balai pengkajian teknologi pertanian maluku badan...

76
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2013

Page 2: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

Laporan Kepala Balai

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku, merupakan salah

satu Unit Pelaksana Tekinis (UPT) lingkup badan litbang pertanian yang ada di

Provinsi, yang menyelenggarakan kegiatan pengkajian, penelitian dan diseminasi

pada dua belas gugus pulau dengan berbagai komoditas spesifik lokasi. Kegiatan

pengkajian, penelitian dan diseminasi dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat bagi masyarakat melalui Inovasi teknologi. Oleh karena itu program

pengkajian, penelitian dan diseminasi di BPTP Maluku harus berorientasi pada

komoditas spesifik lokasi dan program-program yang terkait dengan kegiatan

strategis mendukung empat target sukses Kementerian Pertanian selama 5 tahun

(2010-2014).

Demikian laporan ini disampaikan, semoga dapat dgunakan sebagai tolak

ukur kinerj BPTP Maluku dan untuk melakukan perencanaan program di masa

mendatang yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Kepala Balai,

Ir. Demas Wamaer, MP NIP. 19630519 199603 1 001

Page 3: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

DAFTAR ISI

LAPORAN KEPALA BALAI ……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. ii

Pendahuluan …………………………………………………………………………………………………. 1

a. Latar Belakang ………………………………………………………………………………….. 1

Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian …………………………………….. 3

Reformasi Birokrasi …………………………………………………………………….. 9

Ringkasan Hasil Kegiatan …………………………………………………………….. 12

1. Kajian Potensi dan Perbaikan Teknologi Budidaya Beberapa Pangan Lokal

sebagai Sumber Pangan Alternatif di Maluku ……………………………………………

12

2. Inventarisasi, Dokumentasi dan Karakterisasi Penyebaran Plasma Nutfah

Komoditas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Spesifik Lokasi di

Provinsi Maluku ……………………………………………………………………………………

13

3. Kajian Adaptasi dan Pengembangan Beberapa Padi Varietas Unggul Baru

Pada Lahan Sawah Sub Optimal di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram

Bagian Timur ……………………………………………………………………………………….

17

4. Perbaikan Sistem Pemeliharaan Itik Lokal secara Intensif pada Petani Lahan

Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Prov Maluku ……………………

19

5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di

Maluku ……………………………………………………………………………………………….. 21

6. Peningkatan Manfaat Bahan Pangan Non Beras Mendukung Upaya

Diversifikasi Ketahanan Pangan di Maluku ………………………………………………

24

7. Pendampingan Inovasi Pertanian dan Program Strategis di Provinsi Maluku

……………………………………………………………………………………………………………

28

8. Demfram Kedelai …………………………………………………………………………………. 30

9. AEZ II Kabupaten Seram Bagian Barat …………………………………………………… 32

10. Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Maluku ……………………………………………. 36

11. Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Maluku …………………………………………. 39

12. Siaran TV Lokal …………………………………………………………………………………… 42

13. M-KRPL Kabupaten Maluku Tengah ……………………………………………………….. 44

14. M-KRPL Kabupaten Seram Bagian Timur ………………………………………………… 47

15. M-KRPL Kota Tual ……………………………………………………………………………….. 48

16. M-KRPL Kabupaten Kepulauan Aru ……………………………………………………….. 51

17. M-KRPL Buru Selatan ……………………………………………………………………………. 53

18. M-KRPL Maluku Tenggara Barat …………………………………………………………….. 56

19. M-KRPL Kota Ambon …………………………………………………………………………….. 57

Page 4: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

20. M-KRPL Seram Bagian Barat ………………………………………………………………….. 62

21. M-KRPL Maluku Barat Daya …………………………………………………………………… 64

22. M-KRPL Buru ………………………………………………………………………………………. 67

23. M-KRPL Maluku Tenggara ……………………………………………………………………… 70

24. Analisis Kebijakan Pertanian : Kajian Dampak Penambangan Emas Terhadap

Kegiatan Uasaha Pertanian dan Produksi Pertanian di Kabupaten Buru ………

71

PENUTUP ……………………………………………………………………………………………. 74

Page 5: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1

Maret 2006 menjelaskan bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dibidang

Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, dan dalam

pelaksanan tugas sehari-hari dikoordinasikan dengan Kepala Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Oleh karenanya Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku merupakan UPT Pusat yang

berada di daerah memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, sedangkan tugas

dan fungsi (TUPOKSI), didukung oleh Kelompok Fungsional meliputi Kelompok

Pengkaji/Kelji (Peneliti, Penyuluh maupun kelompok fungsional lainnya seperti

Litkayasa), Pustakawan, Arsiparis dan Pranata Komputer.

Visi BPTP Maluku adalah Menjadikan Institusi Pertanian yang

Menghasilkan dan mendistribusikan Teknologi Spesifik Lokasi untuk Mewujudkan

Pertanian Maju dan Berkelanjutan di Dua Belas Gugus Pulau di Maluku” dengan

motto “Manggurebe Maju Membangun Pertanian Kepualaun Berbasis Inovasi ”. Untuk mencapai hal tersebut, maka Misi BPTP Maluku adalah (a) Menghasilkan,

mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi di dua

belas gugus pulau sesuai kebutuhan pengguna, (b) Mengembangkan jejaring

kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya

Masyarakat, Swasta dan Petani dalam rangka pendayagunaan hasil pengkajian

dan pengembangan inovasi pertanian, (c) Mengembangkan kapasitas Balai

dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanan yang professional dan

mandiri kepada stakeholder serta peningkatan kinerja balai.

Untuk menciptakan manusia aparatur yang memiliki kompetensi

diperlukan mutu Profesionalisme, sikap pengabdian dan pengembangan PNS

melalui pendidikan dan pelatihan maupun non pendidikan dan pelatihan. Pada

bidang keuangan belum dilakukan secara optimal, sehingga perlu dilaksanakan

secara efektif, efisien, terukur dan akuntabel, selain itu pengelolaan sarana dan

Page 6: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

2

prasarana telah dilakukan perawatan dan pemeliharaan namun belum optimal

dan pengadministrasiannya pun belum dilakukan secara tertib sebingga

diperlukan ketersediaan anggaran yang cukup untuk pengelolaan ketiga aspek

kegiatan tersebut.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya,

BPTP Maluku memiliki sumberdaya manusia sebanyak 85 orang pegawai negeri

Sipil. BPTP Maluku secara keseluruhan memiliki tanah seluas 419.973 M2, yang

tersebar di tiga lokasi yakni perkantoran dan perumahan di Rumah Tiga 8.873

M2, Lab. Diseminasi Waiheru 10.500 M2, KP Makariki 307.000 M2. Selain tanah,

sarana dan prasarana lain yang dimiliki BPTP Maluku adalah bangunan gedung

(bangunan laboratorium) seluas 748 M2, rumah dinas 57 unit (sebahagian

rusak berat), mess 2 unit, serta kendaraan roda 4 dan roda 2 masing-masing 5

unit dan 3 unit.

Untuk menunjang jalannya organisasi maka perlu adanya Rencana

Kegiatan Tim Manajemen, yang meliputi aspek manajemen sumber daya

manusia, manajemen keuangan, manajemen fasilitas/ Barang Milik negara

(BMN) dan manajemen Kerumah Tanggaan, sehingga diharapkan tercapainya

sasaran yang sesuai dengan mandat dan fungsi dari BPTP Maluku.

Sumber anggaran Balai berasal dari DIPA yang dialokasikan untuk

belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal (Tabel 1).

Tabel 1. Anggaran BPTP Maluku selama 3 tahun periode TA 2011-2013

Kode Jenis Belanja Tahun Anggaran ( x Rp.000)

2011 2012 2013

51 Belanja Pegawai 4.673.684 5.269.300 5.870.865

52 Belanja Barang 2.888.796 854.851 5.680.734

53 Belanja Modal 201.300 333.446 7.275.700

Jumlah 7.763.780 10.775.027 18.827.299

Page 7: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

3

Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) pada BPTP Maluku

mempunyai tugas :

Merencanakan kegiatan diseminasi (RDHP/RODHP/RAB),

Melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna

spesifik lokasi,

Mempersiapkan dan mengkoordinasikan kegiatan diseminasi di tingkat

lapangan,

Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model

peragaan berupa gelar teknologi, demplot, visitor plot/display dan

ekpose/pameran,

Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model

pengembangan media informasi (cetak/elektronik) berupa leaflet/liptan,

brosur, buku, poster, baliho, audio visual (CD/DVD/film), paket siaran

radio/televisi, publikasi media massa dan website,

Aktif dalam penyusunan Programa Penyuluhan pertanian tingkat provinsi,

Merencanakan sumberdaya penyuluh dan materi ajar untuk keperluan

sebagai narasumber teknologi pertanian spesifik lokasi dan kelembagaan

pendukung agribisnis dalam kegiatan pelatihan, workshop dan studi

banding yang diselenggarakan oleh BPP dan Dinas terkait,

Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model

pertemuan tatap muka berupa temu informasi, temu aplikasi paket

teknologi, temu lapang dan temu usaha.

Dalam rangka peningkatan kapasitas penelitian, maka BPTP berupaya

untuk menjalin kerjsama dengan pihak mitra baik dalam maupun luar negeri.

Kerjasama diperlukan dalam upaya menumbuhkembangkan jaringan penelitian

guna peningkatan kemampuan pemanfaatan serta penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Kegiatan kerjasama ini diharapkan dapat saling

memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam upaya peningkatan efektivitas dan

efisiensi penelitian.

Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian

Page 8: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

4

1. Kegiatan Kerjasama Dalam Negeri

Sampai dengan akhir kegiatan tahun anggaran 2013, bagian kerjasama

(KSPP) telah melaksanakan 3 kegiatan kerjasama dalam negeri. Kegiatan

kerjasama tersebut adalah kegiatan m-P3MI, Mapping potensi BBI dan BBU yang

didanai oleh SmartD melalui Badan Litbang Pertanian dan permodelan (m-

AP2RL2) yang didanai oleh Sekretariat Badan Litbang Pertanian. Kegiatan

permodelan ini lebih banyak melihat tentang aspek kebijakan untuk peningkatan

produksi sagu, yang merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan

alternatif pengganti beras.

Tabel 2. Kegiatan kerja sama dalam negeri BPTP Maluku dengn Badan Litbang

1 Inisiasi Model Pengembangan Usahatani Integrasi Tanaman Kakao-Ternak Sapi Potong pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di Kabupaten Maluku Tengah

SmartD, melalui DIPA Badan Litbang Pertanian Kantor Pusat Jakarta No. 018.09.1.411971/2013 Tanggal 5 Desember 2012

2013

Rp.

120.000.000,-

2 Mapping Potensi BBU dan BBI Dalam Penyediaan Benih Berkualitas di Provinsi Maluku pada Kabupaten Buru, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur

SmartD melalui DIPA Badan Litbang Pertanian Kantor Pusat Jakarta No. 018.09.1.411971/2013 Tanggal 5 Desember 2012

2013

Rp.

75.000.000,-

3 Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (m-AP2RL) Dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukung Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action Plan/DAP) Peningkatan Produksi Sagu di Provinsi Maluku

Sekretariat Litbang, No Surat Perjanjian : 1930.3/LB.620/I.1/4/2013 tanggal 11 April 2013

2013

Rp.

63.400.000,-

2. Kegiatan Kerjasama Luar Negeri

Tahun Anggaran 2013, kegiatan kerjasama penelitian dengan luar negeri

sampai saat ini tidak ada.

3. Perpustakaan

Pengelolaan perpustakaan BPTP Maluku telah memanfaatkan teknologi

informasi. Pemenuhan kebutuhan informasi baik interen maupun eksteren yang

dikelola perpustakaan digital BPTP Maluku selalu mengikuti perkembangan

digitasi dan kecepatan akses yang terfokus pada metadata dan jaringan

computer. Pengisian pangkalan data dilakukan melalui program bersama Badan

Page 9: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

5

Litbang Pertanian yang dipimpin oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

Teknologi Informasi Pertanian (Pustaka). Selama akhir kegiatan (semester II),

perpustakaan BPTP Maluku telah melakukan kegiatan antara lain:

menginfentarisasi koleksi perpustakaan, pengisian pangkalan data, melayani

pemustaka dan peminjaman, memelihara koleksi perpustakaan, mengalih

mediakan publikasi menjadi koleksi on-line dan mengirim semua pangkalan data

melalui program core FTP lite.

4. Pameran

Akhir kegiatan semester II untuk kegiatan pameran, yang dilakukan oleh

BPTP Maluku, berlokasi di dalam daerah (Provinsi Maluku) dan diluar daerah.

Dalam rangka mempromosikan dan mendiseminasikan teknologi hasil penelitian,

pengkajian dari BPTP Maluku selama semester II adalah berupa pameran yang

diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Universitas Pattimura dalam rangka

Diesnatalis yang ke 43 th dan pameran yang diselenggarakan oleh Dewan

Rempah Indonesia yang diketuai oleh Pa Adi Sasono dalam rangka seminar

Rempah Internasional yang bertempat di hotel Aston, Maluku. Materi yang

ditampilkan dalam pameran berupa liflet, brosur, poster, dan biner berdasarkan

hasil penelitian dan kajian.

Kegiatan pameran lainnya yang diikuti oleh BPTP Maluku bersama dengan

Dinas Pertanian Provinsi Maluku adalah PENAS yang diselenggarakan di

Yogyakarta dan kegiatan Pekan Inovasi Spesifik Lokasi di Kendari Sulawesih

Tenggara.

5. Program dan Anggaran

Pada bagian program dan anggaran di BPTP Maluku mempunyai tugas :

o Membantu kepala Balai dalam menyusun landasan, arah dan prioritas

program pengkajian sesuai dengan mandat Balai, serta

menselaraskannya dengan program nasional/pusat.

o Menselaraskan Keterkaitan antar Balai di lingkup Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian dan antar Sub Program di tingkat BPTP

Maluku.

Page 10: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

6

o Mengalokasikan dan menetapkan kebutuhan dana Program Penelitian,

Alokasi biaya, Matriks Program Tahunan, Rencana Desiminasi Hasil

Pengkaji (RDHP) untuk kegiatan tahun 2013 dan Rencana Kinerja

Tingkat Manajemen (RKTM) dan Rencana Operasional Kegiatan Tingkat

Manajemen (ROKTM) yang diusulkan

o Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan dan serta pembuatan

laporan program penelitian

o Menyiapkan bahan laporan bulanan Semester I dan II.

o Menetapkan urutan prioritas Rencana Diseminasi Hasil Pengkaji (RDHP)

sesuai dengan isu dan program penelitian tingkat nasional dan

kebutuhan daerah setelah konsultasi dengan Kepala Balai

o Menetapkan sebaran kegiatan dan alokasi dana menurut skala prioritas,

ketersediaan dana, pemerataan dan kemampuan tenaga dan sarana

masing-masing Sub-Program dan/atau Kelti

o Mengalokasikan anggaran pada masing-masing kegiatan yang

diselaraskan dengan anggaran yang tersedia.

Pada T.A. 2013 akan dilaksanakan kegiatan yang bersifat spesifik lokasi

sebanyak 7 RPTP, terdiri atas : rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian

1 RPTP dan 8 RDHP untuk teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna, serta

kegiatan pendampingan dan program strategis 2 RDHP serta produksi benih 1

RDHP. Kegiatan pengkajian, diseminasi dan manajemen ini didanai oleh APBN

sesuai yang tertera dalam Tabel 3.

Tabel 3. Alokasi anggaran berdasarkan kegiatan TA. 2013

No Uraian kegiatan Pagu DIPA

I. Belanja Mengikat 6.786.221

1801.994.001 Belanja Pegawai 5.870.865

1801.994.002 Peny. Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 915.356

II. Belanja Tidak Mengikat 4.664.992

1801.003.001 Manajemen 1.041.182

1801.003.001.011 Pengelolaan Administrasi Keuangan 647.259

1801.003.001.012 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran 146.900

1801.003.001.013 Monitoring, Evaluasi, Pelaporan 104.500

1801.003.001.014 SPI/WBK 17.000

Page 11: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

7

1801.003.001.015 Pengelolaan Website/Perpustakaan 76.300

1801.003.001.016 Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium 12.223

1801.003.001.017 Pemeliharaan Akreditasi Manajemen 37.000

1801.008 Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang

120.385

1801.008.018.A Kerj asama dan MOU 41.850

1801.008.018.B Mendukung Seminar/Workshop Nasional/Internasional 78.535

1801.010 Koordinasi Dan Sinkronisasi Kegiatan Satker 115.500

1801.013 Teknologi Spesifik Lokasi 950.225

1801.013.020.A Inventarisasi, dokumentasi dan karakteristik Penyebaran Plasma Nutfah Komoditas, Perkebunan Tanaman Pangan Dan Hortikultur Spesifik Lokasi Di Prov. Maluku

142.290

1801.013.020.B Kajian Perbaikan Tek. Budidaya Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif Di Maluku

102.300

1801.013.020.C

Kajian Diversifikasi Produk Olahan Pangan Lokal Non Beras Mendukung Ketahanan Pangan Di Maluku (Beberapa Varietas Jagung Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Roti Tawar Di Kab. Malra Prov. Maluku)

85.115

1801.013.021.A Pemetaan farming System Zona (Skala 1 : 50.000) DI kecamatan Kairatu Kab. Seram Bagian Barat

96.000

1801.013.022.A Kajian Perbaikan Pola Pemeliharaan Itik Lokal Pada Petani Lahan Sawah Di Maluku

121.830

1801.013.022.B Kajian Adaptasi Dan Pengembangan Beberapa VUB Padi rawa Pada Lahan Sub. Optimal Di Kab. Maluku Tengah Dan Kab. Seram Bagian Barat.

123.690

1801.013.023. Pengelolaan Sumberdaya Genetik 279.000

1801.015 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 50.000

1801.015.024 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian 50.000

1801.018 Teknologi Yang Terdiseminasikan Ke Pengguna 1.733.271

1801.018.025.A Pameran 64.000

1801.018.025.B Media Cetak 44.000

1801.018.025.C Siaran TV Lokal 93.673

1801.018.025.D Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi 216.783

1801.018.025.E Model Kawasan Rumah Pangan Lestari 988.065

1801.018.025.F Pendampingan KRPL 71.750

1801.018.025.G Kebun Bibit Desa 165.000

1801.018.025.H Kebun Bibit Induk 30.000

1801.018.025.J KRPL Lama 35.900

1801.019 Laporan Pelaksanaan KegiatanPendampingan Inovasi Pertanian Dan Program Strategis Nasional

454.841

1801.019.026.A Pendampingan SL-PTT Padi Sawah 186.841

1801.019.026.B Pendampingan SL-PTT Jagung 93.000

1801.019.026.I Pendampingan Katam SL-PTT 50.000

1801.019.026.K Demfarm Kedelai 75.000

1801.025 Produksi Benih 281.474

Page 12: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

8

1801.025.029 Perbanyakan Benih Sumber (28 ton benih ES) 281.474

III. Belanja Modal

1801.024 Pengadaan Buku 30.000

1801.024.028 Pengadaan Buku 30.000

1801.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 178.500

1801.996.030.A Pengadaan Alat Pengolah Data 100.000

1801.996.030.B Pengadaan Alat elektronik 60.000

1801.996.030.C Honor Pengadaan 18.500

1801.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 585.700

1801.997.031.A Lab. Diseminasi 379.700

1801.997.031.B Peralatan KP. Makariki 80.000

1801.997.032.A Peralatan GPS 16.000

1801.997.032.B High Profile Perbenihan 110.000

1801.99 Gedung/Bangunan 6.500.000

1801.998.033.A Renovasi Bangunan Gedung Negara 2.174.377

1801.998.033.B Renovasi Rumah Negara 2.250.416

1801.998.033.C Sarana Prasarana Lingkungan Gedung 1.606.435

1801.998.033.D Renovasi Gedung Perpustakaan 468.772

Total Pagu 18.827.299

Page 13: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

9

1. Peningkatan kapasitas Kelembagaan

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, BPTP

Maluku berkewajiban melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi yang telah

diimplementasi secara nasional baik dilembaga-lembaga pemerintah maupun

institusi pemerintah secara berkelanjutan. Pembaharuan dan perubahan

mendasar terhadap system penyelenggaraan pemerintah, terutama menyangkut

aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia.

Untuk mendukung reformasi birokrasi tersebut BPTP Maluku wajib

menerapkan ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan

birokrasiBPTP Maluku dituntut untuk memiliki standard performance sesuai

standard mutu dalam pelayanan terhadap masyrakat, mempunyai konsistensi

dan komitmen terhadap mutu manajemen dan melaksanakan tupoksi dan fungsi

organisasi dengaan baik.

Reformasi birokrasi menutut adanya perubahan kultur dalam bekerja.

Salah satunya berupa disiplin kehadiran dengan mantaati jam kerja. Untuk

mendukung hal tersebut, BPTP Maluku telah menerapkan system absensi

elektronik untuk meningkatkan disiplin kerja bagi para pegawai. Hasil absensi

tersebut secara berkala dilaporkan secara berjenjang ke BBP2TP, Badan Litbang

pertanian dan Kementrian pertanian. Selain peningkatan disiplin pegawai,

diharapkan setiap aparatur Negara (PNS) dapat memiliki sikap, tindakan dan

perilaku yang dapat menginisiasi terciptanya budaya kerja yang efisien, hemat,

disiplin tinggi, dan anti KKN sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian no

06/permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22 januari 2010.

2. Kondisi dan Kompetensi SDM

Sumberdaya manusia sebagai salah satu input dalam indicator kinerja

yang dimiliki BPTP Maluku memegang peranan penting dan strategis dalam

mendukung kinerja BPTP Maluku menunju institusi yang akuntabel. Keberhasilan

Reformasi Birokrasi

Page 14: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

10

pengembangan SDM pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pelaksanaan

pengkajian dan diseminasi, serta manajemen institusi.

Keragaan SDM berdasarkan pendidikan, fungsional dan jabatan sebagai

berikut :

Uraian Tugas Pendidikan Jumlah

SLTP SLTA D3 S1 S2 S3

Peneliti 5 7 3 15

Penyuluh 5 3 8

Pustakawan 1 1

Fungsional umum

4 43 13 1 61

Jumlah 4 43 1 23 11 3 85

Keragaan SDM BPTP Maluku berdasarkan fungsional dan jabatannya

adalah sebagai berikut : presentase terbesar dari pegawai BPTP Maluku masih

didominasi oleh fungsional umum/pegawai penunjang sejumlah 68,5% yang

Rekapitulasi PNS menurut Gologan/Ruang

Page 15: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

11

meliputi tenaga administrasi, tenaga ketatausahaan, tenaga keuangan, dan

jabatan non fungsional lainnya. Sedangkan jabatan fungsional peneliti 16,9%,

fungsional penyuluh 9%, sementara fungsional pustakawan 1%.

Dari keragaan jabatan fungsional dimaksud, diharapka para pejabat

fungsional dapat mengoptimalkan peran dan tupoksi jabatannya masing-masing

dalam mendukung visi, misi dan kinerja BPTP Maluku dalam mencapai tujuan

organisasinya.

Page 16: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

12

1. Kajian Potensi Dan Perbaikan Teknologi Budidaya Beberapa Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif

Di Maluku

Kajian potensi dan perbaikan teknologi budidaya beberapa pangan lokal

(jagung dan kacang tunggak) sebagai sumber pangan alternatif di Maluku

dilaksanakan di KP. Makariki dan di dusun Kampung Baru, desa Haruru,

kecamatan Amahai, Kab. Maluku Tengah dengan tujuan perbaikan teknologi

budidaya pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) pada lahan kering;

meningkatkan produktivitas pangan lokal (jagung dan kacang tunggak)

dan pendapatan petani pada lahan kering. Keluaran (Output) yang

diharapkan Diperolehnya teknologi perbaikan budidaya pangan lokal

(jagung dan kacang tunggak) pada lahan kering; Meningkatnya

produktivitas pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) dan pendapatan

petani pada lahan kering.

Perbaikan teknologi budidaya tanaman pangan lokal (jagung dan kacang

tunggak) yang dikaji adalah : A = Monokultur kacang tunggak; B =

Tumpangsari kacang tunggak dan jagung dengan basecrop kacang tunggak (4

baris kacang tunggak dan 2 baris jagung); C = Monokultur jagung; D =

Tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop jagung (4 baris

jagung dan 4 baris kacang tunggak), dan E = Jagung dan kacang tunggak

ditanam dalam satu lubang (sesuai dengan kebiasaan petani di MBD). Jarak

tanam jagung adalah 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang), jarak tanam kacang

tungak 40 cm x 20 cm (2 tanaman/lubang) untuk perlakuan A, B, C dan D,

sedangkan untuk perlakuan E, jarak tanam adalah 100 cm x 80 cm (2 tanaman/

lubang). Teknologi budidaya lainnya berdasarkan konsep pengelolaan tanaman

terpadu, antara lain pemupukan berimbang, yaitu pupuk anorganik berdasarkan

hasil analisis tanah dengan mengunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dan

pupuk organik 2 ton per ha, sedangkan pengendalian hama penyakit

berdasarkan konsep PHT. Luas petak percobaan 8 m x 10 m. Perlakuan disusun

Ringkasan Hasil Kegiatan 2013

Page 17: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

13

dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali. Parameter yang diamati

dalam kajian ini adalah komponen pertumbuhan dan hasil tanaman pangan local

(jagung dan kacang tunggak) serta biaya usahatani. Hasil kajian menunjukkan

bahwa pola tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop kacang

tunggak (Perlakuan B) memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan yang

tertinggi dengan B/C rasio sebesar 2,41. Pola tanam lainnya yang cukup

menguntungkan adalah monokultur jagung (C), monokultur kacang tunggak (A),

dan tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop kacang tunggak

(B).

2. Inventarisasi, Dokumentasi Dan Karakterisasi Penyebaran

Plasma Nutfah Komoditas Perkebunan, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Spesifik Lokasi Di Propinsi Maluku

Kajian Inventarisasi, Dokumentasi dan Karakterisasi Penyebaran Plasma

nutfah Komoditas Perkebunan, Tanaman pangan dan Hortikultura Spesifik Lokasi

di Propinsi Maluku dilaksanakan di gugus pulau II(Kabupaten Seram Bagian

Barat),III (Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Seram Utara Barat dan IV

(Kabupaten Seram Bagian Timur). Inventarisasi, dokumentasi dan karakterisasi

penyebaran plasma nutfah /sumber daya genetic komoditas spesifik lokasi di

Maluku dilakukan dengan pendekatan survai. Melalui pendekatan ini data

potensi, dan penyebaran plasma nutfah dapat di kumpulkan dan diiventarisasi

(catat), kemudian data tersebut dijelaskan dalam bentuk peta dan memvalidasi

data base dari III gugus pulau di Maluku untuk penentuan aksesi. Untuk

mengefisienkan tenaga kerja, waktu, dan biaya maka kegiatan survai dilakukan

mengacu pada metode Hawkes (1980), yaitu apabila populasi tanaman banyak

Budidaya Beberapa Pangan Lokal di lokasi kegiatan

Page 18: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

14

maka dilakukan secara acak, tetapi bila populasinya terbatas maka pengambilan

contoh diambil dari tanaman yang dijumpai di lapang. Sampel yang dikumpulkan

berupa tunas/anakan, masing-masing 1-4 tanaman untuk tiap aksesi. Tanaman

sampel diberi kode aksesi lalu dicatat karakter penting dan sifat-sifat khusus

yang dimiliki, nama tempat dan agroklimat, serta karakter lainnya. Sampel

anakan kemudian ditumbuhkan di Kebun Percobaan Makariki. Pada saat

ekplorasi diperoleh Hasil survai komoditas tanaman perkebunan, pangan dan

hortikultura spesifik lokasi di tiga gugus pulau (II,III dan IV) menunjukkan

bahwa tingkat sebaran plasma nutfah atau sumber daya genetic sangat

beragam, hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan beberapa aksesi

komoditas perkebunan, pangan dan hortikultura sebagai berikut: Gugus pulau II

(Kabupaten Seram Bagian Barat) yang terdiri dari 8 kecamatan sampel (Seram

barat, Huamual Muka, Taniwel, Taniwel Timur, Waisala, Kairatu, Amalatu,

Elpaputih dan Kairatu barat). Komoditas spesifik lokasi yang ditemui: a) tanaman

perkebunan spesifik lokasi : Cengkeh (Tuni dan Seputih), kelapa dalam (hijau

dan orange/merah), Aren/Gamutu dan pala Banda. b) Tanaman pangan : Sagu

(Molat, Tuni, Ihur, makanaro, Rotan); Ubi Kayu (sangkola, Nasi, Aneka, Ular,

Bastel, Kuning, Huku, Bubur, pulut, keriting, daun panjang dan kasbi bunga );

Ubi Jalar (Kapur, Morokau, Wortel, Gila-gila, merah, unggu, dan kuning); Gembili

(kasbi dan kentang gantung), Ubi Kelapa dan ubi ular, Ubi Putih dan Ubi

merah/unggu; Pisang (Abu-abu, raja, Meja, 7 Bulan,40 hari, Bawang Merah,

Tonka langit, Dewaka, Susu dan tanduk); Keladi johar, Sukun, Gomu. C)

tanaman hortikultura : Durian (bantal Bantal polo, Rumapelu, Sukun, K7, 6

jalur, 8 jalur dan durian sawai), Mangis/Manggustan, Gandaria, Langsat,

kakusang, Mangga (Golek , telur dan mangga papaya), Nenas, salak dan sayur

.Gugus pulau III ( Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku tengah).

Komoditas spesifik lokasi yang ditemui: a) Tanaman perkebunan : Kelapa dalam

(Hijau buah kecil dan hijau buah besar, Orange/merah ), kakao lokal. b) tanaman

pangan : Pisang (Bawang merah, dewaka, raja). c) tanaman hortikultura :

cempedak, langsat). Gugus pulau IV terdiri dari 4 kecamatan sampel (

Kecamatan Pulau gorom, Tutuk tolu, Teluk waru, Bula) Komoditas spesifik yang

ditemui : a) Tanaman perkebunan : Pala (Liat, Andan, Onin), Kelapa dalam

(hijau, orange/merah dan bulan terang), b) Tanaman pangan : pisang (raja,

pisang abu-abu, pisang meja/ambon, pisang susu, pisang dewaka, pisang

Page 19: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

15

tanduk, pisang tembaga/bawang merah, pisang kapal, pisang 40 hari); ubi kayu

(3 bulan, 6 bulan, sangkola); keladi johar. sedangkan kacang tanah dawang

warna merah muda keputihan. c) Tanaman Hortikultura : durian Gumumai,

manggis.

Penampilan tanaman perkebunan ( aren, cengkeh, yang

ditemui dari hasil survai di kec. Seram barat

Penampilan 8 aksesi ubi kayu (kasbi Huku, kasbi kuning, kasbi Inggris, kasbi sankola/pahit,

kasbi tiga bulan, kasbi Bastel, kasbi Aneka, kasbi Bubur) di desa Morekau

Penampilan 6 aksesi ubijalar (patatas Morekau, patatas Kapur, patatas Wortel, patatas Gila-gila, patatas Merah dan patatas Mayana/Unggu) di desa Morekau.

Page 20: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

16

Penampilan buah, daging dan biji pala Onin

Penampilan buah, biji Andan besar dan Andan kecil

Penampilan Daun cengkeh Zanzibar dan cengkeh Maluku di kec.Kian darat dan Kec. Tutuk Tolu

Penampilan 4 jenis kelapa (Orange/merah, Hijau, Kuning dan bulan)

Page 21: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

17

3. Kajian Adaptasi Dan Pengembangan Beberapa Padi

Varietas Unggul Baru Pada Lahan Sawah Sub Optimal Di Kabupaten Maluku Tengah Dan Seram Bagian Timur

Kajian adaptasi dan pengembangan beberapa padi VUB dilakukan di

kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur pada lahan sawah yang

tergolong sub optimal. Tujuan dari kegiatan ini adalah : Mengetahui potensi dari

beberapa padi varietas unggul baru untuk lahan sawah sub-optimal;

Mendapatkan minimal 2 varietas unggul baru yang adaptif untuk lahan sawah

sub-optimal; Meningkatkan produktivitas padi sawah > 4,5 t GKP/ha untuk lahan

sawah sub-optimal. Keluaran yang diharapkan adalah diketahuinya potensi dari

beberapa padi varietas unggul baru untuk lahan sawah sub-optimal;

diperolehnya minimal 2 varietas unggul baru yang adaptif untuk lahan sawah

sub-optimal; Meningkatnya produktivitas padi sawah > 4,5 t GKP/ha untuk lahan

sawah sub-optimal.

Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Maluku Tengah, yaitu di Seram Utara

dan di Kabupaten Seram Bagian Timur. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan

PRA untuk mengetahui lokasi kajian dan permasalahan serta teknologi yang

dilakukan petani setempat. Pengumpulan data dilakukan melalui desk study (data

sekunder), wawancara/interview kepada petani dan PPL (data primer), dan data

hasil kajian (data primer). Data yang diamati meliputi sistem usahatani/budidaya

padi yang dilakukan petani setempat, data pertumbuhan dan hasil tanaman

meliputi tinggi tanaman menjelang panen, jumlah anakan produktif/rumpun,

jumlah gabah/rumpun, jumlah gabah isi dan gabah hampa/rumpun, bobot 1000

biji, hasil per petak ubinan 2,5 x 5 m, dan hasil per hektar, data biaya usahatani,

dan data pendukung lainnya (serangan hama penyakit, curah hujan). Data

pertumbuhan dan hasil tanaman ditabulasi dan selanjutnya dianalisis secara

statistik menggunakan program system SAS. Untuk melihat perbedaan antar

perlakuan digunakan uji Duncan.

Perlakuan yang akan dikaji adalah beberapa varietas baru untuk lahan

sawah sub optimal, yaitu Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 5, Inpara 6, IPB 3

S, IPB 4 S, dan IPB Kapuas 7 R. Luas lahan kajian di Maluku Tengah 1 ha dan di

Seram Bagian Timur 1 ha, sehingga total luas lahan kajian 2 ha. Dosis pupuk

Page 22: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

18

NPK Phonska sesuai dengan hasil analisis tanah berdasarkan PUTS/PUTR dan

nitrogen berdasarkan BWD. Pupuk organik yang digunakan adalah Petroganik

dengan dosis 1,5 t/ha. Teknologi budidaya padi lainnya berdasarkan konsep

teknologi PTT. Hasil kajian menunjukkan analisis tanah awal dengan

menggunakan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR) versi 1,0 menunjukkan bahwa

status hara tanah untuk ketiga lokasi kajian adalah N tergolong sangat tinggi, P

rendah sampai sedang, K rendah, dan pH tanah agak masam. Pengamatan

pertumbuhan tanaman baru dilakukan di desa Jakarta Baru, meliputi tinggi

tanaman, jumlah anakan, dan warna bagan daun pada umur tanaman 30 hari

setelah tanam. Varietas Inpara 2 rata-rata memiliki tinggi tanaman yang lebih

tinggi (64,80 cm) dibandingkan dengan varietas lainnya, menyusul IPB Kapuas 7

R (64,20 cm), Inpara 6 dan IPB 3 S, masing-masing 62,90 cm dan 62,70 cm.

Namun rata-rata jumlah anakan terbanyak terdapat pada varietas Inpara 6

(29,80 anakan), menyusul Inpara 2 (22,80 anakan), IPB Kapuas 7 (19,50

anakan), dan terendah pada varietas IPB 3 S (16,20 anakan). Hasil pengukuran

terhadap kehijauan daun dalam kaitannya dengan kecukupan hara nitrogen

menunjukkan bahwa varietas Inpara 2 memberikan nilai BWD lebih tinggi (3,40)

dibandingkan dengan varietas lainnya (2,70 – 3,20), meskipun masih

memerlukan tambahan hara nitrogen untuk mencukupi kebutuhan tanaman

dalam proses pertumbuannya. Nilai kecukupan hara untuk nitrogen ditunjukkan

pada skala 4,0 ke atas.

Kegiatan Padi Varietas Unggul Baru Pada Lahan Sawah Sub Optimal

Page 23: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

19

4. Perbaikan Sistem Pemeliharaan Itik Lokal secara intensif

pada Petani Lahan Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Prov. Maluku

Peluang pengembangan ternak itik di Maluku dapat dilaksanakan pada

daerah sentra padi sawah. Mengingat Maluku sebagai sentra padi untuk

Indonesia Timur, memiliki lahan persawahan yang cukup luas dengan luasan

panen padi sekitar 18.545 ha (BPS Maluku, 2012). Hal ini memungkinkan karena

itik hidup di agroekosistem basah dan dapat diintegrasikan dengan usahatani

padi. Saat ini, populasi itik di wilayah Propinsi Maluku sebanyak 406.719 ekor

dengan produksi telur 20.153.743 butir (BPS Maluku, 2012). Tujuan Kajian ini

adalah untuk melihat Pola pemeliharaan itik secara intensif yang dilakukan

peternak sehingga mampu meningkatkan produktivitas itik petelur lebih tinggi

dan melihat pertumbuhan dan perkembangan produksi telur. Keluaran Tahun

berjalan adalah tersedia suatu pola pemeliharaan itik secara intensif dengan

tingkat produktivitasnya yang lebih baik; Tersedia data pertumbuhan dan

perkembangan serta produksi hasil telur itik secara intensif di tingkat peternak.

Kegiatan pengkajian dilakukan di Kabupaten SBB kecamatan Kairatu desa

Waemital. Dalam pengkajian ini digunakan anak itik berumur 2 minggu sebanyak

100 ekor yang di bagikan ke 3 peternak itik masing-masing ada yang mendapat

33 ekor dan ada yang 34 ekor. Bangunan kandang ukuran 4 m x 3 m dibuat

pada masing-masing peternak dengan tempat bermain dan tempat untuk

istirahat pada malam hari. Rancangan pengkajian dianalisis secara deskriptif.

Sementara untuk perhitungan ekonomi menyangkut untung rugi akan dianalisis

berdasarkan R/C ratio. Data yang dikumpulkan berupa bobot awal, bobot

menjelang bertelur, produksi telur, berat telur, dan karakteristik tubuh itik. Hasil

yang diperoleh memperlihatkan Tingkat mortalitas ternak itik yang dipelihara

periode starter sampai periode layer untuk peternak pa Naan dan pa Supriyanto

sangat tinggi berkisar 30-77%, sementara pa Safei sangat yakni kecil 6%.

Tingkat mortalitas yang tinggi disebab karena adanya serangan penyakit

ND yang meluas di kabupaten SBB dan menyerang semua ternak unggas

termasuk itik yang ada. Umur dan bobot badan pertama bertelur berbeda antara

ketiga peternak, dimana peternak pa Naan umur pertama bertelur 157 hari

dengan bobot badan 1680 g, sementara peternak Safei 164 hari dengan bobot

Page 24: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

20

itik sebesar 1754 g, dan peternak Supriyanto 180 hari dengan bobot itik 1861 g.

Karakteristik itik lokal Maluku yang dilihat berupa panjang paruh untuk jantan

(6.42 cm), betina (5,42 cm); lebar paruh jantan (2,76 cm), betina (2,39 cm),

tinggi kepala jantan (4,24 cm), betina (3,79 cm); panjang kepala jantan (6,46

cm), betina (5,34 cm); panjang leher jantan (24,23 cm), betina (20,58 cm);

panjang sayab (27,80 cm), betina (25,25 cm); panjang punggung jantan (22,69

cm), betina (20,58 cm); panjang sternum jantan (11, 85 cm), betina (11,04 cm);

panjang tibia jantan (9,44 cm), betina (8, 25 cm); panjang tersometatarsus

jantan (5,61 cm), betina (5,36 cm), panjang jari ke tiga jantan (6,69 cm), betina

(5,94 cm).

Untuk produksi telur yang dipelihara ke tiga peternak selama 9 bulan

peternak (Safei) dengan jumlah itik sebanyak 32 ekor dapat memproduksi telur

itik sebanyak 1169 butir dan produksi telur bisa bertahan sampai 3 bulan,

peternak Naan sebanyak 494 butir bertahan hanya 2 bulan dan peternak

Suptiyanto 215 butir hanya 1 bulan. Peternak Naan dan Supriyanto boleh

dikatakan kurang berhasil dalam penanganan itik mereka karena hanya

berproduksi 1 dan 2 bulan, setelah itu itiknya mengalami rontok bulu. Peternak

Safei cukup berhasil dalam mempertahankan produksi telur, hal ini kemungkinan

karena ada pemberian pakan tambahan berupa gabah dan sisa-sisa makanan

yang berasal dari restoran (rumah makan) yang dikumpulkannya setiap hari

selain pakan anjuran yang dikasih tim pengkaji. Penanganan pengelolaan telur

oleh ketiga peternak (Pa Naan, Safei dan Supriyanto) berupa penjualan telur

mentah yang dapat digunakan untuk telur konsusmi atau juga untuk ditataskan.

Kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diberikan selama kajian berupa materi

tentang bagaimana caranya memelihara itik dengan sistem pemeliharaan

intensif; juga bagaimana caranya membuat ransum itik berbahan baku lokal dan

sederhana, dan bagaimana caranya pengelolaan hasil panen berupa telur yang

dibuat menjadi telur asin dengan berbagai rasa.

Keberadaan itik periode Layer (periode bertelur)

Page 25: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

21

5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi

(M-P3mi) Di Maluku

m-P3MI Kabupaten Seram Bagian Barat (Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Berbasis Integrasi Tanaman/Padi Sawah –

Ternak/Sapi Potong pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi Dataran Rendah).

m-P3MI Kabupaten Maluku Tenggara (Model Pengembangan

Pertanian Pedesaan Berbasis Pangan Lokal-Ubi Kayu pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah).

Kegiatan m-P3MI atau MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PEDESAAN

MELALUI INOVASI merupakan salah satu kegiatan strategis Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian dalam upaya mempercepat diseminasi teknologi

pertanian melalui inovasi dan merupakan kelanjutan dan kegiatan Prima Tani

tahun 2007-2010. m-P3MI bertujuan mempercepat, meningkatkan dan

memperluas prevalensi adopsi teknologi pertanian inovatif bagi pengguna.

Implementasi program m-P3MI tersebut dilapang berbentuk unit percontohan

berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu. Unit percontohan yang

holistik itu meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasac panen, pengolahan

hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan

penguatan sarana pendukung agribisnis. Dengan dengan demikian akan terjadi

proses pembelajaran dan diseminasi teknologi yang berjalan secara simultan,

sehingga spketrum diseminasi menjadi semakin meluas.

Sejak tahun 2011, BPTP Maluku telah mengembangkan m-P3MI Berbasis

Integrasi Tanaman (Padi Sawah) - Ternak (Sapi Potong) pada Agroekosistem

Lahan Sawah Irigasi Dataran Rendah di Maluku, berlokasi di desa Waimital

kecamatan Kairatu kabupaten Seram Bagian Barat. Walaupun kegiatan telah

berjalan dua tahun, namun masih dalam tahapan inisiasi model. Tahun 2013 m-

P3MI di desa Waimital adalah model pertanian Berbasis Integrasi Tanaman (Padi

Sawah) - Ternak (Sapi Potong) pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi

Dataran Rendah dan masuk pada tahapan pengawalan model. Sedangan pada

lahan kering dataran rendah iklim basah di Maluku Tenggara baru dimulai tahun

2013 yaitu sehingga masih dalam tahapan inisiasi model.

Kegiatan m-P3MI di Maluku terdiri atas dua kegiatan utama yaitu;

Page 26: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

22

(1) m-P3MI pola usahatani Integrasi Padi sawah-ternak sapi potong

berbasis agribisnis pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigari Dataran Rendah di

Seram Bagian Barat dengan komoditas padi sawah dan ternak sapi potong. m-

P3MI di Seram Bagian Barat telah masuk pada tahapan pengawalan model

dengan focus kegiatan sebagai berikut: (a) pemanfaatan limbah kotoran ternak

sebagai sumber energi alternatif (biogas) dan sebagai pupuk organik untuk

tanaman padi sawah; (b) pelatihan pembuatan dedak padi (dedak-mix) sebagai

suplemen pakan untuk pengemukan sapi potong; (c) diseminasi inovasi teknologi

melalui penyebaran media cetak (brosur/leaflet);dan (d) temu lapang.

(2) m-P3MI pola usaha berbasis pangan lokal-ubi kayu akan dilaksanakan

pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di kabupaten

Maluku Tenggara, dengan komoditas utama ubi kayu/enbal dan fokus kegiatan

adalah sebagai berukut; (a) implementasi inovasi teknologi usahatani berbasis

pangan lokal (ubi kayu/enbal), (b) peningkatan pengetahuan dan kemampuan

petani melalui pelatihan pengolahan enbal aneka rasa dan susu jagung, dan (c)

temu lapang inovasi teknologi usahatani berbasis pangan lokal (ubikayu/enbal).

Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:

(1) m-P3MI pola usaha Integrasi Padi sawah-ternak sapi potong berbasis

agribisnis pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigari Dataran Rendah di

Seram Bagian Barat dengan hasil sebagai berikut; (a) pemanfaatan

kotoran sapi kapasitas tangki 7 m3 dapat menghasilkan gas sebanyak 4

tungku untuk empat keluarga; (b) sapi yang dipelihara secara semi

intensif (pagi dilepas,sore dan malam dikandang) yang diberi rumput

lapangan sebagai pakan basal dan pakan jerami ditambahkan dedak padi

sebagai suplemen (dedak-mix) member hasil rata rata pertambahan

bobot badan harian (PBBH) ternak jantan umur 3 tahun rata-rata sebesar

310 ± 125 /gram/hari dan ternak betina dewasa (afkir) diperoleh

pertambahan berat badan (PBBH) sebesar 220 ± 0,175 gram/hari,

sedangkan pola petani untuk sapi Bali jantan 230 ± 0,150 gram/ekor/hari

dan sapi Bali betina 150 ± 0,165 gram/ekor/hari; (c) pemupukan sapi

dengan pupuk kandang kotoran sapi (1 t/ha) memberikan hasil padi

varietas Inpari 13 sebesar 7,2 t/ha lebih tinggi atau meningkat sebesar

6,0 % dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang kotoran

Page 27: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

23

sapi (6.8 t/ha), (d) diseminasi inovasi pertanian berupa

pengadaan/penyebaran brosur 60 eksemplar dan leaflet 100 eksemplar.

(2) m-P3MI pola usaha berbasis pangan lokal-ubi kayu yang dilaksanakan

pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di

kabupaten Maluku Tenggara, dengan komoditas utama ubi kayu/enbal

memberikan hasil sebagai beriku; (a) unit percontohan (1 ha)

implementasi pola usahatani berbasis enbal telah dilaksanakan oleh satu

kelompok tani (poktan SAR, Gapoktan PRIMA TANI) dimana tanaman

urutan ke-I (kacang tanah) telah panen dengan hasil 2,67 t/ha polong

kering atau meningkat sebesar 147 % dibandingkan dengan produktivitas

eksisting (1,25 t/ha), sedangkan ubikayu dan jagung masih dilapangan;

(b) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani melalui kegiatan

pelatihan pengolahan enbal aneka rasa dan susu jagung diikuti oleh 70

petani terdiri atas petani peserta m-P3MI maupun petani pengolah enbal

desa Debut; (c) temu lapang inovasi teknologi usahatani berbasis pangan

lokal (ubikau/enbal) dihadiri kurang lebih 70 orang terdiri atas; petani

peserta, petani tetangga desa Debut, Kepala Desa Debut, Instansi terkait

(Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Maluku Tenggara; Badan

Ketahanan Pangan Kabupaten Maluku Tenggara; dan BP4K), Koordinator

penyuluh dan Penyuluh Lapangan Kecamatan Kei Kecil, Bintara Bimbingan

Desa (Babinsa) desa Debut.

ANOMAHasil: 6,6 t/ha

Keragaan Tanaman Urutan ke-I (ka.Tanah) dan Tanaman Urutan II (Jagung) dan pelatihan

Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif (Biogas)

Page 28: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

24

6. Peningkatan Manfaat Bahan Pangan Non Beras Mendukung

Upaya Diversifikasi Ketahanan Pangan Di Maluku

Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah yang memiliki keragaman

sumber daya hayati yang cukup tinggi, termasuk tanaman sumber pangan lokal.

Salah satu jenis pangan lokal seperti: jagung,telah dikonsumsi masyarakat

secara turun temurun dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku

terutama Masyarakat Maluku Tenggara sebagai sumber karbohidrat. Namun

pemanfaatannya masih dilakukan secara sederhana. Dengan demikian,

komoditas tersebut perlu dikembangkan sebagai sumber pangan utama bagi

masyarakat dalam bentuk produk setengah jadi atau produk jadi, sehingga

mengurangi ketergantungan pada pangan yang berasal dari beras. Selama ini

masyarakat di Maluku belum memanfaatkan jagung untuk diolah menjadi

berbagai macam produk siap santap. Biasanya jagung hanya dimanfaatkan

dengan cara direbus, dibakardandikeringkan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

informasi pengetahuan tentang teknologi pengolahan hasil pertanian, sehingga

masyarakat sulit untuk mengolah jagung menjadi berbagai macam produk

pangan. Oleh karena itu pengolahan tepung jagung termodifikasi untukbahan

baku olahan roti dan tortilla chips dari jagung perlu dikaji untuk mendapatkan

tekologi pengolahan yang mudah dan dapat diterima secara ekonomis

menguntungkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah,(1) untuk mendapatkan minimal satu

paket rekomendasi teknologi pembuatan roti yang bermutu dengan substitusi

tepungjagung termodifikasi diatas 40 %,(2) untuk mendapatkan minimal satu

paket rekomendasi teknologi pembuatan totilla chips pada perlakuan yang

terbaik dari beberapa jenis jagung lokal, (3) Data dan informasi tentang

substitusi tepung jagung temodifikasi yang tepat untuk pembuatan roti, (4) Data

dan informasi tentang jenis jagung lokal yang terbaik untuk pembuatan tortilla

chips, (5) diperolehnya 1-2 paper yang dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah

nasional terakreditasi.

Penenelitianini terdiri dari dua sub kegiatan antara lain: (1).Kajian

pembuatan roti dari tepung jagung termodifikasi secara fermentasi .Perlakuan

yang diberikan adalah perlakuan jenis jagung= (A) dimana A1 =t. jagung pulut,

A2 =t.Jagung putih. Sedangkan perlakuan substitusi tepung jagung termodifikasi

Page 29: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

25

pada tepung terigu =(B) yaitu B1= tepung jagung 35%:tepung terigu 65%, B2=

tepung jagung 45%:tepung terigu 55% dan B3= tepung jagung 55%:tepung

terigu 45%.Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

Faktorial dengan perlakuan 2 x 3 x 3 ulangan = 18 kombinasi perlakuan dan

dilanjutkan dengan uji BNJ. Parameter yang diamati meliputi: air, protein, lemak,

abu,pati dan gula pereduksi. dan uji organoleptik antara lain; aroma, warna,

rasa, tekstur dan penampakan daya kembang roti (2).Kajian pembuatan tortilla

chip dari beberapa jenis jagung lokal. Perlakuan yang diberikan adalah perlakuan

jenis jagung= (A) dimana A1 = jagung pulut, A2 = jagung kuning, A3 = jagung

ungu, dan A4= Jagung merah dara sedangkan perlakuan konsentrasi larutan

kapur pada waktu perendaman = B, dimana konsentrasi larutan kapur 3 %

padaperendaman 12 jam =B1, konsentrasi larutan kapur 3 % pada perendaman

24 jam =B2 dan konentrasi larutan kapur 3 % pada perendaman 36 jam =B3.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap factorial dengan 4

x 3 x 2 = 24 dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Parameter yang diamati meliputi:

karbohidrat, air, protein, lemak dan abu, serta uji organoleptik antara lain; rupa,

warna, bau, rasa ,tekstur dan tingkat kesukaan.

Hasil terbaik dari uji laboratorium, selanjutnya dilakukan sosialisasi. Untuk

kegiatan sosialisasi, pengumpulan data menggunakan kwisioner yang

pengisiannya dilakukan melalui diskusi dan wawancara intensif terhadap petan

ikooperator. Jumlah ibu-ibu tani kooperator 30 - 40 orang pada satu desa. Hasil

pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa`perlakuan jenis jagung pulut dan

perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung termodifikasi : tepung terigu 35 :

65 % (A1B1) memberikan warna yang disukai oleh panelis dengan skor nilai

4.08, yaituwarna yang disukai panelis adalah cokelat kekuningan seperti layaknya

roti pabrik.Untuk parameter aroma, perlakuan konsentrasi jenis jagung pulut dan

perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung termodifikasi :tepung terigu 35 :

65 % (A1B1) memberikan aroma yang disukai oleh panelis dengan skor nilai

3,86.Hasil pengujian dengan hedonik untuk parameter rasa, perlakuan konsentrasi

jenis jagung pulut dan perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung

termodifikasi :tepungterigu 35 : 65 % (A1B1) memberikan rasa yang disukai oleh

panelis dengan skor nilai tertinggi 4.1.Hasil pengamatan organoleptik terhadap

tekstur roti, menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi jenis jagung pulut dan

perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung termodifikasi :tepungterigu 35 :

Page 30: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

26

65 % (A1B1) memberikan tekstur yang disukai oleh panelis dengan skor nilai

tertinggi 4.00.Hasil pengujian dengan skala hedonik untuk parameter penampilan,

perlakuan konsentrasi jenis jagung pulut dan perlakuan perbandingan substitusi

tepung jagung termodifikasi :tepung terigu 35 : 65 % (A1B1) memberikan tekstur

yang disukai oleh panelis dengan skor nilai tertinggi 3.94. Muturoti yang disukai

panelis adalah perlakuan jenis jagung pulut dan perlakuan perbandingan substitusi

tepung jagung termodifikasi :tepungterigu 35 : 65 % (A1B1) dengan skor nilai

tertinggi 3.86– 4.08.Hasil pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa`jenis

jagung pulut pada perendaman pada larutan kapur 3 % selama 24 (A1B2)

memberikan nilai warna yang disukai oleh panelis dengan skor nilai 4.05.Untuk

parameter bau, perlakuan jenis jagung pulut dan perendaman pada larutankapur

3 % selama 36 jam (A1B3) memberikan bau yang disukai oleh panelis dengan skor

nilai 3,83. Untuk parameter rasa, perlakuan jenis jagung pulut dan

perendaman pada larutan kapur 3 % selama 36 jam (A1B3) agak disukai oleh

panelis dengan skor nilai tertinggi3.45. Untuk parameter kernyahan perlakuan

konsentrasi jenisjagung pulut dan perendaman pada larutan kapur 3 % selama 24

jam (A1B2) memberikannilai yang agakdisukai oleh panelis dengan skor nilai

3,75.Hasil pengamatan organoleptik terhadap tekstur tortilla chips, menunjukan

bahwa perlakuan jenis jagung pulut dan perlakuan perendaman dalam larutan

kapur 3 % selama 24 (A1B2) memberikan nilaitekstur yang agakdisukai oleh

panelis dengan skor nilai tertinggi3.37, dansecarakeseluruhanagak di suka I dengan

nilai tertinggi 3.50.Mutu tortilla chips yang disukai panelis adalah perlakuan jenis

jagung pulut dan perendaman pada larutan kapur 3 % selama 24 jam (A1B2)

dengan skor nilai tertinggi antara3.50– 4.05.

Sosialisasi dilakukan di desa FiditanKab.Maluku Tenggara dengan jumlah

responden sebanyak 50 orang.Sosialisasi produk olahan roti dari tepung jagung

termodifikasi dan torlilla Chips sangat direspon oleh masyarakat setempat karena

selama ini hasil tanaman jagung hanya dikonsumsi dengan cara di bakar, direbus

atau dikeringkan, belum diolah menjadi produk siap santap. Hal iniditunjukan

dengan keinginan responden untuk melakukan pengolahan roti dan tortilla

chips.Sosialisasiini d ikuti dengan kegiatan praktek pembuatan roti dari tepung

jagung termodifikasi dan tortila chips yang dilakukan oleh ibu-ibu responden.

Jumlahrespondenibu-iburumahtanggadanwanitaremajasebanyak 50 orang yang

terdiridari 35 orang ibu-iburumahtanggadan 15 orang wanitaremaja. Dari

Page 31: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

27

hasilujitingkatkesukaanternyata 21.30 % menyatakansangatsuka 62.23 %

respondensuka, 15,70 biasa, 0,77 % menyatakankurangsukadan 0,00 %

menyatakantidaksuka.

Tortilla Chips

Pembuatan Roti jagung

okumentasiPembuatan Roti

Page 32: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

28

7. Pendampingan Inovasi Pertanian dan Program Strategis di

Provinsi Maluku.

Pendampingan Program SL-PTT Padi Sawah Irigasi pada 3 kabupaten (Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Maluku Tengah).

Pendampingan Program SL-PTT jagung pada 1 kabupaten (Maluku Barat Daya).

Penyebab utama rendahnya produktivitas padi di Maluku adalah tidak

tersedianya varietas unggul spesifik lokasi, sehingga petani masih menggunakan

varietas lokal bermutu rendah. Di samping itu teknik budidaya yang diterapkan

oleh petani setempat selalu mengikuti kebiasaan mereka dari tahun ke tahun

tanpa menerapkan teknologi inovatif sehingga produksi yang dicapai tetap

rendah. Di sisi lain, adanya peningkatan kebutuhan pangan dan permintaan

bahan baku industri di masa depan menuntut perlunya inovasi teknologi.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas padi dan jagung adalah

penerapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT merupakan

pendekatan untuk menghasilkan rakitan teknologi dalam pengelolaan hara, air,

tanaman dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan

berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman, pendapatan dan

kesejahteraan petani serta menjamin keberlanjutan kelestarian lingkungan.

Kegiatan display/demplot uji adaptasi varietas unggul baru padi sawah

dan jagung dilaksanakan pada 3 kabupaten (Maluku Tengah, Seram Bagian

Barat dan Maluku Barat Daya). Untuk padi sawah setiap unit percontohan di

tempatkan 5 Varietas Unggul Baru di Kabupaten Seram Bagian Barat varietas

Inpari 16, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 28). Kabupaten Maluku tengah

VUB padi sawah Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 27 dan Inpari 28

sedangkan di Kabupaten Maluku Barat Daya display jagung terdiri dari varietas

(Sukmaraga, Lamuru, Bima 3, Bima 4, Bima 6, Bima 14, Provita 01 dan STJ 01

dan varietas lokal MBD (pembanding), sehingga satu varietas ditempatkan pada

petakan 10 m x 50 m (500 m2).

Kegiatan pendampingan padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat

yang dilakukan BPTP Maluku, diKecamatan Kairatu Barat, dari 5 Varietas Unggul

Baru yang di displaykan dalam bentuk Demfarm menunjukkan bahwa hasil

Page 33: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

29

varietas Inpari 23 memberikan produksi tertinggi (8.6 t/ha),kemudian diikuti oleh

Inpari 24 (8.5 t/ha), Inpari 25 (8.3 t/ha), Inpari 28 (7.9 t/ha) dan Inpari 16 (7.6

t/ha).

Kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Maluku

Tengah dalam bentuk Display varietas dilakukan di dua Kecamatan yakni

Kec.Seram Utara Timur Seti desa Kobisonta dan Kec. Seram Utara Timur Kobi,

desa Samal. Masing-masing 0,5 ha. Kondisi pertumbuhan tanaman sampai saat

ini di desa Kobisonta sudah memasuki fase Masak susu dan direncanakan panen

bulan Februari 2014 minggu ke 2 sedangkan di desa Samal baru memasuki fase

bunting, rencana panen bulan Maret 2014. Sedangkan kegiatan pendampingan

SL-PTT jagung di Kabupaten Maluku Barat Daya Kegiatan Displey Jagung VUB

terdiri dari 7 Jenis Vareitas ( Sukmaraga, Lamuru,Bima 3, Bima 4, ima 6, Bima

14, Privita 01 dan STJ 01) dan 1 Varietas Lokal MBD dilakukan di kecamatan

Pulau-Pulau Terselatan yaitu desa Nowuru dan Yauru. Kegiatan penanaman

baru dilakukan mulai tanggal 27 November sampai dengan 4 Desember 2013 dan

direncanakan panen bulan Maret 2014.

Kegiatan Displey Jagung VUB terdiri dari 7 Jenis Vareitas ( Sukmaraga,

Lamuru,Bima 3, Bima 4, Bima 6, Bima 14, Privita 01 dan STJ 01) dan 1 Varietas

Lokal MBD dilakukan di kecamatan Pulau-Pulau Terselatan yaitu desa Nowuru

dan Yauru. Kegiatan penanaman baru dilakukan mulai tanggal 27 November

sampai dengan 4 Desember 2013 dan direncanakan panen bulan Maret 2014.

Kegiatan pendampingan BPTP sudah dilakukan dengan beberapa kegiatan

mulai dari CPCL, Sosialisasi, Apresiasi dan pelatihan meliputi Pengambilan sampel

tanah, Analisa dengan PUTS, PUTK penentuan dosis pupuk, cara tanam sistem

legowo, cara pemeliharaan, pemberian pupuk Urea untuk tanaman dikontrol

dengan pengunaan BWD, pengendalian gulma, hama dan penyakit dan

penyebaran brosur petunjuk teknis PTT padi sawah, padi gogo, jagung dan

kedelai. Semua kegiatan ini mendapat apresiasi yang cukup besar dari petani

maupun Stakeholder dengan inovasi dan teknologi yang BPTP.

Page 34: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

30

8. DEMFARM KEDELAI

Demfarm kedelai di Maluku merupakan bagian dari kegiatan Pengkajian

Adaptasi dan Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Agroekosistem Lahan

Kering dan Lahan Sawah di Maluku. Lokasi kegiatan Demfarmadalah di lahan

petani kedelai di dusun Waitoso kelurahan Kawa, kecamatan kairatu, Kabupaten

Seram Bagian Barat melibatkan petani secara partisipati. Tujuan pengkajian 1)

Menyediakan 2 paket rekomendasi PTT kedelai di lahan sawah dan lahan kering,

2) Meningkatkan produktivitas tanaman kedelai pada lahan kering (1,95 t/ha)

dan lahan sawah irigasi (2,25 t/ha) melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman

dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Luas lahan Demfarm kedelai pada lahan kering

adalah 3 ha. Komponen teknologi dasar/utama model PTT kedelai yang

diintroduksi meliputi: (1) penggunaan varietas unggul baru Agromulyo; (2) olah

tanah sempurna (OTS), (3) perlakuan benih dengan Iletrisoy pengganti rhizoplus,

(4) jarak tanam 40 cm x 20 cm dua biji per lubang tanam, (5) jumlah benih 40 –

50 kg/ha, (6) pemupukan PTT1: 200 kg Ponska/ha + 50 kg Urea + 1 ton/ha

pupuk organik (Petro organik) + 150 gram Rhizoplus, PTT2: 100 kg/Ponska/ha

+ 25 kg Urea/ha + 2 ton pupuk organik (Petro organik) + 150 gram

Kegiatan SL-PTT di Kabupaten SBB, SBT dan Maluku Tengah

Page 35: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

31

Rhizoplus dibandingkan dengan cara petani. Dari ke tiga paket teknologi PTT

(PTT1, PTT 2 dan pola petani) yang diterapkan pola petani memberikan hasil

yang tertinggi 2,72 t/ha, PTT 2 1,92 t/ha sedangkan PTT 1 tidak diperoleh hasil

karena hama babi yang menyerang lahan petani dan menghabiskan semua

tanaman kedelai dan hasilnya. Berdasarkan análisis kelayakan usahatani pada

lahan kering pola petani memberi R/C ratio lebih tinggi yaitu 6,95 sedangkan

PTT 2 (3,76), hal ini disebabkan karena petani kooperator menggunakan input

yang lebih banyak selain itu petani kooperatornya merupakan ketua kelompok

tani, dan sangat memperhatikan pertumbuhan tanamannya tahap demi tahap

dan ketika ada serangan hama dilakukan penyemprotan sebanyak 5 kali, ketika

tanaman terendam air (banjir) setinggi 1 meter, tanaman tetap dapat bertahan

terhadap cekaman lingkungan tersebut, dan pada saat tanaman sudah siap

untuk dipanen, dilakukan penjagaan/ronda untuk mencegah masuknya babi

hutan ke areal tanaman.

Kegiatan Demfarm Kedelai di Kabupaten SBB

Page 36: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

32

9. AEZ II Kabupaten Seram Bagian Barat

Data dan informasi sumberdaya lahan telah tersedia pada

berbagai tingkat kedetilan dan tingkat skala peta. Salah satu kegiatan

pengumpulan data dan informasi sumberdaya lahan telah dilakukan, yaitu

Penyusunan peta Zona Agro Ekologi (ZAE) skala 1:250.000. Penyusunan

peta ini telah dilaksanakan oleh BPTP di seluruh Indonesia melalui

jaringan litkaji sejak tahun 1996. Peta tersebut sangat bermanfaat sebagai

acuan dasar pada tingkat perencanaan regional atau nasional, sedangkan

untuk pemanfaatannya pada skala operasional perlu ditindaklanjuti

dengan skala yang lebih besar yaitu 1 : 50.000. Pada skala detail tersebut,

penilaian kesesuaian lahan digunakan sebagai dasar untuk menyusun peta

pewilayahan komoditas pada berbagai zone agro-ekologi akan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam pemanfaatan peta ZAE secara

operasional. Tujuan dari pewilayaan komoditas pertanian berdasarkan

AEZ skala 1:50.000 adalah untuk :

1. Menyamakan presepsi, pemahaman dan konsep dari pewilayahan

komoditas pertanian.

2. Menyediakan wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai

sentra produksi pertanian, di Provinsi Maluku

Dengan Keluaran yang diharapkan dari peta pewilayahan komoditas

pertanian berdasarkan AEZ skala 1:50.000 adalah : Naskah laporan adalah

peta penyebaran tanah, peta kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian

tanaman pangan dan peta arahan penggunaan lahan secara rasional

(Rationalized land use) skala semi detail 1 : 50.000, dan hasil ini

mendukung program Badan Litbang Pertanian, BPTP Maluku dan

pengembangan pertanian di Kabupaten Seram bagian Barat Provinsi

Maluku. Metode yang dipergunakan adalah Metode Survai, dimana seluruh

areal yang ditentukan dalam peta kerja di telusuri dan diamati (Tanah,

Pengunaan lahan) dan data iklim yang tersedia di stasium iklim setempat

dan data Sosial ekonomi.

Page 37: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

33

Hasil : Kabupaten Seram bagian Barat (SBB) merupakan

kabupaten kepulauan (37 pulau), dengan luas wilayah luas 85.953,40

km2, terdiri dari 79.005 km2 lautan dan 6.948,40 km2 daratan Wilayah

Kabupaten SBB terdiri dari dataran Kawa, Eti, dan Kairatu yang berada di

Pulau Seran dan pulau-pulau terpisah sebanyak 67 pulau, dimana pulau

yang dihuni sebanyak 11 buah pulau dan pulau tidak dihuni sebanyak 56

pulau.

Daerah survai termasuk wilayah Moson-Tropis yang dipengaruhi

oleh daerah katulistiwa dan dikelilingi oleh laut luas. Musim Barat atau

musim utara berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret

sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai bulan oktober

dan bulan November terjadi pancarobah di Musim Timur. Data curah

hujan yang di ambil dari stasiun iklim Kairatu dari tahun 2009 sampai

2013 menunjukan bahwa total curah hujan di daerah ini mencapai 28.471

mm/tahun. Jumlah hari hujan 212 hari. Suhu udara tahunan rata-rata

sebesar 26,20C dengan suhu maksimum rata-rata 310C dan suhu udara

minimum rata-rata 220C. Berdasarkan peta Agroklimat Oldemen (1980)

daerah survai termasuk B1 (dataran, perbukitan Eti dan Kawa) dan daerah

survai bagian bawah C1 (Kairatu sampai Kairatu Timur).

Klasifikasi tanah di daerah survai berdasarkan system Taksonomi

Tanah (USDA, 2003), mengindentifikasi di lapangan dan analisis

laboratorium, tanah yang dijumpai di Kabupaten Seram Bagian Barat

berkembangan dari bahan induk Aluvium, kolovium, batu gamping,

vulkan, batu pasir,batu liat, skis, gneiss, filit, kuarsit, andesit basal dan

utrabasik/sepertin. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut tanah yang

dijumpai terdiri dari

Page 38: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

34

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Menurut Taksonomi Tanah (USDA, 2003), di

SBB berdasarkan peta kerja lapang.

Ordo Sub Ordo Grup Sub-Grup

Entisol Orthents Udorthents

Lythic Udorthents

Typic Udorthents

Psamemnts Quartzipsamemnts Typic Quartzipsamments

Mollisols Udolls Hapludolls Lythic Hapludolls

Typic Hapludolls

Inceptisol

Aquepts Endoaquepts

Fluventic Endoaquepts

Vertic Endoaquepts

Typic Endoaquepts

Udepts

Dystrudepts Lithic Dystrudepts

Typic Dystrudepts

Eutrudepts Aquic Eutrudepts

Typic Eutrudepts

Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs

Ultisols Udults Paleudults Typic Paleudults

Hapludults Typic Hapludults

a. Penggunaan Lahan

Berdasarkan pengamatan dilapangan daerah survai penggunaan

lahannya adalah :

Hutan sekunder : Daerah-daerah perbukitan dengan tingkat kelerengan

> dari 45% tersebar pada kecamatan Taniwel dan Taniwel Timur,

Huamual, Seram Barat, Hunitetu, Kairatu Timur dan Teluk Elpaputih

tersebar hutan sekunder.

Semak Belukar : Untuk daerah survai lahan belukar tersebar semua

daerah survai dengan kelerengan 25 – 45%.

Kebun Campuran : Penyebaran kebun campuran tersebar setempat di

daerah survai tanaman tahunan dan semusim (kelapa dalam derah pesisir

sampai derah tengah, mangga, durian, sagu dengan kelerengan 1 – 25%.

Page 39: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

35

Kebun Monokultur : Penyebaran kebun monokultur pada dataran

kairatu, Kairatu Barat dan kecamatan seram Barat dengan kelerengan 1 –

15%.

Sawah : Penyebaran daerah persawahan terdapat di daerah Waimital dan

Waihatu yang mendapatkan suplai air irigasi, daerah ini mempunyai

kelereng 0 – 3%.

Mangrove : Jenis pengunaan lahan ini di dominasi oleh bakau dan nipa,

penyebaran hutan ini umumnya tersebar disekitar pantai yang berlumpur

atau bermuara atau di tepi sungai besar, terutama daerah yang terkenah

langsung pasang surut dan intuasi air asing (payau), daerah ini

mempunyai kelerengan 0 – 2%

Pola tanam yang umumnya ditemukan di petani dalam wilayah

kabupaten Seram Bagian Barat adalah Pola tanam Polykultur teristimewa :

- Tanam campuran (mixed cropping) tanpa memperhatikan jarak

tanam, beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama secara

bersamaan : (Ubi kayu, ubi jalar, jagung, pisang, kacang tanah di

tanam pada tegalan yang sama).

- Tanaman tumpang sari (Iintercropping), yaitu menanam lebih dari

satu jenis tanaman pada waktu yang sama. (Kelapa, kakao, jeruk

dan jagung)

Sarana produksi yang di pergunakan antara lain :

Benih

- Benih unggul melalui BLBU, bantuan benih bersubsidi (untuk

padi sawah)

- Palawija dan hortikultura, mempergunakan benih yang

bersertifikat (benih unggul).

- Petani local sebagian besar menggunakan benih lokal.

Pupuk

- Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang bersubsidi dari

pemerintah dengan unsure hara yang berimbang yaitu ;

Urea:TSP/SP-36:KCl:BO=300 kg/ha:100 kg/ha:500 kg/ha

Page 40: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

36

Pestisida

Pestisida yang digunakan adalah pestisida kimia dan yang

dianjurkan untuk mengunakan pertisida Organik sehingga ramah

lingkungan.

10. Unit Pengelola Benih Sumber Bptp Maluku

Produksi benih sumber menjadi sangat penting dan menempati posisi

strategis dalam industri perbenihan nasional guna mendukung peningkatan

produksi padi, jagung dan kedelai. Selanjutnya benih sumber akan menjadi

sumber bagi produksi benih dari kelas di bawahnya yang akhirnya digunakan

petani. Untuk mempercepat laju penyaluran benih sumber yang bersertifikat

hingga ketingkat petani perlu dibangun suatu sistem produksi benih sumber

secara partisipatif mulai dari pemilihan komoditas dan varietas yang mendapat

respon cukup baik dari petani maupun penangkar benih lokal.

Di Provinsi Maluku terdapat 4 (empat) kabupaten sentra produksi padi sawah

yaitu : Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan

Buru. Luas areal sawah irigasi di keempat kabupaten tersebut masing-masing

9.500 ha, 1.864 ha, 3.000 dan 13.298 ha (SL-PTT Provinsi Maluku, 2012).

Kegiatan AEZ II di Kabupaten Seram Bagian Barat

Page 41: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

37

Dengan total areal pertanaman seluas 27.662 ha, maka kebutuhan benih sebar

(ES) untuk dua kali musim tanam adalah sebesar 1.383 ton. Dengan mengetahui

kebutuhan benih sebar (ES) sebesar itu pertahunnya, maka dapat dihitung

kebutuhan benih padi kelas SS (benih pokok) dan benih dasar (FS) masing-

masing sebesar 11,5 ton dan 100 kg. Dengan dasar pertimbangan ini maka UPBS

BPTP Maluku sebaiknya mengambil peran untuk hanya memproduksi benih padi

kelas SS dan ES dengan kisaran antara 20 – 30 % dari total kebutuhan benih

padi di Provinsi Maluku.

Kegiatan UPBS BPTP Maluku tahun 2012 terfokus pada komoditas padi

sawah yang dilaksanakan di tiga kabupaten yaitu : Kabupaten Maluku Tengah,

Seram Bagian Barat, dan Seram Bagian Timur. Tahapan pelaksanan kegiatan

UPBS BPTP Maluku tahun 2012 sebagai berikut :

- Persiapan

- Pelaksanaan :

Penyiapan lahan persemaian

penyemaian benih

Pengolahan tanah dan penanaman,

Pemeliharaan pertanaman

Target dan Realisasi Produksi Benih Padi UPBS dapat dilihat pada Tabel berikut :

Kabupaten Varietas Kelas

Benih

Luas tanam

(ha)

Target

Produksi (kg)

Realisasi

Produksi (kg)

SBB Mekongga FS 3 9.000 9.000

Maluku Tengah Ciherang FS 2 6.000 2.600

Mekongga FS 1 3.000 1.400

SBT Cigeulis SS 3 9.000 4.000

Jumlah 9 27.000 17.000

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa realisasi produksi tidak

mencapai target di dua kabupaten (Maluku Tengah dan SBT). Hal ini disebabkan,

pada saat mendekati panen pada bulan Juli – Agustus 2013 curah hujan pada

lokasi kegiatan (desa Wailoping Kab. Maluku Tengah dan desa Waimatakabo

Kab. SBT) curah hujan cukup tinggi dan terjadi serangan hama. Kondisi produksi,

Page 42: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

38

dan distribusi benih milik UPBS yang dihasilkan pada tahun 2012 – 2013 dilihat

pada Tabel berikut :

Kabupaten Tahun 2012 Tahun 2013

Varietas Kelas Benih

Produksi (kg)

Distribusi (kg)

Varietas Kelas Benih

Produksi (kg)

Distribusi (kg)

SBB Inpari 10

ES 9.000 9.000 Mekongga SS 9.000 0

Maluku Tengah

Inpari 10

- - - Ciherang SS 2.600 0

Mekongga SS 1.400 0

SBT Cigeulis

ES 9.000 7.000 Cigeulis ES 4.000 4.000

Jumlah 18.000 16.000 17.000 4.000

Koordinasi dengan Instasi Terkait

Penanaman dan Pemupukan

Page 43: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

39

11. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Di Maluku

Sumber daya genetik (SDG) tanaman untuk pangan dan pertanian

merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak

langsung untuk mendukung ketahanan pangan (BBP2BSGP, 2013).

Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung untuk

memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui

pemuliaan. Bagi SDG tanaman yang memiliki keunikan secara

geografis, maka dapat dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan

Indikasi Geografis. Pemanfaatan SDG secara tidak langsung, yaitu

memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di dalam sumber

daya genetik tanaman untuk merakit variertas unggul baru melalui kegiatan

pemuliaan tanaman.

Maluku merupakan wilayah kepulauan yang memiliki keragaman SDG

cukup tinggi, namun belum teridentifikasi secara baik. Dengan demikian

kegiatan inventarisasi SDG diharapkan mampu memberikan informasi keragaman

sumber daya genetik terutama tanaman pangan potensial, hortikultura buah dan

tanaman perkebunan spesifik sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan

pengelolaan SDG tanaman di Maluku.

Informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di

Maluku sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan

pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut BBP2BSDGP (2013) informasi keragaman SDG dapat diperoleh melalui

serangkaian kegiatan inventarisasi SDG genetik tanaman dan data inventariasi

SDG tanaman mencakup identitas petani, lokasi, jenis/spesies tanaman yang

dibudidayakan, cakupan dan deskripsi serta pemanfaatan. Hasil inventarisasi

keanekaragaman SDG tanaman dapat memberikan informasi tingkat

keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya

berupa peta sebaran secara spatial.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedia data base SDG

tanaman pangan potensial, tanaman hortikultura buah dan perkebunan spesifik

di provinsi Maluku (Gugus Pulau I dan Gugus Pulau V).

Fokus Kegiatan pengelolaan SDG tahun2013 meliputi: (1) inventarisasi

SDG tanaman pangan potensial, hortikultura buah dan tanaman perkebuanan

Page 44: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

40

spesifik; (2) inventarisasi dan konservasi ex-situ plasma nutfah koleksi KP

Makariki; (3) pembuatan kebun koleksi SDG spesifik; dan (4) inisiasi

pembentukan Komda SDG Provinsi Maluku.

Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:

(1) Inventarisasi SDG tanaman spesifik (tanaman pangan potensial, tanaman

hortikultura buah dan tanaman perkebunan spesifik) telah dilakukan pada

Gugus Pulau I dan Gugus Pulau V. Hasil inventarisasi menunjukkan

bahwa tanaman pangan potensial yang berhasil teridentifikasi adalah:

paling sedikit tanaman ubi kayu (5 jenis), hotong (2 jenis), padi

gogo/ladang (2 jenis) terdapat pada Gugus Pulau I, sedangkan paling

sedikit talas (2 jenis) terdapat pada Gugus Pulau V. Tanaman hortikultura

buah spesifik yang teridentifikasi pada Gugus Pulau I adalah durian (6

jenis), mangga (5 jenis), jambu (2 jenis), jambu (2 jenis), salak (2 jenis),

langsat (1 jenis), pisang (3 jenis), pepaya (1 jenis), sirsak (1 jenis), jeruk

(1 jenis),nangka (1jenis), petai (1 jenis). Sedangkan pada Gugus Pulau V

adalah durian (9 jenis), jambu (3 janis), rambutan (2 janis), mangga (3

janis), jeruk (2 jenis), nenas (1 jenis), manggis (1 jenis), pinang (1 jenis),

cempedak (1 jenis), bacang (1),kwuini (1jenis), gandaria

(1jenis),kendondong (1 jenis), belimbing (1 jenis). Hasil inventarisasi

tanaman perkebunan spesifik pada Gugus Pulau I paling sedikit terdapat

tanaman cengkeh (3 jenis), kelapa (6 jenis), pala (1jenis), kakao (2

jenis), sedangkan pada Gugus Pulau V paling sedikit terdapat tanaman

cengkeh (1 jenis),kelapa (7 jenis), pala (2 jenis),kakao (2 jenis).

(2) Inventarisasi dan konservasi plasma nutfah KP Makariki, terdapat

tanaman hortikultura pisang (15 jenis) dan tanaman pangan ubikayu (30

jenis), kumbili (21 jenis), ubi (27 jenis), ubi jalar (23 jenis), jagung (23

jenis), dan kacang tunggak (4 jenis)

(3) Kebun koleksi plasma nutfah tanaman telah dibangun seluas 2 ha dan

telah dipagari dengan kawat duri, dilengkapi dua buah sumur air dangkal,

saung tani dan WC.

(4) Pembentukan Komda SDG Maluku dilakukan pada pertemuan FGD (Focus

Group Discussion) tanggal 20 Desember 2013 telah berhasil disepakati

komposisi KOMDA SDG Maluku yang terdiri atas (1) Pelindung/Penasehat,

(2) Pengarah (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota),(3) Pelaksana

Page 45: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

41

Harian terdiri atas (a) Pengurus Inti (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil

Sekretaris), dan (b) Koordinator Bidang-Bidang (Bidang SDG Tanaman,

SDG Peternakan dan Hewan, Mikroba, dan Bidang Kebijakan)

Plasma Nutfah Tanaman Pangan Potensial (A=Hotong, B=Dioscorea, C= Talas)

Plasma Nutfah Hortukultura Buah Spesifik (A=Pisang Tongkat Langit, B= Gandaria, C= Lemon Cina)

Plasma Nutfah Perkebunan Spesifik (A=Cengkeh Tuni), (B=Pala Banda), (C= Kelapa Raja)

A B C

C

A B C

A B C

Page 46: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

42

12. SIARAN TV LOKAL

Dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian,

pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani maka teknologi tepat guna

spesifik lokasi yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan masyarakat, tidak merusak lingkungan, akan menjadi

teknologi pilihan untuk dapat ditransfer ke pengguna (stakeholder).

Melalui penerapan metode penyuluhan yang efektif dan sesuai kondisi

petani, diharapkan mampu merubah perilaku petani lebih baik. Salah satu

metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi dan indera

penerima, yaitu melalui media massa, yang dikemas melalui media

pertunjukan seperti shoting TVRI ambon. Untuk memenuhi kebutuhan

petani akan jenis-jenis informasi teknologi pertanian sesuai dengan jenis

usahatani yang dikembangkan, maka BPTP Maluku telah melakukan

berbagai kegiatan pengkajian spesipik lokasi adaptif yang menghasilkan

berbagai informasi teknologi pertanian dan selanjutnya akan dikemas

dalam bentuk shoting. Olehnya itu dalam kegiatan penyuluhan yang

selanjutnya terimplementasiharus diperhatikan adalah penggunaan

metode penyuluhan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani

dan penggunaan lainnya (Padmanagara, 1996), slide dan pembuatan film

merupakan salah satu metode informasi penyuluhan pertanian dalam

kegiatan desiminasi. Wujud desiminasi tersebut adalah tersebarnya

teknologi baru yang dihasilkan dan digunakan oleh penyuluh pertanian

yang teriplementasi oleh masyarakat petani.

Cakupan Kegiatan

a. Melakukan Inventarisasi kegiatan Pengkajian dan Program strategis

Kementerian untuk pelaksanaan peliputan/syuting Film.

b. Melakukan negoisasi dan pihak pengelola Telivisi Swasta maupun

pemerintah dalam rangka peliputan, penayangan dan wawancara

(Talk Show) interaktif.

Page 47: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

43

Prosedur Kerja

Pembangunan di bidang pertanian salah satunya ditunjukkan dengan

peningkatan produksi melalui penerapan inoivasi teknologi yang pada

akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Selanjutnya agar teknologi

dapat diadopsi oleh petani, maka penyebaran informasi dari sumber

(Badan Litbang dan BPTP) akan dilakukan melalui Diseminasi, diantaranya

pemutaran Film, Vidio atau melalui media elektronik lainnya.

Paket Siaran TV

Hasil kegiatan yang telah dicapai adalah meliputi 1) Satu Paket

Siaran TV berupa berita daerah yaitu Kedatangan Kepala Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian beserta Rombongan

dan Menteri Pertanian dan Rombongan di Kota Ambon tentang kegiatan

MOU. 2). Dua Paket Siaran TV dalam Program Salam dari Desa memuat

hasil kegiatan yang dilakukan BPTP Maluku

A. Kabupaten Maluku Tengah yaitu tentang :

Koleksi Pisang Lokal Maluku berlokasi di KP Makariki.

Inisiasi Model Usahatani Integrasi Tanaman Kakao dan Ternak

Sapi Potong pada Agroekosistem Lahan kering Dataran Rendah

Iklim Basah Di Maluku

B. Kegiatan di Kabupaten Seram Bagian Barat

Kajian Perbaikan Pola Pemeliharaan Itik Lokal Pada Petani

Lahan Sawah di Maluku.

Kegiatan M-KRPL di desa Waisamu

Kegiatan pembuatan Biogas

Pelatihan pembuatan telur asin dan pembuatan ransum/pakan

lokal untuk ternak itik

Page 48: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

44

13. m-KRPL KABUPATEN MALUKU TENGAH 2013

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam

pembangunan pertanian karena pangan merupakan kebutuhan paling mendasar

bagi manusia. Berkaitan dengan hal tersebut Kementerian Pertanian melalui

Badan Litbang Pertanian mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari (Model KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan

model pengembangan kemandirian pangan setingkat wilayah desa/dusun dan

rumah tangga pendukungnya utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi

yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian

lainnya. Model percontohan tersebut divisualisasikan dalam bentuk kawasan yang

dibangun dari unit-unit rumah tangga yang menerapkan prinsip pemanfaatan

pekarangan secara optimal ramah lingkungan dan ditopang pula oleh

maksimalisasi produktivitas lahan olah dan non-olah pertanian di dalam kawasan

untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat berbasis partisipasi masyarakat.

Konsep yang divisualisasikan dalam unit percontohan ini disebut Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL). Rumah pangan merupakan salah satu konsep

pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk

mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan

Kegiatan Showting TVRI pada kegiatan SDG dan Itik

Page 49: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

45

lokal. Dalam kegiatan rumah pangan, pekarangan dimanfaatkan secara optimal

untuk budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, tanaman obat keluarga

(toga) serta beternak ayam atau ikan.

Prosedur kegiatan menggunakan pendekatan partisipatif melibatkan

kelompok sasaran, tokoh masyarakat dan perangkat desa. Lokasi kegiatan di

Kelurahan Lesane Kecamatan Kota Masohi dan Desa Haruru Kecamatan Amahai.

Tahapan kegiatannya dimulai dari persiapan, pembentukan kelompok, sosialisasi,

penguatan kelembagaan kelompok, pelatihan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi serta penulisan laporan dan seminar hasil.

Hasil kegiatan yang telah dilakukan adalah (a) koordinasi dan sosialisasi

dilakukan dengan instansi terkait dan ditetapkan Kelurahan Lesane dan desa

Haruru sebagai lokasi/kawasan kegiatan m-KRPL Kabupaten Maluku Tengah.

Selanjutnya ditetapkan 20 orang petani kooperator untuk masing-masing lokasi

dengan komoditas yang dikembangkan adalah sawi, kangkung, cabe, tomat,

terung, seledri dan pepaya serta membangun satu rumah bibit di kedua lokasi

kegiatan dengan ukuran 6 m x 3 m; (b) Dukungan MKRPL bagi pengembangan

pertanian di Kabupaten Maluku Tengah belum nyata teristimewa dukungan

dalam penyediaan benih/bibit bagi petani kooperator maupun bagi masyarakat

sekitar kawasan rumah pangan lestari; (c) Implementasi MKRPL,

pengelompokkan lahan pekarangan di Kelurahan Lesane dikelompokkan menjadi

3 yaitu yang berpekarangan sangat sempit 1 orang, pekarangan sempit 17 orang

dan pekarangan sedang 2 orang, sedangkan di desa Haruru yang berpekarangan

sempit 17 orang, pekarangan sedang 2 orang dan yang berpekarangan luas 1

orang. Dengan demikian yang berpekarangan sangat sempit (tanpa

halaman) penggunakan rak vertikultur, pot/polybag; pekarangan sempit

menggunakan rak vertikultur, pot/polybag/tanam langsung; pekarangan

sedang menggunakan pot/polybag/tanam langsung, bedengan dan multistrata

sedangkan yang berpekarangan luas menggunakan bedengan, pot/polybag,

multistrata. (d) Peran Kelembagaan Pemda dan TNI-AD yang ada di Kabupaten

Maluku Tengah belum terlihat nyata di lapangan. (e) Keberlanjutan KRPL di

Kabupaten Maluku Tengah dapat dicapai melalui : (a) ketersediaan dan kesiapan

infrastruktur dan potensi alam terutama ketersediaan air, media tanam dan

sarana produksi; (b) peran aktif tokoh masyarakat/kelembagaan pengelola KRPL

(pamong desa, ketua/pengurus kelompok tani/kelompok keagamaan, yang

Page 50: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

46

dituakan atau sesepuh adat, penggerak PKK, Posyandu dan sebagainya); (c)

ketersediaan benih/bibit yang dibutuhkan masyarakat; (d) dukungan Pemda; dan

(e) Pasar. Kelima pilar ini belum dapat dicapai bagi keberlanjutan MKRPL di

Kabupaten Maluku Tengah.

Kesimpulan yang dapat diberikan terkait kegiatan yang telah dilakukan

adalah kegiatan MKRPL dalam pemanfaatan lahan pekarangan belum dapat

memenuhi kebutuhan gizi dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga petani

kooperator maupun masyarakat sekitar ; Kegiatan MKRPL secara aktif melibatkan

para petugas lapangan setempat dan petani kooperatorsejak awal dan

diharapkan akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya;

Ketersediaan bibit menjadi faktor yang menentukan keberhasilan. Kebun Bibit

Desa (KBD) harus ada dan dikelola secara baik di setiap KRPL. Sedangkan saran

yang dapat diberikan dari kegiatan ini adalah Perlu pengaturan pola dan rotasi

tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak dan model diversifikasi yang

tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan

kontribusi pendapatan keluarga; Perlu adanya keterlibatan instansi terkait dan

lembaga pendukung lainnya untuk pengembangan KRPL ke depan serta Perlu

dukungan Pemda melalui APBD nya untuk pengembangan MKRPL.

Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Maluku Tengah

Page 51: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

47

14. m-KRPL KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan

rumah tangga yang diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia

maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan

berbagai upaya guna dapat mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan guna

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan mengembangkan kegiatan

ekonomi produktif keluarga. Tujuan kegiatan M-KRPL adalah: 1) Meningkatkan

ketrampilan keluarga dan masyarakat di dalam memanfaatkan lahan pekarangan

baik di kota maupun di desa melalui budidaya tanaman pangan, buah, sayuran

dan pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, 2) Memenuhi kebutuhan

pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan, 3)

Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan

lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri, 4) Menganalisis

hubungan antara aspek sosial ekonomi keluarga terhadap keanekaragaman

konsumsi pangan (skor PPH) dan 5) Penurunan pangsa pengeluaran biaya

konsumsi pangan tingkat RT ± 10 %. Kegiatan M-KRPL dilaksanakan di Desa

Fattolu dan desa Bula Air Kecamatan Bula Kabupaten Seram Bagian Timur yang

mewakili pedesaan. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan April 2013 s/d Desember

2013. Jumlah petani kooperator 40 orang untuk 2 desa, dengan pengelompokan

pekarangan dikelompokan menjadi 3 yaitu pekarangan sempit 2 orang,

pekarangan sedang 6 orang dan pekarangan luas 12 orang, untuk Desa Fattolu

sedangkan untuk Desa Bula Air pekarangan sempit 4 orang, sedang 4 orang dan

pekarangan luas 12 orang. Hasil survey menunjukan bahwa sumber pendapatan

rumahtangga di desa Fattolu dan desa Bula air berasal dari berbagai aktifitas

usaha di bidang pertanian, nelayan, pertukangan, transportasi, PNS, dagangan,

dll. Hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan dari 10 responden

peserta M-KRPL dari Fattolu diperoleh rata-rata skor PPH=87,75 dan desa Bula

air skor PPH-nya adalah 85,39. Angka ini menunjukan bahwa skor PPH ke dua

desa mendekati skor PPH ideal yaitu 100. Kondisi ini menggambarkan bahwa

konsumsi pangan kedua desa beragam dan seimbang. Kebutuhan energy dan

gizi dapat terpenuhi dan erat kaitannya dengan aspek kesehatan dan kualitas

sumberdaya manusia meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

Page 52: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

48

kecerdasan maupun produktivitas. Kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah

Pelatihan Pembuatan MOL dari serabut kelapa, daun gamal dan pelepah pisang.

Sedangkan kegiatan Temu lapang yang dilaksanakan dihadiri oleh petani

kooperator dari kedua desa, Badan ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian

Kabupaten Seram Bagian Timur, setelah itu dilakukan panen bersama ibu-ibu

dilahan petani.

15. m- KRPL Kota Tual

Prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya : (1)

Ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, (2) Diversifikasi pangan berbasis

sumberdaya lokal, (3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, (4)

Peningkatan kesejahteraan keluarga. Rumah pangan merupakan salah satu

konsep pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan

untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi

pangan lokal. Dalam kegiatan rumah pangan, pekarangan dimanfaatkan secara

optimal untuk budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, tanaman obat

keluarga (toga) serta beternak ayam atau ikan. Terkait dengan upaya

mendukung kemandirian pangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Maluku melakukan pendampingan pada Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 pada 31 kawasan/desa termasuk 3

Aktifitas m-KRPL di Kabupaten SBT

Page 53: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

49

kawasan/desa di Kota Tual. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memenuhi

kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu

kawasan

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan pendampingan MKRPL,

maka langkah awal koordinasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah (Pemda)

serta pemerintahan desa calon lokasi dan calon petani/anggota. Pemda memiliki

kewenangan untuk menentukan beberapa calon lokasi (lebih besar dari target

yang ditetapkan/>2 kawasan). Tim BPTP selanjutnya melakukan survey terbatas

untuk melihat kesesuaian calon lokasi meliputi ketersediaan dan kesiapan

infrastruktur dan potensi sumberdaya alam terutama terkait dengan ketersediaan

air, media tanam dan sarana produksi (input) lainnya. Untuk mekanisme

pendampingan terhadap kawasan dilakukan secara partisipatif terutama dalam

hal penetuan komoditas yang akan ditanam serta manajamen pengelolaan

Kebun Bibit Desa (KBD).

Kegiatan pendampingan MKRPL di Kota Tual dilaksanakan pada dua

kawasan/Desa yaitu Desa Fiditan dan Mangon. Jumlah anggota di masing-masing

desa sebanyak 20 orang. Komoditas yang ditanaman adalah terong, caisim,

kangkung, cabe, tomat, seledri, pepaya dan beberapa jenis tanaman obat.

Ternak tidak menjadi pilihan dengan pertimbangan bahwa kebutuhan

masyarakat akan protein sudah sangat bisa terpenuhi oleh ikan laut mengingat

Kota Tual merupakan wilayah kepulauan. Ketersediaan bibit merupakan faktor

penting agar kegiatan ini bisa berlanjut dan lestari. Oleh karena itu untuk

menjamin ketersediaan bibit secara kontinyu maka dibuat bangunan KBD di

setiap kawasan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 3,5 m dan tinggi 2,5 m dan

juga memanfaatkan halaman di sekitar KBD. Untuk menetapkan manajemen

pengelolaan KBD dilakukan secara partisipatif antara tim BPTP dengan anggota

kelompok .

Sistem bercocok tanam yang dilakukan adalah kombinasi antara

vertikultur dan bedengan. Pendampingan oleh BPTP dimulai saat penyiapan

media tumbuh, penyemaian, pemeliharaan dan panen. Pendampingan dilakukan

secara langsung (face to face) maupun secara tidak langsung (komunikasi jarak

jauh), baik diminta maupun tidak. Untuk meningkatkan pengetahuan anggota

tentang teknologi bercocok tanam tanaman sayuran dan hortikultura (sistem

bedengan dan vertikultur) secara organik, BPTP Maluku telah melakukan

Page 54: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

50

pelatihan teknologi bercocok tanam sayuran dan hortikultura secara organik di

kedua kawasan tersebut.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendampingan adalah:

a. Media tanah tidak tersedia dalam jumlah yang cukup

b. Sumber air masih mengandalkan curah hujan dan air tanah dalam

bentuk sumur yang kurang dapat diakses oleh anggota dalam volume

yang cukup.

c. Pada puncak musim hujan, media tanam pada bedengan-bedengan

kecil yang dibuat dengan mengatur batu pada bagian pinggir

sebagian besar keluar dari bedengan. Akibatnya setelah musim hujan

, media tanam harus diisi kembali pada bedengan tersebut

d. Pengetahuan petani tentang teknologi bercocok tanam dengan sistem

vertikultur masih kurang

e. Masyarakat kurang memiliki motivasi untuk memanfaatkan

pekarangan yang tersedia. Itulah sebabnya MKRPL belum tereplikasi

oleh masyarakat dalam desa maupun di luar desa

f. Pemda kota Tual tidak didukung oleh petugas lapangan (Penyuluh)

yang diharapkan bisa mendampingi masyarakat dalam

pengembangan kegiatan KRPL

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan pendampingan

MKRPL di Kota Tual adalah :

a. Nilai PPH meningkat dari 86,5 menjadi 87,8 di Desa Fiditan dan 88,9

menjadi 89,8 di Desa Mangon.

b. Asupan kalori setelah kegiatan (bulan Nopember) yang berasal dari

protein, lemak KH dan mineral sumbernya semakin beragam.

c. Terjadi pengematan pangsa pengeluaran RT untuk kebutuhan pangan

sebesar rata-rata 140 – 150 ribu rupiah perbulan di kedua desa

tersebut. Dan untuk anggota yang lahannya luas terjadi peningkatan

pendapatan sebesar rata-rata 200 – 250 ribu perbulan

d. Kegiatan MKRPL di Kota Tual yang sudah dimulai sejak tahun 2012

belum memperlihatkan adanya replikasi oleh masyarakat baik yang

ada di dalam desa maupun di luar desa. Termasuk masyarakat pada

Page 55: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

51

kawasan MKRPL tahun 2013 juga belum memperlihatkan adanya

replikasi

e. Permasalah seperti kurang tersedianya media tanam dan air menjadi

faktor utama kurang berkembangnya kegiatan MKRPL baik di desa

Ngadi (Tahun 2012), maupun di desa Fiditan dan Mangon (tahun

2013)

16. m-KRPL KAB. KEPULAUAN ARU

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan

rumah tangga yang diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia

maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan

berbagai upaya guna dapat mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan guna

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan mengembangkan kegiatan

ekonomi produktif keluarga.

Kegiatan M-KRPL dilaksanakan di Desa Durjela dan desa Wangel

Kabupaten Kepulauan Aru yang mewakili pedesaan. Kegiatan dilaksanakan mulai

bulan April 2013 s/d Desember 2013. Jumlah petani kooperator 40 orang untuk

2 desa, dengan pengelompokan pekarangan dikelompokan menjadi 2 yaitu

pekarangan sempit 20 orang khusus di desa Wangel, untuk Desa Durjela

pekarangan luas 20 orang. Hasil survey menunjukan bahwa sumber pendapatan

rumahtangga di desa Wangel dan desa Durjela berasal dari berbagai aktifitas

Page 56: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

52

usaha di bidang pertanian, nelayan, pertukangan, transportasi, PNS, dagangan,

dll. Hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan dari 10 responden

peserta M-KRPL dari Wangel diperoleh rata-rata skor PPH= 89,25 dan desa

Durjela skor PPH-nya adalah 87,45. Angka ini menunjukan bahwa skor PPH ke

dua desa mendekati skor PPH ideal yaitu 100. Kondisi ini menggambarkan bahwa

konsumsi pangan kedua desa beragam dan seimbang. Kebutuhan energy dan

gizi dapat terpenuhi dan erat kaitannya dengan aspek kesehatan dan kualitas

sumberdaya manusia meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

kecerdasan maupun produktivitas. Kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah

Pelatihan Pembuatan MOL dari serabut kelapa, daun gamal dan pelepah pisang.

Sedangkan kegiatan Temu lapang yang dilaksanakan dihadiri oleh petani

kooperator dari kedua desa, Badan ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian

Kabupaten Kepulauan Aru, setelah itu dilakukan panen bersama ibu-ibu dilahan

petani.

Pelatihan Pembuatan MOL dan kondisi tanaman di lahan petani

Temu lapang dan kunjungan lapang ke lahan petani

Page 57: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

53

17. m-KRPL BURU SELATAN

Kabupaten Buru Selatan mempunyai luas sekitar 5.060 km2 dan

wilayahnya meliputi sebagian dari Pulau Buru dan pulau-pulau lain di sekitarnya,

baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Sebagian besar wilayah

kabupaten Buru Selatan berada pada Pulau Buru (4.754 km2 atau 93,95 persen

dari luas kabupaten). Pulau yang berpenghuni adalah Pulau Buru, Pulau Ambalau

dan Pulau Tengah (Pasir Putih). Bila ditinjau dari luasnya menurut kecamatan,

maka terbesar adalah kecamatan Leksula (2.428,00 km2 atau 47,98 persen).

Kemudian disusul oleh kecamatan Kepala Madan (1.276 km2 atau 25,22 persen),

kecamatan Waisama (724 km2 atau 14,31 persen), kecamatan Namrole (326

km2 atau 6,44 persen) dan yang terkecil adalah kecamatan Ambalau (306 km2

atau 6,05 persen). Kabupaten Buru Selatan memiliki lima buah dataran dengan

luas secara keseluruhan sekitar 5.750 Ha. Kabupaten Buru Selatan memiliki 12

sungai yang merupakan anak sungai dari sebuah sungai besar di kabupaten Buru

Selatan (Wae Mala). Sungai ini seluruhnya bermuara di Danau Rana (Kabupaten

Buru Selatan). Kabupaten Buru Selatan mempunyai sebuah gunung yaitu

Gunung Kepala Madan. Gunung yang terletak di kecamatan Kepala Madan ini

memiliki ketinggian mencapai 2.429 meter dari permukaan laut. Gunung Kepala

Madan tergolong gunung yang tidak aktif.

Kabupaten Buru Selatan merupakan kabupaten baru hasil pemekaran

wilayah kabupaten Buru pada bulan Oktober 2008. Tagop Sudarsono Soulisa,SH,

MT terpilih sebagai Bupati Buru Selatan periode 2011-2016 pada Pemilihan

Kepala Daerah di tahun 2011. Semenjak terbentuknya, Kabupaten Buru Selatan

terdiri dari 5 (lima) kecamatan. Kelima kecamatan ini terbagi dalam 55 desa dan

25 dusun. Kecamatan tersebut adalah kecamatan Kepala Madan (10 desa dan 4

dusun), kecamatan Leksula (20 desa dan 11 dusun), kecamatan Namrole (10

desa dan 7 dusun), kecamatan Waisama (8 desa dan 3 dusun), serta kecamatan

Ambalau (7 desa).

Koordinasi dan Sosialisasi

Kegiatan pendampingan M-KRPL di Buru Selatan diawali dengan

koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten dan

instansi terkait. Hasil sosialisasi kami dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan,

Page 58: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

54

ditentukan dua lokasi KRPL yaitu Desa Kamanglale dan Desa Labuang

Kecamatan Namrole, kedua desa terebut dianggap strategis karena berada di

jantung kota Buru Selatan. Setelah penentuan lokasi, kami langsung koordinasi

dengan kepala desa setempat, kemudian dilakukan identifikasi untuk

menentukan calon petani dan calon lahan (CPCL) serta menentukan pendamping

(PPL) yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai kriteria yang

telah ditentukan. Berdasarkan hasil CPCL maka disepakti petani kooperator

sebanyak 40 KK untuk dua desa dan satu orang penyuluh pendamping lapangan

(PPL) seperti terlampir pada Tabel 1. Hasil identifikasi di lapangan di dua desa

tersebut, umumnya petani memiliki lokasi yang sempit dan sedang, serta kondisi

tanah yang berpasir, sehingga kami anjurkan untuk bercocok tanam sayuran

secara vertikultur.

Saat kami melakukan pertemuan/soialisai dengan petani kooperator, di

sini kami tak lupa menjelaskan Konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-

KRPL), maksud dan tujuan dari KRPL, petunjuk teknis kegiatan KRPL, dan

memeberikan bekal pengetahuan tentang teknologi budidaya tanaman,

pengelolaan hasil dan penguatan kelembagaan.

Pelaksanaan kegiatan.

Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) dengan ukuran 3 m x 5 m. Sebanyak

dua KBD masing-masing di desa kamanglale dan desa Labuang.

Persemaian benih sayuran yang dilakukan di dua KBD untuk dua Desa. Jenis

sayuran yang kami semaikan di KBD adalah : benih tomat, benih seledri, benih

sawi, benih terong, benih kol, benih cabe, benih papaya, dan paria. Sedangkan

jenis yang kami sarankan untuk tanam langsung di lapangan adalah kangkung,

bayam, kacang panjang, buncis ketimun, jagung manis dan juga semangka

Pengisian polibag berbagai ukuran dengan media tanah, pupuk kandang dan

pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1

Pembuatan rak vertikultur

Tanaman yang disemai di KBD, sebelum didistribusikan ke lahan petani maka

petani kooperator sudah harus menyiapkan lahan pekarangannya masing-masing

disesuaikan dengan besar pekarangan yaitu (1) pekarangan sangat sempit

(tanpa halaman), pekarangan sempit (< 120 m²), pekarangan sedang ( 120-400

m²) dan pekarangan luas (>400 m²). Umumnya petani di dua desa tersebut

Page 59: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

55

pekarangannya tergolong pekarangan sempit dan sedang, serta kondisi tanah

yang berpasir, sehinga sebagian besar petani hanya bisa bercocok tanam secara

vertikultur.

Temu Lapang Kegiatan temu lapang dilakukan pada saat tanaman sudah diusahakan di

masing-masing pekarangan peserta KRPL. Kegiatan temu lapang dilaksanakan

di lokasi KBD Desa Labuang dan dilanjutkan dengan peninjauan ke lapangan

pada Bulan Nopember 2013. Materi temu lapang disampaikan oleh Staf Badan

Ketahanan Pangan Kabupaten Buru Selatan bagian Kasubdin Kelembagaan

Tani dan Pengembangan Teknologi dan tim KRPL dari BPTP Maluku. Dalam

arahannya Kasubdin Badan ketahanan Pangan sangat merespon kegiatan ini

dan didepan peserta temu lapang dikatakan bahwa jika bapak ibu pesrta KRPL

menemui kesulitan di lapangan tentang hal budidaya sayuran, disini beliau

menganjurkan agar langsung saja ke kantor BKP karena beliau juga yang

menangani KRPL. Peserta temu lapang juga sangat merespon kegiatan tersebut

karena mereka merasa terbantu dengan adanya program ini, dimana

sebelumnya semuanya harus beli sayur di pasar, namun setelah adanya

program KRPL mereka bisa berhemat beli sayur di pasar.

Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Buru Selatan

Page 60: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

56

18. m-KRPL Maluku Tenggara Barat (MTB)

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu program

Kementerian Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah

lingkungan dalam suatu kawasan. Kawasan rumah dapat diwujudkan dalam satu

wilayah antara lain wilayah Rukun Tetangga (RT), beberapa RT, wilayah Rukun

Warga (RW), wilayah dusun/peduduk atau wilayah desa/kelurahan (Badan

Litbang Pertanian, 2013). Di dalam kawasan termasuk juga keberadaan pagar

lingkungan rumah, jalan desa, lahan terbuka hijau dan fasilitas umum lainnya

yang ada di wilayah tersebut.

Tujuan

a. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat di dalam

memanfaatkan lahan pekarangan baik di kota maupun di desa melalui

budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan pengolahan hasil serta

pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

b. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara

lestari dalam suatu kawasan.

c. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan

lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.`

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan MKRPL adalah partisipatif yaitu

dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa.

Waktu pelaksanaan kegiatan MKRPL berlangsung dari bulan Januari s/d

Desember 2013. Lokasi kegiatan di kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu di

desa Bomaki dan desa Lermatang Kecamatan Tanimbar Selatan

Koordinasi dan Sosialisasi

Demi kelancarana kegiatan M-KRPL di Kabupaten MTB maka dilakukan

koordinasi dan sosialisasi kegiatan dengan Pemda melalui Kantor Ketahanan

Pangan serta Pemerintah desa calon lokasi. Kegiatan ini bertujuan untuk

menyamakan persepsi atau pelaksanaan kegiatan M-KRPL antaraBPTP dengan

Pemda setempat, perangkat desa dan calon petani kooperator dalam hal ini : (a)

penentapan lokasi pelaksaanaan kegiatan M-KRPL, (b) pelaksanaan tahapan

kegiatan oleh BPTP, (c) dan membahas kemungkinan dalam bentuk kerjasama

Page 61: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

57

antara BPTP dan Pemda dalam pelaksanaan M-KRPL. Disamping itu karena

terdapat kegiatan RPL pada tingkat Kabupaten/kota yang pelaksanaan

kegiatannya berada pada Kantor Ketahanan Pangan, maka hal ini perlu adanya

koordinasi agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan kegiatan pada desa

yang sama.

19. m-KRPL Kota Ambon

Koordinasi dan Sosialisasi

Langkah awal dari pelaksanaan kegiatan m-KRPL di Kota Ambon adalah

melakukan koordinasi dan sosialisasi kepada Dinas Pertanian dan Kehutanan

serta Pemerintah desa Hukurila dan Pemerintah desa Hative Besar. Kegiatan ini

bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam pelaksanaan kegiatan m-KRPL

antara BPTP dengan Pemerintah Daerah meliputi penetapan lokasi m-KRPL, (b)

penentuan calon petani kooperator , (c) dan pelaksanaan tahapan kegiatan m-

KRPL oleh BPTP.

Koordinasi dan sosialisasi dilaksanakan dalam bulan April 2013. Hasil yang

diperoleh dari pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi adalah :

a. Penetapan desa Hukurila dan dusun Kamiri di desa Hative Besar sebagai

calon Lokasi pelaksanaan kegiatan m-KRPL tahun 2013 di Kota Ambon.

Kedua desa ini ditetapkan setelah dilakukan identifikasi terhadap beberapa

desa lain di Kota Ambon. Identifikasi dilakukan untuk melihat ketersediaan

dan kesiapan infrastruktur dan potensi sumberdaya alam terutama terkait

dengan ketersediaan air, media tanam dan sarana produksi (input) lainnya.

Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Page 62: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

58

b. Penetapan lokasi pembangunan KBD di kedua desa tersebut . Penetapan

20 (dua puluh) orang petani peserta pada masing-masing desa

Implementasi MKRPL

Lokasi Tahapan Implementasi

Sosialisasi Implentasi Pendampingan

1. Desa Hukurila 1. Koordinasi/Sosialisasi Di tingkat Provinsi, Kab/Kota, Kec. dan desa. 2. Melakukan identifikasi lokasi dan CPCL. 3. Melakukan PRA untuk menganalisa aspek social, ekonomi dan lingkungan.

1. Sosialisasi m-KRPL kepada 40 peserta.

2. Pelatihan inovasi teknologi kepada 30 peserta.

3. Pembuatan KBD : a. Rumah kebun

bibit desa 1 unit. b. Rak pembibitan 2

unit. 4. Rak Vertikultur 20

unit. 5. Pelaksanaan

/penerapan kegiatan m-KRPL. - Penyebaran

leaflet. - Pendampingan.

Pendampingan teknologi meliputi : 1. Pendampingan

pengelolaan KBD. 2. Pembuatan media

tanam (campuran tanah-pupuk kandang).

3. Pengisian vertikultur dan polybag dengan media tanam.

4. Pembibitan di KBD dan di KK peserta.

5. Pembuatan bedengan 6. Pemberian pupuk

kandang di bedengan. 7. Penanaman. 8. Penyiraman. 9. Pemupukan. 10. Penyulaman. 10.Pengendalian OPT. 11. Panen.

1. Dusun Kamiri, desa Hative Besar.

1. Koordinasi/Sosialisasi Di tingkat Provinsi, Kab/Kota, Kec. dan desa. 2. Melakukan identifikasi lokasi dan CPCL. 3. Melakukan PRA untuk menganalisa aspek social, ekonomi dan lingkungan..

1) Sosialisasi m-KRPL kepada 25 peserta.

2) Pelatihan inovasi teknologi kepada 25 peserta .

3) Pembuatan KBD : c. Rumah kebun

bibit desa 1 unit. d. Rak pembibitan 1

unit. 4) Rak Vertikultur 20

unit. 5) Pelaksanaan/penerapan Kegiatan m-KRPL.

- Penyebaran leaflet.

- Pendampingan

Pendampingan

teknologi meliputi :

1) Pendampingan

pengelolaan KBD.

2) Pembuatan media

tanam (campuran

tanah-pupuk

kandang).

3) Pengisian vertikultur

dan polybag dengan

media tanam.

4) Pembibitan di KBD

dan di KK peserta.

5) Pembuatan

bedengan.

6) Pemberian pupuk

kandang di

bedengan.

7) Penanaman.

8) Penyiraman.

9) Pemupukan.

10) Penyulaman.

10).Pengendalian OPT.

11). Panen.

Page 63: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

59

Pada tahap implementasi m-KRPL, BPTP Maluku telah melakukan

koordinasi/sosialisasi dengan instansi terkait mulai dari tingkat provinsi sampai di

tingkat desa.

a. Desa Hukurila

1. Pertemuan koordinasi BPTP Maluku dengan kepala desa Hukurila

menghasilkan :

a. Kesepakatan untuk menerima kegiatan M-KRPL di desa Hukurila.

b. Pemerintah desa Hukurila bersama masyarakatnya bersedia secara

partisipatif untuk melakukan kegiatan m-KRPL di desanya.

2. Melakukan kegiatan identifikasi lokasi dan kelompok sasaran (CPCL)

menghasilkan data :

a. Sebanyak 36 KK yang letak lahan pekarangannya di depan jalan umum

dan lorong.

b. Luas pekarangan yang dimiliki oleh 36 KK bervariasi mulai dari sangat

sempit 3 KK, sempit 20 KK, sedang 12 KK dan luas 1 KK.

3. Peserta yang menghadiri sosialisai m-KRPL berjumlah 40 orang terdiri dari

36 orang asal desa Hukurila dan 4 petugas dari BPTP Maluku. Dari 36 KK

yang mengikuti sosialisasi m-KRPL hanya 20 KK yang terpilih sebagai calon

KK yang terlibat dalam kegiatan m-KRPL tahun 2013.

4. Materi yang disampaikan pada kegiatan sosialisasi adalah: Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari.

5. Dari diskusi yang berkembang ditemui beberapa masalah teknis yang perlu

menjadi perhatian dalam hal bercocok tanam sayuran adalah sebagai berikut

:

a. Masalah serangan hama pada tanaman kacang panjang dan timun.

Disarankan bahwa pengendalian sebaiknya menggunakan pestisida

nabati seperti akar tuba, brotowali, daun nimba, daun sirsak, abu dapur,

tembakau, dll.

b. Masalah kekurangan air pada lahan pekarangan yang letaknya di daerah

ketinggian. Disarankan perlu memilih jenis komoditas yang paling cocok

untuk ditanam pada lokasi tersebut. Sebagai contoh, menanam tanaman

yang tidak terlalu banyak memerlukan air seperti umbi-umbian, toga,

pisang, papaya, jeruk, nenas, terung, cabe dan kacang-kacangan. Untuk

Page 64: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

60

menekan penguapan air yang berlebihan sebaiknya menggunakan

teknologi mulsa sebagai bahan penutup tanah.

c. Komoditas pilihan yang diinginkan oleh masyarakat adalah pepaya dan

jeruk manis sebagai investasi jangka panjang.

6. Pelatihan inovasi teknologi pertanian tanaman pangan dan Hortikultura

melibatkan 30 peserta terdiri dari kaum ibu 22 orang dan pria 8 orang.

Materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan adalah: (1). Kebijakan

Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari; (2). Teknik budidaya

syuran; (3). Pembuatan MOL dari nasi; (4). Praktek pembuatan MOL; (5).

Praktek pembibitan dan penanaman sayuran.

7. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) sebanyak 1 unit, rak pembibitan

sebanyak 2 unit dan rak vertikultur sebanyak 20 unit.

b. Dusun Kamiri, desa Hative Besar

1. Pertemuan koordinasi BPTP Maluku dengan kepala desa Hative Besar dan

kepala dusun Kamiri menghasilkan :

a. Kesepakatan untuk menerima kegiatan M-KRPL di dusun Kamiri.

b. Kepala dusun Kamiri bersama warganya bersedia secara partisipatif

untuk melakukan kegiatan m-KRPL di desanya.

2. Melakukan kegiatan identifikasi lokasi dan kelompok sasaran (CPCL)

terdata sebanyak 20 KK calon peserta m-KRPL dengan luas pekarangan yang

dimiliki bervariasi mulai dari sangat sempit 1 KK, sempit 12 KK, dan sedang

7 KK.

3. Peserta yang menghadiri kegiatan sosialisai m-KRPL berjumlah 25 orang

terdiri dari 22 orang asal dusun Kamiri dan 3 petugas dari BPTP Maluku.

4. Materi yang disampaikan pada kegiatan sosialisasi adalah: Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari.

5. Pelatihan inovasi teknologi pertanian tanaman pangan dan Hortikultura

sayuran melibatkan 25 peserta, semua anggota adalah ibu-ibu rumah

tanggga. Materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan adalah: (1).

Kebijakan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari; (2).

Teknik budidaya syuran; (3). Pembuatan MOL dari nasi; (4). Praktek

pembibitan dan penanaman sayuran.

Page 65: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

61

6. Pembuatan 1 unit Rumah Kebun Bibit Desa (KBD), 2 unit rak pembibitan

sebanyak dan 20 unit rak vertikultur.

7. Penyebaran materi diseminasi.

Materi diseminasi berupa Leaflet dengan judul (1). Teknologi

Budidaya kangkung, (2). Teknologi Budidaya bayam, (3). Teknologi

Budidaya tomat (4). Teknologi Budidaya selada, (5). Teknologi Budidaya

caisin/sawi (6) Teknologi Budidaya cabai, (7). Teknologi Budidaya terung,

dan (8) Teknologi Pembuatan Pupuk Organik dengan Promi, telah di

berikan kepada peserta pelatihan sebanyak 20 eksemplar.

Konsumsi pangan keluarga

Responden

Survey konsumsi pangan keluarga dilaksanakan pada tanggal 16-17 Januari

2014 di lokasi M-KRPL dusun Kamiri, desa Hative Besar dan desa Hukurila, Kota

Ambon. Jumlah responden pada masing-masing desa sebanyak 5 KK.

Analisis Data

Hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan dari 5 responden

pada masing-masing desa diperoleh rata-rata skor PPH bagi responden di desa

Hukurila = 75.88 dan responden di dusun Kamiri, desa Hative Besar = 61.40.

Angka ini menunjukkan bahwa skor PPH desa Hukurila lebih tinggi dari skor PPH

dusun Kamiri, desa Hative Besar. Kondisi ini menggambarkan bahwa konsumsi

pangan di desa Hukurila semakin beragam dan seimbang bila dibanding dengan

konsumsi pangan di dusun Kamiri.

Dari hasil analisis penurunan pangsa pengeluaran di desa Hukurila, rata-

rata biaya konsumsi yang dikeluarkan per hari/KK adalah sebesar Rp 91.851.-

Dari pengeluaran sebesar itu kontribusi dari kegiatan KRPL Rp.26.666 (25,47 %).

Hal yang sama pula di dusun Kamiri, pengeluaran biaya konsumsi per hari/KK

sebesar Rp 81.867.- didalamnya kontribusi hasil kegiatan KRPL sebesar

Rp.15.000.- (16,47 %). Dapat disimpulkan bahwa kegiatan KRPL memberikan

pengaruh positif terhadap penurunan pangsa pengeluaran biaya konsumsi

pangan di tingkat Rumah Tangga sebesar 16,47 % sampai 25,47%/KK/hari.

Page 66: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

62

Dari segi ekonomi produktif keluarga, ibu-ibu di desa Hukurila dan di

dusun Kamiri sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan sayuran dari

pemasukan yang terendah Rp. 200.000.- sampai yang tertinggi Rp. 1.235.000.-

Dari aspek lingkungnan, lahan pekarangan rumah yang tadinya gersang

telah berubah menjadi lingkungan hijau dan bersih.

20. m- KRPL Seram Bagian Barat (SBB)

Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), dawali dengan

koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Instansi terkait

yakni Dinas Pertanian Kabupaten SBB, maka ditentukan dua desa yang akan di

jadikan model pengembangan kawasan rumah pangan lestari yakni desa

Waisamu dan desa Lohiatala. Lokasi tersebut dipilih karena berdekatan dengan

KRPL lama di desa Waihatu, selain itu karena aksesbilitasnya yang lancer mudah

dijangkau.

Setelah penentuan lokasi kegiatan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi

untuk menentukan calon petani dan calon lahan serta menentukan pendamping

(PPL) yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai criteria yang

telah ditentukan. Berdasarkan CPCL, maka disepakati kelompok tani untuk

masing-masing sebanyak 20 KK/ desa.

m-KRPL di desa Hukurila dan Hative Besar (kampung Kemiri)

Page 67: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

63

Kegiatan Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi m-KRPL kepada kelompok tani dihadiri oleh kepala

Badan Ketahanan Pangan kabupaten SBB, petugas kecamatan dan pemerintahan

desa. Materi yang disosialisasikan antara lain tentang konsep model kawasan

rumah pangan lestari dan penjelasan tentang petunjuk teknis kegiatan. Sebelum

tanaman yang disemai didistribusikan dari Kebun Bibit Desa (KBD), maka

kelompok tani sudah harus menyiapkan lahan pekarangannya sesuai dengan

besar pekarangan yaitu : (1) pekarangan sangat sempit, pekarangan sempit

(<120m2), pekarangan sedang (120-400m2), dan pekarangan luas (>400m2).

Implementasi m-KRPL

Implementasi m-KRPL di kabupaten SBB tahun 2013 di lakukan didesa

Waisamu dan desa Lohiatala dengan melibatkan 20 kk disetiap desa.

Tahapan pelaksanaan implementasi m-KRPL pada 2 desa di kabupaten SBB

adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan Komoditas

Komoditas yang dikembangkan disesuaikan dengan persyaratan tumbuh

tanaman, tutama ketinggian tempat dari permukaan laut. Tanaman yang

dikembangkan adalah sawi, kangkung, terong, tomat, cabe kecil, cabe besar,

papaya, serta tanaman obat keluarga.

Pada pekarangan yang sangat sempit dan sempit komoditas yang ditanam

terbatas pada tanaman sayuran. Sedangkan pada lahan pekarangan luas selain

dapat diusahakan tanaman sayuran, juga dapat diusahakan tanaman buah-

buahan, dan ternak.

b. Media Tanam

Media tanam ditempatkan dalam wadah polybag, pot atau wadah buatan

lainnya dan dapat pula tanpa wadah dan langsung pada tanah yang sudah

dipersiapkan dalam bentuk bedengan pada pekarangan luas.

Page 68: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

64

Pelatihan dan Penyebaran Informasi

Pelaksanaan pelatihan pada m-KRPL di masing-masing desa diikuti oleh

ibu-ibu rumah tangga. Materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut berupa

pembuatan Mol; budidaya tanaman sayuran, kelembagaan petani. Informasi

dalam bentuk brosur dibagikan ke peserta m-KRPL dengan materi berupa Juknis

kegiatan, pedoman m_KRPL, dan budidaya tanaman sayrur-sayuran.

Tingkat keanekaragaman konsumsi Pangan

Konsumsi yang beraneka ragam sangat erat kaitannya dengan gizi,

kesehatan dan juga kualitas sumber daya manusia, baik berkaitan dengan

pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan maupun produktivitas.

Berdasarkan perhitungan skor PPH desa waisamu dan desa Lohiatala kecamatan

Kairatu, kabupaten SBB adalah 82,1 hampir mendekati skor PPH ideal yakni 100.

21. m- KRPL Maluku Barat Daya (MBD)

Pola hidup Masyarakat tani MBD rata-rata bersifat konsumtif. masalah

pendampingan sampai kelini petani sangat jarang bahkan kurang dilaksanakan.

dan cara atau pola dalam berusahatani rata – rata masih tradisionil.

Presiden,R.I.melalui Menteri Pertanian, diharapkan Peningktan pola hidup petani

yang mau dirubah,maka dilaksanakan Pengembangan MK-RPL melalui penerapan

Pengembangan Rumah Kebun Bibit Desa. Pola hidup petani rata – rata harus

dirubah sehingga dapat menuju sejahtera. Permasalahan selama ini masyarakat

tani belum mengecap baik percepatan Penyebaran inovasi Teknologi pertanian

yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dalam mendukung ketahanan pangan

nasional; Perluasan jangkauan penggunaan teknologi kepada berbagai

pengguna utama dan pengguna usaha di sektor pertanian, belum dirasakan

secara merata. Ini karena, proses/sistim berusahatani masih Tradisionil;

pendampingan berkesenambungan masih jarang dilaksanakan,terutama dari

Dinas/Instansi terkait, khusus tentang Kelembagaan, Dinamika Kelompok. Sistim

Page 69: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

65

Budidaya tanaman, baik Hortikultura, palawija dan Sistim Berusahatani

Produktif. belum tersentuh secara merata.

Peningkatan kesejahteraan dan kualitas masyarakat, melalui jaminan

ketersediaan pangan dalam jumlah, mutu, keragaman, kandungan gizi belum

terjangkau daya beli masyarakat. Pengembangan sistem usaha agribisnis di

bidang pangan maupun perdagangan, dan Pengembangan kelembagaan

pangan yang menjamin peningkatan, keberlanjutan ketersediaan, konsumsi

pangan. Dengan Memantapkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan

daerah, yang bertumpu pada pengelolaan sumberdaya lokal,teknologi dan

peluang pasar. Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan sebagai

akibat Dinamisnya kelompok tani yg mengarah kekesejahteraan

petani/kelompoktani dan keluarganya. perlu perhatian extra.

Metode yang digunakan berupa pendekatan partispatif,

pendampingan/pembinaan, dan pengawalan, pengamatan hasil produksi dan

analisis data,serta analisa pendapatan. Sosialoisasi program MKRPL kepada

petani kooperator. Dengan Peningkatan pengetahuan petani tentang MKRPL .

Peningkatan/ Pengembangan Kemampuan POKTAN. (Dinamika Kelompok) dan

Kelembagaan Tani.

HASIL KEGIATAN :

1. Koordinasi bersama instansi terkait terlaksana dalam rangka

penempatan CP-CL,

2. Pelaksanaan Sosialisasi MK-RPL dengan melibatkan : Anggota Poktan.

Kelompok PKK Desa dan sebagian Besar Anggota Kelompok Wanita

tani, sehingga MK-RPL lebih dipahami dan dikenal lebih luas lagi.

3. Pelaksanaan Penyerahan Saprodi, untuk pembuatan KBD. Vertikultur.

dan Bedengan,terlaksana baik kemudian kegiatan pesemaian kepolibag

atau Tarpan benih atau penanaman langsung ke Polibag / kebedengan, demi

kegiatan Pengembangan MK-RPL berlangsung dari 30 April s/d 18

Desember 2013.sehingga menhasilkan hal-hal sbb:

a. Anggota Poktan.PKK dan KWT kedua Lokasi dapat memahami dengan baik

apa itu MK-RPL.

Page 70: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

66

b. bagaimana Manfaatnya bagi kehidupan diri dan keluarganya, untuk

pengembangan dinamisasi kelompok itu sendiri. kebun Bibit desa yang

rampung 98%. Karena sudah sampai pada proses penyemaian ataupun

penanaman langsung Bibit Hortikultura, baik ke Polibag(Ukuran 12x10cm.

30x18 cm) maupun ke Vertikultur, ke Tarpan Bibit dan juga langsung ke

Bedengan siap tanam. Yang dicampur Kompos berbahan dasar Promi yang

telah siap pakai.

3. Alhasil sesuai urutan pelaksanaan kegiatan Pengembangan KBD, hingga

laporan hasil kegiatan ini dibuat, sudah dapat dilakukan Panen secara

bertahap (untuk Komoditi Kangkung Cabut. Bayam Cabut. Sawi/Pakcoi, juga

Terong.Seledri.K.Pnjng. Pari dll.) dengan berhasil ini Di Noworu. dan Lebelau,

sama pelaksanaan Panen-Nya dan berulang ukang kali.

4. Hasil Analisa Usahatani, sesuai pokok kegiatan panen, selanjutnya, dapat

dianalisa secara bersama KWT yang melakukan upaya panen

berkesenambungan. Dicontohkan hasil Panen sawi dan kangkung Cabut a.l

a. Hasil Panen kangkung /sawi sudah tiga - lima x panen, shingga

(Jelasnya Lihat Dokumentasi Urutan Kegiatan Pengembangan K-RPL untuk

Pembangunan KBD dan kegiatan). Sehingga panen komoditi hortikultura

sesuai perhitungan hasil analisa, dapat memberikan keuntungan berarti.

Contoh : Kangkung cabut sekali panen bisa mencapai 30-40 ikat, dengan

harga jual Rp.10.000/ikt. tentu habis terjual dan menghasilkan 300 –

Rp.400.000. kemudian Sayur sawi dan Bayam, sehingga jumlah dana kas

kelompok yang terisi ketika panen 1 x dapat mencapai

Rp,1.200.000/komodoti. Kalau 3 komodoti dengan ragam jumlah dan

bervariasi harga,dapat diprediksi kalau masukan kas kelompok bisa

mencapai Rp.6.000.000./sekali panen.bila 2=3 komoditi, maka harga hasil

panen dapat mencapai Rp.18.000.000.

b. bila benar disimak,2 KWT dapat meminitues hasil panennya untuk setiap

panen komoditi, maka hasil panen secara keseluruhan benar – benar

mampu memberi nilai Rp yang berarti bagi kelompok sehingga proses

simpan pinjam dapat terjadi dan saat tertentu kelompok ini dapat

berkembang menuju pada upaya pemerintah untuk nebsejahterakan

petani dan kelompoknya.

Page 71: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

67

22. m – KRPL Buru

Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dan sosialisasi metetapkan desa Namlea dan Waplau sebagai

Calon Lokasi/kawasan pelaksanaan kegiatan MKRPL di KabBuru. Kedua desa ini

ditetapkan setelah dilakukan survei terhadap beberapa desa yang

direkomendasikan oleh pemda setempat.

Sejak dimulainya kegiatan KRPL di kab Buru pada tahun 2012 hingga

akhir Desember 2013 belum terlihat adanya peningkatan jumlah rumah

tangga/dusun/desa/ atau kecamatan yang mengadopsi prinsip-prinsip rumah

pangan lestari, KBD belum berkembang dengan baik untuk melayani kebutuhan

benih/bibit bagi anggota, local cahampion belum berperan dengan baik.

Masyarakat di desa Namlea dan Waplau merupakan masyarakat pesisir

yang sangat heterogen.Terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang beragam.

Karena letaknya yang dekat dengan pusat kota maka kedua desa ini berkembang

menjadi desa urban dimana telah terjadi pembauran antara masyarakat yang

memiliki mata pencaharian sebagai petani/nelayan berbaur dengan masyarakat

urban yang umumnya memiliki mata pencaharian seperti pedagang, tukang,

pegawai negeri dan lainnya.

Anggota yang terlibat dalam kegiatan MKRPL sebanyak 20 orang/desa,

umumnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ini berarti bahwa mereka

memiliki waktu yang cukup untuk mengurusi pekarangan yang dimanfaatkan

untuk pengembangan MKRPL. Luas lahan pekarangan anggota di kedua desa

tersebut sebagai berikut : a. Desa Namlea: Sempit : 8 orang; Sedang : 12

orang; b. Desa Waplau: Sempit : 4 orang; Sedang : 16 orang

Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Maluku Barat Daya

Page 72: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

68

Pelaksanaan Implementasi MKRPL

Kegiatan MKRPL dimulai dengan melakukan koordinasi dan sosialisi

kepada pemda setempat dan calon lokasi/kawasan/desa (desa Fiditan dan

Mangon). Implementasi MKRPL yang dilaksanakan di kedua desa tersebut

didahului dengan melakukan pertemuan dengan calon anggota sebanyak 30

orang/desa untuk menetapkan 20 orang/desa sebagai anggota pelaksana.

Disamping itu dalam pertemuan tersebut sekaligus dibahas secara partisipatif

tentang jenis-jenis komoditas apa saja yang akan dikembangkan di kedua desa

tersebut. Hasil dari pertemuan tersebut ditetapkan beberapa komoditas antara

lain : kangkung, terong, caisin, cabe, tomat, seledri, pepaya dan beberapa

tanaman toga seperti, jahe, kunyit, sereh. Ternak dan ikan tidak menjadi pilihan

karena untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat di kedua desa tersebut

hasil perikanan telah cukup tersedia. Pada kegiatan ini dibahas juga tentang

pembangunan KBD dan sekaligus dibicarakan tentang manajemen

pengelolaannya yang akan diterapkan.

Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan

pelatihan tentang teknologi bercocok tanam dalam pekarangan secara organik

dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia.

Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP adalah berperan sebagai

narasumber dalam kegiatan pelatihan, mencetak media-media informasi (liptan,

brosur), mendampingi anggota dengan menyampaikan teknologi yang dimiliki

Badan Litbang Pertanian pada saat mempersiapkan media tanam, persemaian,

penanaman, pemeliharaan dan panen tanaman.

Peran Kelembagaan

Dilaksanakannya kegiatan MKRPL pada tahun 2013 di desa Namlea dan

Waplau , kami dapat sampaikan beberapa hal tentang peran kelembagaan di

KabBuru :

a. Pemda melalui Dinas Pertanian KabBuru, pada tahun 2013

melalui APBD telah dianggarkan biaya untuk mengembangkan

model KRPL dengan kegiatan berupa pembuatan rak-rak

Page 73: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

69

vertikultur, dan pemberian benih-benih tanaman sayuran dan

hortikultura

b. SIKIB dan Salimah di KabBuru belum ada, sementara TNI kami

belum melakukan koordinasi untuk menjajaki peluang

pengembangan KRPL di KabBuru

Permasalahan Pengembangan KRPL dan Rencana Tindak Lanjut

o Media tanah tidak tersedia dalam jumlah yang cukup

o Sumber air masih mengandalkan curah hujan dan air tanah dalam

bentuk sumur yang kurang dapat diakses oleh anggota dalam

volume yang cukup.

o Pada puncak musim hujan, media tanam pada bedengan-bedengan

kecil yang dibuat dengan mengatur batu pada bagian pinggir

sebagian besar keluar dari bedengan. Akibatnya setelah musim

hujan , media tanam harus diisi kembali pada bedengan tersebut

o Pengetahuan petani tentang teknologi bercocok tanam dengan

sistem vertikultur masih kurang

o Masyarakat kurang memiliki motivasi untuk memanfaatkan

pekarangan yang tersedia. Itulah sebabnya MKRPL belum tereplikasi

oleh masyarakat dalam desa maupun di luar desa

o Pemda kabBuru tidak didukung oleh petugas lapangan (Penyuluh)

yang diharapkan bisa mendampingi masyarakat dalam

pengembangan kegiatan KRPL

Rencana tindak lanjut dari permasalahan di atas adalah :

a. Harus ada model teknologi yang dikembangkan oleh pemda setempat

bekerjasama dengan BPTP untuk dicarikan solusi pemecahan

keterbatasan sumber air, misalnya pembuatan embung

b. Harus ada pelatihan-pelatihan yang dilakukan pemda untuk

meningkatkan pengetahuan tentang teknologi budidaya tanaman

melalui sistem vertikultur dan tentunya sekaligus mampu memotivasi

masyarakat agar mau memanfaatkan pekaranangan sebagai sumber

pangan

c. Pemda harus memikirkan untuk merekrut tenaga lapangan (penyuluh)

Page 74: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

70

23. m – KRPL Kabupaten Maluku Tenggara

Page 75: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

71

Penutup

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki BPTP Maluku, baik SDM

maupun Biaya Operasionalisasi tidak menyurutkan kinerja BPTP dalam

mengembangkan tugas dan pengabdian kepada masyarakat di 11

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku.

Melalui kegiatan pengkajian, diseminasi dan koordinasi serta dukungan

terhadap kegiatan program kementerian pertanian (SL-PTT, PUAP, Kawasan

Hortikultura, Gernas Kakako, PSDSK), m-P3MI-Smatd, m-AP2RL2 di tahun 2013

sudah terlihat adanya simpul-simpul koordinasi yang merupakan titik ungkit

perbaikan kierja BPTP Maluku, sehingga apa yang diinginkan berupa percepatan

inovasi teknologi teradopsi ke pengguna (petani/stakeholder).

Selanjutnya didiharapkan adanya kepedulian dari segenap sumber daya

manusia BPTP Maluku untuk menjadikan hasil pengkajian, diseminasi sebagai

landasan untuk pengembangan kegiatan selanjutnya dan berkelanjutan.

Kenyataan telah menunjukkan bahwa semua kegiatan yang didasarkan pada

presisi yang tepat dan memiliki dasar-dasar keilmiahan, tidak akan menemui

kegagalan dalam pencapaian tujuan.

Page 76: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU BADAN ...maluku.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · Laporan Kepala Balai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku,

72