bahan kuliah ke 7 uu sapi potong
TRANSCRIPT
Bahan Kuliah ke-7 UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan
Industri Sapi Potong
Untuk Kalangan [email protected]
PENDAHULUAN1. Pohon industri sapi potong2. Permasalahan dalam agroindustri sapi potong3. Kelembagaan: Sub Ditjen Peternakan (Khususnya Perbibitan,
Ruminansia dan Keswan), Dispet Propinsi dan Kab/Kota.4. Asosiasi2: PPSKI, APFINDO, ASOHI dll5. Legislasi: UU, SK Menteri, SK Dirjen Peternakan dan Perda. (Tugas
Baca:
Visi dan MisiTujuanSasaranStrategi
Kebijakan ImplementasiProgramAnalisis SWOT
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)
Cow - Calf
FeedloterKereman
Pemotongan
RPH
TPH
Hasil Ikutan lain DAGING KULIT
Industri Pengolahan
Daging
Industri Penyamakan
Kulit
Industri Pengolahan
Produk Sampingan
BiogasPupuk Organik
“REARING”
Industri Pakan
Pakan Hijauan
Impor Bakalan
Obat-obatan Kesehatan
Hewan
Baso, Dendeng, dll
Pakaian, SepatuBone & Blood Meal
Pasar Ternak
Industri Semen dan Perangkat IB
Pohon Industri Peternakan Sapi Potong
4
PERENCANAAN, FASILITASI, PENGATURAN, PELAYANAN,PERENCANAAN, FASILITASI, PENGATURAN, PELAYANAN,REGULASI, KEBIJAKAN, PENGENDALIANREGULASI, KEBIJAKAN, PENGENDALIAN
(TUGAS PEMERINTAH)(TUGAS PEMERINTAH)
DOMESTIK
EKSPOR
ON
FARM
PRODUKSEGAR
Pascapanen Mutu Packaging Penyimpanan Kemitraan
PRODUKOLAHAN
Industri Pengolahan Alat-alat Pengolahan Alat Pengering Packaging Canning, Botling Bahan Penolong Mutu Kemitraan
PRODUKIKUTAN
LIMBAH
PASAR
IMPOR
Turunan I
Olahan
Whole Sale Cold Storage Terminal /Sub Terminal Gudang Lumbung Transportasi Distribusi Pelabuhan Jalan Harga Bursa
Mutu Harga Time Delivery Trust / Image Kecintaan Performance Market analysis Promosi Persaingan
PPn Tarif / Non Tarif P .E K. E
Mutu Harga Potensi Volume
Permasalahan: Peningkatan populasi lambat, produktivitas rendah, ada
penyembelihan betina produktif (2001-2005 r=-0.9%) Harga pasar fluktuatif (pasar tidak kondusif) impor sapi hidup dan
turunannya Tidak ada insentif yang merangsang tumbuhnya peternak pembibitan
yang berorientasi komersial Tingginya kasus gangguan reproduksi (13%) Gangguan Parasit (90%) PBB turun 0.1kg; Tingginya angka kematian pedet Malnutrisi
POPULASI Penggalakan IB Pemberantasan penyakit dan gangguan reproduksi Pencegahan penyembelihan betina produktif Program budidaya dengan keunggulan komparatif dan kompetitif Peningkatan kualitas pakan dan subsistem penunjang (lahan,
pengairan) Pengembangan sapi potong berbasis agribisnis (integrated dengan
pertanian) Penegakan UU no 18 tahun 2009 ( larangan pemotongan betina
produktif) Sosialisasi, pengawasan dan law enforcement: penyediaan dana
talangan, retribusi yang tinggi, pemberian penghargaan kepada petugas RPH dan masyarakat.
Kebijakan pengembangan agribisnis sapi potong harus mendukung pola usaha bersifat kerakyatan, berskala kecil, kepemilikan modal dan sumberdaya sangat terbatas.
Mengembangkan Pola integrasi dapat bersifat kemitraan investasi dan penyediaan sarana produksi.
PAKAN Peternak lebih suka melepas ternaknya untuk mencari rumput alam
atau padang penggembalaan umum yang berkualitas rendah (pet rakyat)
Mengembangkan pakan berbasis sumberdaya lokal Integrasi dengan pertanian efisiensi Pengembangan agribisnis sapi potong membutuhkan perwilayahan
untuk produksi sapi bakalan, sapi bibit.
BIBIT program pemuliabiakan yang mencakup seleksi berdasarkan
karakteristik fenotip dan genetik serta pencatatan reguler untuk meningkatkan mutu dan menghindari inbreeding.
Selain itu diperlukan eksplorasi potensi sumberdaya genetik lokal serta pemetaan genetik.
DIPERLUKAN UPAYA-UPAYA SEBAGAI BERIKUT: (1) Kebijakan yang mampu mengkonsolidasikan pemerintahan pusat,
provinsi dan kabupaten dalam mengimplementasikan program terpadu;
(2) Perlu menekan kebijakan-kebijakan yang bersifat mendistorsi pasar, (3) Dalam menghadapi globalisasi diperlukan perlindungan dan
perlakuan khusus untuk peternak skala kecil, dan (4) Reformasi sistem kelembagaan agribisnis sapi potong.(5) Peningkatan pelayanan keswan
Dampak Impor Ternak dan Daging Sapi
Penduduk Indonesia yang tinggi (> 200 juta orang) merupakan potensi pasar untuk segala komoditas
Besaran impor daging sapi telah lama meresahkan beberapa kalangan peternakan Indonesia.
Untuk mendorong peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri diperlukan kondisi lingkungan usaha peternakan sapi potong yang kondusif.2007-2008 prod daging (r=3,8%)2007 Lokal 263.458 ton impor 76.022 ton2008 251.941 ton 100.472 ton
Impor bakalan 2007 – 2008 r = 28,92% Swa sembada daging …?
Tupoksi2 Penting Pemerintah dalam pengembangan Sapi Potong
Kebijakan Direktorat Jenderal Peternakan untuk mencapai tujuan dalam periode 2010-2014 adalah
1. Kebijakan peningkatan ketersediaan dan mutu benih dan bibit
2. Kebijakan peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia
3. Kebijakan peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak non-ruminansia
4. Kebijakan peningkatan dan mempertahankan status kesehatan hewan
5. Kebijakan peningkatan jaminan keamanan produk hewan
6. Kebijakan peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat
Strategi yang ditempuh adalah :
1. Peningkatan ketersediaan dan perbaikan mutu benih dan bibit ternak denganoptimalisasi kelembagaan perbibitan dan sertifikasi, penjaringan, pemurnian danpersilangan ternak bibit dan benih lokal melalui penerapan perbibitan yang baik,serta penggunaan teknologi inseminasi buatan dan embrio transfer.
2. Peningkatan populasi dan optimasi produksi ternak ruminansia melaluipenerapan good farming practices (GFP), pengaturan perwilayahan, integrasiternak dan tanaman, pendayagunaan bahan pakan lokal serta pemberdayaanpeternak.
3. Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular dan gangguanreproduksi serta mempertahankan dan memperluas status wilayah Indonesiabebas penyakit hewan menular strategis.
4. Pencegahan dan pengamanan bahaya pencemaran produk hewan, zoonosis danproduk rekayasa genetik, serta peningkatan penerapan kesejahteraan hewan.5. Pendayagunaan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM peternakan untukkebijakan dan pengambilan keputusan.
Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang mempunyai kontribusi terbesar sebagai penghasil daging. Selama ini produksi daging sapi di Indonesia belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri yang cenderung meningkat setiap tahun. Oleh karena itu, pemerintah melakukan impor daging sapi dan bakalan antara lain dari Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Peningkatan permintaan terhadap daging sapi membuka peluang bagi pengembangan sapi potong lokal dengan skala agribisnis melalui pola kemitraan.
Sistem agribisnis sapi potong merupakan kegiatan yang mengintegrasikan pembangunan pertanian, industri, dan jasa secara simultan dalam suatu kluster industri yang mencakup empat subsistem, yaitu subsistem agrisbisnis hulu, subsistem agribisnis budi daya, subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa penunjang.
Kemitraan merupakan kegiatan kerja sama antar pelaku agribisnis mulai daritingkat praproduksi, produksi hingga pemasaran, yang dilandasi azas salingmembutuhkan dan menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerja sama, dalam hal ini perusahaan dan petani peternak sapi potong, untuk saling berbagi biaya, risiko, dan manfaat.
PARADIGMAPARADIGMA
1. Pembangunan ekonomi kerakyatan dengan antisipasi global
2. Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat, pemerintah menjalankan fungsi stimulasi, dinamisasi, regulasi, fasilitasi dan pengendalian
3. Mengisi dan memperkuat pelaksanaan otonomi daerah
4. Menumbuhkan, mengutuhkan, dan mengembangkan yang telah ada berdasarkan potensi daerah
5. Mengembangkan perencanaan dari bawah (bottom up planning) dan bersifat transparan, partisipatif dan demokratis
6. Keseimbangan antar kawasan, terutama antara KTI dengan KBI
Analisis Masalah berdasarkan isu pokok :Analisis Masalah berdasarkan isu pokok :
1. Daya Saing2. Berkelanjutan3. Kerakyatan4. Desentralisasi (Otonomi Daerah)
Isu penting dalam pengembangan usaha ternak sapi potong adalah penurunanpopulasi ternak yang terus berlanjut dari tahun ke tahun. Rendahnya produktivitasternak serta kompleksnya masalah dalam sistem usaha ternak sapi potong merupakan tantangan sekaligus peluang dalam pengembangan usaha ternak sumber daging tersebut.
Solusi yang dapat dijangkau adalah mengintegrasikan usaha sapi potong dengan sumber pakan. Sumber pakan dapat memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan yang selama ini belum digunakan secara optimal.
Pengembangan rumah potong hewan dan pengendalian pemotongan sapibetina produktif perlu mendapat perhatian. Pencegahan pemotongan induk betina produktif berpotensi menambah populasi ternak melalui anak yang Dilahirkan.
Keberhasilan pengembangan usaha ternak sapi potong ditentukan olehdukungan kebijakan yang strategis yang mencakup tiga dimensi utama agribisnis, yaitu kebijakan pasar input, budi daya, serta pemasaran dan perdagangan dengan melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat peternak. Dari ketiga dimensi tersebut, kebijakan pemasaran (perdagangan) memegang peranan kunci.
Keberhasilan kebijakan pasar output akan berdampak langsung terhadapbagian harga dan pendapatan yang diterima pelaku agribisnis. Kondisi iniakan memantapkan proses adopsi teknologi, peningkatan produktivitas, dan pada akhirnya menjamin keberlanjutan investasi.
1. Pemetaan potensi pengembangan padang penggembalaan dan tanamanhijauan pakan di setiap daerah atau wilayah yang memungkinkan.
2. Penetapan lokasi atau kawasan pengembangan.
3. Perencanaan dan pelaksanaan program- program yang terintegrasi antarsektor(instansi teknis), lebih dari sekedar saling mendukung.
4. Pemenuhan jumlah dan kompetensi tenaga penyuluh.
5. Dukungan dan fasilitasi bagi terbentuknya sekolah lapang bagi petani atau peternak, dan pengadaan sumber informasi atau unit pelayanan yang mudah dan dapat diakses dengan cepat oleh masyarakat untuk menyampaikan masalah dan memperoleh bimbingan atau informasi.
6. Perbaikan intensitas dan frekuensi pelatihan, khususnya penyediaan hijauan sesuai dengan peningkatan populasi ternak sapi. Swasembada daging sapi akan dicapai dan dapat dipertahankan bila populasi dan mutu ternak sapi potong berkembang lebih cepat atau minimal sama dengan peningkatan kebutuhan.
7. Pengawasan dan pengendalian pemotongan ternak betina produktif dan pengembangan rumah potong hewan.
8. Dukungan penelitian dan pengembangan.
ANALISIS MASUKAN KEBIJAKAN
Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging sapi di dalam negeri.
Upaya untuk meningkatkan keseimbangan penyediaan dan kebutuhan ternak sangat tergantung pada ketersediaan bibit yang berkualitas.
Oleh karena itu upaya perbaikan mutu dan penyediaan bibit yang memenuhi standar dalam jumlah yang cukup dan tersedia secara terus menerus serta harga terjangkau harus diupayakan secara berkelanjutan.
Permasalahan perbibitan yang dihadapi saat ini adalah bahwa: (1). Jumlah bibit ternak belum terpenuhi; (2) Kualitas bibit masih rendah; (3) Pelaku usaha masih kurang respons dalam kegiatan perbibitan; (4) Pengurasan sapi betina produktif akibat pemotongan sapi betina produktif masih terus terjadi; (5) Sumber-sumber perbibitan ternak masih tersebar dengan kepemilikan rendah sehingga menyulitkan pembinaan, pengumpulan dan distribusi bibit dalam jumlah yang sesuai kebutuhan (6) Kelembagaan perbibitan belum memadai, (7) Keterkaitan dan saling ketergantungan diantara para pelaku perbibitan belum berlangsung secara optimal.
Mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan tindakan nyata untuk mempercepat pembangunan industri perbibitan di Indonesia. Sasaran perbaikan mutu dan penyediaan bibit sapi potong, adalah:
1. Meningkatkan jumlah dan mutu bibit, 2. Mengoptimalkan keterkaitan dan saling ketergantungan pelaku
pembibitan dalam upaya penyediaan benih/ bibit ternak dalam jumlah, jenis dan mutu sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan peran lembaga pembibitan ternak di perdesaan.
Sasaran perbaikan mutu dan penyediaan bibit sapi potong
Kebijakan Pemerintah Dalam PERBIBITAN
Visi Tersedianya benih dan bibit ternak berkualitas dalam jumlah yang cukup mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin kontinuitasnya
Misi 1. Memfasilitasi tersedianya benih dan bibit ternak 2. Mendorong usaha pembibitan ternak rakyat, pemerintah dan
swasta 3. Membina kelembagaan perbibitan 4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dibidang
perbibitan 5. Memanfaatkan sumberdaya genetik ternak secara optimal
TUJUAN
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas benih dan bibit ternak serta pemanfaatan sumberdaya genetik ternak secara berkelanjutan
2. Menyusun kebijakan dan strategi perbibitan ternak secara nasional
3. Meningkatkan fungsi kelembagaan perbibitan rakyat, swasta dan pemerintah
4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia perbibitan
5. Mewujudkan iklim usaha pembibitan yang kondusif
6. Menyusun perencanaan dan pelaporan kegiatan perbibitan
Sasaran1. Penyediaan benih dan bibit ternak dalam jumlah yang cukup dan
berkualitas secara berkelanjutan
2. Penerbitan peraturan di bidang perbibitan untuk peningkatan pelayanan
3. Optimalisasi fungsi kelembagaan perbibitan
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia perbibitan (peternak, petugas, kelembagaan perbibitan)
5. Fasilitasi usaha-usaha pembibitan ternak
6. Penyusunan perencanaan dan pelaporan kegiatan perbibitan
STRATEGI 1. Pembinaan perbibitan ternak unggulan nasional maupun
daerah 2. Memfasilitasi usaha pembibitan yang dilakukan
UPT/UPTD, rakyat maupun swasta 3. Mendorong usaha-usaha pembibitan ternak di pedesaan 4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia perbibitan
melalui pelatihan, magang, studi banding, dan lain-lain 5. Mendorong kemitraan usaha pembibitan ternak antara
UPT/UPTD, peternak dengan pengusaha 6. Mendorong pemanfaatan plasma nutfah secara
berkesinambungan
KEBIJAKAN1. Pengelolaan dan peningkatan mutu dan jumlah benih dan bibit
ternak 2. Penyusunan, penyempurnaan, sosialisasi ”Sistem Perbibitan Ternak
Nasional” dan peraturan perbibitan 3. Penguatan koordinasi dan kelembagaan perbibitan 4. Penguatan SDM perbibitan 5. Promosi dan membangun citra (brand image) bibit ternak 6. Koordinasi perencanaan dan pelaporan
PROGRAM1. Peningkatan ketersediaan benih dan bibit ternak serta pelestarian,
pemanfaatan dan pengembangan plasma nutfah 2. Peningkatan minat usaha pembibitan ternak dan membangun citra
(brand image) bibit ternak 3. Peningkatan koordinasi dan kelembagaan perbibitan 4. Peningkatan dan pemberdayaan SDM perbibitan 5. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan dibidang perbibitan
PROGRAM1. Peningkatan ketersediaan benih dan bibit ternak
serta pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan plasma nutfah
2. Peningkatan minat usaha pembibitan ternak dan membangun citra (brand image) bibit ternak
3. Peningkatan koordinasi dan kelembagaan perbibitan
4. Peningkatan dan pemberdayaan SDM perbibitan 5. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan
dibidang perbibitan
MISI DIREKTORAT BUDIDAYA1. Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak ruminansia 2. Meningkatkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
pakan lokal 3. Mendorong pengembangan teknologi tepat guna melalui
pemanfaatan alat dan mesin 4. Meningkatkan kualitas pelayanan teknis budidaya ternak
ruminansia yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan 5. Meningkatkan koordinasi, pembinaan dan pengembangan
wilayah secara terpadu dalam bingkai integrasi usaha. 6. Meningkatkan pembinaan kelembagaan usaha peternakan yang
berdaya saing
TUJUAN1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha budidaya ternak
ruminansia. 2. Meningkatkan ketersediaan daging dan susu 3. Pengaturan stock/persediaan bakalan, daging dan susu. 4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak
SASARAN
1. Meningkatnya populasi sapi potong mencapai 14,231 juta ekor (pertumbuhan ratarata 2,7 % per tahun) dan produksi daging 420,4 ribu ton (pertumbuhan rata-rata 7,92 % per tahun) sampai dengan tahun 2014.
2. Meningkatnya populasi sapi perah mencapai 613.554 ribu ekor (pertumbuhan ratarata 9,28% pertahun) dan produksi susu mencapai 1,29 juta ton (pertumbuhan ratarata 15,5 % per tahun) sampai dengan tahun 2014.
3. Meningkatnya populasi ternak ruminansia lainnya (kerbau, kambing dan domba).
4. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak
KEBIJAKAN1. Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak ruminansia melalui : inseminasi
buatan, intensifikasi kawin alam, pencegahan pemotongan ternak betina produktif dan penanggulangan gangguan reproduksi.
2. Meningkatkan daya saing usaha budidaya ternak ruminansia melalui : produksi bakalan, pembesaran dan penggemukan.
3. Meningkatkan daya saing usaha budidaya ternak perah melalui : pengembangan rearing unit (pembesaran), pengembangan model cluster dan perwilayahan.
4. Meningkatkan ketersediaan pakan yang memenuhi standar kebutuhan secara berkesinambungan melalui : pengembangan tanaman pakan, pembinaan penerapan teknologi tepat guna berbasis sumber daya pakan lokal dan pemanfaatan limbah pertanian serta agroindustri.
5. PengembanganMendorong pemanfaatan alat dan mesin budidaya ternak ruminansia, pengolahan pakan ternak, pasca panen dan pengolahan limbah peternakan.
6. Pemberdayaan kelembagaan usaha budidaya ternak ruminansia melalui : pengembangan kawasan usaha peternakan, fasilitasi permodalan dan kemitraan usaha, pembinaan kelompok, pengembangan model-model usaha peternakan spesifik lokasi.
7. Pemberdayaan peternak melalui peningkatan pelayanan teknis.
PROGRAMSwasembada Daging Sapi
Penyediaan Bakalan/daging sapi lokal Peningkatan Produktifitas dan reproduktifitas ternak sapi lokal Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dan pabrik pakan mini Pencegahan pemotongan sapi betina produktif Pengaturan impor, distribusi dan pemasaran ternak/daging.
Revitalisasi Persusuan Peningkatan populasi sapi perah Peningkatan produktivitas sapi perah Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dan pabrik pakan mini Penanganan pasca panen susu Pengembangan kelembagaan usaha Fasilitasi alat dan mesin
Pengembangan Ternak Kerbau, Kambing dan Domba Peningkatan populasi dan produktivitas Pengembangan kelembagaan usaha Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dan pabrik pakan mini Fasilitasi alat dan mesin
Pencapaian Swasembada Daging Sapi.Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 telah ditetapkan sebagaiprogram Nasional yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan secara maksimalagar swasembada daging sapi benar-benar dapat diwujudkan tepat padawaktunya. Oleh karena itu Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) harusdilakukan melalui berbagai terobosan yang dapat diwujudkan melalui jaringankoordinasi yang kuat antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,masyarakat, dan swasta, sehingga swasembada daging dapat dicapai secaraberkelanjutan.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan penyediaan, maka tanpa upaya yang serius,dikhawatirkan pada tahun 2014 Indonesia masih dihadapkan pada kekuranganpasokan daging sapi. Dalam kondisi seperti itu, kebijakan yang dapat diterapkanadalah pengawasan pemotongan betina produktif, importasi sapi betina produktif,pengembangan pakan dan alat dan mesin (Alsin), serta importasi bull.
Pelaksanaan PSDS dilakukan dengan lima kegiatan pokok dan 13 kegiatan operasional yaitu :
1). Kegiatan pokok penyediaan bakalan/daging sapi lokal dengan kegiatanoperasional yaitu : a). pengembangan usaha, b). pengembangan pupukorganik dan biogas, c). pengembangan integrasi, dan d). peningkatan kualitasRPH.2). Kegiatan pokok peningkatan produktivitas dan reproduktivitas sapi lokaldengan kegiatan operasional yaitu : a). optimalisasi IB dan INKA, b).penyediaan dan pengembangan pakan dan air, c). penanggulangangangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan.3). Kegiatan pokok pencegahan pemotongan sapi betina produktif dengankegiatan operasional yaitu pemberdayaan sapi betina produktif secaraoptimal.4). Kegiatan pokok penyediaan bibit sapi dengan kegiatan operasional yaitu : a).Penguatan kelembagaan sumber bibit dan kelembagaan usaha perbibitan, b). pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui Village BreedingCentre (VBC), dan c). penyediaan bibit melalui subsidi bunga (KUPS).5). Kegiatan pokok revitalisasi aturan distribusi dan pemasaran ternak/dagingsapi dengan kegiatan operasional yaitu : a). pengaturan impor sapi bakalandan daging dan b). pengaturan distribusi dan pemasaran ternak sapi dandaging di dalam negeri.
Contoh:
Sistem Integrasi Sapi Potong dengan komoditas lain
Diskusi Kelompok:1. Mengidentifikasi sistem integrasi sapi potong dengan komoditas
lain2. Analisis SWOT3. Membuat ringkasan rancangan tentang bagan alir, dan
sumberdaya yang dibutuhkan dengan contoh di bawah.
Gambar 1. Model Integrasi Ternak Sapi
Terimakasih