bahan ajar material lapis pondasi jalan

Upload: diarto

Post on 17-Oct-2015

373 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

presentasi kuliah

TRANSCRIPT

  • *

    Lapis Pondasi Jalan dgn AgregatPembekalan / Pengujian Ahli Pelaksana dan Ahli Pengawas Jalan dan Jembatan

    DPP HPJI

  • *Base dan Sub BaseLapisan Base adalah suatu material yang dipasang tepat di bawah lapis permukaan, sedang lapisan Sub Base adalah material yang dipasang dibawah Base di atas Subgrade

    Lapisan perkerasan dapat terdiri dari perkerasan lentur atau perkerasan kaku. Sesuai namanya, perkerasan lentur relatif lentur jika dibandingkan dengan beratnya beban lalu lintas yang diterimanya, beban ditahan oleh sebagian luas tepi bawah perkerasan sesuai dengan distribusi beban ke perkerasan, untuk kemudian diteruskan ke Subgrade. Sedang perkerasan kaku memang bersifat kaku sehingga beban lalu lintas yang diterima dapat ditahan kurang lebih oleh seluruh luas tepi bawah lapis perkerasan kaku ini, untuk kemudian diteruskan ke subgrade.Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • *Pada perkerasan Lentur, tujuan base dan subbase adalah untuk:Dengan kekakuannya (kekuatannya) sendiri mendukung beban (lalu lintas) yang diterimanya; Seperti asumsi di atas, bahwa perkerasan lentur dibayangkan seperti lembaran karet, sebenarnya dia juga punya kekakuan yang mampu mendukung beban meskipun tidak sekuat lembaran baja.Dengan ketebalan perkerasannya untuk menyebarkan beban lalu lintas dipermukaan perkerasan menjadi tekanan yang mampu diterima oleh Sub GradeBab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • *Jenis Lapis Pondasi JalanLapis Pondasi Atas

    Tanpa PengikatLapis Pondasi Agregat Kelas ADry Bound MacadamDengan PengikatPengikat AirWater Bound MacadamPengikat SemenPCC (Portland Cement Concrete) CTBSoil Cement BasePengikat AspalATB KonvensionalAC-Base

    Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

    Lapis Pondasi Bawah

    Tanpa PengikatLapis Pondasi Agregat Kelas B Dengan PengikatPengikat AspalATSB KonvensionalCTSB

  • *Apakah California Bearing Ratio (CBR) Itu?Perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3 inch sedalam 0,1 inch terhadap beban 3000 lbs, atau 0,2 inch terhadap beban 4500 lbsCatatan :Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inchBilamana yang 0,2 inch >, pengujian harus diulangBilamana hasil ulang masih sama, diambil yang 0,2Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • *Jenis apa saja base course itu?Bahan Berbutir (Granular Material) :Lapis Pondasi Agregat (Aggregate Base), Terbuat Dari Cam-puran Batu Pecah Dan SirtuBahan Distabilisasi Dengan Pengikat :Bahan Pengikat Semen :PCC (Potland Cement Concrete) , > K275CTB (Cement Treated Base), Ucs 7 Hari > 45 Kg/Cm2 Soil Cement, Ucs 7 Hari > 20 Kg/Cm2Bahan Pengikat Aspal :Laston Atas ("Asphalt Treated Base"), Black BaseKadar Aspal Rendah, Ukuran Butir Maks. 2 InchBab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • *

    Jenis campuran aspal apa saja untuk subbase course?Jenis sama dengan base course mutu bahan boleh lebih rendah dari Base courseCBR base 80 %CBR subbase 30 %Laston bawah ("asphalt treated Subbase")Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • *Berapakah CBR Yang Ekonomis Untuk Perkerasan Lentur?Bagaimana cara mengekonomiskan tanah ber-CBR kecil?CBR yang ekonomis> 6, bilamana < 6 dapat digunakan capping layer yang terbuat dari selected (CBR >10)CBR = 3 - 6, digunakan capping layer 20 cm, gabungan Capping layer dan tanah asli diperkirakan dapat mencapai CBR = 6CBR < 3, digunakan capping layer 35 cm, gabungan capping layer dan tanah asli diperkirakan dapat mencapai CBR= 6Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • * Apakah boleh mensubstitusi tebal komponen perkerasan dengan cara mengekivalenkan?

    Mengekivalenkan menjadi komponen yang lebih tinggi mutunya diperkenankan, tidak sebaliknya !Bilamana diekivalenkan dengan bahan yang rendah maka akan terjadi fatique cracking terlebih dahulu pada Lapisan beraspal sebelum terjadinya rutting.Hal ini paling sering dilakukan tanpa menyadarinya !Analog dengan under reinforced !Bab I : Gambaraan Umum Perkerasan Jalan

  • *Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Pekerjaan Lapis Pondasi JalanLapis Pondasi Agregat (satuan m3)Mencakup pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan, dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan ---> Lapis pondasi agregat kelas A , B dan kelas BLapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal (satuan m3)Mencakup pemasokan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan bahan utk pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, merupakan suatu lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan ---> Lapis pondasi agregat kelas CLapis Pondasi Semen Tanah (satuan : m3 utk lapis pondasi dan ton utk semen)Terdiri dari tanah yang distabilisasi dengan semen yang dihampar dan dipadatkan di atas tanah dasar yang telah disiapkan Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Gradasi Lapis Pondasi AgregatBab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

  • *STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI AGREGAT

    SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas cair dengan Alat Cassagrande.SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87):Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat.SNI 03-1743-1989(AASHTO T180 - 90):Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.SNI 03-2827-1992(AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus PasirSNI 03-1744-1989(AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR Laboratorium.Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *STANDAR MUTU PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT

    PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

    Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat

    Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama yang telah diperbaiki terlebih dahulu atau di atas tanah dasar baru yang telah diselesaikan sepenuhnya Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik. Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Penghamparan Lapis Pondasi Agregat

    Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air yang tersebar merata dan dalam rentang yang disyaratkan. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Pemadatan Lapis Pondasi Agregat

    Setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuperelevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui. Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Pengujian Lapis Pondasi Agregat

    Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, Harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkanSeluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Gradasi Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup AspalBab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL

    British Standards :British Standard BS812:Method of Sampling and Testing of Mineral Aggregates, Sands and Fillers.

    Standar Nasional Indonesia (SNI) :SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Cassagrande.SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL

    Penyiapan FormasiPenyiapan drainase, tanah dasar dan lapis pondasi bawah harus selesai dan diterima paling sedikit 100 m ke depan dari rencana lokasi akhir penghamparan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal pada setiap saat.

    Pengiriman Bahan Agregat kasar dan halus untuk Waterbound Macadam harus dikirim ke badan jalan sebagai campuran yang merata, Kadar air hanya sebatas cukup untuk mengikat bahan halus dan terdistribusi secara merata, dan air bebas tidak diperbolehkan. Jika Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal kelas C dipasok sebagai bahan yang dicampur lebih dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan ketentuan Spesifikasi. Bilamana agregat dikirim dalam bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi yang mengatur hal ini.Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat maksimum. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau disetujui Direksi Pekerjaan . Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Agregat Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Yang Dicampur Di Tempat Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas diharapkan berlangsung sampai pekerjaan selesai.Pelaksanaan Waterbound Macadam disyaratkan dalam Spesifikasi.

    Pemadatan Lapis Pondasi Kelas CSetiap lapis bahan harus dipadatkan seluruhnya dengan alat pemadat yang cocok dan memadai, yang telah disetujui Direksi Pekerjaan .Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling sedikit setelah dua lintasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Agregat harus dipertahankan dalam keadaan lembab dengan penyemprotan air yang diatur dengan ketat sehingga bahan halus yang berada di permukaan tidak terganggu. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat bersuperelevasi penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat mekanis. Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Gradasi Waterbound MacadamBab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Sifat Agregat Water MacadamKeausan Agregat Agregat Pokok (SNI 03-2417-1991) : mak 40Harus 100 % berbidang belah > 2

    Agregat Halus memenuhi ketentuan : Indek Plastisitas (SNI 03-1966-1990) : min 4 dan maksimum 12. Batas Cair (SNI 03-1967-1990) : mak 35.

  • *Pelaksanaan Waterbound Macadam

    Kedalaman LapisanHarus dilaksanakan lapis demi lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti yang tercantum dalam Spesifikasi. Penebaran Agregat KasarPenebaran dapat dilaksanakan dengan peralatan mekanis atau cara manual dengan menggunakan keranjang untuk menebar agregat. Penebaran harus dilakukan dengan ketebalan merata.Pemadatan dan Pembentukan Agregat KasarPemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6 - 8 ton. Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu lapis agregat yang stabil dan rata. Penggilasan harus dilaksanakan minimum 6 lintasan di seluruh lokasi jalan tersebut.Selama pelaksanaan pemadatan kerataan permukaan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m. Lokasi dimana permukaan agregat kasar menyim-pang dari garis mistar lurus lebih dari 1 cm harus segera diperbaiki dan dipadatkan sampai standar yang disyaratkan.Penebaran dan Pemadatan Agregat HalusAgregat halus harus ditebar sedemikian hingga seluruh rongga permukaan agregat kasar terisi. Agregat halus harus dibasahi dan digilas agar dapat masuk ke dalam rongga dalam lapis pondasi.Pembasahan dan penggilasan dengan penambahan agregat halus jika diperlukan, harus berlanjut sedemikian hingga seluruh kedalaman lapis pondasi terisi dengan agregat halus sampai padat dan permukaan yang halus dan rapat dapat diperoleh. Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Pengujian Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal

    Jumlah data pendukung pengujian harus mencakup semua pengujian yang disyaratkan, paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan.Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal yang diusulkan, seluruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi bilamana menurut pendapat Direksi Pekerjaan terdapat perubahan pada mutu bahan atau pada sumber bahan atau pada metode produksinya.Pengujian harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang dihasilkan, pengujian harus meliputi paling sedikit lima (5) pengujian Indeks Plastisitas dan lima (5) pengujian gradasi. Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *Lapis Pondasi Semen TanahMencakup :Penyediaan lapis pondasi dari tanah yangdiambil dari daerah sekitar proyekdistabilisasi dengan semendiatas tanah dasar yang telah disiapkantermasuk :penghamparan, pembentukan, pemadatan, perawatan, dan penyelesaian akhir.Bahan : Semen Portland, Air dan TanahBahan harus memenuhi persyaratan teknis (Spec)Untuk tanah, ukuran partikel (batu) < 75 mm dan yang melewati saringan # 200 < 50% (ayakan basah)Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *

    STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI SEMEN TANAH

    Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) :SII-13-1977:Semen PortlandSNI 03-3422-1994 (AASHTO T 88 - 90):Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer.SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande.SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.SNI 03-1742-1989 (AASHTO T 99 - 90):Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.SNI 03-2827-1992 (AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir.SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR Laboratorium.AASHTO :AASHTO T26 - 79:Quality of Water Used in ConcreteAASHTO T134 - 76:Moisture-Density Relations of Soil-Cement MixturesAASHTO T135 - 76:Wetting and Drying Test of Compacted Soil-Cement MixturesAASHTO T144 - 86:Cement Content of Soil-Cement MixturesASTM : ASTM D1632 - 63:Making and Curing Soil-Cement Compression & Flexure Test Specimens in The Laboratory ASTM D1633 - 63:Compressive Strength of Moulded Soil-Cement CylindersBritish Standards 1924 : 1975 BS 1924 Test 18:Detection of the presence in soils of organic matter able to interfere with the hydration of Portland Cement (measurement of the pH of a Soil-Cement paste)Bab II : Aspek Teknis Untuk Pengawasan Lapangan

  • *SOIL CEMENT BASEMerupakan lapisan base yg terdiri dari campuran tanah setempat dgn semen portland.

    Bahan : Portland cemen biasa type I Air Tanah (dalam arti luas)

    Tanah yg cocok untuk soil cemen base : # Ukuran maksimum butiran batuan 75 mm # Maksimum lolos saringan No.200 = 50 % # Tanah dgn plastisitas rendah sangat cocok. # Tanah harus bebas dari bahan organis

  • *PERKIRAAN KADAR SEMEN

    KLASIFIKASI TANAH(%) BERAT SEMENGW,GP,SW,SP,GM atau SM3 - 5SP,GM,SM atau GP5 - 8SM,SC, beberapa GM atau GC5 9SP7 11CL atau ML7 12ML, MH, atau OH8 13CL atau CH9 15OH , MH, atau beberapa CH10 - 16

  • *Campuran biasanya mengandung kadar semen 3 12 %.

    Mix disain dilakukan dengan dua cara yaitu : # UCS (Unconfined Compression Test) # CBR (California Bearing Ratio)

    Persyaratan dan spesifikasi : > Tebal rata-rata +/- 10 % dari tebal rencana > Kekuatan campuran di lapangan dgn DCP > Toleransi kerataan 2 cm dgn mistar penyipat

  • *PELAPORAN MELIPUTI HAL-HAL SBB:Contoh material yg akan digunakan disimpan sebagai rujukan.Catatan jumlah semen yg dikirim ke lapangan.Catatan harian jumlah semen yg dipakai.Data semua elevasi tinggi permukaan yg akan digelar.Catatan pengujian DCP lapangan.Penyimpanan benda uji dan pelabelannya.PEMBATASAN CUACA: Tanah untuk soil cemen tidak boleh dihampar, dihaluskan selama turun hujan, penghalusan tidak diizinkan setelah hujan atau kadar air masih tinggi.

  • *PERBAIKAN PEK YG TIDAK MEMUASKANYang tidak memenuhi toleransi kualitas harus diperbaiki :

    perubahan perbandingan campuran.penghalusan ulang lapisan yg telah di hampar/diaduk ulang bila memungkinkan.pembuangan dan penggantian bagian yg tidak memuaskan.penambalan lapisan soil cemen yg tidak memenuhi syarat.

    Jika terjadi retak yg lebar karena penyusutan selama curing time maka dapat dilakukan penggilasan tambahan untuk mempersempit retak.

  • *JADWAL KERJA & PENGATURAN LALU LINTASMaksimum 14 hari setelah soil semen lapisan atas selesai, maka harus dilapis hot mix.

    Soil semen yg baru dibuat tidak boleh dilalui oleh kendaraan.

    Perlu pengendalian lalu lintas yg baik.

  • *MIX DISAIN SOIL SEMEN1. buat proctor disain, untuk hubungan kadar semen tertentu dengan OMC dan MDD yang diperoleh.2. variasikan kadar semen dan plot pada grafik I.3. Plot MDD dan OMC pada grafik II sebagai fungsi dari kadar semen.4. Uji masing masing kadar semen untuk mendapatkan nilai UCS atau CBR, dan plot pada grafik III sebagai fungsi dari kadar semen.5. masukan target kekuatan yg diminta pada gafik III, untuk mendapatkan kadar semen.6. Masukan nilai kadar semen dari grafik III pada grafik II, untuk mendapatkan OMC dan MDD.7. buat grafik IV yang menyatakan hubungan kadar air dgn kepadatan kering.8. Masukkan nilai OMC dan MDD yg didapat dari grafik II, pada grafik IV, maka akan didapat nilai untuk pengendalian lapangan dimana OMC sebagai batas bawah dan OMC +2 % sebagai batas atasnya.

  • *

  • *SIFAT CAMPURAN YG DISYARATKAN

    PENGUJIANBATAS-BATAS SIFAT(SETELAH PERAWATAN 7 HARI)METODAPENGUJIANMINIMUMTARGETMAKSUMUMUCS KG/CM2202435ASTM D1633-63CBR %100*120 *200*SNI03-1744-1989SKALA PENETROMETER(PULUKAN/CM)1,0*(1,0)1,3*(0,8)2,5*(0,4)LAMPIRAN SPEKSPR BATAS MINIMUM0,8*(1,3)--LAMPIRAN SPEKPENGUJIAN WET & DRYING% KEHILANGAN BERAT% PERUBAHAN VOLUME--7

    2AASHTOT135-76

  • *PERCOBAAN LAPANGANPercobaan sepanjang 200 m, dgn tebal, peralatan dan prosedur yg ditentukan.Hal-hal yang dievaluasi adalah :kecocokan, efisiensi efektifitas alat yg dipakai.Derajat kahalusan tanah dan jumlah lintasan penghalusanKadar air optimum pada saat penghalusanKeseragaman campuran secara visualPemeriksaan kepadatan dgn variasi penggilasanBulking ratio, antara tanah gembur dan tanah setelah dipadatkanPengujian campuran dgn CBR atau UCS

  • *PERCOBAAN LAPANGANPenentuan syarat kepadatan dan kadar air optimum lapanganPengujian CBR atau UCS dari job mix untuk waktu curing 1, 7 dan 28 hariPengujian DCP lapangan umur 7 dan 28 hariPengendalian retak dgn pengilasan yg sesuaiPenggunaan curing membrane yg paling tepat dan cara curing dgn visual dan pengujian kadar airPerhitungan tebal efektif dgn uji DCPJumlah tebal lapisan yg diperlukan sesuai hasil percobaan lapangan dan rencana tebal

  • *PENGADUKAN DAN PENGHAMPARANPersiapan tanah dasar meliputi :

    Persiapan tanah dasar seperti ketentuan 3.3 penyiapan badan jalanPermukaan tanah dasar dibersihkan dan dilakukan proof rollingTanah 20 cm dibawah subgrade kepadatan harus minimum 95 %Minimum CBR subgrade 6 % pada kepadatan 100%Toleransi permukaan subgrade sesuai pasal 3.31.

  • *PEMILIHAN ALAT PENCAMPUR

    PETUNJUKJENIS PERALATANINDEK PLASTISITAS TANAH X PERSEN LOLOS # NO.40TEBAL PERKIRAANMAKSIMUM YG MAMPU DILAKUKAN DLM SATU LAPIS (CM)MESIN PENCAMPUR TERPUSAT< 500TAK TERBATASPENGGARU PIRINGAN, LUKU & MOTOR GREDER< 100012 S/D 15ROTAVATOR RINGAN < 100 PK 100 PK

  • *PENGHAMPARAN & PENGADUKAN MIX IN PLACETanah dari borrow pit disebar pada subgrade dan dihaluskan dgn pulvimixerKadar air pada kondisi optimumSetelah dihaluskan tanah diperiksa kehalusannya, lolos saringan 25 mm = 100 % dan lolos saringan # 4 = 75 %Penyebaran tanah yg telah dihaluskan sesuai ketebalan hasil trialPenyebaran semen secara merata diatas tanah sesuai kadar yg disyaratkanCampurkan tanah dan semen secara merata, kadar air 2 % diatas kadar air optimum

  • *PENCAMPURAN & PENGHAMPARANSECARA CENTRAL PLANTMesin pengaduk dgn cara batching atau continousAlat pencampur dapat berupa paddle mixer atau pan mixerCampuran dihampar dengan alat Paving Machine atau Spreader Box

  • *PEMADATANPemadatan dilaksanakan secepat mungkin setelah pengadukan dan seluruh operasi termasuk pembentukan finishing harus selesai dalam waktu 60 menit, sejak semen kontak dgn tanah.Panjang maksimum penghamparan sesuai hasil trial, dan tidak lebih dari 200 mPemadatan awal dgn sheepfoot, pneumatic tyred atau smooth-wheeled rollerPembentukan dan perataan permukaan dgn grader sebelum pemadatan akhir dilaksanakan, kepadatan min 97%.

  • *PEMADATANSambungan memanjang dan melintang lapisan soil semen ini dikerjakan seperti pada penghamparan hot mix (harus ada keyed).

    Setelah pemadatan awal dan pembentukan lapis terakhir soil semen, disebar batuan chip ukuran 13 mm (single size) dengan takaran 1,2 kg/m2

  • *PEMELIHARAAN (CURING)Setelah selesai pemadatan, dan penyebaran batuan chip, lapisan soil semen harus ditutup dgn curing membrane selama 24 jam.Curing membrane dapat berupa, lembaran plastik untuk menjaga kehilangan air, karung goni basah atau material lain yg dapat berfungsi baikCuring membrane dipasang 7 hari, dan dipindahkan bila akan dipasang lapisan aspalBila diinginkan maka setelah 24 jam lapisan soil semen dapat di prime coat.Kendaraan tidak diizinkan lewat diatas soil semen sebelum umur 7 hari

  • *PENGENDALIAN MUTUPengujian kepadatan subgrade dilaksanakan setiap jarak 200 m dgn sand cone, pengujian kepadatan lab maksimum setiap 10 pengujian kepadatan lapangan.Paling tidak satu pengujian CBR untuk setiap jenis tanah subgrade yang dipakai.Pengambilan contoh tanah yg telah dihaluskan, paling sedikit lima contoh pada daerah dari 200 m, kalau ada satu contoh yg tidak memenuhi, penghaluan harus diteruskan utk seluruh bagian pekerjaan.Pengendalian contoh untuk pengujian kadar air sewaktu penghamparan dan pengadukan pada panjang maksimum 100 m.Contoh diambil pada saat disebarkan, setelah pencampuran dgn semen utk penentuan jumlah air yg ditambahkan dan setelah pengadukan penambahan air tsb.

  • *PENGENDALIAN PEMADATANSegera setelah tanah, air dan semen diaduk masih dalam keadaan gembur, diambil contoh dgn rentang jarak maksimum 200 m.Contoh diambil dalam kantong plastik dua sampel utk pengujian kepadatan dan empat sampel utk pengujian kekuatan (CBR atau UCS).Satu pengujian kepadatan dilapangan dgn sand cone, dilakukan pada lokasi dimana dua samel kepadaan lab diambil utk membandingkan hasil pemadatan lapangan.

  • *PENGENDALIAN KEKUATAN & HOMOGENITAS (1)Empat sampel tanah yg diambil dipadatkan di lab, dan di cure didalam kantong plastik. Dua sampel diambil setelah umur 3 hari lalu direndam didalam air selama 4 hari.Semua benda uji di test pada umur 7 hari, angka rata-rata hasil benda uji yg direndam dinyatakan sebagai kekuatan soil semen di lab, dan dibandingkan dgn tabel spesifikasi.Dari kekuatan lab ini, kekuatan soil semen dilapangan dapat dipekirakan dari kepadatan yg dicapai.

  • *PENGENDALIAN KEKUATAN & HOMOGENITAS (2)Angka rata-rata kekuatan sampel yg tidak direndam, dipakai untuk kalibrasi dgn hasil DCP yg dilakukan pada lokasi pengambilan sampel tsb (bila diperlukan).Apabila terjadi perselisihan mengenai kekuatan yg sebenarnya dilapangan, maka dapat diambil sampel dgn core dilapangan dan dilakukan pengujian UCS hasil core tsb.Monitoring Ketebalan, diambil selang jarak tiap 50 m, dgn cara pengukuran level dan pengujian DCP.

  • *PENGENDALIAN KEKUATAN & HOMOGENITAS (3)Monitoring Kadar Semen, bila diperkirakan terdapat kekurangan kadar semen, maka dapat dilakukan pengujian kadar semen campuran dgn AASHTO T 144 dari lokasi yg tidak memuaskan tsb.Pengukuran dan Pembayaran, pembayaran diukur dalam meter kubik terpasang, yaitu perkalian panjang x lebar x tebal rata-rata yg diterima.Semen dibayar dalam berat (ton), yaitu : berat total semen yg dipakai X kualitas yg diterima kualitas yg dipasang

  • MIX IN PLACE

  • CENTRAL PLANT

  • PENGHALUSAN TANAH

  • TANAH HASIL PENGHALUSAN

  • PEMBENTUKAN

  • PENYEBARAN SEMEN

  • PENAMBAHAN AIR

  • PEMADATAN

  • PENGUJIAN KEPADATAN & KADAR AIR

  • CURING

  • TACK COAT

  • PENGASPALAN

  • *Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

  • *Garis Besar PengujianCakupan standar-standar pengujianMaksud (Scope)Peralatan (Apparatus)Benda Uji (Test Specimens)Cara Melakukan (Procedure)Perhitungan (Calculation) jika adaPelaporan (Report)Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

  • *Kesalahan Pada Saat Pengujian Lab: Kesalahan Peralatan Laboratorium karena tidak dikalibrasi. Kesalahan Faktor Manusia, misalnya salah baca, dsb.Kesalahan Prosedur Pengujian karena Cara Melakukan yang benar belum dipahami.Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

  • *Penyimpangan Prosedur Pengujian :Pemadatan Campuran Aspal dengan temperatur yang tidak sesuai Penyiapan benda uji dengan gradasi yang bervariasi Penggunaan Piknometer yang salah Kering Permukaan Jenuh yang salah Abrasi semu Indeks Plastisitas yang salah Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

  • *Jika Hasil Pengujian Gagal atau Meragukan?Seluruh proses pengujian harus diulangi Secara teoritis pekerjaan harus ditolak Diperlukan evaluasi terhadap hasil pengujian lainnya yang dilakukan pada waktu yang tidak berbeda jauh Lakukan pengujian ulang di laboratorium lain terhadap hasil pengujian yang meragukan atau gagalBab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

  • *Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

    No.Uraian / jenis pengujianPersyaratanJumlahKeterangancontoh / test1.Keausan dengan Los Angeles 40 %3 testPer sumber.2.Atterberg limit test5 testSetiap 1.000 m33.Indeks plastisitas 105 testSetiap 1.000 m34.Batas cair 355 testSetiap 1.000 m35.Bagian yang lunak 5 %3 testPer sumber.6.CBR60 (min)1 testSetiap 1.000 m37.Rongga dlm agregat mineral pd kepadatan max10 (min)8.GradasiLihat syarat5 testSetiap 1.000 m39.Kepadatan proctor modified.1 testSetiap 1.000 m310.Kepadatan sand cone100 %Setiap pjg < 200 m.11.Kadar air pemadatan3 % - Wopt 1 %atau setiap 150 m3

  • *Bab IV : Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Untuk Pekerjaan Pondasi Jalan

    No.Uraian / jenis pengujianPersyaratanJumlahKeterangancontoh / test1.Keausan dengan Los Angeles 40 %3 testPer sumber.2.Atterberg limit test5 testSetiap 1.000 m33.Indeks plastisitas 65 testSetiap 1.000 m34.Batas cair 255 testSetiap 1.000 m35.Bagian yang lunak 5 %3 testPer sumber.6.CBR80 (min)1 testSetiap 1.000 m37.Rongga dlm agregat mineral pd kepadatan max14 (min)8.GradasiLihat syarat5 testSetiap 1.000 m39.Kepadatan proctor modified.1 testSetiap 1.000 m310.Kepadatan sand cone100 %Setiap pjg < 200 m.11.Kadar air pemadatan3 % - Wopt 1 %atau setiap 150 m3

  • *Bab V : Mix Desain Lapis Pondasi Jalan

  • *Mix Design Untuk LPA Kelas A dan BLANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN

    Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat Mengatur proporsi masing-masing agregat agar memenuhi amplop gradasi yang disyaratkan.Mencari proporsi yang paling ekonomis meskipun gradasi yang diperoleh tidak tepat di tengah-tengah amplop.Kepadatan Berat (Modified Proctor) yang digunakan dalam pembuatan benda uji :Perlu diperhatikan bahwa ukuran butir maksimum adalah atau 19 mm maka semua material lolos ayakan 2 dan tertahan ayakan diganti dengan material lolos ayakan dan tertahan No.4 dengan jumlah yang sama.Dari hasil pengujian kepadatan berat akan diperoleh Kepadatan Kering Maksi-mum (Maximum Dry Dendity) dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content).Buat benda uji dengan MDD dan OMC yang diperoleh diatas untuk pengujian CBR, Umumnya diambil harga CBR diambil pada penetrasi 0,1. Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2 lebih besar dari harga CBR pada penetrasi 0,1 maka percobaan harus diulangi. Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2 yang tetap lebih tinggi dari harga CBR pada penetrasi 0,1 maka harga CBR pada penetrasi 0,2 yang diambil. Bab V : Mix Design Pondasi Jalan

  • *Mix Design Untuk Soil Cement BaseLANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN

    Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat Membuat benda uji dengan Kepadatan Ringan (Standard Proctor), minimum dengan 4 kadar semen portland yang berbeda. Plot hasil pengujian dalam Grafik I dengan sumbu x : Kadar Air Optimum dan sumbu y : Kepadatan Kering Maksimum. Dari hasil grafik I dapat diperoleh MDD dan OMC untuk masing-masing kadar semen portland yang berbeda.Buatlah hubungan MDD & OMC dengan kadar semen dalam Grafik II dengan sumbu x : Kadar Semen dan sumb y kiri : Kepadatan Kering Maksimum dan sumbu y kanan : Kadar Air Optimum.Buatlah benda uji (berdiameter 76,1 mm dan tinggi 14,2 mm) untuk pengujian Unconfined Compressive Strength (UCS) berumur 7 hari (dengan perawatan) untuk minimum 4 variasi kadar semen portland yang berbeda :Dengan menggunakan MDD dan OMC yang diperoleh dari Grafik II. Plot hasil pengujian kedalam Grafik III dengan sumbu x : Kadar Semen dan sumbu y : UCS.

    Bab V : Mix Design Pondasi Jalan

  • *Mix Design Untuk Soil Cement BaseLANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN Dari Grafik III akan diperoleh kadar semen portland minimum untuk mencapai : UBS minimum; UCS target dan UCS maksimum. Pilih kadar semen portland minimum yang memenuhi UCS target. Plot kadar semen portland minimum yang diperoleh dalam Grafik IV yang sama dengan Grafik II untuk menentukan MDD dan OMC dalam pelaksanaan.Jika tidak tersedia alat untuk pengujian UCS, dapat digunakan cara CBR dengan perawatan (curing) selama 3 hari dan perendaman selama 4 hariUmumnya diambil harga CBR pada penetrasi 0,1. Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2 lebih besar dari harga CBR pada penetrasi 0,1 maka percobaan harus diulangi. Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2 yang tetap lebih tinggi dari harga CBR pada penetrasi 0,1 maka harga CBR pada penetrasi 0,2 yang diambil.

    Bab V : Mix Design Pondasi Jalan

  • *

    ****************************************************************************