bahasa

12
SISTEM KEKERABATAN SUKU TENGGER Tengger adalah sebuah kota atau desa yang berada di bawah kaki Gunung Bromo Jawa Timur. Pada awalnya tahun 100 SM orang- orang Hindu Waisya yang beragama Brahma bertempat tinggal di pantai-pantai yang sekarang dinamakan dengan kota Pasuruan dan Probolinggo. Setelah Islam mulai masuk di Jawa pada tahun 1426 SM dan keberadaan mereka mulai terdesak maka mereka mencari daerah yang sulit dijangkau oleh manusia (pendatang) yaitu di daerah pegunungan tengger, pada akhirnya mereka membentuk kelompok yang di kenal sebagai tiang tengger (orang tengger). Masyarakat Tengger mempunyai hubungan yang khas dalam hubungan kekerabatan. Garis keturunan masyarakat Tengger adalah berdasarkan pada prinsip bilateral yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu. Ada tiga macam kelompok kekerabatan dalam masyarakat Tengger. Kelompok kekerabatan terkecil yaitu keluarga inti yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak yang disebut sa’omah. Kelompok kekerabatan yang kedua yaitu sa’dulur. Kelompok kekerabatan yang ketiga dan yang terbesar adalah yang dinamakan wong Tengger. Masyarakat Tengger yang hidup sa’omah terdiri dari pasangan suami isteri dengan anak-anak dan juga ditambah beberapa anggota kelompok terdekat seperti kakek atau nenek dan beberapa anak angkatnya. Keluarga ini bernaung dibawah satu atap dengan kepala keluarga yang memikul tanggung jawab kehidupan keluarga tersebut.

Upload: nurul-fatatik

Post on 17-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kajian medan makna

TRANSCRIPT

Page 1: bahasa

SISTEM KEKERABATAN SUKU TENGGER

Tengger adalah sebuah kota atau desa yang berada di bawah kaki Gunung Bromo Jawa

Timur. Pada awalnya tahun 100 SM orang-orang Hindu Waisya yang beragama Brahma

bertempat tinggal di pantai-pantai yang sekarang dinamakan dengan kota Pasuruan dan

Probolinggo. Setelah Islam mulai masuk di Jawa pada tahun 1426 SM dan keberadaan mereka

mulai terdesak maka mereka mencari daerah yang sulit dijangkau oleh manusia (pendatang)

yaitu di daerah pegunungan tengger, pada akhirnya mereka membentuk kelompok yang di kenal

sebagai tiang tengger (orang tengger).

Masyarakat Tengger mempunyai hubungan yang khas dalam hubungan kekerabatan.

Garis keturunan masyarakat Tengger adalah berdasarkan pada prinsip bilateral yaitu garis

keturunan pihak ayah dan ibu. Ada tiga macam kelompok kekerabatan dalam masyarakat

Tengger. Kelompok kekerabatan terkecil yaitu keluarga inti yang terdiri atas suami, istri, dan

anak-anak yang disebut sa’omah. Kelompok kekerabatan yang kedua yaitu sa’dulur. Kelompok

kekerabatan yang ketiga dan yang terbesar adalah yang dinamakan wong Tengger.

Masyarakat Tengger yang hidup sa’omah terdiri dari pasangan suami isteri dengan anak-

anak dan juga ditambah beberapa anggota kelompok terdekat seperti kakek atau nenek dan

beberapa anak angkatnya. Keluarga ini bernaung dibawah satu atap dengan kepala keluarga yang

memikul tanggung jawab kehidupan keluarga tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa suami isteri

saja yang bekerja untuk mencari nafkah.

Kedua kelompok kekerabatan sa’dulur. Kelompok kekerabatan ini merupakan kelompok

kekerabatan kedua yang dikenal oleh masyarakat Tengger. Hal ini berarti selain mengenal ayah,

ibu, kakak, adik, kakek, nenek, juga mengenal kerabat-kerabat lainnya seperti saudara-saudara

sepupu dari pihak ayah atau ibu, kerabat dari angkatan satu tingkat ke atas dari orang tua,

saudara sepupu derajat kedua dari pihak ayah atau ibu, saudara-saudara orang tua dari pihak ayah

atau ibu, kerabat dari satu tingkat ke bawah dan seterusnya yang biasanya kerabat-kerabat

tersebut berkumpul dalam suatu aktifitas tertentu sekitar rumah tangga.

Kelompok kekerabatan yang ketiga dan yang terbesar ialah yang disebut dengan wong

Tengger yang dapat disamakan dengan kelompok kekerabatan disebut sebagai kelompok besar

yang berarti memiliki fungsi menyelenggarakan kehidupan keagamaan dari seluruh kelompok

Page 2: bahasa

sebagai satu kesatuan. Seperti yang diyakini oleh semua masyarakat Tengger bahwa upacara-

upacara adat seperti upacara Kasada dan upacara Karo merupakan suatu bentuk yang dilakukan

oleh seluruh orang Tengger.

Dalam urusan perkawinan, adat perkawinan pada masyarakat Tengger hampir sama

dengan adat pernikahan masyarakat Jawa, yang membedakan diantara kedua perkawinan itu

adalah dalam perkawinan masyarakat Tengger yang bertindak sebagai penghulu dan wali

keluarga adalah dukun Pandita. Setelah menikah ada tradisi Adat menetap atau neolokal yaitu

pasangan suami-istri bertempat tinggal di lingkungan yang baru. Untuk permulaan pasangan

pengantin berdiam terlebih dahulu dilingkungan kerabat istri. Selain itu, dalam tradisi

masyarakat Tengger poligami dan perceraian tidak pernah terjadi. Perkawinan dibawah umur

juga jarang terjadi.

Dalam proses pertunangan (pacangan) dalam tradisi masyarakat Tengger ada beberapa

ritual yang harus dilakukan yaitu pertama, pertemuan antara kedua calon atas dasar saling senang

dan menyukai diantara kedua pihak. Kedua, lamaran yang dilakukan oleh orangtua pria. Setelah

itu, apabila kedua belah pihak telah sepakat, maka orangtua pihak wanita (sebagai calon)

berkunjung ke orangtua pihak pria untuk menanyakan persetujuannya atau notok. Selanjutnya

apabila orangtua pihak pria telah menyetujui, diteruskan dengan kunjungan dari pihak orangtua

pria untuk menyampaikan ikatan (peningset) dan menentukan hari perkawinan yang disetujui

oleh kedua belah pihak. Sesudah itu, upacara perkawinan dilakukan.

Adapun saat akan melangsukan perkawinan para orangtua kedua calon akan meminta

nasehat kepada dukun mengenai kapan hari baik melangsungkan perkawinan. Dukun akan

memberikan saran (menetapkan) hari yang baik dan tepat, papan tempat pelaksanaan

perkawinan, dan sebagainya. Sesudah semua selesai maka akan ada selamatan kecil (dengan

sajian bubur merah dan bubur putih). Sebagai kelengkapan upacara perkawinan, maka pasangan

pengantin diarak (upacara ngarak) keliling, diikuti oleh empat gadis dan empat jejaka dengan

diiringi gamelan. Pada upacara perkawinan pengantin wanita memberikan hadiah bokor tembaga

berisi sirih lengkap dengan tembakau, rokok dan lain, sedangkan pengantin pria memberikan

hadiah berupa sebuah keranjang berisi buah-buahan, beras dan mas kawin.

Page 3: bahasa

Pada upacara asrah pengantin, masing-masing pihak diwakili oleh seorang utusan. Para

wakil mengadakan pembicaraan mengenai kewajiban dalam perkawinan dengan disaksikan oleh

seorang dukun. Pada upacara pernikahan dibuatkan petra (petara: boneka sebagai tempat roh

nenek moyang) supaya roh nenek moyangnya bisa hadir menyaksikan. Biasanya setelah

melakukan perkawinan pengantin pria harus tinggal dirumah (mengikuti) pengantin wanita.

Dalam urusan hak waris, masyarakat Tengger mempertahankan hak waris tanah untuk

anak keturunan mereka. Apabila ada keluarga yang terpaksa menjual hak tanah, diusahakan

untuk dibeli oleh keluarga yang terdekat. Pewarisan kepada anak-turunannya ditentukan oleh

kerelaan pihak orang tua, bukan atas dasar aturan ketat yang dibakukan. Selain itu, pembagian

merata antara perolehan hak waris laki-laki dan perempuan sama. Apabila kedua orang tua tidak

sanggup lagi mengerjakan ladangnya, maka kedua orang tua tersebut akan ikut salah satu

anaknya dan setelah meninggal hak warisnya jatuh pada anak yang merawat orang tua tersebut.

Biasanya pembagian warisan diberikan sebelum kedua orang tua meninggal dan tidak jarang

pula orang tua memberikan hak waris kepada anaknya apabila anak tersebut dianggap mampu

mengerjakan sendiri ladangnya.

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1143/sistem-kekerabatan-suku-tengger

diunduh pada tanggal 30 November 2014.

Page 4: bahasa

HASIL ANALISIS

Berdasarkan artikel di atas, jika dianalisis menurut golongan SET dapat dipaparkan

sebagai berikut.

Berdasarkan paparan kalimat di atas terdapat kata masyarakat, pasangan, kelompok.

Kata-kata tersebut dapat digolongkan menjadi golongan set. Urutan golongan set yang berfokus

pada hubungan yang tegak lurus (paradigmatik) yaitu:

Kelompok: kumpulan (tentang orang, binatang, dan sebagainya)

Masyarakat: sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan

yang mereka anggap sama.

Pasangan: dua orang, laki-laki perempuan atau dua binatang, jantan betina.

Berdasarkan paparan kalimat di atas terdapat kata keluarga. Kata-kata tersebut dapat

digolongkan menjadi golongan set. Urutan golongan set yang berfokus pada hubungan yang

tegak lurus (paragdigmatik) yaitu:

Keluarga: ibu dan bapak beserta anak-anaknya.

Kerabat/saudara: yang dekat (pertalian keluarga); sedarah sedaging.

Tetangga: orang (rumah) yg rumahnya berdekatan atau sebelah-menyebelah; jiran.

Masyarakat Tengger yang hidup sa’omah terdiri dari pasangan suami isteri dengan anak-anak

dan juga ditambah beberapa anggota kelompok terdekat seperti kakek atau nenek dan beberapa

anak angkatnya.

Kelompok kekerabatan terkecil yaitu keluarga inti yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak

yang disebut sa’omah.

Hal ini berarti selain mengenal ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, juga mengenal kerabat-

kerabat lainnya seperti saudara-saudara sepupu dari pihak ayah atau ibu, kerabat dari

angkatan satu tingkat ke atas dari orang tua, saudara sepupu derajat kedua dari pihak ayah

atau ibu, saudara-saudara orang tua dari pihak ayah atau ibu, kerabat dari satu tingkat ke

bawah dan seterusnya yang biasanya kerabat-kerabat tersebut berkumpul dalam suatu

aktifitas tertentu sekitar rumah tangga.

Page 5: bahasa

Berdasarkan paparan kalimat di atas terdapat kata saudara, kerabat, sepupu. Kata-kata

tersebut dapat digolongkan menjadi golongan set. Urutan golongan set yang berfokus pada

hubungan yang tegak lurus (paragdigmatik) yaitu

Saudara: orang yang seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja); adik atau kakak.

Adik: saudara kandung yg lebih muda (laki-laki atau perempuan).

Sepupu: hubungan kekerabatan antara anak-anak dr dua orang bersaudara; saudara senenek.

Berdasarkan kalimat diatas jika dianalisis dari medan makna, termasuk dalam golongan

set, yaitu pada kata nenek. Kata nenek menuju pada hubungan sintagmatik karena kata-kata atau

unsur-unsur yang berada dalam suatu set dapat saling menggantikan. Misalnya: nenek

merupakan tahap kekerabatan. Set paradigmatik: nenek, anak, cucu, cicit, canggah, dll.

Nenek : ibu dari ayah atau dari ibu

Anak : keturunan yang kedua

Cucu : keturunan ketiga

Cicit : keturunan keempat, anak dari cucu (secara berurutan: anak, cucu, cicit atau

buyut, piut atau

canggah); buyut.

Canggah : keturunan yang kelima (anak, cucu, cicit atau buyut, canggah atau piut); cucu

dari cucu.

Pada upacara pernikahan dibuatkan petra (petara: boneka sebagai tempat roh nenek moyang)

supaya roh nenek moyangnya bisa hadir menyaksikan.

Dalam urusan hak waris, masyarakat Tengger mempertahankan hak waris tanah untuk anak

keturunan mereka.

Page 6: bahasa

Berdasarkan kalimat diatas jika dianalisis dari medan makna, termasuk dalam golongan

set, yaitu pada kata anak. Kata anak menuju pada hubungan sintagmatik, yaitu diantar orang tua

dan cucu. Karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam suatu set dapat saling

menggantikan. Misalnya: anak merupakan tahap kekerabatan. Set paradigmatik: ibu/ayah, anak,

cucu, cicit, canggah, dll.

Ibu : wanita yg telah melahirkan seseorang (anak)

Anak : keturunan yang kedua

Cucu : keturunan ketiga

Cicit : keturunan keempat, anak dari cucu (secara berurutan: anak, cucu, cicit atau

buyut, piut atau

canggah); buyut.

Canggah : keturunan yang kelima (anak, cucu, cicit atau buyut, canggah atau piut); cucu

dari cucu.

Berdasarkan kalimat diatas jika dianalisis dari medan makna, termasuk dalam golongan

set, yaitu pada kata pertunangan. Kata pertunangan menuju pada hubungan sintagmatik, yaitu

diantar pengenalan dan pernikahan. Karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam suatu

set dapat saling menggantikan. Set paradigmatik: perkenalan, pertunangan, dan pernikahan.

Perkenalan : hal (perbuatan) berkenalan

Pertunangan : perbuatan bertunangan atau menunangkan

Perkawinan : perihal perbuatan kawin, pernikahan

Dalam proses pertunangan (pacangan) dalam tradisi masyarakat Tengger ada beberapa ritual

yang harus dilakukan yaitu pertama, pertemuan antara kedua calon atas dasar saling senang

dan menyukai diantara kedua pihak.

Adapun saat akan melangsukan perkawinan para orangtua kedua calon akan meminta

nasehat kepada dukun mengenai kapan hari baik melangsungkan perkawinan.

Page 7: bahasa

Berdasarkan kalimat diatas jika dianalisis dari medan makna, termasuk dalam golongan

set, yaitu pada kata calon. Kata calon menuju pada hubungan sintagmatik, yaitu tahap

kedudukan. Karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam suatu set dapat saling

menggantikan. Set paradigmatik: calon, bakal.

Calon :orang yang akan menjadi

Mantan : bekas pengakuan

Berdasarkan kalimat diatas jika dianalisis dari medan makna, termasuk dalam golongan

set, yaitu pada kata hari. Kata hari menuju pada hubungan sintagmatik, yaitu tahap kurun

waktu. Karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam suatu set dapat saling

menggantikan. Set paradigmatik: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun.

Detik : ukuran satuan waktu 1/60 menit

Menit : satuan ukuran waktu yang lamanya 1/60 jam atau enam puluh detik

Jam : waktu yg lamanya 1/24 hari (dari sehari semalam)

Hari : waktu dari pagi sampai pagi lagi (yaitu satu pedaran bumi pada sumbunya,

24 jam.

Minggu : jangka waktu yang lamanya tujuh hari.

Bulan : masa atau jangka waktu perputaran bulan mengitari bumi dari mulai

tampaknya bulan sampai hilang kembali (29 atau 30 hari); masa yang lamanya

1/12 tahun.

Tahun : masa yang lamanya dua belas bulan

Adapun saat akan melangsukan perkawinan para orangtua kedua calon akan meminta

nasehat kepada dukun mengenai kapan hari baik melangsungkan perkawinan.

Sebagai kelengkapan upacara perkawinan, maka pasangan pengantin diarak (upacara ngarak)

keliling, diikuti oleh empat gadis dan empat jejaka dengan diiringi gamelan.

Page 8: bahasa

Berdasarkan kalimat diatas jika dianalisis dari medan makna, termasuk dalam golongan

set, yaitu pada kata gadis. Kata gadis menuju pada hubungan sintagmatik remaja, yaitu tahap

perkembangan. Karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam suatu set dapat saling

menggantikan. Set paradigmatik: bayi, anak-anak, dewasa, manula.

Bayi : anak yang belum lama lahir

Anak-anak : masih kecil (belum dewasa)

Dewasa : sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi):

Manula : lanjut usia (tidak muda lagi)