babv kedewasaan berislam

39
BAB v KEDEWASAAN BERISLAM I. tujuan instruksional II. URAIAN A. PERMASALAHAN KRISIS KEDEWASAAN BERISLAM Setiap mengawali kuliah Agama Islam dan berdiskusi untuk mengidentivikasi motivasi apa yang menggerakkan para mahasiswa kuliah. Jawaban yang muncul adalah hampir sama; untuk mencari ilmu, agar dapat bekal untuk bekerja. Ada yang karena terpaksa, ada yang karena orang tua, karena teman dsb. Satupun tidak ada yang berucap, “untuk ibadah, mencari keridlaan Allah SWT. Ketika bicara tentang pengalaman beragama (berislam), saya bertanya, “Sejak kapan anda dengan sengaja, atas dasar pemikiran sendiri, dengan sadar memilih menjalani Islam?” jawabnya pun tidak ada yang jelas. Padahal mereka sudah dewasa. Ketikan ditanya, “Kapan hari , tanggal bulan , 52 1. Mampu menjelaskan definisi dewasa menurut ajaran Islam. 2. Mampu menunjukkan indikator-indikator kedewasaan, fisik dan psikis. 3. Mampu mengidentifikasi kedewasaan seseorang dalam hidup berislam. 4. Mampu mengilustrasikan kedewasaan Nabi Muhammad saw. 5. Mampu menyebutkan tahap-tahap perkembangan kedewasaan Nabi Muhammad saw.

Upload: dayad-delsworth

Post on 04-Jan-2016

82 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

agama islam

TRANSCRIPT

Page 1: Babv Kedewasaan Berislam

BAB v

KEDEWASAAN BERISLAM

I. tujuan instruksional

II. URAIAN

A. PERMASALAHAN KRISIS KEDEWASAAN BERISLAM

Setiap mengawali kuliah Agama Islam dan berdiskusi untuk mengidentivikasi

motivasi apa yang menggerakkan para mahasiswa kuliah. Jawaban yang muncul adalah

hampir sama; untuk mencari ilmu, agar dapat bekal untuk bekerja. Ada yang karena

terpaksa, ada yang karena orang tua, karena teman dsb. Satupun tidak ada yang

berucap, “untuk ibadah, mencari keridlaan Allah SWT.

Ketika bicara tentang pengalaman beragama (berislam), saya bertanya, “Sejak

kapan anda dengan sengaja, atas dasar pemikiran sendiri, dengan sadar memilih

menjalani Islam?” jawabnya pun tidak ada yang jelas. Padahal mereka sudah dewasa.

Ketikan ditanya, “Kapan hari , tanggal bulan , lahirnya Nabi kita Muhammad?”.

Jawabnya sama , “Tahun gajah!”. Ketika di test baca al-Qur’an, tidak ada 1 % yang

membaca dengan benar. Ketika ditanya, “Sudah bisa shalat ?” jawabnya sudah! Tetapi

ketika ditanya, tahu artinya masing-masing bacaan shalat, sebagai syarat khusu’,

jawabnya : nihil. Ketika diuji tidak ada yang lulus! Padahal anak-anak kelas TKA pun

juga sudah hafal bacaan shalat. Mereka juga belum tahu kalau bersentuhan,

berpegangan, dengan lain jenis kawan mereka adalah dosa; belum tahu kalau membuka

auratnya, terutama para mahasiswi, tidak berjilbab itu berdosa. Kalaupun jika ada yang

52

1. Mampu menjelaskan definisi dewasa menurut ajaran Islam.2. Mampu menunjukkan indikator-indikator kedewasaan, fisik dan psikis.3. Mampu mengidentifikasi kedewasaan seseorang dalam hidup berislam. 4. Mampu mengilustrasikan kedewasaan Nabi Muhammad saw.5. Mampu menyebutkan tahap-tahap perkembangan kedewasaan Nabi

Muhammad saw. 6. Mampu mengilustrasikan penampilan/sosok fisik Nabi Muhamad saw

berdasarkan kesaksian para sahabat7. Mampu menguraikan akhlak fundamental Nabi Muhammad saw.8. Mampu menguraikan akhlaq Nabi dalam membangun keluarga.

Page 2: Babv Kedewasaan Berislam

berkerudung namun mereka hampir tidak berbeda mereka yang memakai kerudung dan

yang belum, dalam hal pergaulan, dan seterusnya. Nama-nama mereka mayoritas

nama-nama Islam, bahasa Arab. Fenomena kemahasiswaan ini menunjukkan adanya

krisis kedewasaan dalam berislam.

B. ARTI DEWASA (MUKALLAF)

1. Dewasa secara fisik

Dalam Islam kedawasaan secara fisik ditandai oleh munculnya tanda-

tanda kematangan fisik yakni mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan masa

pubertas (pubescere= bahasa latin) yang berarti menjadi berbulu. Yang disebut

pertama, sebagai tanda kedewasaan fisik, sejalan dengan konsep dalam al-

qur'an. Bahwa usia pubertas, juga digambarkan dalam al-Qur'an sebagai usia

yang mencukupi untuk menikah, sebagaimana berikut ini:

Dan ujilah[2691] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai

memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan

janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan

(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka

dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia

menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang

miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian

apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu

adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah

Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (Q.S.: An-Nisa':6)

Sedang yang disebut terakhir oleh Nabi Muhammad saw digunakan

sebagai konsep untuk membedakan anak-anak dan orang dewasa, sebagaimana

terlihat ketika beliau memisahkan antara orang dewasa dan anak-anak pada

perang Bani Quraidlah, dengan cara berikut:

Diriwayatkan dari ath-Tiyah al-Qurazhi, dia berkata, "Kami telah dihadapkan kepada Nabi saw,

pada hari perang Bani Quraidlsh. Barang siapa yang telah tumbuh (rambut kemaluannya), maka

1 Yakni: mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan,

usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak

itu dapat dipercayai.

53

Page 3: Babv Kedewasaan Berislam

dia dibunuh. Dan barang siapa yang belum tumbuh (bulu kemaluannya), maka dia akan tetap

hidup. Dan aku merupakan salah seorang dari mereka yang dibiarkan hidup. (HR.At-Tirmidzi

dan An-Nasa'i).

Secara umur kalender, batas masa usia pubertas adalah 15 tahun,

sebagaimana Sabda Nabi saw:

Dari Ibnu Umar ra, dia berkata: "Aku menghadap Rasulullah saw, untuk

ikut serta dalam pasukan perang. Ketika itu aku masih berusia empat belas

tahun. Namun Rasulullah saw menolak aku. Pada tahun berikutnya, aku

kembali mengajukan diri untuk ikut dalam pasukan perang. Ketika itu aku

sudah berusia lima belas tahun, maka beliaupun menerimaku." (HR. Bukhari,

Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, dan an-Nasa'i)

2. Kedewasaan dalam konsep Psikologi-Islami

Dewasa, dalam tinjauan psikologi Barat (psikoanalisa) dikenal dengan

istilah adult berasal dari bahasa latin adultus berarti telah tumbuh menjadi

kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Hurluck,1992).

Oleh karena itu orang yang disebut dewasa adalah individu yang telah siap

menerima kedudukan dalam masyarakat.

Dalam hukum Islam lebih kedewasaan secara psikologis dapat

didentifikasi melalui kajian maqasyidu al syar'i (latar belakang, maksud, dan

sasaran hukum) istilah mukallaf. Secara etimologi mukallaf merupakan derivasi

dari kata kallafa yang maknanya adalah membebankan. Menurut ushul fiqh

mukallaf ialah orang yang telah dianggap mampu bertindak hukum, baik yang

berhubungan dangan perintah Allah maupun larangan-Nya. Mukallaf berarti

orang yang berlaku hukum padanya (mahkum alaih).

Mukallaf merupakan subyek hukum syar'i. Semua yang berkaitan dengan

aktivitas mukallaf memiliki implikasi hukum dan karenanya harus

dipertanggung jawabkan, baik di dunia maupun di akhirat. Pembebanan ini tentu

memiliki dasar taklif (pembebanan) sebagai syarat berlakunya taklif pada

seseorang muslim. Secara prinsip, hukum Islam menyaratkan pentaklifan

(pembebanan) pada dua syarat, yaitu: Pertama, seseorang harus dapat

memahami dalil taklif (pembebanan). Artinya ia harus memahami nash-nash

hukum yang dibebankan al-Qur'an dan as-Sunnah baik yang langsung maupun

54

Page 4: Babv Kedewasaan Berislam

melalui perantara; guru, buku, dst. Sebab orang yang tidak dapat memahami

dalil-dalil taklif (langsung atau tidak langsung) maka pasti tidak akan mampu

melaksanakan tuntutan (kewajiban) dan tujuan pembebanan tidak akan tercapai.

Sementara kemampuan untuk memahami dalil itu hanya diperoleh melalui akal,

sehingga pembebanan dapat diterima oleh akal mereka. Sebab akal adalah alat

untuk mengetahui dan memahami sesuatu. Jadi syarat pertama taklif adalah

haruslah berakal dan paham.

Kedua, harus cakap bertindak (ahli) dengan sesuatu yang dibebankan

kepadanya. Anak kecil dan orang gila berarti tidak kena delik hukum, sebab dia

belum memiliki kecakapan.

Sebagai contoh:

Seorang anak kelas IV SD, belum mampu memahami dan belum cakap

menjalankan terhadap apa-apa yang diajarkan oleh Al-Qur'an (baik lansung

maupun melalui perantara (gurunya) sehingga dia tidak tahu kalau al-Qur'an

melarang pacaran, lalu ia pacaran. Maka dia tidak dapat dibebani hukum itu dan

aktivitas pacarannya tidak layak dimintai pertanggungjawaban baik di dunia

maupun di akhirat.

Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat dirumuskan indikator-indikator

kedewasaan yaitu:

1. Secara psikis seseorang telah memiliki;

a. Akal sehat dan sempurna, sehingga ia dapat memahami nash-nash (dalil-

dalil) baik secara langsung maupun melalui perantara, tentang beban-

beban hukum (syar'i)

b. Kemandirian sikap dalam mengambil keputusan yang didadasar pada apa

yang dia pikirkan dan pahami. Tidak tergantung pada keputusan orang

lain (plinplan).

c. Rasa tanggung jawab terhadap resiko apapun dari apa yang telah ia

putuskan dan ia lakukan. Bukan pengecut.

2. Secara pisik telah memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan/perbuatan.

C. KEDEWASAAN NABI MUHAMMAD SAW

55

Page 5: Babv Kedewasaan Berislam

Sumber utama pembentukan kepribadian generasi muslim adalah

keteladanan Nabi Muhammad saw. Ukuran kedewasaan, baik dalam pemikiran

(fikrah), sikap, maupun tindakan atau perbuatan, harus berkiblat pada pribadi beliau.

Sebagai mana difirmankan Allah, Dzat Pendidikan Muhammad dan Pendidik alam

semesta;

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah (Muhammad saw) teladan yang terbaik bagimu, yaitu

bagi orang-orang yang mengharap (rahmat ) Allah dan kedatangan hari kiyamat dan dia banyak

menyebut Allah “. (Q.S Al-Ahzab (33) : 21 )

Pribadi paling utama ini merupakan hasil dari paradigma pendidikan paling

unggul yang dirancang oleh Allah, sangat menarik untuk dikaji. Hal ini diakui

sendiri oleh Rasulullah dalam haditsnya :

8ى6 :ن :د>ب @ي6 ا ب ن: ر: ح6س:: 8ب6ي ف:أ د8ي

6 :أ ) مسلم ( رواه ت

“Tuhanku telah mendidikku, maka menjadikan pendidikanku sebagai yang terbaik” (HR

Muslim)

Para ilmuwan dan pendidik bahkan tokoh besar dunia mengakui sebagai

pribadi paling utama dan paling dikagumi ummat manusia, baik kawan maupun

lawan.

56

Page 6: Babv Kedewasaan Berislam

2. TAHAP-TAHAP PENDEWASAAN NABI MUHAMMAD SAW

Tahap-tahap pendidikan menuju kedewasaan, menuju kerasulannya, menjadi

sangat penting untuk diketahui dalam kajian ini, walaupun seakan terlupakan oleh

para pengagumnya, karena hampir semua terfokus pada sepak terjang Nabi sejak

berumur 40 tahun, berkaitan dengan tugas-tugas kerasulannya. Secara garis besar

pengalaman hidup Muhammad dapat dibagi menjadi lima proses pendewasaan

melalui pengalaman hidupnya, yakni proses pendidikan dengan ber-yatim piyatu,

bergembala kambing, berdagang, dan ber-Khadijah, berkhalwat ; barulah dia

berdakwah.

Perjalanan hidup kenabian ini niscaya memiliki makna yang sangat dalam dan

penuh dengan muatan-muatan “kurikulum” bagi terbentuknya kedewasaan

pemikiran, sikap dan tindakan bagi hamba-Nya yang paling utama, demi suksesnya

tugas risalah yang dibebankan padanya. Namun seluruh rahasia itu, hanya Allah

SWT yang menguasainya, manusia hanya mampu meraba dengan ketajaman

rasionalnya. Hikmah di balik pengalaman hidup Nabi tersebut sebagai berikut :

mustadz’afin (kaum lemah) terutama anak yatim. Muhammad sejak bayi hingga

berumur 6 tahun (Ahmad) harus dapat merasakan betapa sedihnya, betapa rentannya

kondisi psikologis seorang anak yatim yang sangat merindukan kasih sayang dan

perlindungan Seorang Bapak. Nampaknya Allah bermaksud menanamkan jiwa mandiri

sekaligus rasa empati yang kuat pada diri Muhammad terhadap kaum dhu’afa’. Di sisi

lain Allah ingin memproteks anak pilihan ini dari berbagai pemikiran dan budaya

negatif (kejahiliyahan) yang sangat efektif pengaruhnya melalui bapak dan ibunya.

Yang tidak kalah pentingnya, betapa besarnya siatuasi keyatiman ini berpengaruh bagi

terbentuknya independensi dan kemandirian anak calon pemimpin besar. Hikmah dari

pengalaman ini adalah bahwa pendidikan harus bermuatan melatih kepekaan, empati,

kemandirian dan self konfident sejak dini.

57

Pertama, ber-yatim-piyatu

Sosok seorang bapak adalah laksana “sosok tuhan” bagi anak sebelum mengenalkan Tuhan yang sesungguhnya. Namun, nampaknya tidak demikian bagi calon seorang rasul yang nantinya harus berperan sebagai pelindung dan pembela kaum

Page 7: Babv Kedewasaan Berislam

Sebagai gambaran, terutama bagi yang tidak pernah menggembala kambing,

bahwa sifat-sifat negatif kambing memiliki kemiripan dengan karakteristik sifat

negatif manusia. Sedangkan setiap rasul bertugas “menggembala” ummatnya.

Menggembala kambing merupakan kurikulum pelatihan ketabahan dan kesabaran

serta kepemimpinan. Kesulitan umum setiap penggembala kambing adalah disebabkan

ia susah diarahkan. Sifat kambing jika berjalan walaupun berpuluh-puluh kali melewati

satu jalan ada di depan penggembala, ia tidak bisa berjalan lurus, cenderung untuk

menyimpang. Jika ia diikat dan ditarik, maka ia akan berhenti. Susah sekali untuk

hidup dengan bersih dari kotorannya sendiri. Ia suka membandel, dan tumpul

perasaanya. Muhammad berada di tengah-tengah padang pasir, bersama budak-budak

dan orang miskin dengan medan yang amat keras. Penggembala harus berlari,

melompat, menyatu dengan alam.

Hikmahnya adalah betapa pentingnya pendidikan memberikan kecakapan pada

anak dalam memimpin, keuletan dan kesabaran melalui latihan-latihan nyata dalam

peran-peran sosialnya, berorganisasi dan keterlibatan dalam urusan dakwah.

Pendidikan juga harus mematangkan fungsi-fungsi fisik dan ketahanannya(tahan

banting) dalam menghadapi kondisi medan dan cuaca yang buruk, panasnya terik

matahari, dan badai gurun yang menyesakkan dada. Selama hampir tiga tahun dia

bergembala kambing.

menikah dengan janda kaya.Terkesan Muhammad hanya dompleng kesuksesan

dagangnya seorang janda bernama Khadijah. Sungguh menyesatkan dan jauh dari

realita. Yang benar adalah, bahwa menjelang kedewasaanya Muhammad harus

membuatnya memiliki kemandirian dan kekuatan ekonomi (quwwatul maal). Umur 5-8

tahun sudah dapat pendapatan dati menggembala kambing, umur 12 tahun ia

melakukan perjalanan bisnis ke syiria dengan pamannya Abu Thalib, dengan jarak

58

Kedua, bergembala kambing.

Yang menarik, mengapa harus menggembala kambing?

Mengapa bukan binatang lain? Mengapa hampir setiap rasul

Allah pernah menggembala kambing?

Ketiga,

berdagang.

Banyak yang tidak membaca atau mengangkat prestasi

Muhammad dalam kesuksesan bisnisnya. Bahkan sebaliknya,

sesekali terdengar justru memberikan kesan negatif terhadap

beliau; Muhammad

Page 8: Babv Kedewasaan Berislam

ribuan km. Dengan modal kredibilitas yang tinggi, kejujuran, kommitment,

kepercayaan (trust), ketelitian dan kehandalan negosiasi, serta kerja keras,

Muhammad tumbuh dan berkembang pesat menjadi pengusaha muda yang dikenal

luas kalangan bisnis antara Mekkah hingga Syiria. Muhammad muda umur 25 tahun

sudah terhitung 18 kali perjalan bisnis antar negara. Muhammad terkenal sebagai

pengusaha yang sangat professional (Gymnastiyar, Abdullah, 2004) Sehingga Khadijah;

seorang pengusaha janda sukses dan kaya raya, investor tertarik dengan executif muda,

Muhammad dan akhirnya menikah dengannya. Yang lebih mengagumkan lagi, dengan

kesuksesannya Muhammad muda mampu memberikan mahar kepada Khadijah dengan

100 ekor unta, jika harga tiap 1 ekor unta @ Rp. 10.000.000,- maka setara dengan Rp.

1.000.000.000,00 .

Hikmah dari pengalaman Muhammad ini mengharuskan pendidikan untuk

bermuatan latihan-latihan untuk memiliki kemadirian ekonomi dan produktivitas,

sehingga mempercepat kesiapan mereka untuk membangun keluarga.

kekuatan atau dorongan negatif yang paling susah dikendalikan. Dalam keadaan single,

sementara kebutuhan biologis semakin memuncak akan membuat dalam konsisi psikis

yang labil. Dan hanya dengan nikah semau gejolak itu secara efektif dan positif dapat

diatasi. Oleh karenanya untuk kecepatan mencapai kematangan kepribadian dan stamina

keimanan, maka pernikahan tidak boleh ditunda-tunda. Kelurga adalah unsur terkecil

dan inti dari sebuah masyarakat. Seluruh aspek kehidupan terpancar dari fondasi

kehidupan keluarga; kepemimpinan, kesabaran, kasih sayang, ketaatan agama, dst.

Sebelum sukses membangun keluarga, mustahil akan sukses membangun masyarakat.

Pasangan Muhammad dengan khadijah telah terpilih sebagai suri tauladan dalam

dakwah yang paling mulia. Hikmahnya ialah, setiap proses pendidikan harus

memberikan pembekalan ketrampilan dan kesiapan mental untuk semakin ikhlas dan

tabah, serta sabar dalam mengemban kewajiban dakwah, yang bersifat fardlu

‘ain(Umar, Hussen 2001: 1)

59

Keempat, ber-Khadijah;

Menikah/ berkeluarga adalah sebuah fase kehidupan manusia

yang sarat dengan kurikulum pendewasaan batin dan emosi

yang sangat efektif. Sebab godaan nafsu syahwat, adalah

Kelima, berkhalwat

Berkhalwat adalah mengasingkan diri tipu daya kehidupan dunia

yang serba penuh ketidak pastian, untuk mencari pencerahan.

Page 9: Babv Kedewasaan Berislam

Ini menyangkut kebutuhan hidup yang paling hakiki, yang paling menentukan

kebahagiaan hakiki pula. Setelah mengalami “gemblengan” yang integral, yang

mengoptimalkan potensi fitrah jasmani (ketrampilan fisik), rasional (IQ) dan emosi

(EQ), masih ada satu lagi potensi fitrah Muhammad yang harus dioptimalkan demi

terciptanya Insan kamil (tauladan yang terbaik) yaitu kecerdasan spiritual (SQ) Atau apa

yang disebut oleh V.S Ramachandran dan Michael Papersinger, Ian Marchal, dengan

God Spot (Ginanjar agustian, Ary: xxxix)

Berangkat dari kegelisahan Muhammad terhadap keganjilan-keganjilan,

kebodohan, dan ketimpangan social, maka nuraninya menuntunnya untuk mencari

Tuhannya. Muhammad pun tidak tahu dengan kacamata apa ia harus membaca situasi

dan fenomena kehipuan masyarakatnya. Sehingga dia mencoba keluar dari kotak gelap

dan melihat dari luar (outbox) agar dapat melihat persolan lebih utuh dan obyektif.

Pada akhirnya dengan berkhalwat, ia mendapati hidayatuddin, yakni Wahyu Allah.

Muhammad dan ummatnya harus membaca atau melihat segala sesuatu dalam

memaknai tentang apa itu hidup, untuk apa hidup, dan ke mana akhirnya hidup ini

dengan kacamata (nama) Tuhan semata; dalam rangka ibadah.

Sebagai mana tersurat pada firmannya :

� أ ر� م� ا�ق� ب ك� ب�اس� ذ�ى� ر� ق� ال��� ل��� ق�{1} خ� ل��� ان� خ� ق� م�ن� ا�ال�ن�س��� {2} ع�ل���� أ ر� ا�ق���

ب#ك� ر� م% و� ل�م� ب�ا ع�ل�م� أل�ذ�ى�{3} ا�أل�ك�ر� ان� ع�ل�م�{4} ل�ق� ا ا�ال�ن�س��� } ي�ع�ل�م� ل�م� م���

5}

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia

dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia

dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

( Q.S. Al-‘Alaq (96) : 1-5)

Hikmah dari pengalaman berkhalwat, maka pendidikan harus memberikan

perhatian yang penuh pada penjernihan hati (qalbu) melalui latihan-latihan ibadah

yang benar dan dihayati. Sehingga ritualitas ibadah akan berbuah pada spiritualitas.

Pendidikan harus mengantarkan anak untuk menemukan makna dari setiap aktivitas ;

yakni semata-mata dalam kerangka untuk beribadah kepada Allah, secara ikhlas. Dan

inilah tujuan dari dakwah yang dibebankan kepada Rasulullah dan para pengikutnya.

60

Page 10: Babv Kedewasaan Berislam

3. Teladan Kematangan Phisik Rasulullah saw

Sekali pandangan seseorang terpaut pada diri Rasulullah saw, maka ia merasa

kan dihadapkan suatu keindahan yang mencengangkan, sukar dicari, bandingannya.

Secara lahiriyah saja sudah menumbuhkan kepercayaan yang utuh terhadap beliau.

Dan inilah semacam kesepakatan yang dilontarkan orang-orang yang pernah

menyaksikan belaiu.

Beberapa kesaksian Para Sahabat :

- Ad-Darimi dan Baihaqi yang diriwayatkan dari Jabir bin Samarah; ia berkata :

”Aku pernah melihat Nabi pada suatu malam”. Aku memandang belaiau dan

memandang bulan secara bergantian. Sungguh beliau lebih indah dari pada

rembulan dalam pandanganku”

- Abdullah bin Imam Ahmad dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ali bin Abi

Thalib, ia berkata: ”Badan Nabi tidak terlalu tinggi, namun di atas rata-rata.

Bila mendatangi sutu kaum, beliau membanjirinya dengan rona wajah yang

bereri. Ukuran kepala belaiu besar, rambutnya panjang, matanya hitam, dan

butir-butir keringat wajahnya seakan-akan manik-manik mutiara. Belum pernah

kulihat sebelum dan sesudahnya orang seperti beliau.”

- Bindun binti abu Halah menguraikan sifat Rasulullah dengan panjang lebar:

”Badan Rasulullah besar perkasa, wajahnya berkilau laksana pijar rembulan di

malam purnama. Besar ukuran kepalanya, rambutnya berombak. Warna kulitnya

putih berseri, lebar dahinya, lebat alisnya serta panjang, tapi pangkal keduanya

tidak sampai bertemu. Diantara keduanya ada jarak berupa lekukan-lekukan

yang seakan mengusir kesan marah. Mancung hidungnya, seakan disana ada

sinarnya. Janggutnya lebar dan matanya hitam. Kulit pipinya halus. Mulutnya

lebar. Giginya putih mengkilat dan agak renggang. Rambutnya lembut.

Lehernya jenjang dengan postur tubuh yang kekar dan gempal. Perut dan

dadanya rata. Dadanya bidang, begitu pula bahunya. Lengannya panjang.

Lekukan telapak kakinya lebar serta tebal. Jari-jarinya panjang. Lekukan telapak

kakinya sedang. Jalannya cepat sekali, seakan melintasi jalan menurun. Apabila

menoleh, semua anggota badannya ikut bergerak. Ia lebih banyak memandang

ke tanah dari pada memandang ke langit.... ” Dan apabila beliau memegang

61

Page 11: Babv Kedewasaan Berislam

seseorang, pasti ia akan merasakan perasaan damai yang menakjubkan dan

seakan sentuhan rohani yang aneh.”

- Ad-Darimi meriwayatkan dari ibnu Umar, ia berkata: ” belum pernah aku

meluhat orang yang lebih pemberani, murah hati dan berseri wajahnya dari pada

Rasulullah”.

- Ahmad dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari mahrasy al-Ka’bi, ia berkata: ” Pada

suatu malam Nabi melakukan umrah di ji’ranah. Lalu aku melihat punggungnya,

seakan-akan beliau adalah leburan perak.”

- Ahdan meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Waqash, ia berkata: ”Aku sedang

sakit di Makkah. Lalu Rasulullah masuk ke rumahku untuk menjenguk. Belaiu

meletakkan tangan di kening lalu dusapkannya ke wajah, dada dan perutku.

Masih dapat kurasakan leusan dingin di dlam qalbuku walau sudah berlalu satu

jam lalanya.”

- Asy-Saukani meriwayatkan dari Anas, ia berkata: ”Aku belum pernah

menyentuh kain beludru dan sutra yang lebih lembut dari telapak tangan

Rasulullah. Dan aku belum pernah mencium bau minyak wangi yang dan anbar

(jenis minyak wangi) yang lenih harum dari aroma Rasulullah.”

4. Indikator keteladanan kedewasaan Rasulullah saw (Akhlak Rasulullah )

a. Akhlaq Fundamental

Setiap rasul dan nabi harus memiliki empat sifat dasar (akhlak dasar),

sehingga ia layak sebagai pembawa risalah. Sifat-sifat (akhlak) dasar tersebut ialah:

1. Pemikir yang cemerlang. Seorang

Rasul harus memiliki kemampuan berfikir yang prima, cerdik dan pandai, agar ia

mampu menerima informasi dan cepat memehaminya secara sempurna, kemudian

menyodorkan alasan-alasan yang kuat.

2. Kemandirian: Istiqamah, tegar dan

tabah melaksanakan perintah Allah dan tidak menyelewengkannya, sekalipun

62

Page 12: Babv Kedewasaan Berislam

menghadapi kemarahan, intimidasi, siksaan, tipu daya, makar dan persekongkolan

orang-orang yang menentangnya.

3. Rasa tanggung jawab: Memegangi

janji, yang tidak akan luntur dalam kondisi apapun jua. Jika setiap perkaranya dicek,

tentu akan sesuai dengan realita yang ada. Bila ia berjanji dan bersumpah ataupun

memberi kabar berlainan dengan realitas, maka pengakuan kerasulan menjadi gugur

dari dasarnya. Seorang rasul harus memiliki safat jujur, tidak kata yang mengandung

kebatilan, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun juga.

4. Keharusan bertindak secara

sempurna (ahli) terhadap apa yang diserukan kepadanya sebagai wakil Allah.

Konsekuensi kerasulan adalah menyampaikan kepada manusia segala hal yang telah

dilimpahkan Allah kepadanya. Kalau rasul tidak menunaikan kewajiban ini maka,

bebarti menunjukkan ketidakmampuannya mengemban tugas. Berarti menunjukkan

kebohongan risalahnya. Sebab sebagai rasul yang mempunyai hubungan langsung

dengan-Nya, tentu lebih tahu keagungan-Nya. Dengan demikian ia tidak boleh

menjadi pioner pengingkar Allah. Pengingkaran terhadap Allah merupakan

penghianatan dan satu perbuatan tidak jujur. Sifat seperti ini tidak layak dimiliki

oleh orang yang membawa risalah Allah.

b. Gambaran umum Akhlak Rasulullah

Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati

nuraninya. 'Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma

seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

'Aisyah radhiyallahu 'anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat

tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.

Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:

Rasulullah bukanlah seorang yang keji, dia tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang

63

Page 13: Babv Kedewasaan Berislam

yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan

sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad)

Demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini

yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta

selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau. Al-Husein

cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya

kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: "Beliau

shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah

hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang

cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang

mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi

undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: "riya',

berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat." Dan beliau menghindarkan

diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak suka mencela atau memaki orang

lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk

suatu maslahat yang bernilai pahala." Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau

membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi

burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka

tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau,

mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka

disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila

mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi

orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau,

sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan

orang asing seperti itu guna memetik faedah.

Beliau bersabda: "Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari

kebutuhannya, maka bantulah dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang

kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan

seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan

pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis." 

(HR. At-Tirmidzi)

64

Page 14: Babv Kedewasaan Berislam

Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini

shallallahu 'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-

sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.

Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan

perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah:

"Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka."

(HR. Al-Bukhari)

Di antaranya juga:

"Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-

nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah

shallallahu 'alaihi wasallam." (Muttafaq 'alaih).

Dan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:

"Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam,

berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)

Demikian pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam :

"Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu." (HR. Abu Daud)

Diriwayatkan juga dari beliau:

"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas

bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada

jarak timur dan barat." (Muttafaq 'alaih)

65

Page 15: Babv Kedewasaan Berislam

c. Contoh Kasus: Akhlak Dalam Membina Rumah Tangga Rasulullah 

Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri,

pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda:

"Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang

shalihah." (Lihat Shahih Jami' Shaghir karya Al-Albani)

Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 

dan keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil 'Aisyah radhiyallahu 'anha

dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa

serasa melayang-layang.

Aisyah radhiyallah 'anha menuturkan: "Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu

'alaihi wasallam  berkata kepadanya:

 

"Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ), Malaikat Jibril shallallahu

'alaihi wasallam  tadi menyampaikan salam buatmu." (Muttafaq 'alaih)

Bahkan beliau  shallallahu 'alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling

sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh

yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan

hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau

shallallahu 'alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-

idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki

kedudukan terhormat di samping suaminya.

Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:

66

Page 16: Babv Kedewasaan Berislam

Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku

minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil

potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya." (HR. Muslim)

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum

munafikin atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan

palsu dan pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam

lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.

Diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian

berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang

tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki

kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam pernah menjawab pertanyaan 'Amr bin Al-'Ash radhiyallah 'anhu seputar

masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal

yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.

Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Rasulullah

shallallahu ' alaihi wasallam : "Siapakah orang yang paling engkau cintai?" beliau

menjawab: "'Aisyah!" (Muttafaq 'alaih)

Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia

memperhatikan kisah- kisah 'Aisyah radhiyallah 'anha bersama Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

membahagiakan 'Aisyah radhiyallahu 'anha.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata:

 "Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari satu bejana."

(HR. Al-Bukhari)

67

Page 17: Babv Kedewasaan Berislam

Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau

manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang

dibolehkan.

Aisyah radhiyallah 'anha mengisahkan:

Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada

waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan

rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau

berkata kepadaku: "Kemarilah! sekarang kita berlomba lari." Aku pun meladeninya dan akhirnya aku

dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi.

Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah

lawatan. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu.

Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau

tertawa seraya berkata: "Inilah penebus kekalahan yang lalu!" (HR. Ahmad)

Sungguh! merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah

perhatian yang sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih

dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari.

Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata:

"Inilah penebus kekalahan yang lalu!"

Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan

orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia,

pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim.

Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa

kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap

seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para

Ummahaatul Mukiminin radhiyallah 'anhum. Kedudukan beliau sebagai pemimpin

pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang

diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi para

istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan

bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.

68

Page 18: Babv Kedewasaan Berislam

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu

'anha. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam  mengulurkan tirai di dekat unta yang akan

ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah 'anha dari pandangan orang.

Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan

Shafiyyah radhiyallah 'anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.

Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan

ketawadhu'an beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selaku pemimpin yang

berjaya dan seorang Nabi yang diutus memberikan teladan kepada umatnya bahwa

bersikap tawadhu' kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu

pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan

kedudukan beliau.

D. PROTOTYPE KEPRIBADIAN ANAK DIDIKAN GENERASI SALAF (AWAL

ISLAM)

Sebagai acuan kedewasaan perlu ditampilkan sosok (prototype) generasi yang

menjadi parameter kedewasan. Sekaligus untuk menjadi acuan materi atau kurikulum

serta metode pendidikan yang baik untuk membentuk kedewasaan, terutama dalam

beragama. Beberapa yang terekam dalam sejarah Islam dan hadits-hadits, diantaranya :

(Nasih Ulwan, Abdullah, 1990: 328)

1. Muslim meriwayatkan dari Sahal bi Sa’ad as-Sa’idi ra., bahwa Rasulullah saw

membawa minuman lalu meminumnya. Sedang di sebelah kanan Beliau ada anak

kecil, dan di sebelah kirinya ada orang yang berumur.

Beliau bertanya kepada anak kecil itu, “Apakah engkau mengizinkan aku memberi

sesuatu kepada mereka ?”

Anak kecil itu menjawab ,”Tidak, demi Allah. Aku tidak akan mengutamakan

seseorang untuk mengambil bagianku darimu” .

69

Page 19: Babv Kedewasaan Berislam

2. Bukhari meriwayatkan dari Abu Abbas ra. – ketika itu ia belum mencapai usia

dewasa (baligh)- bahwa ia berkata :

“Umar ra. – pada masa kekhalifahannya – memasukkan aku bersama

pembesar-pembesar perang Badar ke forum musyawarah. Seakan-

akan seorang diantara mereka marah, lalu berkata, “Mengapa

anak itu masuk bersama kita, sedangkan kitapun mempunyai

anak-anak seperti dia ? Umar berkata, “ Sesungguhnya ia adalah

orang yang telah kalian ketahui 2) Kemudian pada suatu ketika ia

memanggilku dan memasukkan aku bersama mereka. Aku

berpendapat bahwa ketika ia memanggilku hanya untuk

memperlihatkan kepada mereka. Ia (Umar) berkata , “Apa yang

kalian katakan tentang firman Allah : Apabila telah datang

pertolongan Allah dan kemenangan ….. ? “

Dan sebagian mereka berkata , “Kita diperintahkan untuk

memuji Allah dan memohon ampunan-Nya apabila kita diberi

pertolongan dan kemenangan”, sedangkan sebagian lainnya

terdiam, tidak berkata sepatah katapun. Kemudian ia bertanya

kepadaku (Ibu Abbas), “Apa engkaupun berkata demikian, wahai

Abu Abbas ?’ Aku menjawab, “Tidak “. Ia bertanya, lalu apa yang

engkau katakan? Aku menjawab, “Itu tanda ajal Rasulullah saw.

Yang diberitakan kepada Beliau” . Dikatakan, “Apabila telah datang

pertolongan Allah dan kemenangan … , itu adalah tanda ajalmu.

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun

kepada-Nya, Sesungguhnya Ia maha penerima taubat”. Maka Umar

ra. berkata, “Aku tidak mengetahuinya, kecuali setelah mendengar

perkataanmu “.

Ini contoh kematangan berfikir kedalaman ilmu dan kearifan

seorang anak yang belum baligh di masa sahabat.

3. Suatu ketika Amirul Mukminin (Orang nomor satu di negara

Madinah yang Besar), Umar bin Khattab berlalu di sebuah jalan

2 Yakni termasuk orang-orang yang khusus didoakan oleh Nabi saw, “Ya Allah, pahamkanlah dia terhadap agama dan ajarkanlah ta’wil kepadanya”.

70

Page 20: Babv Kedewasaan Berislam

kota Madinah. Di sana ada anak-anak yang sedang bermain

diantara mereka ada Abdullah bi Zubair yang juga seorang anak

yang sedang bermain. Anak-anak itu lari, karena takut kepada

Umar, kecuali dia (Ibnu Zubair) yang tinggal diam tidak ikut lari.

Ketika Umar sampai kepada Zubair, Umar bertanya bertanya

kepadanya, “Mengapa engkau tidak lari bersama mereka ?”

Dengan segera Zubair menjawab, “Aku tidak bersalah, maka tidak

perlu aku lari darimu. Dan jalan ini tidak sempit, maka tidak perlu

aku memperluas untukmu” .

Subhanallah ! ini menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi,

kemandirian sikap, kematangan rasional, efektivitas bahasa, dan

kemantapan kepribadian yang telah dicapai oleh anak yang belum

baligh sekalipun.

4. Pada suatu hari raya, Umar Bin Abdul ‘Aziz ra. (seorang khalifah

Bani Umayah yang paling jaya) melihat anaknya (putra mahkota)

yang yang belum baligh, mengenakan pakaian lama, sehingga

berlinang air matanya. Sang anak melihat ayahnya lalu bertanya,

“Mengapa engkau menangis wahai Amirul Mukminin?”

Amirul Mukminin menjawab, “Wahai anakku, jika hatimu akan

hancur ketika anak-anak lain melihatmu mengenakan pakaian

yang telah lama ini!”

Sang anak berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya tidak

akan hancur kecuali hati orang yang tidak mendapatkan keridlaan

Allah atau mendurhakai ibu dan ayahnya. Dan aku sungguh sangat

mengharapkan keridlaan Allah Ta’ala dengan keridlaanmu “.

71

Page 21: Babv Kedewasaan Berislam

Sikap kecendiakiawanan, kematangan spiritual, dan kejujuran,

kebersihan, kesederhanaan, keadaban anak seorang khalifah

(presiden) yang belum baligh, begitu mengagumkan ! dan tidak

akan pernah ditemukan di zaman modern didikan Barat ini, dan

pendidikan yang terbaik di dunia sekalipun.

5. Pada awal khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz, datanglah utusan dari

seluruh tanah air untuk mengucapkan selamat kepadanya. Dari

para utusan orang Hijaj, tampil seorang anak kecil yang usianya

belum mencapai sebelas tahun untuk mewakili mereka berbicara.

Umar berkata kepadanya, “Kembalilah engkau dan suruhlah orang

yang lebih tua dari pada kamu untuk berbicara!”

Anak kecil itu berkata, “Allah telah menguatkan Amirul Mukminin

dengan kekecilan hati dan lisannya. Jika Allah memberikan lisan

yang berbicara dan hati yang memelihara kepada seorang hamba,

maka hamba ini berhak untuk berbicara . Dan jika yang

dipersoalkan – wahai amirul mukminin- adalah usia, maka sudah

barang tentu di dalam ummat ini ada yang lebih berhak dari

padamu untuk memengku jabatanmu ini”.

Umar terkejut dengan pembicaraan itu, lalu ia mengucapkan sya’ir

:

Belajarlah

Karena seseorang itu tidak dilahirkan sebagai seorang ‘alim

Dan tidaklah sama orang yang berilmu itu dengan orang yang

bodoh

Dan sesungguhnya pembesar kaum itu

Apabila ia tidak mempunyai ilmu

Maka ia adalah kecil

Apabila berada dalam pertemuan-pertemuan

72

Page 22: Babv Kedewasaan Berislam

6. Buku-buku kesusasteraan Arab menceritakan bahwa seorang anak

kecil berbicara di hadapan khalifah al-Ma’mun, dan jawaban-

jawaban yang diberikan oleh anak kecil itu sangat baik

Al-Ma’mun bertanya kepadanya, “Anak siapa engkau?”

Anak kecil itu menjawab, “Aku Adab (sopan santun) wahai Amirul

Mukminin!!”

Al-Ma’mun berkata, ”Ya keturunan” .

Anak kecil itu menyenandungkan sya’irnya :

Jadilah engkau putra yang engkau sukai

Dan peganglah sopan santun

Niscaya orang yang dipujinya

akan membuatmu tidak butuh kepada keturunan

Sesungguhnya pemuda itu adalah yang berkata ,

“Inilah aku!”

Bukanlah pemuda itu yang berkata,

“Itulah Ayahku!” .

7. Di masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik terjadi musim

kemarau di dusun-dusun. Kemudian datang orang-orang Arab

menghadap Hisyam , namun mereka takut berbicara. Diantara

mereka ada seorang anak kecil bernama Wirdas bin Habib. Mata

Hisyam melihat mata anak kecil itu lalu berkata kepada orang

yang menghalanginya, “Siapa saja yang ingin menghadapku,

kupersilakan untuk masuk, termasuk anak-anak kecil”.

73

Page 23: Babv Kedewasaan Berislam

Anak kecil itu berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, kami telah

tertimpa musibah selama tiga tahun : tahun pertama, lemak-lemak

mencair, tahun kedua daging-daging habis dimakan, dan tahun

berikutnya tulang-tulang dibersihkan dari sumsumnya. Jika harta-

harta itu milik Allah, maka bagikanlah kepada hamba-hamba-Nya.

Jika harta itu milik mereka maka atas dasar apa engkau

menahannya dari mereka? Dan jika harta itu milikmu, maka

sedekahkanlah kepada mereka, karena sesungguhnya Allah kan

memberikan balasan kepada orang-orang yang bersedekah, dan

tidak akan menyia-nyiakan pahala oring-orang yang berbuat

kebaikan”.

Hisyam mengatakan, “Tidak ada udzur yang ditinggalkan anak ini

bagi kita di dalam setiap tahun itu”. Kemudian Hisyam

memerintahkan untuk memberi orang-orang desa sebanyak

seratus dinar dan Wirdas sendiri mendapat seratus ribu dirham.

Anak kecil itu menjawab, “Kembalikanlah ia (bagianku) kepada

orang-orang Arab wahai Amirul mu’minin. Karena aku khawatir

bagian itu tidak mencukupi mereka”.

Hisyam bertanya, “Apakah engkau tidak membutuhkan? “

Anak kecil itu menjawab, “Aku tidak mempunyai kebutuhan khusus

untuk pribadiku selain kebutuhan untuk seluruh kaum muslimin”.

Kemudian anak kecil itu (Wirdas) keluar, dan ia termasuk orang yang paling diantara

kaum itu.

Berdasarkan contoh-contoh kasus tersebut di atas, dapat

diambil beberapa kesimpulan tentang kualitas anak-anak generasi

salaf, yang sekalipun belum dewasa, sebagai berikut :

74

Page 24: Babv Kedewasaan Berislam

1. Dalam hal kecerdasan rasional; berfikir logis analitis, dengan

pemahaman dan penghayatan agama yang dalam luas.

Disampaikan dengan bahasa yang halus santun dan jelas.

Bahkan disertai sindiran-sindiran yang menyentuh kesadaran

dan akal rasional, sehingga tidak membuat lawan bicara

tersulut emosi. (contoh pada Ibnu Abbas, Abdullah bin Zubair,

anak dari Hijas),

2. Dalam hal sikap, mandiri dan bertanggung jawab, memiliki

ketenangan dalam merespon aksi (masalah), disertai

keberanian mengungkapkan isi hati dan ide. Kehalusan

perasaan, kepekaan sosial, adab yang tinggi. (Sebagaimana

ditunjukkan oleh Putra Umar bin Abdul Aziz, Wirdas bin Habib ,

anak kecil yang berdialog dengan Khalifah Al-Ma’mun.

3. Dalam hal bertindak, cepat, mantap tanpa ragu-ragu dan

tanggung jawab atas resiko apapun. Sebagaimana pada Wirdas,

Zubair, dan batapa banyak anak-nak zaman itu yang sekualitas

bahkan diatas kualitas mereka; Imam Syafi’I waktu kecil,

Bukhari waktu kecil, dsb.

Tidaklah berlebihan jika semua ini dinyatakan sebagai indikasi

kualitas pendidikan yang berlaku secara umum demikian sangat

tinggi dalam membentuk kepribadian anak. Sosok-sosok

kepribadian mereka yang demikian matang tidak akan terlahir

dari sistem-sistem pendidikan dengan kurikulum manapun di abad

modern saat ini. Hal ini karena mereka dibiasakan untuk bersikap

berani, menmani orang tua mereka untuk menghadiri majlis-majlis

umum, berkunjung ke rumah-rumah teman; terdorong untuk

berbicara di depan orang-orang besar, orang-orang cerdas dan

fasih, didorong untuk berbicara dengan khalifah dan pemimpin

(amir-amir) mereka; diasamping mereka diajak bermusyawarah

untuk memecahkan masalah umum dan masalah-masalah ilmiah,

di lembaga ahli pikir dan ulama. Waktu mereka tidak habis untuk

duduk di ruang-ruang kelas dan bertemu hanya dengan orang-

75

Page 25: Babv Kedewasaan Berislam

orang yang sejenis, jauh dari kehidupan riil, sebagaimana sistem

pendidikan saat ini.

Seluruh keberanian dan sopan santun (adab) ini, termasuk hal-

hal yang menanamkan dan menumbuhkan makna-makna

pemahaman dan kesadaran yang sangat terpuji di dalam jiwa

anak-anak, serta mendorong mereka untuk menaiki tangga-tangga

kesempurnaan dan membentuk kepribadian, kematangan

bersikap, berfikir dan bertindak.

Sekaligus mengingatkan para pendidik Muslimin, “Mengapa anda

merendahkan diri dengan jalan meniru-menjiplak paradigma

kedewasaan serta metode pendewasaan Barat tanpa seleksi terlebih

dahulu?”

Pesan Iqbal dalam syairnya :

Jangan kau gadaikan dirimu

Ke berbagai paberi gelas di belahan Barat!

Buatlan sendiri cawan dan gendimu

Walau dari tanah liat ( Saiyidan, 1986: 37)

Kembalilah kepada keaslian pemikiran, sikap dan tindakan suri

tauladanmu yang mulia dan menggumkan; Rasulullah dan generasi

salaf :

Apakah hakekat fikiran murni, sikap dan tindakan asli?

Ia adalah penggerak revolusi!

76

Kembali pada keaslian konsep kedewasaan

Dengan menampilkan dua teladan, teladan perkembangan kedewasaan Muhammad pra-kerasulan dan anak-anak generasi salaf, maka telah membuka mata para pendidik akan

Page 26: Babv Kedewasaan Berislam

Apakah hakekat pikiran, sikap dan tindakan murni?

Ia adalah kelahiran kembali kehidupan bangsa!

Ia adalah sumber mu’jizat hidup!

Yang mampu mengubah batuan granit menjadi pualam!

III. INTISARI

iv. evaluasi

77

1. Realitas menunjukkan bahwa saat ini terjadi krisis kedewasaan dikalangan generasi muda dalam berislam sebagai akibat system pendewasaan yang berstandar rendah.

2. Indikator kedewasaan seseorang tidak ditentukan oleh umur kalender, akan tetapi lebih pada karakter psikis yakni: akal (kemampuan dan kemauan berpikir), kamandirian sikap, dan rasa tanggung jawab. Dengan demikian bisa saja seseorang telah berumur 50 tahun yang masih kekanak-kanakan. Indikator ini dapat "disorotkan" pada keberislaman seseorang.

3. Rasulullah adalah pribadi yang paling dewasa di dunia ini. Sebab kurikulumnya dirancang dan dikontrol oleh Allah SWT secara langsung. Oleh karenanya paling layak menjadi teladan paradigma dalam proses pendewasaan genarasi saat ini.

4. Contoh-cotoh kepribadian generasi awal Islam bukti keberhadilan paradigma pendidikan karakter yang dicontohkan oleh Rasulallah saw.

1. Rumuskan permasalahan yang dihadapi generasi mahasiswa dalam hal krisis kedewasaan umumnya dan kedewasaan keberislaman khususnya.

2. Jelaskan defini dewasa menurut psikoanalisa Barat. 3. Jelaskan makna dewasa dalam tinjauan syar'i yang diidentifikasi dari kajian

maqasidus syar'i (maksud atau latar belakang hukum)!4. Sebutkan 4 indikator kedewasaan dan aplikasikan pada keberislaman anda

(mahasiswa, masyarakat). 5. Diskusikan: identifikasi perilaku-perilaku yang kekanak-kanakan di

keluarga, lingkungan kerja, kuliah dan masyarakat. 6. Sebutkan indikator kedewasaan utama pada diri Rasulullah saw!7. Berikan contoh-contoh kekaguman anda pada akhlaq Rasulullah saw; dalam

hubungan dengan keluarga, sahabat, masyarakat, dan sebagai pemimpin Negara.

8. Sebutkan fase-fase pendewasaan pada diri Ahmad/Muhammad menuju kerasulannya.

9. Berikan contoh-contoh prestasi kedewasaan yang terbentuk pada generasi sahabat sebagai hasil keunggulan pendidikan pendewasaan yang diterapkan Rasulullah saw!

Page 27: Babv Kedewasaan Berislam

REFERENSI

1. Al-Qur’anul Karim

2. Al-Badits (kutubusssittah)

3. Muhammad Ahmad Jad al-Maula Bik, 2004, "Muhammad saw Insan Teladan,

Pustaka Anisah, Rembang

4. Nasikh Ulwan, "Tarbiyatul Aulad", Pustaka mantiq, Solo.

5. Haekal, Muhammad Husein, 2007, "Sejarah Hidup Muhammad", Terjemahan:

Ali Audah, PT Pustaka Lentera Antar Nusa, Bogor.

6. Hawwa, Sayed, 2002, "Ar-Rasul Muhammad saw", CV. Pustaka Mantiq, Solo

7. Saleh, Khairul, Menunu Kedewasaan Berislam, Penerbit: BP Polines, 2005

78

Page 28: Babv Kedewasaan Berislam

79