 1. Hlm. 7 – 10

www.globinmed.com. (diakses pada tanggal 22 September 2014, Pukul 23:56)

Page 56: Batang Sintok

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 57: Batang Sintok

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Kerangka Konsep

Kulit batang sintok

Cinnamomum sintoc

Blume

Eksplorasi bahan

alam sebagai obat

Masayarakat Indonesia

memanfaatkan tanaman

untuk kesehatan

Senyawa

Antioksidan

Diperlukan senyawa yang

menunda, memperlambat,

dan mencegah reaksi

oksidasi oleh radikal bebas

Diduga memiliki aktivitas

antioksidan

Ekstraksi Kulit Batang

Sintok

Uji Aktivitas Antioksidan

dengan Metode DPPH

Radikal bebas

menyebabkan kerusakan

sel sehingga menimbulkan

penyakit degeneratif

Page 58: Batang Sintok

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Alur Penelitian

Dipekatkan menggunakan

rotary evaporator

Dipekatkan menggunakan

rotary evaporator

Simplisia Kulit Batang Sintok

(Cinnamomum sintoc) 1,5 kg

Maserasi dengan n-Heksan

Filtrasi

Dipekatkan menggunakan

rotary evaporator

Ekstrak n-heksan

Filtrat Ampas

Remaserasi dengan

etil asetat

Filtrasi

Ekstrak etil asetat

Filtrat Ampas

Remaserasi dengan

metanol

Ekstrak metanol

Filtrasi

Filtrat Ampas

Determinasi

Tanaman

Kulit Batang Sintok

Cinnamomum sintoc) 2,6 kg

Dibersihkan, dikeringkan dengan

oven 400C dan dihaluskan

Penapisan Fitokimia dan Uji Karakteristik,

Uji Aktivitas Antioksidan Kualitatif dan Kuantitatif, ditentukan Ekstrak yang

memiliki Aktivitas Antioksidan Tertinggi

Page 59: Batang Sintok

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Fraksinasi Ekstrak Metanol

Ekstrak Metanol 1,4 gr

IC50 : 12,037 ppm

Kolom Vakum Buchi®

Fase diam: silica Sepacore®

Fase gerak: Etil asetat-metanol (gradien)

F.1 F. 2 F.3 F... F.107

Uji KLT (pola pemisahan yang sama digabung)

Uji Aktivitas Antioksidan masing-masing fraksi

Fr. B

IC50: 7,89

Fr. A

IC50: 6,5

Fr. C

IC50: 13,3

Fr. E

IC50: 51,32 Fr. G

IC50: 203,03

Fr. D

IC50: 89,7

Fr. F

IC50: 134,66

Page 60: Batang Sintok

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Determinasi Cinnamomum sintoc Blume

Page 61: Batang Sintok

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. CoA Asam Askorbat

Page 62: Batang Sintok

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 63: Batang Sintok

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. CoA DPPH

Page 64: Batang Sintok

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Kulit Batang Cinnamomum sintoc Blume

Pohon Sintok Kulit Batang 2,6 kg

(Cinnamomum sintoc Blume)

Page 65: Batang Sintok

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Perhitungan Rendemen Ekstrak

Rumus: Rendemen ekstrak (%) =

x 100 %

1. Ekstrak n-Heksan :

2. Ekstrak Etil Asetat :

3. Ekstrak Metanol :

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Air Simplisia

Rumus: % kadar air

x 100%

Simplisia Cinnamomum sintoc:

x 100% = 14%

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak

Rumus: % kadar abu

x 100%

W1: berat cawan penguap dan ekstrak awal

W2: berat cawan penguap dan ekstrak akhir

W: berat ekstrak awal

1. Ekstrak n-Heksan :

x 100% = 7,18%

2. Ekstrak Etil Asetat :

x 100% = 8,07%

3. Ekstrak Metanol :

x 100% = 7,08%

Page 66: Batang Sintok

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak n-Heksan

Gol.

Senyawa Perlakuan Gambar

Hasil

Uji

Alkaloid

Ekstrak + 2 ml HCl encer, dibagi

menjadi dua tabung.

Tabung A: + reagen Meyer

Tabung B: + reagen Dragendorff A B

-

Flavonoid Ekstrak + 3-4 tetes asam asetat

-

Terpenoid Uji Salkowski: ekstrak + 2 ml

kloroform + 2-3 tetes H2SO4 p

-

Steroid

Uji Liebermann Burchardat:

ekstrak + kloroform + asam

asetat anhidrida, dipanaskan + 3-

4 tetes asam sulfat pekat.

+

Saponin Ekstrak + aquadest

-

Fenolik Ekstrak + FeCl3 10% 3-4 tetes

+

Tanin Ekstrak + 2 ml etanol 70% +

FeCl3 3 tetes

-

Page 67: Batang Sintok

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat

Gol.

Senyawa Perlakuan Gambar

Hasil

Uji

Alkaloid

Ekstrak + 2 ml HCl encer, dibagi

menjadi dua tabung.

Tabung A: + reagen Meyer

Tabung B: + reagen Dragendorff

A B

-

Flavonoid Ekstrak + 3-4 tetes asam asetat

-

Terpenoid Uji Salkowski: ekstrak + 2 ml

kloroform + 2-3 tetes H2SO4 p

-

Steroid

Uji Liebermann Burchardat:

ekstrak + kloroform + asam

asetat anhidrida, dipanaskan +

3-4 tetes asam sulfat pekat.

+

Saponin Ekstrak + aquadest

-

Fenolik Ekstrak + FeCl3 10% 3-4 tetes

+

Tanin Ekstrak + 2 ml etanol 70%

+FeCl3 3 tetes

+

Page 68: Batang Sintok

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Metanol

Gol.

Senyawa Perlakuan Gambar

Hasil

Uji

Alkaloid

Ekstrak + 2 ml HCl encer, dibagi

menjadi dua tabung.

Tabung A: + reagen Meyer

Tabung B: + reagen Dragendorff

A B

+

Flavonoid Ekstrak + 3-4 tetes asam asetat

+

Terpenoid Uji Salkowski: ekstrak + 2 ml

kloroform + 2-3 tetes H2SO4 p

-

Steroid

Uji Liebermann Burchardat:

ekstrak + kloroform + asam

asetat anhidrida, dipanaskan +

3-4 tetes asam sulfat pekat.

-

Saponin Ekstrak + aquadest

+

Fenolik Ekstrak + FeCl3 10% 3-4 tetes

+

Tanin Ekstrak + 2 ml etanol 70%

+FeCl3 3 tetes

+

Page 69: Batang Sintok

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak n-Heksan dan Etil Asetat

n-heksan : etil asetat 5:1

Sebelum disemprot DPPH

Setelah

disemprot DPPH

Secara

Langsung

Dibawah UV

265 nm

Dibawah UV

366 nm

Secara

Langsung

Lampiran 15. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Metanol

Kloroform : Metanol 2:3

Sebelum disemprot DPPH

Setelah

disemprot

DPPH

Secara

Langsung

Dibawah UV

265 nm

Dibawah UV

366 nm

Secara

Langsung

Page 70: Batang Sintok

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Perhitungan Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Rumus:

Diketahui:

M : 0,1 mM

V : 100 mL

BM DPPH : 394,32

0,1 mM =

w = 3,9432 mg

Pembuatan larutan DPPH 0,1 mM dengan cara menimbang 3,9 mg serbuk

DPPH dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu ukur 100 ml

Lampiran 17. Panjang Gelombang Maksimum DPPH 0,1 mM

Page 71: Batang Sintok

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Perhitungan Nilai IC50

Rumus : % Inhibisi = –

Nilai IC50 Vitamin C

Diketahui: Abs blanko = 0,673

% Inhibisi = –

13,37296

Konsentrasi

(ppm) Abs % Inhibisi

2 0,583 13,37296

4 0,4635 31,12927

6 0,299 55,57207

8 0,1615 76,00297

10 0,076 88,70728

y = 9,7771x - 5,7058 R² = 0,9907 r = 0,995

50 = 9,7771x - 5,7058

x = 5,7 ppm

Lampiran 19. Perhitungan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

Rumus:

Diketahui: Konsentrasi DPPH: 40 ppm

1. Ekstrak n-Heksan :

2. Ekstrak Etil Asetat :

3. Ekstrak Metanol :

Aktivitas Antioksidan Nilai AAI

Lemah < 0.5,

Sedang 0,5 < AAI < 1.0

Kuat 1.0 < AAI < 2.0

Sangat kuat > 2.0

Page 72: Batang Sintok

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 20. Kromatografi Lapis Tipis Fraksi Metanol

n-Heksan : Etil Asetat 2:3

Sebelum disemprot DPPH

Setelah disemprot

DPPH

Secara

langsung

Dibawah lampu

UV 265 nm

Dibawah lampu

UV 366 nm

Secara langsung

n-Heksan : Etil Asetat 3:2

Sebelum disemprot DPPH

Setelah disemprot

DPPH

Secara

langsung

Dibawah lampu

UV 265 nm

Dibawah lampu

UV 366 nm

Secara langsung

Page 73: Batang Sintok

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 21. Alat

Vacuum Rotary Evaporator (IKA®) Kolom vakum Buchi®

Sepacore® silica 12 g Kolom vakum Buchi®

Spektrofotometer UV-Vis