bakter

56
ANALISIS PERTUMBUHAN BAKTERI SECARA IN VITRO FATIMAH KUSUMA H41111905 LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: andreas-springfield-gleason

Post on 24-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bakteriologi

TRANSCRIPT

ANALISIS PERTUMBUHAN BAKTERI SECARA IN VITRO

FATIMAH KUSUMA

H41111905

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Bakteri merupakan organisme renik (mikroorganisme), yang dapat

ditemukan dan hidup hampir di semua tempat. Keberadaanya dapat ditemukan

pada tempat tertentu seperti makanan yang rusak, pada berbagai bagian tubuh

makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan ataupun pada luka yang infeksi.

Keberadaan organisme tersebut dering terabaikan karena ukurannya yang sangat

kecil berupa organisme uniseluler yang dapat bersifat autotrof mau[un heterotrof.

Berdasarkan struktur selnya, bakteri termasuk prganisme prokariotik karena bahan

herediternya tersebar dalam sitoplsma sel oleh ketiadaan membran inti (nukleoid)

(Dirayah, 2013).

Pertumbuhan jasad hidup dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi

pertumbuhan secara individu dan pertumbuhan secara kelompok dalam suatu

populasi. Pertumbuhan individu diartikan sebagai adanya pertambahan volume

serta bagian-bagian lainnya dan diartikan pula sebagai penambahan kuantitas isi

dan kandungan di dalam selnya. Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan

bentuk yang terjado akibat adanya pertambahan individu (Dirayah, 2013).

Pertmbuhan bakteri erat kaitannya dengan proses reproduksi yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Pertumbuhan dari

ssuatu bakteri dapat diketahui dengan mengamati kurva pertumbuhannya, hal

inilah yang melatarbelakngi kami melakukan praktikum ini.

1.2   Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik isolasi bakteri

2. Untuk mengetahui model pertumbuahn bakteri pada beberapa media

pertumbuhan

3. Untuk mengetahui kurva pertumbuhan bakteri

1.3  Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober sampai tanggal 2

November 2013 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,

Makassar. Pengambilan sampel dilakukan di saluran pembuangan limbah rumah

tangga BTN Ranggong, Antang, Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bakteri Enterobacteriaceae

Enterobacteriaceae adalah family besar bakteri yang

ditemukan cukup banyak dan dikenal lebih akrab sebagai bakteri

yang patogen , seperti Salmonella , Shigella, Proteus, dan

Klebsiella. Bakteri-

bakteri Enterobacteriaceae umumnya berbentuk batang, dan

biasanya panjangnya 1-5 um. Umunya bersifat Gram-negatif,

anaerob fakultatif, memfermentasi gula untuk

menghasilkan asam laktat dan berbagai produk akhir

lainnya. Kebanyakan juga mengurai nitrat. Kebanyakan memiliki

banyak flagela digunakan untuk bergerak, tetapi beberapa juga

bersifat non-motil. Enterobacteriaceae  tidak membentuk

spora. Reaksi katalase bervariasi pada setiap anggota

Enterobacteriaceae (Pelczar, 1986).

Banyak juga bakteri anggota keluarga Enterobacteriaceae

adalah bagian normal dari flora usus yang ditemukan

dalam usus manusia dan hewan lainnya, sementara yang lain

ditemukan dalam air atau tanah, atau parasit pada berbagai

hewan dan tanaman. Escherichia coli (E. coli ) adalah salah satu

yang paling penting , banyak dipelajari

secara genetika dan biokimia (Pelczar, 1986)..

Kebanyakan anggota Enterobacteriaceae tipe I

peritrichous fimbriae berperan dalam adhesi sel-sel bakteri untuk

host mereka. Beberapa memproduksi

enterobacteria endotoksin . Endotoksin berada dalam sitoplasma

sel dan dilepaskan ketika sel mati dan ketika dinding sel

hancur. Beberapa anggota

keluarga Enterobacteriaceae menghasilkan infeksi sistemik ke

dalam aliran darah  dan ketika semua sel-sel bakteri mati

melepaskan endotoksin yang  dikenal sebagai shock endotoksik

dan dapat menyebabkan kematian seketika (Pelczar, 1986).

II.2 Definisi Bakteri Eschericia coli

Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E.

coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya

bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan

dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air

yang notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.

Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi

tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan (funke, 2004).

E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak

membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian,

beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk

dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli

Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air

minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran

manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar

air minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml (funke, 2004).

Klasifikasi Ilmiah Escherichia coli (funke, 2004).:

Domain    : Bacteria

Phylum     : Proteobacteria

Order       : Enterobacteriales

Family      : Enterobacteriaceae

Genus       : Eschericha

Spesies     : Escherichia coli

II.2.1 Ciri Morfologi Eschericia coli

Escherichia coli merupakanbakteri gram negatif  yang berbentuk batang

lurus dengan panjang 1-3 µm dan lebar 0,4-0,7 µm, tidak berspora, tidak

berkapsul (namun ada yang berkapsul) dan bergerak aktif (ada pula yang tidak

bergerak) (Nurwantoro dan Abbas SD, 1997)

Pelczar dan Chan (1988: 809-810) mengatakan Escherichia

coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia

coli dipindah sebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan

pasif lewat makanan atau minuman. Morfologi dan ciri-ciri pembeda Escherichia

coli yaitu:

Merupakan batang gram negative

Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek

Biasanya tidak berkapsul

Tidak berspora

Motil atau tidak motil, peritrikus

Aerobik, anaerobik fakultatif

Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.

II.2.2 Ciri Fisiologi Eschericia coli

Escherichia coli memproduksi bermacam–macam fimbria atau pili yang

berbeda, banyak macamnya pada struktur dan speksitifitas antigen, antara lain

filamentus, proteinaceus, seperti rambut appendages disekelilingi dalam variasi

jumlah. Fimbria merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas

atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu merupakan faktor virulensi yang

penting (Sudrajat, 2009).

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri dengan sifat hidup fakultatif

aerob dimana suhu optimal untuk tumbuh adalah 370C. Apabila bakteri ini

dipanaskan pada suhu 600C selama 30 menit maka bakteri ini akan mati.

Pada uji biokimia, bakteri Escherichia coli  (Sudrajat, 2009) :

1)  Menguraikan banyak gula-gula yang membentuk asam dan gas.

2)  Pada reaksi IMVIC akan menghasilkan: ++–

3)  Sensitif terhadap Brilliant Green Citrat dan Na dioxycholat.

Selain diare, penyakit – penyakit lain yang disebabkan oleh Escherichia

coli adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis pada bayi baru lahir, dan

infeksi luka terutama luka didalam abdomen (Jawetz, Melnick dan Adelberg’s,

2005).

Escherichia coli adalah spesies yang paling penting dari genus

Escherichia dan merupakan flora normal yang dapat menyebabkan infeksi pada

saluran kencing, luka, bakterimia, septisemia dan meningitis serta infeksi

gastrointestinal (Sudrajat, 2009).

II.2.3 Sifat Patogenitas E. coli

Sehubungan dengan infeksi pada usus dikenal lima jenis  Escherichia coli,

yaitu (Sudrajat, 2009):

1. Enteropathogenik Escherichia coli (EPEC)

EPEC menyebabkan diare pada bayi atau anak – anak kurang dari 1 tahun

dan jarang pada orang dewasa dengan gejala berupa demam tidak tinggi, muntah,

malaise dan diare.

2. Enterotoxigenik Escherichia coli (ETEC)

ETEC menyebabkan  diare pada anak – anak dan dewasa di daerah tropis

dan subtropics pada Negara yang sedang berkembang. Infeksi ETEC ditandai

dengan gejala demam rendah dan tinja encer.

3. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)

EIEC menyebabkan diare mirip dengan yang disebabkan oleh shigella, baik

pada anak – anak maupun orang dewasa. Tinja agak encer bahkan seperti air,

mengandung nanah, lender dan darah dengan gejala panas dan malaise.

4. Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC)

EHEC dikenal sebagai penyebab diare hemorhagik dan colitis serta

hemolytic uremic syndrome (HUS) yang ditandai dengan jumlah trombosit

berkurang, anemia hemolitik dan kegagalan ginjal. Tinja encer berair,

mengandung darah dan abdomen terasa sakit, kram serta demam rendah atau

tanpa demam.

5. Enterodherant Escherichia coli (EAEC)

EAEC menyebabkan diare dengfan cara menempel kuat pada permukaan

mukosa usus dengan gejala tinja encer berair, muntah, dehidrasi, dan biasanya

sakit pada abdomen.

II.3 Karakterisasi

Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikrobia seperti bakteri

berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada

beberapa tipe media, memproduksi tipe metabolit tertentu yang dideteksi dengan

interaksi mikrobia dengan reagen test yang menghasilkan warna reagen. Reaksi-

reaksi dalam sel akan teridentifikasi dengan melakukan pengujian-pengujian

tertentu. Sel akan memberikan respon sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya, misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau

kemampuan untuk menghidrolisis lemak (Pelczar 1986).

Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari

interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia.

Kemampuan bakteri menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan

sumber energi yang dapat digunakan untuk identifikasi. Identifikasi Bakteri dapat

dilakukan dengan  beberapa uji antara lain uji dalam melakukan fermentasi, uji

oksidase, produksi katalase, uji motilase  dan uji oksidase (Funke 2004).

Uji biokimiawi bakteri adalah salah satu uji yang dilakukan untuk

mengidentifikasi jenis bakteri. Hal ini karena setiap jenis bakteri memiliki sifat

biokimia yang berbeda. Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang

berbeda dapat tampak serupa. Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi

merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen yang tidak

dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organisme

yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Manusia

tidak dapat melihat dan mengidentifikasi bakteri tanpa diadakan percobaan

(Funke, 2004).

Uji biokimiawi bakteri adalah salah satu uji yang dilakukan untuk

mengidentifikasi jenis bakteri. Hal ini karena setiap jenis bakteri memiliki sifat

biokimia yang berbeda. Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang

berbeda dapat tampak serupa. Karena itu ciri biokimiawi merupakan kriteria yang

amat penting di dalam identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil

pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organisme yang diperiksa maka

penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Manusia tidak dapat melihat

dan mengidentifikasi bakteri tanpa diadakan percobaan (Lay, 1194).

Berikut beberapa contoh uji kimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri,

antara lain (Husain, 2013) :

a. Mc Concey Agar

Persenyawaan utama didalam media ini adalah laktosa, garam empedu dan

merah netral. Media Mc Concey dapat menghambat pertumbuhan bakkteri

gram positif yang disebabkan oleh garam empedu dan Kristal violet. Bakteri

gram negative yang tumbuh dibedakan dengan kemampuannya

memfermentasikan laktosa. Koloni dari bakteri yang memfermentasikan

laktosa berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam

empedu. Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asam

yang akan bereaksi dengan garam empedu. Bakteri yang tidak

memfermentasikan laktosa biasaanya bersifat pathogen, dimana golongan

bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada media, ini berarti bahwa

koloninya sama dengan warna media (Lay, 1994)

b. SIM

Media ini biasanya digunakan dalam identifikasi yang cepat, hasil uji indol

yang negative karena tidak terbentuk lapisan (cincin), berwarna merah muda

pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membemtuk indol dari

tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan

menambahkan larutan kovacs. Asam amino tryptopan merupakan komponen

asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga dengan mudah asam

amino ini dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein.

Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam yang berarti

bakteri menghasilkan gas hydrogen sulfit (H2S) dan cincin indol berwarna

merah muda setelah penambahan reagen kovacs (Pelezear dan Chan. 2005).

c. MR-VP (Methylen Red – Voges Proskuer)

Uji MR (Methylen Red)

Uji Methylen Red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam

campuran. Beberapa bakteri memfermetasikan glukosa dan menghasilkan

berbagai produk yang bersifat asam, sehingga akan menurunkan pH media

pertumbuhan menjadi 5,0 atau lebih rendah. Penambahan indikator

Methylen Red dapat menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam,

dimana pada pH 4,4 berwarna merah dan pH 6,2 (sedikit mendekati basa)

berwarna kuning, sehingga jika hasilnya positif yang ditunjuk kan dengan

terjadinya fermentasi asam canpuran, maka kaldu baiakan akan tetap

berwarna merah (asam) sedang apabila tidak terjadi fermentasi maka biakan

akan berubah warna menjadi kuning (basa) (Lay, 1994).

Uji VP (Voges Proskauer)

Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang

melakukan fermentasi 2,3-butanadiol. Penambahan 40% KOH dan 5 % α-

napthol dalam etanol dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil

karbinol), sehingga hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya asetoin

yang berwarna merah muda setelah penambahan KOH (Lay, 1994).

d. Simmons Citrate

Asam sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme

menggunakan sitrate sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi, dimana

media simmons sitrat berupa media padat. Simmons sitrat agar merupakan

media sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4+

sebagai sumber N dan Brom Thymol biru sebagai indicator pH. Hasil positif

ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari hijau menjadi biru yang

manunjukkan bahwa mikroorganisme mampu menggunakan nitrat sebagai

satu-satunya sumber karbon (Lay, 1994)

e. TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Uji TSIA bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang berasal dari kelas

enterobacteriaceae. Uji ini biasa juga digunakan untuk membedakan gram

negatif antara yang mampu mengkatabolisme glukosa, laktosa, sukrosa, dan

mampu membebaskan asam sulfat. Uji ini menggunakan medium TSIA dan

indikator metil merah.

Hasil positif ditandai dengan munculnya warna kuning dan merah. Warna

kuning muncul karena adanya fermentasi bakteri terhadap glukosa, sukrosa,

ataupun laktosa dalam konsentrasi tinggi sedangkan dalam konsentrasi gula

yang rendah hanya nampak warna merah. Sedangkan hasil positif adanya H2S

ditandai dengan adanya warna hitam.

II.4 Kurva Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri pada umumnya ditandai dengan empat fase yang

khas, yakni periode awal yang tampaknya tanpa pertumbuhan (fase lamban atau

lag phase) diikuti leh suatu periode pertumbuhan yang cepat (fase log), kemudian

mendatar (fase statis atau stationary phase), dan akhirnya diikuti oleh suau

penurunan polpulasi sel-sel hidup (fase kematian atau penurunan). Di antara setiap

fase ini ada suatu periode peralihan yang menunjukkan lamanya waktu sebelum

semua sel memasuki fase yang baru (Yudhabuntara, 2003).

Gambar 1: Model Kurva Pertumbuhan Bakteri

Sumber: (Husain, 2013)

Ada 6 fase pertumbuhan bakteri yang diperoleh dari kondisi kondisi kultur

tertutup yaitu (Husain, 2013) :

1). Fase lag.

Pada fase lag (adaptasi) tidak terjadi pertumbuhan populasi karena sel

mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya

substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri

2). Fase pertumbuhan dipercepat

Populasi sel yang ada mulai menyesuaikan diri terhadap jenis nutrisi yang

baru, enzim induktif dibentuk oleh sel selama fase penyesuaian diri ini. Kecepatan

pertumbuhan makin lama makin tinggi.

3). Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial.

Pada fase eksponensial atau logaritmik, sel berada dalam keadaan

pertumbuhan yang seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat

oleh faktor yang sama dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif

metabolit tetap konstan. Selama periode ini pertumbuhan seimbang, kecepatan

peningkatan dapat diekspresikan dengan fungsi eksponensial alami. Sel membelah

dengan kecepatan konstan yang ditentukan oleh sifat intrinsic bakteri dan kondisi

lingkungan. Dalam hal ini terdapat keragaman kecepatan pertumban berbagai

mikroorganisme.

4). Fase pertumbuhan diperlambat

Pada fase ini kecepatan pertumbuhan menurun. Jumlah sel mati semakin

bertambah, disebabkan oleh peracunan metabolit. Pada fase ini pertumbuhan sel

tidak stabil, tetapi jumlah populasi naik karena jumlah sel yang tumbuh masih

banyak dibanding dengan jumlah sel yang mati.

5). Fase stasioner.

Pada saat digunakan kondisi biakan rutin, akumulasi produk limbah,

kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak diketahui akan

mendesak dan mengganggu biakan, mengakibatkan penurunan kecepatan

pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap konstan untuk periode

yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya menuju periode penurunan

populasi. Dalam beberapa kasus, sel yang terdapat dalam suatu biakan yang

populasi selnya tidak tumbuh dapat memanjang, membengkak secara abnormal,

atau mengalami penyimpangan, suatu manifestasi pertumbuhan yang tidak

seimbang.

Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-

macam. Beberapa alasan yang dapat dikemukan akan adalah :

a.    Nutrien habis

b.   Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)

c.   Penurunan kadar oksigen

d.   Penurunan nilai  aw (ketersediaan air)

6). Fase kematian

Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya nutrisi,

menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan

jumlah sel secara eksponensial

Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk

meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva

pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag

phase), fase eksponensial atau fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian.

Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk

menentukan waktu generasi (Irianto, 2007).

Selang waktu yang dibutuhkan sel untuk membelah diri disebut dengan

waktu generasi. Tiap spesies bakteri memiliki waktu generasi yang berbeda-beda,

seperti Escherichia coli, bakteri umum yang dijumpai di saluran pencernaan dan

di tempat lain, memiliki waktu generasi 15-20 menit. Hal ini artinya bakteri E.

colidalam waktu 15-20 menit mampu menggandakan selnya menjadi dua kali lipat

(Irianto, 2007).

BAB III

METODE KERJA

III.1 Bahan

Bahan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sampel air dari

saluran pembuangan yang diperoleh di BTP, medium Nutrient Agar (NA),

medium Nutrient Broth (NB), medium Lactosa Broth (LB), medium Eosin

Metylen Blue agar (EMBA), medium Sulfid Indol Motility SIM), medium Triple

Sugar Iron Agar (TSIA), medium Methyl Red-Voges Proskauer (MRVP),

aquadest, alkohol, larutan krystal violet (gram A), larutan lugol (gram B), alkohol

(gram C), dan larutan safranin (gram D), client, label, minyak imersi, cairan

peroksida, KOH 40%, 0,6 mL alfanaftol, methyl-red, kertas lakmus (indicator

pH), NaOH 5 M, dan HCl 5 M serta kertas logaritma dan aluminium foil.

III.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat alat gelas (tabung

reaksi, cawan petri, tabung durham, objek glass, gelas ukur, erlemenyer, gelas

kimia, botol pengenceran serta tabung spektro), alat non gelas (rak tabung, ose

bulat, ose lurus, labu semprot, sendok tanduk), alat lainnya (bunsen), enkas,

inkubator, autoklaf, hot plate, kompor, mikroskop, neraca digital, shaker,

sentrifuse, spektrofotometer.

III.3 Prosedur kerja

III.3.1 Sterilisasi Alat

Alat gelas

Alat alat gelas seperti erlemenyer, cawan petri, tabung reaksi, botol

pengenceran, tabung durham dan alat gelas lainnya yang tahan terhadap suhu

panas tinggi di sterilisasi dengan menggunakan Oven (Hot Air Sterilizer) namun

sebelumnya alat gelas tadi dibungkus dengan menggunakan kertas. Sterilisasi

dilakukan selama 2 jam dengan suhu 170-180°C. Sedangkan alat gelas seperti

objek gelas/preparat disterilkan dengan cara melidahapikan atau melewatkannya

dalam api Bunsen, namun tidak sampai menyala terbakar.

Alat non gelas

Alat alat non gelas seperti ose bulat dan ose lurus disterilisasikan dengan cara

pemanasan, yaitu berupa panas membara. Ose disterilkan dalam nyala api Bunsen

sampai merah membara. Sedangkan rak tabung, sendok tanduk, serta labu

semprot disterilkan dengan cara mencucinya dengan sabun, kemudian diberikan

alkohol.

Sterilisasi Media

Media yang telah dibuat kemudian disterilisasi dengan menggunakan cara uap

panas bertekanan yaitu dengan menggunakan autoklaf pada 121oC selama 15-20

menit. Sebelum media disterilisasi maka media tersebut terlebih dahulu

dipanaskan beberapa menit sehingga semua bahan tercampur sempurna.

Media alamiah dapat langsung disterilisasi setelah sebelumnya telah dibuat

ekstrak bahan dan dicampurkan dengan bahan lainnya. Sedangkan media sintetik

sangat tergantung pada petunjuk penggunaan yang terdapat pada label botol

media. Jika media tersebut dapat langsung disterilisasi maka wadah media ditutup

rapat dengan menggunakan kain saring + kapas dan ditutup dengan menggunakan

kertas atau aluminium foil. Jenis media yang dapat langsung disterilisasi anatara

lain : nutrient agar, potato dextrose agar, plate count agar, malt ekstrak agar, endo

agar, eosin, methylene blue agar, triple sugar iron agar.

III.3.2 Pembuatan Media

a) Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 2 gr media NA dilarutkan kedalam 100 ml aqudest, selanjutnya

dipanaskan hingga larut. Media kemudian disterilkan menggunakan otoklaf

selam 15 menit pada121oC, tekanan 2 atm.

b) Lactosa Broth

Sebanyak 0,8 gr media NB dan 0,5 gr laktosa dilarutkan kedalam 100 ml

aquadest, selanjutnya dipanaskan hingga larut. Selanjutnya ditambahkan

beberapa tetes larutan bromtimol blue hingga warna berubah menjadi hijau

tua. Kedalam tabung reaksi dimasukkan tabung durham dengan posisi

terbalik. Kemudian masing-masing tabung reaksi diisi dengan 9 ml media

LB. media lalu disterilisasi menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu

121oC, tekanan 2 atm.

c) Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)

Sebanyak 1 ggr pepton, 0,5 gr laktosa, o,2 gr KH2NO4, 0,07 gr MB, 0,04 gr

eosin, 2 gr agar, 0,5 gr sukrosa, dilarutkan kedalam 100 ml aquadest,

selanjutnya dipanaskan hingga larut, media kemudian disterilkan

menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC, tekanan 2 atm.

d) Sulfid Indol

Sebanyak 3 gr media SIM dilarutkan kedalam 100 ml aquadest, selanjutnya

dipanaskan hingga larut. media kemudian disterilkan menggunakan otoklaf

selama 15 menit pada suhu 121oC, tekanan 2 atm.

e) Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Sebanyak 6,5 gr media TSIA dilarut dilarutkan kedalam 100 ml aquadest,

selanjutnya dipanaskan hingga larut. Media kemudian disterilkan

menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC, tekanan 2 atm.

f) Methylen Red- Voges Proskauer (MRVP)

Ditimbang 0,5 gr pepton, 0,5 gr glukosa, dilarut dilarutkan kedalam 100 ml

aquadest. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml buffer posfat. Media kemudian

disterilkan menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC, tekanan

2 atm.

III.3.3 Isolasi Bakteri Enterobacter

Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengenceran dengan memindahkan

1 ml sampel kedalam 9 ml yang telah disediakan didalam tabung reaksi dan telah

disterilisasi. Pengenceran yang dilakukan mulai dari pengenceran 10-1 sampai

pengenceran 10-6. Kemudian untuk pengenceran 10-1 sampai 10-3 dipindahkan ke

media LB dan 10-4 sampai 10 -6 ke media NA.

III.3.4 Karakterisasi Bakteri

a. Pengecatan Gram

Pengamatan morfologi koloni dilakukan dengan teknik pewarnaan gram.

Pertama-tama ulasan bakteri dibuat pada gelas objek dan dilakukan fiksasi.

Sebanyak 2-3 tetes gram A (Kristal violet) diteteskan pada koloni bakteri,

diamkan selama 60 detik. Kemudian preparat dicuci dengan air mengalir lalu

dikeringanginkan. Setelah itu sebanyak 2-3 tetes gram B (larutan lugol) diteteskan

diatas preparat dan dibiarkan selama 60 detik. Kemudian preparat dicuci dengan

air mengalir lalu dikeringanginkan kembali. Selanjutnya preparat ditetesi dengan

larutan alcohol -aseton sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama 60 detik lalu

dicuci kembali dan dikeringanginkan. Selanjutnya preparat ditetesi dengan larutan

safranin sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama 30 detik, lalu dicuci xdan

dikeringanginkan. Setelah itu diamati dibawah mikroskop. Bakteri E.Coli ditandai

dengan bentuk sel bulat berwarna merah (gram negatif).

b. Uji Sulfid Indol Motility

Media SIM digunakan untuk mengetahui sifat motilitas dari bakteri.

Sebanyak 1 ose biakan kultur bakteri diinokulasikan kedalam media SIM dengan

metode tusuk. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 1X24 jam.

Kemampuan bakteri untuk melakukan pergerakan didalam medium (motil)

ditandai dengan pola pertumbuhan yang menyebar (menyerupai akar pohon).

c. Uji Triple Sugar Iron Agar

Medium TSIA digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalm

memfermentasi 3 jenis gula (glukosa, laktosa, dan sukrosa). Sebanyak 1 ose dari

kultur bakteri diinokulasi pada media agar TSIA dengan metode tusuk pada

bagian butt dan metode gores pada bagian slant. Selanjutnya diinkubasi selama 1

X 24 jam.

d. Uji katalase

Sebanyak 1 ose kultur bakkteri dicelupkan kedalam tabung reaksi yang

berisi pereaksi H2O2. Hasil positif apabila isolat bakteri mengeluarkan gelembung

gas.

e. Methylen Red- Voges Proskauer (MRVP)

Uji MR (Methylen Red)

Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolasi bakteri dari stok kultur dan

dinokulasikan pada medium MR-VP cair kedalam tabung reaksi.

Selanjutnya diinkubasi selam 5X 24 jam pada suhu 37oC. Sebanyak 5 tetes

methylene red ditambahkan diatas preparat isolat bakteri. Hasil positif

apabila terbentuk kompleks berwarna merah mudah sampai merah yang

menandakan baahwa mikroba tersebut menghasilkan asam.

Uji VP (Voges Proskauer)

Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolasi bakteri dari stok kultur dan

dinokulasikan pada medium MR-VP cair kedalam tabung reaksi.

Selanjutnya diinkubasi selam 3X 24 jam pada suhu 37oC. Medium

kemudian ditambahkan 0,2 mL KOH 40% dan 0,6 mL alfanaftol lalu

dikocok selama 30 detik, hasil positif jika medium berubah warna

lembayung.

f. Pengaruh temperature terhadap pertumbuhan bakteri

Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi Nutrient Broth (NB),

kemudian diinokulasikan kedalamnya masing-masing 1 ose isolate bakteri . kultur

tersebut selanjutnya diinkubasi pada suhu berbeda, yaitu suhu 15oC, suhu 37oC,

dan suhu 45oC.

g. Pengaruh keasaman (pH) terhadap pertumbuhan bakteri

Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi Nutrient Broth (NB) dengan

variasi pH yang berbeda, yaitu pH 3, pH 7, dan pH 9. kemudian diinokulasikan

kedalamnya masing-masing 1 ose isolate bakteri . kultur tersebut selanjutnya

diinkubasi selama 2 X 24 jam pada suhu 37oC.

III.3.5 Kurva Pertumbuhan

1. Peremajaan Kultur Bakteri

Disiapkan media Nutrient Broth (NB) dan media minimal Na-asesat,

kemudian masing masing diinokulasikan kultur bakteri sebanyak 1 ose.

Selanjutnya diinkubasi pada shaker selama 1x24 jam dengan kecepatan 800

rpm.

2. Pengukuran Pertumbuhan

Sebanyak 1 ml kultur bakteri yang telah diremajakan, diinokulasikan

kembali pada media yang sama yaitu media NB dan media Na-asetat,

kemudian diinkubasi pada shaker dengan kecpatan 800 rpm. Pengamatan

dilakukan setiap 2 jam selama 48 jam. Pengukuran pertumbuhan dilakukan

dengan menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 580 nm.

3. Pembuatan Kurva Pertumbuhan

Hasil pengamatan pertumbuhan bakteri yang diukur menggunakan

spektrofotometer selanjutnya dicari nilai densitas optiknya (DO) dengan

rumus :

DO = 2 – log % T

Nilai densitas optic (DO) ini selanjutnya diplot ke dalam kertas grafik

semilogritma untuk dibuat grafik pertumbuhannya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Isolasi Bakteri Enterobacter

Gambar 2: Hasil Isolasi Bakteri berawrna hijau metalik pada media EMBA

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Dari hasil percobaan pengamatan pada media EMBA terlihat perubahan

warna menjadi hijau metalik pada goresan tersebut yang mengindikasikan bahwa

sampel tersebut positif terdapat bakteri koliform. Perubahan warna menjadi hijau

metalik diakibatkan bakteri yang ada memanfaatkan eosin dan methylen blue

dalam proses pertumbuhannya. Dimana semakin lama proses inkubasi perubahan

warna hijau metalik perlahan-lahan akan menghilang karena eosin dan methylen

blue nya telah habis terpakai.

Methylen bue merupakan media selektif untuk isolasi dan diferensiasi

bakteri enterik, karena kandungan eosin akan menghmbat pertumbuhan bakteri

gram positif, sedangkan methylen blue berfungsi sebgai indikator untuk melihat

jenis bakteri koliform seperti E. coli yang dapat memfermentasi lactosa dan

sukrosa yang dapat memfermentasi asam sehingga terlihat hijau metalik.

IV.2 Karakterisasi

IV.2.1 Pengecatan gram

Gambar 3: Pengecatan gram dengan pengamatan melalui mikroskop

perbesaran 10 x 100

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Pada hasil dari pengamatan di bawah mikroskop terlihat ciri-ciri dari isolat

bakteri yang diamat berwarna merah, koloni berupa basil/ batang. Warna merah

pada bakteri ini apabila dikaitkan dengan referensi yaitu dikarenakan sifat afinitas

dinding sel dan membran sitoplasma bakteri sangat rendah, sehingga apabila

diberi zat warna pertama akan mudah larut oleh alkohol yang mengakibatkan

apabila diberi zat warna penutup sangat mudah melekat sehingga pada

penagmatan menggunakan mikroskop terlihat berwarna merah.

Berdasarkan teori, bakteri gram negative adalah bakteri yang apabila telah

dilakukan pengecatan gram, kemudian diamati dibawah mikroskop akan

berbentuk batang (basil) dan berwarna merah. Hal ini desebabkan karena pada

bakteri gram negatif komponen dinding selnya labih banyak mengandung lipid

dan sedikit peptidoglikan. Sedangkan untuk bakteri gram positif akan berwarna

ungu karena memiliki komponen dinding sel peptidoglikan yang tebal dan lipid

yang sedikit, sehingga pada saat pewarnaan akan terwarnai oleh gram A, dan

ketika dilakukan pencucian oleh alcohol warna tersebut tidak hilang karena telah

melekat pada peptidoglikan dinding sel bakteri.

IV.2.2 Uji sulfide indol motility (SIM)

Gambar 4: Hasil Uji Motilitas pada Media SIM

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Uji sulfide indol motility (SIM) adalah salah satu uji karakterisasi bakteri

untuk mengetahui apakah bakteri tersebut bersifat motil atau nonmotil dan untuk

mengetahui apakah bakteri mampu mengkorvesi triptofan menjadi indol.

Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah bakteri tersebut memiliki alat gerak

atau bersifat motil. Hal ini ditandai dengan adanya penyebaran yang berwarna

putih seperti akar disekitar inokulasi, yang membuktikan adanya pergerakan dari

bakteri yang dihasilkan, yang berate bahwa bakteri tersebut memiliki flagel

sebagai alat geraknya.

Namun untuk uji biokimia dengan melihat ada tidaknya indol

menghasilkan negatif. Hal ini dikarenakan tidak terbentuknya lapisan cincin

berwarna merah muda pada permukaan biakan yang artinya bakteri tersebut tidak

membentuk indol dari aasam amino triptofan sebagai sumber karbonnya, yang

diidentifikasi dengan penambahan pereaaksi kovacs. Triptofan merupakan

komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein sehingga asam amino ini

dengan mudah daapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein

Dalam media biakan, indol menumpuk sebagai produk buangan.

Selanjutnya bagian lain dari molekul triptofan CAS piruvat NH4+ dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara mikroorganisme. Penambahan

dengan reagen kovacks yang mengandung P-dimetil bernaldehid akan membentuk

senyawa amino benzaldehid yang tidak larut dalam air dan pembentukan cincin

merah muda pada permukaan medium.

Selain itu pada hasil pengamatan tidak terlihat terbentuknya H2S yang

ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam sehingga dikatakan bahwa

bakteri tersebut tidak mampu mensulfurasi asam amino untuk membentuk H2S.

IV.2.3 Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Gambar 4: Hasil Uji TSIA

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya warna merah dan kuning

yang muncul. Warna kuning diakibatkan bakteri tersebut mampu memfermentasi

glkosa, laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi yang tinggi. Sedangkan dalam

konsentrasi yang rendah hanya nampak berwarna merah. Sehingga berdasarkan

referensi yang ada yang mengatakan bahwa uji TSIA adalah uji yang bertujuan

untuk mengetahui apakah suatu bakteri mampu mmeferementasi tiga jenis gula

yaitu glukosa, sukrosa dan lakotosa serta mmapu mmebebaskan asam sulfat

ternyata positif bahwa isolat bakteri yang digunakan mampu memfermentasi kega

jenis gula tersebut.

IV.2.4 Methylen Red – Voges Proskauer (MRVP)

A. Uji Methylen Red

Gambar 5: Hasil Uji MR (Methylen Red)Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa stok kultur yang

diinokulasikan pada media MR yang ditetesi methyl red menunjukkan

terbentuknya cincin berwarna merah muda. Setelah itu ditembahkan lagi, sehingga

hasil yang terbentuk sama dengan hasil yang sebelumnya. Sehingga dapat

diartikan bahwa hasil tersebut bersifat positif karena terbentuk warna merah yang

menandakan indikator positif memfermentasikan asam-asam campuran.

Hal ini sesuai dengan referensi yang mengatakan bahwa penambahan

indikator methyl red dapat menunjukkan perubahan pH menjadi asam, diamana

pH 4,4 berwarna merah dan pH 6,2 (sedikit mendekati basa) berwarna kuning

sehingga jika hasilnya positif yang ditunjukkan dengan terjadinya fermentasi

asam campuran maka media akan berwarna merah dan apabila tdak terjadi

fermentasi akan berawrna kuning.

Oleh karena itu bila indicator Methyl ditambahkan pada biakan tersebut

dengan pH serendah itu maka indicator tersebut menjadi merah dan hal ini

menandakan bahwa bakteri trsebut peragi asam campur α –naftoldan KOH artinya

hasil akhir fermentasi bakteri I ni bukan asetil metil karbinol (Asetolin).

B. Uji Voges Proskauer (VP)

Gambar 6: Hasil Uji VP dengan penambahan KOH dan ∝ naftol

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil uji VP

(Voges Proskauer) menunjukkan hasil yang negatif, karena tidak terbentuk warna

lembayung pada medium steleh ditambahkan ∝ naftol yang artinya hasil akhir

dari fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin).

Hal ini dapat terjadi karena tidak terjadi proses oksidasi antara asetolin

dengan oksigen dan KOH menjadi diacetyl. Diacetyl ini bereaksi dengan

guanidum yang merupakan komponen peptone saat ditambahkan ∝ naftol akan

terbentuk warna lembayung nantinya, namun, akibat tidak terbentuknya asetolin

dan diacetyl mengakibatkan tidak terjadi perubahan warna.

IV.2.5 Uji katalase

Gambar 7: Hasil Uji Katalase

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa

isolate bakteri yang digunakan bersifat katalase positif ditandai dengan

terbentuknya gelembung-gelembung udara. Dimana gelembung tersebut adalah

gelembung oksigen yang dihasilkan dari pemechan H2O2 (hydrogen Peroksida).

Oleh enzim katalase. H2O2 (hydrogen Peroksida) bersifat toksik terhadap sel,

karena itu bahan ini dapat menginaktivasi beberapa jenis enzim dalam sel. Karena

H2O2 ini bersifat racun maka terlebih dahulu harus dipecah terlebih dahulu agar

tidak bersifat toksik lagi.

Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk

mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif,

atau anaerob obligat. Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen

peroksida (H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka

dapat tetap hidup dengan adanya antimetabolit tersebut karena mereka

menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi

air dan oksigen dengan reaksi sebagai berikut :

2H2O2 2H2O + O2

IV.2.6 Pengaruh suhu tehadap pertumbuhan

Gambar 8: Hasil Uji Terhadap Beberapa jenis Suhu (I=15oC, II=37oC, III= 45oC)

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Berdasarkan pengamatan terhadap pengaruh suhu terhadap pertumbuhan

bakteri diperoleh hasil bahwa pada suhu 37oC bakteri kolioform lebih banyak

ditemikan tumbuh. Hal tersebut dapat diamati berdasrkan tingkat kekeruhan dan

terbentuknya endapan pada medium NB setelah diinkubasi selama 1X24 jam.

Pada suhu 45oC juga terlihat adanya kekeruhan dan endapan, hal seupa juga

terdapat pada suhu 15oC namun hanya sedikit.

Mikroba memiliki batas toleransi tertentu untuk dapat tumbuh. Ada bakteri

yang tidak mmapu hidup pada suhu 60oC. Suhu rendah sampai dibawah suhu

minimum menyebakan bakteri tidak dapat berkembang biak dan pada umumnya

tidak mematikan bakteri, bahkan ada yang tahan sampai bertahun-tahun pada suhu

-70oC. Bakteri patogen pada manusia umunya cepat mati pada suhu 0oC.

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan mikroba dapat dikelompokkan menjadi

tiga yaitu mikroba psikrofil, mesofil dan termofil.

IV.2.7 Pengaruh pH terhadap pertumbuhan

Gambar 9: Hasil Uji Terhadap Beberapa jenis pH (I=3, II=7, III= 9)

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri koliform

lebih banyak menyukai pH 9, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya kekeruhan

pada mediadan juga terdapat endapan. Pada pH 7 juga terdapat endapan dan

kekeruhan (lebih banyak pada pH 9). Sedangkan pada pH 3 tingkat kekeruhannya

sangat rendah.

Menurut teori Bakteri dapat tumbuh pada pH 7 karena medium harus

mempunyai pH yang tepat yaitu tidak terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri

tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa.Pada dasarnya tidak satupun yang dapat

tumbuh baik pada pH lebih dari 7 dan sangat jarang bakteri ditemukan pada pH

dibawah 4 karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat

asam atau basa.

IV.3 Kurva Pertumbuhan

Tabel 1 Hasil Pengukuran Pertumbuhan pada Media Nutrient Broth (NB)

menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 580 nm.

Waktu Pengamatan (Jam)

Nilai % Transmitan Nilai Optical Density (OD)

T0 16.58 99 0,01T1 18.58 53 0,28T2 20.58 29 0,54T3 22.58 15 0,83T4 00.58 14 0,86T5 02.58 12 0,93T6 04.58 9 0,05T7 06.58 8 1,1T8 08.58 6 1,23T9 10.58 6 1,23T10 12.58 7 1,16T11 14.58 8 1,1T12 16.58 10 1

IV.3.2 Grafik Kurva Pertumbuhan

Gambar 10: Grafik Kurva Pertumbuhan Bakteri

Sumber: Koleksi Pribadi, 2013

Pengamatan dari T0 sampai T4 kurva pertumbuhan menunjukkan fase

eksponensial dimana pertumbuhan bakteri sangat cepat. Hal ini dikarenakan

faktor lingkungan yang menunjang serta ketersedian nutrisi yang masih banyak.

Memasuki T5 sampai T7 kurva pertumbuhan bakteri memasuki fase pertumbuhan

di perlambat dimana, hal ini dikarenakan ketersediaan nutrisi yang mulai

berkurang sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh makanan,

mengakibatkan populasi bakteri menjadi menurun . Memasuki T8 sampai T9

pertumbuhan bakteri memasuki fase stationer dimana jumlah bakteri yang hidup

sama dengan jumlah sel yang mati. Hal ini disebabkan karena adanya

penumpukan zat toksik yang merupakan hasil dari metabolisme serta ketersediaan

nutrisi yang tidak memadai sehingga banyak bakteri yang mati. Pada T10 sampai

T12 pertumbuhan bakteri menunjukan penurunan yang menandakan bahwa

pertumbuhan bakteri telah menuju fase kematian.

Hasil kurva yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini

sangat dipengaruhi karena selama proses pengerjaan terjadi kontaminasi,

pertumbuhan kultur terganggu karena faktor lingkungan, populasi dalam media

tidak homogen karena pengocokan yang tidak bagus.

Pada kurva pertumbuhan dapat ditarik pula waktu generasi. Waktu

generasi adalah waktu yang digunakan suatu bakteri untuk menggandakan dirinya.

Pada perhitungan kurav pertumbuhan diperoleh waktu generasi 2,5 jam. Semakin

lama waktu generasi maka semakin sulit mikroba memanfaatkan nutrient pada

media pertumbuhannya.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Teknik isolasi bakteri enterobakter dapat dilakukan dengan cara berturut-turut

yaitu: pengenceran bertingkat, uji MPN, uji SPC, penanaman pada medium

EMBA I, penanaman pada medium EMBA II, penanaman pada NA sebagai

stok.

2. Bakteri E. coli membentuk koloni bulat dan berwarna putih kekuningan pada

NA, menbentuk koloni berwarna hijau metalik pada medium EMBA, tumbuh

diluar area tusukan pada medium SIM, membentuk warna kuning

keseluruhan pada medium TSIA, tumbuh berpencar pada medium LB,

membentuk warna merah pada medium MR dan berwarna bening pada

medium VP.

3. Kurva pertumbuhan bakteri membentuk 4 fase, yakni: fase lag (adaptasi), fase

log (eksponensial), fase stationer (tetap) dan fase death (kematian).

V.2 Saran

Saran saya untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya dalam pembuatan

kurva pertumbuhan dibuat lebih teliti sehingga menghindari terjadinya

kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Funke BR, Tortora GJ, Case CL . 2004.  Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). Benjamin : Cummings. San Francisco.

Ganiswarna S. G, 1995, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran, Jakarta.

Husain, Dirayah R., 2005, Bakteriologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta.

Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995, Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.

Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba Di Laboratorium, Erlangga, Jakarta.

Pelczar, M.J. Dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta :UI Press

Smith-Keary P. F., 1988. Genetic Elements in Escherichia coli. Macmillan Molecular biology series. London. p. 1-9, 49-54

Sudrajat. 2009. Identifikasi Bakteri. FMIPA UNMUL.

Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.