bahas ala parlimen 2

7
Kebijakan Media Massa di Indonesia Kebijakan media massa di Indonesia adalah kebijakan komunikasi menggunakan media massa. Secara konseptual, kebijakan media massa tersebut bisa berupa UndangUndang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi Presiden (Inpres), Keputusan Menteri (Kepmen) dan Peraturan Daerah (Perda). UndangUndang yang berkaitan dengan media massa di Indonesia atau hukum media massa Indonesia sudah kita diskusikan minggu lalu. Maka sekarang, kita akan bicarakan kebijakan media massa di Indonesia. PP merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Ketentuan tentang perlunya PP ini, biasanya termuat dalam Ketentuan Penutup sebuah UU. Sebuah contoh adalah Ketentuan Penutup UU No. 32/2002. Dalam pasal 62 UU tersebut tertulis: “Ketentuan-ketentuan yang disusun oleh KPI bersama Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 Ayat (10), Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 29 ayat ( 2), Pasal 30 ayat (3), Pasal 31 ayat (4), pasal 32 ayat (2), Pasal 33 ayat (8), Pasal 55 ayat (3), Pasal 60 ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah” (hurup tebal dari penulis). Tanpa PP, semua pasal ini tidak

Upload: muhammad-fildza-mahfoz

Post on 20-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahas Ala Parlimen 2

Kebijakan Media Massa di Indonesia

Kebijakan media massa di Indonesia adalah kebijakan komunikasi menggunakan

media massa. Secara konseptual, kebijakan media massa tersebut bisa berupa UndangUndang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi

Presiden (Inpres), Keputusan Menteri (Kepmen) dan Peraturan Daerah (Perda). UndangUndang yang berkaitan dengan media massa di Indonesia atau hukum media massa

Indonesia sudah kita diskusikan minggu lalu. Maka sekarang, kita akan bicarakan

kebijakan media massa di Indonesia.

PP merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden

untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Ketentuan tentang perlunya PP ini,

biasanya termuat dalam Ketentuan Penutup sebuah UU. Sebuah contoh adalah Ketentuan

Penutup UU No. 32/2002. Dalam pasal 62 UU tersebut tertulis: “Ketentuan-ketentuan

yang disusun oleh KPI bersama Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 Ayat

(10), Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 29 ayat ( 2), Pasal 30 ayat (3), Pasal 31 ayat (4),

pasal 32 ayat (2), Pasal 33 ayat (8), Pasal 55 ayat (3), Pasal 60 ayat (3) ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah” (hurup tebal dari penulis). Tanpa PP, semua pasal ini tidak

berlaku. Dengan begitu, pemerintah tetap saja dominan dalam pelaksanaan pasal-pasal

UU. Artinya, terserah kepada pemerintah pelaksanaan pasal-pasal UU.

Keppres adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden untuk

menjalankan UU, tetapi biasanya mengacu kepada PP. Artinya, Keppres dibuat untuk

melancarkan pelaksanaan PP.

Inpres merupakan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden

untuk sesuatu yang belum ada UU dan PPnya. Biasanya ia menyangkut pengaturan

sesuatu yang bersifat sangat mendesak. Sebuah contoh adalah Inpres No. 6/2001 Tentang

pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. Inpres ini dibuat karena

belum adanya peraturan perundang-undangan tentang telematika di Indonesia saampai

Page 2: Bahas Ala Parlimen 2

saat Inpres tersebut dibuat.

Kepmen merupakan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh

Menteri, dengan isi yang lebih spesifik dan mengatur hal yang bersifat praktis. Karena itu, Kepmen ini banyak sekali. Tahun 2004 misalnya, terbit 10 Kepmen. Rincian tentang

Kepmen ini bisa dilihat dalam buku Kebijakan Komunikasi: Konsep, Hakekat dan

Praktek.

Di luar contoh Kepmen tersebut di atas, terdapat juga Peraturan Menteri

(Permen). Permen ini, sebenarnya, sama saja dengan Kepmen . Sebuah contoh Kepmen

adalah Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No.

25/PER/M.Kominfo/5/2007 Tentang Penggunaan Sumber Daya Dalam Negeri Untuk

Produk Iklan Yang Disiarkan Melalui Lembaga Penyiaran. Isi lengkap tentang Permen

bisa dilihat dalam buku Kebijakan Komunikasi: Konsep, Hakekat dan Praktek.

Sedangkan Perda adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Sebuah contoh

adalah Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1998 yang mengatur tentang pemasangan reklame

di kota Yogyakarta.

Penjelasan di atas belum memperlihatkan kebijakan media massa yang ada di

Indonesia secara lengkap. Maka menjadi tugas mahasiswalah untuk mencari sendiri

kebijakan media massa yang berlaku di Indonesia saat ini berdasarkan penjelasan yang

telah diberikan. Sekalipun hasil pencarian itu tidak perlu ditulis dalam lembaran kertas,

mahasiswa tetap saja dihimbau untuk mencarinya. Siapa tahu nanti keluar dalam Ujian

Tengah Semester (UTS). Jadi, jangan berhenti mencari kebijakan media massa yang

sedang berlaku di Indonesia (Ana Nadhya Abrar).

Page 3: Bahas Ala Parlimen 2

Adakah Anda Di 'Brain Wash' Oleh Media Massa?

Hari ini saya ingin mengajak anda semua berbincang perkara-perkara berkaitan komunikasi massa iaitu satu lagi konteks komunikasi yang penting dalam kehidupan kita. TV, radio, suratkhabar dan internet merupakan media massa yang penting dalam mencorak hidup manusia sama ada orang dewasa mahupun kanak-kanak.

Anda dapat melihat sendiri bagaimana pelajar AF seperti Vince, Zahid, Adam dan terkini Mawi berjaya menjadi jutawan dengan kekuasaan media. Tanpa TV dan disusuli dengan gembur gembur media lain seperti akhbar dan majalah, Mawi tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Mawi kaya bukan sahaja daripada imbuhan hadiah AF yang dimenanginya, tetapi hasil daripada menjadi duta produk yang memerlukan imej beliau bersama produk yangmenajanya ditampilkan di media-media perdana.

Oleh itu kita perlu tahu bagaimana pihak-pihak ini menggunakan media? Apakah implikasi media massa terhadap masyarakat dan golongan tertentu? Adakah media massa mempunyai pengaruh yang kuat, sederhana atau terhad terhadap masyarakat? Bolehkah media massa mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kepentingan sesuatu isu? Adakah pihak tertentu boleh menggunakan media massa untuk memberi persepsi terhadap realiti?

Walaubagaimanapun saya mengecualikan internet sebagai media massa buat masa ini, kerana penggunaannya masih di peringkat 'tidak semua orang pakai setiap hari' . Namun demikian tidak dapat disangkal bahawa penggunaan internet semakin hari semakin berkembang.

Setiap hari kita membaca akhbar, buku, majalah serta menonton televisyen (TV), mendengar radio dan membuat aktiviti yang sepertinya.

Banyak kajian telah dilakukan tentang pengaruh atau implikasi media massa terhadap masyarakat.

Hasil kajian mengenalpasti pelbagai implikasi media terhadap orang ramai. Maka hasil kajian tersebut telah dikumpul kepada pelbagai teori komunikasi massa untuk memudahkan mereka yang berminat mengetahuinya dengan lebih mendalam.

Banyak kajian dan teori dihasilkan mengenai komunikasi massa sejak bidang komunikasi mula berkembang. Di antara teori-teori komunikasi massa yang telah dikembangkan ialah ….

Page 4: Bahas Ala Parlimen 2

Teori Penggunaan dan Pemuasan Kehendak (Users and Gratification Theory) yang diperkenalkan oleh George Gerbner , menerangkan bahawa orang ramai memilih media dan bentuk program yang ditonton berdasarkan setakat mana media dan program yang dipilih memenuhi kehendak mereka. Teori ini dapat menerangkan kenapa setengah akhbar dan saluran TV tidak dibaca atau ditonton kerena ia tidak memberi maklumat yang tepat seperti yang diperlukan oleh orang ramai.

Teori Pergantungan (Dependency Theory) yang diutarakan oleh Shaw dan McCombs, pula melihat bagaimana masyarakat memerlukan media massa sehingga mewujudkan keadaan di mana ada orang akan merasakan seolah-olah tugas harian mereka tidak lengkap kalau tidak dapat membaca akhbar, atau tidak dapat menonton berita di TV. Kita sendiri tentu biasa mengalami keadaan ini di mana kita merasakan berita yang didapati dari media massa amat penting bagi kita dalam menajalankan tugas harian. Keadaan amat memerlukan media massa ini dilihat sebagai pergantungan atau dependency.

Dan perubahan, krisis atau bencana. Mungkin anda boleh kaitkan teori ini kepada keadaan penjualan akhbat, majalah atau buku pada masa-masa tertentu. Atau setakat mana orang ramai berada di depan kaca TV setiap kali ada isu seperti wabak penyakit, krisis tenaga, atau peristiwa penting.