bahan sgd lbm 6 blok 18

Upload: lita-paramita

Post on 03-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    1/19

    Nama : Lita Paramita

    NIM : 112100146

    LBM 6 Blok 18

    SGD 4 FKG 2010

    Pengertian Maloklusi

    Maloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi juga

    diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan

    dengan bentuk rongga mulut serta fungsi

    Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar

    rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut. Misalnya, ukuran rahang mengikuti garis

    keturunan Ibu, dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis

    keturunan bapak yang giginya lebar-lebar. Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di

    dlaam lengkung gigi.

    Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang

    terganggu.

    2.1.1 Macam-macam Maloklusi

    Maloklusi dibagi 3:

    1. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawahterhadap tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan

    2. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadaptulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan

    rahang

    3. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguansaat dipakai untuk mengunyah

    2.2 Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle

    Kelas I Angle

    Tonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah Neutroklusi

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang-1.png
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    2/19

    kelas 1 angle

    Kelas II Angle

    Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1 telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawah gigi M1 bawah lebih ke distal : Distoklusi

    kelas II angle

    Kelas III Angle

    Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1 Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawah Gigi M1 bawah lebih ke mesial : Mesioklusi

    kelas III angle

    2.2.1 Kekurangan Klasifikasi Angle

    Klasifikasi Angle ini masih merupakan system yang belum sempurna, masih terdapat

    kekurangan-kekurangan pada system ini, karena Dr.Angle hanya berdasarkan hubungan

    gigi-gigi saja dan oklusi antara lengkung gigi dirahang atas dan rahang bawah. Hingga

    sekarang klasifikasi Dr.Angle masih banyak dipakai. Selain itu, system ini terbatas dan

    tidak dapat dipakai untk segala keadaan sehingga dengan sstem ini kita tidak dapat

    memecahkan masalah tentang hubungan gigi-gigi. Sebaba diagnose intra oral tidak

    mencukupi untuk menentukan suatu anomaly, sebaiknya kita menggunakan ekstra oral

    dan diagnosis cephalometrik sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas.

    Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed point dalam menentukan klasifikasi dalam

    maloklusi, maka kita akan kecewa, sebab suatu hubungan mesio-distal yang normal dari

    molar-molar. Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang

    dinamakan fixed point, khususnya pada masa pertumbuhan. Kita masih menggunakan

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang3.pnghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang-2.pnghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang3.pnghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ang-2.png
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    3/19

    klasifikasi dari Dr.Angle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan

    saja.

    Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari

    maloklusi, maka kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik.

    Bukan suatu diagnosis, hanya suatu penggolongan.

    2.2.2 Batasan untuk Klasifkasi Menurut Angle dalam penilaian maloklusi.

    Penilaian masalah vertical dan transversal tidak termasuk ke dalam klasifikasi menurut

    Angle. Overbite secara umum digunakan untuk mengukur hubungan oklusal vertical pada

    gerigi , tapi tidak digunakan untuk pengukuran untuk hubungan vertical dari struktur

    facial skeletal. Crossbites pada bidang transversal dapat berupa masalah sederhana

    seperti masalah antar 2 gigi atau yang kompleks yang melibatkan sebagian besar gigi

    posterior maxilla dan mandibula. Klasifikasi Angle tidak menilai masalah-masalah seperti

    rotasi , crowding, dan spacing yang terjadi pada gigi. Faktor lain seperti

    ketidakadaan gigi karena factor turunan atau impaksi gigi yang membutuhkan perawatan

    orto , tidak berhubungan dengan klasifikasi menurut Angle. Karena itulah, percobaan

    epidemiologi tidak dapat mengandalkan system klasifikasi Angle , karena factor penting

    seperti alignment gigi, overbite,overjet, dan crossbite tidak dapat diukur.

    Pengetahuan tntang hubungan antara the angle classes dan alignment gigi, serta

    masalah transversal dan vertical sangat berguna pada perlakuan kesehatan. Hubungan ini

    sangat membantu untuk membedakan antara masalah maloklusi simple seperti alignment

    problem pada maloklusi kelas 1 dengan maloklusi yang lebih kompleks seperti maloklusi

    divisi 1 kelas2 dengan crossbite posterior dan anterior.

    Beberapa pendapat tentang klasifiksi Angle bersifat sangat subjektif untuk ukuran

    epidemiologi. Pembahasan ini dapat berlaku saat investigator tidak menyusun batas

    objektif pada variable seperti tooth crowding dan posisi anteroposterior gigi M1.

    Sebagai contoh, seseorang dengan hubungan molar kelas 1 dapat memiliki oklusi yang

    ideal ,oklusi normal, dan maloklusi kelas 1. Tiga grup ini dapat dibedakan dengan

    mendapatkan pengukuran secara objektif dari incisor yang tidak beres dan penilaian

    oklusi ideal dengan skor 0 (alignment sempurna) , oklusi normal dengan skor 1 dan skor

    untuk maloklusi tingkat 1 adalah >1. Terdapat kemiripan pada beberapa hubungan M1

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    4/19

    antara kelas 1 dan 3, dan kelas 1 dan 2.Hubungan molar kelas 1, 2, dan 3 dapat dibedakan

    dengan dibuat sebuah jarak yang objektif, seperti 2mm mesial dan distal ke buccal

    groove dari bagian bawah M1 .

    2.3 Klasifikasi Incisivus

    1. Kelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah cingulumplateau incisive rahang atas

    kelas I incisivus

    1. Kelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian palatalsampai cingulum plateau pada incisive rahang atas. Terbagi menjadi:

    kelas II incisivus

    1.1. Pembagian :

    kelas II incisivus divisi 1

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in1.jpg
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    5/19

    2. Pembagian 2: central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

    kelas II incisivus divisi 2

    1. Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagiananterior sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah

    kelas III incisivus

    Pada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm. overbite

    terjadi saat incisive rahang atas menutupi sampai 1/3 incisive bagian bawah pada saat

    oklusi.

    2.4 Klasifikasi caninus:

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in3.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in3.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/in2-2.jpg
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    6/19

    1. Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

    premolar satu rahang bawah

    2. Kelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara caninerahang bawah dan premolar satu rahang bawah.

    kelas II caninus

    3. Kelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara caninerahang bawah dan premolar satu rahang bawah.

    2.5 Klasifikasi Skeletal

    Hubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang, dan variasi

    pada setiap bidang bisa mempengaruhi.

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/ca1.jpg
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    7/19

    Hubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah, satu

    sama lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi, disebut sebagai hubungan

    skeletal. Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola

    skeletal. Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan, yaitu:

    1. Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal padakeadaan oklusi.

    kelas I skeletal

    2. Klas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, terletak lebih ke belakangdalam hubungannya dengan rahang atas, dibandingkan pada Klas 1 skeletal.

    kelas II skeletal

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk1.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk2.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk1.jpg
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    8/19

    3. klas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depandaripada kelas 1 skeletal.

    kelas III skeletal

    Contoh dari Klas 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tentu saja, di sini ada

    berbagai macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatal.

    Gambar 4. 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-

    gigi jika posisi gigi pada rahang tetap konstan.

    Variasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan oleh:

    1. Variasi ukuran rahang2. Variasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kranium

    Jadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

    lainnya pada dimensi anteroposterior, akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2

    atau 3 skeletal. Selanjutnya, jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau kedepan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium, juga bisa terbentuk

    hubungan kelas 2 atau 3 skeletal.

    Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi.

    Idealnya, kedua rahang cocok ukurannya, sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi

    transversal adalah tepat. Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain

    sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh, menimbulkan

    gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar, atau oklusi lingual dari gigi-gigi

    http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/sk3.jpg
  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    9/19

    bawah jika rahang atas yang lebih lebatr. Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau

    bilateral.

    Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi. Efeknya paling

    jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium. Mandibula dengan

    sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih

    panjang, dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior.

    Sebaliknya, mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi

    vertikal wajah yang lebih pendek.

    2.6 Klasifikasi Profitt-Ackerman

    Di tahun 1960-an, Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

    metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk

    digambarkan secara sistematis pada klasifikasi. Pendekatan tersebut menutupi

    kelemahan utama skema Angle. Secara spesifik, ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan

    dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion, (2) mengenali

    hubungan antaraprotrusiondan crowding, (3) menyertakan bidang transversal dan

    vertikal dan juga anteroposterior, dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi

    rahang pada titik yang tepat, yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang.

    Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam

    evaluasi diagnostik lengkap.

    Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan

    seperti awalnya, sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama.

    Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi

    jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi, pada senyum dan juga

    saat istirahat.

    Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem Klasifikasi

    Dua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah: (1) mengevaluasi

    orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan

    tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3

    dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar

    daerah dari setiap alat.

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    10/19

    1. Estethic Line of DentitionPada analisis moderen, garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

    pertumbuhan gigi sangatlah penting. Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila

    gigi anterior dan gigi posterior. Orientasi dari garis ini, seperti pada kepala dan rahang

    yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis, perputaran

    (roll), dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse, anteroposterior

    dan vertikal.

    1. Ketepatan, Perputaran, Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah

    penggabungan dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian,

    sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam

    daftar masalah pasien. Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua

    pergerakan secara translasi (ke depan/ke belakang, ke atas/ke bawah, ke kiri/ke kanan)

    pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi

    yang tepat, berputar atau bergeser (pitch, roll, dan yaw). Pengenalan dari rotasi aksis ke

    dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan

    ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas

    terhadap setiap masalah yang ada.

    Ketepatan, perputaran, dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna

    untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak. Dari pandangan ini, rotasi ke

    atas/ ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat

    diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan. Ketepatan dari pertumbuhan gigi

    cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan

    klinis. Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di

    wajah dapat diperhatikan secara klinis, tetapi harus dipastikan dengan

    menggunakan cephalometric radiographpada klasifikasi akhir, di mana ketepatan

    dinyatakan sebagai orientasi/patokan dari palatum, oklusal, dan daerah mandibula ke

    bagian horisontal yang benar.

    Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaran/rotasi ke atas dan ke bawah pada

    satu sisi atau sisi yang lain. Pada percobaan klinis, hal ini sangat penting untuk

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    11/19

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    12/19

    diagnostik.

    Meskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik, ciri-ciri dentofacial harus

    dapat menggambarkan lima karakteristik utama. Pemeriksaan lima karakteristik utama

    sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik

    untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan.

    2.7 Maloklusi Dental dan Skeletal

    Klasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacial

    Penampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial, gigi anterior, orientasi terhadap garis estetik

    oklusi, profil

    Penjajaran (allignment)Rapat/ terdapat ruang, membentuk lengkung, simetris, orientasi terhadap garis

    fungsional oklusi

    AnteroposteriorKlasifikasi Angle, skeletal dan dental

    TransverseCrossbite, skeletal dan dental

    VertikalKedalaman menggigit, skeletal dan dental

    2.8 Maloklusi dalam Sistem Stomatognatik

    Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

    kinerja mastikasi. Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah

    memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya

    normal.

    Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja

    mastikasi pada anak-anak. Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan

    maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-

    anak oklusi normal, dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja

    mastikasinya, tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan

    mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II.

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    13/19

    Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan

    memroses makanan. Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I, kelas II, dan

    kelas III, individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang

    lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik.

    Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa

    menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain,

    khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan. Anggapan ini tidak benar

    sejauh menyangkut oklusi alami. Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien

    dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot. Kebanyakan peneliti sependapat

    bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor, dengan maloklusi sebagai salah satu

    faktor di antaranya, tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini.

    Sebaliknya, penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk

    menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan

    disfungsi temporomandibular. Meskipun demikian, disfungsi oklusal bisa timbul akibat

    perawatan ortodonsi, bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping

    upaya untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal, perawatan ortodonsi juga harus

    dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik.

    Klas III Angle (mesioklusi)

    Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati

    bonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal

    molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara

    premolar pertama dan kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.

    Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:

    a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan

    anterior insisal dengan insisal (edge to edge).

    b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi

    anterior hubungannya normal.

    c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga

    dagu penderita menonjol kedepan. (Hambali, Tono,1985)

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    14/19

    PERAWATAN MALOKLUSI KLAS IIIMeskipun maloklusi klas III secara proporsional adalah kecil dibandingkan maloklusi yang

    lain, tetapi mempunyai banyak variasi.

    Pandangan klinik

    1. Pola skeletalMempunyai banyak hubungan dengan berbagai penampakan klinik dan harus dilihat

    dari 3 bidang.

    2. Crossbite insisivusPrinsip gambaran maloklusi klas III adalah adanya satu atau beberapa gigi insisivus

    yang crossbite. Meskipun kelihatannya pola skeletal adalah normal tetapi nampak

    bahwa satu atau beberapa gigi insisivus beroklusi ke lingual. Pada diskrepansi

    skeletal yang parah biasanya terlihat adanya gigi anterior yang crossbite.

    3. Overbite gigi insisivusGigi insisivus yang crossbite menunjukkan adanya derajat overbite. Besarnya

    overbite ini menggambarkan faktor skeletal vertikal yang akan mempengaruhi

    stabilitas dan prognosis.

    4. Inklinasi insisivusKeadaan ini dapat terjadi pada kedua rahang. Jika pola skeletal adalah klas I gigi

    insisivus yang crossbite hanya dapat berkembang sebagai akibat dari inklinasi

    insisivus. Dengan pola skeletal klas III insisivus akan crossbite meskipun gigi inklinasi

    normal. Pada beberapa kasus yang ditandai adanya pola klas III crossbite muncul

    karena akibat dari kombinasi kedua faktor tersebut. Dari waktu ke waktu gigi

    insisivus lateral atas dapat bergerak bodily kearah palatum. Keadaan ini memerlukan

    penilaian tertentu secara individual sebelum dilakukan perawatan, kemungkinan

    karena adanya apek yang terlalu panjang ke palatinal sehingga memungkinkan koreksi

    crossbite.

    5. Displacement mandibula

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    15/19

    Jika insisivus crossbite dengan positif crossbite sering menyebabkan pasien

    beroklusi dengan posisi insisivus edge to edge, sedangkan gigi posterior tidak

    beroklusi. Dengan maksud untuk mencapai oklusi posterior yang diharapkan pasien

    akan menggerakkan mandibulanya ke depan. Hal ini menimbulkan kebiasaan yang

    ditunjukkan dengan diskrepansi anteroposterior yang tidak parah. Jika gigi insisivus

    tidak berkontak maka tidak akan terjadi pergerakan mandibula. Situasi ini akan

    dijumpai jika tidak ada overbite atau karena adanya diskrepansi anteroposterior

    yang mencegah terjadinya kontak insisivus.

    6. Crossbite bukalMaloklusi klas III dengan diskrepansi pada basis dental seperti kurangnya koordinasi

    pada lebar dari panjang lengkung. Crossbite pada segmen bukal sering dijumpai.

    Dapat terjadi bersama dengan displacement dari mandibula, atau terjadi bilateral

    tanpa displacement.

    7. Crowding lengkung atasSering terjadi yang menggambarkan basis dental atas yang kecil.

    8. Crowding lengkung bawahSecara alami maloklusi klas III dengan crowding jarang terjadi pada rahang bawah.

    Terutama pada kasus parah dengan lengkung bawah yang lebih besar dari lengkung

    atas.

    9. Efek pertumbuhanPasien yang tumbuh dengan maloklusi klas II harus mendapatkan perhatian. Crossbite

    insisivus pada keadaan normal, basis skeletal harus dirawat sejak gigi bercampur.

    Maloklusi yang lebih parah harus dilihat sesudah pubertal growth spurt dan sesudah

    gigi permanent ada.

    Kasus:

    1. Hubungan insisivus klas III pada basis skeletal I

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    16/19

    Kasus umum terjadi dengan oklusi lingual pada satu atau dua insisivus atas yang

    nampak seperti maloklusi klas I.

    2. Hubungan klas III insisivus pada basis skeletal IIIProblem ini berbeda dengan keadaan diatas hanya pada derajatnya. Nampak

    beberapa gigi crossbite lingual dan tergantung pada pola skeletal alami faktor lain

    seperti displacement mandibula, inklinasi insisivus atau besarnya overbite.

    Lengkung bawah yang besar berarti bahwa crowding tidak akan terjadi maka

    ekstraksi gigi bawah tidak perlu dilakukan.

    3. Hubungan insisivus klas III dengan overbite yang kecilJika tidak ada overbite, atau ada anterior open bite maka tak akan terjadi

    mandibular displacement untuk merubah dan tak ada kemungkinan untuk membuat

    overbite dengan menggerakkan insisivus atas lebih ke depan. Untuk maksud yang

    sama tilting lingual dari insisivus bawah akan menyebabkan keadaan stabil.

    4. Maloklusi klas III yang parahBeberapa maloklusi baik karena kompleksitasnya gigi yang tidak teratur atau

    keparahan pola skeletal akan membutuhkan perawatan dengan alat removable. Alat

    cekat diperlukan kadang disertai dengan kombinasi surgery. Alat removable hanya

    menanggulangi gerakan gigi secara lokal, sedangkan hubungan insisivus harus

    dikoreksi dengan surgery.

    Kasus

    Kasus hubungan insisivus klas III dikoreksi dengan berbagai cara :

    1. Gigi insisivus atas digerakkan ke labial2. Kombinasi proklinasi insisivus atas dan retroklinasi insisivus bawah3. Surgery skeletal disertai atau tanpa perawatan ortodontikKemungkinan pasien dapat menggunakan alat removable atas dan bawah pada waktu

    yang sama sehingga gerakan resiprokal insisivus dapat dilakukan. Kebanyakan

    ortodontis memakai alat cekat dengan keuntungan dapat menggunakan traksi klas III.

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    17/19

    Alat removable hanya efektif pada kasus yang memerlukan proklinasi insisivus atas saja.

    Overbite

    Karena overbite yang positif akan membuat stabil insisivus atas setelah crossbite

    terkoreksi sehingga perawatan dapat diselesaikan dengan insisal overlap yang cukup baik.

    Alat removable menyebabkan gerakan tilting, gerakan ke depan dari insisivus atas adalah

    bervariasi sehubungan dengan gerakan ke atas dari ujung insisal. Pada deep overbite, gigi

    kemungkinan berakhir dengan overbite yang normal setelah perawatan. Sedangkan jika

    awalnya overbite mendekati normal, maka akan berkurang, atau bahkan menjadi kecil

    setelah perawatan. Pengurangan ini sering nampak jika gigi sebelum perawatan telah

    proklinasi, misalnya apeks bergerak ke palatal.

    Kasus yang ideal dengan pemakaian alat removable adalah :

    1. Diskrepansi skeletal minimal2. Bergeraknya mandibula ke depan dikarenakan relasi insisivus. Pasien mampu

    menggerakkan gigi menjadi edge to edge

    3. Lengkung atas dan bawah teratur baik

    Rencana perawatan:

    Crowding:

    Intrinsic space:

    Jika insisivus bergerak ke depan akan menambah radius lengkung sehingga menghasilkan

    ruang tambahan. Pada kasus dengan lengkung dan gigi crowded ruang tambahan ini akan

    sangat membantu pengaturan gigi-gigi.

    Gerakan ke distal dari gigi-gigi bukal

    Jika proklinasi akan menghasilkan ruang yang cukup, maka gerakan ke distal dari gigi

    bukal bisa diharapkan. Alat yang memungkinkan gigi anterior bergerak ke depan akan

    juga menggerakkan gigi bukal ke distal. Alat dengan screw akan membuat gigi insisivus

    atas ke depan, jika gigi kaninus teratur baik. Tetapi jika kaninus terletak di sebelah

    bukal maka screw bilateral akan mengakibatkan gigi-gigi bukal ke distal supaya membuat

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    18/19

    insisivus ke depan. Pada contoh ini digunakan gaya ekstra oral yang menguntungkan untuk

    perawatan klas III. Head gear yang diaplikasikan pada tube pada molar clasp akan

    membantu gerakan ke distal dari gigi posterior. Aktivasi screw akan mempertahankan

    insisivus pada posisi ke depan. Kadang-kadang ekstraksi molar dua diperlukan untuk

    menghasilkan gerakan ini.

    Ekstraksi

    Jika crowding sangat parah maka diperlukan ekstraksi dari gigi premolar. Kadang perlu

    menggerakkan gigi yang lain selain gigi insisivus. Sebagai contoh , kaninus dapat

    digerakkan ke distal. Jarang dilakukan pada kasus yang parah, misalnya apeks insisivus

    yang bergeser, kadang perlu mengekstraksi satu atau kedua gigi insisivus lateral atas.

    Koreksi insisivus

    Jika ruang yang ada tersedia, hubungan insisivus dapat segera dikoreksi dengan alat

    removable atas untuk menggerakkan gigi ke depan .

    Base plate:

    Secara normal tidak perlu menambah bite planes pada bagian posterior untuk

    membentuk relief bagian insisal selama koreksi.

    Pada kebanyakan kasus gerakan gigi dimungkinkan karena displacement dari mandibula ke

    depan sampai pasien dapat menghindari kontak edge to edge dan membawa mandibula ke

    oklusi dengan gerakan kondilus. Base plate yang sederhana cukup digunakan, walaupun

    pada beberapa kasus akan menunjukkan adanya reverse overbite. Walaupun pada kasus

    ini tidak perlu memisahkan gigi posterior untuk mengurangi overbite. Posterior bite

    planes sedapat mungkin dibuat tetap rendah.

    Retensi alat

    Spring yang terletak pada permukaan palatal dari insisivus atas memberikan gaya pada

    alat. Karenanya perlu mendapatkan retensi yang baik pada alat terutama bagian anterior.

  • 7/29/2019 Bahan Sgd Lbm 6 Blok 18

    19/19

    Selain itu ada tambahan clasp pada molar satu atau dua. Kadang-kadang molar satu susu

    dan kaninus susu dapat diberikan clasp 0.6 mm.

    Spring

    Z spring atau palatal finger spring dapat digunakan.

    Problem special dengan maloklusi Klas III

    Rencana perawatan:

    Secara umum maloklusi klas III harus dirawat setelah gigi permanent erupsi. Kadang-

    kadang satu atau beberapa gigi anterior bawah erupsi di labial daripada gigi atas

    sedangkan gigi insisivus bawah oklusi normal. Pada kasus ini pasien tidak mungkin untuk

    menggerakkan mandibula dan mencegah trauma. Jika perawatan dipaksakan maka

    insisivus akan goyang dan ditandai dengan resesi pada gingival margin. Umumnya insisivus

    lateral atas erupsi di sebelah lingual pada lengkung atas yang crowded. Ekstraksi kaninus

    susu akan menghasilkan ruang sehingga dapat mengkoreksi gigi tersebut sesegera

    mungkin. Jika hal ini tak dapat dilakukan pada stage awal, perkembangan kaninus

    permanent akan menghalangi gerakan sampai premolar diekstraksi dan kaninus

    digerakkan ke distal.

    Intrusi insisivus

    Telah ditentukan cara untuk proklinasi insisivus atas guna mengurangi overbite. Pada

    keadaan tilting yang normal, aksi dari proclining spring pada sloping atau dataran

    miring permukaan palatal menghasilkan gaya intrusi, dan akan mengurangi overbite.

    Kadang-kadang reduksi terlihat spektakuler dan hal ini mungkin karena problem

    tersendiri karena kasus insisivus lateral yang lebih pendek daripada sentral. Koreksi

    harus segera dilakukan dan digunakan retensi pada periode yang pendek, selagi gigi

    secara klinis stabil. Hal ini akan menambah overbite sebelum insisivus sempat

    bergerak ke belakang (oklusi lingual). Jika metode tersebut tidak efektif, solusi yang

    harus dilakukan adalah menambah panjang mahkota gigi pada tepi insisal dengan

    material komposit.