bahasa indonesia

7
A. Pengertian Karya Ilmiah Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya (Dwiloka,2005: 2). Menurut Pateda (1993: 91), karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar, bertanggung jawab, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jadi, karya ilmiah ditulis bukan sekedar untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya penelitian (uang, bahan, dan alat), tetapi juga untuk mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmiah tersebut secara teknis dan materi. Hal ini terjadi karena hasil suatu karya ilmiah dibaca dan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Karya ilmiah memenuhi syarat-syarat keilmiahan pada suatu disiplin ilmu tertentu yang dikuasai oleh penulisnya. Hasil penulis ilmiah harus bersifat sistematis artinya disusun dalam suatu urutan yang teratur, sehingga pembaca mudah memahami hasil tulisan tersebut. Hasil tulisan ilmiah harus disusun pula secara logis dan benar. Oleh karena itu, untuk mencapai keilmiahan yang logis dan benar itu, seseorang penulis karya ilmiah harus memiliki landasan teori yang kuat. Landasan teori yang kuat akan menyebabkan keilmiahan yang ditampilkan tidak menyimpang dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pertanggungjawaban ilmiah

Upload: dinaamnbara

Post on 07-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Indonesia

A. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil

pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang

diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang

lain sebelumnya (Dwiloka,2005: 2). Menurut Pateda (1993: 91), karya ilmiah adalah hasil

pemikiran ilmiah pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, ilmiah,

logis, benar, bertanggung jawab, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jadi, karya

ilmiah ditulis bukan sekedar untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya

penelitian (uang, bahan, dan alat), tetapi juga untuk mempertanggungjawabkan penulisan

karya ilmiah tersebut secara teknis dan materi. Hal ini terjadi karena hasil suatu karya ilmiah

dibaca dan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Karya ilmiah memenuhi syarat-syarat keilmiahan pada suatu disiplin ilmu tertentu yang

dikuasai oleh penulisnya. Hasil penulis ilmiah harus bersifat sistematis artinya disusun

dalam suatu urutan yang teratur, sehingga pembaca mudah memahami hasil tulisan tersebut.

Hasil tulisan ilmiah harus disusun pula secara logis dan benar. Oleh karena itu, untuk

mencapai keilmiahan yang logis dan benar itu, seseorang penulis karya ilmiah harus

memiliki landasan teori yang kuat. Landasan teori yang kuat akan menyebabkan keilmiahan

yang ditampilkan tidak menyimpang dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pertanggungjawaban ilmiah tidak hanya berkaitan

dengan isi karya ilmiah, tetapi juga berkaitan dengan susunan (teknis) penulisannya.

Penyusunan karya ilmiah harus memenuhi kaidah, antara lain :

1. Penyebutan sumber tulisan yang jelas. Jika penyusun karya ilmiah mengutip

pendapat orag lain, maka sumber kutipan itu harus disebutkan dengan jelas dan

lengkap.

2. Memenuhi kaidah penulisan yang berkaitan dengan teknik kutip-mengutip,

penulisan fakta, frasa, dan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik

dan benar.

B. Ciri-ciri Karya Ilmiah

Karya ilmiah mempergunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang

menggunakan istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar

pada bidang tertentu. Oleh karena itu, penulis karya ilmiah hendaknya mengambil topik

Page 2: Bahasa Indonesia

permasalahan karya ilmiahnya sesuai dengan bidang yang ditekuni agar hasil karya

ilmiahnya dapat lebih terperinci dan mendalam.

Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah menurut Jujun S. Suriasumantri

(1999:184), antara lain :

1. Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan

makna yang sama oleh pembaca. Oleh karena itu, tulisan ilmiah harus

mempergunakan bahasa yang bermakna denotatif agar terdapat satu pemahaman

makna antara penulis dan pembaca.

2. Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisannya kurang menguasai

materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yang jelas.

3. Tidak emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal-hal yang

diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pendapat subjektif dan emosional

penulisnya. Oleh karena itu, tulisan ilmiah harus bersifat jelas, objektif, dan tidak

berlebih-lebihan.

4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaan, kata, kalimat, dan paragraf. Penulisan harus

mempergunakan bahasa dengan mengikuti kaidah tatabahasa agar hasil tulisan tidak

mengandung salah tafsir bagi pembaca. Karya ilmiah merupakan karya yang ditulis

untuk dibaca semua orang dengan rentang waktu yang tidak terbatas.

5. Penggunaan istilah keilmuan. Penulis karya ilmiah harus mempergunakan istilah-

istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu

tertentu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang ilmu yang lain. Istilah

keilmuan dipergunakan pula untuk mengkomunikasikan ilmu kepada pembaca

sehingga dapat dipelajari atau diteliti lebih lanjut.

6. Bersifat denotatif, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah

atau kata yang hanya memiliki satu makna. Hal ini dilakukan untuk menjaga

konsistensi tulisan, sehingga tidak membingungkan pembaca.

7. Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur

pemikiran yang lancar, dan kecermatan penulisan.

8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dan koherensi antarparagraf dalam

setiap bab.

9. Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiah hendaknya tidak

berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan

kepada pembaca.

Page 3: Bahasa Indonesia

10. Penggunaan kalimat efektif, artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan

(bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat

mencapai sasaran.

C. Syarat-syarat Karya Ilmiah

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu tulisan layak disebut sebagai karya

ilmiah. Syarat-syarat itu, antara lain sebagai berikut.

1. Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca. Kata dan

kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga tidak

menimbulkan penafsiran ganda pada pembaca. Pemahaman penulis hendaknya sama

dengan pemahaman pembaca.

2. Bernalar, artinya tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan

koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif,

benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Ekonomis, artinya kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian

rupa sehingga tersusun secara padat berisi.

4. Berdasarkan landasan teoritis yang kuat, artinya suatu hasil karya ilmiah bukan

subjektivitas penulisannya, tetapi harus berlandaskan pada teori-teori tertentu yang

dikuasai secara mendalam oleh penulis. Penulis melakukan kajian berdasar teori-

teori tersebut.

5. Tulisan harus relevan dengan disiplin ilmu tertentu, artinya tulisan ilmiah itu ditulis

oleh seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu. maka, tulisan ilmiahnya

harus menunjukan kedalaman wawasan dan kecermatan pikiran berkaitan dengan

disiplin ilmu tertentu tersebut. Penguasaan penulis pada disiplin ilmu tertentu akan

tampak melalui teori, pendekatan, pemaparan yang selalu berlandaskan pada prinsip-

prinsip ilmu tertentu.

6. Memiliki sumber penopang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus mempergunakan

landasan teori berupa teori mutakhir (terbaru). Penulis ilmiah harus mencermati

teori-teori mutakhir melalui penelusuran internet atau jurnal ilmiah.

7. Bertanggung jawab, artinya sumber data, buku acuan, dan kutipan harus secara

bertanggung jawab disebutkan dan ditulis dalam karya ilmiah. Teknik penulisan

yang tepat serta penggunaan bahasa yang baik dan benar juga termasuk bentuk

tanggung jawab seorang penulis karya ilmiah.

Page 4: Bahasa Indonesia

D. Bahasa Baku dalam Karya Ilmiah

Penulis karya ilmiah harus mempergunakan bahasa baku dalam menuangkan

karyanya. Bahasa baku merupakan ragam bahasa orang yang berpendidikan, yaitu bahasa

dunia pendidikan (Tim, 1994: 13).

Bahasa baku memiliki 3 sifat utama, yaitu :

1. Sifat pertama, adanya kemantapan dinamis,. Kemantapan dinamis ini diwujudkan

melalui kaidah dan aturan kebahasaan yang bersifat tetap. Bahan baku tidak dapat

berubah setiap saat. Namun, kemantapan baku ini juga bersifat dinamis, artinya

bahasa baku masih memungkinkan adanya perubahan yang bersistem dan teratur di

bidang kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam

yang diperlukan dalam kehidupan modern (Tim, 1994: 15).

2. Sifat kedua, yang menandai bahasa baku adalah sifat kecendekiaannya.

Kecendekiaan bahasa terwujud melalui penyusunan kalimat, paragraf, dan kesauan

bahasa yang lebih besar yang menunjukkan penalaran dan pemikiran yang logis,

teratur, masuk akal. Proses pencedekiaan bahasa itu penting karena pengenalan ilmu

dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus

dapat dilangsungkan lewat buku bahasa Indonesia (Tim, 1994: 15).

3. Sifat ketiga, yang menandai bahasa baku adalah sifat penyeragaman kaidah. Ada

kaidah-kaidah bahasa yang bersifat tetap, berlaku resmi untuk semua kepentingan

resmi, dan dipahami secara sama oleh pengguna bahasa baku.

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipergunakan dalam situasi resmi

diantaranya pada penulisan karya ilmiah dan laporan penelitian. Oleh karena itu, karya

ilmiah harus mempergunakan secara ketat ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah, serta susunan gramatikal yang lengkap dan eksplisit.

Bahasa baku merupakan bahasa yang diharapkan oleh pemakainya sebagai bahasa yang

tidak menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan, peristilahan, dan tatabahasa. Semua pemakai

bahasa baku harus mentaati kaidah bahasa baku agar komunikasi yang dilakukannya dapat

dipahami dengan baik oleh pembaca. Pembaca dapat belajar, menambah pengetahuan, atau

melakukan penelitian lebih lanjut melalui karya ilmiah yang dapat mereka baca dengan

jelas, rasional, dan runtut. Oleh karena itu, penulis karya ilmiah diharapkan memiliki

pemahaman yang benar mengenai tatacara menggunakan bahasa baku bahasa Indonesia.

Page 5: Bahasa Indonesia

Dengan memahami dan mentaati kaidah bahasa baku, diharapkan tulisan ilmiah tampil

secara memadai dan lebih menonjol nilai keilmiahannya.