bahan naskah lokal

31
Bahan Naskah Bahan Naskah 1. Daluwang 1. Daluwang

Upload: darnisel-haraqi

Post on 19-Jan-2016

111 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Naskah Lokal

Bahan NaskahBahan Naskah1. Daluwang1. Daluwang

Page 2: Bahan Naskah Lokal

SEJARAHSEJARAH

Kertas Daluwang atau Dluwang (Broussonetia papyrifera) adalah Kertas Daluwang atau Dluwang (Broussonetia papyrifera) adalah kertas tradisional yang dibuat dari serat tanaman atau pohon yang kertas tradisional yang dibuat dari serat tanaman atau pohon yang memiliki tekstur kasar seperti pohon sukun (Artocarpus Blumei), memiliki tekstur kasar seperti pohon sukun (Artocarpus Blumei), dan jenis Ficus. Di tataran Sunda dikenal kulit kayu Saeh (Paper dan jenis Ficus. Di tataran Sunda dikenal kulit kayu Saeh (Paper Mulberry). Dahulu dari pohon ini orang membuat bahan pakaian. Mulberry). Dahulu dari pohon ini orang membuat bahan pakaian. Pada masa pra-Islam umumnya digunakan untuk membuat Pada masa pra-Islam umumnya digunakan untuk membuat pakaian khusus dalam kegiatan keagamaan. Dalam buku pakaian khusus dalam kegiatan keagamaan. Dalam buku Literature of Java telah disebutkan kegunaan Daluwang sebagai Literature of Java telah disebutkan kegunaan Daluwang sebagai media tulis semenjak zaman Hindumedia tulis semenjak zaman Hindu

Mula-mula digunakan sebagai alas naskah (kertas tulis) Mula-mula digunakan sebagai alas naskah (kertas tulis) diperkirakan pada akhir abad ke-16, dengan bukti salah satu kitab diperkirakan pada akhir abad ke-16, dengan bukti salah satu kitab mistik Islam yang kini tersimpan di perpustakaan Universitas mistik Islam yang kini tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.Leiden.

Setelah abad itu, penggunaan kertas daluwang dan kertas eropa Setelah abad itu, penggunaan kertas daluwang dan kertas eropa kian meningkat. Namun karena bahan mentah yang dipasok kian meningkat. Namun karena bahan mentah yang dipasok bervariasi, mutu kertas daluwang kurang kompetitif dibanding bervariasi, mutu kertas daluwang kurang kompetitif dibanding kertas impor dari eropa.kertas impor dari eropa.

Meski demikian pemerintah Hindia Belanda masih tetap Meski demikian pemerintah Hindia Belanda masih tetap mencantumkan pembelian kertas jenis Javaanshc papier/kertas mencantumkan pembelian kertas jenis Javaanshc papier/kertas Jawa (kertas Daluwang)Jawa (kertas Daluwang)

Page 3: Bahan Naskah Lokal

Foto paper mulberry

Page 4: Bahan Naskah Lokal

Model PemanfaatanDaluang sbg bahanKain

Page 5: Bahan Naskah Lokal

Proses Pembuatan Kertas DaluwangProses Pembuatan Kertas Daluwang

Page 6: Bahan Naskah Lokal
Page 7: Bahan Naskah Lokal
Page 8: Bahan Naskah Lokal

Daerah Penghasil DaluwangDaerah Penghasil DaluwangHingga awal abad 20 :Hingga awal abad 20 :

Jawa TengahJawa Tengah : Purwokerto: Purwokerto MaduraMadura : Sumenep dan: Sumenep dan

PamekasanPamekasan Jawa TimurJawa Timur : Kediri, Ponorogo: Kediri, Ponorogo Jawa BaratJawa Barat : kampung : kampung

TunggilisTunggilis

desa Tegal Saridesa Tegal Sari

GarutGarut

Page 9: Bahan Naskah Lokal

Contoh Naskah DaluwangContoh Naskah Daluwang

Page 10: Bahan Naskah Lokal
Page 11: Bahan Naskah Lokal
Page 12: Bahan Naskah Lokal
Page 13: Bahan Naskah Lokal
Page 14: Bahan Naskah Lokal
Page 15: Bahan Naskah Lokal

2. Lontar2. Lontar

Page 16: Bahan Naskah Lokal
Page 17: Bahan Naskah Lokal

Nama & SejarahNama & Sejarah

Lontar (Jawa: Ron tal, Sulawesi: Lontara) adalah Lontar (Jawa: Ron tal, Sulawesi: Lontara) adalah sejenis daun dari pohon Palem (Sunda: Siwalan).sejenis daun dari pohon Palem (Sunda: Siwalan). Nama ilmiah :Nama ilmiah : Borassus flabellifer Borassus flabellifer) yang ) yang digunakan sebagai media alas tulis di kawasan digunakan sebagai media alas tulis di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Nusantara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Nusantara penggunaan daun Lotar sebagai media tulis penggunaan daun Lotar sebagai media tulis terdapat di Sunda, Jawa, Bali, Madura, Lombok terdapat di Sunda, Jawa, Bali, Madura, Lombok dan Sulawesi Selatan.dan Sulawesi Selatan.

‘‘Tal’ dari bahasa sansekerta ‘tala’ Tal’ dari bahasa sansekerta ‘tala’ palm talipot palm talipot atau daun palma untuk menulisatau daun palma untuk menulis

Siwalan/sawala/suwalapattra Siwalan/sawala/suwalapattra surat, tp juga surat, tp juga digunakan utk menyebut daun pohon ‘tal’digunakan utk menyebut daun pohon ‘tal’

Page 18: Bahan Naskah Lokal

Naskah tertua berbahan lontarNaskah tertua berbahan lontar

Arjunawiwaha 1256 Saka/1334(5) MasehiArjunawiwaha 1256 Saka/1334(5) Masehi

Friederich Friederich “berhubungan dg ajaran Hindu/Budha” “berhubungan dg ajaran Hindu/Budha”Menggunakan candrasangkala (identitas tahun Saka)Menggunakan candrasangkala (identitas tahun Saka)

Contoh : Panca (5)Panca (5)

catur (4)catur (4)warna (4)warna (4)

bhumi (1)bhumi (1)

1445 Saka/1523 (4) M1445 Saka/1523 (4) M

Page 19: Bahan Naskah Lokal

Proses pembuatan kertas LontarProses pembuatan kertas Lontar

Di pulau Bali, daun-daun lontar sebagai alat tulis masih dibuat Di pulau Bali, daun-daun lontar sebagai alat tulis masih dibuat sampai sekarang. Pertama-tama daun-daun pohon siwalan dipetik sampai sekarang. Pertama-tama daun-daun pohon siwalan dipetik dari pohon. Pemetikan biasa dilakukan pada bulan dari pohon. Pemetikan biasa dilakukan pada bulan MaretMaret/April /April atau September/Oktober karena daun-daun pada masa ini sudah atau September/Oktober karena daun-daun pada masa ini sudah tua. Kemudian daun-daun dipotong secara kasar dan dijemur tua. Kemudian daun-daun dipotong secara kasar dan dijemur menggunakan panas matahari. Proses ini membuat warna daun menggunakan panas matahari. Proses ini membuat warna daun yang semula hijau menjadi kekuningan.yang semula hijau menjadi kekuningan.

Lalu daun-daun direndam di dalam air yang mengalir selama Lalu daun-daun direndam di dalam air yang mengalir selama beberapa hari dan kemudian digosok bersih dengan serbet atau beberapa hari dan kemudian digosok bersih dengan serbet atau serabut kelapa.serabut kelapa.

Setelah daun-daun dijemur kembali, (kadang-kala daun-daun Setelah daun-daun dijemur kembali, (kadang-kala daun-daun sudah dipotong dan diikat) lalu lidinya juga dipotong dan dibuang.sudah dipotong dan diikat) lalu lidinya juga dipotong dan dibuang.

Setelah kering daun-daun lalu direbus dalam sebuah kuali besar Setelah kering daun-daun lalu direbus dalam sebuah kuali besar dicampur dengan beberapa ramuan. Tujuannya ialah dicampur dengan beberapa ramuan. Tujuannya ialah membersihkan daun-daun dari sisa kotoran dan melestarikan membersihkan daun-daun dari sisa kotoran dan melestarikan struktur daun supaya tetap bagus.struktur daun supaya tetap bagus.

Page 20: Bahan Naskah Lokal

Setelah direbus selama kurang lebih 8 jam, daun-daun Setelah direbus selama kurang lebih 8 jam, daun-daun diangkat dan dijemur kembali di atas tanah. Lalu pada sore diangkat dan dijemur kembali di atas tanah. Lalu pada sore hari daun-daun diambil, dan tanah di bawah dedaunan hari daun-daun diambil, dan tanah di bawah dedaunan dibasahi dengan air kemudian daun-daun ditaruh kembali dibasahi dengan air kemudian daun-daun ditaruh kembali supaya lembab dan menjadi lurus. Lalu keesokan harinya supaya lembab dan menjadi lurus. Lalu keesokan harinya diambil dan dibersihkan dengan sebuah lap.diambil dan dibersihkan dengan sebuah lap.

kemudian daun-daun ditumpuk dan dipress pada sebuah kemudian daun-daun ditumpuk dan dipress pada sebuah alat yang di alat yang di Bali disebut sebagai sebagai pamlagbaganpamlagbagan. Alat ini . Alat ini merupakan penjepit kayu yang berukuran sangat besar. merupakan penjepit kayu yang berukuran sangat besar. Daun-daun ini dipress selama kurang lebih enam bulan. Daun-daun ini dipress selama kurang lebih enam bulan. Namun setiap dua minggu diangkat dan dibersihkan.Namun setiap dua minggu diangkat dan dibersihkan.

Setelah itu daun-daun dipotong lagi sesuai ukuran yang Setelah itu daun-daun dipotong lagi sesuai ukuran yang diminta dan diberi tiga lubang: di ujung kiri, tengah, dan diminta dan diberi tiga lubang: di ujung kiri, tengah, dan ujung kanan. Jarak dari lubang tengah ke ujung kiri harus ujung kanan. Jarak dari lubang tengah ke ujung kiri harus lebih pendek daripada ke ujung kanan. Hal ini dimaksudkan lebih pendek daripada ke ujung kanan. Hal ini dimaksudkan sebagai penanda pada saat penulisan nanti.sebagai penanda pada saat penulisan nanti.

Tepi-tepi lontar juga dicat, biasanya dengan cat warna Tepi-tepi lontar juga dicat, biasanya dengan cat warna merah. Lontar sekarang siap ditulisi dan disebut dengan merah. Lontar sekarang siap ditulisi dan disebut dengan istilah istilah pepesanpepesan dalam bahasa Bali dan sebuah lembar dalam bahasa Bali dan sebuah lembar lontar disebut sebagai lontar disebut sebagai lempirlempir..

Page 21: Bahan Naskah Lokal

proses penulisan naskah lontarproses penulisan naskah lontar

Setiap lempir lontar yang akan ditulisi, biasanya Setiap lempir lontar yang akan ditulisi, biasanya diberi garis dahulu supaya nanti kalau menulis diberi garis dahulu supaya nanti kalau menulis tidak berantakan. Hal ini dilakukan dengan tidak berantakan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sebuah alat yang disebut menggunakan sebuah alat yang disebut panyipatanpanyipatan. Tali-tali kecil direntangkan pada . Tali-tali kecil direntangkan pada dua paku bambu. Lalu dibawahnya ditaruh dua paku bambu. Lalu dibawahnya ditaruh lempir-lempir lontar. Tali-tali ini lalu diberi tinta lempir-lempir lontar. Tali-tali ini lalu diberi tinta dan ditarik. Rentangan tali yang ditarik tadi lalu dan ditarik. Rentangan tali yang ditarik tadi lalu mental dan mencipratkan tinta ke lempiran mental dan mencipratkan tinta ke lempiran lontar sehingga terbentuk garis-garis.lontar sehingga terbentuk garis-garis.

Page 22: Bahan Naskah Lokal

Lalu lontar yang sudah siap digaris, ditulis Lalu lontar yang sudah siap digaris, ditulis menggunakan pisau tulis yang di Bali disebut menggunakan pisau tulis yang di Bali disebut pengropakpengropak atau atau pengutikpengutik. Di Jawa Barat dalam . Di Jawa Barat dalam bahasa Sunda disebut dengan istilah bahasa Sunda disebut dengan istilah péso péso pangotpangot. Sang penulis sebenarnya mengukir . Sang penulis sebenarnya mengukir aksara pada lempir-lempir lontar ini. Setelah aksara pada lempir-lempir lontar ini. Setelah selesai ditulis pada sebuah lempir, biasanya pada selesai ditulis pada sebuah lempir, biasanya pada kedua sisi, maka lempir harus dihitamkan. Cara kedua sisi, maka lempir harus dihitamkan. Cara menghitamkan dilakukan dengan menggunakan menghitamkan dilakukan dengan menggunakan kemiri yang dibakar sampai mengeluarkan kemiri yang dibakar sampai mengeluarkan minyak. Lalu kemiri-kemiri ini diusapkan pada minyak. Lalu kemiri-kemiri ini diusapkan pada lempir dan ukiran aksara-aksara tadi jadi terlihat lempir dan ukiran aksara-aksara tadi jadi terlihat tajam karena jelaga kemiri. Minyak kemiri tajam karena jelaga kemiri. Minyak kemiri sekaligus juga menghilangkan tinta-tinta garisan. sekaligus juga menghilangkan tinta-tinta garisan. Lalu setiap lempir dibersihkan dengan lap dan Lalu setiap lempir dibersihkan dengan lap dan kadangkala diolesi dengan minyak sereh supaya kadangkala diolesi dengan minyak sereh supaya bersih dan tidak dimakan serangga. bersih dan tidak dimakan serangga.

Page 23: Bahan Naskah Lokal

Lalu tumpukan lempir-lempir ini disatukan Lalu tumpukan lempir-lempir ini disatukan dengan sebuah tali melalui lubang tengah dan dengan sebuah tali melalui lubang tengah dan diapit dengan sepasang pengapit yang di Bali diapit dengan sepasang pengapit yang di Bali disebut sebagai disebut sebagai takepantakepan. Namun kadangkala . Namun kadangkala lempir-lempir disimpan dalam sebuah peti kecil lempir-lempir disimpan dalam sebuah peti kecil yang disebut dengan nama yang disebut dengan nama kropakkropak di Bali (di Jawa di Bali (di Jawa kropakkropak artinya adalah naskah lontar). artinya adalah naskah lontar).

Page 24: Bahan Naskah Lokal

Beberapa dokumentasiBeberapa dokumentasi

Pohon siwalan/palma Aktifitas pemotongan daun

Page 25: Bahan Naskah Lokal

Potret penulis lontar masa kini di Bali

I Wayan Muditadnana

Page 26: Bahan Naskah Lokal

Setiap lembaran daun lontar diberi garis menggunakan alat yang disebut panyipatan. Tali-tali kecil direntangkan pada dua paku bambu. Lalu dibawahnya ditaruh lempir-lempir lontar. Tali-tali ini lalu diberi tinta dan ditarik. Rentangan tali yang ditarik tadi lalu mental dan mencipratkan tinta ke lempiran lontar sehingga terbentuk garis-garis. Namun sekarang proses pembuatan garis pada lempir-lempir lontar dilakukan dengan pensil.

perlengkapan

Page 27: Bahan Naskah Lokal

Pisau utk menulis lontar: pengropak/pengutik/peso pangotPisau utk menulis lontar: pengropak/pengutik/peso pangot

Kreasi lain dari lontar

Page 28: Bahan Naskah Lokal

Daun lontar yg sudah ditulisDaun lontar yg sudah ditulis

Page 29: Bahan Naskah Lokal

Lontara SulawesiLontara Sulawesi

Page 30: Bahan Naskah Lokal

Kreasi lain dr Kreasi lain dr bahan lontarbahan lontar

Page 31: Bahan Naskah Lokal

Fungsi lontar bagi masyarakat BaliFungsi lontar bagi masyarakat Bali

berfungsi dlm kehidupan dari lahir – wafatberfungsi dlm kehidupan dari lahir – wafat Buku untuk mencatat resep, jimat, cerita, puisi & Buku untuk mencatat resep, jimat, cerita, puisi &

pedoman kehidupanpedoman kehidupan Sebagian dikeramatkanSebagian dikeramatkan Dibuka oleh orang

tertentuDibaca oleh orangTertentu

Dibuka dg cara tertentu

Pada peristiwa tertentu