bahan tambahan pangan

Upload: yossilisnayenti

Post on 18-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    1/22

    BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    (BTP)

    Makalah

    disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pangan

    Oleh:

    Fitri Diani

    Dessy Nursetiani R

    Hagianing Kasih

    Agustina Sihombing

    Krisha Nurul A.

    Irma Srie Wulandary

    Anandila Muqita

    P17331111011

    P17331111025

    P17331111008

    P17331111030

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    2/22

    P17331111028

    P17331111007

    P17331111020

    KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

    JURUSAN GIZI

    2013

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah swt. pemilik segala yang bernyawa dan penguasa segala keteraturan, yang

    senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi untuk memenuhi salah satu tugas Mata

    Kuliah Mata Kuliah Teknologi Pangan dengan harapan dapat menambah wawasan bagi penulis

    khususnya dan para pembaca makalah ini.

    Makalah ini memuat tentang Bahan Tambahan Pangan. Penulis menyadari bahwa makalah ini

    jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik ditinjau dari isi maupun dari segi

    penyajiannya. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran daripembaca sehingga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

    Bandung, 26 Mei 2013

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    3/22

    Penulis

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Rumusan Masalah

    1.3 Tujuan

    1.4 Manfaat

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1 Bahan Tambahan Pangan

    2.2 Fungsi dan Tujuan Bahan Tambahan Pangan

    2.3 Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan

    2.4 BTP Terlarang Dan Berbahaya

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    4/22

    BAB III PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pangan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dasar yang penting untuk kehidupan manusia

    dan yang paling hakiki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada umumnya dalam

    mengolah pangan diberikan beberapa perlakuan dalam berbagai cara antara lain dengan

    penambahan bahan tambahan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan,

    memperbaiki tekstur, kelezatan atau kenampakan.

    Mengingat pentingnya keamanan pangan maka telah diwujudkan oleh pemerintah dengan di

    keluarkannya Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Undang-undang

    Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004

    tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. (Anggrahini, 2008)

    Teknologi pengolahan pangan di Indonesia sekarang berkembang cukup pesat, diiringi dengan

    penggunaan bahan tambahan pangan yang juga makin meningkat. Berkembangnya produk

    pangan awet saat ini, hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat

    terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet. Kesalahan teknologi dan penggunaan

    bahan tambahan yang diterapkan, baik sengaja maupun tidak disengaja dapat menyebabkan

    gangguan pada kesehatan atau keamanan konsumen. (Anggrahini, 2008)

    Munculnya masalah keamanan pangan salah satu penyebabnya adalah adanya bahan kimia

    berbahaya yang masuk kedalam tubuh manusia yang berasal dari bahan tambahan dan

    kontaminan. Penggunaan bahan tambahan pangan yang baik dan sesuai dengan ketentuan,

    menjadi harapan para konsumen. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih lanjut

    mengenai bahan tambahan pangan (BTP).

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    5/22

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa itu Bahan Tambahan Pangan?

    2. Apa fungsi dan tujuan Bahan Tambahan Pangan ?

    3. Apa saja jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui apa itu Bahan Tambahan Pangan

    2. Mengetahui Fungsi dan tujuan Bahan Tambahan Pangan

    3. Mengetahui jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan

    1.4 Manfaat

    Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para

    pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai

    penambahan bahan tambahan pangan.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Bahan Tambahan Pangan

    Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut Permenkes 722, 1988 adalah bahan yang biasanya

    tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan,

    mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam

    makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan,

    penyiapan, perlakuan, pegepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan

    untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu

    komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Viana, 2012).

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    6/22

    Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada

    bab I pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang

    ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk

    makanan (Viana, 2012).

    Menurut FAO (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke

    dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan,

    pengemasan dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk,

    cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan

    (ingredient) utama. Menurut codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim

    dikonsumsi sebagai makanan , yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan

    makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak. (Viana, 2012).

    Pemakaian bahan tambahan pangan (BTP) di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan.

    Sementara, pengawasannya dilakukakan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan (Dirjen POM). (Viana, 2012).

    Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

    Dimaksudakan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan

    Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah

    Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak

    memenuhi persyaratan

    Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

    Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang

    telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan

    tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily

    Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/

    melindungi kesehatan konsumen.

    Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan

    ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatandiatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1168/MenKes/Per/X/1999.

    Menurut Depkes RI (2004) yang dikutip oleh Sari (2010), pada dasarnya pesyaratan bahan

    tambahan pangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksikologi

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    7/22

    2. Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang diperlukan dalam

    penggunaanya.

    3. Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu sesuai

    dengan perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi.

    4. Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah ditetapkan.

    5. Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika maksud

    penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara ekonomis dan teknis.

    6. Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi agar makanan tertentu dengan maksud

    tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin tetapi masih berfungi

    seperti yang dikehendaki (Viana, 2012).

    2.2 Fungsi dan Tujuan Bahan Tambahan Pangan

    Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau

    mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah

    dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.

    Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk:

    1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau

    mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.

    2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.

    3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik

    4. Meningkatkan kualitas pangan.

    5. Menghemat biaya.

    Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokan BTP yang diizinkan

    digunakan dalam makanan menurut peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88adalah sebagai berikut:

    1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.

    Contoh pewarna sintetik adalah amaranth, indigotine, dan nafthol yellow.

    2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang

    tidak atau hamper tidak memiliki nilai gizi. Contohnya adalah Sakarin, Siklamat dan Aspartam.

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    8/22

    3. Pengawet yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi,

    pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.

    Contohnya: asam asetat, asam propionat dan asam benzoat.

    4. Antioksidan yaitu BTP yang dapat memghambat atau mencegah proses oksidasi lemak

    sehingga mencegah terjadinya ketengikan. Contohnya adalah TBHQ (tertiary

    butylhydroquinon).

    5. Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya makanan serbuk, tepung

    atau bubuk.contohnya adalah: kalium silikat.

    6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menembah

    atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya Monosodium Glutamate (MSG).

    7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar), yaitu BTP yang dapat

    mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan. Contohnya agar,alginate, lesitin dan gum.

    8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan

    atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan. Contohnya adalah asam

    askorbat dan kalium bromat.

    9. Pengemulsi, pemantap dan pengental, yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya

    dan memantapkan system disperse yang homogen pada makanan.

    10. Pengeras yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan.Contohnya adalah kalsium sulfat, kalsium klorida dan kalsium glukonat.

    11. Sekuestan, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang terdapat dalam makanan,

    sehingga memantapkan aroma, warna dan tekstur. Contohnya asam fosfat dan EDTA (kalsium

    dinatrium edetat).

    12. BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tapi tidak termasuk golongan diatas.

    Contohnya antara lain: enzim, penambah gizi dan humektan.

    2.3 Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan

    Di Indonesia, penggunaan BTP telah diatur sejak tahun 1988 dalam Permenkes No.

    722/MenKes/Per/IX/1988 yang dikuatkan dengan Permenkes No.1168/MenKes/Per/1999

    menyebutkan bahwa yang termasuk BTP adalah pewarna, pemanis buatan, pengawet,

    antioksidan, antikempal, penyedap dan penguat rasa, pengatur keasaman, pemutih dan

    pematang tepung, pengemulsi, pengental, pengeras, dan sekuestran (untuk memantapkan

    warna dan tekstur makanan). (Puspasari, 2007)

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    9/22

    A. BERDASARKAN CARA PENAMBAHAN

    Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, denganmengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan

    kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan

    pengeras.

    2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak

    mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah

    sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan

    pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja

    ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus

    terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam

    golongan ini adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan

    rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.

    B. BERDASARKAN FUNGSI

    Berdasarkan fungsinya, menurut peraturan Menkes No. 235 tahun 1979, BTP dapat

    dikelompokan menjadi 14 yaitu : Antioksidan; Antikempal; Pengasam,penetral dan pendapar;

    Enzim; Pemanis buatan; Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi,

    pemantap dan pengental; Peneras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa da aroma,

    Sekuestran; dll. BTP dikelompokan berdasarkan tujuan penggunaanya di dalam pangan.

    Pengelompokkan BTP yang diizinkan digunakan pada makanan dapat digolongkan sebagai :

    Pewarna; Pemanis buatan; Pengawet; Antioksidan; Antikempal; Penyedap dan penguat rasa

    serta aroma; Pengatur keasaman; Pemutih dan pamatang tepung; Pengemulsi; Pemantap dan

    pengental; Pengeras, Sekuestran, Humektan, Enzim dan Penambah gizi.

    1. Pewarna

    Pewarna adalah bahan yang dapat memberikan atau memperbaiki warna pada makanan.

    Dengan menggunakan pewarna, makanan bisa tampak lebih menarik danmenjadi lebihbervariasi.

    Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk membei kesan menarik bagi

    konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna, menutupi perubahan warna

    selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. Pemerintah

    telah mengatur penggunaan pewarna ini, namun masih banyak produsen pangan yang

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    10/22

    menggunakan bahan-bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk

    tekstil atau cat yang umumnya mempunyai warna lebih cerah, lebih stabil selama

    penyimpanan, dan harga lebih murah. Alternatif lain untuk menggantikan penggunaan pewarna

    sintetis adalah dengan menggunakan pewarna alami seperti ekstrak daun pandan atau daun

    suji, kunyit, dan ekstrak buah-buahan yang lebih aman. Beberapa pewarna alami yang diizinkandigunakan dalam makanan diantaranya adalah : Karamel, Beta-karoten, Klorofil, dan Kurkumin.

    Secara garis besar berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna, yaitu pewarna alami

    dan pewarna sintesis. Beberapa pewarna alami yang ikut menyumbangkan nilai nutrisi (

    karotenoid, riboflavin dan kobalamin) merupakan bumbu (unir dan pabrika) atau pemberi rasa

    (karamel). Beberapa bahan pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan diantaranya

    adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, antosianin, flavonoid, thanin, betalain, quinon dan

    santon serta karotenoid.

    Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam bahan pangan disebut sebagai PermittetColour atau Certified Colour. Proses sertifikasi meliputi pengujian kimia, biokimia, toxikologi

    dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Pemakaian bahan sintetis dalam pangan

    walaupun mempunyai dampak positif bagi konsumen dan produsen diantranya dapat membuat

    suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengemabalikan warna dari bahan

    dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan juga mempunyai dampak negatif bila:

    a. Dimakan dalam jumlah kecil namun berulang

    b. Dimakan dalam jangka waktu lama

    c. Daya tahan tubuh yang berbeda-beda

    d. Pemakaian secara berlebihan

    e. Penyimpanan yang tidak memenuhi syarat

    2. Pemanis Buatan

    Zat pemanis sintesi merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu

    mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya

    jauh lebih rendah dari pada gula (winarno, 1997).

    Tanaman penghasil pemanis utama adalah tebu (saccharum officanarum L) dan bit (beta

    fulgaris L). Beberapa bahan pemanis yang sering digunakan adalah

    1. Sukrosa 6. D-Fruktosa

    2. Laktosa 7. Sorbitol

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    11/22

    3. Maltosa 8. Manitol

    4. Galaktosa 9. Gliserol

    5. D-Glukosa 10. Glisina

    Pemanis sintesis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis terhadap bahan

    pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Contohnya :

    1. Sakarin 4. Dulsin

    2. Siklamat 5. Sorbitol sintesis

    3. Aspartam 6. Nitro-propoksi anilin

    Tujuan penggunaan pemanis sintesis

    Sebagai pangan bagi penderita diabetes melitus, karena tidak menimbulkan kelebihan gula

    darah

    Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan

    Sebagai penyalut obat

    Menghindari kerusakan gigi pada industri

    Menekan biaya produksi

    3. Pengawet

    Bahan pengawet umumnya digunakan untuk memperpanjang masa simpan bahan makanan

    yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses

    degradasi bahan pangan terutama yang disebabkan oleh faktor biologi. Penggunaan pengawet

    dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin

    efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkanmakanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba

    perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda. Zat pengawet dibedakan menjadi

    pengawet oganik dan anorganik.

    a. Zat pengawet anorganik

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    12/22

    Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen peroksida, nitrat dan

    nitrit. Selain sebagai pengawet sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu

    akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sulfur dioksida

    berfungsi sebagai anti oksidan dan meningkatkan daya kembang terigu.

    Garam nitrat dan nitrit digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang

    baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti clostridum botulinum. Selain nitrit, ada juga

    bahan pengawet alami yang lain, seperti :

    Gula merah: Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya

    gula tebu.

    Garam: Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut.

    Ikan asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.

    Kunyit: Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaankunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.

    Kulit kayu manis: Di beberapa tempat di belahan Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang

    berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis

    juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.

    Cengkih : Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman

    cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.

    b. Zat pengawet organik

    Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet adalah asam sorbat, asam propionat,

    asam benzoat, asam asetat, dan epoxida.

    Benzoat: Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat

    (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus,

    selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.

    Sulfit: Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan

    kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.

    Propil galat: Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan

    permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat

    digunakan sebagai antioksidan.

    Garam nitrit: Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini

    terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    13/22

    seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering. Perkembangan mikroba

    dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging

    yang dapat membusukkan daging.

    Asam asetat: Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini

    menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena

    bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering dipakai sebagai

    pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam asetat mempunyai sifat

    antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan

    saus cabai.

    Propianat: Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan

    garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat

    menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan

    makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.

    Sorbat: Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat.Sorbat

    sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat

    sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan

    pada tingkat yang diperbolehkan.

    c. Tujuan penggunaan bahan pengawet

    Secara umum penambahan pengawet pada penambahan bahan pangan bertujuan sebagai

    berikut :

    Menghambat mikroba pembusuk pada pangan, baik yang bersifat patogen maupun yang

    tidak bersifat patogen

    Memperpanjang umur simpan pangan

    Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan yang diawetkan

    Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah

    Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak

    memenuhi persyaratan

    Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

    4. Antioksidan

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    14/22

    Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan pangan.

    Penggunaan antioksidan yaitu pada lemak hewani, minyak nabati, produk lemak tinggi, produk

    daging, produk ikan, dll. Antioksidan digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada

    makanan akibat proses oksidasi lemak, atau minyak yang terdapat di dalam makanan.

    Jenis antioksidan :

    Asam askorbat

    Asam eritrobat

    Askorbil palmitat

    Askorbil stearat

    Butil hidroksianisol (BHA)

    Butil hidroksitoluen

    Dilauril tiodipropionat

    Propilgalat

    Timah 2 klorida

    Alpatokoferol

    5. Antikempal

    Antikempal adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan

    berupa serbuk dan tepung. Jenis antikempal :

    Garam stearat

    Kalsium fosfat

    Natrium ferosianida

    Magnesium oksida

    Garam-garam asam silikat

    6. Penyedap dan penguat rasa serta aroma

    Penyedap rasa dan aroma adalah bahan tambahan pangan yang dapat memberikan,

    menambah atau mempertegas rasa dan aroma (menkes RI, 1988).

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    15/22

    Tujuan penggunaan :

    Merubah aroma hasil olahan

    Modifikasi pelengkap atau penguat aroma

    Menutupi atau menyembunyikan aroma yang tidak disukai

    Membentuk aroma baru atau menetralisir bahan pangan

    Jenis bahan penyedap

    Penyedap alami

    Penyedap alami berasal dari bumbu, herba dan daun.

    Contoh bumbu : merica, kayu manis, pala, jahe dan cengkeh.

    Contoh herba (sebangsa rumput) dan daun : sereh, daun pandan, daun salam, rosemari,

    oregano, tarragon dan marjoran.

    Minyak esensial dan turunannya

    Minyak esensial dihasilkan dari bagian-bagian tanaman seperti bunga (minyak neroli), tunas

    (cengkeh), biji (merica, ketumbar, adas), buah (limau), dsb.

    Oleoresin

    Dibuat dari proses perkolasi zat pelarut yang bersifat volatil terhadap bumbu atau herba yang

    telah digiling

    Isolat penyedap

    Untuk mendapatkan penyedap alami dapat dilakukan isolasi komponen yang terdapat dalam

    bahan yaitu dengan memisahkan masing-masing zat penyedap aroma, contohnya isolasi minyak

    esensial tanaman dengan cara destilasi, kristalisasi dan ekstraksi.

    Penyedap dari sari buah

    Sari buah sebagian besar adalah air, mempunyai komponen aroma asam, warna dan bahan

    padat seperti gula, pektin dan mineral.

    Eksrak tanaman dan hewan

    Contoh : ekstrak kopi, coklat, vanili dan sebagainya

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    16/22

    Penyedap sintesis

    Beberapa komponen penyedap sintesis berperan sebagai penguat aroma pada penyedap alami,

    contoh asetel dehida. Contoh penyedap sintesis yang memberikan aroma etil butirat atau etil 3

    hidroksi butirat dapat memberikan aroma anggur. Sedangkan contoh bahan aromatik kimia

    sebagai penyedap yaitu eter, asam, alkohol, keton, lakton, merkaptan, dll.

    7. Pengatur keasaman

    Pengatur keasaman merupakan senyawa kima yang bersifat asam dan merupakan salah satu

    dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan berbagai

    tujuan.

    Fungsi pengatur keasaman pada makanan adalah untuk membuat makanan menjadi lebih

    asam, lebih basa, atau menetralkan makanan. Pengatur keasaman mungkin ditambahkan

    langsung ke dalam makanan, tetapi seringkali terdapat di dalam bahan-bahan yang digunakanuntuk membuat makanan. Beberapa pengatur keasaman yang diizinkan untuk digunakan dalam

    makanan, diantaranya adalah aluminium amonim/ kalium/ natrium sulfat, asam laktat, asam

    sitrat, kalium, dan natrium bikarbonat.

    8. Pemutih dan pamatang tepung

    Pemutih dan pematang tepung adalah bahan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan

    sekaligus pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu hasil pemanggangan,

    misalnya dalam pembuatan roti, kraker, biskuit, dan kue. Beberapa bahan pemutih dan

    pematang tepung yang diizinkan untuk makanan diantaranya adalah asam askorbat, kalium

    bromat, natrium stearoil-2-laktat.

    Pemutih dan pematang tepung

    Asam askorbat (vit C)

    Aseton peroksida

    Azodikarbonamida

    Kalsium steroil 2 laktilat, natrium stearil fumarat dan natrium stroil 2 laktilat

    L sistein

    Bahan pengeras

    Aluminium amonium sulfat

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    17/22

    Aluminium kalium sulfat

    Kalsium karbonat

    Kalsium klorida

    Kalsium sitrat

    Kalsium fosfat, dll

    9. Pengemulsi

    Pengemulsi adalah suatu bahan yang dapat mengurangi kecepatan tegangan permukaan dan

    tegangan dua fase yang dalam keadaan normal tidak saling melarutkan, menjadi dapat

    bercampur dan selanjutnya dapat membentuk emulsi.

    Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengenatl dalam makanan adalah untuk memantapkanemulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara

    bagian lemak dan air, serta mempunyai tekstur yang kompak. Bahan-bahan pengemulsi,

    pemantap dan penstabil yang diizinkan digunakan dalam makanan diantaranya agar, alginate,

    dekstrin, gelatine, gum, karagenan, lesitin, CMC, dan pektin.

    Nama Bahan Tambahan Pangan

    Jenis Bahan Pangan

    Agar

    Es krim, yoghurt, keju olahan, sardin, kaldu

    Amonium alginat

    Es krim

    Asam alginat

    Sardin, keju

    Asetil dipati adipat

    Yoghurt, kaldu

    Asetil dipati gliserol

    Es krim, sardin, sayur kalengan, pangan bayi

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    18/22

    Dekstrin

    Es krim, yoghurt, keju, kaldu

    Dikalsium fosfat

    Keju, susu evaporasi, SKM, krim, susu bubuk

    Dinatrium bifosfat

    Keju

    10. Pengeras

    Pengeras ditambahkan ke dalam makanan untuk membuat makanan menjadi lebih keras atau

    mencegah makanan menjadi lebih lunak. Beberapa bahan pengeras yang diizinkan untuk

    makanan diantaranya kalsium glukonat, kalsium klorida, dan kalsium sulfat.

    11. Sekuestran

    Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada makanan sehingga

    memantapkan warna dan tekstur makanan, atau mencegah perubahan warna-warna makanan.

    Beberapa bahan sekuestrans yang diizinkan untuk makanan di antaranya adalah asam fosfat,

    iso propil sitrat, kalsium dinatrium edetat (EDTA), monokalium fosfat, dan natrium pirofosfat.

    12. Enzim dan Penambah gizi.

    Enzim yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat menguraikan

    komponen pangan tertentu secara enzimatis, sehingga membuat makanan menjadi lebih

    empuk, lebih larut dll. Penambahan gizi yaitu penambahan berupa asam amino, mineral dan

    vitamin, baik tunggal maupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.

    Humektan yaitu BTP yang dapat menyerap uap air sehingga mempertahankan kadar air bahan

    pangan.

    Bahan tambahan yang dinyatakan berbahaya bagi kesehatan karena alasan biaya. Tidak jarang,

    produk pangan ditambahkan zat yang bukan untuk makanan tapi untuk industri lain, misalnya

    untuk tekstil, dan cat. Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) menemukan banyak produk-produk yang mengandung formalin. Formalin bersifat desinfektan, pembunuh hama, dan sering

    dipakai untuk mengaetkan mayat. Pewarna tekstil seperti Rhodamin B sering pula ditemukan

    pada kerupuk dan terasi. Mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin atau Rhodamin

    dapat menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh dan kanker.

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    19/22

    Dapat kita ketahui banyak jenis BTP yang dapat digunakan secara legal. Namun pada

    kenyataannya masih banyak para produsen makanan yang menggunakan bahan additive

    terlarang pada makanan terutama makanan kecil.

    Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan menurut PerMenkes RI

    Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, sebagai berikut :

    1. Natrium tetraborat (boraks)

    2. Formalin (formaldehyd)

    3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)

    4. Kloramfenikol (chlorampenicol)

    5. Kalium klorat (pottasium clorate)

    6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate, DEPC)

    7. Nitrofuranzon (nitrofuranzone)

    8. P-Phenetil Karbamida (p-Phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)

    9. Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)

    Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI nomor 1168/Menkes/PER/X/1999, selain bahan

    tambahan diatas masih ada tambahan kimia yang dilarang seperti Rhodamin B (Pewarna

    merah, methanyl yellow (pewarna kuning), Dulsin (pemanis sintetis) dan kalsium bromat

    (pengeras).

    Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak dizinkan

    digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih,

    tidak berbau, dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi

    natrium hidroksida dan asam borat.

    Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, sebagai

    pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Boraks ini sering disalah gunakan untuk dicampurkan

    dalam pembuatan baso, tahu, ikan asin, mie dll.

    Boraks bersifat iritan dan racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal

    dan hati. Jika tertelan dapat menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal. Kalau

    digunakan berulang-ulang serta kumulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak.

    Asam boraks ini akan menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala kerusakan seperti

    rasa mual, muntah, diare, kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    20/22

    darah, kejang-kejang akibatnya koma, bahkan kematian dapat terjadi karena ada gangguan

    sistem sirkulasi darah.

    Asam salisilat sering disebut aspirin. Pada aspirin ini adalah analgetik dan anti-inflamasi.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi jumlah asam folat dalam darah,

    meskipun kepastian perubahan belum terbukti. Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid)

    dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka.

    Namun, penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang diatur Pemerintah

    Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan pada produsen-produsen

    makanan yang nakal.

    Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia. Pasalnya,

    asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air,

    asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan

    nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.

    Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup sayuran nonorganik

    mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup sayuran organik. Kandungan

    asam salisilat dalam tanaman secara alami berguna untuk tanaman bertahan dari serangan

    penyakit. Namun bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh,

    maka gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah

    dan kanker saluran pencernaan.

    Dietilpirokarbonat (DEP) termasuk di dalam bahan kimia karsinogenik mengandung unsur kimia

    C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yg tdk ditemukan dlm produk-produk alami dandigunakan sebagai pencegah peragian pada minuman yang mengandung alkohol maupun

    minuman yang tidak beralkohol. DEP sering digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus

    jeruk dan minuman buah-buahan lain sehingga minuman ini dapat bertahan lama. DEP apabila

    masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi dalam jangka panjang, dapat memicu timbulnya

    kanker.

    Dulsin adalah pemanis sintetik yang memiliki ras manis kira-kira 250 kali dari sukrosa atau gula

    tebu, yang tidak ditemukan pada produk-produk pemanis alami lainnya. Dulsin telah diusulkan

    untuk digunakan sebagai pemanis tiruan. Dulsin ditarik total dari peredaran pada tahun 1954

    setelah dilakukan pengetesan dulsin pada hewan dan menampakkan sifat karsinogenik yang

    dapat memicu munculnya kanker.

    Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk

    pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika

    kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang

    terdapat dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    21/22

    menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin adalah larutan 37 persen formaldehida dalam

    air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen metanol untuk mencegah polimerasi.

    Formalin dapat dipakai sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam

    biologi. Zat ini juga merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus

    kimia HCHO.

    Kalium bromat (potasium bromat) digunakan untuk memperbaiki tepung yang dapat

    mengeraskan kue. Kalium bromat digunakan para pembuat roti maupun perusahaan pembuat

    roti untuk membantu proses pembuatan roti dalam oven dan menciptakan tekstur bentuk yang

    lebih bagus pada proses penyelesaian akhir produknya.bila digunakan dalam jumlah kecil, zat

    ini akan hilang selama pembakaran atau pemanasan. Bila terlalu banyak digunakan,sisas kalium

    bromat akan tetap banyak dalam roti.

    Kalium bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen, pemicu

    kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga advokasi nutrisidan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, mengajukan permohonan kepada food and Drug

    Administration (FDA) untuk melarang penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa,

    Inggris, da Kanada, kalium bromat telah dilarang mulai 1990 an.

    Kalium klorat (KClO3) salah satu fungsinya sebagai pemutih, sehingga sering dimasukkan dalam

    obat kumur pemutih dan pasata gigi. Sejak tahun 1988, Pemerintah Indonesia sudah melarang

    penggunaan kalium klorat sebagai bahan tambahan makanan karena senyawa ini dapat

    merusak tubuh bahkan kematian. Jika terpapar dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

    methemoglobinemia (kelainan dalam darah), kerusakan hati dan ginjal, iritasi pada kulit, mata,

    dan saluran pernapasan. Bila dimakan bersamaan dengan produk pangan, kalium klorat dapat

    menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, gejalanya mual, muntah dan diare.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

  • 5/28/2018 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

    22/22

    Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam

    makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan teribat dalam proses pengolahan,

    pengemasan, dan atau penyimpanan.

    BTP secara umum bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi makanan, memperbaiki nilai

    estetika dan sensori makanan. Dan memperpanjang umur simpan (shelf life) makanan.

    Fungsi BTP berdasarkan yaitu sebagai: Antioksidan; Antikempal; Pengasam,penetral dan

    pendapar; Enzim; Pemanis buatan; Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet;

    Pengemulsi, pemantap dan pengental; Pengeras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa

    dan aroma, Sekuestran; dll

    BTP yang dilarang penggunaannya: Boraks, formalin, minyak nabati yang dibrominasi,

    dietilpirokarbonat kloramfenikol, kalium klorat, nitrofurazon, dulcin, asam salisilat dan

    garamnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggrahini, Sri. 2008. Keamanan Pangan Kaitannya dengan Penggunaan Bahan Tambahan dan

    Kontaminan. Diakses di : http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/732_pp0906016.pdf pada tanggal

    24 Mei 2013.

    Puspasari, Karen. 2007. Aplikasi Teknologi Dan Bahan Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan

    Umur Simpan Mie Basah Matang. Diakses Di:

    Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/11791/F07kpu.Pdf pada tanggal 24

    Mei 2013.

    Saparinto, Cahyo dan Hidayati, Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

    Viana, Aktia. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang Makanan

    yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar

    Kecamatan Medan Deli Tahun 2011. Diakses di:

    http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31260 pada tanggal 25 Mei 2013.