bahan sgd lbm 6 blok 18
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
1/19
Nama : Lita Paramita
NIM : 112100146
LBM 6 Blok 18
SGD 4 FKG 2010
Pengertian Maloklusi
Maloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi juga
diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan
dengan bentuk rongga mulut serta fungsi
Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar
rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut. Misalnya, ukuran rahang mengikuti garis
keturunan Ibu, dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis
keturunan bapak yang giginya lebar-lebar. Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di
dlaam lengkung gigi.
Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang
terganggu.
2.1.1 Macam-macam Maloklusi
Maloklusi dibagi 3:
1. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawahterhadap tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan
2. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadaptulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan
rahang
3. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguansaat dipakai untuk mengunyah
2.2 Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle
Kelas I Angle
Tonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah Neutroklusi
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang-1.png -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
2/19
kelas 1 angle
Kelas II Angle
Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1 telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawah gigi M1 bawah lebih ke distal : Distoklusi
kelas II angle
Kelas III Angle
Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1 Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawah Gigi M1 bawah lebih ke mesial : Mesioklusi
kelas III angle
2.2.1 Kekurangan Klasifikasi Angle
Klasifikasi Angle ini masih merupakan system yang belum sempurna, masih terdapat
kekurangan-kekurangan pada system ini, karena Dr.Angle hanya berdasarkan hubungan
gigi-gigi saja dan oklusi antara lengkung gigi dirahang atas dan rahang bawah. Hingga
sekarang klasifikasi Dr.Angle masih banyak dipakai. Selain itu, system ini terbatas dan
tidak dapat dipakai untk segala keadaan sehingga dengan sstem ini kita tidak dapat
memecahkan masalah tentang hubungan gigi-gigi. Sebaba diagnose intra oral tidak
mencukupi untuk menentukan suatu anomaly, sebaiknya kita menggunakan ekstra oral
dan diagnosis cephalometrik sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas.
Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed point dalam menentukan klasifikasi dalam
maloklusi, maka kita akan kecewa, sebab suatu hubungan mesio-distal yang normal dari
molar-molar. Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang
dinamakan fixed point, khususnya pada masa pertumbuhan. Kita masih menggunakan
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang3.pnghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang-2.pnghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang3.pnghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang-2.png -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
3/19
klasifikasi dari Dr.Angle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan
saja.
Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari
maloklusi, maka kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik.
Bukan suatu diagnosis, hanya suatu penggolongan.
2.2.2 Batasan untuk Klasifkasi Menurut Angle dalam penilaian maloklusi.
Penilaian masalah vertical dan transversal tidak termasuk ke dalam klasifikasi menurut
Angle. Overbite secara umum digunakan untuk mengukur hubungan oklusal vertical pada
gerigi , tapi tidak digunakan untuk pengukuran untuk hubungan vertical dari struktur
facial skeletal. Crossbites pada bidang transversal dapat berupa masalah sederhana
seperti masalah antar 2 gigi atau yang kompleks yang melibatkan sebagian besar gigi
posterior maxilla dan mandibula. Klasifikasi Angle tidak menilai masalah-masalah seperti
rotasi , crowding, dan spacing yang terjadi pada gigi. Faktor lain seperti
ketidakadaan gigi karena factor turunan atau impaksi gigi yang membutuhkan perawatan
orto , tidak berhubungan dengan klasifikasi menurut Angle. Karena itulah, percobaan
epidemiologi tidak dapat mengandalkan system klasifikasi Angle , karena factor penting
seperti alignment gigi, overbite,overjet, dan crossbite tidak dapat diukur.
Pengetahuan tntang hubungan antara the angle classes dan alignment gigi, serta
masalah transversal dan vertical sangat berguna pada perlakuan kesehatan. Hubungan ini
sangat membantu untuk membedakan antara masalah maloklusi simple seperti alignment
problem pada maloklusi kelas 1 dengan maloklusi yang lebih kompleks seperti maloklusi
divisi 1 kelas2 dengan crossbite posterior dan anterior.
Beberapa pendapat tentang klasifiksi Angle bersifat sangat subjektif untuk ukuran
epidemiologi. Pembahasan ini dapat berlaku saat investigator tidak menyusun batas
objektif pada variable seperti tooth crowding dan posisi anteroposterior gigi M1.
Sebagai contoh, seseorang dengan hubungan molar kelas 1 dapat memiliki oklusi yang
ideal ,oklusi normal, dan maloklusi kelas 1. Tiga grup ini dapat dibedakan dengan
mendapatkan pengukuran secara objektif dari incisor yang tidak beres dan penilaian
oklusi ideal dengan skor 0 (alignment sempurna) , oklusi normal dengan skor 1 dan skor
untuk maloklusi tingkat 1 adalah >1. Terdapat kemiripan pada beberapa hubungan M1
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
4/19
antara kelas 1 dan 3, dan kelas 1 dan 2.Hubungan molar kelas 1, 2, dan 3 dapat dibedakan
dengan dibuat sebuah jarak yang objektif, seperti 2mm mesial dan distal ke buccal
groove dari bagian bawah M1 .
2.3 Klasifikasi Incisivus
1. Kelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah cingulumplateau incisive rahang atas
kelas I incisivus
1. Kelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian palatalsampai cingulum plateau pada incisive rahang atas. Terbagi menjadi:
kelas II incisivus
1.1. Pembagian :
kelas II incisivus divisi 1
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in1.jpg -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
5/19
2. Pembagian 2: central incisor rahang atas mengalami retroklinasi
kelas II incisivus divisi 2
1. Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagiananterior sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah
kelas III incisivus
Pada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm. overbite
terjadi saat incisive rahang atas menutupi sampai 1/3 incisive bagian bawah pada saat
oklusi.
2.4 Klasifikasi caninus:
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in3.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in3.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-2.jpg -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
6/19
1. Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan
premolar satu rahang bawah
2. Kelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara caninerahang bawah dan premolar satu rahang bawah.
kelas II caninus
3. Kelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara caninerahang bawah dan premolar satu rahang bawah.
2.5 Klasifikasi Skeletal
Hubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang, dan variasi
pada setiap bidang bisa mempengaruhi.
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca1.jpg -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
7/19
Hubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah, satu
sama lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi, disebut sebagai hubungan
skeletal. Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola
skeletal. Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan, yaitu:
1. Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal padakeadaan oklusi.
kelas I skeletal
2. Klas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, terletak lebih ke belakangdalam hubungannya dengan rahang atas, dibandingkan pada Klas 1 skeletal.
kelas II skeletal
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk1.jpg -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
8/19
3. klas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depandaripada kelas 1 skeletal.
kelas III skeletal
Contoh dari Klas 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tentu saja, di sini ada
berbagai macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatal.
Gambar 4. 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-
gigi jika posisi gigi pada rahang tetap konstan.
Variasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan oleh:
1. Variasi ukuran rahang2. Variasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kranium
Jadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang
lainnya pada dimensi anteroposterior, akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2
atau 3 skeletal. Selanjutnya, jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau kedepan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium, juga bisa terbentuk
hubungan kelas 2 atau 3 skeletal.
Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi.
Idealnya, kedua rahang cocok ukurannya, sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi
transversal adalah tepat. Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain
sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh, menimbulkan
gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar, atau oklusi lingual dari gigi-gigi
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk3.jpg -
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
9/19
bawah jika rahang atas yang lebih lebatr. Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau
bilateral.
Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi. Efeknya paling
jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium. Mandibula dengan
sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih
panjang, dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior.
Sebaliknya, mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi
vertikal wajah yang lebih pendek.
2.6 Klasifikasi Profitt-Ackerman
Di tahun 1960-an, Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada
metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk
digambarkan secara sistematis pada klasifikasi. Pendekatan tersebut menutupi
kelemahan utama skema Angle. Secara spesifik, ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan
dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion, (2) mengenali
hubungan antaraprotrusiondan crowding, (3) menyertakan bidang transversal dan
vertikal dan juga anteroposterior, dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi
rahang pada titik yang tepat, yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang.
Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam
evaluasi diagnostik lengkap.
Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan
seperti awalnya, sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama.
Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi
jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi, pada senyum dan juga
saat istirahat.
Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem Klasifikasi
Dua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah: (1) mengevaluasi
orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan
tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3
dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar
daerah dari setiap alat.
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
10/19
1. Estethic Line of DentitionPada analisis moderen, garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari
pertumbuhan gigi sangatlah penting. Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila
gigi anterior dan gigi posterior. Orientasi dari garis ini, seperti pada kepala dan rahang
yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis, perputaran
(roll), dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse, anteroposterior
dan vertikal.
1. Ketepatan, Perputaran, Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah
penggabungan dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian,
sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam
daftar masalah pasien. Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua
pergerakan secara translasi (ke depan/ke belakang, ke atas/ke bawah, ke kiri/ke kanan)
pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi
yang tepat, berputar atau bergeser (pitch, roll, dan yaw). Pengenalan dari rotasi aksis ke
dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan
ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas
terhadap setiap masalah yang ada.
Ketepatan, perputaran, dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna
untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak. Dari pandangan ini, rotasi ke
atas/ ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat
diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan. Ketepatan dari pertumbuhan gigi
cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan
klinis. Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di
wajah dapat diperhatikan secara klinis, tetapi harus dipastikan dengan
menggunakan cephalometric radiographpada klasifikasi akhir, di mana ketepatan
dinyatakan sebagai orientasi/patokan dari palatum, oklusal, dan daerah mandibula ke
bagian horisontal yang benar.
Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaran/rotasi ke atas dan ke bawah pada
satu sisi atau sisi yang lain. Pada percobaan klinis, hal ini sangat penting untuk
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
11/19
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
12/19
diagnostik.
Meskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik, ciri-ciri dentofacial harus
dapat menggambarkan lima karakteristik utama. Pemeriksaan lima karakteristik utama
sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik
untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan.
2.7 Maloklusi Dental dan Skeletal
Klasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacial
Penampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial, gigi anterior, orientasi terhadap garis estetik
oklusi, profil
Penjajaran (allignment)Rapat/ terdapat ruang, membentuk lengkung, simetris, orientasi terhadap garis
fungsional oklusi
AnteroposteriorKlasifikasi Angle, skeletal dan dental
TransverseCrossbite, skeletal dan dental
VertikalKedalaman menggigit, skeletal dan dental
2.8 Maloklusi dalam Sistem Stomatognatik
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap
kinerja mastikasi. Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah
memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya
normal.
Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja
mastikasi pada anak-anak. Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan
maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-
anak oklusi normal, dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja
mastikasinya, tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan
mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II.
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
13/19
Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan
memroses makanan. Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I, kelas II, dan
kelas III, individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang
lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik.
Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa
menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain,
khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan. Anggapan ini tidak benar
sejauh menyangkut oklusi alami. Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien
dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot. Kebanyakan peneliti sependapat
bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor, dengan maloklusi sebagai salah satu
faktor di antaranya, tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini.
Sebaliknya, penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk
menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan
disfungsi temporomandibular. Meskipun demikian, disfungsi oklusal bisa timbul akibat
perawatan ortodonsi, bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping
upaya untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal, perawatan ortodonsi juga harus
dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik.
Klas III Angle (mesioklusi)
Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati
bonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal
molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara
premolar pertama dan kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.
Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:
a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan
anterior insisal dengan insisal (edge to edge).
b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi
anterior hubungannya normal.
c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga
dagu penderita menonjol kedepan. (Hambali, Tono,1985)
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
14/19
PERAWATAN MALOKLUSI KLAS IIIMeskipun maloklusi klas III secara proporsional adalah kecil dibandingkan maloklusi yang
lain, tetapi mempunyai banyak variasi.
Pandangan klinik
1. Pola skeletalMempunyai banyak hubungan dengan berbagai penampakan klinik dan harus dilihat
dari 3 bidang.
2. Crossbite insisivusPrinsip gambaran maloklusi klas III adalah adanya satu atau beberapa gigi insisivus
yang crossbite. Meskipun kelihatannya pola skeletal adalah normal tetapi nampak
bahwa satu atau beberapa gigi insisivus beroklusi ke lingual. Pada diskrepansi
skeletal yang parah biasanya terlihat adanya gigi anterior yang crossbite.
3. Overbite gigi insisivusGigi insisivus yang crossbite menunjukkan adanya derajat overbite. Besarnya
overbite ini menggambarkan faktor skeletal vertikal yang akan mempengaruhi
stabilitas dan prognosis.
4. Inklinasi insisivusKeadaan ini dapat terjadi pada kedua rahang. Jika pola skeletal adalah klas I gigi
insisivus yang crossbite hanya dapat berkembang sebagai akibat dari inklinasi
insisivus. Dengan pola skeletal klas III insisivus akan crossbite meskipun gigi inklinasi
normal. Pada beberapa kasus yang ditandai adanya pola klas III crossbite muncul
karena akibat dari kombinasi kedua faktor tersebut. Dari waktu ke waktu gigi
insisivus lateral atas dapat bergerak bodily kearah palatum. Keadaan ini memerlukan
penilaian tertentu secara individual sebelum dilakukan perawatan, kemungkinan
karena adanya apek yang terlalu panjang ke palatinal sehingga memungkinkan koreksi
crossbite.
5. Displacement mandibula
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
15/19
Jika insisivus crossbite dengan positif crossbite sering menyebabkan pasien
beroklusi dengan posisi insisivus edge to edge, sedangkan gigi posterior tidak
beroklusi. Dengan maksud untuk mencapai oklusi posterior yang diharapkan pasien
akan menggerakkan mandibulanya ke depan. Hal ini menimbulkan kebiasaan yang
ditunjukkan dengan diskrepansi anteroposterior yang tidak parah. Jika gigi insisivus
tidak berkontak maka tidak akan terjadi pergerakan mandibula. Situasi ini akan
dijumpai jika tidak ada overbite atau karena adanya diskrepansi anteroposterior
yang mencegah terjadinya kontak insisivus.
6. Crossbite bukalMaloklusi klas III dengan diskrepansi pada basis dental seperti kurangnya koordinasi
pada lebar dari panjang lengkung. Crossbite pada segmen bukal sering dijumpai.
Dapat terjadi bersama dengan displacement dari mandibula, atau terjadi bilateral
tanpa displacement.
7. Crowding lengkung atasSering terjadi yang menggambarkan basis dental atas yang kecil.
8. Crowding lengkung bawahSecara alami maloklusi klas III dengan crowding jarang terjadi pada rahang bawah.
Terutama pada kasus parah dengan lengkung bawah yang lebih besar dari lengkung
atas.
9. Efek pertumbuhanPasien yang tumbuh dengan maloklusi klas II harus mendapatkan perhatian. Crossbite
insisivus pada keadaan normal, basis skeletal harus dirawat sejak gigi bercampur.
Maloklusi yang lebih parah harus dilihat sesudah pubertal growth spurt dan sesudah
gigi permanent ada.
Kasus:
1. Hubungan insisivus klas III pada basis skeletal I
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
16/19
Kasus umum terjadi dengan oklusi lingual pada satu atau dua insisivus atas yang
nampak seperti maloklusi klas I.
2. Hubungan klas III insisivus pada basis skeletal IIIProblem ini berbeda dengan keadaan diatas hanya pada derajatnya. Nampak
beberapa gigi crossbite lingual dan tergantung pada pola skeletal alami faktor lain
seperti displacement mandibula, inklinasi insisivus atau besarnya overbite.
Lengkung bawah yang besar berarti bahwa crowding tidak akan terjadi maka
ekstraksi gigi bawah tidak perlu dilakukan.
3. Hubungan insisivus klas III dengan overbite yang kecilJika tidak ada overbite, atau ada anterior open bite maka tak akan terjadi
mandibular displacement untuk merubah dan tak ada kemungkinan untuk membuat
overbite dengan menggerakkan insisivus atas lebih ke depan. Untuk maksud yang
sama tilting lingual dari insisivus bawah akan menyebabkan keadaan stabil.
4. Maloklusi klas III yang parahBeberapa maloklusi baik karena kompleksitasnya gigi yang tidak teratur atau
keparahan pola skeletal akan membutuhkan perawatan dengan alat removable. Alat
cekat diperlukan kadang disertai dengan kombinasi surgery. Alat removable hanya
menanggulangi gerakan gigi secara lokal, sedangkan hubungan insisivus harus
dikoreksi dengan surgery.
Kasus
Kasus hubungan insisivus klas III dikoreksi dengan berbagai cara :
1. Gigi insisivus atas digerakkan ke labial2. Kombinasi proklinasi insisivus atas dan retroklinasi insisivus bawah3. Surgery skeletal disertai atau tanpa perawatan ortodontikKemungkinan pasien dapat menggunakan alat removable atas dan bawah pada waktu
yang sama sehingga gerakan resiprokal insisivus dapat dilakukan. Kebanyakan
ortodontis memakai alat cekat dengan keuntungan dapat menggunakan traksi klas III.
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
17/19
Alat removable hanya efektif pada kasus yang memerlukan proklinasi insisivus atas saja.
Overbite
Karena overbite yang positif akan membuat stabil insisivus atas setelah crossbite
terkoreksi sehingga perawatan dapat diselesaikan dengan insisal overlap yang cukup baik.
Alat removable menyebabkan gerakan tilting, gerakan ke depan dari insisivus atas adalah
bervariasi sehubungan dengan gerakan ke atas dari ujung insisal. Pada deep overbite, gigi
kemungkinan berakhir dengan overbite yang normal setelah perawatan. Sedangkan jika
awalnya overbite mendekati normal, maka akan berkurang, atau bahkan menjadi kecil
setelah perawatan. Pengurangan ini sering nampak jika gigi sebelum perawatan telah
proklinasi, misalnya apeks bergerak ke palatal.
Kasus yang ideal dengan pemakaian alat removable adalah :
1. Diskrepansi skeletal minimal2. Bergeraknya mandibula ke depan dikarenakan relasi insisivus. Pasien mampu
menggerakkan gigi menjadi edge to edge
3. Lengkung atas dan bawah teratur baik
Rencana perawatan:
Crowding:
Intrinsic space:
Jika insisivus bergerak ke depan akan menambah radius lengkung sehingga menghasilkan
ruang tambahan. Pada kasus dengan lengkung dan gigi crowded ruang tambahan ini akan
sangat membantu pengaturan gigi-gigi.
Gerakan ke distal dari gigi-gigi bukal
Jika proklinasi akan menghasilkan ruang yang cukup, maka gerakan ke distal dari gigi
bukal bisa diharapkan. Alat yang memungkinkan gigi anterior bergerak ke depan akan
juga menggerakkan gigi bukal ke distal. Alat dengan screw akan membuat gigi insisivus
atas ke depan, jika gigi kaninus teratur baik. Tetapi jika kaninus terletak di sebelah
bukal maka screw bilateral akan mengakibatkan gigi-gigi bukal ke distal supaya membuat
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
18/19
insisivus ke depan. Pada contoh ini digunakan gaya ekstra oral yang menguntungkan untuk
perawatan klas III. Head gear yang diaplikasikan pada tube pada molar clasp akan
membantu gerakan ke distal dari gigi posterior. Aktivasi screw akan mempertahankan
insisivus pada posisi ke depan. Kadang-kadang ekstraksi molar dua diperlukan untuk
menghasilkan gerakan ini.
Ekstraksi
Jika crowding sangat parah maka diperlukan ekstraksi dari gigi premolar. Kadang perlu
menggerakkan gigi yang lain selain gigi insisivus. Sebagai contoh , kaninus dapat
digerakkan ke distal. Jarang dilakukan pada kasus yang parah, misalnya apeks insisivus
yang bergeser, kadang perlu mengekstraksi satu atau kedua gigi insisivus lateral atas.
Koreksi insisivus
Jika ruang yang ada tersedia, hubungan insisivus dapat segera dikoreksi dengan alat
removable atas untuk menggerakkan gigi ke depan .
Base plate:
Secara normal tidak perlu menambah bite planes pada bagian posterior untuk
membentuk relief bagian insisal selama koreksi.
Pada kebanyakan kasus gerakan gigi dimungkinkan karena displacement dari mandibula ke
depan sampai pasien dapat menghindari kontak edge to edge dan membawa mandibula ke
oklusi dengan gerakan kondilus. Base plate yang sederhana cukup digunakan, walaupun
pada beberapa kasus akan menunjukkan adanya reverse overbite. Walaupun pada kasus
ini tidak perlu memisahkan gigi posterior untuk mengurangi overbite. Posterior bite
planes sedapat mungkin dibuat tetap rendah.
Retensi alat
Spring yang terletak pada permukaan palatal dari insisivus atas memberikan gaya pada
alat. Karenanya perlu mendapatkan retensi yang baik pada alat terutama bagian anterior.
-
7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18
19/19
Selain itu ada tambahan clasp pada molar satu atau dua. Kadang-kadang molar satu susu
dan kaninus susu dapat diberikan clasp 0.6 mm.
Spring
Z spring atau palatal finger spring dapat digunakan.
Problem special dengan maloklusi Klas III
Rencana perawatan:
Secara umum maloklusi klas III harus dirawat setelah gigi permanent erupsi. Kadang-
kadang satu atau beberapa gigi anterior bawah erupsi di labial daripada gigi atas
sedangkan gigi insisivus bawah oklusi normal. Pada kasus ini pasien tidak mungkin untuk
menggerakkan mandibula dan mencegah trauma. Jika perawatan dipaksakan maka
insisivus akan goyang dan ditandai dengan resesi pada gingival margin. Umumnya insisivus
lateral atas erupsi di sebelah lingual pada lengkung atas yang crowded. Ekstraksi kaninus
susu akan menghasilkan ruang sehingga dapat mengkoreksi gigi tersebut sesegera
mungkin. Jika hal ini tak dapat dilakukan pada stage awal, perkembangan kaninus
permanent akan menghalangi gerakan sampai premolar diekstraksi dan kaninus
digerakkan ke distal.
Intrusi insisivus
Telah ditentukan cara untuk proklinasi insisivus atas guna mengurangi overbite. Pada
keadaan tilting yang normal, aksi dari proclining spring pada sloping atau dataran
miring permukaan palatal menghasilkan gaya intrusi, dan akan mengurangi overbite.
Kadang-kadang reduksi terlihat spektakuler dan hal ini mungkin karena problem
tersendiri karena kasus insisivus lateral yang lebih pendek daripada sentral. Koreksi
harus segera dilakukan dan digunakan retensi pada periode yang pendek, selagi gigi
secara klinis stabil. Hal ini akan menambah overbite sebelum insisivus sempat
bergerak ke belakang (oklusi lingual). Jika metode tersebut tidak efektif, solusi yang
harus dilakukan adalah menambah panjang mahkota gigi pada tepi insisal dengan
material komposit.