bahan untuk tugas pasar modal

Upload: vanie-novanie

Post on 30-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERTARUHAN PROFESIONALITAS, INTEGRITAS ETIKA, AKUNTABILITAS AKUNTAN INDONESIA DI AJANG PEREKONOMIANGLOBALDisusun oleh:1.Achmad Iswahyudi 0908103011882.Dhanta Tri Kusuma Wardhana 0808103910553.Fatimatuz Zahro 100810301134BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangAkuntansi dalam profesinya menjadi tulang belakang (backbone)sistem informasi keuangan organisasi. Informasi disini digunakan oleh stakeholder guna mengambil keputusan untuk pengalokasian sumberdaya ekonomi, salah penginformasian akan memberikan dampak ekonomi secara fatal pada organisiasi. Sehingga sangat dibutuhkan kualitas akuntan yang baik untuk mewujudkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Kualitas tersebut diantaranya profesionalitas, integritas akuntan. Setelah ketiga hal tersebut terpenuhi, barulah kita meninjau standar akuntansi yang berlaku apakah sudah menjamin terciptanya laporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi atau belum. Standar merupakan pedoman yang dapat diterima secara umum dalam lingkup nasional bahkan dalam lingkup internasional (IFRS). Setelah semua kualitas akuntan dan kualitas standar terposisikan dengan baik barulah akuntansi dan profesinya (akuntan) dapat menjadi motor penggerak perwujudan transparency dan accountability, dimana kedua hal ini menjadi aspek utama dalam perwujudan GCG (Good Corporate Governence).Standar Akuntansi berkembang sesuai dengan lingkungan bisnis dia berada. pada era globalisasi seperti sekarang ini, mobilitas perdagangan, bisnis, dan manufaktur tidak lagi dibatasi teritorial negara. Kebutuhan akan laporan keuangan yang berkualitas meningkat pada waktu yang bersamaan. pada akhirnya dibentuklah International Financial Report Standard(IFRS), dengan tujuan untuk menjadikan satu standar akuntansi keuangan yang dapat diterima secara global guna untuk meningkatkan daya banding dari laporan keuangan. Selain itu standar ini juga dapat memberikan relevansi dan keandalan lebih baik dari standar yang ada sebelumnya (khususnya di Indonesia).Pada beberapa negara yang telah mengadopsi IFRS secara penuh mengakui bahwa ada peningkatan pertumbuhan dan profitabilitas entitas. Misalkan di London yang telah mengadopsi secara penuh berdasarkan penelitian George Iatridis mengemukakan bahwa under IFRSs, key financial figure such as profitability and growth, appear to be higher. Namun hal ini tentu juga akan memakan biaya pembuatan laporan keuangan yang banyak, guna menyatakan pos-pos yang nilai fair valuenya belum dapat di identifikasi dengan mudah(menggunakan jasa appraiser) dan juga biaya transisi laporan keuangan juga besar sehingga semakin tidak terkejarnya tantangan akuntansi yang sudah ada sebelumnya yakni cost and benefit Selain itu, peralihan yang dulunya menggunakan rule-based menjadi principle based sehingga dalam pengaplikasiannya membutuhkan professional judgement. Karena membutuhkan professional judegement maka profesionalitas dan integritas moral akuntan sangat dibutuhkan.Sedangkan di Indonesia sendiri tantangan pengaplikasiannya dari segi profesionalitas, akuntan masa depan(saat IFRS di implementasikan)harus memiliki keahlian tinggi tidak hanya bisa membuat laporan keuangan namu juga bisa memberikan judgement yang akurat dalam hal pemecahan masalah akuntansi di masa mendatang. Dimana keahlian akuntansi yang memadai akan mengarahkan pada terwujudnya laporan akuntansi yang berkualitas tinggi. Selanjutnya dari segi integritas moral, dengan adanya banyak profesional judgement, maka semakin banyak komponen laporan keuangan yang didasarkan pada subjektivitas akuntan, sehingga apa betul kesiapan moral akuntan Indonesia akan mampu memberikan laporan keuangan yang dapat memiliki kualitas tinggi seperti yang dicita-citakan? Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bab berikutnya.1.2Rumusan Masalah1. Bagaimana kesiapan SDM akuntan Indonesia dalam pengimplemantasian IFRS jika dihubungkan dengan kompetensi pendidikan yang diterima mahasiswa dan pendidikan praktis?2. Sejauhmana integritas etika akuntan Indonesia dalam mewujudkan laporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi dan memiliki nilai tambah bagi stakeholder, dalam era standardisasi IFRS?3. Tingkat akuntabilitas laporan keuangan yang dihasilkan dalam penerapan IFRS dengan dukungan perangkat profesionalisme akuntan dan kode etik akuntan?1.3Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah dibawah ini adalah :1. Mengetahui bagaimana kesiapan SDM akuntan Indonesia dalam pengimplemantasian IFRS jika dihubungkan dengan kompetensi pendidikan yang diterima mahasiswa dan pendidikan praktis.2. Mengetahui sejauhmana integritas etika akuntan Indonesia dalam mewujudkan laporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi dan memiliki nilai tambah bagi stakeholder, dalam era standardisasi IFRS3. Mengetahui tingkat akuntabilitas laporan keuangan yang dihasilkan dalam penerapan IFRS dengan dukungan perangkat profesionalisme akuntan dan kode etik akuntan.BAB IIPEMBAHASAN2.1 Landasan Teoria. ProfesionalitasProfesi adalah sebuah pilihan yang standar silakukan seseorang, sebuah pekerjaan yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut. Profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah.Menurut Arens, et al (2003) auditing, assurance, and ethics pronouncements pada bagian ethics yang ditetapkan oleh international federation of accountant(IFAC) disebutkan bahwa: Profesionalism as, there is a need for individuals who can be clearly identified by clients, employers and other interested parties as profesional accountancy field. profesional competence and due care, a profesional accountant should perform profesional services with due care, competence and diligence and has a countining duty to main-tain profesional knowledge and skill at a level required to ensure that a client or employer receives the advantage of competent profesional service based on up to date development in practice, legislation, and techniques.b. Kode Etika ProfesiMenurut arens, et al (2006, hal 98), etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisaikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu, meskipun kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat, organisasi keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip dan nlai moral ini dengan berbagai cara.Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu tidak sama.Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu4. Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya.c. Integritas Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan, dalam yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan, dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus account untuk perbedaan atau mengubah keyakinan mereka.Kata integritas berasal dari kata sifat Latin integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin keutuhan yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter.. Dengan demikian, seseorang dapat menghakimi bahwa orang lain memiliki integritas sejauh bahwa mereka bertindak sesuai dengan, nilai dan prinsip keyakinan mereka mengklaim memegang.Abstraksi mendalam Sebuah sistem nilai dan berbagai interaksi yang berlaku juga dapat berfungsi sebagai faktor penting dalam mengidentifikasi integritas karena kongruensi atau kurangnya kongruensi dengan pengamatan. Sistem nilai yang dapat berkembang dari waktu ke waktu sementara tetap mempertahankan integritas jika mereka yang mendukung account nilai untuk dan menyelesaikan inkonsistensi.d. AkuntabilitasAkuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility), yang dapat dipertanyakan (answerability), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik atau pemerintahan, hal ini sebenarnya telah menjadi pusat-pusat diskusi yang terkait dengan tingkat problembilitas di sektor publik, perusahaan nirlaba, yayasan dan perusahaan-perusahaan.Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya pertanggungjawaban tehadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.akuntabilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola pemerintahan sebenarnya agak terlalu luas untuk dapat didefinisikan. Akan tetapi hal ini sering dapat digambarkan sebagai hubungan antara yang menyangkut saat sekarang ataupun masa depan, antar individu, kelompok sebagai sebuah pertanggungjawaban kepentingan merupakan sebuah kewajiban untuk memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusannya agar dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan hukuman bilamana diketemukan adanya penyalahgunaan kewenanganSejarah International Financial RepotingStandardsIFRSTerdapat dua badan penyusun standar yang berkaitan dengan praktik akuntansi secara internasional yaitu The International Accounting Standards Committee (IASC) dan The International Federation of Accountant (IFAC). IASC lebih berkonsentrasi untuk menyusun International Accounting Standards (IAS). Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al.,1999). Sedangkan IFAC lebih memfokuskan pada upaya pengembangan International Standard Audits (ISA), kode etik, kurikulum pendidikan, dan kaidah-kaidah bagi akuntan dalam berbisnis. Kesepakatan pembentukan IASC terjadi pada Juni 1973 di Inggris yang diwakili oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara, yaitu Australia, Canada, Prancis, Jerman Barat, Jepang, Mexico, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. IFAC didirikan oleh badan profesi akuntan dari 63 negara pada bulan Oktober 1977.Pada April 2001 The International Accounting Standards Committee (IASC) berkembang menjadi The International Accounting Standards Board (IASB), yang oleh karena perkembangan ini maka International Accounting Standards (IAS) kemudian juga dikembangkan menjadi International Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS yang pertama terbit pada Juni 2003.Berbeda dengan standar lokal/PABU lokal yang berbeda antar negara dan pasar modal, IFRS adalah seperangkat aturan yang seragam dan secara teori, diaplikasikan dengan cara yang sama terhadap semua perusahaan publik di pasar modal atau negara yang mengadopsi standar ini. IFRS sebagai sebuah kerangka dan interprestasinya yang diadopsi oleh IASB memiliki peraturan yang luas terdiri dari:1. International Standard Audits (IAS) standar yang diterbitkan sebelum 2001.2. International Financial Reporting Standards (IFRS) standar yang dikeluarkan setelah tahun 2001.3. Standing Interpretations Committee (SIC) yang diterbitkan sebelum 2001.4. International Financial Reporting Issues Committee (IFRIC) yang diterbitkan setelah tahun 2001.5. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements.Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar (Natawidnyana, 2008)2. 2 AnalisisDi dalam suatu perekonomian yang berbasis kekuatan pasar, akuntansi dan segala komponennya termasuk kualitas laporan keuangan dan profesi akuntansi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi. Dengan kondisi perekonomian semakin mengglobal ini, peranan laporan keuangan dan akuntan menjadi semakin penting karena berperan sebagai tulang punggung (backbone) dunia bisnis sebagai pusat informasi keuangan organisasi. Laporan keuangan menjadi hal yang sangat penting karena digunakan sebagai bahan pengambil keputusan ekonomi, itulah sebabnya akuntansi dapat dibilang memiliki posisi paling depan dalam penciptaan profit dan memenangkan persaingan. Dengan adanya penyalah sajian atau kualitas laporan keuangan yang buruk, maka alhasil keputusan yang diambil tidak akurat sehingga banyak sumberdaya perusahaan yang tidak termanfaatkan secara maksimal. Selain itu dengan adanya isu globalisasi prekonomian, maka standard an kebijkana akuntansi haruslah berdasarkan standar yang diterima umum lingkup international (IFRS). Cepat atau lambat kegiatan perekonomian Indonesia harus dapat berhubungan dengan pihak luar secara efisien dan efektif, dan dari pihak luar negeri juga menghendaki adanya transparansi keuangan dan kualitas laporan keuangan yang tinggi guna memenuhi kebutuhan calon investor international. Lebih besar daripada memenuhi kebutuhan investor, akuntansi dan perangkatnya dapat menjadi penggerak terciptanyaGood Corporate Governenceyang ciri utamanya adalah keterbukaan. Sehingga akuntan dapat mendapat pujian atas jasanya dalam pengungkapan secara penuh dan jujur (disclosure) namun dapat juga mendapat kecaman masyarakat bahkan ancaman pidana. Kondisi di Indonesia pada proses transisi menuju standar laporan keuangan international (IFRS) masih terdapat kendala dalam pengaplikasiannya. Adanya dinamika lingkungan bisnis dan peralihan akan kebutuhan laporan keuangan yang lebih relevan dan andal, maka sudah selayaknya harus ada kesiapan sumberdaya dan kemampuan sistem untuk mengantisipasi perubahan perekonomian yang dinamis. Pada kenyataannya masih banyak institusi pendidikan, lembaga pendidikan belum mampu mencetak akuntan yang memiliki keahlian dan kompetensi berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan pemakai. Padahal gagalnya sistem akuntansi berimplikasi terhadap masyarakat luas. Yang patut menjadi perhatian utama adalah kualitas pengungkapan serta kualitas pencatatan dan pertanggungjawaban laporan keuangan. Keberhasilan perbaikan kualitas laporan keuangan menjadi tantangan akuntan masa depan.IFRS sebagai standard laporan keuangan Internasional perlu diterapkan di Indonesia agar Indonesia mendapat pengakuan maksimal dari komunitas internasional (Sri Mulyani, 2007). Dan dengan diterapkannya IFRS akan menghilangkan hambatan arus modal internasional. IFRS di Indonesia belum dapat diimplementasikan secara penuh karena terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Sehingga konvergensi IFRS dilakukan secara bertahap yang di mulai pada tahun 2008 dan akan dilakukan konvergensi penuh pada tahun 2012 di mana yang menjadi panduan adalah IFRS 2009. IFRS yang merupakan standar yang bersumber dari IAS (sebelum menjadi IFRS) dan SIC yang merupakan akuntansi yang sesuai dengan kondisi negara dimana mereka berada. Sehingga akuntan Indonesia perlu meng-uprade pengetahuan dan keahliannya dalam membuat laporan keuangan sesuai standard yang telah ditaetapkan agar bisa dikatakan profesional sebagai akuntan.Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di IndonesiaIndonesia belum lama mengenal akuntansi, tapi perkembangannya sangat pesat. Akuntansi keuangan dalam perkembangannya dibagi menjadi 3 periode:1. Periode sebelum lahirnya PAI2. Periode PAI menuju SAK3. Periode konvergensi IFRSSejak SAK disahkan dalam kongres VII tahun 1994, selama 15 tahun lebih DSAK-IAI telah bekerja dengan giat mengembangkan SAK. Terdapat dua perkembangan penting yang perlu disebutkan:1. Komitmen IAI melakukan konvergensi IFRS secara material pada tahun 20122. Dari single standart telah berkembang menjadi triple standart.Indonesia mulai melakukan adopsi IFRS dimulai tahun 2008 dan akan mengadopsi secara penuh (IFRS 2009) pada awal tahun 2012. Terdapat banyak sekali perbedaan antara IFRS dan SAK yang sebelumnya diterapkan di Indonesia termasuk yang sebelumnya menggunakan rule-based dalam laporan keuangan, sedangkan IFRS menggunakan principles-based. Perkembangan IFRS juga mendapat peran dari negara maju dalam membuat IFRS dan membuat perubahan IFRS begitu cepat dan memerlukan infrastruktur pendukung seperti kesiapan penyusunan laporan keuangan, auditor, pendidik, profesi pendukung dan regulator. Hal itu akan sulit diterapkan di Indonesia untuk mengikuti perkembangannya sehingga adopsi penuh berkiblat pada IFRS 2009 .Hambatan, masalah, dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam konvergensi IFRS antara lain:1. Aspek regulasiBeberapa regulasi yang berlaku di Indonesia mengatur hal yang berbeda dengan IFRS, seperti pertanahan. Regulasi tanah di Indonesia berbeda secara signifikan dengan kerangka pengaturan tanah yang digunakan penyusunan standar akuntansi tentang tanah. Sehingga akan diperlukan penyesuaian-penyesuaian terkait dengan pengaturan tanah di beberapa standar akuntansi. Demikian juga regulasi terkait dengan ekuitas perusahaan.2. Infrastruktur lingkungan ekonomiPenerapan IFRS yang sarat dengan konsep nilai wajar memerlukan informasi pasar atas aset dan kewajiban yang tidak semuanya tersedia di Indonesia, khususnya untuk aset dan kewajiban nonkeuangan. Ketiadaan informasi pasar. Mengharuskan perusahaan untuk menggunakan teknik valuasi yang sarat dengan asumsi-asumsi yang jika berbeda sedikit saja akan menghasilkan nilai wajar yang berbeda secara signifikan. Tingkat inflasi yang relative lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju akan memungkinkan voltalitas laporan laba rugi yang relative tinggi yang bukan berasal dari aktivitas penciptaan nilai tambah, tetapi dari fluktuasi nilai wajar aset atau kewajiban.3. Tingkat kesiapanPengaturan standar akuntansi international yang principle-based memerlukan kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan ruled-based karena banyak menggunakan profesional judgement. Kompetensi penyusunan laporan keuangan, auditor, akademisi, profesi penunjang, dan regulator harus mandukung penerapan standar akuntansi internasional tersebut dan dominannya penggunaan konsep nilai wajar mengharuskan kompetensi tertentu.4. Masalah terjemahanKetiadaan standar akuntansi internasional yang resmi dalam bahasa Indonesia mengharuskan adanya profesi penerjemah. Profesi ini menyita banyak waktu dan sumber daya untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan pengertian dalam bahasa aslinya. Kelangkaan pendanaan kata yang tepat dan kurang efisiennya padanan kata yang ada menyebabkan hasil terjemahan seringkali kurang dapat dimengerti dengan baik oleh pemakai standar akuntansi.Profesionalitas Akuntan di Era IFRSDalam dunia akuntansi juga sering mengalami perkembangan baik dari sisi standard dan lingkungan bisnis yang menuntut agar akuntan dapat menyajikan laporan keuangan yang lebih relevan, andal, dan tepat waktu. Di Indonesia telah ada norma dalam mengatur pekerjaan auditor, standar utama tersebut diantaranya, pertama auditor harus memiliki keahlian, teknis, independen dan sikap mental serta kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. Kedua, auditor juga wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam suatu pengauditan.(SAP 2004).Terlebih pada era IFRS, semua pihak-pihak yang menekuni akuntansi melakukan upgrading skill. Dalam IFRS terdapat perbedaaan prinsip dari yang sebelumnya (SAK), diantaranya pertama, peralihan dari rule-based menjadi principle-based, yang manaprinciple basedmembutuhkan banyakprofesional judgement.Profesional judgementdiperlukan karena tidak adanya pengaturan yang baku atas suatu transaksi atau satuan akun, hanya diberikan pengaturan pada prinsip pengakuan, pengukuran dan penilaian. Sehingga akuntan diharapkan memiliki profesionalitas yang kuat, sedangkan untuk akuntan masa depan mereka diwajibkan tidak hanya sekedar mampu membuat laporan keuangan namun dia lebih dituntut untuk bisa memberikan judge yang kuat atas kasus-kasus akuntansi. Selain itu dari pihak auditor juga harus memiliki kecermatan dan kemahiran profesional, dan juga kemampuan berkomunikasi secara baik dengan pihak intern perusahaan guna mendapatkan informasi tentang alasan pemilihan metode akuntansi, karena terlalu banyak keputusan yang didasarkanprofesional judgement.Kedua, perubahan dari historical cost menjadi fair value. Jika ditinjau lebih lanjut dengan penggunaan akuntansi fair value maka akan terjadi trade off antara standar kualitas akuntansi relevan dan keandalan, dimana disatu sisi akuntansifair valuememang bisa menggambarkan keadaan yang lebih real sehingga memiliki daya relevansi yang lebih tinggi, di lain pihak keandalan dalam pengukuran nilai wajar bukan perkara yang mudah.Sehingga ini akan menjadi tantangan profesionalisme akuntan untuk selalu update tentang informasi nilai wajar asset(kecuali penilaian asset yang tidak mempunyai harga pasar). Sedangkan untuk asset yang belum diketahui nilai wajarnya, akan memanfaatkan jasa appraiser, untuk mengukur nilai wajarnya. Pengukuran nilai wajar untuk asset dan liabilities adalah tantangan, namun bagaimanapun pada tahun 2012 kita sudah berkomitmen untuk full adoption sudah pasti akuntan Indonesia harus sudah dapat menerima tantangan itu.Ketiga, lebih banyak pengungkapan. Dikarenakan ada banyak profesional judgement maka dalam laporan keuangan butuh banyak pengungkapan, tidak seperti PSAK sebelum adopsi IFRS, yang memang memakai ruled-baseddimana sudah jelas dengan pendekatan apa suatu akun dinilai. Dan seperti yang saya jelaskan bahwa akuntan masa depan harus memiliki profesionalitas yang tinggi sehingga mampu untuk membuat CALK sendiri, yang selama ini masih membutuhkan bantuan konsultan dan akuntan publik dalam pembuatannya.Empat, dengan adanya perkembangan IFRS yang terus menerus diharapkan akuntan dan badan standar akuntansi Indonesia mulai untuk merapatkan barisan dengan standar IFRS hingga benar-benar full adoption.Jika standar profesional yang terdapat pada SAP telah dijalankan secara maksimal dan adanya gerakan dari semua pihak-pihak yang terlibat dalam penciptaan laporan akuntansi(akuntan, IAI, pemerintah, dan pendidik) untuk memberikan gerakan nyata dalam peningkatan profesionalitas, niscaya akan terwujudnya maksud positif dari IFRS dan cita-cita penguatan transparansi dan akuntabilitas tidak menjadi hal yang mustahil untuk terwujud.Selain itu akuntan Indonesia akan memeiliki peran dan akses untuk menuju karier secara international, dan jika sebaliknya maka akuntan Indonesia akan tergeser di negaranya sendiri, karena kurangnya profesionalitas sehingga tergantikan oleh akuntan negara lain yang berkarier di Indonesia. Seperti yang saya jelaskan diatas, perubahan esensial dalam IFRS merupakan tantangan profesionalitas yang dihadapi akuntan dalam negeri.Standar Pendidikan Iternasional dan Pendidikan Akuntansi di IndonesiaInternational Federation of Accountants (IFAC) pada bulan Oktober 2003 yang lalu telah mengeluarkan 7 (tujuh) standar pendidikan internasional (International Education Standards/IES) yang seharusnya berlaku efektif mulai 1 Januari 2005. Standar yang dikeluarkan IFAC ini merupakan panduan global untuk membentuk akuntan yang profesional. Namun pemahaman mengenai isi dan rencana implementasi standar ini di Indonesia belum begitu luas. Diskusi dan sosialisasi masih terbatas di kalangan profesi dan dunia perguruan tinggi. Berikut overview masing-masing standar untuk memberikan pemahaman menyeluruh mengenai standar pendidikan internasional ini. IES 1, Entry Requirement to a Program of Professional Accounting EducationDalam IES 1, diuraikan persyaratan awal untuk memasuki pendidikan profesional akuntansi sebaiknya paling tidak setara dengan persyaratan untuk memasuki program tingkat universitas atau ekuivalennya. Starting point program professional akuntansi ini dapat bermacam-macam. Beberapa program dimulai pada post graduate level, program yang lain dimulai pada immediate post-secondary level, atau sebagian lagi pada higher education level dibawah undergraduate degree. IES 2, Content Of Professional Accounting Education ProgramsTujuan IES 2 ini adalah untuk meyakinkan bahwa calon akuntan profesional memiliki pengetahuan profesional akuntansi yang cukup untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai Akuntan yang kompeten dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan berubah. Standar ini menentukan muatan pengetahuan yang dipersyaratkan, yang terdiri dari 3 bidang pengetahuan utama, yaitu:1. accounting, finance and related knowledge;2. organizational and business knowledge; dan3. information technology knowledge and competences. IES 3, Professional Skills Contents.IES 3 mengatur tentang keahlian profesional serta pendidikan umum bagi Akuntan profesional. Seseorang yang berminat untuk menjadi Akuntan yang profesional sebaiknya memperoleh keahlian sebagai berikut:1. intellectual skills;2. technical and functional skills;3. personal skills;interpersonal and communication skills; dan organizational and business management skills. Selain keahlian profesional, program pendidikan profesional sebaiknya juga meliputi pendidikan umum. IES 4, Professional Values, Ethics and Attitudes.IES 4 menentukan nilai profesional, etika dan sikap akuntan profesional yang seharusnya diperoleh selama pendidikan supaya memenuhi kualifikasi sebagai akuntan profesional. Program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika, dan sikap profesional untuk melatih judgment profesional calon Akuntan sehingga dapat bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat.Nilai, etika dan sikap Akuntan profesional yang diwajibkan termasuk komitmen untuk memenuhi kode etik lokal yang relevan yang seharusnya sesuai dengan kode etik IFAC.Cakupan nilai dan sikap yang diajarkan sebaiknya meliputi komitmen bagi kepentingan publik dan sensitivitas atas tanggung jawab sosial, pengembangan berkelanjutan dan belajar seumur hidup, kepercayaan, tanggungjawab, ketepatan waktu, respek dan kehormatan serta hukum dan regulasi.Semua program minimal meliputi antara lain: sifat dasar etika; ketaatan terhadap prinsip fundamental etika yaitu integritas, objektivitas, komitmen kepada kompetensi profesional, dan kerahasiaan; ketaatan kepada standar tekhnis; etika dalam hubungannya dengan bisnis dan good governance. IES 5, Practical Experience Requirements.IES 5 mempersyaratkan suatu periode pengalaman praktis dalam melaksanakan pekerjaan sebagai bagian dari program pre kualifikasi Akuntan profesional. Periode ini sebaiknya cukup panjang dan intensif sehingga calon Akuntan dapat menunjukkan bahwa mereka telah mendapat pengetahuan, keahlian, nilai, etika dan sikap profesional yang dipersyaratkan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang Akuntan yang kompeten. IES 6, Assessment of Professional Capabilities and Competence.IES 6 menjelaskan persyaratan penilaian akhir kapabilitas dan kompetensi calon Akuntan sebelum dinyatakan sebagai Akuntan yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan.Kapabilitas dan kompetensi calon Akuntan seharusnya secara formal dinilai oleh asosiasi profesi atau regulator (dengan masukan dari profesi).. Secara signifikan, penilaian ini harus tercatat, dan mengujikan pemahaman dasar pengetahuan teori serta praktek. IES 7, Continuing Professional Development: A Program of Lifelong Learning and Continuing Development of Professional CompetencePelaksanaan pengembangan profesional berkelanjutan ini dapat dilakukan melalui 3 jenis pendekatan, yaitu:1. Input based approach, dengan menentukan jumlah tertentu aktivitas pembelajaran yang dipertimbangkan secara tepat untuk dapat mengembangkan dan menjaga kompetensi Akuntan.2. Output based approach, dengan mewajibkan Akuntan untuk menunjukkan bahwa mereka telah mengembangkan dan menjaga kompetensinya. Dalam hal ini secara periodik Akuntan menunjukkan bukti secara objektif bahwa telah diverifikasi oleh sumber yang kompeten dengan menggunakan metode penilaian kompetensi.1. Combination approach. Merupakan kombinasi dua pendekatan di atas. IES 8, Competence Requirements for Audit ProfessionalsDraft IES 8 khusus ditujukan bagi audit professional. Adapun jabatan audit professionals yang diatur dalam draft standar ini meliputi: (a) Audit Seniors, (b) Audit Supervisors, (c) Audit Managers (biasanya terbagi atas Assistant Manager, Manager dan Senior Manager), (d) Audit Partners, Directors and Principals, dan (e) Engagement Partners. Standar spesifik dibutuhkan tidak hanya karena pengetahuan dan keahlian khusus yang dipersyaratkan untuk memenuhi kompetensi pada area audit, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan publik dan pihak ketiga lainnya terhadap audit laporan keuangan. Namun tentu saja audit professional tersebut harus memenuhi IES 1-7 yang telah dijabarkan diatas.Standar ini akan mengatur pengetahuan khusus bagi audit professional sebagai tambahan IES 2 yang dipersyaratkan bagi Akuntan secara keseluruhan. Tambahan pengetahuan tersebut meliputi 3 bidang, yaitu:1. financial statement audit;2. financial accounting and reporting; dan3. information technology.Akuntan Indonesia sangat perlu menyesuaikan dirinya berdasarkan Standar pendidikan yang dibuat oleh IFAC untuk dapat bersaing di era globalisasi. Akuntan luar negeri akan memiliki peluang besar untuk lebih mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena mempunyai capabilitas yang lebih jika akuntan Indonesia tidak berusaha mencapai standar yang seharusnya mereka miliki.Dengan adanya standart profesional akuntansi, IFAC juga membuat panduan bagi seluruh stakeholder yang terkait yaitu: Asosiasi profesi, dunia pendidikan, dunia usaha dan industri serta pemerintah, untuk bersama-sama berinteraksi dalam membentuk seorang akuntan yang profesional. Perguruan tinggi dan asosiasi profesi harus bekerja sama dalam mengimplementasikan IES dalam hal:1. penentuan persyaratan masuk program pendidikan profesional akuntansi;2. penyusunan kurikulum dan silabus yang berisikan muatan pengetahuan, keahlian, nilai, etika dan sikap profesional yang dipersyaratkan bagi calon akuntan;3. proses penilaian kapabilitas dan kompetensi calon akuntan Dunia kerja dan asosiasi harus bekerja sama dalam mengimplementasikan IES dalam hal:4. pemantauan pengalaman praktis calon akuntan profesional;5. proses penilaian kapabilitas dan kompetensi calon akuntan di tempat kerja; serta6. mendorong akuntan profesional di tempat kerjanya untuk senantiasa mengembangkan pendidikannya secara berkelanjutan.Telah banyak yang dilakukan IAI dalam persiapan adopsi penuh IFRS seperti pelatihan-pelatihan bagi para praktisi maupun akademisi, bahkan seminar ke berbagai perguruan tinggi untuk sosialisasi IFRS. Pada intinya harus ada strategi pendidikan yang harus diterapkan guna meningkatkan profesionalitas, dan sudah barang tentu dalam pendidikan itu mengajarkan esensi IFRS.Kesiapan Integritas Etika Akuntan Indonesia di Era IFRSSecara Umum, situasi persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat, memaksa setiap pelakunya untuk bersikap proaktif biasanya dengan melakukan strategi tukang jahit atau custom made yang dalam prakteknya menempatkan pelanggan sebagai raja. Sedangkan dalam dunia akuntan publik strategi ini akan menimbulkan crash terhadap etika atau standar profesi karena bagaimanapun akuntan harus tetap berada pada posisi netral, independen, dan obyektif. Pada praktek ekonomi dunia jelas dengan kasat mata banyak gejolak dan persaingan tidak sehat. Interaksi transaksi dilandasi oleh semangat persaingan. Sudah tentu profesi akuntan turut andil dalam dinamika ekonomi global, dengan menjadi sumber informasi keuangan. Contoh kasus Enron yang berurusan dengan penyelidikan atas penipuan akuntansi dalam laporan keuangan mereka.Penipuan akuntansi dapat berasal dari perkembangan rekayasa akuntansi. Pertama adalah prinsip biaya historis (historical cost) yang seringkali menggunakan celah pada prinsip ini. Kedua, pengakuan pendapatan. Disini juga memanfaatkan celah pada pengakuan pendapatan misal, pengakuan pendapatan dengan metode gross booking hasilnya dianggap kurang menggambarkanreal revenue. Prinsip ketiga adalah konsepmatching concept. Prinsip keempat adalah (full disclosure) disini harus benar-benarfull disclosure, bukan hanya menampilkan hal-hal yang baik saja, dan menyingkirkan jauh-jauh bagian yang merugikan.Secara umum, bagi kehidupan profesi, kode etik profesi adalah serangkaian norma tertulis yang mengatur perilaku anggota profesi (Wisnhu Kameshwara Armand). Langkah yang diambil adalah pembentukan standar yang meminimalisasi kecenderungan penyimpangan diatas degan membuat standar baru yang dapat diterima secara global, yakni international financial reporting standard yang dalam konsepnya utamanya adalah principle based, fair value, lebih banyak pengungkapan dan dinamis. Dalam Standar Akuntan Publik telah terdapat poin penekanan bahwa pentingnya perlindungan kepentingan publik melalui indpendensi dan kejujuran seorang auditor dalam menjalankan profesinya.Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa dalam kehidupan dunia usaha persaingan tak sehat, kecurangan di dunia perbankan, pasar saham, dan pasar keuangan begitu kasat mata. Akuntansi menjadi salah satu faktor tumbuh suburnya kecurangan dalam dunia binnis. Dengan melihat kasus Enron , WorldCom, Sunbeam, Xerox, dll sekan menjadi penjelas bahwa adanya borok akut yang menjangkiti profesi-profesi yang terkait dengan aktivitas keuangan terutama profesi akuntan. Masyarakat menyadari krisis moralitas dalam profesi akuntansi, yang tadinya akuntan dijadikan harapan untuk menjadi motor penggerak transparansi dan akuntabilitas, namun hasilnya jauh dari yang di cita-citakan.Masalah kekecewaan terhadap akuntan lokal bukan dimulai sejak ada wacana akan ada standar akuntansi yang baru(IFRS), melainkan sudah sejak dari bergulirnya kasus Bank Bali, Pertamina, PLN, Bulog, Bank Lippo, Kimia Farma. Terlebih dengan adanya standar akuntansi IFRS yang akan berlaku aktif mulai 2012 tahun depan, dikhawatirkan akuntan local akan kalah bersaing dengan akuntan luar negeri yang lebih dipercaya.Meskipun ada standar profesional, menjadi percuma jika masih ada moral hazard di dalam tubuh organisasi. Kita perlu belajar dari Jhon M Huntsman dalam bukunya Winners Never Cheat mengajarkan pada kita harus selalu memerikasa moral compass dalam langkah yang hendak kita tempuh.Mungkin semua prosedur pencatatan sudah dilakukan sesuai standar yang berlaku, namun dalam aktivitasnya kita melakukan sebaliknya, itulah yang menjadi dilema dalam kecurangan akuntansi untuk mengatasi hal ini seharusnya ada regulasi yang ketat dan lagi-lagi disini peran auditor untuk menjadiproblem solverdalampengidentifikasianmasalah. Terlebih dalam era IFRS yang sudah tidak lagi menggunakan rule-based, oleh karena itu auditor harus mengasah kemampuanya dan juga mengasah etika guna memberikan titik terang dalam perwujudan transparansi akuntansi (laporan keuagan).Akuntabilitas Laporan KeuanganIFRS kurang lebih sudah memiliki kualitas laporan keuangan yang dihasilkan lebih baik, banyak perusahaan merasakan manfaat dari laporan keuangan, misal menggunakan fair value dalam penilaian asset dan liabilities memberikan data yang lebih relevan dan juga karena IFRS merupakan standar internasional maka, laporan keuangan yang menggunakan standar ini memiliki nilai akuntable yang lebih baik dan kontrol terhadap lebih kuat karena mempunyai kesamaan standard. Namun akuntabilitas ini dapat tercapai jika dipenuhinya syarat profesionalitas dan integritas etika yang tinggi.BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanDengan adanya standar akuntansi IFRS yang bermaksud membuat satu standar yang lebih memiliki kualitas laporan laporan keuangan yang tinggi, sehingga dapat menjadi jembatan keseragaman laporan keuangan entitas di dunia. Indonesia tentu akan mengikuti standar ini karena beberapa hal, terlepas dari maksud tersebut para akuntan wajib meningkatkan skill profesional mereka karena dengan adanya standar yang mengglobal maka negara yang patuh terhadap standar tesebut akan digolongkan sebagai akuntan internasional. Jenjang karier indonesia akan lebih mudah. Profesionalitas dan etika akuntan seharusnya dimulai sejak menempuh pendidikan, terlebih pada masa transisi standar akuntansi keuangan menuju basis IFRS dan berkomitmen untuk full adoption di awal tahun 2012. Persiapan SDM untuk menunjang profesionalitas akuntan di era IFRS masih kurang maksimal, melihat sebagian besar perguruan tinggi di indonesia masih jarang yang memberikan materi-materi akuntansi keuangan yang berbasis IFRS sehingga akuntan masa depan masih kurang siap dalam pengaplikasianya di tahun 2012. Serta dibutuhkan etika yang dapat mendunkung profesionalitasnya, karena bagaiamanapun memiliki profesionalitas namun jika tidak ada etika maka itu dapat meruntuhkan profesionalitas itu sendiri. Bisa dikatakan full adoption IFRS 2012 ini merupakan momen yang tepat untuk memperbaiki citra akuntan baik local maupun akuntan internasional. Dengan laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan yang profesional dan mempunyai integritas etika yang tinggi maka dapat menghasilkan laporan keuangan yang akuntable.3.2 SaranDengan ditetapkannya full adoption IFRS (2009) pada awal tahun 2012, maka diharapkan kepada pihak:a. Dosen, untuk memberikan pemahaman tentang IFRS. Tidak hanya mengenalkan tetapi sampai kepada penerapan IFRS dan melatih mahasiswa menjadidecision makerdalam kegiatan perkuliahan. Dan sejak awal ditanamkan budaya kejujuran dan saling menghargai membentuk para lulusan (akuntan) yang profesional dan mempunyai integritas etika yang baik.b. Mahasiswa, untuk selalu update informasi dan mengasah kemampuannya untuk memahami bidang keilmuannya (akuntansi) untuk dapat bersaing di era global.c. Perguruan Tinggi, untuk selalu memperbaiki kurikulum pendidikannya sesuai dengan kondisi dan mengikuti perubahan yang ada.DAFTAR PUSTAKAArens, A.A; Elder Randal J; Beasley, Mark S. 2003.Auditing and Assurance Service and Integrated Approach. Edisi IX. Pretice Hall : New Jersey.Arens, A.A; Elder Randal J; Beasley, Mark S. 2006.Auditing dan Jasa Insurance. Jilid I. Jakarta : Erlangga.Armand, K. W. 2007.Studi Kasus Profesi Akuntan (Publik) dan Etika. EBAR. Vol II nomor 2.Darwis, Darwis. 2005.Kejahatan Akuntansi dan Kesiapan Kita. EBAR. Edisi IWahyuni, T. E. 2010.Konvergensi IFRS 2012 dan Iimplikasinya Terhadap Dunia Pendidikan Akuntansi di Indonesia. EBAR. Edisi vol III nomor 1InternetEtika Profesi Akuntan Publik,http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntan-publik.html. [ 26 November 2011]Ikatan AkuntansiIndonesia. (Tanpa Tahun).Standart Pendidikan Intenasional IFAC.http://www.iaiglobal.or.id/ppa.php?id=5. [25 November 2011]Ikatan AkuntansiIndonesia. (Tanpa Tahun).Implementasi Standart pendidikan IFAC.http://www.iaiglobal.or.id/ppa.php?id=6. [25 November 2011]Indra Setiawan. (Tanpa Tahun).Definisi Integritas Dan Pengertian Integritas-indolibrary.http://indrasetiawan17.wordpress.com. [13Maret 2010]wikipedia. (Tanpa Tahun).Standar Pelaporan Keuangan Internasional.http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Pelaporan_Keuangan_Internasional. [1 Desember 2011]wikipedia. (Tanpa Tahun).Akuntabilitas.http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas [26November 2011]Julio Caesar. (Tanpa Tahun).Kode Etik Profesionalisme dan Prinsip Etika.http://juliocaesarz.blogspot.com/2011/02/kode-etik-profesionalisme-dan-prinsip.html. [26Novembe2 2011]Mailisa PutriSenin, 16 April 2012Peranan Akuntan dan Globalisasi; Suatu Tinjauan dari Perspektif Corporate Governance

ABSTRACT

Fenomena globalisasi secara umum membawa pengaruh signifikan terhadap perkembangan perekonomian dunia, terutama dengan munculnya perdagangan bebas sebagai bagian dari globalisasi dalam bidang perekonomian. Terjadinya perdagangan bebas menyebabkan aliran produk dan jasa, baik untuk sektor riil maupun sektor keuangan, membawa konsekuensi kepada perusahaan sebagai aktor utama dalam setiap perekonomian. Dalam kaitan ini baik Negara maupun pelaku usaha harus mempersiapkan diri secara baik untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh globalisasi. Untuk konteks perusahaan sebagai institusi bisnis, perubahan ini merupakan perubahan lingkungan bisnis eksternal yang akan menekan perusahaan untuk mampu menghasilkan daya saing yang kuat, sehingga mampu menerima manfaat dari globalisasi.Bebasnya arus barang dan jasa serta berbagai faktor produksi dalam era globalisasi menyebabkan batasan Negara secara demografis menjadi tidak relevan. Investor dari berbagai Negara cenderung melakukan investasi di Negara lain yang menjajikan prospek lebih baik, setelah mempelajari dan menganalisis informasi yang relevan sebelum membuat keputusan. Salah satu informasi yang digunakan adalah informasi keuangan yang merupakan produk dari suatu proses akuntansi. Dalam kaitan ini laporan keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi dan diaudit sesuai dengan prinsip yang memenuhi standar internasional diperlukan agar dapat diandalkan, akurat, terpercaya serta dapat diperbandingkan.Dalam kaitannya dengan standar akuntansi yang dapat diterima secara global, sejak tahun 2012 Indonesia telah membuat komitmen untuk menerapkannya, baik untuk institusi bisnis maupun publik. Dalam hal ini peranan akuntan dan profesi akuntan (IAI) diharapkan dapat memperkuat implementasiInternational Financial Reporting Standard(IFRS), sehingga infornasi yang dihasilkan proses akuntansi dapat sesuai dengan harapan pihak yang berkepentingan secara global. Tulisan ini membahas peranan akuntan dalam kaitannya dengan globalisasi dari sudut pandangcorporate governance. Sebagai suatu sistem yang dipercaya mampu untuk meningkatkancontroldan akuntabulitas perusahaan, di dalamcorporate governanceperanan akuntan dipandang sebagai profesi yang dikenal dengan reputasinya. Tantangan yang dihadapi akuntan di Indonesia saat ini adalah masih belum meadainya pemahaman terhadap konsep IFRS, sehingga organisasi profesi (IAI), lembaga pendidikan penghasil calon akuntan serta pemerintah perlu berupaya melakukan sinergi untuk memperkuat pemahaman terhadap IFRS. Dengan demikian diharapkan akuntan di Indonesia memiliki keunggulan bersaing, sehingga dapat berkompetisi dengan akuntan luar negeri di dalam menjalankan tugas profesinya.

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

One of the great social processes in the history of humanity is the globalization(Diaconu and Coman,2006). Pernyataan di atas menunjukkan bahwa globalisasi adalah elemen penting dalam proses sosial sepanjang sejarah manusia. Proses bagaimana globalisasi mempengaruhi proses sosial dalam suatu masyarakat bisa terlihat dari kesiapan berbagai pihak dalam menghadapi globalisasi tersebut. Setiap pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan globalisasi perlu memahami secara baik pengaruh globalisasi yang bersifat multidimensi. Hanya pihak yang siap yang akan memperoleh keuntungan dari peluang dari globalisasi, sementara yang tidak siap akan menghadapi globalisasi sebagai ancaman karena hanya akan menjadi pasar produk Negara lainnya yang lebih siap.Globalisasi merupakan fenomena yang bersifat multidimensi, mencakup dimensi ekonomi, politik, keamanan, lingkungan, kesehatan, sosial, budaya, dan lainnya(Intriligator, 2003). Fokus dari konsep globalisasi dalam kaitan ini berhubungan dengan dimensi ekonomi, diantaranya terwujud dalam bentuk globalisasi ekonomi berupa perdagangan bebas. Kesepakatan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) mengindikasikan bahwa perdagangan bebas telah dimulai untuk berbagai negara maju dan berkembang. Untuk kawasan regional ASEAN bentuk kerjasama antar Negara Asia Tenggara telah diwujudkan berupa komitmen pembentukan AFTA (Asean Free Trade Area). Wujud dari kesepakatan berbagai negara ASEAN tersebut adalah upaya untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani perjanjian perdagangan bebas tersebut telah menyatakan komitmen untuk siap menjalankannya.Di samping bersifat multidimensi, dipihak lain globalisasi bukanlah sebuah pilihan tetapi merupakan keharusan. Dalam kaitan ini Gernon dan Meek (2001) menyatakan dengan tegas bahwaglobalization is a reality not a choice. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah bahwa karena tidak mempunyai pilihan, maka setiap Negara harus mempersiapkan diri secara baik di dalam berkompetisi dengan Negara lainnya. Hal ini sejalan dengan isu perdagangan bebas sebagai perwujudan dari globalisasi ekonomi, dimana akan terdapat arus bebas keluar-masuk berbagai produk dan jasa, sumber daya modal, dan sumber daya manusia serta hal lainnya yang menjadi relevan dalam aktivitas perekonomian yang terangkum dalamthe borderless economy.Pergerakan sistem ekonomi global ini telah berhasil menembus batas-batas geografis, sehingga lazim dikenal dengan ekonomi tanpa batas atautheborderless economy(Aminah, 2010). Ekonomi tanpa batas tersebut membawa ekonomi ke ruang gerak yang lebih bebas, dimana semua transaksi yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi bisa diakses tanpa batasan. Kehadiran sistem perekonomian global danborderless economytidak hanya menimbulkan ancaman tetapi juga peluang bagi perekonomian nasional. Jika suatu negara bisa memaksimalkan potensi sumberdaya (resources) yang dimiliknya, maka peluang untuk meningkatkan perekonomian negaranya melaluiborderless economybisa dicapai secara lebih otpimal. Disamping itu, peluang yang ditimbulkan olehborderless economyjuga berpengaruh kepada profesi-profesi yang ikut terlibat di dalamnya.World Trade Organization(WTO) telah membagi 6 kelompok dari 40 profesi yang akan bebas terbuka untuk semua negara sebagai dampak dariborderless economy,diantaranya adalahaccountant(akuntan),lawyer(pengacara),professional computer service, professional service, medicine service,dantourism service.Pertanyaan yang timbul adalah mengapa akuntan termasuk dalam profesi yang ikut terpengaruh oleh adanyaborderless economy? Menurut Maria (2011), akuntan menyajikan berbagai informasi akuntansi yang akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, seperti keputusan operasional, investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi merupakan informasi akuntansi yang disiapkan oleh akuntan. Laporan keuangan bermanfaat untuk mengetahui kondisi operasional perusahaan saat ini(operational issues), membantu perusahaan dalam meyakinkan investor untuk menilai potensi pertumbuhan perusahaan(investing), serta memberikan indikator bagaimana sumber daya keuangan dikelola (financing).Dengan kondisi demikian, maka akuntan dituntut untuk mampu menyajikan informasi secara lengkap dan transparan agar semua transaksi kegiatan usaha sesuai kaidah dan prinsip akuntansi yang dapat diterima secara umum (Koesman, 2011). Jika dihubungkan dengan globalisasi, maka kaidah dan prinsip yang diterima umum ini seharusnya mengacu kepada standar internasional yang dapat dimengerti oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan informasi keuangan dari berbagai Negara. Untuk itu dibutuhkan sebuahglobal accounting rulesberstandar internasional, sehingga hal ini menjadi menjadi dasar dalam pembentukanInternational Financial Reporting Standard(IFRS).Berbagai praktik kecurangan yang dilakukan manajemen puncak dalam memanipulasi laporan keuangan, memaksa akuntan untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya dengan baik dan bertanggungjawab. Berbagai perusahaan publik terkenal sepertiEnron, Worldcom, Tyco,danLondon & Commonwealth, mengalami kegagalan tidak hanya dikarenakan kegagalan strategi saja, tetapi juga dikarenakan oleh praktik curang dari menejemen puncak yang dalam rentang waktu cukup lama yang tidak terdeteksi olehcorporate board(Kaihatu, 2006). Pada kenyataannya perusahaan tersebut berada di era modern dan telah menerapkan teknik manajemen yang canggih, namun tidak mampu menahan kejatuhan perusahaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa manajemen yang canggih sekalipun tidak mampu menghalangi keruntuhan perusahaan berskala besar (too big too fail). Dengan alasan ini korporasi membutuhkan sebuah sistem yang mengatur dan mengontrol kinerja perusahaan yang tidak dapat dipenuhi oleh berbagai teknik manajemen yang modern sekalipun. Sistem ini telah menjadi isu hangat dalam beberapa dasawarsa terakhir yang dikenal dengan istilahcorporate governance.Corporate governanceberperan dalam mengontrol transparansi laporan keuangan.Corporate governancemerupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwasupplierkeuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian ataureturndari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimanasupplierkeuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Lebih jauh,corporate governancejuga berhubungan dengan seperangkat sistem dan mekanisme berbagai kepentingan stakeholder lainnya yang berhubungan dengan perusahaan (Lukviarman, 2000).Akuntansi keuangan menyajikan informasi utama mengenai kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan untuk kepentingan pemilik dan pihak ainnya. Karena berhubungan dengan kepentingan berbagai pihak yang memerlukan informasi akuntansi, maka berbagai aktivitas akuntansi keuangan juga berhubungan dengancorporate governance. Tanpa adanyacorporate governance, peran informasi akuntansi akan berkurang khususnya penyediaan informasi terkaitrisk and returnuntuk pengambilan keputusan portofolio yang optimal (Ilona dan Zaitul,2011).1.2 Rumusan MasalahAkuntan adalah salah satu profesi yang terlibat aktif dalam perekonomian global danborderless economy. Dalam suatu korporasi, akuntan diminta untuk memberikan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan sejalan dengan prinsipcorporate governance. Dengan memberikan informasi yang transparan dan akuntabilitas, akuntan telah menyelamatkanstakeholdersdari investasi yang telah ditanamkan ke korporasi tersebut. Oleh karena itu permasalahan yang menjadi dasar penulisanpaperini adalah; bagaimana peran akuntan dapat diperkuat dalam menghadapi tantangan perekonomian global sehingga menghasilkanborderless economydari sudut pandangcorporate governance.

1.3 Tujuan dan Manfaat Tulisan1.3.1 Tujuan PenulisanTulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang:A.Peran akuntan dalam menghadapi perekonomian global danborderless economy.B.Peran akuntan sebagai salah satu bagian dari organisasi dan manajemen.C.Peran akuntan sebagai penyelamatstakeholder.D.Peran akuntan ditinjau dari perspektifCorporate Governance.E.Peran akuntan dari perspektifCorporate Governancemenggunakanopen system.

1.3.2 Manfaat Penulisana. Bagi pihak akuntan Melalui tulisan ini diharapkan sebagai masukan bagi akuntan dan profesi akuntan, dari sudut pandang mahasiswa, untuk dapat menjalankan profesinya dengan mengacu kepada IFRS. Dengan beberapa pandangan yang disampaikan melalui tulisan ini diharapkan dapat memperkuat kembali komitmen akuntan, terutama profesi akuntan, untuk mampu berperan sebagai profesi yang dikenal karena reputasinya. Melalui profesionalitas akuntan diharapkan mampu menghasilkan informasi yang lebih transparan dan akuntabel kepada berbagai pihak yang berkepentingan sesuai dengan prinsip dasarcorporate governance.b. Bagi pihak stakeholder

Tujuan setiap perusahaan adalah untuk menyejahterakan para pemegang saham, sertastakholderssebagai pihak lainnya yang berkepentingan dengan perusahaan. Untuk tujuan tersebut pemegang saham danstakeholderslainnya mengharapkan akuntabilitas dari pihak manajemen yang dipercaya mengelola perusahaannya, melalui laporan keuangan. Untuk menjaga kepentinganstakeholders, terutama dalam era globalisasi, diperlukan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi internasional (IFRS). Tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepadastakeholderstentang semakin pentingnya peranan akuntan dan profesi akuntan untuk mendapatkan informasi dari laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Dengan memposisikan akuntan sebagai agen yang dikenal dengan reputansinya, maka diharapkan akuntan dapat menjaga kepentinganstakeholders melalui profesinya.

II. Tinjauan PustakaII.1 Globalisasi dan Borderless EconomyGlobalization is a process that encompasses the causes, course, and consequences of transnational and transcultural integration of human and non-human activities(GCSP, 2006). Globalisasi adalah aspek nyata yang kuat darinew world system, dan merupakan salah satu kekuatan paling berpengaruh dalam menentukan arah masa depan planet ini. Globalisasi memiliki beragam dimensi; keamanan, ekonomi, politik, lingkungan, kesehatan, sosial, budaya, dan lainnya. Fokus disini adalah konsep globalisasi yang diterapkan pada perekonomian dunia. Istilah inidikenal secara populer pada tahun 1980an, namun merupakan konsep lama yang memiliki interpretasi yang berbeda untuk orang yang berbeda. Sebagian hasil dari interpretasi yang berbeda, terdapat reaksi yang sangat berbeda pula terhadap globalisasi dengan pembuat kebijakan, akademis, dan aktifis yang melihatnya sebagai kekuatan untuk memajukan ekonomi dunia. Sementara pihak yang lain melihatnya sebagai bahaya yang serius bagi sistem ekonomi dunia(Sullivan, 2002). Globalisasi ekonomi berdampak pada isuborderless economy.II.2 Konsep Dasar dan PengertianCorporate GovernanceIsugovernancetelah dikenal dunia, seiring berjalannya waktu secara konstan konsepsigovernancemengalami perubahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan (OECD 1998). Pada akhir tahun 90-an, konsep ini mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya yang berkaitan dengan korporasi. Garvey dan Swan (1994) menambahkancorporate governancemenjadi isu sentral dalam pembahasan tingkat strategis, baik dari pemerintah (pembuat kebijakan) maupun korporasi secara individu. Dalam perkembangannya, isucorporate governanceini menjadi lebih penting karena fokus pada kegiatan perekonomian setiap negara yang dikelola dan dilaksanakan oleh korporasi. Hal ini berdampak pada konsep dan aplikasicorporate governancedi dalam praktek korporasi yang menjadi signifikan terutama dengan telah dimasukinya era globalisasi dalam perekonomian dunia (Lukviarman 2004).Terdapat dua pendekatan utama dalam memahami fenomena dan konsepsicoroporate governance;stewardship theorydanagency theory.Stewardship theorymemandang manajemen sebagai manusia yang pada hakikatnya dapat dipercaya, bertindak dengan tanggung jawab, dan punya integritas serta kejujuran bagi kepentingan publik danstakeholders. Sedangkanagency theorymengasumsikan manajemen sebagai agen bagi para pemegang saham bertindak dengan penuh kesadaran untuk kepentingan sendiri dan bukan sebagai pihak arif dan bijaksana serta adil terhadapstakeholder.II.3 Prinsip Prinsip Corporate GovernanceMenurut Kaen dan Shaw(2003) terdapat lima prinsip dasar di dalam konsepcorporate governance;Fairness(kesetaraan dan kewajaran),Transparency(keterbukaan informasi),Accountability(Akuntabilitas), danResponsibility(pertanggungjawaban), yang mana jika di dalam penerapannya disertai denganIndependency(kemandirian) akan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan menghambat rekayasa kinerja sebagai penyebab dari laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.1.Transparency(keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan mengenai perusahaan.2.Accountability(akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.3.Responsibility(pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.4.Independency(kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.5.Fairness(kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hakstakeholderyang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.Esensi daricorporate governanceadalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.II.4 KonsepCorporate Governance dan Pendekatan SistemOrganisasi adalah sekumpulan orang-orang yang diarahkan untuk mencapai tujuan spesifik. Organisasi merupakan kerangka dari proses manajemen. Dalam perkembangannya, ilmu dan praktik manajemen ditandai dengan era pergerakan manajemen modern, salah satunya ditandai dengan munculnya pendekatan sistem dalam memahami fenomena manajemen dan organisasi. Di dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagaiinteract interdependentlyyaitu suatu kesatuan dari berbagai elemen yang berinteraksi satu sama lainnya. Secara mendasar, pendekatan sistem terdiri dari sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system). Secara umum teori sistem tertutup memandang bahwa organisasi tidak berinteraksi dengan lingkungannya dan bisa dikatakan sistem ini lebih tradisional, sementara sistem terbuka menggunakan asumsi dasar bahwa setiap organisasi berinteraksi dan memberikan respon terhadap lingkungannya (Pindur, Rogers dan Kim 1995).Dalam tulisan inicorporate governance dilihat dari sudut pandang organisasi sebagaiopen system. Dalam kaitan ini individu maupun kelompok berupa korporasi harus menjaga hubungannya melalui ketaatan pada berbagai aturan dalam suatu lingkungan dimana korporasi itu berada. Ini menandakan bahwa sebagai sebuah organisasi, korporasi mengelolaaktivitasnya dengan berbagai batasan (boundaries) dari sistem suatu negara dimana korporasi tersebut berada. Konsepsi ini merupakan esensi dari prinsip organisasi seperti organisme yang bersifat terbuka terhadap lingkungannya, sehingga harus mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya(survive).Dengan menggunakan pendekatanopen systemdalam kerangkastructural functionalism, corporate governancedapat dideskripsikan sebagai sistem yang beroperasi melalui aturan main (rules and regulations) tentang bagaimana seharusnya korporasi menjalankan aktivitasnya di dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Sistemcorporate governanceini dirancang agar mampu melakukan mekanismecheck and balancedalam menjaga keseimbangan berbagai kepentingan- di dalam korporasi. Berjalannya mekanisme ini secara optimal, diharapkan dapat menghasilkan dampak lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara untuk tercapainya kemakmuran masyarakat (the wealth of the nation) sebagaimana kondisi yang dimaksud oleh Adam Smith (Lukviarman, 2001).II.5Peran akuntan dalam korporasiMenurutWarrent et al. (2005; 10) akuntansi merupakan sebuahsistem informasi yang menghasilkan laporan kepada berbagai pihak yang berkepentingan(stakeholders)mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.SementaraAmerican Accounting Association(AAA) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.Berdasarkandaribeberapa definisi tersebut akuntansi merupakansuatusistem pencatatan, pengukuran, dan pengidentifikasian untuk melaporkankondisi perekonomian suatukorporasiuntuk memberikan informasi kepada berbagai pihak yang membutuhkan sebagai landasan untuk mengambil keputusan.Dalam kaitan ini, sebagai sebagai suatu sistem pelaporan keuangan, maka akuntan berperan penting untuk memberikan informasi yang relevan yang digunakan untukpengambilan keputusan seperti:investing, operating, dan financing.II.6 Peran akuntan dari perspektif corporate governance dalam borderless economyAkuntan dan profesi akuntan merupakan bagian penting di dalam sistem pengawasan korporasi (Kim dan Nofsinger 2003). Konsepsicorporate governancemengharuskan laporan keuangan yang berkualitas serta transparan sehingga kondisi keuangan sebuah korporasi dapat tergambarkan secara jelas. Kondisi ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan masyarakat atas hasil kerja akuntan. Sebagaireputational agent, akuntan harus mematuhi standar profesi untuk tetap menjaga kepercayaan publik atas profesi ini. Hal tersebut harus diikuti dengan berfungsinya mekanisme penegakan aturan organisasi profesi atas berbagai aturan main seperti IFRS di dalam mendisiplinkan para anggotanya di dalam menjalankan profesi.Untuk dapat terlaksananya penerapancorporate governancesecara sehat dikenal berbagai prinsip yang dianggap sebagai fundamental. Secara keseluruhan, berbagai prinsip dimaksud memiliki hubungan dengan profesi akuntan sebagaireputational agentdi dalam sistemgovernance(Lukviarman, 2005). Aplikasinya terlihat melalui peranan akuntan di dalam fungsinya memberikan keyakinan pada pemakai laporan keuangan korporasi yang telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi. Pernyataan ini secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan prinsip dasarcorporate governance:fairness, transparency, accountability, responsibility,danintegrity.Penyiapan laporan keuangan oleh manajemen korporasi untuk memenuhi aspek pertanggungjawaban (responsibility) atas pengelolahan korporasi dengan aturan yang berlaku, termasuk didalamnya Standar Akuntasi Keuangan (SAK). Dengan demikian akuntan berhubungan dengan prinsip kewajaran(fairness)dan prinsip transpransi(transparency). Sesuai dengan prinsipfairnesskarena laporan keuangan dinyatakan telah sesuai dengan SAK.Sesuai dengantransparencykarena laporan keuangan dimaksud telah menyajikan berbagai informasi yang bersifat material. Karena laporan keuangan yang telah diaudit dengan kualifikasi tertentu sebagaireputation agent, hal ini mengisyaratkan telah dipenuhinya aspek integritas(integrity)dalamcorporate governance. Laporan keuangan yang telah diaudit juga ditujukan untuk memenuhi prinsip akuntabilitas(accountability), sebagai bagian pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang memberikan wewenang pengelolahan korporasi yang dimaksud. Uraian diatas menerangkan bahwa secara keseluruhan prinsipcorporate governancesaling berhubungan dengan profesi akuntansi, sehingga dapat dipandang sebagai satu kesatuan didalam memahami fenomenacorporate governance.Namun demikian, dari lima prinsipcorporate governanceyang saling berhubungan langsung profesi akuntansi adalah prinsip transparansi (Nam dan Nam 2004; Solomon dan Solomon 2004; Shaw 2003; Rutterman 2001). Dalam kaitan ini keyakinan atas pengungkapan (disclosure) yang tepat waktu serta informasi yang akurat atas berbagai hal penting berkaitan dengan korporasi dianggap sebagai sesuatu yang krusial sehubungan dengan profesi akuntan. Dalam kontekscorporate governanceprinsip ini merupakan bagian penting dari upaya untuk melindungi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan dengan korporasi, termasuk diantaranya kepentingan para pemegang saham. Pengungkapan informasi yang memadai, akurat serta tepat waktu diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan manajer maupun pemegang saham mayoritas memanfaatkan kesempatan dengan merugiakan pihak lain.OECD (Rieger 2003) berpendapat bahwa pengungkapan yang bersifat penuh, fair,dan tepat waktu serta prinsip transparansi melalui peran akuntan adalah kebutuhan esensial bagi perlindungan terhadap investor, meningkatkan kepercayaan investor, meningkatkan likuiditas serta efesiensi pasar (modal). Untuk dapat memenuhi harapan ini diperlukan berbagai criteria yang berhubungan dengan ukuran profesionalisme akuntan.

III Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakandalam karya tulis ini adalah pendekatan eksploratif-deskripitif yang dilakukan dengan cara kualitatif.Penulisan didasarkan pada analisis yang dilakukan berdasarkan eksplorasi terhadap berbagai informasi sekunder berupa referensi yangberasal dari berbagai bahan bacaan seperti buku, jurnal, makalah, artikel yang dapat ditemukan di perpustakaan danmediaelektronik lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilakukan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena globalisasi dan peranan akuntan dari sudut pandangcorporate governance. Selanjutnya akan diuraikan hasil analisis setelah anggota tim melakukan diskusi secara intensif terkait dengan isu yang dibahas dalam kaitannya dengan tulisan ini.

IV. Akuntan dan Perspectif Corporate Governance

IV.1 PembahasanOrganisasi dan manajemen merupakan dua instrumen yang tidak bisa dipisahkan. Korporasi sebagai suatu organisasi membutuhkan manajemen untuk mengontrol dan menjalankan kinerja perusahaannya. Korporasi yang memilikigoodmanajemen, produktivitas yang berkualitas dan keterbukaan (transparency) laporan keuangan yang baik, belum tentu bisa mencapai tujuan korporasi dengan maksimal. Apalagi jika manajemen memanfaatkan posisi nya untuk kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi dalam sebuah perusahaan memunculkancorporate governance. Konflik kepentingan pribadi tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan kekuatan antara berbagai pihak yang berhubungan (stakeholdersdan manajemen). Dalam kaitan ini Williamson (1985) berpendapat bahwa konflik demikian secara psikologis didasarkan pada asumsi bahwa manusia bersifat oportunistik, yaitu cenderung memanfaatkan kesempatan dari suatu posisi (manajemen) dengan tujuan memperoleh keuntungan namun dengan merugikan pihak lainnya (stakeholders).Survey yang dilakukan dalam beberapa tahun terkahir (CSLA 2001) membuktikan bahwa diantara 9 negara di Asia, Indonesia berada di peringkat terkahir dalam masalah kondusifnya iklim berusaha, terutama menyangkut pelaksanaan dan kepastian hukum. Hal ini memberikan dampak bahwa permasalahancorporate governancedi Indonesia tidak terbatas hanya pada penegakan hukum dan perundang-undangan yang mendukung terciptanya praktekcorporate governanceyang sehat. Terdapat faktor lain di dalamnya, diantaranya peranan profesi akuntan sebagai salah satureputational agentdi dalam sub sistemcorporate governanceyang diharapkan dapat berperan sebagai bagian dari mekanismecorporate governance.Fakta tentang krisis keuangan di tahun 1998 silam yang mengakibatkan kebankrutan perusahaan-perusahaan nasional yang berujung pada terpuruknya perekonomian Indonesia. IMF sebagai lembaga keuangan terbesar di dunia menawarkan program penyelamatan ekonomi kepada Indonesia, dengan mensyaratkan adanya perbaikan serta peningktan praktikcorporate governancedi Indonesia (Kurniawan dan Indriantoro, 2000). Disinilah dimulainya reformasi sistemcorporate governancedi Indonesia, namun hingga saaat ini penerapancorporate governancebelum berjalan dengan baik.Dengan buruknya pelaksanaancorporate governance, maka tingkat kepercayaan investor menjadi turun karena investasi yang mereka tanamkan tidak aman. Hal ini akan diikuti dengan penarikan investasi yang telah ditanamkan, sementara investor baru enggan untuk berinvestasi. Hasil survei dari PWC (Price Waterhouse Coopers),Investment Management Association of SingaporedanCorporate Governance and Financial Reporting Centerpada bulan Mei tahun 2005, menunjukkan bahwa 81% institusional investor yang disurvei di Singapura lebih memilih korporasi yang memiliki performa yang baik dalamcorporate governance. Indikator yang menunjukkan keengganan investor berinvestasi di Indonesia dapat dilihat dari perkembanganForeign Direct Investment(FDI) indeks periode 1988-1990 dan periode 1998-2000 sebagai berikut :Table 1FDI index Beberapa Negara di Asia

NegaraFDI index 1988-1990FDI index 1998-2000

China0,80,9

Hongkong5,910,6

Indonesia0,5-0,4

Jepang0,00,2

Korea0,40,6

Malaysia2,61,0

Filipina1,00,3

Singapura13,53,3

Taiwan0,90,4

Thailand1,50,5

Sumber: World Investment Report 2001

Dari tabel diatas,dapat kita lihat bahwa telah terjadi penurunan angka indeks yang cukup signifikan selama periode 1998-2000. Meskipun beberapa negara Asia lain mengalami penurunan seperti Malaysia dan Filipina, namun penurunan yang mereka alami tidak separah negara Indonesia yang mencapai angka negatif. Untuk mengatasi hal ini, salah satu hal penting yang harus diambil adalah memperbaiki implementasicorporate governanceyang secara sederhana diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semuastakeholders(Sulistyanto dan Wibisono 2003). Dengan kata lain, agar korporasi bisa bertahan dan beradaptasi dalam persaingan global danborderless economy, korporasi harus bisa mengimplementasikancorporate governanceyang baik (pendekatanopen system) agar investor merasa aman dengan investasinya dan bisa menarik investor investor baru. Investor tersebut butuh informasi-informasi yang akurat seperti laporan keuangan yang disediakan oleh akuntan.Akuntan sebagai salah satu elemen yang berkontribusi dengan korporasi dituntut sebagai salah satu penyelamat daristakeholders. Keputusan investor untuk berinvestasi atau menarik investasinya bergantung pada informasi yang diberikan oleh akuntan. Ekspektasistakeholdersterhadap perusahaan akan bertambah jika manajemenmake a good decision based on real financial report. Maka dari itu akuntan dituntut agar memberikan laporan keuangan yang transparan dan akuntabilitas agar menyejahterakanstakeholders, yang mana itu merupakan salah satu tujuan dari korporasi.

Yang paling penting daricorporate governanceadalahvaluedaricorporate governanceitu sendiri. Meskipun lingkungan mengalami perubahancorporate governancesecara fleksibel bisa menemukan alternatif-alternatif dengan tidak menghilangkanvaluedaricorporate governancetersebut (pendekatan open system).Corporate governancedengan pendekatanopen systemdideskripsikan sebagai sistem yang beroperasi sesuai dengan atau mengacu kepada aturan hukum dan regulasi agar korporasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam korporasi harus mengikuti aturan main dalamcorporate governance. Akan tetapi dalam praktiknya terdapat kecurangan-kecurangan yang dilakukan manajemen. Mereka memanfaatkan posisi untuk memenuhi kepentingan pribadinya dan berkolaborasi dengan akuntan dalam menciptakancreative accounting(memanipulasi laporan keuangan). Sebagai contoh terungkapnya kasusmark-uplaporan keuangan PT. Kimia Farma yangoverstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp 99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanyaoverstated(Tjager dkk., 2003). Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat(accurate disclosure)dan transparansi(transparency)yang akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yangoverstatedini telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor untuk berbisnis. Dengan adanya hal tersebut, dalam praktik pelaporan keuangan sering menimbulkan ketidaktransparanan yang dapat menimbulkan konflik antara prinsipal (stakeholders) dan agen (manajemen). Akibat adanya perilaku manajemen yang tidak transparan dalam penyajian informasi ini akan menjadi penghalang adanya praktikGCGpada perusahaan-perusahaan karena salah satu prinsip dasar dariGCGadalahTransparency(keterbukaan).Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa dalam rangka menegakkan prinsipGCGpada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyajian informasi akuntansi yang berkualitas dan lengkap dalam laporan tahunan sangat diperlukan. Hal ini akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Akuntan sebagai pembuat laporan keuangan juga ikut terlibat aktif dalam memenuhi kepentingan pribadi manajemen tersebut. Akuntan turut terjebak dalam lingkaran setan praktik-praktik kecurangan yang tidak sehat. Dengan begitu akuntan secara tidak langsung mengabaikan kode etiknya sebagai akuntan yaituindependency(tidak memakai asas-asas akuntanbilitas dan transparansi). Tanpa sadar akuntan telah mengubur prinsip prinsipcorporate governancekarena dalam praktiknya akuntan dengan sengaja menjalankan koruptif, manipulatif, dan melanggar aturan. Sehingga prinsip transparansi akuntabilitas danfairnessdalamcorporate governancehanya menjadi sebatas retorika. Di dalam perekonomian global danborderless economykorporasi dituntut untuk melaksanakancorporate governanceyang baik dengan pendekatanopen system, dimana korporasi sebagai organisme yang terbuka, harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya agar bisa bertahan. Perekonomian global danborderless economymenimbulkanglobal rules. Akuntan sebagai salah satu profesi yang mendapat pengaruh dariborderless economymembutuhkan aturan main (rules and regulation) yang berstandar internasional yaitu IFRS.IV.2 Kesimpulan

Korporasi sebagai suatu organisasi membutuhkan manajemen yang baik di dalam mengelola korporasi dalam menghasilkan kinerja yang optimal. Untuk menerapkan manajemen yang bagus diperlukancorporate governanceyang diimplementasikan dengan berdasarkan kepada pendekatanopen systemAkuntan merupakan salah satu profesi yang mendukung diterapkannyacorporate governance. Prinsip akuntabilitas dan transparansi sebagai bagian dari prinsipcorporate governancemerupakan bukti bahwa akuntan berperan penting di dalam sebuah organisasi dalam menghadapi era globalisasi.

IV.3 SaranUntuk mempersiapkan korporasi yang siap bersaing dalam perekonomian global danborderless economy, manajemen korporasi dituntut untuk menjalankan prinsipcorporate governance(Fairness, Transparency,Accountability, danResponsibility, sertaIndependency). Dalam kaitan iniakuntan diminta untuk menjalankan profesinya secara professional dan bertanggungjawab dalam memberikan informasi (laporan keuangan). Agar korporasi bisasurvivedalamborderless economydibutuhkan profesi akuntan yang dapat dihandalkan sebagai bagian penting dari mekanismecorporate governance.

Diposkan olehmailisa putridi9:05 PMKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook3 komentar:1. mailisa putriSenin, 16 April, 2012ini adalah paper team saya bersama Thaariq Syukra dan Stevani dalam rangka kontribusi tim saya dalam acara Accounting Competition di UKSW Salatiga. tapi berhubung ini tulisan kami yang pertama, kami belum dapat lolos untuk 10 besar.BalasBalasan1. oggyKamis, 07 Februari, 2013izin non bwt tambahan di tugas akhir saya..thanks a lot for your postingBalas2. oggyKamis, 07 Februari, 2013thanks for your posting here ... Izin ya bwt tambahan referensi di tugas akhir saya...BalasBerandaLangganan:Poskan Komentar (Atom)http://mailisaputri.blogspot.com/2012/04/peranan-akuntan-dan-globalisasi-suatu_16.htmlhttp://senyummu13.wordpress.com/2012/03/23/pertaruhan-profesionalitas-integritas-etika-akuntabilitas-akuntan-indonesia-di-ajang-perekonomian-global/Konvensi Nasional Akuntansi VI IAI dibuka oleh Gubernur Jawa Barat18-08-2009 09:38

Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal13-14 Agustus 2009 melaksanakan Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung.

Kegiatan dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan bertindak sebagaikeynote speakerketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, Prof. Dr. Anwar Nasution. Hadir sebagai pembicara Ketua Bapepam & LK Ahmad Fuad Rachmani, Komisaris Bank Mandiri & BTN, Direktur Keuangan BUMN, Anggota BPK, Deputi BPKP, Dirjen Pajak, dll.Acara dihadiri lebih dari 500 akuntan yang berasal dari seluruh Indonesia.

Pada hari itu jugatelahditandatangan Kesepakatan Bersama antara BPK-RI dengan IAImengenai peningkatan peran profesi akuntan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keungan Negara, serta pemerintahan yang baik dan bersih.

IAI juga menandatangani MOU denganAssociation of Chartered Certified Accountants(ACCA) UK sebagai kelanjutan kerjasama yang telah terlaksana sebelumnya untuk mendukung peningkatan kapabilitas profesi akuntan di Indonesia.

Ketua Panitia Pengarah IAI, Prof. Ilya Avianti dalam sambutannya menyampaikan bahwa Konvensi Nasional Akuntansi VI merupakan ajang pertemuan Akuntan dan parastakeholdersyang dilakukan setiap empat tahun sekali oleh IAI. KNA dilaksanakan dua hari dan pada hari Jumt, 14 Agustus 2009 IAI akan menyampaikan pernyataan profesi. Melalui KNA, Profesi akan menyampaikan kesepakatan strategis yang terakumulasi tentang arah dan sasaran pembangunan dunia akuntansi yang diidamkan profesi. Profesi juga akan menyampaikan usulan kepada pemerintah Republik Indonesia tentang berbagai isu nasional berdimensi akuntansi yang harus disikapi bangsa Indonesia.

KNAini diselenggarakan masih dalam suasana krisis keuangan global yang belum usai. Oleh karena itu, tema konvensi kali ini adalah Peran Akuntan dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pascakrisis yang merupakan kondisi yang harus disiapkan oleh kita bersama dalam kapasitas spesialisasi masing-masing akuntan.

Kondisi perekonomian global yang diwarnai dengan krisis sektor finansial tak pelak lagi menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi di tahun-tahun mendatang.Krisis finansial global juga menjadi momentum bagi profesi Akuntansi untuk secara global memperluas peran mereka di berbagai bidang dalam mengatasi krisis.

Pada level internasional, IAI sebagai anggotaInternational Federation of Accountants(IFAC) bersamaasosiasi profesiakuntan di seluruh dunia turut mendukung upaya berbagai pihak dalam membangun arsitektur sistem finansial global yang lebih baik, transparan dan akuntabel pasca krisis finansial global yang melanda dunia.

Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Ahmadi Hadibroto pada sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa saat ini profesi akuntan, secara berkesinambungan sesuai perannya telah melakukan upaya penataan ulang sistem finansial global antara lain persiapan konvergensi IFRS yang harus sudah diterapkan pada tahun 2012, pelaksanaan Standar Akuntansi Syariah, Standar Akuntansi bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), dan banyak hal yang telah dilakukan oleh IAI untuk mengantisipasi pascakrisis dan zona perdagangan bebas.

IAI menekankan perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis keuangan global dan perlunya integrasi global perekonomian. Rekomendasi yang akan dihasilkan merefleksikan bahwa profesi Akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi krisis dan terlibat dalam reformasi sistem keuangan global.

Efektivitas imlpementasi standar global ini mensyaratkan adanya kualitas yang tinggi dari seluruh pelaku di profesi Akuntansi. Untuk itu diperlukan adanya dukungan dan kerjasama secara global dari seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperkuat profesi Akuntansi khususnya dinegara berkembang.

Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan membangun secara berkelanjutan kapasitas profesi Akuntansi secara nasional dan regional; melakukan upaya menuju tercapainyafull complianceterhadap standar global; memperkuatlegal environmentprofesi, memperkuat monitoring dan penegakan Etika,memperluas akses kepada standar internasional, menyempurnakan kualitas pendidikan dan pelatihan, mengembangkan panduan implementasi berbagai standar dan langkah utama lainnya untuk mengembangkan profesi Akuntansi.

Pemerintah dan regulator perlu saling mendukung dalam melaksanakan langkah inisiatif untuk mempromosikan konvergensi kepadaIFRS, ISA & IPSAS.Kepentingan publik dapat dilayani dengan baik dengan adanyaa single set of high-quality, principles-based financial reporting & auditing standards.Adopsistandar internasional ini sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian.

IAI sebagai Organisasi Profesi Akuntan yang telah mapan senantiasa berupaya merubah setiap tantangan menjadi peluang bagi kemajuan profesi Akuntan di Indonesia.IAI sangat menyadari pentingnya peran akuntan dalam dunia bisnis.

Seiring dengan perkembangan dan dinamika bisnis dalam skala nasional dan internasional ditengah kondisi sekarang ini, IAI telah mencanangkan dilaksanakannya programkonvergensi IFRS pada tahun 2012. Implementasi program ini dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat kami harapkan.

Keseragaman bahasa dalam Akuntansi, auditing, kode etik, pelaporan keuangan baik sektor privat maupun sektor publik perlu didukung karena dengan standar global tersebut memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secarauniversal.

Ikatan Akuntan Indonesia percaya bahwa sistem Ekonomi Syariah adalah salah satu alternatif sistem perekonomian yang tahan terhadap dampak krisis keuangan global yang terjadi, untuk itu Ikatan Akuntan Indonesia memutuskan menjadi pelaku utama dalam pengembangan Standar Akuntansi Syariah didunia. Begitu juga dengan standar akuntansi yang dipakai oleh Usaha Kecil dan Menengah. Standar akuntansi UKM sangatlah penting karena terbukti UKM adalah tulang punggung perekonomian Negara kita. Kita boleh berbangga karena IAI telah meluncurkan SAK-ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang ditujukan untuk UKM dan Standar Akuntansi untuk transaksi Syariah yang diterbitkan dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Inggris dan bahasa Arab.

PSAK ETAP ini akan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal dengan tanpa terjebak dalam kerumitan standar berbasis IFRS yang akan kita adopsi. SAK ETAP ini mulai diberlakukan pada tahun 2011 namun penerapan lebih awal di 2010 diperbolehkan. IAI mempunyai visi bahwa Standar ETAP harus meningkatkan kesehatan praktik akuntansi di Indonesia secara keseluruhan.

Ahmadi Hadibroto juga menyampaikan perlunya pengaturan terhadap semua pihak yang bertanggungjawab langsung ataupun tidak langsung terhadap informasi perusahaan yang digunakan oleh para pemangku kepentingan. Untuk itu, dengan semangat untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan secara keseluruhan, kami memandang perlu dimasa mendatang dapat segera disusun suatu UU Pelaporan Keuangan.

Pengembangan Akuntansi syariah, peningkatan kompetensi akuntan diberbagai sektor, penyesuaian kurikulum Pendidikan Akuntansi menghadapi implementasi standar internasional, peningkatan tata kelola yang baik disektor swasta maupun pemerintah, peningatan kiprah profesi dalam forum regional dan internasional juga menjadi perhatian utama IAI. (Ezh)

kirim beritaBerita yang lain

Top of Form

Web IAI Global

Bottom of Form

IAI-KAPD SNA 15 Banjamasin 2012 IFAC IASB IFACNet AFA Jurnal Riset Akuntansi Indonesia IAI Wilayah Jawa Timur IAI Wilayah Kepulauan Riau IAPI IAMI DEPKEU BI BPK BAPEPAM BPKP AICPA CPA AUSTRALIA ACCA MIA Kerjasama IAI-Garuda

http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?id=80IFRS akan mengambil alih dunia akuntansi pada tahun 2014? inShare diggSepanjang tahun globalisasi bisnis telah terus meningkat menyebabkan meningkatnya penerimaan dari serangkaian umum standar untuk akuntan di seluruh dunia. Pada bulan April 2001,Dewan Standar Akuntansi Internasional(IASB) didirikan untuk melakukan tanggung jawab dariKomite Standar Akuntansi Internasional(IASC) didirikan pada tahun 1973. IASB terdiri dari empat belas anggota yang mewakili sembilan negara, termasuk China, Jepang, Australia, danAmerika Serikat, dan disponsori oleh berbagai lembaga keuangan, perusahaan, bank, dan perusahaan akuntansi. Pada tahun 2002, setahun setelah pendirian mereka, yang bersatu dengan IASBDewan Standar Akuntansi Keuangan(FASB) untuk menggabungkan pengetahuan mereka dan mengembangkan satu set berkualitas tinggi standar akuntansi yang akan kompatibel dengan semua negara agar berhasil melaksanakan urusan bisnis internasional dan akuntansi mereka. Ini set standar akuntansi global disebut sebagaiStandar Pelaporan Keuangan Internasional(IFRS). MenurutAmerican Institute Akuntan Publik(AICPA), 12.000 perusahaan di 113 negara telah mengadopsi penggunaan IFRS. US Securities and Exchange Commission (SEC), salah satu pendukung utama dari mengembangkan seperangkat standar untuk bertindak sebagai pedoman untuk pelaporan keuangan pada penawaran transnasional, telah mendorong adopsi IFRS diAmerika SerikatPada 14 November, 2008 SEC mengumumkan bahwa mereka mengantisipasi Amerika Serikat akan mengadopsi IFRS pada tahun 2014 awal, bersama dengan peta jalan dan tujuan yang harus dicapai dalam rangka memenuhi timeline diperkirakan.GAAP vs IFRSMeskipun GAAP dan IFRS masih menutupi masalah yang sama dan memberikan bimbingan untuk akuntan dan laporan keuangan mereka, ada banyak perbedaan yang harus diambil selama proses konversi. Dalam Standar Pelaporan Akuntansi Internasional (IFRS): Sebuah Backgrounder AICPA dikembangkan pada tahun 2008, AICPA menyatakan bahwa FASB dan IASB telah bekerja untuk berkumpul topik dari IFRS dengan US GAAP dalam rangka untuk mengurangi masalah apapun terangsang oleh perbedaan utama antara dua set standar. AICPA juga daftar beberapa perbedaan signifikan yang masih tetap selama proyek konvergensi:IFRS tidak mengizinkan terakhir In First Out (LIFO) sebagai metode pembiayaan persediaan.IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada metode dua langkah yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin.IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan tujuan pengukuran untuk kontinjensi.IFRS tidak mengizinkan menyembuhkan pelanggaran perjanjian utang setelah akhir tahun.IFRS panduan tentang pengakuan pendapatan kurang luas daripada GAAP dan mengandung relatif sedikit instruksi spesifik industri (AICPA, 2008).Situs IFRS (http://www.ifrs.com) juga menyebutkan perbedaan-perbedaan ini bersama dengan apa yang mereka percaya adalah ketidaksamaan terkemuka, IFRS menyediakan kurang detail keseluruhan IFRS cocok menjadi satu buku, sekitar dua inci tebal. Sebaliknya, US GAAP berisi sekitar 17.000 halaman aturan rinci dan bimbingan? (IFRSFAQ,? 2008). AS harus menemukan cara untuk menyelesaikan akuntansi mereka tanpa semua pedoman tambahan yang diberikan oleh US GAAP. FASB dan IASB baik harapan untuk menyelesaikan sebagian besar masalah besar sebelum SEC izin perusahaan publik untuk menerapkan IFRS dengan akuntansi mereka.SEC RoadmapSejak tahun 1988, SEC telah memainkan peran utama dalam upaya internasional untuk mendapatkan satu set standar akuntansi pokok. Masalah berulang bahwa SEC telah membawa adalah bahwa emiten yang ingin meningkatkan modal di lebih dari satu negara dihadapkan dengan biaya kepatuhan meningkat dan inefisiensi mempersiapkan beberapa set laporan keuangan untuk memenuhi persyaratan akuntansi yang berbeda yurisdiksi? (AICPA, 2008). Mereka mendorong untuk satu set standar yang perusahaan dengan urusan lintas batas dapat mematuhi. Pada tanggal 14 November 2008, SEC membuat pernyataan publik dan mengusulkan sebuah roadmap yang mencakup pedoman dasar yang diperlukan untuk diselesaikan oleh perusahaan publik AS untuk kemajuan dalam penerapan IFRS. Pada 17 Juni 2008, Presiden Obama mengumumkan bahwa kemajuan yang luas itu harus dibuat mengenai pengembangan seperangkat global premi standar akuntansi oleh kesimpulan dari 2009 (IFRSFAQ, 2008?). Menurut peta jalan, antara tahun 2011 dan 2012, Kanada, India, dan perusahaan Meksiko dijadwalkan untuk mengadopsi IFRS dan antara 2014 dan 2016, pelapor dipercepat besar, pelapor dipercepat, dan lebih kecil perusahaan publik AS akan diminta untuk beralih ke IFRS (AICPA, 2008). Meskipun timeline adalah mungkin, itu akan menjadi sulit bagi perusahaan untuk beralih begitu cepat dan akan ada berbagai tantangan yang timbul selama proses tersebut. Lebih banyak orang perlu informasi tentang IFRS dan menerima konversi. Adopsi memerlukan berpendidikan, orang-orang bisnis berpikiran terbuka yang bersedia untuk belajar dan melakukan tantangan ini.Adopsi IFRS: Tantangan dan PeluangTidak peduli seberapa kecil proses konversi, banyak ta