bahan ajar sistem muskuloskeletal

36
Pengkajian fisik Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur , fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Dasar pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh. Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang ditemukan pemeriksa yang memerlukan eksplorasi lebih jauh. Mengkaji Skelet Tubuh Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang. Bisa teraba krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan tulang abnormal. gerakan fragmen harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. Mengkaji Tulang Belakang Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan karena penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya besarnya.

Upload: titha-masyitah

Post on 13-Jul-2015

193 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Pengkajian fisik

Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik

inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur ,

fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien

melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari.

Dasar pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh.

Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat

kesehatan dan semua petunjuk fisik yang ditemukan pemeriksa yang

memerlukan eksplorasi lebih jauh.

Mengkaji Skelet Tubuh

Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran.

Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.

Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam

kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang

atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang.

Bisa teraba krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan

tulang abnormal. gerakan fragmen harus diminimalkan untuk mencegah

cedera lebih lanjut.

Mengkaji Tulang Belakang

Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan

konkaf sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang

sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi scoliosis (deviasi kurvatura

lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian

dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan karena

penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya

besarnya.

Page 2: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Pad saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan

seluruh punggung,bokong dan tungkai. pemeriksa memeriksa kurvatura

tulang belakang dn simetris batang tubuh dari pandngan anterior, posterior

dan lateral. Berdiri dibelakang pasien.

Mengkaji sistem persendian

o Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan,

deformitas, stabilitas, dan adnya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik

secara aktif (sendi digerakkan oleh otot disekitar sendi) maupun pasif (sendi

digerakkan oleh pemeriksa).

o Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan

goniemeter (suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi

gerakan sendi).

o Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformiatas skeletal,

patologi sendi, atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.

o Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka

harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi),

pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan adanya inflamasi

aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila sendi tampak membengkak

ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang paling sering

terjadi efusi adalah di lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga sendi di

bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek

lateral dan medial lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat kearah

bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan setiap cairan ke bawah.

Begitu ada teakanan dari sisi lateral dan medial, pemeriksa akan melihat di

sisi lain adanya benjolan di bawah tempurung lutut. Bila terdapat cairan

dalam jumlah banyak, tempurung lutut akan terangkat ke atas dari femur

Page 3: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

disaat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi atau cairan dalam sendi,

perlu dilakukan konsultasi dengan dokter.

o Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan struktur

sekitar sendi), dislokasi (lepasnya permukaan sendi)), subluksasi (lepasnya

sebagia permukaan sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi. Kelemahan

atau putusnya struktur penyangga sendi dapat mengakibatkan sendi terlalu

lemah untuk berfungsi seperti yang diharaapakan, sehingga memerlukan alat

penyokong disternal (mis. Brace).

o Palpasi sendi sementara sendi digerakan secara pasif akan memberikan

informasi mengenai integritas sendi. Normalnya sendi bergerak secara

halus. Suara gemeletuk dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir

diantara tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seperti pada keadaan

arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan yang tidak rata

tersebut saling bergeseran satu sama lain.

o Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Reumatoid arthritis, gout,

dan osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit

pada rheumatoid arthritis lunak dan terdapat didalam dan sepanjang tendon

yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi. Biasanya,keterlibatan sendi

mempunyai pola yang simetris. Benjolan pada gout keras dan terletak dalam

dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang mengalami ruptur,

mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit. Benjolan

osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang baru

akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi.

Biasanya ditemukan pada lansia

o Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal

sendi. Sering terlihat pad rheumatoid arthritis sendi lutut, Dimana otot

Page 4: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

kuadrisep dapat mengalami atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga

tidak bergerak untuk menghindari rasa nyeri, dan otot-otot yang memberikan

fungsi sendi akan mengalami artrofi karena disuse.

Mengkaji Sistem Otot

o sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi,

kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.

o Lingkar estremitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran

akibat adanya edema atau perdarahan kedalam otot; juga dapat

dipergunakan untuk mendeteksi pengurangan ukuran akibat artrofi.

Mengkaji cara berjalan

o Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat

pemeriksa sampai beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara berjalan

mengenai kehalusan dan iramanya. Setiap adanya gerakan yang tidak

teratur dan ireguler(biasanya terlihat pada pasien lansia)dianggap tak normal.

Bila terlihat pincang, kebanyakan disebabkan oleh nyeri akibat menyangga

beban tubuh. Pada kasus seperti ini pasien biasanya mampu menunjukkan

dengan

o Keterbatasan gerak sendi dapat mempengaruhi cara berjalan.Berbagai

kondisi neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal

(mis.cara berjalan spastik hemiparesis-strok,cara berjalan selangkah-

selangkah-penyakit lower motor neuron;cara berjalan bergetar Parkinson).

Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Page 5: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus melakukan

inspeksi kulit dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer.

o palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih

dingin dari lainnya dan adanya edema.

o sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna,

suhu dan waktu pengisian kapiler. adanya luka, memar, perubahan warna

kulit dan tanda penurunan sirkulasi perifer atau infeksi dapat mempengaruhi

penatalaksanaan keperawatan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Khusus

Sinar-x

sinar-x tulang menggambarkan kepadatan tulang ,tekstur,erosi dan

perubahan tulang.sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna

struktur yang sedang diperiksa. Sinar X kortex tulang menunjukkan adannya

pelebaran , penyempitan , dan tanda iregularitas. sinar X sendi dapat

menunjukkan adannya cairan , iregularitas, spur, penyempitan , dan dan

perubahan struktur sendi.

Computed tomography (CT sean)

menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat

memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon.

Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di

daerah yang sulit dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa dilakukan

dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.

Magnetic resonance imaging (MRI)

Page 6: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

adalah teknik pencitraan khusus, noninvasive yang menggunakan medan

magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas

(mis. Tumor atau penyempitan jalur jatingan lunak melalui tulang) jaringan

lunak seperti otot, tendon dan tulang rawang. Karena yang digunakan elektro

magnet, pasien yang mengenakan implan logam, braces atau pacemaker

tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas pasien yang

menderita klaustrofobia biasannya tak mampu menghadapi ruangan tertutup

ruangan MRI tanpa penenang.

Angiografi

o adalah pemeriksaan struktur faskuler. Angiografi adalah pemeriksaan

sistim arteri. Suatu badan kontras radiopaque diinjeksikan dalam arteri

tertentu, dan diambil foto sinar - X serial sistim arteri yang dipasok oleh arteri

tersebut

o prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perpusi arteri dan bisa

digunakan untuk tingkat amputasi yang dilakukan.

o Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12

sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri.

o Perawat memantau tanda vital, tempat penusukkan untuk melihat adannya

pembengkakan, perdarahan, dan hematoma : dan ekstremitas bagian

distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.

Digital subtrstion angiografi (DSA)

mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistim arterial

melalui kateter vena.

Venogram

Adalah pemeriksaan sistim vena yang sering digunakan untuk mendeteksi

trombosis vena.

Page 7: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Mielografi

penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal ,

dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan

kanalis finalis) atau tempat adanya tumor.

Diskografi

o adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi

untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan

dalam kisaran pergerakannya sementara itu diambil Gambar sinar-X serial.

o Artogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau

kronik kapsul sendi atau ligamen penjangga lutut, bahu, tumit, panggul dan

pergelangan tangan.

o Setelah dilakukan arttrogram biasanya sendi diimobilisasi selama 12

sampai 24 jam dan diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk

meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan.

PEMERIKSAAN LAIN Atrosentesis (aspirisasi sendi)

o dilakukan untuk memperoleh cairan sinofial untuk keperluan pemeriksaan

atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi .

o Normalnya cairan sinofial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan

volumenya sedikit.

o Pemeriksaan cairan sinopial sangat berguna untuk mendiagnosisi

rheumatoid arttritis dan arttrofi implamasi (perdarahan didalam rongga sendi),

yang mengarahkan ke trauma atau kecendrungan perdarahan.

Atroskopi

Page 8: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan

langsung kedalam sendi.

o prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril. Jarum

bore besar dimasukkan dan sendi diregankan dengan salin.

o Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk menggurangi

pembengkakan.

o Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi

neurofaskular dipantau.

o Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi

jarang tetapi dapat mencakup infeksi, hemartrosis, trombovlebitis, kaku sendi

dan penyembuhan luka yang lama.

Termografi

mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit . kondisi implamasi

seperti arthritis dan infeksi , begitu pula neoplasma, harus dievaluasi .

pemeriksaan serial dapat dilakukan untuk mendokumentasi episode

imflamasi dan respon pasien terhadap terapi pengobatan anti implamasi .

Elektromiografi

o memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang

mempersarafi

o tujuannya adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unik motor

end.

o Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindsakan ini.

Absorpsiometri foton tunggal dan ganda

adalah uji noninvasive untuk menentukan kandungan mineral tulang pada

pergelangan tangan atau tulang belakang.

Page 9: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Biopsi

o Dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot dan

sinovium untuk membantu menentukan penyakit tertentu.

o Tempat biopsy harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan , nyeri.

Untuk mengontrol edema dan perdarahan diberikan es dan analgetika untuk

mengurangi rasa tak nyaman.

Pemindai tulang (skintigrafi tulang)

pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop di injeksikan. Derajat

ambilan nukrida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang.

Peningkata ambilan isotop tampak penyakit primer tulang (osteosarkoma)

penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet (osteomilitis) dan

beberapa jenis patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak .

pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari

setelahnya.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah dan urin, hormon paratiroid (PTH), dan vitamin D ,kadar

enzim serum kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic – oxaloacetic

transaminase (SGOT, aspartate aminotransprase) ‘

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK

Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat mengidentifikasi masalah

kesehatan yang dapat diperbaiki dengan intervensi keperawatan. Diagnosa

keperawatan actual dan potensial yang sering dijumpai pada pasien dengan

kelainan muskuloskeletal meliputi berikut ini :

1. kerusakan mobilitas fisik

Page 10: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

2. nyeri

3. resiko terhadap kerusakan integritas kulit

4. resiko terhadap sindrom disuse

5. resiko terhadap disfungsi neurovaskular perifer

6. gangguan perfusi jaringan perifer

7. kurang perawatan diri

8. kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program pengobatannya

9. risiko terhadap cedera

10. intoleran aktifitas

11. keletihan

12. perubahan penampilan perang

13. gangguan harga diri

14. gangguan citra diri

15. koping individual tak efektif

16. ketidakberdayaan

17. perubahan proses keluarga

18. resiko terhadap infeksi

19. konstipasi

20. gangguan pola tidur

21. kurang aktifitas pengalih

22. perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

dengan kolaborasi bersama pasien, tujuan kesehatan dan strategi

keperawtan dirumuskan untuk memecahkan diagnosa keperawatan yang

telah terindentifikasi

TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Page 11: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Pengkajian perawatan pasien disfungsi muskuloskeletal meliputi evaluasi

dampak masalah muskuloskeletal gangguan tersebut terhadap pasien.

Perawat terpusat pada pasien gangguan muskulosketelal untuk menjaga

kesehatan umumnya, menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-harinya

(AKS), dan menangani modalitas pengobatannya.

Sistemik harus dipastikan, didorong masukan gizi yang optimal, dan masalah

yang berhubungan dengan imobilitas harus dicegah.

Wawancara awal

o Wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status

kesehatan pasien. Perawa memperoleh data subyektif dari pasien mengenai

awitan masalah dan bagaimana penagnan yang sudah dilakukan.

o Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah pendataan dapat

mempengaruhi kesehatan.

o Tanyakan masalah kesehatan lain yang juga dirasakan (mis. Stress, penyaakit

jantung, infeksi saluran nafas atas). Ini diperhatikan ketika menyusun

rencana perawatan.

o Alergi harus dicatat dan diterangkan dengan istilah yang timbul pada pasien.

o Pemakaian tembakau dan obat lain harus dikaji untuk mengevaluasi bahan-

bahan tersebut terhadap perawatan pasien.

o Mengenali kemampuan pasien untuk belajar, dan pekerjaan terkini diperlukan

untuk perencanaan pemulangan dan untuk rehabilitasi.

o Sebagai bahan wawancara awal, data disusun ketika perawat berinteraksi

dengan pasien. Data tersebut memungkinkan menyesuaikan terhadap

rencana perawatan individu sesuai kebutuhan.

Pengkajian Fisik

Page 12: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o Inspeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda deformitas,

asimetri, pembengkakan, edema, memar, atau luka di kulit.

o Dengan mengobservasi postur, gerakan, dan cara berjalan pasien akan

diperoleh data menegnai perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri

dan ketidaknyamanan atau gerakan involunter (fasikulasi atau kedutan).

Data Pengkajian Subyektif

Selama wawancara dan pengkajian fisik, pasien mungkin melaporkan adanya

nyeri, nyeri tekan, dan pengenderaan yang tak normal. Informasi ini harus

dikaji dan di dokumentasikan.

Nyeri

Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam, tumpul yang

bersifat membosankan, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau

nyeri dan sering digambarkan sebagai “kram otot”. Nyeri faktur tajam dan

menusuk dan dapat dihilangkan dengan imobilitasi. Nyeri tajam juga bisa

ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan pada

saraf sensoris.

Perubahan penginderaan

Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskuloskeletal.

Pasien mungkin menyatakan menggalami parestesia (perasaan terbakar

atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan

pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah. Pembengkakan

jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat

menggangu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan

struktur saraf dan peredaran darah yang terletak sepanjang sistem

muskuloskeletal.

Page 13: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian keperawatan , diagnosa keperawatan utama

untuk pasien dengan disfungsi muskuloskeletal dapat meliputi berikut

1. ansietas yang berhubungan dengan perubahan integritas tubuh

2. kurang pengetahuan tentang program pengobatan

3. nyeri yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

4. perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan respons

fisiologis terhadap cedera, pembengkakan, atau peningkatan tekanan

didalam ruangan tertutup (mis. Kompartemen otot, balutan yang menekan

atau gips).

Tujuan

Sasaran utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal dapat meliputi

peredaran ansietas, pemahaman terhadap protocol penangan, hilangnya

nyeri, terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat, dan perbaikan mobilitasi

fisik.

Intervensi keperawatan

Meredakan ansietas

Masalah muskuloskeletal bisa diakibatkan oleh cedera traumatis akut atau

bisa juga bersifat jangka panjang berulang dan menetap kebanyakan pasien

dengan masalah muskuloskeletal akut merasa ansietas dan menggalami

nyeri. Mereka menggalami ketakutan dan antisipasi sebelum dimulainya

penanganan definitive. Orang yang mengalami kecacatan jangka panjang

biasanya menjalani pembedahan rekontruksi berulang. Mereka sudah

terbiasa dengan rutinitas rumah sakit dan sangat memperhatikan hasil terbaik

suatu prosedur. Kesabaran dan harapan mereka sangat terbatas.

Page 14: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.

Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan

mengalami peningkatan pemahaman alternatif penanganan. Termasuk

sensasi selama dan setelah penanganan, bila mungkin informasi kusus

mengenai antisipasi peralatan (mis. Gips,traksi) alat bantu (trapeze, walker,

tongkat)

Latihan (penyusunan kuadrisep, nafas dalam) medikasi (analgetik,

antibiotika) harus didiskusikan dengan pasien pada saat pasien telah mampu

menjalangkan aktifitas penyembuhan, seperti berjalan dengan tongkat.

Sebelum dipulangkan pasien harus telah mendapatkan penjelasan rinci untuk

melanjutkan perawatan dirumah. Pasien harus mampu mengenali setiap

gejala dan tanda mengcurigakan yang perlu dilakukan pada dokter. Bila

mereka menjumpai kesulitan, mereka harus tahu kemana dan bagaimana

cara meminta peretolongan.

Meredakan nyeri

Berikan opioid dan obat pereda nyeri lainnya sesuai resep, dengan

memperhitungkan usia dan ukuran tubuh pasien begitu pula jenis dan tempat

masala muskuloskeletal.

Nyeri dapat timbul baik secara primer akibat masalah muskuloskeletal

maupun masalah penyertanya (tekanan pada tonjolan tulang, spasme otot,

pembengkakan). Tekanan yang berkepanjangan diatas tonjolan tulang (tumit,

kaput fibula, tuberositas tibiae) dapat menyebabkan nyeri rasa terbakar perlu

dilakukan penghilangan tekanan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah

kerusakan jaringan lunak lebih jauh.

Teknik relaksasi, traksi, dan obat dapat digunakan untuk menghilangkan

nyeri

Page 15: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Biasanya pembengkakan dapat dikontrol dengan syndrom kompartemen

dapat dicegah dengan meninggikan bagian yang cedera dan meletakkan es

dibagian yang cedera selama 20 sampai 30 menit.

Memperbaiki perfusi jaringan

Pembengkakan biasanya menyertai cedera muskuloskeletal. Pasokan darah

dapat dikaji dengan mengukur pengisian kapiler pada dasar kuku. bla terjadi

penurunan perfusi jaringan, kulit akan terasa dingin pada palpasi dan akan

tampak kotor, pucat atau biru. Fungsi sensoris dan motoris dapat berubah

atau menurun. Bila pembengkakan terjadi diruang tertutup (gips, balutan

konstriktif) dapat terjadi sindromkompartemen.

Memperbaiki mobilitas

Imobilisasi yang diperlukan pada beberapa modalitas penaganan tidak boleh

menyebabkan kerusakan.

gerakkan otot dan sendi yang tidak di imobilisasi dapat membantu

mepertahankan kekuatan dan fungsinya. Latihan isometric ekstremitas yang

diimobilisai dapat membantu menjaga kekuatan otot. Penekanan diberikan

pada apa yang bisa dikerjakan pasien dengan keterbatasan akibat modalitas

pengobatan.

Page 16: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal

Askep Sistem Muskuloskeletal

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung

jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah

jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan

jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.

1. Tulang

Bagian-bagian utama tulang rangka Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup

yang akan mensuplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin

anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku,

tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat

dan elastis.

Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial

skeleton dan appendicular skeleton.

1. Axial Skeleton (80 tulang)

1. Tengkorak

22 buah

tulang

Tulang cranial (8

tulang)

Frontal 1

Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1

Tulang fasial (13

tulang)

Maksila 2

Palatine 2

Zygomatic 2

Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior nasal concha 2

Tulang

mandibula (1 1

Page 17: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

tlng)

1. Tulang telinga

tengah

Malleus 2

Incus 2

Stapes 2

6 tulang

1. Tulang hyoid

1 tulang

1. Columna

vertebrae

Cervical 7

Thorakal 12

Lumbal 5

Sacrum (penyatuan dari 5

tl) 1

Korkigis (penyatuan dr 3-5

tl) 1

26 tulang

1. Tulang rongga

thorax

Tulang iga 24

Sternum

1

25 tulang

2. Appendicular Skeleton (126 tulang)

1. Pectoral girdle Scapula 2

Clavicula 2 4 tulang

1. Ekstremitas atas

Humerus 2

Radius 2

Ulna 2

Carpal 16

Metacarpal 10

Phalanx 28

60 tulang

1. Pelvic girdle

Os coxa 2 (setiap os coxa

terdiri dari penggabungan

3 tulang)

2 tulang

1. Ekstremitas

bawah

Femur 2

Tibia 2

Fibula 2

Patella 2

Tarsal 14

Metatarsal 10

Phalanx 28

60 tulang

Total 206

tulang

Page 18: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :

1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh

2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakkan oleh kerja otot-otot

yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan

oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.

3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain

4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum

merah tulang tertentu.

Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas (misal femur)

2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan (misal tarsal)

3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga (misal sternum)

4. Tulang irreguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah,

dan rahang.

Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,

sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian

tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan

dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh

memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagai diaphysis yang

berbentuk silindris.

Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu

jaringan (network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh

darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-

ruang kecil dimana osteosit berada.

Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang

merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis,

sementara sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk

ke aliran darah. Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast(sel

pembentuk tulang) dan osteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan

terdalam dari periosteum. Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri atas

banyak pembuluh darah.

Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total

aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri penyuplai

darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang, kemudian

Page 19: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah mikroskopis.

Pembuluh darah ini mensuplai cortex, marrow, dan system haverst.

Persarafan, serabut syaraf simpatik dan afferent (sensori) mempersyarafi tulang.

Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf

afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.

Perkembangan dan pertumbuhan tulang

Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :

1. Tulang didahului oleh model kartilago.

2. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam

korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-

ruang.

3. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuki oleh sel-sel pembentuk

tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast).

Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.

4. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang

menghasilkan tiga pusat osifikasi.

5. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat

dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara

vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong

sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua ruang membesar

untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.

Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.

6. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan

korpus.

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai

berikut :

Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor.

Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai contoh,

apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor akan berkurang.

Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memiliki aksi dalam menurunkan kadar

kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.

Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia

pada usia dewasa.

Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi

hormone paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan

aktivitas osteoplastic dan menyalurkan kalsium kedalam darah.

Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan

panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa

sebelum pubertas.

Page 20: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.

Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran

hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat menopause,

wanita sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi

langsung terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti

testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang.

2. Sendi

Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-

tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita

fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan

strukturnya, yaitu :

a. Sendi fibrosa (sinartrodial) Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-

serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.

b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial) Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan

fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan

simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.

c. Sendi synovial (diartrodial) Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan

gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa

sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini

dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini

mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan

sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna

kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1

sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml

dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai

sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana

permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat suatu

sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut,

rahang)

Jenis sendi synovial :

Page 21: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

a) Sendi peluru, misal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan

bebas penuh.

b) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah, contohnya

adalah siku dan lutut.

c) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus.

Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.

d) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan

rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.

e) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas ke semua arah, contohnya

adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.

3. Otot Rangka

Otot dan kerja otot Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya

adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan

(kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk

berkontraksi dan menggerakan tulang.

Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi bagian terbesarnya

mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung

dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan

tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran

(mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu

bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.

Otot bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini

biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot

dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui

sebagai insersio dari otot.

Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia

memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak

tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah

otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan

otot bisep.

Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :

a) Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama

b) Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis

Page 22: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

c) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling

d) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu

Struktur otot rangka Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak

bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah

dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.

Dindingnya atau sarkolema, mengandung miofibril yang dibungkus dengan rapat

dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari

otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam

sarkoplasma.

Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian,

disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu

mengandung protein aktin, dan lainnya mengandung protein myosin.

Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain,

seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling

mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat

kontraksi.

Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon

(otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot

fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi

relative lemah.

Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak

lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah

tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.

Histology otot Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri

fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.

a. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle) Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm

dengan inti terletak di tengah. Miofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai

corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang

berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik fungsional. Otot

polos tidak dibawah pengaruh kehendak.

b. Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle) Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100

µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir,

dibawah sarcolema. Memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut

Page 23: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut

endomycium. Beberapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium.

Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia).

Otot lurik dipersyarafi oleh system cerebrosfinal dan dapat dikendalikan. Otot lurik

terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragma, bagian atas dinding esophagus.

c. Otot Jantung Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat

otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling

berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletak

di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.

Persarafan otot rangka

Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :

1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan

khusus, gelondong otot

2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot

Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia

grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama

atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua

korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla

spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,

pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan

simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate.Asetilkolin bekerja untuk

memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik untuk

menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot

berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi.

Bila impuls berhenti maka otot rileks.

3. Tendon

Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang.

Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. Serat

kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.

5. Ligament Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang,

biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.

6. Bursae

Page 24: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial dan

mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang

bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.

2.2 Asuhan Keperawatan

1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis

Definisi

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.

Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang

lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa

tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah;

tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh

pada tulang normal.

Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

o Determinan Massa Tulang

Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa

orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil.

Faktor mekanis Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik.

Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan

mengakibatkan berkurangnya massa tulang.

Faktor makanan dan hormon Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan

mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh

genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di

atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan

massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan

sesuai dengan kemampuan genetiknya.

Page 25: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o Determinan penurunan Massa Tulang

Faktor genetik Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan

tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang

dengan tulang yang besar.

Faktor mekanis Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena

massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan

menurun dengan bertambahnya usia.

Kalsium Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa

tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post

menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada

masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak

baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka

yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan

keseimbangan kalsium positif.

Protein Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa

tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang

mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.

Estrogen. Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya

gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan karena menurunnya eflsiensi

absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

Rokok dan kopi Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan

penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.

Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui,

akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

Alkohol Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah,

disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum

diketahui dengan pasti .

Manifestasi Klinis

Page 26: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur

kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:

o Nyeri timbul mendadak

o Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang

o Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur

o Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan

aktivitas

o Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan

Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini

bertujuan:

Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

2. Latihan teratur setiap hari

3. Hindari :

Makanan tinggi protein

Minum alkohol

Merokok

Minum kopi

Minum antasida yang mengandung aluminium

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Promosi kesehatan.

Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga,

fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause

dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap

Page 27: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri

harus digali.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis

atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat

perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.

Diagnosa Keperawatan

1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi

usus)

4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik

Tujuan

Sasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan mengenai osteoporosis dan

program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikan pengosongan usus dan tidak

ada fraktur tambahan.

Intervensi Keperawatan

Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.

1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

oeteoporosis.

2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.

3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan

kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.

4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk

menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya

oestoeporosis.

5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari

dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.

Page 28: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri

lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada

suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama

makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan

cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala

terhadap kanker payudara dan endometrium.

Meredakan Nyeri

1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan

posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.

2. Kasur harus padat dan tidak lentur.

3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.

4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.

5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari

gerakan memuntir.

6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien

dibantu turun dari tempat tidur,

7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun

alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan

lansia.

8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur

perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan

mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.

9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri

punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.

Memperbaiki Pengosongan Usus.

Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan

lansia.

1. Berikan diet tinggi serat.

2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat

membantu atau meminimalkan konstipasi.

3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps

vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.

Mencegah Cedera.

Page 29: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk

memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang

progresif.

2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot

batang tubuh.

3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.

4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.

5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di

bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan

tubuh menghasilkan vitamin D.

Pertimbangan Gerontologik.

1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular,

penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan.

Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu

tersedia.

2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan

dan program penanganan pencegahan.

3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya (mis. Permadani

yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah

kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan

yang memadai dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki

dengan ukuran pas).

Evaluasi

1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.

o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang

o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi

o Meningkatkan tingkat latihan

o Gunakan terapi hormon yang diresepkan

o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran

2. Mendapatkan peredaan nyeri

o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari

o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur

3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal

o Bising usus aktif

o Gerakan usus teratur

4. Tidak mengalami fraktur baru

o Mempertahankan postur yang bagus

Page 30: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik

o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)

o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari

o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah

o Menciptakan lingkungan rumah yang aman

o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.

2. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Rematoid Athritis

Definisi Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan

lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.

Etiologi Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi

dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin

dengan rhematoid factor

2. Faktor metabolic

3. Infeksi dengan kecenderungan virus

Patofisiologi Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular.

Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi

artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau

penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan

granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago

artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila

kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena

jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang

menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau

dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan

osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya

serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari

serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang

mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan

menjadi kronis yang progresif.

Page 31: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Tanda dan Gejala

1. Tanda dan gejala setempat

Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan

terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai

berjam-jam dalam sehari.

Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung

lama.

Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.

Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut,

pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil

tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena

juga

Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik

menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X

Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,

deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga

terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi

mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total

Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa,

kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan

ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.

Kronik Ciri khas rematoid artritis

2. Tanda dan gejala sistemik

Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia

Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya

hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,

bengkak, dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala

tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.

3. Stadium deformitas

Page 32: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan

ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis,

berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang

Penatalaksanaan Tujuan utama terapi adalah:

1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan

2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.

3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana

pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat

2. Latihan fisik

3. Panas

4. Pengobatan

a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang

diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml

b. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap

terapi obat

c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari

mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan

kebutuhan steroid yang diperlukan.

d. Garam emas

e. Kortikosteroid

5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan

dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan

indikasinya sebagai berikut:

1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk

mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali

inflamasi.

2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.

4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada

persendian.

Page 33: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Riwayat Keperawatan

o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan

merasakan adanya perubahan pada sendi.

Pemeriksaan Fisik

o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna

kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

Catat bila ada krepitasi

Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot

o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi

pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya

kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi

berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya

aspek body image dan harga diri klien.

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah

dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang

sering muncul yaitu:

Page 34: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh,

sendi, bengkok, deformitas.

2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.

3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.

4. Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

6. Gangguan mobilitas

Intervensi dan Implementasi Keperawatan

1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh,

sendi, bengkok, deformitas.

Tujuan : klien memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit

Recana/tindakan Keperawatan

o Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya mengahdapi

proses penyakit. Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan diri.

o Berikan support yang sesuai. Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya

menerima dirinya.

o Dorong klien untuk mandiri. Kemandirian membantu meningkatkan harga

diri.

o Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi klien

2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar dari rasa nyeri

Recana/tindakan Keperawatan

Page 35: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

o Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest). Hal ini dapat membantu

menurunkan stress muskuloskeletal, mengurangi tegangan otot, dan

meningkatkan relaksasi karena kelelahan dapat mendorong terjadinya nyeri.

o Pertahankan posisi fisiologis dengan benar atai body alignment yang baik.

Bantu dan ajari klien untuk menghindari gerakan eksternal rotasi pada

ekstremitas. Hindarkan menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi letakkan

bantal diatara lutut, hindari fleksi leher.

o Bila direncanakan klien dapat menggunakan splint, atau brace. Hal ini dapat

mencegah deformitas lebih lanjut.

o Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba karena dapat menimbulkan dislokasi

dan stres pada sendi-sendi

o Lakukan perawatan dengan hati-hati khususnya pada anggota-anggota tubuh

yang sakit. Karena gerakan-gerakan yang kasar akan semakin menimbulkan

nyeri

o Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh yang

sakit. Panas dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot, mengurangi

kekakuan. Kemungkinan juga dapat membvantu pengeluaran endorfin yaitu

sejenis morfin yang diproduksi oleh tubuh.

o Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan. Hal ini membantu

meningkatkan aliran darah relaksasi otot, dan menghambat impuls-impuls

nyeri serta merangsang pengeluaran endorfin.

o Memberikan obata-obatab sesuai terapi dokter misal, analgetik, antipiretik,

anti inflamasi.

3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot dan sendi

Tujuan : Klien terhindar dari cedera

Recana/tindakan Keperawatan

o Gunakan sepatu yang menyokong, hindarkan lantai yang licin, menggunakan pegangan

dikamar mandi.

o Lakukan latihan ROM (bila memungkinkan). Untuk meningkatkan mobilitas dan

kekuatan otot, mencegah deformitas, memperthankan fungsi semaksimal mungkin

o Monitor atau observasi efek penggunaan obat-obatan misal ada perdarahan pada

lambung, hematemesis.

Page 36: Bahan ajar sistem muskuloskeletal

4. Gangguan aktifitas sehari-hari (defisit self care) berhubungan dengan

terbatasnya gerakan.

Tujuan : Klien akan mandiri sesuai kemampuan daam memenuhi aktifitas sehari-hari

Recana/tindakan Keperawatan

o Ajarkan aktifitas sehari-hari agar klien mulai terkondisi untuk melakukan aktivitas

sesuai dengan kemampuanyya dan bertahap.

o Bantu klien untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan lain selam memang diperlukan.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan sendi

Tujuan : Mobilitas persendian klien dapat meningkat

Recana/tindakan Keperawatan

o Bantu klien untuk melakukan ROM aktif maupun pasif. Untuk memelihara fungsi

sendi dan kekuatan otot meningkatkan elasitias serabut- serabut otot.

o Rencanakan program latihan setiap hari (dapat bekerja sama dengan dokter dan

fisioterapi)

o Lakukan observasi untuk setiap kali latihan

o Berikan istirahat secara periode

o Berikan lingkungan yang aman misal, menggunakan pegangan saat dikamar mandi,

tongkat yang ujungnya sejenis karet sehingga tidak licin

Evaluasi 1. Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri

2. Nyeri dapat berkurang

3. Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari

4. Komplikasi dapat dihindari

5. Meningkatkan mobilitas

Sumber:

Smeltzer, Susanne dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 8.

Jakarta:EGC.

http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-sistem-muskuloskeletal