bahan cetak elastomer polisulfida

60
Lession Sterilization and Tissue Repair Therapy: Revolusi dalam Pengobatan Gigi Oleh : Tetiana Haniastuti 1. Pendahuluan Pernahkah anda mengalami sakit gigi berdenyut yang sangat mengganggu dan harus bolak-balik ke dokter gigi untuk perawatannya? Kunjungan berulang kali ke dokter gigi bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang menjengkelkan. Namun sekarang bila mengalami hal tersebut, anda tidak perlu datang ke dokter gigi berulang kali. Cukup dengan sekali kunjungan maka perawatan sudah selesai. Metode pengobatan gigi yang baru ini diperkenalkan oleh seorang ahli Mikrobiologi, Profesor Hoshino Etsuro dari Universitas Niigata, Jepang. Sejak dua dasa warsa terakhir, kelompok peneliti di bawah bimbingan Profesor Hoshino telah melakukan berbagai penelitian, baik klinis maupun laboratoris untuk membuktikan efektivitas metode ini. Uji klinis telah dilakukan di berbagai negara, khususnya Asia antara lain Indonesia, Thailand, dan Bangladesh. Akan tetapi, metode yang dinamakan Lesion Sterilization and Tissue Repair 3Mix-MP SavePulp therapy (LSTR) ini tampaknya akan banyak mendapatkan tentangan dari kalangan praktisi kedokteran gigi karena mengubah banyak hal mengenai paradigma penanganan sakit gigi. 2. Perbedaan Prinsip Metode LSTR dengan Metode Konvensional Rasa sakit spontan yang dirasakan terus-menerus sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien ketika datang ke tempat praktek dokter gigi. Dalam dunia kedokteran gigi, rasa sakit tersebut merupakan gejala utama dari pulpitis. Pulpitis adalah reaksi inflamasi pada pulpa gigi. Sebagian besar kasus pulpitis diakibatkan oleh infeksi bakteri-bakteri terutama bakteri anaerob baik yang bersifat fakultatif maupun obligat misalnya Streptococcus, Propionibacterium, Eubacterium dan Actinomyces (Hoshino, 1985). Pada kasus ini, biasanya gigi mengalami karies yang dalam dan luas yang melibatkan struktur dentin maupun pulpa (Levin, 2003). Perawatan yang biasa dilakukan oleh para dokter gigi (metode konvensional) untuk menangani kasus tersebut adalah perawatan saluran akar gigi, berupa pulpektomi atau pulpotomi. Berikut uraian mengenai perbedaan prinsip antara metode konvensional dan LSTR:

Upload: nisaa-tassya-fatarnaha

Post on 04-Jul-2015

899 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Lession Sterilization and Tissue Repair Therapy: Revolusi dalam Pengobatan Gigi

Oleh : Tetiana Haniastuti

1. Pendahuluan

Pernahkah anda mengalami sakit gigi berdenyut yang sangat mengganggu dan harus bolak-balik ke dokter gigi untuk perawatannya? Kunjungan berulang kali ke dokter gigi bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang menjengkelkan. Namun sekarang bila mengalami hal tersebut, anda tidak perlu datang ke dokter gigi berulang kali. Cukup dengan sekali kunjungan maka perawatan sudah selesai.

Metode pengobatan gigi yang baru ini diperkenalkan oleh seorang ahli Mikrobiologi, Profesor Hoshino Etsuro dari Universitas Niigata, Jepang. Sejak dua dasa warsa terakhir, kelompok peneliti di bawah bimbingan Profesor Hoshino telah melakukan berbagai penelitian, baik klinis maupun laboratoris untuk membuktikan efektivitas metode ini. Uji klinis telah dilakukan di berbagai negara, khususnya Asia antara lain Indonesia, Thailand, dan Bangladesh. Akan tetapi, metode yang dinamakan Lesion Sterilization and Tissue Repair 3Mix-MP SavePulp therapy (LSTR) ini tampaknya akan banyak mendapatkan tentangan dari kalangan praktisi kedokteran gigi karena mengubah banyak hal mengenai paradigma penanganan sakit gigi.

2. Perbedaan Prinsip Metode LSTR dengan Metode Konvensional

Rasa sakit spontan yang dirasakan terus-menerus sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien ketika datang ke tempat praktek dokter gigi. Dalam dunia kedokteran gigi, rasa sakit tersebut merupakan gejala utama dari pulpitis. Pulpitis adalah reaksi inflamasi pada pulpa gigi. Sebagian besar kasus pulpitis diakibatkan oleh infeksi bakteri-bakteri terutama bakteri anaerob baik yang bersifat fakultatif maupun obligat misalnya Streptococcus, Propionibacterium, Eubacterium dan Actinomyces (Hoshino, 1985). Pada kasus ini, biasanya gigi mengalami karies yang dalam dan luas yang melibatkan struktur dentin maupun pulpa (Levin, 2003).

Perawatan yang biasa dilakukan oleh para dokter gigi (metode konvensional) untuk menangani kasus tersebut adalah perawatan saluran akar gigi, berupa pulpektomi atau pulpotomi. Berikut uraian mengenai perbedaan prinsip antara metode konvensional dan LSTR:

a. Metode Konvensional

Para dokter gigi selama ini berpendapat bahwa rasa sakit berdenyut pada gigi yang timbul secara spontan dan dirasakan secara terus-menerus oleh pasien sebagai pertanda terjadinya reaksi inflamasi yang parah, yang merupakan gejala khas dari pulpitis yang bersifat irreversible. Karena sifatnya yang irreversible, maka diyakini bahwa jaringan pulpa gigi tidak mungkin mengalami regenerasi yang pada akhirnya vitalitas gigi tidak mungkin dipertahankan (Bindslev and Løvschall, 2002). Oleh karena itu, pada saat ini para dokter gigi biasanya melakukan terapi radikal, baik itu berupa perawatan saluran akar gigi ataupun pencabutan gigi untuk menangani kasus tersebut (Sigurdsson, 2003).

Terapi radikal tersebut biasa dilakukan karena apabila jaringan pulpa yang mengalami infeksi/inflamasi tidak diambil, dikhawatirkan infeksi akan semakin menyebar ke seluruh jaringan gigi sehingga menyebabkan gangren pulpa. Pada perawatan saluran akar gigi, dilakukan pengambilan seluruh jaringan pulpa (meliputi antara lain pembuluh darah, serabut syaraf, dan jaringan ikat) dan diganti dengan bahan pengisi saluran akar, misalnya gutta percha. Dampak dari perawatan ini adalah gigi menjadi non vital

Page 2: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

sehingga struktur jaringannya lebih rapuh, dan apabila menerima tekanan yang besar, gigi mudah patah (Sigurdsson, 2003).

Di Indonesia, karena keterbatasan peralatan, pencabutan gigi merupakan hal yang lumrah dilakukan apabila dokter gigi menjumpai pasien dengan kasus pulpitis. Bahkan sebagian besar pasien dengan keluhan sakit gigi yang datang ke dokter gigi minta agar giginya dicabut. Kebanyakan orang awam berpikir bahwa dengan mencabut gigi yang sakit, persoalan sudah selesai. Padahal, gigi ompong juga merupakan awal dari sederet permasalahan lain, misalnya hilangnya ruang untuk erupsi gigi permanen apabila hal tersebut terjadi pada gigi susu atau bila terjadi pada gigi permanen mengakibatkan maloklusi dan poket periodontal yang dapat berakhir dengan tanggalnya gigi (Camp, 1994).

b. Metode LSTR

Berbeda dengan metode konvensional, prinsip dari metode LSTR adalah mempertahankan vitalitas gigi, dengan upaya disinfeksi lesi-lesi pulpa yang bertujuan membunuh bakteri-bakteri yang menginfeksi pulpa menggunakan kombinasi tiga macam antibiotik yaitu metronidazole, ciprofloxacin dan minocyclin.

Ketiga serbuk antibiotik tersebut dicampur dengan macrogol dan prophylene glycol yang berfungsi sebagai bahan pembawa, diletakkan pada area sekitar lesi, sebelum dilakukan penumpatan. Metode LSTR ini juga mensyaratkan restorasi akhir yang bersifat tight sealing, untuk menghindari kebocoran mikro di sekitar tumpatan yang dapat mengakibatkan karies sekunder (Hoshino dan Takushige, 1998).

Inflamasi merupakan reaksi fisiologis pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing yang menginfeksi tubuh kita. Pada saat inflamasi, terjadi infiltrasi sel-sel inflamasi, misalnya leukosit polimorfonuklear dan makrofag yang berfungsi untuk mengeliminasi bakteri-bakteri, antara lain dengan fungsi fagositosisnya. Namun, pada saat yang bersamaan mereka juga akan mensintesis substansi-substansi yang apabila diproduksi dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan host (Mjör, 2002; Smith, 2002).

Prinsip metode LSTR adalah membunuh bakteri-bakteri yang menginfeksi pulpa. Apabila bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, maka inflamasi akan mereda, sehingga memberi kesempatan pada sel-sel pulpa gigi untuk melakukan regenerasi yang memungkinkan repair jaringan gigi (Hoshino dan Takushige, 1998).

3. Penelitian-Penelitian yang Berkaitan dengan LSTR

Berbagai penelitian untuk menguji efektivitas LSTR sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian laboratoris dengan metode in vitro maupun in situ diketahui bahwa kombinasi tiga antibiotik (metronidazole, ciprofloxacin dan minocycline) yang digunakan dalam metode LSTR terbukti efektif membunuh bakteri-bakteri oral yang ditemukan pada karies maupun lesi-lesi endodontik (Hoshino dkk., 1996; Sato dkk, 1996). Macrogol dan prophylene glycol terbukti mampu membawa zat-zat aktif tersebut sehingga dapat berpenetrasi ke tubuli dentinalis dan mencapai lesi (Cruz dkk., 2002).

Secara klinis, penelitian yang dilakukan oleh Takushige dkk. (2004) menunjukkan bahwa gigi susu dengan lesi-lesi periradikular termasuk yang mengalami resorpsi akar secara fisiologis, berhasil dirawat dengan metode LSTR dengan satu kali kunjungan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa fistula dan gingival swelling hilang setelah beberapa hari dan pemeriksaan radiografik menunjukkan gambaran yang normal. Pada penelitian tersebut juga diketahui bahwa gigi permanen pengganti bisa erupsi secara normal.

Pada kasus pulpitis pada gigi permanen, hasil pemeriksaan paska perawatan dengan metode LSTR menunjukkan bahwa keluhan rasa sakit hilang, vitalitas gigi tetap terjaga, dan gigi berfungsi secara

Page 3: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

normal. Hal itu menunjukkan tercapainya parameter keberhasilan perawatan dengan metode LSTR. Hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian dengan teknik immunohistokimiawi yang dilakukan oleh penulis (unpublished data) yang membuktikan bahwa paska perawatan pulpitis dengan metode LSTR, serabut syaraf dan juga sel-sel odontoblast pada pulpa gigi tetap vital. Odontoblast merupakan sel yang berfungsi untuk membentuk dentin. Apabila odontoblast masih vital, maka gigi akan mampu membentuk dentin tersier sehingga terjadi repair jaringan gigi (Tziafas, 2004).

4. Keunggulan Metode LSTR Dibandingkan Metode Konvensional

Apabila dibandingkan dengan metode konvensional, metode LSTR mempunyai banyak keunggulan, antara lain:

a. Mempertahankan vitalitas jaringan pulpa gigi

Prinsip dari metode LSTR memungkinkan vitalitas gigi tetap dipertahankan, sehingga fungsi gigi secara normal tetap terjaga. Metode ini dapat diterapkan untuk merawat gigi susu maupun gigi permanen. Adapun dampak dari perawatan dengan metode konvensional adalah gigi menjadi non vital sehingga strukturnya rapuh.

b. Teknik yang sederhana

Di Indonesia, praktek endodontik pada umumnya dikerjakan oleh seorang dokter gigi spesialis konservasi gigi. Teknik perawatan ini membutuhkan keterampilan dan instrumen kedokteran gigi yang khusus. Adapun teknis perawatan LSTR dapat dikerjakan oleh seorang dokter gigi umum, tanpa memiliki keahlian khusus dan juga tidak membutuhkan instrumen kedokteran gigi yang khusus.

c. Ekonomis

Apabila dibandingkan dengan teknik endodontik konvensional, total biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah, baik dari segi material yang digunakan untuk perawatan, biaya kunjungan ke dokter gigi, maupun biaya transport pasien untuk datang ke tempat praktek dokter gigi.

d. Perawatan memakan waktu yang singkat

Banyak pasien mengeluh ketika harus datang berulang kali ke dokter gigi. Betapa banyak waktu terbuang untuk datang berulang kali ke tempat praktek dan juga ketika harus antri menunggu giliran untuk dirawat. Berbeda dengan metode endodontik konvensional yang memerlukan kunjungan berulang, teknik perawatan dengan metode LSTR membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat.

5. Penutup

Mengingat kelebihan-kelebihan metode ini seperti yang telah penulis uraikan dan juga peta penyebaran dokter gigi spesialis yang sangat tidak merata, akan sangat berguna apabila teknik ini bisa dikembangkan secara luas di Indonesia. Pada saat ini sudah dilakukan upaya-upaya untuk memperkenalkan metode ini pada para dokter gigi di Indonesia. Namun, masih terdapat beberapa kendala, yaitu:

a. Teori yang sudah diyakini selama bertahun-tahun yang menyebabkan perbedaan paradigma penanganan sakit gigi di kalangan praktisi kedokteran gigi, menyebabkan konsep LSTR belum bisa sepenuhnya diterima sebagai alternatif pengobatan gigi di Indonesia.

b. Keterbatasan material yang diperlukan untuk melakukan perawatan dengan metode LSTR, terutama macrogol. Di Indonesia, bahan ini masih belum bisa didapat secara mudah.

Page 4: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Referensi:

1. Camp, J.H., 1994, Pediatric endodontic treatment dalam Cohen S., Burns R.C., eds. Pathways of the pulp, 6th ed, Mosby co., St Louis, USA, 633-671

2. Cruz, E.V., K. Kota, J. Huque, M. Iwaku, E. Hoshino, 2002, Penetration of prophylene glycol through dentine, Int. Endod. J., 35, 330-336

3. Hoshino, E., 1985, Predominant obligate anaerobes in human carious dentine, J. Dent. Res., 64, 1195-1198

4. Hoshino, E., N. Kurihara-Ando, I. Sato, H. Uematsu, M. Sato, K. Kota, M. Iwaku, 1996, In vitro antimicrobial susceptibility of bacteria taken from infected root dentine to a mixture of ciprofloxacin, metronidazole and minocycline, Int. Endod. J., 29, 125-30

5. Hoshino, E., T. Takushige, 1998, LSTR 3Mix-MP method – better and efficient clinical procedures of lesion sterilization and tissue repair (LSTR) therapy, Dental Rev., 666, 57-106

6. Hørsted-Bindslev, P., H. Løvschall, 2002, Treatment outcome of vital pulp treatment, Endod. Top., 2, 24-34

7. Levin, L.G., 2003, Pulpal irritants, Endod. Top., 5, 2-11

8. Mjör, I.A., 2002, Pulp-dentin biology in restorative dentistry, Quintessence Publishing co., Chicago

9. Sato, I., N. Kurihara-Ando, K. Kota, M. Iwaku, E. Hoshino, 1996, Sterilization of infected root-canal-dentine by topical application of a mixture of ciprofloxacin, metronidazole and minocycline in situ, Int. Endod. J., 29, 118-124

10. Smith, A.J., 2002, Pulpal responses to caries and dental repair, Caries Res., 36, 223-232

11. Sigurdsson, A., 2003, Pulpal diagnosis, Endod. Top., 5, 12-25

12. Takushige, T., E.V. Cruz, A.A. Moral, E. Hoshino, 2004, Endodontic treatment of primary teeth using a combination of antibacterial drugs, Int. Endod. J., 37, 132-138

13. Tziafas, D., 2004, The future role of a molecular approach to pulp-dentinal regeneration, Caries Res., 38, 314-320

http://io.ppijepang.org/cetak.php?id=264

Page 5: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

BAHAN CETAK ELASTOMER POLISULFIDA (Rubber-Base, Mercapta, Thiokol)

KOMPOSISI

Bahan ini terdiri atas dua pasta :Pasta dasar mengandung :

1. Suatu polisulfida

Ini biasa disebut mercapta karena mengandung gugus –SH. Dua gugus ini berada di bagian ujung rantai sedangkan yang satu lagi tergantung.Suatu bahan pengisi sebanyak 11-54% terdiri dari berbagai bahan bukan zinc oksida dan kalsium fosfat seperti yang dilaporkan dalam literatur terdahulu; salah satu contoh bahan pengisi adalah titanium dioksida.Pasta dasar biasanya berwarna putih, ini disebabkan oleh warna bahan pengisi.

2. Pasta pereaksi (kadang-kadang disebut pasta akselerator atau katalisator)

Ini terbuat dari :

o Lead dioksida (PbO2) ini menyebabkan polimerisasi dan cross-linking, oleh karena oksidasi gugus –SH. Pada salah satu produk terdapat garam kuprum.

o Sulfur, yang memungkinkan terjadinya reaksi.

o Minyak (suatu ester atau chlorinated parafin) untuk membuatnya menjadi pasta, tetapi bukan castor oil seperti yang diduga oleh beberapa orang.

Pasta ini berwarna coklat, disebabkan oleh adanya lead dioksida.

SIFAT

1. Elastisitas

Semakin lama bahan cetak di dalam mulut sebelum dikeluarkan, semakin besar ketepatannya. Distorsi dapat diminimalkan karena sifat elastik dari bahan cetak karet ini.

Page 6: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Deformasi elastik setelah peregangan yang terjadi pada bahan polisulfid lebih lambat pulih dibandingkan dengan 3 jenis bahan lainnya.

2. Rheologi

Polisulfid adalah bahan cetak elastometrik yang paling sedikit kekakuannya.

3. Energi robek

Polisulfid mempunyai ketahanan tertinggi terhadap robekan.

4. Kestabilan dimensional

Bahan karet memiliki kestabilan dimensi lebih baik bila disimpan di udara terbuka dibandingkan bahan cetak hidrokoloid. Namun, terbukti bahwa semua bahan mengalami perubahan dimensi dengan berlalunya waktu dan perubahan seperti itu lebih besar terjadi pada bahan cetak karet polisulfid dibandingkan dengan polieter dan elastomer silikon dengan polimerisasi tambahan.

5. Biokompatibilitas

Kemungkinan reaksi alergi atau toksik dari bahan cetak dan komponen-komponennya adalah kecil. Barangkali masalah biokompatibilatas akibat elastomer yang paling cenderung dapat terjadi adalah bila sebagian bahan cetak tertinggal di sulkus gingiva.

6. Penanganan sendok cetak

Cetakan polisulfid yang paling akurat dibuat dengan menggunakan sendok cetak perseorangan dari akrilik biasa (special/individual tray) untuk meminimalkan efek pengerutan polomerisasi. Hal ini berhubungan dengan meminimalkan jumlah bahan yang digunakan untuk membuat cetakan.

MANIPULASI

1. Dengan panjang tertentu dari kedua pasta yang ditekan keluar dari tube kemasannya pada lembaran pengaduk atau kaca pengaduk. Kedua pasta ini diproduksi dalam viskositas bervariasi, dimana masing-masing dapat digabungkan dan dapat digunakan bersama. Pasta yang mempunyai viskositas rendah akan mencetak detail yang baik.

2. Pasta katalis mula-mula dikumpulkan pada spatula tahan karat dan kemudian didistribusikan di atas pasta basis, dan diaduk di lembar pengadukan. Massa yang diperoleh dikumpulkan dengan bilah spatula dan kembali diaduk merata. Proses tersebut terus dilanjutkan sampai pasta adukan berwarna seragam, tanpa garis warna basis atau

Page 7: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

katalis pada adukan. Bila adukan tidak homogen, proses pengerasan tidak akan berlangsung seragam, dan diperoleh hasil cetakan yang mengalami distorsi. Mengikuti anjuran pabrik selalu disarankan.Bila bahan yang mengeras bergantung pada banyaknya regangan, begitu pula bahan yang tidak mengeras. Bahan cetak polisulfid yang bersifat ‘medium’ dan ‘heavy’ amatlah kental dan lengket. Sebagai akibatnya, pasta jenis tersebut menjadi sulit untuk diaduk. Namun, bila tekanan diberikan secukupnya dan pengadukan dilakukan dengan cepat, bahan tersebut akan terlihat lebih encer dan lebih mudah untuk ditangani. Gejala ini dikenal sebagai ‘pseudoplastisitas’.

3. Setelah pengadukan, pasta mengalami polimerisasi secara lambat sampai proses pencetakan dalam mulut dimana proses polimerisasi akan dipercepat dengan adanya peningkatan suhu dan kelembaban. Untuk menjamin kesempurnaan polimerisasi, ketebalan bahan yang digunakan seharusnya tidak melebihi 2-3 mm.

4. Cetakan tidak boleh dilepas dari mulut sampai sisa bahan yang ada pada mixing pad mengeras. Pelepasan sendok cetak seharusnya dilakukan dengan cepat untuk menjamin sifat elastis bahan dan dibiarkan selama 30 menit sebelum dilakukan pengisian dengan bahan model.

SETTING

Gugus –SH dapat dioksidasi oleh PbO2, menghasilkan rantai S–S.Ini berarti bahwa pasta polisulfida akan :

1. Polimerisasi lebih lanjut, disebabkan oleh oksidasi gugus ujung –SH.

2. Cross-link, disebabkan oleh oksida gugus –SH yang tergantung; Telah ditunjukan bahwa elastomer membutuhkan sedikit cross-linking. Persentase cross-linking tergantung pada nilai m dan n pada formula polisulfida di atas, yaitu pada panjang awal rantai polisulfida.

MODIFIKASI

1. Salah satu bahan untuk menghindari penggunaan PbO2 ialah menggantinya dengan suatu pereaksi organik seperti cumene hydroperoxide atau t-butyl hydroperoxide. Bahan ini

Page 8: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

mudah terbang sehingga hasil cetakan yang telah set dapat kontraksi disebabkan karena menguapnya bahan tersebut.

2. Bahan polisulfida yang baru ditemukan menggantikan lead dioksida dengan zinc karbonat/organic accelerator system. Dinyatakan bahwa bahan ini jauh lebih bersih untuk ditangani daripada polisulfida biasa.

DAFTAR PUSTAKAAnnusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGCCombe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka Posted by ifonly345 at 7:55 PM Labels: BTKG, catatan hasil studi, IMTKG

Page 9: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Bagian Ilmu Biomaterial Kedokteran Gigi

lmu yang mempelajari tentang struktur, komposisi, sifat dan manipulasi material kedokteran gigi yang berkontak dengan jaringan keras/lunak tubuh manusia, berinteraksi dengan sistem biologis, untuk mengembalikan fungsi dan estetik di dalam suatu sistem stomatognatik.Didalamnya diuraikan juga mengenai perkembangan material, cara memilih dan mengevaluasi serta pemakaian material di bidang kedokteran gigi.

Kegiatan Perkuliahan

1. Ilmu Biomaterial KG I (kode: KGB 1201, 2 SKS) 2. Ilmu Biomaterial KG II (kode: KGB 2202, 2 SKS) 3. Ilmu Biomaterial KG III (kode: KGB 3203, 1 SKS)

Kegiatan Praktikum

1. GIP o Penetapan Waktu Setting o Penetapan Ekspansi Setting

2. MATERIAL CETAK o Penetapan Waktu Setting o Penetapan Perubahan Dimensi o Uji Recovery from Deformation

3. SEMEN KEDOKTERAN GIGI o Manipulasi Semen Kedokteran Gigi o Penetapan Kelarutan Semen Kedokteran Gigi

4. RESIN AKRILIK o Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas/Penggodogan o Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Kimiawi o Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Gelombang Mikro o Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Sinar Tampak o Uji Perlekatan Mikroorganisme

5. RESIN KOMPOSIT o Manipulasi Resin Komposit Konvensional o Manipulasi Resin Komposit Sinar Tampak o Uji penyerapan Air Oleh Resin Komposit

6. SEMEN IONOMER KACA o Manipulasi Semen Ionomer Kaca Konvensional

7. IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN (IKMR) / HIBRIDA o Manipulasi Ionomer Kaca Modifikasi Resin

8. AMALGAM o Manipulasi Amalgam

9. HEAT TREATMENT o Uji Heat Treatment

10. MANIPULASI MALAM KEDOKTERAN GIGI o Pengamatan Distorsi Malam Inlai Kedokteran Gigi

Page 10: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

11. PENGENALAN UJI LABORATORIS MATERIAL K.G. 12. UJI KEKUATAN KOMPRESI

o Uji Kekuatan Kompresi Gips o Uji Kekuatan Kompresi Akrilik dan Semen KG

http://www.fkg.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=16:bagian-ilmu-biomaterial-kedokteran-gigi&catid=7:program-sarjana&Itemid=11

Page 11: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Home » Publications

Keakuratan Hasil Cetakan Alginat Dalam Pembuatan Gigitiruan

Lisbet Masniati Sitinjak

DOI: Yuri Tiopan Napitupulu

Abstract

960600043 Bahan cetak alginat sampai sekarang masih banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk membuat cetakan gigi dan jaringan sekitarnya karena harganya murah, mudah memanipulasinya dan keakuratannya dapat diterima dalam berbagai prosedur kedokteran gigi seperti dalam pembuatan gigi tiruan. Umumnya komposisi alginat terdiri dari potasium alginat, diatomaceous earth, zinc oxide, kalsium sulfat, potasium sulfat, sodium fosfat, glikol serta bahan pewangi. Tiap komponen mempunyai fungsi tertentu dan mempengaruhi sifat-sifat bahan cetak alginat. Bahan cetak biasanya dikemas dalam bentuk bubuk, untuk memanipulasinya dicampur dengan air agar terjadi reaksi pengerasan. Pengerasan bahan cetak ini dibagi dua yaitu pengerasan cepat (fast setting) dan pengerasan normal (normal setting). Pada pembuatan gigi timan, tahap pencetakan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan perawatan oleh karena itu cetakan alginat yang diperoleh harus akurat. Keakuratan ini dipengaruhi oleh bahan cetak a1ginat, shelflife dan teknik mencetaknya. Sumadhi S.,drg.,Ph.D

Page 12: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Penggunaan Bahan Cetak Elastomer Di Bidang Kedokteran Gigi

Category/Subject: Student Papers / Dentistry / Pendidikan Dokter Gigi

Keyword: Kedokteran gigi, bahan cetak, elastomer

Creator: Fitrady Ulianda Siregar

Description (Indonesia):

Keberhasilan dan ketepatan dalam pembuatan protesa sangat tergantung dari pencetakan. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan bahan cetak yang baik, memanipulasi bahan cetak dan pengambilan cetakan dengan tepat. Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak yang digunakan untuk mengambil cetakan dari daerah undercut karena bahannya yang elastis. Bahan cetak elastomer dapat digunakan dalam pencetakan pada pembuatan berbagai jenis gigi tiruan seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan cekat (crown dan bridge) dan cetakan inlay, dimana pada waktu proses pencetakan dengan bahan ini dapat dihasilkan cetakan yang akurat. Bahan cetak elastomer dalam penggunaannya mempunyai beberapa keuntungan seperti: memiliki stabilitas dimensi dan elastisitas yang baik, mempunyai shelf life yang baik serta mudah dimanipulasi. Selain itu, juga terdapat beberapa kenigian seperti: sangat kaku setelah mengeras, setting time terlalu cepat, memerlukan adhesif untuk merekatkan bahan cetak dengan sendok cetak, memerlukan biaya yang besar

Page 13: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

GIGI TIRUAN/PROTESA

Gigi tiruan atau protesa dapat dibuat untuk menggantikan gigi yang hilang. Kehilangan satu atau lebih gigi  akan mempengaruhi beberapa hal antara lain :

1.  Senyum andaKehilangan satu atau lebih gigi akan membuat senyum anda tidak  natural dan secara estetik tidak terlihat baik. Ketika anda kehilangan gigi anda akan kehilangan tulang yang yang sangat penting untuk estetik wajah anda.

2. TulangKetika gigi di dalam mulut, ia akan menstimulasi tulang disekitarnya ketika menggigit, hal ini yang menyebabkan integritas tulang baik dengan latihan tersebut.  Ketika satu atau lebih gigi hilang maka tulang tidak distimulasi dan akan menyebabkan lemah dan terjadi pengerutan tulang dan ini akan terjadi terus menerus dan lama kelamaan akan menimbulkan komplikasi yang serius.

Ketika kehilangan gigi secara keseluruhan, tulang rahang akan resorbsi dan mengecil. Dengan kehilangan tulang yang banyak maka pasien tidak dapat menggunakan gigi tiruan lepasan, karena tidak cukup tulang untuk menahan gigi tiruan tersebut.

3. Gigi antagonis (berlawanan)Jika gigi antagonis tidak ada  maka gigi tersebut akan erupsi berlebihan (lebih memanjang) karena kurangnya pertahanan dari gigi antagonis dan akan menyebabkan masalah oklusi. Gusi juga akan bermasalah akibat malposisi (posisi yang tidak sesuai) dari gigi.

4. Gigi disekitarnya.Satu atau lebih gigi yang hilang, gigi akan bergeser dan erupsi berlebihan kearah daerah gigi yang hilang.  Hal ini akan menimbulkan masalah oklusi dan periodontal dimana akan menyebabkan kehilangan gigi. Masalah oklusi akan timbul jika kondisi ini tidak segera diperbaiki dan akan menggangu fungsi pengunyahan dan selanjutnya akan menimbulkan masalah terhadap otot dan sendi.

Terdapat dua macam gigi tiruan, yaitu:

1. Gigi Tiruan Sebagian

Yaitu gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi di dalam lengkung rahang. Ada dua macam gigi tiruan sebagian yaitu (1) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, yaitu GTS yang bisa dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun oleh dokter gigi. (2) Gigi Tiruan Sebagian Cekat, yaitu GTS yang dalam penggunaannya tidak bisa dilepas dengan mudah oleh pasien.

2. Gigi Tiruan Lengkap

Yaitu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi dalam satu lengkung rahang maupun seluruh rahang di dalam rongga mulut

Page 14: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

 

Page 15: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Pertumbuhan dan Perkembangan Orokraniofacial dan Material Cetak

ABSTRAKPerkembangan embrio manusia di dalam uterus merupakan kejadian yang sangat rumit dan mencengangkan. Seiring dengan perkembangan embrio ini orokraniofasial atau mulut dan jaringan sekitarnya juga mengalami perkembangan. Tentu saja, perkembangan orokraniofasial dimulai sebelum gigi dibentuk karena disinilah tempat gigi berada. Perkembangan orokraniofasial sangat berpengaruh pada perkembangan bentuk rahang, ketidaknormalan pada proses pembentukan dan perkembangan orokraniofasial akan menyebabkan anomali berupa tidak tertutupnya palatum atau labial secara sempurna yang dikenal dengan nama schisis atau sumbing. Anomali ini dapat diatasi dengan membuat alat penutup pada bagian yang schisis, hal ini dimulai dengan membuat cetakan dari material cetak agar didapat model rahang dan gigi baru kemudian dibuat penutup dari material gypsum yang dipasang pada bagian yang schisis.Key word : orokraniofasial-material cetak- material gypsum.

PENDAHULUANPertumbuhan dan perkembangan orokraniofacial terdiri dari rongga mulut(mulut primitif), facial(muka), frontonasalis(bibir), cavum nasi, maxilla, palatum, mandibula, lidah, kelenjar saliva, temporo mandibular joint . Apabila dalam proses pertumbuhan dan perkembangan orokraniofasial terjadi gangguan seperti trauma dan lain-lain maka akan mengakibatkan anomali baik itu pada gigi maupun pada palatum dan bibir. 1Untuk melihat gambaran anatomi anomali dari palatum maka dapat digunakan bahan material cetak dan material gypsum sedangkan untuk melihat gambaran anomaly pada gigi dapat digunakan evaluasi radiografi, contohnya makrodontia, mikrodontia, missing teeth, gigi supernumerary. 1

TINJAUAN PUSTAKAOrokraniofasialMulutPada minggu ketiga dan keempat masa embrio, ektoderm dan endoderm tumbuh dengan pesat dan membentuk lekungan besar pada daerah sevalo kaudal cakram embrio yang lurus, satu pada regio membran bukofaringeal dan satu lagi pada regio membran kloaka. Selama proses pertumbuhan ini membran bukofaringeal membalik dan terletak pada daerah ventral lipatan kepala. Disini membran terletak pada dalam suatu lekukan yang dikenal dengan stomodeum atau mulut primitif. Stomodeum dibentuk dari ektodermal yang telah menyatu dan bertemu dengan endodermal pada minggu ketiga. Stomodeum diliputi oleh ektodermal dan dibawahnya adalah mesenhim, ektodermal akan berkembang menjadi epitel mulut, dan mesenkim berkembang menjadi jaringan ikat dibawah nya.2

HidungPada minggu kelima masa perkembangan stomodeum dikelilingi oleh beberapa prosesus dan mesenkim. Sebelah kaudal terdapat prosesus mandibularis yang berasal dari lekungan bronkialis pertama, sebelah lateral terdapat sedikit peninggian berbentuk segitiga yang disebut dengan prosesus maksilaris yang

Page 16: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

berkembang dari permukaan kranial bagian dorsal prosesus mandibularis dan peninggian ini diliputi oleh ektoderm. Dibagian kranial stomodeum terdapat prosesus frontonasalis. Pada permukaan prosesus frontonasalis, ektoderm membentuk dua penebalan bundar atau plakod nasal. Plakod nasal akan berkembang menjadi epitelium olfaktorius. Dibawahnya terdapat sel-sel mesenkim yang berdiferensiasi menjadi prosesus nasalis medialis dan lateralis. Prosesus nasalis medialis berkembang kearah kaudal dari pada yang lateralis, sehingga bagian medialis lebih menonjol dari pada yang lateralis. Plakod nasal akan menetap dan membentuk dasar cekungan diantara prosesus-prosesus ini. Dan kemudian akan berkembang menjadi bakal rongga hidung. Hidung luar dibentu oleh prosesus nasalis, prosesus nasalis medialis membentuk bagian tengah hidung, prosesus nasalis lateralis membentuk alae hidung.3Bibir, PalatumPada saat yang bersamaan dengan proses terbentuknya rongga hidung. Prosesus maksilaris terus bertambah ukurannya dan tumbuh kearah sentral. Setiap prosesus akan bertemu dengan prosesus nasalis medialis, namun sebelum bersatu terdapat duktus nasolakrimalis diantara keduanya. Pertumbuhan prosesus maksilaris yang lebih kearah ventral akan menutupi tepi bawah rongga hidung dan akan berfusi dengan prosesus nasalis medialis. Sehingga lubang nasal sekarang disebut dengan garis eksterna primitif. Kedua Prosesus nasalis medialis bergabung pada garis tengah dan bagian ujung-ujungnya terdapat proleferasi mesenkim yang akan membentuk regio premaksilaris. Regio inilah yang akan membentuk filtrum bibir atas bagian tengah, prosesus alveolaris atas yang membawa gigi insisivus dan palatum primitif. Jadi bibir atas di bentuk oleh dua prosesus maksilaris dan dua prosesus nasalis medialis. Sedangkan bagian bibir bawah dibentuk oleh gabungan .prosesus mandibularis.3Material CetakMaterial Inelastis (Rigid)Material cetak inelastis biasanya digunakan diarea yang tidak terdapat lubang dalam. Sebab, jika digunakan pada gigi pada yang berkavitas dia akan sulit dikeluarkan tanpa terjadi fraktur. Contohnya material cetak campuran, material gips, zinc oxide-eugenol, dan material wax.4Material cetak campuran adalah bahan thermoplastis keras yang melunak jika dipanaskan dan menjadi kuat lagi jika memiliki suhu dalam mulut. Komposisinya berupa resin thermoplastis dan wax (40 %), bahan pengisi dan kapur/bedak (50%), asam organic dan pewarna.4Material Cetak CampuranSifat dari material ini, jika dipanaskan pada suhu yang terkontrol, ia akan melunak secara keseluruhan. Namun pemanasan pada api secara langsung dapat melelehkan bagian luarnya secara cepat, tetapi tidak dibagian dalamnya. Jika terlalu dinginpun, bahan ini akan menjadi plastis untuk mencetak bentuk jaringan serta tidak membentuk tiruan mulut yang cukup sama.4Cetakan Plaster (Gips)Cetakan plaster (Gips) memiliki komposisi calcium hemihydrate, potassium sulfat/potassium cloride yang berguna sebagai factor yang mempercepat setting timenya dan batas setting ekspansinya. 4Zinc Oxide Eugenol (ZOE)ZOE hanya terbatas digunakan pada lengkungan tanpa gigi. ZOE terbagi dalam dua bantuk pasta yang berbeda warna. Yang satu mengandung oksida seng (80%), minyak (15%), pengisi inert (5%). Dan yang satu lagi mengandung eugenol (15%), minyak (65%), resin dan pengisi serta katalisator (Zinc Asetat atau MgCl) yang berguna untuk mempercepat aliran pada setting yang lambat ketika keduanya dicampurkan. Material ini bersifat keras dan rapuh, serta akan patah jika digunakan pada jaringan yang berpola

Page 17: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

rendah. 4Material WaxWax lebih sering mengeras pada suhu ruang dan melelehkan jika dipanaskan. Wax kurang akurat jika digunakan untuk restorasi pada pencetakan akhir serta mudah distorsi pada bagian jaringan yang rendah atau ketika dipengaruhi perubahan suhu ketika dikeluarkan dari mulut. Penggunaannya biasanya pada cetakan preliminary pada pinggiran endetulous. Alas wax digunakan intuk membentuk mahkota sementara dan bridge (jembatan tinggi). Alas wax yang hangat dapat terangkat sebelum mahkota dan bridge mengalami perawatan. Wax juga cukup fleksibel jika ditarik dari rongga rendah pada gigi.4 Material ElastisHydrocoloidHydrocoloid terbagi menjadi Agar hydrocollocoid yang bersifat reversible dan agar alginate hydrocolloid yang bersifat irreversible.4Agar HydrocolloidKeunggulan dari agar hydorolloid iyalah dapat mengatasi segala kekurangan yang ada pada material in elastis serta menjadi bahan cetak yang akurat untuk mulut dan lengkung rahang sekaligus jaringan pada ronnga yang dalam serta tidak melukai pasien dan tidak rusak ketika dikeluarkan dari mulut.4Agar hydrocolloid diambil dari rumput laut yang disebut agar-agar, komponennya terdiri dari 12-15% agar, 1% polisium sulfat, 0,2% penguat gel yaitu borax 0,1%, media kolaid yaitu 85% air, potassium sulfat yang berfungsi memastiak waktu yang sesuai bagi gips untuk dimasukkan dalam cetakan. Lalu terdapat akil benzoat sebagai anti jamur selama penyimpanan, dan borax dan agar untuk memperlambat setting time gips.4Sifat dari agar hydrocolloid yang pertama demensinya tidak seimbang. Gel akan kehilangan kelembaban dan mengerut jika di udara terbuka.immpression (cetakan) akan mengalami imbibisi dan bergeelembung jika kelamaan di dalam air. Sifat yang kedua yaitu mudah merusak bentuknya jika tertekan. Jika tekanan terlalu besar, maka perubahan bentuknya akan menjadi permanen. Dan yang terkhir keakuratannya baik, namaun tidak mahal.4Alginate (irreversible hydrocolloid)Fungsi dari alginate untuk model studi, bagian gigi tiruan, framework (kerangka kerja), memperbaiki seluruh/sebagain gigi tiruan yang patah, peniruan restorasi, sementra floriide dan memutihkan cetakan, mendukung protector, persiapan percetakan untuk bagian paling utama edentulous, dll.4Komposisi dari alginate terdiri dari postasium/sodium (15-20%), calsium sulfat dehirat (14-20%), potassium sulfat (10%), trisodium fosfat (10%), diatomaceous earth (55-60%) dan bahan tamabhan yaitu glycolorganic, agen pengharum, agen pewarna, dan disinfektan.4Alginate bersifat tidak mahal, manipulasi mudah dan tidak memerlukan alat-alat khusus dan juga cukup akurat. Apabila alginate tertekan dengan kuat maka akan terjadi perubahan bentuk yang permanen. Alginate bersifat sangat sensitive untuk kehilangan kelembabab dan akan mengerut. Jika mengalami imbisisi air maka akan mengembang dan terjadi distorsi. Work time dari alginte dimulai dari pencampuran sampai dengan diletakknya dalam mulut 2-3 menit (reguler set), 1,25 – 2 menit (fast-set alginate) dan setting time 2-5 menit, fast set = 1-2 menit. Setting time dapat diperpanjang dengan air dingin dan diperpendek dengan air panas.4ManipulasiSediakan rubber bowl, spatula, takaran air/powder,tray (cetakan), model gigi, dan aquades alginate.

Page 18: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Takar bubuk dan air, lalu masukkan dalam ruberr bowl (w/p = 1:1) sesuai dengan pabarik. Lalu aduk campuran tersebut sambil ditekan ke tepi bowl dan isikan lah adonan material ke dalam sendok cetak lalu cetakan ke dalam phantom dan terkhir tunggu samapai adonan berubah warna lalu lepas cetakan dari panthom.4Materail GypsumGypsum adalah mineral yang merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dehidrat (CaSO4 2H2O) murni, dan telah dipakai untuk keperluan konstruksi. Jenis dari material gypsum ada 5 yaitu,plaster cetak,bahan ini terdiri atas plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan unuk mengatur waktu pengerasan ,bahan ini telah jarang digunakan karna kurang elastis atau kaku. Yang kedua yaitu plaster model plaster jenis ini sering digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidak penting dan kekuatan cukup. Bahan ini terlihat kontras dibandingkan dengan stone yang pada umumnya berwarna.yang ketiga yaitu stone gigi tipe 3 ini lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada kontruksi protesa, karna stone ini memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih mudah dikeluarkan setelah protesa selesai. Yang ke empat yaitu stone gigi, kekuatan tinggi persyaratan utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah kekuatan, kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini , digunakan α-hemihidrat dari jenis “densite”.tipe 4 ini memiliki rata-rata kekerasan 92% disbanding stone tipe 3 yang hanya 82%. Meskipun permukaan lebih keras, tapi tetap harus berhati-hati dalam mengukir pola malam. Dan yang terakhir adalah stone gigi, kekuatan tinggi, ekspansi tinggi, ini merupakan produk gypsum yang dibuat akhir-akhi ini, dan memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibadingkan stone gigi tipe 4. Kekuatan ini diperoleh akibat pegurangan rasio W:P, dan dengan penambahan ekspansi kekerasan.4Proses manipulasi material gypsum ada tiga tahapan. Tahapan pertama menakar,pada proses awal material gypsum harus selalu ditakar, sesuai atau menggunakan rasio W:P yang dianjurkan pabrik sebagai pedoman. Tahapan kedua yaitu mengaduk, bila mengaduk dengan menggunakan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk parabolic, halus, dan tahan terhadap abrasi. Terjebaknya udara pada saat pengadukan harus dihindri agar tidak terjadinya porus yang dapat menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Biasanya waktu yang dibutuhkan yaitu satu menit. Dan tahapan yang terakhir adalah penanganan model, bila permukaan model tidak halus dank eras ketika dikeluarkan dari cetakan, keakuratannya dipertanyakan.bila telah sempurna, dimensi akan relative konstan, meskipun dalam temperatur ruangan dan kelembaban biasa.kadang-kadang produk gypsum perlu direndam dalam air,sebagai persiapan untuk tehnik yang lain.4

PEMBAHASANEmbriologi Oromaksilofasial

Pertumbuhan dan Perkembangan Rongga Mulut

Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial (muka & rongga mulut) dimulai pada minggu ke-3 intra uterin. Mula-mula masih terbentuk tube dan terdiri dari 3 unsur yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm/entoderm.5Pertumbuhan dan perkembangan oral / mulut dimulai dengan proses invaginasi lapisan ectoderm di

Page 19: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

bagian caudal dan Processus Prontonasalis dan disebut Stomodeum = Primitive Oral Cavry. Di samping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang disebut Primitive Digestive Tract. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu pada membran yang tipis disebut : Membrana Bucco Pharyngeal. Membran tersebut akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.5Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Apparatus

Selain proses tersebut terjadi pula pula proses pertumbuhan dan perkembangan pembentukan Branchial Apparatus, yaitu terdiri dari :A. Branchial Archess (lengkungan)B. Branchial Pouches (Konjungsi)C. Branchial Grooves (Celah)D. Branchial Membrane (Selaput)

Mula-mula dibentu Branchial Arch I / Pharyngeal Arch I, kemudian dibentuk Branchial Arch I hingga IV, namun Branchial Arch V rudimenter / hilang sehingga Branchial Arch IV bergabung dengan Branchial IV. Dari Branchial Apparatus inilah akan dibentuk organ-organ, rahang atas, rahang bawah, lidah larynx, pharynx, os hyoid, otot-otot wajah, ligamentum, arteri, vena, nervus, dll.5Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Pouches

Yang pertama dibentuk adalah:Cavum tympanicaAntrum Mastoideum Telinga tengahTuba Eustachii

Lalu lapisan Endoderm berdiferensiasi membentuk Tonsila Palatina dan Fossa Supratonsilaris. Bagian Dorsal berdirensiasi membentuk glandula parathyroid inferior lalu bermigrasi kea rah dorsal glandula thyroid. Sedangkan bagian ventral berdiferensiasi membentuk primordial glandula thymus kemudian bermigrasi kea rah Caudal & Medial selanjutnya bagian kanan & kiri berfusi membentuk glandula thymus.5Bagian dorsal berdirensiasi membentuk glandula parathyroid superior kemudian bermigrasi ke dorsal glandula thyroid. Bagian ventral berdiferensiasi membentuk ultimo branchial body lalu bermigrasi dan berfusi dengan glandula thyroid.5

Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Groove

Branchial Groove I akan membentuk meatus acusticus externus, sedangkan Branchial Groove yang lain akan hilang sehinga leher rata.5Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Membrane

Branchial Membrane I akan membentuk membrane tympanica sedangkan branchial membrane yang lain menghilang.5

Page 20: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Pertumbuhan dan Perkembangan Fasial (Muka)

Pertumbuhan dasn perkembangan fasial (muka) berasal dari 5 buah Fasial Promordia, yaitu : Sebuah tonjolan Processus Fronto Nasalis di atas Stomodeum Sepasang tonjolan Processus Maxillaris yang berasal dari Branchial Arch I, terlet,ak di Cranio Lateral Stomodeum. Sepasang tonjolan Processus Mandibularis yang juga berasal dari Branchial Arch I, terletak di Caudal Stomodeum.5

Pertumbuhan dan Perkembangan Processus Fronto Nasalis

Dimulaik pada minggu ke-4 i.u. sebagai dua buah penebalan ectoderm yang terletak di latero processus fronto dan di atas stomodeumm disebut Nasal Placode. Setelah embrio berumur 5 minggu i.u., terjadi lagi dua buah penonjolan yang mengelilingi Nasal Placoda yang berbentuk tapal kudas yang disebut : Processus Nasalis Medialis (medial) Processus Nasalis lateralis (lateral)

Selanjutnya Nasal Placoda akan menjadi dasar lekukan ke dalam dan membentuk Nasal Pit yang nantinya akan merupakan lubang hidung atau Nostril. Sedangkan kedua Processus nasalis medialis akan berfusi membentuk intermaxillary segment. Intermaxillary segmente akan mengalami pertumbuhan dasn pertumbuhan perkembangan dalam 2 arah yaitu : Ke arah caudal → akan membentuik Phitrum Ke arah medial → akan membentuk Septum nasi Palatum Primer (processus palatinus medialis) Premaxilla (yaitu tulang rahange atas bagian tengah yange menunjang gigi-gigiSedangkan processus nasalis lateralis akan membentuk Ala Nasi (yang akan dipisahkan dari processus maxillaries oleh sulcus naso lacrimalis).5

Pertumbuhan dan Perkembangan Cavum NasiDimulai pada embrio umur kurang dari 6 minggu i.u., sebagai proses invaginasi pada nasal placode sebagai dasar lekukannya. Mula-mula dibentuk nasal pit, kemudian lekukan semakin meluas membentuk Saccus Nasalis. Soccus nasalis ini masih belum berhubungan dengan cavum oris karena masih dipisahkan oleh membrane oro nasal. Setelah embrio berusia 7 minggu itu., membrane oro nasal pecah, hingga terjadilah hubunan antara Cavum Nasi dan Cavum oris. Batas hubungan Cabum Nasi dan Cavum oris di belakang Palatum Primer disebut Primitive Choanae.5Selain proses tersebut di atas, pada dinding Cavum Nasi terbentuk pula tonjolan-tonjolan yang disebut : Concha Nasalis Superior Concha Nasalisi Medius Concha Nasalis Inferior

Dan dinding epitel atas Cavum Nasi (lapisan ectoderm) juga mengalami diferensiasi membentuk serabu-

Page 21: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

serabu syafaf N, Olfaccorlus. Setelah palatun sekunder kanan dan kiri selesai berfusi dengan septum nasi, maka terbentuklah Cavum Nasi yang sempurna. Dengan demikian batas hubungan Cavum Nasi dan Cavum Orls kini di belakang palatum sekunder dan disebut Definitive Chonchae.5Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Rahang Atas

Tulang rahang atas (os maxilla) berasal dari Branchial Arch I bagian atas. Disebut pula Processus Maxillaris. Pusat ossifikasi terletak pasda percabangan N. infra orbitalis menjadi N. alveolaris superior anterior dan N. alveolaris superior medius. Kemudian proses ossifikasinya berlanjut mula-mula ke arah posterior membentuk Processus Zygomaticus Ossis Maxillaris, kemudian ke arah Caudal membentuk Processus Alveolaris Ossis Maxillaris dan ke arah medial membentuk Processus Palatinus Ossis Maxillaris. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut, di bagian pusat ossifikasinya membentuk Corpus Maxillia, hingga terbentuklah Os Maxilla yang lengkap.5Pertumbuhan dan Perkembangan Palatum

Pertumbuhan dan Perkembangan palatum terjadi melalui beberapa tahap :Palatum Primer (Processus Palatinus Medialis)Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa palatum primer dibentuk oleh Intermaxillary Segment (fusi dari processus nasalis medialis) yang berkembang ke arah medial dan caudal membentuk Palatum primer,septum nasi, premaxilla (tulang rahang atas yang menunjang gigi , philtrum (alur vertical pada bagian tengah bibir atas).5Palatum Sekunder (Processus palatines lateralis)

Palatum sekunder (processus palatines lateralis) berasal dari processus maxillaries. Mula-mula palatum sekunder berkembang ke arah bawah karena masih adanya lidah embrional. Namun setelah rahang bawah (os mandibula) berkembang, maka ruang bertambah besar, sehingga lidah turun ke bawah. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder dapat berkembang ke arah mid line dan berfusi. Selain itu septum nasi juga mengadakan fusi tangan kedua palatum sekunder (kanan dan kiri).5Pertumbuhan dan Perkembangan Selanjutnya dari Paltum Sekunder1. Dorsal palatum primerTerjadi proses ossifikasi disebut : Processus Palatinus Ossis Maxillaris2. Dorsal ad.1Terjadi pula ossifikasi disebut Os Palatinum3. Dorsal ad.2Pertumbuhan dan perkembangan pada dorsal ad.2 tidak mengalami proses ossifikasi, disebut : Palatum Molle dan Uvulia.5Pertumbuhan dan Perkembangan Os Palatinum

Berasal dari bagian medial tulang rawan nasal capsul. Nasal capsul merupakan tulang rawan yang pertama kali dibentuk di daerah muka atas dan analog dengan tulang rawan Meckel rahang bawah. Atas nasal capsul, bagian lateral membentuk Os Ethmoidale, bagian posterior membentuk septal cartilage (pars perpendicularis ossis ethmoidalis). Keduanya mengalami ossifikasi setelah lahir. Bawah nasal

Page 22: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

capsul bagian lateral membentuk concha nasalis inferior sedangkan di antaranya mengalami atropi bagian medial membentuk os palatinum .5 Ossifikasi : pada minggu ke 7-8. Lokasi di dekan N. Palatinus Descendeus Ossifikasi ke arah vertical disebut pars perpendicularis ossis palatine, yang akan berfusi dengan os maxillaries membentuk dinding medial sinus maxillaries. Ossifikasi ke arah horizontal disebut pars horizontal ossis palatine yang akan berfusi dengan prosessus palatines ossis maxillaries.

Pertumbuhan dan Perkembangan Sinus MaxillarisPada bulan ke-4 i.u., mula-mula terbentuk kantong mukosa kecil di daerah lateral cavum nasi. Kantong tersebut mula-mula terpisah dari maksila oleh tulang rawan nasa capsul. Setelah nasal capsul bagian bawah atropi, kantong mukosa tersebut menerobos masuk ke dalam os maxilla di atas processus palatines lateral sehingga terbentuk maxillaries. Sinus ini terus berkembang hingga ukuran dewasa. Perkembangan seterusnya ke arah processus alveolaris.5Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Rahang Bawah

Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari Branchial Arch I bawah atau mandibulaj Arch dan disebut pula Processus Mandubularis. Mula-mula dibentuk tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis. Pertumbuhan dan perkembangan tulang Meckel ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N. Mandibularis dibentuk mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel, kemudian bercabang menjadi N. Alveolaris inferior ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis dan N. Incisivus. Di Tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami ossifikasi (minggu ke-7). Pusat ossifikasinya sekitar for. Mentale. Kemudian pertumbuhan dan perkembangan posterior membentuk rumus mandibulae hingga terbentuk mandibula hingga terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckle menghilang.5Pertumbuhan dan Perkembangan Temoro Mandibular JointMula-mula os temporalis masih terpisah jauh dari os mandibula. Setelah pertumbuhan conovius mandibula jaringan, dibentuk jaringan ikat padat yang tipis disebut Discus Articularis. Selanjutnya Tuberculum Articulare baru tampak pada saat lahir. Bentuknya khas setelah pembentukan gigi sulung.5Pertumbuhan dan Perkembangan Lidah

Pertumbuhan dan perkembangan lidah dimulai pada akhir minggu ke-4. Mula-mula dibentuk sebuah tonjolan di dasar pharynx, anterior foramen caecum disebut : Tuberculum Impar. Kemudian dibentuk pula 2 tonjolan di daerah lateral dari Tuberculum Impar, disebut : Tonjolan Lateral Lidah. Ketiga tonjolan tersebut berasal dari Branchial Arch I.5Kemudian tonjolan lateral lidah berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan garis fusi pada : Sulcus lingualis media (luar) Septum lingual (dalam) Pertumbuhan dan perkembangan Papilla dan Taste Buds pada Lidah Mula-mula dibentuk papilla filiformis tanpa ada induksi syaraf sehingga tidak ada taste buds. Saat umur 54 hari dibentuk Papilla Circum Vallatae, lalu Papilla Foliatae Fungiformis yang diinduksi oleh chorda

Page 23: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

tympani (N. VII). Ketiganya terdapat taste buds.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Kelenjar Saliva

Pada embrio minggu ke 6-7 dibentuk Glandula Parotis yang berasal dari jaringan ektodermal berlokasi di tepi stomodeum. Sel-sel berpoliferasi membentuk tali padat dan ujung bulat. Tali tersebut berkembang membentuk tumen dan selanjutnya terbentuk duktus, sedangkan ujung yang bulat berdiferensiasi membentuk acini (khusus menghasilkan saliva) yang akan mengeluarkan secret.5Glandula Submandibularis yang berasal dari jaringan endodermal berlokasi di dasar mulut di latero-caudal lidah. Cara pembentukannya sama dengan GI. Parotis. Glandula sublingualis berkembang agak akhir, juga berasal dari jaringan endodermal sebagai multiple buds yang nantinya membentuk lobus mayor dan lobus minor. Lokasinya di latero-caudal lidah.5Pertumbuhan dan Perkembangan Glandulaj Thyroid

Glandulaj Thyroid dari penebalan jaringan endodermal di belakang tuberculum impar kemudian melekuk ke caudal yang disebut thyroid diverticulum yang lalu bermigrasi (lidah berkembang) ke caudal. Pada saat bermigrasi ke caudal terbentuklah Ductus Thyroglossus. Ductus Thyroglossus ini akan tersisa sebagai foramen caecum dan lobus Pyramidalis GI. Tyreodea. Bagian ductus yang lain menghilang sedangkan Thyroid Diverticulum yang bermigrasi ke caudal membentuk 2 lobus yaitu GI Thyroidea dan akhir migrasinya berada di antara lateral Trachea.5Sedangkan tuberculum impar tidak membentuk bangunan yang khas. Pertumbuhan dan perkembangan 1/3 posterior lidah dimulai dengan dibentuknya tonjolan Copula (berasal dari pharyngeal arch ke II) kemudian dibentuk lagi tonjolan Hypobranchial (Branchialk Arch III – IV). Caudal dari foramen Caecum. Namun proses selanjutnya tonjolan Copula mengalami rudimeter dan menghilang. Sedangkan tonjolan Hypobranchial tetap berperan membentuk 1/3 posterior lidah dan selanjutnya berfusi dengan 2/3 anterior lidah. Garis fusinya pada Sulcus Terminalis Linguae. Sehingga terbentuklah lidah yang lengkap dan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya ke arah atas dan depan.5

KESIMPULANDari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan orokraniofacial akan membentuk lengkung-lengkung faring,yang terdiri atas balok-balok jaringan mesenkim dan masing-masing dipisahkan oleh kantung dan celah faring yang akan memberi bentuk awal yang khas pada kepala dan leher. Setelah lahir,munculnya gigi-geligi dan sinus paranasalis pembentuk wajah dengan cirri-ciri yang khas bagi masing-masing individu. Jika terjadi gangguan pada proses pembentukan orokraniofacial tersebut, maka akan terjadi pula kelainan-kelainan atau anomali pada kepala dan leher baik pada bagian wajah, rongga mulut, dan gigi-geligi.REFERENSI1. T.W. Sadler,embriologi kedokteran langman,Jakarta:EGC, 19972. Drg. Ny.itjingningsih W.H, anatomi gigi, Jakarta:EGC, 19913. Ivar A. Mjor,Ole fajerskov, embriologi dan histology rongga mulut, Jakarta: widya medika, 19904. Kenneth j. anusavice, buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, edisi 10, Jakarta:EGC, 20035. Drg.Harun A.GUnawan.Ms,Biologi Oral 1, edisi ketiga, fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 25: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

Ilmu

material kedokteran gigi mempelajari ilmu dasar (sifat fisik, kimia, biologi) yang berhubungan material dan aplikasinya APPLIED SURFACE PHENOMENA Fenomena terapan pada permukaan

APPLIED SURFACE PHENOMENA Fenomena terapan pada permukaan

KARAKTERISTIK PERMUKAAN BENDA PADAT

jaringan yang kontak dengan biomaterial sensitif terhadap kontaminasi dan komposisi permukaan material

Tumpatan Amalgam

butuh liner sensitif temperatur

Tumpatan Komposit

penetrasi bakteri

microleakage

sensitif kelembaban

Metode untuk analisis permukaan X-ray photoemission spectroscopy (XPS) metals, alloys, ceramics, polymers, glasses etc Electron spectroscopy for chemical analysis (ESCA) Auger electron spectroscopy (AES) Atomic force microscopy (AFM)

Auger

electron spectroscopy (AES)

THE COLLOIDAL STATE

= keadaan koloid Thomas Graham 1861 penelitian difusi dalam larutan

KARAKTERISTIK KOLOID dikontrol oleh besar partikel sifat fisik : muatan elektris dan energi permukaan� �

Page 26: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida
Page 27: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

SIFAT DASAR KOLOID

zat disebut koloid bila terdiri dari 2 atau lebih fasa ukuran dimensi : 1 - 500 nm (max) sistim koloidal dispersi halus gel, film, emulsi atau foam Gas, cairan dan benda padat dapat berdispersi (tersebar) sbg partikel koloidal ke gas/cairan/padat kecuali gas ke gas

Page 28: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

SIFAT DASAR KOLOID

Contoh : koloidal silika sebagai filler dalam resin komposit koloidal silika dalam air yang akan dicampur dengan dental stone high strength untuk memperbaiki daya abrasi filler yang digunakan pada bahan cetak elastomer untuk mengkontrol sifat kekentalan sejumlah molekul deterjen dalam air sebagai bahan pembasah untuk model malam.

Page 29: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

SOL

mirip larutan dispersi partikel koloid dalam cairan di dinginkan/bereaksi dg bahan kimia tertentu dapat berubah menjadi gel agak padat/mirip jelly Cairan dari sol/gel umumnya air, tapi bisa juga cairan organik spt alkohol Sistim yang memakai air sebagai komponen disebut hydrosols/hidrogel hidrokoloid agar & alginat Sistem yang memakai cairan organik sebagai komponen disebut organosol/organogel

Page 30: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

GEL

Gel dari air bersifat hidrofilik menyerap banyak air bila direndam berhubungan dengan perubahan fisik dimensi (lebih besar) dibiarkan di udara kering gel melepas air ke atmosfir terjadi shrinkage Perubahan ini dapat dilihat pada gel agar dan alginat

Page 31: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

Metode umum membentuk gel tambah air pada gelatin, agar, starch atau zat lain buat dispersi koloid pada sol Sol dipanaskan membantu dispersi (penyebaran) Pendinginan menghasilkan bentukan gel Gel mengandung sedikitnya 2-10% koloid padat seperti renda membelit filamen dari sekumpulan molekul. Sisa gel adalah air yang ditahan kapiler Gel reversibel jadi sol dengan pemanasan dan jadi gel lagi dengan pendinginan Contoh: agar

Page 32: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

Metode lain pembentukan gel reaksi 2 bahan kimia Contoh: gel alginat sebagai hasil reaksi potasium alginat larut dengan ion kalsium membentuk gel kalsium alginat yang tidak larut Gel tidak reversibel dg suhu, beda dengan gel agar Contoh gel inorganik tidak reversibel bahan tanam silikat-bonded mengeras reaksi sodium silikat dengan asam hidroklorik pembentukan gel silika

Page 33: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

Syneresis

proses pengumpulan exudat di permukaan Karakteristik gel untuk berkontraksi pada tempat tertutup mengeluarkan exudat / cairan Derajat kekuatan menarik dan ketahanan dimana filamen dan fiber gel berikatan bersama berhubungan dengan syneresis dan terbentuknya exudat. Dalam pencetakan gigi pembentukan exudat merupakan masalah

Page 34: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

EMULSI

dispersi cairan dalam pelarut halus dan rata diantara cairan lain Mis: minyak dalam air atau sebaliknya Cairan tidak larut pakai blender/homogenizer/grinder tidak stabil dan mudah terpisah menjadi lapisan Distabilkan tambah sedikit zat lain : emulsifier Emulsifier masuk ke permukaan antara butiran & cairan yang terdispersi menstabilkan sistim menurunkan tegangan permukaan diantara ke dua cairan

Page 35: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

THE COLLOIDAL STATE

TIPIKAL SISTIM KOLOID

Emulsi methyl methacrylate dalam air didapatkan memakai emulsifier padat butiran halus methyl methacrylate di polimerisasi untuk menghasilkan poly(methyl methacrylate) dengan adanya inisiator bensoil peroksida bubuk akrilik yang digunakan untuk pembuatan gigi tiruan dan space maintainer orto

Page 36: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

DIFUSI MELALUI MEMBRAN DAN TEKANAN OSMOTIK osmotik adalah tekanan yang dihasilkan dari difusi cairan/pelarut melalui membran Timbulnya tekanan osmotik digunakan untuk menerangkan dentin hipersensitif perubahan tekanan cairan dalam dentin karies (hasil kontak dg saliva / larutan tertentu) meningkatkan difusi seluruh struktur meningkatkan/menurunkan tekanan pada sistim syaraf

Tekanan

Page 37: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

DIFUSI MELALUI MEMBRAN DAN TEKANAN OSMOTIK

untuk material kedokteran gigi difusi melalui membran penting difusi dari zat yang diberikan konsentrasi kepada konsenstrasi lain Penelitian garam dan pewarna dapat masuk kedalam dentin gigi Stain dan bahan pewarna akan difusi masuk ke bahan restorasi plastik Difusi garam dan asam melewati cavity liners dari varnish tipe organik masalah

Page 38: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

ADSORPTION, ABSORPTION DAN SORPTION

Benda padat /cair umumnya mengadsorpsi zat gas / cair lain kepermukaannya. Proses adsorpsi mengurangi energi bebas di permukaan zat Bila zat tidak sama mis: gas / cair melekat pada permukaan padat adhesi ke permukaan Bila dua zat mirip mis: dua potong logam padat jenis sama melekat kohesi

Page 39: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

ADSORPTION, ABSORPTION DAN SORPTION

Proses adsorpsi ke permukaan zat/substansi penting untuk proses pembasahan Derajad pembasahan tergantung sifat permukaan Permukaan energi tinggi (metal) adsorbsi molekul lebih mudah dp permukaan energi rendah (wax) ADSORPTION = konsentrasi molekul pada permukaan material padat/cairan Mis: * adsorpsi komponen saliva pada permukaan struktur gigi * adsorpsi detergen pada permukaan model malam

Page 40: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

ADSORPTION, ABSORPTION DAN SORPTION

Proses adsorpsi beda dengan proses absorpsi Proses absorpsi zat yang di absorpsi berdifusi ke dalam material padat dengan proses difusi dan tidak mempertimbangkan konsentrasi molekul dipermukaan ABSORPTION = penyerapan cairan oleh material padat Mis: * keseimbangan absorpsi air oleh akrilik sekitar 2% * proses absorbsi air oleh bahan cetak hidrokoloid penting untuk kestabilan cetakan bila banyak dimensi cetakan berubah

Page 41: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

ADSORPTION, ABSORPTION DAN SORPTION

Keadaan dimana ada adsorption dan absorption, tapi tidak jelas proses mana yang lebih utama seluruh proses disebut SORPTION Mis: proses sorption kelembaban oleh resin

Page 42: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

SURFACE TENSION DAN WETTING SURFACE TENSION = tegangan permukaan

di ukur dengan Force (dynes) per cm Tegangan permukaan pada temperatur 20ºC Air 72,8 dynes/cm - �Benzene 29 dynes/cm Alkohol 22 dynes/cm - Merkuri 465 dynes/cm Nilai tiap zat dipengaruhi temperatur & kemurnian

Page 43: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

SURFACE TENSION DAN WETTING

Temperatur meningkat

tegangan permukaan berkurang Mis:Tegangan permukaan air 0ºC = 76 dynes/cm 25ºC = 72 dynes/cm 50ºC = 68 dynes/cm 100ºC = 59 dynes/cm

Page 44: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

SURFACE TENSION DAN WETTING

Cairan tidak murni tegangan permukaan berkurang deterjen sodium lauryl sulfate sabun sodium stearate / sodium oleate punya rantai panjang hidrokarbon berikatan dengan gol hidrofilik (COONa) efektif menurunkan tegangan permukaan air Mis: sodium oleat dalam air temperatur 22ºC

konsentrasi 0,02% = 35,3 dynes/cm konsentrasi 0,002% = 48,3 dynes/cm konsentrasi 0,0002% = 63,0 dynes/cm air suling = 72,8 dynes/cm

Page 45: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

SURFACE TENSION DAN WETTING

WETTING

= pembasahan

Derajat pembasahan tergantung energi permukaan benda padat, cairan dan daya tarik intermolecular Mis: *pembasahan basis gigi tiruan plastik oleh saliva *pembasahan enamel gigi oleh material pit & fissure sealants *pembasahan material cetak elastomer oleh campuran gips+air *pembasahan model malam oleh material tanam

Page 46: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

SURFACE TENSION DAN WETTING

Kecenderungan pembasahan permukaan menghitung sudut kontak antara cairan dg permukaan benda padat Profil tetesan cairan pada benda padat: A. Sudut kontak kecil benda padat mudah terbasahi (cairan hydrophillic)

B. Sudut kontak lebih besar 90Û (cairan hydrophobic)

pembasahan jelek

Page 47: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

SURFACE TENSION DAN WETTING

Sudut kontak dapat diturunkan dengan penambahan material pembasah Mis: penambahan deterjen ke air menurunkan surface tension atau surface energi

Page 48: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

CAPILLARY RISE = peningkatan aksi kapiler

Aksi kapiler penetrasi cairan masuk ke celah sempit terjadi bila sudut kontak dibawah 90º Beberapa material restorasi tidak melekat kuat ke struktur gigi ada celah antara restorasi dan jaringan gigi cairan mulut penetrasi karena aksi kapiler faktor yang pengaruhi derajat kebocoran tepi restorasi Pembasahan faktor penting untuk penetrasi

Page 49: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

KOEFISIEN PENETRASI

Laju penetrasi cairan ke dalam celah (celah fissure & celah mikroskopis hasil etsa permukaan enamel) fenomena kapiler Sifat cairan/sealant yang berhubungan dengan laju penetrasi koefisien penetrasi dipengaruhi tegangan permukaan, viskositas dan sudut kontak sealant pada enamel

Page 50: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

KAPILER ISOLASI

sumber perlekatan kapiler Mis: retensi gigi tiruan pada mukosa, terjadi bila ada lapisan tipis saliva terisolasi pada tepi gigi tiruan

Page 51: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

ADHESION = perlekatan

Perlekatan material berbeda disebabkan tarik menarik atom-atom atau molekul-molekul Ada 2 mekanisme perlekatan kimia dan mekanik Perlekatan kimia termasuk perlekatan pada level atom atau molekul Perlekatan mekanik dasarnya adalah retensi karena interlocking atau penetrasi dari satu fase masuk ke permukaan lainnya Banyak kasus perlekatan kimia dan mekanik muncul bersama

Page 52: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Perlekatan resin ke enamel yang di etsa adalah hasil penetrasi kapiler ke dalam permukaan iregular tags Etsa enamel juga dibutuhkan untuk aplikasi pit dan fissure sealant melekat pada tepi enamel

Page 53: Bahan Cetak Elastomer Polisulfida

Perlekatan komposit hidrofobik ke enamel / dentin hidrofilik dibantu bonding (mis:hydroxyethyl methacrylate) Bonding : Satu sisi molekul hidrofilik dan sisi lain hidrofobik mempunyai karbon ikatan ganda yang berpolimerisasi Pada enamel yang di etsa pembasahan dan penetrasi pd molekul hidrofilik (mikromekanikal). Sisi lain bereaksi dengan komposit hidrofobik