bagian i: analisis lingkungan bisnisxa.yimg.com/.../23573409/1998529988/name/bp_outline_v.8.docx ·...
TRANSCRIPT
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAGIAN I: ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS
I.1 Batasan Umum Produk dan Pasar
(jelaskan secara umum mengenai produk apa yang akan ditawarkan dan pasar
(secara luas) yang akan dimasuki, untuk memberikan konteks dan batas dari analisis
berikutnya)
I.2 Lingkungan Eksternal Usaha
- Sosial-Budaya/ Umum
- Perekonomian
- Politik dan Pemerintahan
- Peraturan-peraturan Pemerintah yang Relevan
- Kesimpulan
I.3 Analisis Lingkungan Industri dan Persaingan
- Analisis Industri
- Analisis Persaingan
- Analisis Kelompok Strategis
- Kesimpulan
I.4 Analisis Peluang Bisnis dan Skenario
- Analisis Permintaan
- Analisis Penawaran
- Faktor-Faktor yang Relevan
- Peta Skenario
- Analisis Kemungkinan Skenario
- Kesimpulan
BAGIAN II: STRATEGI DAN RENCANA OPERASIONAL
II.1 Produk Yang Ditawarkan
(beri keterangan semendetail mungkin)
II.2 Strategi Perusahaan
- Bentuk Badan Hukum
- Visi dan Misi
- Tujuan dan Sasaran
- Nilai-Nilai Utama yang Dianut
- Kompetensi Inti yang Diperlukan
II.3 Strategi Pemasaran
- Analisis Daya Tarik Pasar/Segmen
- Analisis Kekuatan Bisnis
- Strategi Segmentasi dan Proyeksi Ukuran Pasar Sasaran
- Strategi Pemosisian Produk/Layanan
- Strategi Produk, Merek, dan Kemasan
- Strategi Distribusi
- Strategi Komunikasi
- Dll.
II.4 Strategi Operasi
- Proses Operasi
- Sarana Produksi/Penyediaan Layanan
- Pemilihan Lokasi
- Strategi Pengadaan
- Strategi Kualitas
- Dll.
II.5 Strategi SDM dan Organisasi
- Rancangan Organisasi
- Pengisian Jabatan: Tim Inti Manajemen
- Pengisian Posisi: Karyawan Operasional
- Sistem Imbalan dan Penggajian
- Dll.
II.6 Strategi Keuangan dan Pendanaan
- Penentuan Komposisi Pendanaan
- Sumber-Sumber Pendanaan
- Penghitungan Biaya Modal
BAGIAN III: ANALISIS KEUANGAN
III.1 Proyeksi-proyeksi Keuangan
a. Laba-Rugi
b. Neraca Pro-forma
c. Proyeksi Arus Kas
III.2 Analisis Kelayakan dari Dimensi Keuangan
BAGIAN IV: PENUTUP
IV.1 Penutup
IV.2 Kesimpulan
REFERENSI
- Daftar Pustaka
- Alawam Websites Rujukan
LAMPIRAN
- Detail Perhitungan/Data Analisis LIngkungan Eksternal
- Detail Perhitungan/Data Analisis Skenario
- Detail Perhitungan/Data Analisis Pemasaran
- Detail Perhitungan/Data Analisis Operasi
- Detail Perhitungan/Data Analisis Sumber Daya Manusia/Organisasi
- Detail Perhitungan/Data Analisis Keuangan
- Detail Perhitungan/Data Analisis lainnya
Ini paper terakhir yang diprint kemarin. Jadi masih ada beberapa perbaikan yang perlu ;
1. Update data hingga 2009; kemarin belum sempat di forecast
2. Strategic map belum dibuat grafik dan tulisannya
3. Analisis Penawaran belum diketik
4. dan... (tentunya) analisis demand masih menunggu kuisioner
5. Strategi generik (which is Diferensiasi) akan diletakkan di chapter mana
--
Regards,
Fadli
RINGKASAN EKSEKUTIF
PT. Jagung Sentosa Indonesia adalah perusahaan yang memproduksi pangan
fungsional berbentuk mie yang terbuat dari 100% jagung produksi lokal. Produk
pangan ini secara alami tidak mengandung gluten, mengandung serat alami tinggi
(7.67%), pro vitamin A, dan memiliki nilai ke”lokal”an yang tinggi dengan
memanfaatkan posisi mie sebagai salah satu makanan pokok di Indonesia. Mie
jagung ini tidak hanya bermanfaat sebagai alternatif bahan pangan pokok selain
beras, jagung, ketela rambat, sagu, mie terigu, bihun; namun juga sebagai solusi
pangan untuk masyarakat dengan kebutuhan diet khusus.
Produk ini merupakan produk pionir di Indonesia yang dikembangkan oleh
SEAFAST-IPB (South East Asia Food Agriculture Science and Technology – Institut
Pertanian Bogor) untuk mengurangi penggunaan gandum impor sekaligus
memanfaatkan sumber daya pangan nasional; bagian dari Program Riset Unggulan
Nasional 2008. Selama ini, produk ditawarkan secara terbatas dan diproduksi dalam
skala pilot project plant.
PT. Jagung Sentosa Indonesia memiliki visi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia melalui penyediaan produk makanan berbasis jagung yang
bermutu. Produk mie jagung ini, tidak hanya memberikan nilai tambah bagi portofolio
makanan pokok masyarakat Indonesia, namun juga memberikan tambahan
kesejahteraan bagi petani lokal.
Positioning dan optimalisasi merek sebagai produk pionir merupakan salah satu
kunci strategi pemasaran untuk meraup pangsa pasar dan meningkatkan
permintaan terhadap produk mie jagung. Aliansi dengan produsen mie juga menjadi
keunggulan bersaing perusahaan dari sisi operasi. Strategi keuangan akan
menggunakan private equity firm untuk memitigasi resiko investasi untuk membiayai
produksi investasi perusahaan.
Kata Kunci : mie jagung, serat, bebas pewarna buatan, bebas gluten
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pola kehidupan masyarakat terutama di perkotaan telah berubah menjadi
lebih dinamis untuk mengikuti persaingan yang ada. Dalam keseharian, umumnya
mereka akan berada di luar rumah untuk melakukan aktivitas mulai dari bekerja
hingga bersosialisasi. Hal ini menjadi prioritas bagi sebagian besar orang sehingga
aktivitas olahraga ataupun istirahat untuk sementara waktu dikesampingkan atau
dikurangi.
Kondisi seperti demikian semakin disadari oleh sebagian besar masyarakat yang
akhirnya mengkompensasi kurangnya olahraga dan istirahat, ataupun aktivitas
merokoknya dengan mengkonsumsi pangan yang menyehatkan. Dalam hal ini,
pangan menyehatkan yang dimaksud antara lain makanan yang mengandung serat
yang umumnya tidak terdapat di makanan tipe “junk food”, rendah kandungan lemak,
garam, dan gula, bebas bahan tambahan pangan seperti MSG, pewarna maupun
pengawet, serta kaya akan nutrisi1.
Masyarakat Indonesia yang masih tergabung di Asia Tenggara sudah terbiasa
mengkonsumsi makanan berbentuk mie. Hal ini terbukti dari sajian mie sangat
beragam di Indonesia mulai dari menu yang umum seperti mie goreng dan mie rebus
hingga menjadi menu tradisional seperti mie celo Palembang, mie cakalang Manado,
dan mie godog Jawa
Melihat kondisi di atas, penggabungan manfaat kesehatan dalam bentuk mie
sebagai makanan akan memberikan manfaat kepada mereka yang memiliki pola
kehidupan yang dinamis namun tetap ingin menjaga kesehatan.
1 http://www.depkes.go.id
Gambaran Umum Bisnis
Bisnis yang akan dimasuki oleh PT. Jagung Sentosa Indonesia adalah bisnis pangan
fungsional olahan dalam kemasan. Secara khusus, produk yang diproduksi adalah
pangan fungsional olahan yang mengenyangkan dalam kemasan yang perlu diolah
lebih lanjut sebelum dikonsumsi. Mie ini mengusung kandungan serat tinggi serta,
bebas pewarna makanan.
Pesaing yang akan dihadapi mie ini akan sangat beragam, mulai dari produk
sejenisnya hingga produk substitusi. Bentuk produk pesaingnya pun sangat
bervariasi tergantung pada konsumsi keseharian konsumen yang berorientasi pada
kesehatan. Sebagai langkah awal, produk ini akan dipasarkan di kota-kota besar di
Pulau Jawa dengan mempertimbangkan gaya hidup yang dinamis, sibuk dan peduli
terhadap kesehatan.
Identitas Bisnis
Definisi bisnis perusahaan adalah memproduksi dan memasarkan makanan dalam
kemasan dalam bentuk mie yang terbuat dari 100% jagung dengan mengusung
manfaat kesehatan melalui konsumsi pangan yang mengandung serat tinggi dan
bebas pewarna makanan sehingga terasa kenyang lebih lama.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk membuat suatu rencana dan strategi bisnis
pangan fungsional dalam kemasan yaitu mie jagung berserat tinggi, bebas pewarna
dan indeks glikemik yang rendah dengan menerapkan berbagai teori dan ilmu yang
diperoleh di perkuliahan secara terintegrasi sekaligus sebagai ajang latihan dalam
menghadapi peristiwa yang akan terjadi di kehidupan bisnis yang nyata.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan rencana bisnis ini meliputi penetapan batas produk dan
pasar, analisis lingkungan makro, mikro, dan peluang bisnis. Pada bab berikutnya
akan dibahas strategi operasional meliputi strategi pemasaran, operasi, sumber daya
manusia, dan proyeksi keuangan.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder berupa studi literatur, data
BPS, laporan Euromonitor dan berbagai data yang diperoleh melalui website
searching. Data primer dikumpulkan melalui proses focus group discussion (FGD)
dan interview kepada konsumen mengenai pola hidup dan konsumsi makanan sehat
yang selanjutnya diklarifikasi menggunakan kuesioner dengan responden konsumen.
Interview kepada para pakar dan praktisi dalam industri ini juga dilakukan untuk
memperoleh insight di lapangan.
BAGIAN I: ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS
I.1 Batasan Umum Produk dan Pasar
Produk yang akan diproduksi oleh PT. Jagung Sentosa Indonesia adalah pangan
fungsional dalam kemasan berbentuk mie yang terbuat dari 100% jagung lokal
dengan kandungan serat tinggi, pro vitamin A, serta bebas pewarna dan pengawet
makanan. Produk yang dijual dengan merek “Korina” ini meningkatkan nilai tambah
jagung pati (Zea mays L. ssp.) yang selama ini dikonsumsi sebagai makanan pokok
secara terbatas (50%2) di daerah tertentu, yang sedang digalakkan oleh Pemerintah
sebagai makanan pokok nasional untuk diversifikasi pangan.
Pasar yang akan dimasuki oleh perusahaan adalah pangan fungsional olahan dalam
kemasan yang mengenyangkan. Dalam kategori ini, terdapat oatmeal atau havermut,
sereal beraneka rasa, roti gandum utuh (whole-grain wheat bread), serta pasta.
Oatmeal umumnya disajikan dalam bentuk bubur dengan cara direbus dengan air
atau susu. Sereal merupakan komposit dari beberapa biji-bijian dan dengan berbagai
rasa yang menarik disajikan dengan susu dingin atau sekedar dikudap. Roti gandum
utuh sering dikonsumsi dengan selai buah-buahan, pasta cokelat, keju lembaran,
margarin dan meises cokelat, daging asap atau telur mata sapi pada saat sarapan
atau sebagai kudapan. Akhir-akhir ini, pasta menjadi semakin terkenal karena
banyak disajikan di rumah-rumah makan meskipun baru dalam bentuk spaghetti atau
makaroni.
Kategori pangan fungsional ini umumnya memerlukan adaptasi yang relatif lama bagi
konsumen Indonesia karena bukan merupakan produk lokal yang umum dikonsumsi.
Beberapa bentuk produk yang ada di pasaran memiliki penampilan yang kurang
2 Kasryno, Faisal, Effendy Pasandaran, Suyamto, dan Made O. Adnyana, Buku Jagung, Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007
menarik, seperti roti gandum utuh yang tampak kurang bersih. Dari sisi rasa, oatmeal
memiliki rasa yang asing bagi lidah orang Asia. Selain itu, sereal dan pasta belum
merupakan produk yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, tidak seperti
beras dan mie. Mie jagung “Korina” merupakan produk pionir di Indonesia yang
menawarkan produk dengan manfaat menyehatkan pada konsumen dalam bentuk
makanan yang sudah umum dikonsumsi. .
Berdasarkan kategori bentuk produk, mie dapat digolongkan ke dalam beberapa
kelompok, yaitu mie basah, mie kering, mie rebus, mie kukus serta mie instan3. Mie
kering sudah umum digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti nasi dan diolah
menjadi berbagai menu masakan sebagai lauk. Mie kering dikemas tanpa disertai
bumbu untuk menawarkan fleksibilitas penggunaan produk bagi konsumen.
Core benefit mie jagung bagi pasar yang dimasukinya adalah menyediakan makanan
menyehatkan dalam kemasan. Basic product-nya adalah makanan yang
mengandung serat, vitamin, rendah lemak, tanpa pengawet dan tanpa zat pewarna.
Mie jagung terbuat dari karbohidrat kompleks, berasal dari jagung yang merupakan
makanan pokok di Indonesia.
Expected product adalah makanan yang menyehatkan dalam bentuk setengah jadi;
yang siap dimasak dalam waktu kurang dari 1 jam untuk siap dikonsumsi.
3 http://www.bogasariflour.com/ref_noodle.htm
CoreBenefit
Basic product
Expected product
Augmented product
Potential product
Gambar I.1 Lima level produk4
Produk makanan dalam kemasan yang baik bahan utamanya, maupun proses
pengolahannya menyebabkan produk akhir yang ditawarkan kepada konsumen
memiliki atribut yang dipersepsikan sebagai atribut kurang menyehatkan. Atribut
yang dimaksud antara lain (namun tidak terbatas pada) penggunaan zat pewarna,
zat pengawet, kandungan kolesterol yang berlebihan, lemak jenuh yang berlebihan,
dan sebagainya.
Augmented product yang ditawarkan oleh perusahaan adalah bentuk makanan yang
sangat familiar untuk konsumen Indonesia. Produk perusahaan mengikuti bentuk,
dan sensasi mengunyah yang diterima oleh pasar Indonesia. Karakteristik produksi
mengikuti standar produk mie kering, yang diproses secara higienis, untuk
menghasilkan produk yang fleksibel dalam pengolahannya, dibuat dari bahan tepung
jagung, memiliki kandungan gizi yang kompetitif dengan produk sejenis, dan dikemas
4 Kotler, Philip. Keller, Kevin Lane. Marketing Management 13th edition. Pearson International Edition. 2009. page 358.
untuk segmen pasar yang dimasukinya. Bentuk makanan, standar produk, dan
kandungan gizi yang lebih menyehatkan menjadi karakteristik produk mie jagung
yang membedakannya dengan jenis produk makanan menyehatkan sekaligus
mengenyangkan yang ada di pasaran.
I.2 Lingkungan Eksternal Usaha
Pemahaman atas lingkungan eksternal usaha merupakan faktor kritis yang
menentukan keberlangsungan dan kesuksesan perusahaan. Pemahaman faktor
eksternal yang sinkron dengan pengetahuan lingkungan internal usaha akan
membentuk visi, misi dan implikasi tindakan manajemen yang menentukan strategic
competitiveness perusahaan.
DEMOGRAFI
GLOBAL
MAKROEKONOMI
POLITIK HUKUM
SOSIAL BUDAYA
TEKNOLOGI
PENDATANG BARU
PEMASOKPEMBELI
PRODUK SUBSTITUSI
A
C
B
Gambar I.2 Model Lingkungan 4 Dimensi5
Analisis lingkungan eksternal dan internal dilakukan menggunakan model lingkungan
4 dimensi yang terdiri atas faktor lingkungan umum, lingkungan pasar, lingkungan
industri, dan lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal yang mengacu
pada analisis lingkungan umum meliputi:
5 Kristamuljana, Sammy. Model Empat Dimensi Lingkungan Bisnis
a. Sosial-Budaya/ Umum
Dalam satu dekade terakhir, terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat
Indonesia6. Kehidupan di perkotaan yang dinamis menyebabkan sebagian
besar masyarakat menjadi semakin sibuk sehingga tuntutan untuk
pemenuhan kebutuhan gizi secara praktis menjadi semakin tinggi. Selain itu,
terjadi pula pergeseran pola konsumsi termasuk di dalamnya perubahan
dominasi jenis makanan pokok untuk segmen tertentu7.
Data berikut menunjukkan peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH);
menunjukkan informasi mengenai pencapaian kuantitas dan kualitas
konsumsi, yang menggambarkan pencapaian ragam (diversifikasi) konsumsi
pangan. Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dinilai
semakin baik. Kualitas konsumsi pangan yang dianggap sempurna diberikan
pada angka kecukupan gizi dengan skor PPH mencapai 100.
Wilayah 1999 2002 2003* 2004* 2005*Kota 68,5 80,1 81,9 80,0 81,0Desa 64,4 72,5 75,1 74,0 77,6Kota+Desa 66,3 72,6 77,5 76,9 79,1Sumber: Susenas berbagai tahun (diolah)*Data Modul
Gambar I.3 Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Data tersebut menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi
makanan yang berkualitas dan memiliki kandungan gizi yang cukup semakin
meningkat. Data pendukung dari sumber yang sama juga menunjukkan
penurunan temuan produk pangan yang mengandung bahan berbahaya.
6 Departemen Kesehatan. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. 7 Hardiansyah dan Leily Amalia. Perkembangan Konsumsi Terigu dan Pangan Olahannya di Indonesia 1993-2005. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 2(1): 8-15
Hasil Pemeriksaan2001 2002 2003 2004
Jumlah Sampel
Persentase
Jumlah Sampel
Persentase
Jumlah Sampel
Persentase
Jumlah Sampel
Jumlah sampel 5216 17938 20547 32740A. Jumlah sampel yang memenuhi syarat 3817 73.18% 16542 92.22% 19289 93.88% 29564B. Jumlah sampel TMS: 1399 26.82% 1396 7.78% 1258 6.12% 3176
- Pemanis buatan TMS 219 4.20% 645 3.60% 326 1.59% -
- Pengawet TMS 229 4.39% 170 0.95% 52 0.25% 372- Formalin - - 137 0.76% 82 0.40% 213- Boraks - - 127 0.71% 106 0.52% 538- Pewarna bukan
untuk makanan - - 190 1.06% 204 0.99% 967- Cemaran mikroba
TMS 79 1.51% - 33 0.16% 748- Lain-lain 811 15.55% - 475 2.31% 338Sumber: BPOM, 2006Ket: Jumlah sampel merupakan hasil penjumlahan A dan B.
Gambar I.4 Persentase Pelanggaran Produk Pangan8
Dapat disimpulkan bahwa tingkat kepedulian masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan yang sehat semakin meningkat. Demikian pula
pada kepedulian produsen untuk memproduksi makanan yang sehat semakin
tinggi.
b. Perekonomian
Indikator ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang relatif baik. Bahkan hingga akhir 2009, PDB Indonesia
diperkirakan masih tumbuh 5%-6%, melebihi rata-rata pertumbuhan PDB
dunia yang sebesar 4%.
8 Departemen Kesehatan. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010.
Gambar I.5 Produk Domestik Bruto Indonesia9
Angka inflasi Indonesia juga diperkirakan masih positif dan tidak terjadi
deflasi. Hal ini dikarenakan ekonomi Indonesia yang sebagian besar
ditunjang oleh aktivitas konsumsi, serta adanya stimulus melalui belanja
pemerintah sebesar Rp 71,3 trilyun atau 1,4% dari PDB. Pada bulan Mei
2009, pertumbuhan GDP Indonesia mencapai 4,4%10. Pencapaian ini sangat
baik di tengah situasi krisis global saat ini dimana pertumbuhan ekonomi
negara lain umumnya negatif. Tingkat ekonomi ini menaikkan derajat
ekonomi Indonesia sejajar dengan pertumbuhan ekonomi China, Brazil, India,
dan Korea Selatan. Menurut data BPS pada bulan yang sama, inflasi
Indonesia khusus untuk produk prepared food mencapai 3,3%11, dan
diperkirakan akan mencapai 7,92% untuk tahun 2009.
Pertumbuhan ini menjadi sinyal positif bagi prospek ekonomi Indonesia yang
ditandai dengan masuknya modal asing melalui pasar modal Indonesia
maupun investasi langsung melalui perusahaan penanaman modal asing.
c. Politik dan Pemerintahan
Dalam pemerintahan terakhir, terjadi kestabilan situasi politik; bahkan ketika
negara dalam situasi resesi keuangan global, dan kebijakan pemerintah yang
konsisten untuk meningkatkan swasembada pangan. Pada bulan Mei 2009,
pemerintah mengizinkan BULOG untuk melakukan ekspor beras sebagai 9 International Monetary Fund. www.imf.org10 Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id.11 Ibid.
bukti bahwa Indonesia berhasil kembali menjadi negara swasembada beras;
bahkan memiliki cadangan beras yang dimanfaatkan untuk menambah
devisa negara melalui ekspor.
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 -
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Produksi Tanaman Pangan Indonesia
JagungKetelaPadiUbi Jalar
Prod
uksi
(000
ton)
Gambar I.6 Produksi Tanaman Pangan Indonesia12
Peraturan perundang-undangan mengenai pangan tercantum dalam Undang-
Undang tentang Pangan Nomor 7 tahun 2006 dimana dalam undang-undang
tersebut pangan olahan didefinisikan sebagai: “makanan dan minuman hasil
proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan
tambahan”.
Secara lebih lanjut, undang-undang tersebut juga mengatur mengenai sistem,
keamanan, produksi, pengangkutan, peredaran, sanitasi, kemasan, iradiasi,
rekayasa genetik, mutu, gizi, label, iklan, dan ketahanan pangan dimana
untuk setiap hal tersebut diatas telah diatur persyaratan yang harus dipenuhi.
Bagi perusahaan-perusahaan yang akan mengeluarkan produk pangan,
diwajibkan untuk menyelenggarakan sistem jaminan mutu dan perusahaan-12 Departemen Pertanian. www.deptan.go.id.
perusahaan yang mengeluarkan produk pangan dilarang menggunakan
produk berbahaya dan tercemar.
Pemerintah Indonesia juga menunjukkan keseriusannya dalam memenuhi
kebutuhan pangan nasional melalui swasembada pangan dengan
mengeluarkan kebiijakan mengenai ketahanan pangan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002. Dalam peraturan
tersebut, pemerintah (baik pusat maupun daerah) menyatakan bahwa
pemerintah mewujudkan penyediakan pangan melalui pengembangan
system produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan,
dan budaya lokal sehingga sumber penyediaan pangan diutamakan berasal
dari produksi pangan dalam negeri.
Selain dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana
disebutkan di atas, kebijakan pemerintah di bidang produksi jagung nasional
juga akan memberi dampak ke Perusahaan karena Perusahaan
menggunakan tepung jagung sebagai bahan dasar pembuatan produk-
produknya. Pada akhir tahun 2008, Departemen Pertanian berencana
mengoptimalkan penyaluran subsidi benih jagung hibrida sekaligus
meningkatkan sosialisasi penggunaan benih hibrida di dalam negeri.
Peningkatan benih hibrida diharapkan akan menumbang tambahan produksi
jagung nasional sebesar 20% karena tingkat produktivitas tanaman jagung
yang mencapai 7-10 ton per ha.
Dari kebijakan di atas, dapat diketahui bahwa pemerintah mendukung
pertumbuhan produksi jagung nasional dengan meningkatkan penggunaan
benih hibrida. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa dengan
semakin gencarnya pemerintah mencanangkan program-program untuk
meningkatkan produksi jagung nasional, maka semakin tersedia jagung
dengan kualitas baik yang tentunya dengan ketersediaan tersebut akan
menghambat fluktuasi harga jagung dimana kondisi ini akan menguntungkan
bagi Perusahaan.
d. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi yang ditunjang oleh konsumsi, salah satunya adalah
pangan, menunjukkan potensi untuk mendirikan bisnis berbasis pangan.
Perusahaan akan menghadapi resiko politik yang lebih kecil karena komitmen
pemerintah untuk memberantas praktek korupsi di Indonesia.
I.3 Analisis Lingkungan Industri dan Persaingan
I.3.1 Analisis Lingkungan Industri
Sesuai batasan produk dan pasar, maka PT. Jagung Sentosa Indonesia memasuki
lingkungan bisnis pangan fungsional olahan dalam kemasan yang mengenyangkan.
Dalam lingkungan bisnis ini, terdapat berbagai jenis produk, meliputi oats, roti
gandum (whole-grain wheat bread), pasta, dan serealia.
Type VolumeVolume Growth (%) Value
Value Growth (%)
Ratio***
Confectionery 158,8 43,4 8777,2 141,4 55,27Bakery products 796,4 35,7 13390,9 96,7 16,81Ice cream 73520,2 30,2 1796,4 110 0,02Dairy products 631,6 50 12694,3 119 20,10Sweet and savoury snacks 239,8 45,8 5887,2 99,4 24,55Snack bars 0 0 0 0 0Meal replacement products 0,7 141,2 98,1 271,4 140,14Ready meals 0,9 46,7 37,4 72,5 41,56Soup 0,3 36,1 272, 81,9 90,67Pasta 3 41,1 76,2 86,6 25,40Noodles 1042 39,4 10442,3 54,5 10,00Canned/preserved food 40,5 50,3 1234,4 81,7 30,48Frozen processed food 32 233,4 1604,1 352,2 50,13Dried processed food 4727,6 42,1 14777,8 71 5,24Chilled processed food 8,2 46,5 407,7 75,7 49,72Oils and fats 491,7 52,3 5437,2 79,3 11,06Sauces, dressings and condiments 232,4 41,1 3485,4 68,6 15,00Baby food 69 71 4649,7 157,7 67,39Spreads 9,7 32,8 460,4 81,9 47,46Packaged food 7550,4 43,2 84975,7 96,9 11,25* in thousand tonnes except ice cream in thousand litres** in billion Rupiah*** ratio of product value per unit (billion rupiah per thousand tonnes)
Gambar I.7 Data Penjualan Retail, tahun 200513
13 Euromonitor International. The market of packaged food in Indonesia 2006.
Data pada Gambar I.7 menunjukkan pertumbuhan yang baik pada industri pangan
fungsional sebagai konsekuensi tumbuhnya jumlah konsumen yang sadar
kesehatan. Dibandingkan dengan volume bisnis industri makanan dalam kemasan
(packaged food), industri ini relatif kecil; namun memiliki prospek yang menjanjikan.
Analisis Industri
Oats
Perkembangan rata-rata volume penjualan ritel sereal sarapan pada tahun 2000
hingga 2005 adalah sebesar 7%, dengan total pertumbuhan selama lima tahun
sebesar 40,3% yaitu dari 2.300 ton menjadi 3.300 ton. Pada tahun 2000, nilai
penjualan ritel sereal sarapan adalah sebesar 124,4 miliar Rupiah, dengan rata-
rata pertumbuhan tahunan sebesar 16% menjadi 260,8 miliar Rupiah pada tahun
200514.
Popularitas sereal sarapan jenis oatmeal ini merupakan pengaruh dari persepsi
produk yang baik, yang merupakan kombinasi dari keprakisan mengonsumsi dan
kandungan nutrisi yang tinggi yang terdapat dalam satu kemasan. Oats
mengandung serat dan protein yang tinggi, serta lemak dan sodium yang rendah
(cari reference). Fitur ini relevan dengan kebutuhan keluarga di kota-kota besar
yang semakin peduli dengan kesehatan.
Di Indonesia, terdapat dua pelaku bisnis dalam industri oatmeal, yaitu PepsiCo
Inc. yang merupakan produsen Quaker Oats dan Federal Oats Mills Sdn Bhd
yang merupakan produsen Captain Oats. PepsiCo adalah pelaku bisnis terbesar
dalam industri ini dengan pangsa pasar rata-rata sebesar 96,2% selama tahun
14 2006 Euromonitor Healthy Packaged Foods
2001 sampai dengan 2004. Sedangkan kompetitornya, memiliki pangsa pasar
rata-rata sebesar 3.8% selama periode yang sama.
Nilai penjualan ritel industri oatmeal bertumbuh sebesar rata-rata 14,1% dari 34,5
miliar Rupiah pada tahun 2001 menjadi 51,1 miliar Rupiah pada tahun 2004.
Sedangkan volume penjualan ritel industri ini bertumbuh sebesar rata-rata 4,8%
per tahun selama tahun 2000 sampai dengan 2005.
Pada tahun 2006, Kalbe Nutritionals di bawah brand Diabetasol meluncurkan
produk Nulife, yang merupakan oats dengan fortifikasi beberapa zat gizi. Hal ini
lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi para diabetes. Pada tahun
2009, volume penjualan oats diproyeksi sebesar 1.000 ton dengan nilai sebesar
92,5 miliar Rupiah. Sedangkan pada tahun 2009, PT Kakao Mas Gemilang
meluncurkan produk oatmeal instan, OatMilk, di bawah merek Energen. Hal ini
menunjukkan tingginya daya tarik produk sereal sarapan berupa oatmeal.
Roti Gandum Whole Wheat
Di kategori makanan dalam kemasan, salah satu produk yang mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi adalah produk-produk roti dalam kemasan15,
termasuk di dalamnya adalah produk roti khususnya roti gandum yang menjadi
salah satu pemain dalam industri makanan sehat yang mengenyangkan.
Produk roti dalam kemasan berada di dalam kategori baked goods atau produk
hasil pemanggangan. Lebih luas lagi, baked goods merupakan salah satu
kategori di dalam industri bakeri.
15 2006 Euromonitor Packaged Food Indonesia
Table 61 Retail Sales of Baked Goods by Subsector: Volume 2000-2005 '000 tonnes 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Baked goods 484.8 523.7 561.8 593.8 628.8 668.5 Bread 102.9 110.5 116.8 122.9 129.9 138.5 - Packaged/industrial 61.1 65.2 68.8 72.3 76.6 82.4 bread - Unpackaged/artisanal 41.8 45.2 48.0 50.6 53.2 56.1 bread Pastries 355.6 385.8 416.6 441.6 469.0 499.5 Cakes 26.4 27.4 28.4 29.2 29.9 30.5 - Packaged/industrial 5.7 5.8 6.0 6.1 6.2 6.3 cakes - Unpackaged/artisanal 20.7 21.6 22.4 23.1 23.7 24.2 cakes Source: Trade press (Kompas, Marketing, MIX, Suara Pembaruan, SWA) company research, store checks, trade
interviews, Euromonitor International estimates
Table 62 Retail Sales of Baked Goods by Subsector: Value 2000-2005 Rp billion 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Baked goods 4,002.9 4,868.1 5,820.0 6,872.0 7,951.0 9,037.9 Bread 757.7 928.8 1,120.0 1,330.0 1,510.0 1,728.3 - Packaged/industrial 444.3 546.5 660.0 780.0 877.5 1,004.7 bread - Unpackaged/artisanal 313.4 382.3 460.0 550.0 632.5 723.6 bread Pastries 2,653.2 3,250.2 3,905.0 4,631.0 5,401.5 6,155.3 Cakes 592.1 689.1 795.0 911.0 1,039.5 1,154.3 - Packaged/industrial 137.5 159.5 180.0 201.0 221.7 239.2 cakes - Unpackaged/artisanal 454.6 529.6 615.0 710.0 817.8 915.1 cakes Source: Trade press (Kompas, Marketing, MIX, Suara Pembaruan, SWA) company research, store checks, trade
interviews, Euromonitor International estimates
Gambar I.8 Table Sales retail dalam volume untuk “baked goods” 2000-200516
Produk roti dalam kemasan sejak tahun 2000 hingga 2005 dalam volume
bertumbuh sebesar 6,2% per tahunnya dengan total penjualan di tahun 2005
adalah 138.000 ton atau setara 1,7 miliar rupiah. Dengan pertumbuhan penjualan
(value) sebesar 17,7% per tahunnya, maka total penjualan di 2009 diperkirakan
berada di angka 3,3 miliar rupiah atau setara dengan 176.000 ton17.
16 Ibid.17 2006 Euromonitor Packaged Foods
Roti dalam kemasan 2005 2006 2007 2008 2009Volume (ton) 138,0 146,9 156,0 165,7 175,9Growth per tahun 6,20% Value (miliar Rupiah) 1728,5 2034,4 2394,5 2818,4 3317,2Growth per tahun 17,7%
Gambar I.9 Volume dan Nilai Penjualan Roti dalam kemasan18
Secara fisik, ada beberapa hal yang dapat dicermati antara lain merebaknya
jaringan toko roti franchise di beberapa kota besar di akhir tahun 2005 yang
menjadi salah satu bukti berkembangnya produk bakeri. Hal ini diawali dengan
hadirnya BreadTalk di Jakarta diikuti dengan BreadStory dan menjamurnya gerai
bakeri lokal sebagai contoh Eaton dan Jesselyn Cakes di Jakarta.
Selain pelaku bisnis retail di atas, beberapa manufaktur lokal seperti PT.
Chandrabuana Surya Semesta dengan produknya Roti Buana dan PT. Nippon
Indosari Corp. dengan produknya Sari Roti merupakan pelaku bisnis yang kuat,
masing-masing memiliki pangsa pasar sebesar 4,5% dan 3,8%. Di awal tahun
2002, PT. Nippon Indosari Corp meluncurkan produk roti gandum dalam
kemasan.
Table 67 Packaged/Industrial Bread % Breakdown by Type 2004/2005 % retail value rsp 2004 2005 Baguettes 5.0 5.2 Buns 21.0 22.0 Danish bread 2.0 1.5 Garlic bread 0.5 0.7 Raisin bread 2.0 1.5 Rolls 1.5 1.0 White 55.9 56.9 Wholegrain bread 0.5 0.4 Wholemeal bread 1.0 1.2 Total 100.0 100.0 Source: Trade press (Kompas, Marketing, MIX, Suara Pembaruan, SWA) company research, store checks, trade
interviews, Euromonitor International estimates
18 Ibid.
Gambar I.10 Pertumbuhan nilai penjualan roti per jenis19
Di dalam kategori roti dalam kemasan, roti putih menempati porsi terbesar yaitu
57%, diikuti roti bun 22%, dan roti gandum sebesar 1.6%. Berdasarkan proporsi
tersebut, nilai penjualan roti gandum di tahun 2005 berkisar 53,1 miliar rupiah.
Pasta
Pasta di Indonesia menunjukkan pertumbuhan CAGR 10% per tahun sejak tahun
2005 yang didorong oleh tumbuhnya trend menu masakan barat (Amerika
Serikat dan Eropa). Perkembangan ini mendorong naiknya penjualan hingga
86,6% menjadi Rp 76,2 milyar pada tahun 2005 dari Rp 40,8 milyar pada tahun
2000. Pertumbuhan penjualan produk ini diperkirakan terus tumbuh seiring
maraknya restoran fast food dan restoran Italia seperti Pizza Hut, Izzi Pizza,
Spaghetti House, McDonald, dan KFC.
2000 2001 2002 2003 2004 2005Pasta Sales Volume (000 tonnes) 2,1 2,3 2,4 2,6 2,8 3,0Pasta Sales Value (Rp billion) 40,8 45,1 49,6 56,1 64,6 76,2
2004/05 2000/05 CAGR 2000/05 TOTAL
Pasta Sales Volume Growth 2,1 2,3 2,4Pasta Sales Value Growth 40,8 45,1 49,6
Gambar I.11 Volume dan nilai penjualan pasta20
Pasta di Indonesia didominasi oleh merek La Fonte, produk dari Indofood yang
menawarkan harga yang kompetitif dan distribusi yang kuat. Merek pasta lainnya
yang ditemui di pasar untuk segmen yang sama adalah Honig, San Remo, Pazto,
dan Buitoni; ketiganya merupakan produk impor. La Fonte mendominasi pasar
19 Ibid.20 Ibid.
pasta Indonesia dengan pangsa pasar 44%, disusul dengan Honig sebanyak
26%, San Remo 13%, dan Buitoni 9% pada tahun 2004.
Gambar I.12 Pertumbuhan penjualan merek pasta21
Pasta merupakan produk yang relatif asing dan mengandung atmosfer Italia yang
kuat, sehingga konsumen untuk produk ini sangat terbatas; volume penjualan
untuk tahun 2005 hanya 3.000 ton. Padahal salah satu variasi pasta; yakni
makaroni, cukup dikenal khalayak luas sebagai bahan baku sop dan makaroni-
schotel.
Sereal
Bentuk lain dari makanan dalam kemasan yang mulai digemari masyarakat
adalah jenis sereal, yaitu makanan yang terbuat dari berbagai biji-bijian dan padi-
padian yang pada umumnya disantap dengan susu sebagai makanan pengganti
sarapan maupun makanan kudapan. Di Indonesia, terdapat berbagai jenis sereal
yang terbuat dari beras merah, beras putih, jagung, gandum, dan sorgum22.
Sereal sendiri dikategorikan sebagai breakfast cereal dengan pengelompokan
umum ke dalam bakery products23.
21 Ibid.22 Ibid.23 Ibid.
2000 2001 2002 2003 2004 2005Breakfast cereal s 2.3 2.5 2.6 2.8 3 3.3RTE cereal s 1.4 1.4 1.5 1.7 1.8 2- Family breakfast 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.8-- Flakes 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.7-- Muesli 0.1 0.1 0 0 0 0-- Other RTE cereal s 0 0 0 0 0 0- Children's breakfast cereals 0.8 0.8 0.9 1 1.1 1.3Hot cereal s 1 1 1.1 1.1 1.2 1.2
Retail Sales of Breakfast Cereal s by Subsector: Volume 2000-2005'000 tonnes
Source: Trade press (Kompas, Marketing, MIX, Suara Pembaruan, SWA) company research, store checks, trade interviews, Euromonitor International estimates
2000 2001 2002 2003 2004 2005Breakfast cereal s 124.4 135.7 157.2 186.6 221.1 260.8RTE cereal s 84 90.1 102.2 120.6 143.9 173.9- Family breakfast 33.4 35.3 38.2 43.6 49.2 54.7-- Flakes 25.8 28.1 30.8 35.7 40.7 45.7-- Muesli 5.1 4.5 4.2 4.1 4.2 4.3-- Other RTE cereal s 2.5 2.8 3.2 3.8 4.3 4.7- Children's breakfast cereals 50.7 54.8 64 77 94.7 119.2Hot cereal s 40.4 45.6 55 66 77.2 86.9
Retail Sales of Breakfast Cereal s by Subsector: Value 2000-2005Rp billion
Gambar I.13 Pertumbuhan penjualan sereal24
Industri sereal mengalami peningkatan volume penjualan yang sangat signifikan
pada tahun 2005 dengan peningkatan sebesar lebih dari 9% (dimana tahun 2004
peningkatan volume penjualan adalah kurang dari 9 %).
Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, volume penjualan breakfast cereal
mengalami kenaikan sebesar 7% per tahun dengan total volume penjualan di
tahun 2005 sebesar 3.300 ton yang setara dengan 260.8 milliar rupiah. Dengan
value growth sebesar 16% per tahun, maka diperkirakan pada tahun 2009 value
industri ini sebesar 472,2 milliar rupiah atau setara dengan 4.330 ton.
2005 2006 2007 2008 2009
24 Ibid.
Volume 3,3 3,53 3,78 4,04 4,33Volume growth per year 7% Value 260,8 302,5 350,9 407,1 472,2Value growth per year 16%
Gambar I.13 Pertumbuhan penjualan sereal25
Industri sereal ini pada awalnya didominasi oleh perusahaan multinasional
seperti PT Nestle Indonesia (dengan merek Honey Stars dan Koko Krunch) dan
Kellog Pty Ltd. Akan tetapi, pelaku-pelaku bisnis lokal mulai memasuki industri ini
pada tahun 2000, diawali oleh PT Simba Indosnack Makmur dengan Sereal
Sarapan Simba, yang mana beberapa saat kemudian diikuti oleh masuknya
beberapa pemain lain seperti PT Kakao Mas Gemilang dengan sereal panas
Energen, PT Tata Nutrisana, dan juga Grup Garudafood pada akhir tahun 2005.
Company 2001 2002 2003 2004Nestlé Indonesia PT 39.3 39 39 39.4PepsiCo Inc 26.2 27.3 26.9 26.5Kellogg Pty Ltd 15.4 13.7 11.3 10.8Simba Indosnack Makmur PT 7.7 8.4 9.3 9.8Kokoa Mas Gemilang PT 5.2 5.6 6 6.1Kraft Ultrajaya Indonesia PT 3.4 3.1 2.8 2.5Federal Oats Mills Sdn Bhd 1.5 1.6 1.1 0.9Others 1.3 1.3 3.7 4Total 100 100 100 100Source: Trade press (Kompas, Marketing, MIX, Suara Pembaruan, SWA) company research, store checks, trade interviews, Euromonitor International estimates
Breakfast cereal company shares 2001-2004% retail value rsp
Gambar I.13 Pertumbuhan penjualan sereal per pemain industri26
25 Ibid.26 Ibid.
Berdasarkan uraian diatas, industri makanan menyehatkan dan mengenyangkan
merupakan nukilan dari beberapa sub-industri makanan dalam kemasan. Jika data
tersebut dikumpulkan, maka akan terbentuk industri dengan ukuran sebagai berikut :
Nilai Penjualan Volume Penjualan Pertumbuhan(Rp miliar) (Ton ribuan) penjualan
Oats 51,1 3,30 4,80%Whole Bread 53,1 2,22 6,20%Pasta 76,2 3,00 13,30%Sereal 472,2 4,33 16,00%
Gambar I.14 Pertumbuhan penjualan sereal27
I.3.2 Analisis Persaingan
Persaingan antara pemain industri cukup ketat dengan menonjolkan diferensiasi
masing-masing. Pada beberapa produk, persaingan datang dari produk impor yang
memiliki merek yang cukup kuat. Pemain lokal dapat bertahan dengan
mengandalkan harga yang kompetitif dan jaringan distribusi.
Persaingan
PendatangBaru
Substitusi
Supplier Konsumen
Gambar 1.15 Model 5 Kekuatan Bersaing
27 Ibid.
Berdasarkan analisis menggunakan kerangka kerja lima kekuatan bersaing (Kotler,
1988), produk makanan menyehatkan dan mengenyangkan memiliki tingkat
persaingan dalam industrinya. Hampir seluruh pemain menawarkan diferensiasi yang
tidak jauh berbeda, yakni untuk mengurangi tingkat kolesterol. Atribut yang umumnya
ditonjolkan adalah kandungan serat untuk menyerap lemak jenuh.
4 , 4,000
4 , 6,760 9 , 5,800
3 , 5,750
7.62 , 4,500
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
- 2 4 6 8 10 12
Price
per
pac
k (2
00 gr
am)
Dietery Fiber
Peta Persaingan Industri
Whole Bread
Oats
Pasta
Serealia
Corn Noodle
Gambar 1.16 Peta Persaingan Industri
Menurut karakteristik atribut ini, jenis produk yang menawarkan kandungan tertinggi
adalah pasta, dengan 9 gram setiap sajian. Sebaliknya, produk sereal yang
menawarkan kandungan serat rendah ternyata memiliki volume penjualan yang
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa produsen sereal menganut strategi overall cost
leadership untuk memenangkan persaingan. Di sisi lain, produsen pasta menganut
strategi diferensiasi dengan kandungan atribut serat yang sangat menonjol dan
mampu menikmat pangsa pasar kedua terbesar sesudah sereal.
Mie jagung memiliki kandungan serat 7 gram setiap sajian, berada pada posisi kedua
sesudah produk pasta dalam hal kandungan serat. Pada gambar peta di atas,
ukuran volume penjualan tidak menggambarkan situasi persaingan saat ini, karena
produk ini belum pernah ada di pasar. Ukuran volume penjualan merupakan indikasi
posisi produk ini dalam industri.
I.3.2.2 Faktor Substitusi
Sebagai produk makanan menyehatkan dan mengenyangkan, mie jagung memiliki
produk substitusi yang dapat mengurangi pangsa pasar di industri ini. Produk
substitusi ini dapat hadir secara langsung (direct substitution) maupun substitusi
tidak langsung (indirect substitution).
Substitusi langsung yang datang dari produk lain dalam industri makanan
menyehatkan dan mengenyangkan dalam kemasan; baik itu berbentuk sebagai oats,
sereal, roti whole-grain, maupun pasta. Produk-produk ini memiliki variasi bentuk
makanan olahan namun memberikan benefit yang sama.
Substitusi tidak langsung merupakan makanan pokok, seperti beras, jagung yang
tidak diolah menjadi makanan olahan dalam kemasan. Produk ini menyuguhkan
makanan yang menyehatkan dan mengenyangkan namun memerlukan proses
pengolahan lebih lama menjadi makanan sajian. Indirect substitution yang lain
datang dari makanan olahan yang tidak masuk dalam kategori makanan sehat
namun memiliki bentuk produk yang sama; yakni mie kering atau mie telor.
Karakteristik produk mie kering atau mie telor sangat berbeda. Benefit yang
ditawarkan kepada konsumen adalah karbohidrat sederhana yang memiliki bentuk
yang lebih kenyal dan mengandung :
Pewarna makanan; untuk membuat produk berwana kekuningan menarik
Pengawet; untuk meningkatkan masa kadaluarsa makanan
Kandungan serat lebih rendah
Zat peningkat kekenyalan, yang meliputi air abu atau soda abu
Dengan karakteristik produk tersebut, mie kering atau mie telor relatif
membahayakan kesehatan manusia jika dikonsumsi secara intensif dalam jangka
panjang. Namun, asosiasi bahwa mie merupakan bentuk makanan yang cenderung
membahayakan kesehatan manusia dalam jangka panjang, sangat kuat melekat
pada benak konsumen yang peduli terhadap kesehatan. Sehingga produsen pangan
fungsional yang ingin menggunakan bentuk produk mie, harus melakukan edukasi
yang cukup kuat agar asosiasi tersebut dapat disesuaikan.
I.3.2.3 Faktor Pembeli
Hubungan antara pembeli dan penjual merepresentasikan kekuatan saing
perusahaan, yang bergantung pada kemampuan beberapa atau banyak pembeli
untuk mendapatkan konsesi harga dan beberapa syarat dan ketentuan dalam
pembelian, serta tujuan dan nilai penting hubungan strategis antara pembeli dan
penjual dalam industri28.
Dalam industri pangan fungsional olahan dalam kemasan yang mengenyangkan
dapat dikatakan bahwa kekuatan tawar pembeli sedang. Hal ini ditunjukkan oleh
berbagai hal sebagai berikut:
a. Costs of switching pembeli yang rendah. Pembeli dapat dengan mudah
berganti merek produk dengan biaya yang kecil bahkan tanpa biaya
sekalipun.
b. Jumlah pembeli yang relatif kecil. Sebagai industri dengan nilai penjualan 700
milyar per tahun pada tahun 2005, jumlah pembeli menjadi faktor yang
krusial bagi pertumbuhan industri ini.
28 Thompson, Arthur. Strickland, AJ. Gamble John E. Crafting and Executing Strategy. McGraw-Hill.2008
Meskipun dua aspek tersebut menunjukkan bahwa pembeli memiliki daya tawar
yang lebih tinggi, namun perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut yang
menunjukkan bahwa daya tawar pembeli rendah:
a. Informasi mengenai produk, harga, dan biaya pelaku industri. Pembeli dapat
dengan leluasa memperoleh informasi mengenai berbagai jenis serta harga
dari produk yang diproduksi oleh pelaku industri sehingga pembeli dapat
membandingkan fitur produk yang dihasilkan oleh masing-masing pelaku
industri. Namun biaya produksi dari masing-masing produk tersebut tidak
dengan mudah diperoleh.
b. Kemampuan pembeli untuk menentukan apakah dan kapan akan membeli
produk yang diproduksi oleh pelaku industri. Karakteristik pembeli dalam
industri ini adalah melakukan kegiatan konsumsi secara konsisten, di
antaranya sebagai menu sarapan pagi, sehingga pembelian akan
berlangsung secara simultan.
I.3.2.4 Faktor Pemasok
Produk pangan fungsional yang berbentuk mie ini, bahan bakunya terbuat dari
jagung pati yang daerah penanamannya di Indonesia tersebar di beberapa wilayah,
antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Lampung29.
Hal ini sangat memudahkan pelaku bisnis karena harga bahan baku tidak
terpengaruh harga tukar mata uang asing dan biaya distribusi bahan baku lebih
rendah. Hal ini tidak diperoleh dari pelaku bisnis oatmeal, roti gandum maupun
sereal dimana bahan bakunya tidak dapat diproduksi di Indonesia, namun hal yang
terpenting adalah penggunaan bahan baku lokal berarti membantu memberdayakan
sumber daya lokal yang berdampak peningkatan kesejahteraan.
29 http://antonapriyantono.com/2008/06/04/produktivitas-meningkat-indonesia-siap-jadi-net-eksportir-jagung/
Dengan daerah pemasaran produk di kota-kota besar di Pulau Jawa dan pabrik di
Pasuruan, pemilihan pemasok jatuh pada produsen jagung pati di Jawa Timur
khususnya Pasuruan. Pembelian bahan baku akan dilakukan melalui lembaga KUD
setempat untuk mendapatkan konsistensi pasokan serta kualitas.
Pemilihan produsen jagung ini merupakan pilihan yang tepat karena satu wilayah
dengan pabrik, terletak satu pulau dengan daerah pemasaran, dan daerah sekitar
Pasuruan seperti Probolinggo, Bangil dan Malang juga merupakan daerah produsen
jagung pati. Hal ini akan mengurangi resiko proses produksi yang terhambat ika
kebutuhan bahan baku tidak dapat dipasok oleh produsen jagung pati Pasuruan.
Produsen jagung pati Jawa Timur selama ini melayani kebutuhan bahan baku yang
cukup tinggi untuk industri pakan ternak besar seperti Japfa Comfeed di Sidoarjo
Jawa Timur, Cheil Jedang Feed (CJ Feed) di Jombang, Sierad Produce Tbk di
Sidoarjo30 maupun industri pakan dari skala menengah dan kecil. Tidak hanya
industri pakan ternak, industri biofuel yang sedang berkembang juga membutuhkan
jagung sebagai bahan bakunya. Melihat potensi jagung yang begitu diminati oleh
berbagai industri menyebabkan penetapan harga pembelian bahan baku menjadi
salah satu yang terpenting untuk menjaga kelangsungan pasokan bahan. Pembelian
bahan baku dengan harga yang kompetitif menjadi salah satu solusi disamping
membina hubungan kerjasama dengan KUD sebagai lembaga penyedia bahan baku
setempat. Pembinaan ini tidak hanya melalui proses transaksi penjualan, melainkan
juga melalui pelatihan-pelatihan Good Agricultural Practises yang bertujuan
meningkatkan kualitas bahan baku yang dipasok.
I.3.2.5 Faktor Pendatang Baru
30 http://www.datacon.co.id/MakananTernak2008.html
Pada industri makanan menyehatkan dan mengenyangkan terdapat beberapa
barriers to entry yang membuat para pendatang baru sulit untuk masuk. Dalam hal
ini economics of scale dan product differentiation merupakan hambatan yang
terbesar.
Economics of scale
Produk-produk yang terdapat dipasar saat ini berasal dari perusahaan manufaktur
yang sudah cukup besar dimana perusahaan tersebut sudah mencapai kapasitas
maksimal sehingga biaya produksi menjadi rendah. Hal tersebut merupakan
kekuatan dalam menentukan harga produk dipasar.
Pendatang baru yang hendak masuk ke dalam industri ini harus melakukan investasi
awal yang cukup besar, Hal ini akan menyebabkan biaya produksi yang cukup tinggi,
sehingga apabila perusahaan ingin menawarkan produk dengan harga yang sama
dengan pemain yang sudah ada, maka kerugian akan dialami karena idle capacity
dari fasilitas produksi yang diinvestasikan.
PT. Jagung Sentosa Indonesia memiliki teknologi khusus untuk memproduksi
makanan meyehatkan dan mengeyangkan dengan menggunakan bahan baku lokal.
Dengan menggunakan bahan baku lokal (tepung jagung) maka biaya bahan baku
yang digunakan menjadi rendah sehingga PT. Jagung Sentosa Indonesia dapat
bersaing harga dengan para pesaing yang ada.
Produk yang ada dipasar telah memiliki nama yang kuat dan konsumen yang loyal,
hal ini membuat para pendatang baru harus memiliki diferensiasi produk yang berarti
bagi konsumen untuk dapat sukses dalam industri ini.
Para pemain dalam industri ini menawarkan produk dengan bentuk yang berbeda-
beda, tetapi tidak ada satupun yang memiliki bentuk yang akrab dengan lidah
masyarakat Indonesia. Hal ini akan membuat mie jagung yang ditawarkan oleh PT.
Jagung Sentosa Indonesia memiliki diferensiasi yang berarti bagi konsumen.
Selain bentuk produk yang akrab, mie jagung juga memiliki diferensiasi dalam hal
bahan baku. Tepung jagung yang merupakan bahan baku utama mie jagung
menjadikan PT. Jagung Sentosa Indonesia satu-satunya produsen yang
menggunakan bahan baku lokal dimana seluruh pesaing dalam industri ini
menggunakan bahan baku impor yaitu tepung terigu.
I.3.3 Analisis Kelompok Strategis
Industri makanan dalam kemasan yang menyehatkan dan mengenyangkan memiliki
kecenderungan untuk memilih strategi diferensiasi dan overall cost leadership.
Hanya ada beberapa merek yang ditengarai memilih market segmen yang fokus dan
spesifik. Analisis ini datang dari peraturan BPOM yang menyatakan bahwa makanan
tidak boleh diklaim sebagai makanan sehat; namun boleh diklaim sebagai makanan
menyehatkan dengan catatan memiliki satu atau beberapa unsur kandungan gizi
yang memenuhi kadar kesehatan.
Dalam identifikasi kelompok strategis, dasar pengelompokannya adalah sebagai
berikut :
1. Sifat dari benefit yang ditawarkan; bersifat generik atau lebih spesifik
untuk terapi tertentu
2. Harga yang ditawarkan dibandingkan dengan rata-rata industri untuk jenis
produk yang sama
3. Cara komunikasi brand, penempatan produk, dan pilihan jalur distribusi
La Fonte, Sari Roti, Belycs,Ceremix, Energen, Nestle Cereal, Simba
Quaker Oats, Captain Oats, San Remo, Buitoni, Honig, Barilla, Agnesi , Koko Krunch
Nulife
Merbabu
FocusDiferensiasi
Diferensiasi
Overall Cost Leadership
Focus Cost
VolumePenjualan
(milyar rupiah)
700
erhadap
Gambar 1.17 Kelompok Strategis
Berdasarkan pengelompokan tersebut, produsen makanan kemasan Indonesia
cenderung mengambil strategi overall cost leadership, sedangkan produsen asing
(atau barang impor) cenderung mengambil strategi diferensiasi. Pilihan ini didasari
pada penguasaan pada jaringan distribusi dan efisiensi biaya operasional. Akses
terhadap jaringan distribusi yang terbatas dan ketergantungan suplai produk impor
menjadi kendala bagi produsen impor. Selain faktor kendala tersebut, produk impor
memiliki brand yang diandalkan untuk meningkatkan penjualan.
Sebaliknya, produsen lokal memiliki keuntungan untuk melakukan overall cost
leadership karena penguasaan terhadap sumber daya lokal (khususnya sumber
daya manusia) dan akses terhadap jaringan distribusi. Namun, ada juga pemain
asing yang memilih strategi ini karena mampu memiliki akses terhadap sumber daya
yang sama seperti yang dilakukan oleh Nestle.
Pendatang baru dapat memilih dari empat strategi generik tersebut untuk masuk ke
industri ini; termasuk strategi diferensiasi dan overall cost leadership yang sudah
dipenuhi oleh banyak pemain. Hal ini disimpulkan dari menganalisis pertumbuhan
pemain baru yang mampu meraih pangsa pasar; sebagaimana yang dilakukan oleh
Simba.
I.3.4 Kesimpulan
Situasi lingkungan industri menunjukkan persaingan yang cukup ketat dengan pasar
yang sedang tumbuh. Format produk yang beraneka ragam memberi peluang bagi
pendatang baru untuk melakukan penetrasi. Terlebih, mayoritas bentuk produk yang
ditawarkan merupakan adopsi dari bahan baku yang ada di luar negeri; sehingga
masih relatif asing bagi lidah konsumen Indonesia. Pelaku dalam industri telah
melakukan edukasi mengenai pentingnya makanan dalam kemasan yang
menyehatkan dan mengenyangkan sehingga konsumen Indonesia relatif siap
menerima produk baru yang menawarkan value menyehatkan. Analisis ini
memberikan keyakinan bahwa produk mie jagung sebagai makanan olahan dalam
kemasan yang menyehatkan dan mengenyangkan memiliki peluang untuk bersaing
dalam industri ini.
I.4 Analisis Peluang Bisnis dan Skenario
I.4.1 Identifikasi Peluang Bisnis
Untuk menjalankan hidup sehat, berbagai program yang umum dijalankan adalah
melalui pengaturan pola makan disertai dengan olahraga dan istirahat yang cukup.
Di Indonesia pola hidup sehat berkembang cukup pesat, hal ini terlihat di antaranya
dengan menjamurnya rumah makan yang menawarkan menu sehat di pertokoan
mewah. Dari sisi lain, berbagai produk yang diluncurkan dalam beberapa tahun
terakhir juga telah memasukkan benefit kesehatan di dalamnya, seperti produk teh
dalam kemasan PET yang menawarkan manfaat antioksidan. Perusahaan besar
seperti Unilever mengeluarkan produk Wall’s yang telah difortifikasi dengan kalsium
dan Nestle yang memperkaya Milkmaidnya dengan inulin31.
I.4.2 Analisis Permintaan
Produk mie jagung yang akan dipasarkan oleh PT. Jagung Sentosa Indonesia
merupakan produk baru yang belum pernah ada di pasar sebelumnya. Target
konsumen akan ditentukan melalui segmentasi yang berdasarkan pada geografik,
demografik, dan behavioristik.
Produk mie jagung akan dipasarkan dan dijual di Pulau Jawa, dengan target
konsumen adalah ibu rumah tangga berusia 25-50 tahun, dengan social economic
status (SES) A dan B dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pribadi dan
keluarga.
Perhitungan proyeksi permintaan dilakukan sebagai berikut:
Permintaan : X1 x X2 x X3 x X4
X1 : Jumlah ibu rumah tangga di Pulau Jawa
31 2006 Euromonitor Packaged Food - Indonesia
X2 : Persentase SES A dan B di Pulau Jawa
X3 : Persentase ibu rumah tangga yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan di
Pulau Jawa
X4 : Banyaknya produk makanan menyehatkan dan mengenyangkan yang
dikonsumsi oleh target konsumen dalam 1 tahun
Pertumbuhan permintaan didorong oleh:
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan makanan yang lebih sehat yang
dipicu oleh munculnya varian penyakit akibat pola konsumsi yang kurang
tepat
2. Proses edukasi yang dilakukan oleh pemain industri maupun departemen
terkait untuk meningkatkan standar kualitas pemrosesan makanan
3. Pola hidup di kota-kota besar yang menuntut dinamika yang tinggi menuntut
makanan olahan yang praktis sekaligus memenuhi kecukupan asupan gizi
untuk keluarga
4. Trend gaya hidup untuk mengkonsumsi beberapa produk olahan sebagai
makanan pokok selain nasi
I.4.3 Analisis Penawaran
Penawaran terhadap industri ini terus tumbuh berdasarkan analisis Euromonitor
dengan pertumbuhan rata-rata 13.3% per tahun. Pertumbuhan penawaran didorong
oleh:
1. Fasilitas dan regulasi yang tersedia untuk mendapatkan bahan baku
melalui impor
2. Kemudahan regulasi yang memudahkan masuknya produk impor ke
Indonesia
3. Naiknya investasi di bidang industri pangan
Di sisi lain, pertumbuhan penawaran ini pada dasarnya rapuh karena ditopang oleh
impor bahan baku yang tergantung pada pasokan dunia. Pola supply chain ini
mengandung resiko kelangkaan (scarcity) jika terjadi kelangkaan komoditas. Padahal
untuk memberikan benefit serupa yang ditawarkan oleh produk-produk di industri ini,
tidak harus tergantung pada komoditas oats, gandum, barley, dan lain sebagainya.
Terdapat komoditas lain yang memiliki probabilitas untuk menggantikan bahan baku
oats atau gandum namun memiliki karakteristik produk yang tidak jauh berbeda.
Jagung merupakan salah satu komoditas yang dapat menjadi kandidat untuk
menggantikan beberapa fungsi gandum dan oats dalam hal:
Kandungan karbohidrat
Jagung memiliki kandungan karbohidrat yang serupa dengan gandum
maupun oats dengan tingkat lemak sedikit lebih tinggi.
Kandungan serat
Kandungan serat jagung bersaing dengan gandum dengan kandungan 9
gram dibandingkan gandum yang mencapai 14 gram. Dengan proses
yang tepat, kandungan serat ini dapat dipertahankan dibandingkan
proses yang dialami gandum yang menyebabkan kandungannya turun
menjadi 9 gram.
Kandungan energi
Jagung memiliki kalori yang lebih tinggi 3% dibandingkan gandum.
Sebagian kalori ini disumbangkan oleh kandungan gula dalam jagung
sebanyak 1 gram setiap porsi (117 gram).
Gambar 1.18 Nutrisi Gandum32
Gambar 1.19 Nutrisi Jagung33
32 Nutrition Data©. www.nutritiondata.com33 Ibid.
Dalam beberapa hal, kandungan nutrisi jagung sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan komoditas impor. Namun, jagung memiliki keunggulan rantai suplai karena
dapat diproduksi di Indonesia. Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan efisiensi
pabrik pengolahan makanan.
I.4.4 Peta Skenario
Dalam melakukan analisis peluang bisnis mie, terdapat berbagai macam faktor yang
dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap industri ini. Oleh karena
itu, diperlukan suatu skenario industri sebagai antisipasi hal-hal yang mungkin terjadi
dalam menerapkan strategi perusahaan.
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mendapatkan skenario industri seperti:
1. Identifikasi penentuan faktor-faktor ketidakpastian apa saya yang dapat
mempengaruhi industri. Menurut analisis kami, faktor-faktor tersebut adalah:
a. Penggunaan jagung pati sebagai bahan dasar pakan ternak dan biofuel
Di Indonesia, jagung pati sekarang ini sebagian besar digunakan sebagai
pakan ternak dan sebagian kecil yang digunakan sebagai bahan dasar
alternative bahan bakar biofuel. Hal ini tentunya akan berpengaruh
terhadap ketersediaan jagung pati secara keseluruhan di Indonesia dan
fluktuasi harga dari jagung pati tersebut.
b. Perubahan pola konsumsi makanan dengan health benefit
Industri makanan merupakan industri yang sangat atraktif sehingga
konsumen dihadapkan dengan berbagai macam pilihan makanan dari
banyaknya pelaku usaha. Oleh karena itu, pola konsumsi makanan dapat
berubah sewaktu-waktu. Hal yang sedang berkembang adalah pola hidup
sehat dimana trend terhadap makanan-makanan dengan benefit
kesehatan semakin digemari. Hal ini akan meningkatkan konsumsi secara
keseluruhan.
Variable
Skenario
Faktor Kausal
Internal Eksternal
Perubahan pola
konsumsi makanan
Kesadaran akan
pentingnya menjada
kesehatan
Isu dang pengetahuan tentang
kesehatan
Trend hidup sehat dan konsumsi
makanan-makanan dengan
health benefit
Kebiasaan mengkonsumsi
mie
Penggunaan jagung pati
sebagai pakan ternak
dan bahan dasar biofuel
Penurunan
2. Asumsi dan konsistensi asumsi
Dalam membentuk suatu skenario, maka diperlukan adanya asumsi-asumsi
untuk digunakan dan konsistensinya. Tabel berikut menggambarkan asumsi
yang digunakan dalam masing-masing skenario.
Variabel Skenario Meningkat Tetap Menurun
Perubahan pola
konsumsi makanan
Terjadi peningkatan
kesadaran akan
konsumsi makanan-
Kesadaran akan
konsumsi
makanan-makanan
Masyarakat menjadi
semakin kurang
peduli akan
makanan dengan
health benefit
dengan health
benefit tidak
mengalami
perubahan
kesadaran
mengkonsumsi
makan-makan
dengan health
benefit
Pola hidup sehat
akan menjadi trend
penting di waktu
yang akan datang
Pola hidup sehat
menjadi sesuatu
uang sifatnya
hanya pilihan, dan
hanya untuk
sebagian orang
Pola hidup sehat
bukan menjadi hal
yang relevan.
Meningkatnya
pengetahuan akan
produk mie jagung
Pengetahuan
mengenai mie
jagung secara
perlahan
bertambah
Makin sedikit orang
yang aware akan
keberadaan mie
jagung
Penggunaan jagung
pati sebagai bahan
baku biofuel dan
pakan ternak
Permintaan biofuel
dan pakan ternak
meningkat
Permintaan biofuel
dan pakan ternak
tidak berubah
Permintaan biofuel
dan pakan ternak
turun
Jagung pati
merupakan
Daya beli
masyarakat tetap
pada tingkat yang
sekarang
Daya beli
masyarakat naik
Variable Skenario Penggunaan jagung pati untuk
pakan ternak dan biofuel
Meningkat Tetap Menurun
Perubahan
pola konsumsi
Meningkat Most likely Optimis
Tetap
turun Pesimis
I.4.5 Analisis Kemungkinan Skenario
1. Skenario Optimis
Pada skenario ini, asumsi yang digunakan adalah semakin disadari
pentingnya hidup sehat dan konsumsi atas produk mie jagung akan
meningkat. Hal ini disertai juga dengan menurunnya penggunaan jagung
pati untuk pakan ternak dan biofuel sehingga supply bahan baku
berlimpah dengan harga yang relative murah.
2. Skenario Realistis
Pada skenario ini, asumsi yang digunakan adalah membaiknya
kesadaran akan gaya hidup sehat dan mengkonsumsi makanan-makanan
dengan health benefit namun tidak terlalu signifikan. Penggunaan jagung
pati sebagai bahan dasar pakan ternak dan biofuel tetap dan tidak
mengalami kenaikan.
3. Skenario Pesimis
Skenario pesimis mengasumsikan bahwa masyarakat lebih tidak peduli
akan kesadaran hidup sehat sehingga konsumsi makanan dengan health
benefit juga mengalami penurunan. Dengan adanya peningkatan
penggunaan jagung pati sebagai bahan dasar pakan ternak dan biofuel,
maka permintaan jagung pati secara keseluruhan akan meningkat dan
dapat berdampak pada terbatasnya ketersediaan jagung pati untuk
pembuatan tepung jagung yang diperlukan perusahaan untuk produk mie
jagung.
I.4.6 Kesimpulan
Industri pangan fungsional olahan dalam kemasan sangat erat kaitannya dengan
pola konsumsi masyarakat yang health concern. Perkembangan pola konsumsi
tersebut menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam analisis kemungkinan
skenario. Secara umum, industri pangan fungsional olahan dalam kemasan
bertumbuh 13.3% per tahunnya dengan demand sebesar… ton. Sebagai pendatang
baru yang menawarkan benefit bentuk produk yang umum dikonsumsi oleh
masyarakat, mie jagung memiliki peluang untuk bersaing dengan para pelaku bisnis
lain di industri ini. Hal ini disebabkan oleh kseunggulan bersaing dari sisi demand
dan suplai bahan baku lokal.
Narrow
BroadCost Differentiation
PT. Jagung Sentosa Indonesia
Scope
Source of Competitive Advantage
Cost Leadership
Differentiation Focus
Differentiation
Cost Focus
Strategi Bersaing
Strategi umum yang digunakan oleh PT. Jagung Sentosa Indonesia adalah strategi
diferensiasi. Pada strategi ini, PT. Jagung Sentosa Indonesia akan menawarkan
makanan menyehatkan kepada konsumen dengan atribut yang berbeda
dibandingkan dengan para pesaing yang ada di dalam industri. Atribut yang
dimaksud adalah atribut bentuk, dimana sampai saat ini belum ada produk pesaing
yang memiliki bentuk produk yang sesuai dengan karakteristik masyarakat.
Gambar 1.20 Strategi Umum Bersaing34
Bentuk makanan menyehatkan yang saat ini ditawarkan oleh produsen adalah bubur
oat, roti, sereal dan pasta. Dari seluruh produk yang tersedia tersebut, tidak ada satu
pun yang memiliki bentuk yang akrab dengan lidah masyarakat Indonesia.
Masyarakat masih belum terbiasa dengan rasa bahwa bubur oat, mengkonsumsi roti
juga belum menjadi kebiasaan dari masyarakat Indonesia, pasta dan sereal juga
bukan merupakan bentuk makanan yang akrab di masyarakat Indonesia.
Membuat sebuah produk yang menyehatkan tetapi sekaligus memiliki atribut (rasa
dan bentuk) yang akrab dengan lidah masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang
mudah untuk dilakukan, dibutuhkan teknologi dan proses produksi khusus untuk
dapat memproduksi produk tersebut. Dengan menggunakan teknologi khusus yang
telah dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor, PT Jagung Sentosa Indonesia
akan menawarkan kepada konsumen bentuk baru dari makanan menyehatkan yaitu
dalam bentuk mie.
Kenyataan bahwa mie merupakan makanan pokok kedua terbesar setelah nasi
membuat produk PT. Jagung Sentosa Indonesia merupakan makanan menyehatkan
dalam bentuk yang berbeda sekaligus memiliki nilai lebih dimata konsumen.
Besar pasar yang dilayani oleh PT. Jagung Sentosa Indonesia merupakan pasar
dengan jumlah yang luas, karena makanan meyehatkan tersebut ditawarkan kepada
siapa saja yang mau mengkonsumsi makanan menyehatkan. PT. Jagung Sentosa
34 Porter, Michael. Competitive Strategy. 1985. Free Press.
Indonesia tidak menyediakan makanan diet yang khusus untuk konsumen dengan
masalah kesehatan tertentu, seperti diabetes, obesitas, dan darah tinggi.
Sehingga dari seluruh kondisi dan informasi diatas dapat dipastikan bahwa strategi
bersaing diferensiasi merupakan strategi yang paling tepat untuk PT. Jagung
Sentosa Indonesia.
BATAS AKHIR
BAGIAN II: STRATEGI DAN RENCANA OPERASIONAL
II.1 Produk Yang Ditawarkan
(beri keterangan semendetail mungkin)
II.2 Strategi Perusahaan
- Bentuk Badan Hukum
- Visi dan Misi
Visi
Visi PT Jagung Sentosa Indonesia adalah produsen makanan sehat
berbahan dasar jagung yang memberikan benefit kesehatan yang tinggi, dan
produk yang berkualitas untuk konsumen.
Dengan visi sebagaimana tersebut diatas, JSI ingin menyediakan produk
makanan sehat dalam kemasan yang mengenyangkan
Misi
Misi perusahaan adalah:
1. Menjadi pemain pionir dan utama dalam industri produk-produk makanan
sehat di Indonesia berbahan dasar jagung dengan melibatkan orang-
orang dengann motivasi tinggi dengan gaya hidup sehat
2.
- Tujuan dan Sasaran
- Nilai-Nilai Utama yang Dianut
o Integrity
o Innovation
o Caring and Nurturing
- Nilai-Nilai Utama yang Dianut
- Kompetensi Inti yang Diperlukan
II.3 Strategi Pemasaran
- Analisis Daya Tarik Pasar/Segmen
Makanan pokok masyarakat Indonesia yang utama adalah nasi dan yang kedua
adalah mi. Ada tiga jenis mie di Indonesia: mie basah, mie kering, dan mie
instan. 98% dari mie ini terbuat dari gandum. Mie basah dibuat secara tradisional
dan langsung dijual tanpa pengolahan lebih lanjut, sehingga masa simpannya
pendek dan pasarnya terbatas. Melalui proses pengeringan, mie kering memiliki
masa simpan yang lebih panjang dan pasar yang lebih luas. Sedangkan mie
instan adalah mie basah yang digoreng, sehingga memiliki masa simpan yang
paling panjang di antara kesemua jenis mie.
Di Indonesia, mie tidak hanya dikonsumsi sebagai substitusi nasi, namun juga
sebagai lauk. Berbagai jenis menu dapat dibuat dari mie, mulai dari makanan
tradisional seperti Mie Goreng Aceh dan Bubur Manado dengan mie, sampai
dengan makanan yang lebih modern seperti mie goreng dan mie rebus.
Beberapa menu lain di antaranya mie bakso, mie ayam, mie godog Jawa, soto
mie, mie kangkung, ifu mie, lomie, rujak mie, dan mie pempek. Menu yang
beragam ini dapat meningkatkan konsumsi mie. Senada dengan fakta bahwa
konsumsi mie instan di Indonesia merupakan yang kedua terbesar di dunia,
dapat disimpulkan tingginya penerimaan pasar terhadap produk mie.
Dengan nilai konsumsi sebesar 29 triliun Rupiah dan tingkat pertumbuhan 11%
per tahun, pasar mie di Indonesia sangat menakjubkan. Di samping daya
tariknya, industri mie di Indonesia menghadapi beberapa isu stratejik berkaitan
dengan bahan baku yang tidak terdiversifikasi. Iklim dan kondisi tanah di
Indonesia kurang cocok untuk budidaya gandum, sehingga para produsen mie di
Indonesia bergantung pada bahan baku impor. Hal ini diperburuk dengan
fluktuasi harga dan tidak konsistennya bea masuk gandum di Indonesia, serta
potensi kurangnya suplai gandum dunia.
Melihat situasi tersebut, muncullah peluang pengembangan mie berbahan baku
selain gandum. Di antara berbagai jenis bahan baku, jagung merupakan yang
paling menjanjikan. Selain harga tepung jagung yang 40% lebih rendah
dibandingkan dengan tepung terigu, jagung merupakan tanaman pokok pertanian
di Indonesia dengan produksi 14,9 miliar ton di tahun 2008 dan pertumbuhan
produksi 6% per tahun.
Sentra tanaman jagung di Indonesia adalah Jawa Timur dengan produksi 38%
dari total produksi Nasional. Kabupaten Lumajang adalah sepuluh besar
produsen jagung di provinsi ini dengan luas areal tanam mencapai 35.000 hektar.
Secara geografis, Lumajang dipandang strategis dalam hal akses distribusi.
Selain itu, dengan tidak adanya industri berbasis jagung di kabupaten ini,
pengembangan produk yang memberikan nilai tambah pada jagung masih
tertinggal.
Saat ini, harga pasar jagung pipil per kilogram berkisar antara Rp 2.400 sampai
dengan Rp 2.600, sehingga harga tepung jagung per kilogram adalah Rp 6.000,
jauh lebih murah dibandingkan dengan tepung terigu. Namun pemanfaatan
keunggulan ini terhalang oleh tidak tersedianya teknologi pengolahan mie
berbahan dasar tepung jagung secara luas serta sulitnya bekerja sama dengan
para petani jagung.
- Analisis Kekuatan Bisnis (hihihi ini salah semua, masih pake mie )
Pada saat ini, pasar mie Indonesia dilayani oleh berbagai skala produsen mie
gandum, mulai dari skala besar sampai ke industri rumahan. Industri skala besar
mampu memproduksi 200 ton per hari sementara industri rumahan memproduksi
sekitar 50 kg per hari. Infrastruktur dari distribusi dan supply bahan baku
merupakan faktor-faktor penting untuk produsen skala besar. Untuk dapat
melayani pasar secara efisien, JSI akan bekerjasama dengan PT Sarana
Indoboga Pratama sebagai rekanan untuk mendistribusikan mie yang diproduksi
oleh JSI.
Secara garis besar, terdapat beberapa pemain besar dalam industri mie
gandum. Empat pemain utama dalam industri ini adalah PT Indofoof Sukses
Makmur dengan pangsa pasa sebesar 77%, PT Tiga Pilar Sejahtera, Wingsfood,
dan Jakaranatama.
- Strategi Segmentasi dan Proyeksi Ukuran Pasar Sasaran
Terdapat 120 juta orang yang tinggal di Jawa, yang mana jumlah ini setara
dengan 70% dari total populasi Indonesia, dengan tingkat pertumbuhan tahunan
sebesar 1.5%. Target market dari JSI adalah 65% (SES A, B, dan slightly C) dari
total populasi Jawa, setara dengan 79 juta orang atau 34 juta rumah tangga.
Berangkat dari jumlah ini, potensi pasar untuk mie pada tahun 2010 adalah
sebesar Rp 1,890,000,000 dan kurang lebih Rp 2,400,000,000 untuk pasta di
tahun 2014.
Menurut hasil riset majalah SWA dan Euromonitor International, pertumbuhan
pasar untuk mie kering dan pasta adalah sebesar 10% per tahun. Dilihat dari
jumlah, pertumbuhan populasi, dan kecenderungan orang untuk mengkonsumsi
mie lebih banyak, pada tahun 2020 potensi pasar untuk mie dan pasta secara
berturut-turut diperkirakan akan mencapai USD 615 juta dan USD 504 juta.
Bila dibandingkan dengan penjualan mie kering yang sebenarnya (USD 120
juta), dapat dilihat bahwa terdapat 13% potensi pasar yang belum dilayani dan
pasar untuk pasta belum terpenetrasi dengan baik. Hanya sebesar kurang lebih
20% penetrasi pasar pada tahun 2008. Oleh karena itu, menggunakan data
historical dan proyeksi pasar, JSI mempunyai target pangsa pasar sebesar 10%
untuk mie dan 7% untuk pasta pada tahun 2020.
- Strategi Pemosisian Produk/Layanan
Trend terhadap hidup sehat, seperti perhatian pada keuntungan-keuntungan dari
pembatasan konsumsi lemak dan pentingnya menkonsumsi vitamin dan makan
bernutrisi dalam jumlah yang cukup, berkembang dengan sangat luar biasa pesat
pada tahun-tahun terakhir ini. Pertumbuhan tahunan dari suplemen makanan di
Indonesia yang naik sebesar 25% adalah salah satu bukti nyata untuk
menggambarkan berkembangnya trend hidup sehat. Pemerintahpun mendukung
perilaku hidup sehat. Hal ini diperlihatkan oleh adanya program nasional
Indonesia Sehat 2010. Seluruh produk-produk yang mengusung tema kesehatan
termasuk mie jagung akan turut mendapatkan keuntungan dari trend ini.
Sebagai awal, JSI mempunyai target pasar retail di Jawa. Rumah tangga dengan
social economic size A, B, dan slightly C merupakan target utama untuk pasar
retail dan lebih spesifik, JSI menargetkan para ibu rumah tangga; para penentu
keputusan pembelian makan sehari-hari di keluarga yang mana biasanya punya
concern yang lebih tinggi akan kehidupan yang sehat.
- Strategi Produk, Merek, dan Kemasan
- Strategi Distribusi
- Strategi Komunikasi
- Dll.
II.4 Strategi Operasi
- Proses Operasi
Tepung jagung merupakan bahan utama untuk membuat mie dan pasta jagung.
Tepung jagung berdiameter 250µm merupakan hasil dari proses pengeringan,
penghancuran/penghalusan, dan penyaringan dari endosperma jagung.
Endosperma jagung tersebut didapatkan melalui proses penggilingan pipil jagung
yang telah dikeringkan. Proses penepungan ini dilakukan oleh koperasi unit desa
dibawah pengawasan JSI.
Proses produksi mie jagung merupakan suatu modifikasi dari teknologi
pembuatan mie jagung yang telah sekarang ada. Untuk membuat mie jagung,
tepung jagung diproses menjadi dua adonan. Selanjutnya, satu langkah
tambahan harus dilakukan terhadap salah satu adonan untuk memperoleh
gelatinisasi dari corn starch sebagai faktor pelekat. Kemudian secara berturut-
turut, lapisan-lapisan adonan dimasak, digoreng, dan dipak. Dan yang terakhir,
mie jagung siap untuk didistribusikan.
Serupa dengan proses produksi mie jagung, pasta jagung dapat dibuat dengan
memodifikasi teknologi pembuatan pasta yang sudah ada sekarang. Terdapat
suatu langkah tambahan yang diperlukan untuk fraction dari adonan tertentu
untuk memperoleh faktor pelekat. Listrik yang diperlukan untuk proses produksi
akan disediakan melalui teknologi biomas gasifikasi proses, yang menggunakan
bonggol jagung sebagai bahan bakunya.
Distribusi dari produk JSI akan didukung oleh perusahaan layanan distribusi yang
kuat yaitu PT Sarana Indoboga Pratama, dimana perusahaan ini merupakan
distributor yang sekarang menangani distribusi beberapa merek makanan yang
popular di Jawa (Mie Superior dan Mie Telor Cap 2 Ayam). Distributor tersebut
akan mendistribusikan mie dan pasta jagung yang diproduksi oleh JSI ke pasar-
pasar modern dan tradisional diseluruh pulau Jawa, Indonesia.
- Sarana Produksi/Penyediaan Layanan
- Pemilihan Lokasi
- Strategi Pengadaan
Dengan mempertimbangkan peranan strategic dari Koperasi Unit Desa (KUD)
sebagai suatu badan hukum yang menyatukan kelompok-kelompok petani dan
kapabilitas dari KUD untuk mempengaruhi dan mengkonsolidasi para petani, JSI
akan mendirikan perusahaan patungan (joint partnership) antara JSI, KUD, dan
pemerintah daerah setempat. Perusahaan patungan ini akan disebut sebagai silo
jagung. Dengan mendirikan kerjasama ini, JSI akan memastikan kontinuitas dari
supply tepung jagung. Untuk menjaga kualitas dari tepung jagung, JSI
menginvestasikan mesin pemipil dan memonitor operasi dari mesin tersebut
secara langsung.
Pertama-tama, para petani akan menjual jagung pipil kepada silo jagung secara
kontraktual. Untuk memperoleh jagung pipil, KUD akan menyewakan mesin
pemipil untuk proses pemipilan kepada para petani. Sebagai imbalan atas
kerjasama yang kuat antara KUD dan para petani, JSI akan memberikan bantuan
modal untuk KUD dalam bentuk mikro financing berupa mesin-mesin, bibit, dan
lain-lain. Untuk saat ini, KUD Margo Joyo akan menjadi KUD yang pertama yang
bekerjasama dengan JSI. Bersamaan dengan berkembangnya bisnis yang JSI
lakukan, jumlah dari KUD dalam kerjasama ini juga akan meningkat.
- Strategi Kualitas
- Dll.
II.5 Strategi SDM dan Organisasi
- Rancangan Organisasi
- Pengisian Jabatan: Tim Inti Manajemen
- Pengisian Posisi: Karyawan Operasional
- Sistem Imbalan dan Penggajian
- Dll.
II.6 Strategi Keuangan dan Pendanaan
- Penentuan Komposisi Pendanaan
- Sumber-Sumber Pendanaan
- Penghitungan Biaya Modal
BAGIAN III: ANALISIS KEUANGAN
III.1 Proyeksi-proyeksi Keuangan
d. Laba-Rugi
e. Neraca Pro-forma
f. Proyeksi Arus Kas
III.2 Analisis Kelayakan dari Dimensi Keuangan
BAGIAN IV: PENUTUP
IV.1 Penutup
IV.2 Kesimpulan
REFERENSI
- Daftar Pustaka
- Alawam Websites Rujukan
LAMPIRAN
- Detail Perhitungan/Data Analisis LIngkungan Eksternal
- Detail Perhitungan/Data Analisis Skenario
- Detail Perhitungan/Data Analisis Pemasaran
- Detail Perhitungan/Data Analisis Operasi
- Detail Perhitungan/Data Analisis Sumber Daya Manusia/Organisasi
- Detail Perhitungan/Data Analisis Keuangan
- Detail Perhitungan/Data Analisis lainnya