babiv-analisis situasiakhir

43
Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur IV. Analisis Situasi KPHL Rinjani Timur 4.1. Kondisi Biofisik 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Timur secara administrasi berlokasi di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang meliputi Kecamatan Pringgabaya, Swela, Sambelia, Aikmel, Jerowaru, Sembalun dan Pringgasela. Secara geografis KPHL Rinjani Timur terletak antara 116 o 18’ 32” s/d 116 o 45’ 16” BT dan 8 o 15’ 59” s/d 8 o 54’ 56” LS, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat : Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah Sebelah Timur : Selat Alas Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 337/MENHUT- VII/2009 tanggal 15 Juni 2009 wilayah KPHL Rinjani Timur mencakup luas 37.589 Ha, yang terdiri dari hutan lindung 31.987 Ha dan hutan produksi seluas 5.602 Ha. Tabel 4.1. Luas Wilayah KPHL Rinjani Timur, Kabupaten Lombok Timur NO KELOMPOK HUTAN FUNGSI HUTAN LUAS (Ha) PERSENTASE (%) 1. Hutan Rinjani RTK 1 Hutan Lindung 27.319,67 73,71 Hutan Produksi 5.565 15,01 2. Petandakan RTK 9 Hutan Lindung 82,90 0,22 3. Kedatu RTK 10 Hutan Lindung 13,80 0,04 4. Rebanbela RTK 11 Hutan Lindung 8,50 0,02 5. Gong RTK 8 Hutan Lindung 33,60 0,09 6. Gili Lawang, Sulat dan Petagan RTK 14 Hutan Lindung 1.049,20 3,25 7. Sekaroh RTK 15 Hutan Lindung 2.834,20 7,65 1 - IV

Upload: christina-martha-mariana

Post on 14-Aug-2015

204 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

IV. Analisis Situasi KPHL Rinjani Timur

4.1. Kondisi Biofisik

4.1.1. Letak dan Luas

Wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Timur secara administrasi berlokasi di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang meliputi Kecamatan Pringgabaya, Swela, Sambelia, Aikmel, Jerowaru, Sembalun dan Pringgasela. Secara geografis KPHL Rinjani Timur terletak antara 116o 18’ 32” s/d 116o 45’ 16” BT dan 8o 15’ 59” s/d 8o

54’ 56” LS, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah Sebelah Timur : Selat Alas Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 337/MENHUT-VII/2009 tanggal 15 Juni 2009 wilayah KPHL Rinjani Timur mencakup luas 37.589 Ha, yang terdiri dari hutan lindung 31.987 Ha dan hutan produksi seluas 5.602 Ha.

Tabel 4.1. Luas Wilayah KPHL Rinjani Timur, Kabupaten Lombok Timur

NO KELOMPOK HUTAN FUNGSI HUTAN LUAS (Ha) PERSENTASE (%)

1. Hutan Rinjani RTK 1 Hutan Lindung 27.319,67 73,71Hutan Produksi 5.565 15,01

2. Petandakan RTK 9 Hutan Lindung 82,90 0,223. Kedatu RTK 10 Hutan Lindung 13,80 0,044. Rebanbela RTK 11 Hutan Lindung 8,50 0,025. Gong RTK 8 Hutan Lindung 33,60 0,096. Gili Lawang, Sulat dan

Petagan RTK 14Hutan Lindung 1.049,20 3,25

7. Sekaroh RTK 15 Hutan Lindung 2.834,20 7,65JUMLAH 37.063,67 100,00

Sumber : Peta Kawasan Hutan Provinsi NTB, 2010

1 - IV

Page 2: babIV-Analisis Situasiakhir

HL

HP

HL

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.1. Kawasan Hutan Kabupaten Lombok Timur

Wilayah KPH Rinjani Timur didominasi oleh Hutan Lindung (84,99%), oleh karena itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, wilayah pengelolaan KPH Rinjani Timur termasuk dalam kategori Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL). Konsekuensi dari penetapan sebagai KPHL adalah pengelolaan hutan pada kawasan ini cenderung pada upaya perlindungan/konservasi tanah dan air, pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan hutan produksi dilakukan dengan memegang teguh prinsip-prinsip kehutanan berkelanjutan.

Luas wilayah KPHL Rinjani Timur sampai dengan tahun 2012 meliputi sekitar 52,16 % dari luas kawasan hutan Kabupaten Lombok Timur. Hal tersebut dikarenakan sebagian kawasan hutan telah dikurangi dengan kawasan hutan konservasi (Taman Nasional Gunung Rinjani) dan ijin-ijin pemanfaatan kawasan hutan produksi berupa Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI), Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk pembangunan Kebun Raya Lombok. Kawasan di Register Tanah Kehutanan (RTK) 1 adalah wilayah yang tadinya digunakan oleh proyek model

2 - IV

Page 3: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

rehabilitasi hutan OECF dan JIPPRO. Kawasan hutan di RTK 15 adalah eks proyek JIPPRO. Kawasan hutan di RTK 14 adalah wilayah yang tadinya digunakan oleh proyek rehabilitasi Mangrove JICA.

Tabel 4.2. Luas Kawasan Hutan KPHL Rinjani Timur Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012

N

o

Kelompo

k Hutan

RT

K

Luas

Definiti

f (Ha)

Hutan

Lindun

g (Ha)

Hutan

Produk

si

Tetap

(Ha)

HKm

(Ha)

HTI

(Ha)

KHDT

K

Kebu

n

Raya

(Ha)

KPHL

Rinjani

Timur

(Ha)

Ket

1 Gunung Rinjani

160,329.

6727,319.

675,565.0

01,234.5

01,794.0

0-

29,856.17

Luas

Wilaya

h Kab.

Lotim

160.55

5 Ha

2 Gong 8 33.60 33.60 - - - - 33.60

3 Petandakan

9 82.90 82.90 - - - 82.90 -

4 Kedatu 10 13.80 13.80 - - - - 13.80

5 Rebanbela

11 8.50 8.50 - - - - 8.50

6 Gili Lawang

14 506.20 506.20 - - - - 506.20

Gili Sulat 14 643.00 643.00 - - - - 643.00Gili Petagan

14 56.80 56.80 - - - - 56.80

7Sekaroh 15

2,834.20

2,834.20

- 303.00 - -2,531.2

0

Jumlah 64,508.67

31,498.67

5,565.00

1,537.50

1,794.00

82.9033,649.

27% Terhadap

luas wilayah

40.18

19.62

3.47

0.96

1.12

0.05

20.96

% Terhadap

Luas Hutan

100.00

48.83

8.63

2.38

2.78

0.26

52.16

3 - IV

Page 4: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.2. Wilayah Kerja KPHL Rinjani Timur

4.1.2. Kondisi Umum KPHL Rinjani Timur

Kondisi biofisik KPHL Rinjani Timur secara umum memiliki topografi mulai dari landai sampai dengan curam. Kondisi hutan termasuk dalam kategori rawang, semak belukar dan terdapat lahan kosong dibeberapa bagian kawasan KPH. Gambaran umum kondisi biofisik KPHL Rinjani Timur disajikan dalam Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.3. Kondisi Biofisik KPHL Rinjani Timur

NO KONDISI URAIAN KETERANGAN1. Topografi Termasuk dalam kelas

landai (8-15%), agak curam (15-25%), dan curam (25-40%)

Pengaruh Gunung Perigi, Gunung Nangi, Gunung Batujang dan Gunung Rinjani

2. Geologi Resent dan Neogen3. Tanah Aluvial hidromorf,

komplek regosol kelabu dan litosol, regosol

Bahan induk endapan liat, abu volkan intermedier, breksi dan

4 - IV

RTK 15

Page 5: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

NO KONDISI URAIAN KETERANGANcoklat kelabuan, regosol coklat kekuningan, regosol coklat, mediteran coklat, komplek mediteran, coklat grumusol, grumusol kelabu, regosol coklat dan litosol

endapan kapur dengan fisigrafi dataran, volkan, dan pegunungan lipatan

4. Kelas Kemampuan Tanah

I-III dan IV, baik sampai sangat baik untuk usaha pertanian tanaman setahun (tanaman pangan) dan sangat baik untuk usaha tanaman industri, serta kurang baik untuk usaha pertanian tanaman setahun (bahan makanan) dan sangat baik untuk tanaman industri dan padang rumput (usaha peternakan)

I-III mencakup wilayah Rinjani bagian timur (kawasan Sambelia) dan IV berada pada kawasan hutan Sekaroh. Kendala utama pada ketersediaan air karena musim yang sangat kering.

5. Iklim E dan F E berada pada lokasi Sambelia sedang F merata di kawasan Sekaroh

6. Vegetasi Variasi rawang, semak belukar dan kosong

Kondisi hutan yang rusak secara merata di 2 lokasi

7. Masalah Kebutuhan lahan usaha tani dan kebutuhan kayu telah mendorong terjadinya praktek perambahan hutan

Kawasan hutan telah banyak dikelola secara swadaya masyarakat, penggunaan pihak lain, sertifikasi, dan perambahan hutan

8. Pembangunan kehutanan

HKm, tumpang sari, agroforesty, CDM, Tanaman Unggulan lokal, Gerhan, dll

Mengintegrasikan program rehabilitasi dengan kebutuhan ekonomi masyarakat

Sumber : Data Dishut 2009, diolah

4.1.2.1. Topografi Wilayah

Hamparan wilayah Lombok Timur menunjukkan penampakan miring dari utara ke arah selatan dengan kemiringan yang bervariasi mulai dari kelas kemiringan lereng antara 0 – 2 persen sampai kelas kemiringan lereng lebih dari 40 persen. Kemiringan lereng lebih dari 40 % mencakup daerah pegunungan Rinjani yang terletak di bagian utara. Sedangkan kemiringan lereng antara 0 – 2 persen mencakup daerah-daerah di sepanjang pantai yang

5 - IV

Page 6: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

terbentang mulai bagian utara ke arah timur hingga bagian selatan.

Selong sebagai ibukota kabupaten memiliki ketinggian 148 m di atas permukaan laut dan merupakan yang tertinggi diantara ibukota-ibukota kabupaten/kota yang lain di propinsi Nusa Tenggara Barat. Jarak Selong ke Mataram sebagai ibukota propinsi adalah sejauh 52 Km.

Gambar 4.3. Peta Kelerengan Lahan KPHL Rinjani Timur

4.1.2.2. Iklim dan Curah Hujan

Keadaan iklim di Kabupaten Lombok Timur termasuk iklim tropis dengan temperatur tertinggi berkisar 300 – 330 C dan temperatur terendah berkisar 200 – 250 C. Selama tahun 2008. Rata-rata curah hujan per bulan adalah 98,5 mm dan rata-rata hari hujan per bulan adalah 6,2 hh. Keadaan rata-rata curah hujan dan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari-April 2008 dan November-Desember 2008.

6 - IV

Page 7: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

7 - IV

Page 8: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

4.4. Peta Temperatur Wilayah KPHL Rinjani Timur

8 - IV

Page 9: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.5. Peta Curah Hujan Wilayah KPHL Rinjani Timur

4.1.2.3. Jenis Tanah Wilayah KPHL Rinjani Timur

Jenis tanah yang terbentuk pada wilayah hutan Rinjani Timur didominasi oleh jenis tanah andosol pada bagian utara dan jenis tanah molisol dibagian selatan. Jenis tanah lainnya berupa jenis tanah entisol dan inceptisol yang tersebar dibeberapa bagian wilayah hutan KPHL Rinjani Timur.

Sebaran geologi pada wilayah kelola KPHL Rinjani Timur didominasi oleh tipe geologi gunungapi tua yang berada di wilayah utara yang merupakan bagian dari kaki gunung rinjani dan dibagian selatan didominasioleh tipe geologi ekas.

9 - IV

Page 10: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.6. Peta Tanah Wilayah KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.7. Peta Geologi Wilayah KPHL Rinjani Timur

4.1.3.Tutupan Lahan

10 - IV

Page 11: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Kawasan Hutan di KPHL Rinjani Timur memiliki tutupan lahan yang beragam, mulai dari padang rumput, semak belukar, hutan tanaman, hutan primer dan sekunder yang berbatasan langsung dengan lokasi budidaya mutiara (Sambelia). Tutupan vegetasi pada kawasan kawasan hutan lindung relatif cukup baik (rapat). Sementara pada kawasan hutan produksi tutupan vegetasi tergolong pada jarang hingga sedang karena sebagian besar kawasan hutan produksi telah mengalami eksploitasi maupun perambahan untuk kegiatan perladangan. Tutupan vegetasi pada kawasan hutan KPHL Rinjani Timur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Tutupan Vegetasi Kawasan Hutan KPHL Rinjani Timur Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007

NO. KELAS TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%)1 Alang-Alang 2.458,05 6,642 Semak 4.715,34 12,733 Tegakan Jarang 2.043,83 5,524 Tegakan Rapat 27.820,38 75,11

Total 37.037,59 100,00

Tutupan Vegetasi pada kawasan dengan fungsi lindung pada KPHL Rinjani Timur dapat dilihat pada tabel 4.5, dimana kawasan dengan kelas kerapatan rapat mencapai 79.48%.

Tabel 4.5. Tutupan Vegetasi Kawasan Hutan Lindung pada KPHL Rinjani Timur Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007

NO. KELAS TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%)1 Alang-Alang 2.156,42 7,892 Semak 2.905,87 10,643 Tegakan Jarang 543,28 1,994 Tegakan Rapat 27.714,10 79,48

Total 33.319,67 100,00

Adapun kondisi kawasan lindung yang kritis dikarenakan adanya alih fungsi kawasan hutan lindung menjadi lahan budidaya terjadi di wilayah Suela dan Sembalun maupun di wilayah Sekaroh baik melalui perambahan maupun sertifikasi. Sebagian besar kawasan hutan lindung Sekaroh dalam keadaan kritis. Beberapa program rehabilitasi yang diintegrasikan dengan penguatan ekonomi masyarakat sekitar hutan telah dilakukan, antara lain : CDM (200 Ha), Agroforestry (10 Ha), Rehabilitasi daerah tangkapan air dua mata air (100 Ha), Pengembangan tanaman Jarak (300 Ha), HKm (500 Ha) dan Pengembangan tanaman unggulan lokal (100 Ha).

Sementara pada kawasan hutan produksi tergolong memiliki tutupan jarang hingga sedang mencapai 52.05% dari hutan produksi pada kawasan hutan KPHL Rinjani Timur. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar kawasan hutan produksi telah mengalami eksploitasi mapun perambahan untuk kegiatan perladangan. Kondisi ini senantiasa mendapat perhatian yang serius melalui upaya pengelolaan yang optimal sehingga dapat meningkatkan manfaat

11 - IV

Page 12: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

hutan produksi tersebut dan mengembalikan fungsi hutan produksi sebagai penghasil hasil hutan baik kayu maupun non kayu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan yang legal.

Gambar 4.8. Peta Tutupan Lahan Wilayah KPHL Rinjani Timur

4.1.4. Daerah Aliran Sungai

Berdasarkan peta DAS yang bersumber dari BPDAS Dodokan Moyosari Tahun 2011, Kawasan hutan di wilayah KPHL Rinjani Timur termasuk dalam 15 Daerah Aliran Sungai dengan rincian kawasan hutan di bagian utara termasuk dalam 11 DAS yaitu Lokok Beburung, Lokok Runggang, Lokok Pekendangan, Kokok Nangka, Koloh Pasiran, Kokok Rajak, Kokok Semareng, Kokok Sengkurik, Kokok Kurbian, Kokok Legundi dan Kokok Songger. Sedangkan kawasan hutan di bagian selatan (Hutan Lindung Sekaroh) termasuk dalam 4 DAS yaitu Kenyaru, Lendang Lombok, RG. Ambitmaling dan Teluk Sunut.

12 - IV

Page 13: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.9. Peta DAS Wilayah KPHL Rinjani Timur

4.1.5.Aksesibilitas di wilayah KPH Rinjani Timur

Aksesibilitas di dalam wilayah KPHL Rinjani Timur cukup beragam. Kawasan hutan produksi seluas 5.565 Ha pada umumnya memiliki aksesibilitas yang relatif lebih baik dibandingkan kawasan hutan lindung. Di dalam kawasan hutan produksi terdapat berbagai tingkatan jalan mulai dari jalan setapak hingga jalan tanah yang telah diperkeras yang tersebar cukup merata. Jalan-jalan setapak terbentuk akibat aktivitas manusia yang melakukan berbagai kegiatan seperti: perladangan maupun perambahan hutan untuk memperoleh kayubakar maupun kayu pertukangan. Jalan tanah dan jalan tanah yang diperkeras terbentuk akibat berbagai kegiatan kehutanan terdahulu yang memerlukan pembuatan jalan-jalan produksi maupun jalan untuk pengawasan kegiatan reboisasi seperti kegiatan Gerhan, kegiatan hutan cadangan pangan HTI dan HKm. Sementara kawasan hutan lindung di KPHL Rinjani Timur belum memiliki aksesibilitas yang baik, karena sebagian besar kawasan hutan lindung selama ini reatif belum dikelola.

Aksesibilitas dalam kawasan hutan lindung masih berupa jalan-jalan setapak dengan jumlah yang sangat terbatas. Khusus untuk kawasan hutan lindung Sekaroh, aksesibilitas relatif cukup baik karena didalam kawasan hutan lindung sekaroh telah terdapat jalan aspal yang membelah kawasan tersebut dari barat hingga ke timur sehingga keseluruhan kawasan dapat diakses dengan lebih mudah.

13 - IV

Page 14: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.10. Aksesibilitas pada Kawasan Hutan KPHL Rinjani Timur.

4.2. Kondisi Sosial-Ekonomi dan Budaya

4.2.1. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 1.105.671 jiwa, yang terdiri dari pria 514.327 jiwa dan wanita 591.344 jiwa. Sehingga seks ratio-nya sebesar 87 per 100, artinya tiap 100 wanita terdapat 87 pria. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan eksisting selama 5 tahun terakhir Kabupaten Lombok Timur rata-rata 213 jiwa/Km berdasarkan analisa tingkat kepadatan penduduk pada tahun proyeksi menunjukkan angka peningkatan sebesar 1%. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Lombok Timur hingga tahun 2009 diperkirakan sebesar 240 jiwa/Km.

Dilihat dari kepadatan penduduk, kecamatan dikelompokkan kedalam tiga kategori kepadatan, yaitu : Tinggi (> 2.000 jiwa per Km2) meliputi Sakra, Masbagik, Sukamulia dan

Selong. Sedang (1000-2000 jiwa per Km2) meliputi Keruak, Sakra Barat, Sakra

Timur, Terara, Montong Gading, Suralaga, Labuan Haji dan Wanasaba.

14 - IV

Page 15: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Rendah (< 1000 jiwa per Km2) meliputi Jerowaru, Sikur, Pringgasela, Pringgabaya, Suela, Aikmel, Sembalun dan Sambelia.

Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lombok Timur rata-rata berkembang sebesar 16,8% pertahun. Dengan kepadatan rata-rata mencapai 689 orang per kilo meter persegi untuk tahun 2010. Berikut Jumlah penduduk Kecamatan yang berada di sekitar kawasan KHPL Rinjani Timur.

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Timur Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

NO KECAMATANJUMLAH PENDUDUK SEX

RATIOLAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jerowaru 25.593 27.607 53.200 92.272 Pringgasela 22.979 27.102 50.0813 Pringgabaya 42.588 48.017 90.605 88.534 Swela 17.109 20.500 37.609 84.255 Aikmel 42.493 50.325 92.818 84.766 Sambelia 14.324 15.136 29.460 95.307 Sembalun 9.036 9.740 18.776 93.01

  Jumlah 174.122 198.427 372.549Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur, 2010

Berdasarkan data dari tahun 2002 hingga tahun 2010, maka kepadatan penduduk Kabupaten Lombok Timur secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur (Jiwa/Km2)

NOKECAMATA

NKEPADATAN TAHUN (Per Km2)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20101 Jerowaru 317 324 329 335 343 348 353 357 3732 Pringgasela 336 341 343 346 351 356 360 365 3733 Pringgabaya 620 631 637 645 658 666 674 683 6654 Swela 299 304 308 311 318 322 326 330 3275 Aikmel 681 690 696 702 713 722 731 741 7556 Sambelia 108 112 116 119 124 126 127 129 1207 Sembalun 78 79 80 81 82 83 84 85 86

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Timur, 2010

Dilihat dari umur penduduk, Lombok Timur termasuk kategori struktur intermediat (peralihan umur muda ke umur tua). Dimana lebih dari 30 persen penduduk berusia dibawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas kurang dari 10 persen. Sehingga rasio ketergantungan juga cukup tinggi sekitar 57. Dinama 100 orang usia produktif menanggung beban hidup 57 orang usia tidak dan belum produktif. Jika dilihat dari bentuk piramida

15 - IV

Page 16: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

penduduknya, dapat dikatakan tingkat kematian bayi di Lombok Timur masih tinggi dan juga masih tingginya resiko kematian.

16 - IV

Page 17: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

4.2.2.Pendidikan

Potensi sumber daya manusia di Kabupaten Lombok Timur didasarkan atas ketersediaan tenaga kerja serta keahlian yang dimiliki oleh rata-rata tenaga kerja yang belum tersalurkan dari masing-masing kecamatan yang ada sekitar 5-10% dengan rata-rata pendidikan terakhir SD-SMP dan banyak yang putus atau tidak sekolah.

Tabel 4.8. Ratio Murid-Sekolah dan Ratio Murid-Guru Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009

NO JENJANG SEKOLAHRATIO MURID-

SEKOLAHRATIO MURID-GURU

2008 2009 2008 20091 TK 33 54,89 9 14,492 SD/MI 179 179,68 16 15,473 SLTP/MTs 197 201,36 9 8,534 SLTA/MA/SMK 239 229,78 9 8,62

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Timur, 2009

4.2.3. Mata Pencaharian

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur (Sakernas 2009), persentase penduduk untuk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha seperti bidang pertanian (48,80%), di bidang Industri pengolahan (13,46%), untuk usaha perdagangan sebanyak 17,15%, untuk bidang jasa-jasa (8,71%), bidang kontruksi (2,80%), angkutan dan komunikasi (6,05%) dan lain-lainya sebesar 3.03%. Keahlian yang dimiliki adalah bidang pertanian, perdagangan dan jasa kerajinan. Potensi SDM dikabupaten Lombok Timur mayoritas mempunyai keahlian dibidang pertanian dan perdagangan serta ada yang memiliki keterampilan alami membuat kerajinan patung. Dengan demikian dapat dikatakan masyarakat cenderung melakukan kegiatan bertani atau berusaha membuka suatu usaha kecil seperti pengrajin patung, anyaman bambu, tenun timbul dan upaya keahlian alami masyarakat; terutama di wilayah terisolasi/terpencil meskipun demikian dapat memberikan keuntungan bagi wilayah Kabupaten Lombok Timur.

4.2.4. Kesehatan

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sangat diperlukan sarana dan prasarana serta tenaga medis yang memadai. Masyarakat sekarang semakin menyadari tentang pentingnya fungsi kesehatan bagi dirinya dan anggota keluarganya seperti pemeriksaan kesehatan ke puskesmas dan dokter frekwensi kunjungan semakin meningkat. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kesehatan yang tersebar di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 9 orang tenaga Dokter Spesialis, Dokter Umum sebanyak 34 orang, Dokter Gigi sebanyak 12 orang, Perawat

17 - IV

Page 18: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

sebanyak 546 orang, Bidan sebanyak 222 orang dan tenaga kesehatan lainnya sebanyak 591 orang. Banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2005-2009 terinci dalam tabel berikut :Tabel 4.9. Fasilitasi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2005-2009

FASILITAS KESEHATAN 2005 2006 2007 2008 2009Rumah Sakit 1 1 1 1 1Rumah Sakit Lainnya 1 1 1 1 1Balai Pengobatan Gigi 0 0 0 0 0Puskesmas 29 29 29 29 29Puskesmas Pembantu 77 76 80 85 85BKIA 1 1 1 1 1

13 13 18 22 23Posyandu 1.189 1.240 1.279 1.318 1.289Posyandu Asuhan Tokoh Agama (ASTA) 22 23 28 28 0Polindes 107 107 109 111 112Pos Obat Desa (POD) 55 62 63 63 63Poskestren 10 35 51 51 51Pusat Informasi Kesehatan (Punsikes) 20 26 26 26 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, 2009

4.2.5. Sosial

Penduduk asli Kabupaten Lombok Timur adalah suku Sasak yang menjunjung tinggi adat istiadat dengan pola gotong royong yang masih kental dan memegang teguh kebiasaan leluhurnya dalam mengelola kebiasaan terhadap sumber daya alam yang ada dengan memperhatikan kelestariannya. Saat ini telah banyak suku pendatang yang berasal dari Sumbawa & Bima, Bali, Bugis, Jawa, Ambon, dan Timor yang sebagian besar merupakan warga pekerja di sektor jasa dan perdagangan serta pegawai negeri sipil. Kondisi tersebut menciptakan interaksi sosial yang menyebabkan pergeseran/perubahan kultur akibat pengaruh pergaulan dengan para pendatang. Untuk toleransi antar suku berdasarkan agama masih sangat baik dan kondusif, sedangkan keyakinan yang dianut oleh masyarakat Lombok Timur mayoritas Islam ditandai dengan jumlah fasilitas beribadah penunjang mesjid menduduki peringkat pertama. Selain itu agama yang berkembang lainnya adalah Hindu, Budha, dan Kristen. Berikut kondisi sosial masyarakat berdasarkan agama :

Tabel 4.10. Jumlah Pemeluk Agama Dirinci Per Kecamatan di sekitar KPHL Rinjani Timur Tahun 2009

NO KECAMATAN

ISLAM KRISTEN HINDU BUDHA LAINNYA

JUMLAH

1 Jerowaru 51.006 51.0062 Pringgasela 48.991 1 48.9923 Pringgabaya 93.002 15 22 93.0394 Swela 38.006 4 38.0105 Aikmel 91.064 18 91.0826 Sembalun 18.330 123 18.453

18 - IV

Page 19: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

NO KECAMATAN

ISLAM KRISTEN HINDU BUDHA LAINNYA

JUMLAH

7 Sambelia 31.496 37 136 31.669

  JUMLAH1.095.48

9 137 539 0 01.096.16

5Sumber : BPS dan Kantor Depag Kabupaten Lombok Timur, 2009

Berdasarkan data yang diperoleh, agama islam merupakan agama mayoritas penduduk Kabupaten Lombok Timur, oleh karena itu jika dilihat jumlah bangunan peribadatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur Masjid merupakan bangunan peribadatan yang paling banyak dibandingkan dengan bangunan peribadatan lainnya, data terinci sampai dengan tahun 2009 dapat terlihat pada Table 4.11.

Tabel 4.11. Jumlah Tempat Peribadatan Dirinci Per Kecamatan di sekitar KPHL Rinjani Timur Di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009

NO KECAMATAN

MASJID MUSHOLA

LANGGAR

GEREJA PURA JUMLA

1 Jerowaru 82 89 -  -  -  1712 Pringgasela 62 112 33  - -  2073 Pringgabaya 61 47 34  - -  1424 Swela 37 5 23  - -  655 Aikmel 94 134 68  - -  2966 Sembalun 18 56  -  - -  747 Sambelia 43 51 13  - -  107

JUMLAH 1,184 2,091 743 1 1 4,00

Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Lombok Timur, 2009

4.2.6. Sarana Perhubungan dan Komunikasi

Tabel 4.12. Panjang Jalan di Kabupaten Lombok Timur Menurut Jenis Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan Tahun 2004-2008 (Km)

NO URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008

I Jenis Permukaan 1,471,48 1,461,48 2,554,26 2,554,26 2,840,75

1 Aspal 717,820 717,820 723,910 823,910 882,2902 Kerikil 114,260 137,250 306,170 386,170 119,340

3 Tanah 639,400 606,410 1,524,18 1,344,18 1,839,12

4 Tidak terinci (Jalan Desa)          

II Kondisi Jalan 1,461,48 1,461,48 2,554,26 2,554,26 2,840,75

1 Baik 544,990 591,120 608,620 584,770 452,7602 Sedang 114,170 102,650 390,340 373,640 92,050

3 Rusak 137,510 119,350 1,555,30 1,383,99 122,740

4 Rusak Berat 664,810 648,360   211,860 2,173,20

19 - IV

Page 20: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

NO URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008

III Kelas Jalan 1,461,48 1,461,48 2,554,26 2,554,26 2,840,74

1 Kelas I (Jalan Negara) 46,010 46,010 46,010 46,010 48,1002 Kelas II (Jalan Propinsi) 218,650 218,650 220,560 220,560 220,5603 Kelas III (Jalan Kabupaten) 771,820 771,820 775,910 775,910 732,9704 Kelas IV          5 Kelas V          

6 Tidak Terinci (Jalan Desa) 425,000 425,000 1,511,78 1,511,78 1,839,11

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Lombok Timur, 2008

Kondisi jalan disebagian besar kecamatan di Kabupaten Lombok Timur telah tersedia, walaupun kondisinya relatif kurang baik. Panjang jalan, jenis permukaan dan kondisi jalan serta kelas jalan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Jaringan informasi dan komunikasi dari Selong ke kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lombok Timur telah tersedia berupa telepon, kantor pos dan sarana komunikasi lainnya berupa ponsel, TV dan Radio sehingga memudahkan dalam hal koordinasi.

4.3. POTENSI WILAYAH KPH

Kawasan hutan KPHL Rinjani Timur secara umum memiliki potensi yang besar apabila dikelola dengan baik. Selain pengembangan hasil hutan kayu dan non kayu, kawasan KPHL Rinjani Timur berpotensi dalam pengembangan pariwisata dan jasa lingkungan. Kawasan hutan produksi berpotensi untuk pengembangan jenis-jenis tanaman kayu mengingat kebutuhan kayu baik dari jenis kayu dengan kualitas rendah sampai kualitas tinggi sangat besar. Kondisi ini dipicu oleh kebutuhan masyarakat petani tembakau yang membutuhkan kayu sebagai bahan bakar pengovenan tembakau. Potensi ini merupakan suatu peluang yang baik bagi upaya pengelolaan kawasan hutan produksi dengan mengembangkan jenis-jenis tanaman umur pendek yang mampu menghasilkan kayu bakar sebagai produk ikutannya dengan produk utama untuk pemenuhan kebutuhan moulding atau mebel yang berkembang pesat baik didalam daerah (Pulau Lombok) maupun luar daerah diantaranya Provinsi Bali.

20 - IV

Page 21: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.11. Kondisi Hutan Di Wilayah KPHL Rinjani Timur

Potensi hasil hutan non kayu yang dapat dikembangkan di KPHL Rinjani Timur dapat berupa rotan, lak dan madu. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ketiga produk non kayu ini cukup bayak beredar di masyarakat bahkan telah memiliki pangsa pasar, akan tetapi potensi hasil hutan non kayu tersebut pada umumnya belum terinventarisasi dengan baik sehingga ketersediaan data sangat terbatas. Apabila produk tersebut dikelola dengan baik dan optimal akan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan kehutanan di daerah.

Selain memiliki potensi berupa hasil hutan kayu dan non kayu, KPHL Rinjani Timur memiliki potensi jasa lingkungan dan wisata alam yang besar. Potensi jasa lingkungan yang dapat dikelola antara lain: jasa lingkungan aliran air, mata air dan wisata alam. Potensi tersebut pada umumnya terdapat pada kawasan hutan lindung yang relatif belum terkelola, sehingga dapat menjadi fokus pengelolaan hutan di KPHL Rinjani Timur. Khusus untuk wisata alam, seiring dengan berdirinya Bandara Internasional Lombok menyebabkan kawasan hutan lindung Sekaroh (RTK 15) yang berada pada wilayah selatan KPHL Rinjani Timur memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai daerah pengembangan wisata alam karena kawasan ini didukung oleh keindahan pantai yang berada disekeliling kawasan, namun hal ini perlu didukung oleh peraturan yang jelas tentang pemanfaatan kawasan hutan lindung untuk jasa lingkungan.

Potensi kawasan sumberdaya hutan pada KPHL Rinjani Timur secara terperinci sebagai berikut :

1. KPH Rinjani Timur memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan daerah apabila keberadaannya sudah diakui secara luas di daerah. Keberadaan KPH Rinjani Timur akan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah melalui sektor kehutanan baik dari hasil hutan kayu, non kayu, jasa lingkungan dan hasil ikutan lainnya. Melalui KPH diharapkan kawasan hutan yang g selama ini belum terkelola akan mampu memberikan peluang yang besar bagi terbukanya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar hutan karena apa yang akan diperoleh dari peran serta msyarakat untuk ikut mengelola hutan akan jelas dan masyarakat akan merasa memiliki hutan dengan menjaga keberhasilan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di KPH Rinjani Timur.

2. Kawasan hutan lindung KPHL Rinjani Timur terbagi dalam 7 (tujuh) kelompok hutan seperti tersaji pada Tabel 4.13

Tabel 4.13. Kelompok hutan pada KPHL Rinjani Timur yang memiliki fungsi sebagai hutan lindung

21 - IV

Page 22: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

No. Kelompok Hutan RTK

Hutan Lindung

(Ha)Keterangan

1 Gunung Rinjani 1 27,319.67 Luas WilayahKab Lotim :160.555 HaLuas hutan KPHL Rinjani Timur37.063,67

2 Gong 8 33.603 Petandakan 9 82.904 Kedatu 10 13.805 Rebanbale 11 8.506 Gili Lawang 14 506.80

Gili Sulat 14 643.00Gili Petagon 14 56.80

7 Sekaroh 15 2,834.20Jumlah 31,498.67% Terhadap Luas Wilayah 19.62% Terhadap Jumlah HP dan HL 84.99

3. Hutan lindung yang dominan berada di KPHL Rinjani Timur pada umumnya belum tersentuh oleh kegiatan pengelolaan hutan yang dilaksanakan pemerintah. Lebih dari 95% kawasan hutan lindung belum termanfaatkan sehingga belum mampu memberikan kontribusi yang nyata untuk peningkatan ekonomi daerah secara umum. Pemanfaatan hutan secara ilegal tentunya juga ada pada kawasan hutan lindung yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat melalui pemanfaatan lahan untuk penanaman tanaman semusim dan MPTS.

22 - IV

Page 23: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.12. Pemanfaatan Hutan Lindung KPHL Rinjani Timur

4. Pemanfaatan kawasan hutan lindung sampai tahun 2012 sebagian besar masih dalam proses perijinan. Usulan-usulan pemanfaatan kawasan hutan lindung berupa usulan pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam dan aliran air untuk tenaga mikro hidro, usulan pencadangan lokasi HKm dan perubahaan hutan lindung menjadi KHDTK. Potensi wisata yang cukup besar mendorong beberapa investor tertarik untuk mengembangkan wisata alam melalui pemanfaatan kawasan hutan lindung yang berdekatan dengan pantai, salah satunya adalah pantai yang berada disekeliling kelompok hutan Sekaroh (RTK 15), namun perijinan masih terkendala dengan belum terbitnya peraturan menteri kehutanan terkait jasa lingkungan di hutan lindung. Beberapa pemanfaatan hutan lindung KPHL Rinjani Timur tersaji pada Gambar 4.12 dan Tabel 4.15.

Tabel 4.14. Perkembangan pemanfaatan kawasan hutan lindung pada KPHL Rinjani Timur

NO

PEMANFAATAN

LOKASI/DESA/KECAMATAN

LUAS (Ha)

KETERANGAN

1 Wisata Alam PT. Ocean Blue

HL Sekaroh, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru

300.0 Proses Ijin Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

2 Wisata Alam PT. Lombok Saka

HL Sekaroh, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru

50.0 Proses Ijin Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

3 Wisaa Alam PT. ESL Swedia

HL Sekaroh, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru

390.0 Proses Jln Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam

4 HKm Sekaroh HL Sekaroh, Desa 1,450 Pencadangan Lokasi HKm

23 - IV

Page 24: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

dan AR-CDM KOICA

Sekaroh, Kecamatan Jerowaru

.0

5 HKm Sapit HL Gunung Rinjani, Desa Sapit, Kecamatan Suela

454.5 Usulan Pencadangan Lokasi HKm

6 KHDTK untuk Kebun Raya

HL Petandakan, Desa Suela, Kecamatan Suela

82.9 SK Menhut menjadi KHDTK Kebun Raya

Jumlah 5,074

Sumber : Dishutbun Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012

3. Kawasan hutan produksi pada KPHL Rinjani Timur Kabupaten Lombok Timur termasuk dalam Kelompok Hutan Gunung Rinjani (RTK 1). Sebagian besar hutan produksi telah dimanfaatkan baik secara legal maupun ilegal oleh masyarakat. Pada dasarnya kondisi kawasan hutan produksi di KPHL Rinjani Timur berada pada kondisi yang kurang baik (agak kritis), tegakan yang ada merupakan hasil kegiatan reboisasi yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya baik berupa program Gerhan, Hutan Cadangan Pangan, HKm, PHTUL, JIFPRO serta beberapa kegiatan reboisasi lainnya dalam skala kecil seperti pembangunan demplot tanaman.

4. Perkembangan saat ini, kawasan hutan produksi KPHL Rinjani Timur seluas 5.565 Ha telah terdapat beberapa ijin pemanfaatan hutan dalam bentuk ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI) atas nama PT. Shadana Arif Nusa seluas 1.794 Ha dan ijin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan (IUPHKm) atas nama Kelompok Tani HKm Wana Lestari yang berada di Dusun Sandongan, Desa Belanting Kecamatan Sambelia seluas 420 Ha. Pada hutan produksi KPHL Rinjani Timur juga terdapat lokasi pencadangan untuk HKm yang telah dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2011 diantaranya adalah pencadangan lokasi HKm Sempager yang terletak Desa Gunung Malang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur seluas 360 Ha.

Tabel 4.15. Perkembangan pemanfaatan kawasan hutan produksi di KPHL Rinjani Timur sampai dengan Maret 2010

NO

PEMANFAATAN

LOKASI/DESA/KECAMATAN

LUAS (Ha)

KETERANGAN

1 HTI PT. Shadana Arif Nusa

Kecamatan Sambelia 1,794 Telah mendapatkan ijin UPHTI

2 HKm Wana Lestari

Sandongan Desa Belanting, Kecamatan Sambelia

420 Telah mendapat ijin UPHKm

3 HKm Lembah Sempager

Sempager, Desa Gunung Malang, Kecamatan Pringgabaya

360 Dalam Proses ijin UPHKm

4 HKm Aik Kalak Dasan Tinggi, Desa Labupandan, Kecamatan Sambelia

250 Usulan Pencadangan HKm

5 HKm Aik Embuk Palembak, Desa Labupandan, Kecamatan Sambelia

250 Usulan Pencadangan HKm

6 HTI II PT. Kecamtan Sambelia dan 2,000 Usulan Tahap II IUP

24 - IV

Page 25: babIV-Analisis Situasiakhir

Usulan HTI PT. Sadhana Tahap II

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Shadana Arif Nusa

Pringgabaya HHK-HTI

Jumlah 5,074

Gambar 4.13. Pemanfaatan Hutan Produksi KPHL Rinjani Timur

5. Keinginan masyarakat dan investor untuk mengelola hutan produksi di KPHL Rinjani Timur sangat besar dibuktikan dengan banyaknya usulan pencadangan lokasi HKm dan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman industri sehingga bila dikalkulasikan akan mencakup hampir seluruh areal kawasan hutan produksi.

6. Areal hutan KPH Rinjani Timur, sebelumya secara keseluruhan merupakan kawasan hutan yang berada dibawah kewenangan Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Timur. Program kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan rehabilitasi, konservasi, dan pengamanan kawasan hutan yang dilakukan melalui sekema proyek, sehingga kegiatan yang dilakukan hanya berlangsung antara 1 (satu) hingga 3 (tiga) tahun. Khusus untuk kegiatan reboisasi, pelaksanaan kegiatan yang hanya berlangsung 1 hingga 3 tahun tentunya tidak dapat memberikan jaminan keberhasilan kegitan rehabilitasi karena masyarakat yang terlibat dalam kegiatan reboisasi hanya memperoleh

25 - IV

HKm Belanting

HTI PT. Sadhana Arifnusa

HKm Sempager

Page 26: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

manfaat pada saat kegiatan dilaksanakan. Tentunya hal ini tidak dapat dikatakan sebagai kegiatan pengelolaan hutan namun hanya merupakan sebagaian kecil dari pengelolaan hutan.

7. Beberapa kegiatan rehabilitasi yang dapat dihimpun pada wilayah KPHL Rinjani Timur seluas + 3.784 Ha antara lain: (a) Gerhan 2002 s/d 2007 seluas 1.810 Ha, (b) JIFPRO seluas 480 Ha, (c) SOCFOR 2005 seluas 300 Ha, (d) PHTUL 2002 seluas 80 Ha, (e) HKm OECF seluas 250 Ha, (f) Kegiatan Reboisasi lainnya 864 Ha. Lokasi dan luasan kegaitan rehabilitasi hutan di KPHL Rinjani Timur tersaji pada Tabel 4.15.

Tabel 4.16. Kegiatan Rehabilitasi Hutan pada Areal KPHL Rinjani TimurNo. Jenis Kegiatan Lokasi Tahun Luas1. Gerhan Sempager 2002 1002. Gerhan Lembak 2004 503. Gerhan Sengkurik 2004 504. Gerhan Tanjung Ringgit 2004 805. Gerhan Sempager 2004 406. Gerhan Gunung Gedang 2004 1507. Gerhan Ujung Sengenit 2004 1258. Gerhan Pengoros 2004 709. Gerhan Tibu Borok 2005 5010. Gerhan Senotok 2005 12511. Gerhan Batu Beserung 2005 12512. Gerhan Lembak 2005 7013. Gerhan Sempager 2006 10014. Gerhan Sambelia 2007 20015. Gerhan Kokok Rajak 2007 7516. Gerhan Dasan Tinggi 2007 20017. Gerhan Sempager 2007 20018. Soctor Lendang Batu 2005 17519. Soctor Koloh Sepang 2005 12520. PHTUL Sambelia 2002 3021. PHTUL Sengkurik 2002 5022. CD M/JIFPRO Kurbian 130

Tabel 4.16. Lanjutan Kegiatan Rehabilitasi Hutan pada Areal KPHL Rinjani Timur

No. Jenis Kegiatan Lokasi Tahun Luas23. JIFPRO Pengoros 35024. HKm-OECF Pengoros 25025. Demplot Sadhana Padak 2010 426. Swakelola Padak 2002 10027. DAK Pengoros 20028. Reboisasi HL Perigi 2010 16029. Reboisasi HL Obel-obel 2010 25030. Demplot Nyamplung Perigi 2010 1031. Demplot Jabon Perigi 2011 1032. Demplot Nyamplung Perigi 2011 1033. Pengkayaan Tanaman Pidana 2011 5034. Reboisasi Limbungan 2011 5035. Pemeliharaan Mata Air Mencerit 2011 20

26 - IV

Page 27: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Jumlah 3,784Sumber: Dishutbun Kabupaten Lombok Timur Tahun 2010

8. Pengakuan masyarakat terhadap kawasan hutan cukup kuat untuk kawasan hutan KPH Rinjani Timur. Secara Tata Ruang keberadaan kawasan hutan juga diakui secara defakto dan dejure oleh semua elemen sehingga permasalahan status kawasan relatif tidak terjadi bahkan dalam penyusunan tata ruang baik di Kabupaten maupun Provinsi batas hutan yang tertuang dalam TGHK dijadikan sebagai acuan penyusunan tata ruang wilayah.

4.4. Permasalahan di Wilayah KPH

4.4.1. Masalah Tata Hutan

1. Belum adanya data dan informasi baik spasial maupun tabular yang lengkap tentang kawasan hutan meliputi potensi kawasan, potensi sumber daya hutan, kondisi real kawasan hutan seperti tutupan lahan, kejelasan batas luar dan batas fungsi hutan, kondisi sosial ekonomi budaya dan permasalahannya

2. Batas kawasan hutan kurang jelas karena pal batas yang menjadi patokan batas fisik di lapangan sudah banyak yan grusak bahkan hilang. Dari survey pal batas luar kawasan hutan yang telah dilakukan pada tahun 2009 sepanjang + 80 km lebih dari 40% pal batas kawasan sudah tidak ada di lapangan.

3. Belum ada kegiatan rutin untuk melakukan survey dan rehabilitasi terhadap pal batas kawsan hutan.

4. Belum dilakukan penataan hutan meliputi tata blok dan petak. Kegiatan tata hutan yang telah dilakukan terbatas pada areal ijin HTI PT. Shadana Arifnusa pada tahun 2010 seluas 1.794 Ha, sedangkan areal lain baik HKm maupun areal kelola KPHL Rinjani Timur belum dilakukan kegiatan tata hutan.

5. Belum ada rencana pengelolaan hutan dikarenakan kegiatan inventarisasi barudilakukan pada tahun 2011 oleh Dinas Kehutanan Provinsi dan laporan tentang kegiatan tersebut belum diterima oleh KPHL Rinjani Timur. Kegiatan inventarisasi yang dilakukan masih sebatas inventarisasi potensi vegetasi/tegakan sementara inventarisasi HHBK dan fauna belum dilakukan.

6. Terdapat kasus sertifikasi kawasan hutan yang perlu diselesakan secara tertulis. Sertifikat kawasan hutan terjadi pada Kelompok Hutan Lindung Sekaroh (RTK 15) seluas + 20 Ha dan Kelompok Hutan Lindung Petandakan seluas + 2 Ha

7. Terdapat pembangunan perkampungan dalam kawasan Hutan Lindung Sekaroh yang belum dilakukan tindakan hukum

8. Perlindungan dan pengamanan hutan masih bersifat temporer (melalui operasi mendadak dan operasi gabungan). Sedangkan kegiatan

27 - IV

Page 28: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

perlindungan dan pengamanan hutan seperti patroli hutan, penjagaan pos pengamanan, pengendalian perladangan, pengendalian kebakaran dan kegiatan perlindungan lain, yang dilakukan secara terpadu, rutin, terjadwal dan berkelanjutan belum dilakukan dikarenakan keterbatasan jumlah personil, sarana dan prasarana serta keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk mendukung kegiatan tersebut.

4.4.2. Masalah Biofisik

1. Semakin berkurangnya berbagai jenis tanaman hutan seperti kesambi (Schleicera oleosa) dan asam (Tamarindus indica) yang digunakan untuk kebutuhan bahan bakar sehingga berdampak pada menurunya hasil hutan non kayu seperti lak.

2. Belum terkelolanya hasil hutan non kayu seperti madu yang memiliki potensi cukup besar dalam kawasan hutan

4.4.3. Masalah Sosial Ekonomi

Sebagian besar kawasan hutan tertama hutan produksi berada dalam kondis kritis berupa lahan kosong, semak belukar dan hutan rawang dengan potensi yang rendah kondisi ini disebabkan karena:1. Tidak seimbangnya antara kebutuhan kayu (sebesar 105.000 M³)

dengan kemampuan supply (sebesar 55.000 M³) yang umumnya dipasok dari kebun (melalui IPKTM), dan dari APL/HPK (melalui IPK) yang sifatnya temporer.

2. Meningkatnya kebutuhan kayu bakar, yang biasa digunakan masyarakat untuk keperluan memasak dan pembakaran oven tembakau. Hal ini karena pemerintah mengurangi subsidi dan pasokan bahan bakar minyak tanah khususnya ke Provinsi NTB. Di Kabupaten Lombok Timur terdata jumlah oven tembakau sebanyak 10.250 unit dimana setiap oven pada musim pengovenan memerlukan minimal 8 (delapan) SM sehingga kebutuhan kayu untuk bahan bakar oven di Kabupaten Lombok Timur minimal 82.000 SM atau setara dengan 49.200 M3.

3. Sebagian besar masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan tergolong masyakat miskin yang menggantungkan kehidupannya dari kawasan hutan dengan melakukan kegiatan penebangan kayu dan perladangan.

4. Pertambahan penduduk tergolong tinggi. Data statistik menunjukkan jumlah penduduk Lombok Timur tahun 2010 sebanyak 1.105.582 sehingga jika dibandingkan dengan luas daratan, maka rata-rata kepemilikan lahan per orang 0,15 Ha. Tentunya perhitungan ini belum di kurangi dengan pemukiman penduduk.

5. Meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat pertambahan penduduk memicu meningkatnya tekanan terhadap kawasan hutan berupa perambahan dan perladangan dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak kearah alih fungsi kawasan hutan.

28 - IV

Page 29: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

6. Tidak berlanjutnya program pembangunan kehutanan (masih bersifat keproyekan berumur 2-3 tahun), serta kurangnya program pembangunan sektor lain yang menyentuh masyarakat sekitar hutan.

7. Kendala dan permasalahan yang dihadapi di dalam kawasan hutan KPHL Rinjani Timur saat ini adalah banyaknya masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan yang melakukan kegiatan perladangan. Berdasarkan data tahun 2010 jumlah mayarakat yang melakukan perladangan pada hutan produksi lebih dari 1.300 orang yang rata-rata mengolah lahan hutan untuk ditanami tanaman semusim dan MPTS berupa jambu mete dan serikaya. Keberadaan masyarakat dalam kawasan hutan pada dasarnya bermula dari kegiatan-kegiatan rehabilitasi hutan yang melibatkan peran serta masyarakat untuk melakukan penanaman. Keberadaan masyarakat di dalam kawasan hutan tentunya harus disikapi dengan cara menemukan solusi agar mayarakt tersebut dapat dilibatkan dalam pengelolaan hutan oleh KPH sampai dengan proses pemanenanya, misalnya kejelasan aturan dan pelaksanaan bagi hasil tanaman antara KPH dengan masyarakat pengelola dan kejelasan hak dan tanggung jawab serta sanksi yang berlaku.

4.4.4. Masalah Kelembagaan

1. Kelembagaan KPHL Rinjani Timuran kelembagaan KPH diarahkan berbentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sesuai atas dasar peraturan bupati sesuai kewenagan Bupati. Sedangkan berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2007, jo. PP 3 Tahun 2008, Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2010 dan Permendagri nomor 61 tahun 2011 menegaskan bahwa KPH mempunyai tugas dan fungsi sebagi pengelola (pemangku) kawasan hutan dan berbentuk SKPD yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati melaui Sekretaris Daerah. Konsekwensinya adalah arah kebijakan yang dijalankan dalam lingkup pengurusan hutan, serta sistem penganggarannya belum mandiri karena bergantung pada bidang-bidang pada Dinas yang membidangi kehutanan. Konsekuensi lainnya adalah Keterbatasan tata hubungan kerja, karena tata hubungan kerja sebagai UPTD harus dilakukan melalui Dinas Kehutanan, sehingga kurang sesuai dengan tugas dan sifat pekerjaan KPH yang menuntut kecepatan kerja dan meningkatkan intensitas kerjasama dengan lembaga lain.

2. Struktur organisasi yang akan dibentuk melalui Peraturan Bupati belum mencerminkan organisasi pengelola hutan sampai tingkat tapak. Karena dalam struktur organisasi tersebut belum ada Bagian/Resort Pengelola Hutan di lapangan.

3. Jumlah personil KPHL Rinjani Timur masih terbatas. Berdasarkan personil di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur, jumlah personil yang dapat ditempatkan di KPH + 10 orang, sementara pesonil tenaga teknis yang akan mengisi posisi di lapangan (Resort) belum tersedia.

4. Belum adanya Peraturan Gubernur NTB sebagai penjabaran dari PERDA NTB yang mengatur sumbangan pihak ke-tiga dari kawasan hutan.

29 - IV

Page 30: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

PERGUB tersebut sebagai dasar hukum untuk; (a) mengakomodasikan usulan/harapan masyarakat pengelola hutan yang berniat menyerahkan bagi hasil tanaman produktif (Cacao dan Kopi) yang ditanam diantara tegakan hutan, (b) mengatur sumbangan berbagai pihak yang memanfaatkan sumber daya air (PDAM dan perusahaan air mineral) dari kawasan hutan wilayah kerja KPHL Rinjani Barat, dan (c) mengatur sumbangan pihak lainnya yang sejalan dengan amanat PERDA tersebut.

5. Isu strategis dan kendala lainnya yang ada saat ini adalah besarnya minat investor untuk memanfaatkan kawasan hutan lindung terutama Hutan Lindung Sekaroh (RTK 15) untuk pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, namun hal ini belum didukung dengan peraturan menteri kehutanan tentang jasa lingkungan di hutan lindung sehingga proses pengembangan jasa lingkungan wisata alam tersebut menjadi tersendat dan belum dapat dilaksanakan hingga saat ini.

4.5. ARAH PENGELOLAAN KPH

Wilayah KPH Rinjani Timur didominasi oleh Hutan Lindung (84,99%), oleh karena itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008, wilayah pengelolaan KPH Rinjani Timur termasuk dalam kategori Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL). Konsekuensi dari penetapan sebagai KPHL adalah pengelolaan hutan pada kawasan ini cenderung pada upaya perlindungan/konservasi tanah dan air, pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan hutan produksi dilakukan dengan memegang teguh prinsip-prinsip kehutanan berkelanjutan. Karenanya kerjasama dengan berbagai pihak yang sudah ada sebelumnya perlu diperkuat lagi dengan mengedepankan fungsinya sebagai KPHL seperti proyek model rehabilitasi hutan OECF dan JIPPR dan proyek rehabilitasi Mangrove JICA.

Gambar 4.14. Tegakan Sonokeling di Kelompok Hutan Rinjani (RTK 1) Fungsi Hutan Produksi KPHL Rinjani Timur

30 - IV

Page 31: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

KPHL Rinjani Timur merupakan KPH yang diharapkan menjadi salah satu KPH Model di Indonesia. KPHL Rinjani Timur dalam melaksanakan pengelolaan hutan mengedepankan pengelolaan hutan berbasis masyarakat, artinya pengelolaan hutan yang akan dilakukan senantiasa akan melibatkan masyarakat yang telah berada di dalam kawasan hutan dengan manajemen pengelolaan berada di bawah KPH. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penataan kembali masyarakat yang ada di dalam kawasan hutan akan lebih bijaksana dan lebih menguntungkan dibanding upaya mengeluarkan masyarakat dari kawasan hutan.

4.5.1. Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu

Sebagian besar areal KPHL Rinjani Timur merupakan hutan lindung (80% dari total areal KPHL Rinjani Timur), konsekuensi dari kondisi tersebut mengakibatkan pengelolaan kawasan hutan di KPHL Rinjani Timur akan lebih diarahkan pada upaya pengembangan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan. Komoditi hasil hutan non kayu yang akan dikembangkan adalah komoditi yang telah dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat diantaranya madu dan lak, namun tidak menutup kemungkinan untuk pengembangan hasil hutan non kayu lainnya seperti kayu putih, ulat sutra, biofuel dan sebagainya. Lokasi pengembangan hasil hutan non kayu akan diarahkan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi pada Kelompok Hutan Gunung Rinjani (RTK. 1).

Gambar 4.15. Rencana lokasi pengembangan HHBK

31 - IV

Rencana Lokasi Pengembangan HHBK

HL

HP

HL

Page 32: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

4.5.2. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Pemanfaatan jasa lingkungan akan diarahkan pada pemanfaatan potensi air pada kawasan hutan lindung dimana pasokan air bersih bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Lombok Timur berasal dari kawasan hutan lindung Gunung Rinjani yang merupakan area KPHL Rinjani Timur. Selain itu potensi air di kawasan hutan lindung juga akan diarahkan pada pemanfaatan jasa aliran air untuk tenaga mikro hidro dan saat ini terdapat beberapa investor yang berminat untuk pembangunan tenaga listrik mini hidro diantaranya adalah PT. Tirta Daya yang akan memanfaatkan aliran air pada Sungai Sambelia, Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia yang berada pada Kelompok Hutan Gunung Rinjani (RTK 1). Lokasi Pengembangan Pemanfaatan jasa lingkungan air dan aliran air akan difokuskan pada kawasan hutan lindung di bagian utara antara lain kelompok hutan Gunung Rinjani (RTK 1), Petandakan (RTK. 9), dan Gong (RTK 8).

Gambar 4.16. Rencana lokasi Pemanfaatan jasa lingkungan air

Pengembangan jasa lingkungan lainnya yang memiliki potensi yang besar dan menjadi arah pengelolaan di KPHL Rinjani Timur dimasa mendatang adalah

32 - IV

Rencana lokasi pemanfaatan jasa lingkungan air

RTK. 8

RTK. 9

RTK. 1

HL

HPTNGR

HL

Page 33: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

pengembangan jasa lingkungan wisata alam. Pada umumnya kawasan hutan lindung KPHL Rinjani Timur memiliki kondisi yang cukup baik dan berpotensi untuk dijadikan sebagai obyek pariwisata. Hutan lindung di KPHL Rinjani Timur dapat dibagi menjadi dua bagian, yang pertama hutan lindung yang berada di bagian utara yang merupakan bagian dari Gunung Rinjani.

Gambar 4.17. Kondisi Hutan Lindung (RTK 1) di Wilayah KPHL Rinjani Timur

Gambar 4.18. Rencana lokasi Pemanfaatan jasa lingkungan Wisata Alam

33 - IV

Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam

HL

HPTNGR

HL

HL

Page 34: babIV-Analisis Situasiakhir

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Potensi pengembangan jasa lingkungan wisata alam diarahkan pada wisata alam pegunungan dengan menawarkan lingkungan hutan yang masih baik dengan berbagai flora dan fauna di dalamnya. Yang kedua adalah hutan lindung yang ada dibagian selatan yaitu Hutan Lindung Sekaroh (RTK 15). Wisata alam yang dapat dikembangkan di kawasan hutan ini adalah wisata pantai karena kawasan hutan lindung tersebut memiliki panorama pantai yang sangat indah dan saat ini sudah banyak dilirik oleh investor baik dari dalam maupun luar negeri.

Pemanfaatan jasa ingkungan lain yang menjadi focus pengelolaan di KPHL Rinjani Timur adalah Carbon. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa carbon ini didasari adanya kegiatan kegiatan rehabilitasi dalam rangka penjualan karbon (carbon trade) di Kabupaten Lombok Timur yang didanai oleh KOICA dengan pola AR-CDM yang menggunakan kawasan Hutan Lindung Sekaroh (RTK 15). Diharapkan upaya rehabilitasi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengelolaan hutan di KPHL Rinjani Timur.

Pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam juga akan dikembangkan pada kawasan hutan lindung Petandakan. Menteri Kehutanan telah menerbitkan ijin pemanfaatan hutan dalam bentuk KHDTK dalam bentuk Kebun Raya. Proses pembangunan kawasan tersebut difasilitasi oleh LIPI Indonesia. Walaupun tahapan pembangunan telah mulai dilaksanakan, namun masih banayak kendala-kendala yang dihadapi, untuk itu diperlukan percepatan melalui kerja sama dari berbagai pihak yang terkait guna terwujudnya pembangunan Kebun Raya Lemor sebagai bagian dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan hutan petandakan. Selain itu obyek-obyek wisata alam potensial lainnya seperti Gili-gili dan kawasan hutan lainnya yang memiliki panorama alam dan pantai yang indah perlu untuk dikembangkan dengan optimal.

4.5.3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Pemanfaatan hasil hutan kayu tentunya akan di fokuskan pada kawasan hutan produksi yang masih open akses atau diluar kawasan hutan produksi yang telah mendapatkan ijin pemanfaatan. Arah pengelolaan hutan produksi di KPHL Rinjani Timur di arahkan pada optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan produksi yang memiliki luas sekitar 2.500 Ha dengan melakukan pengelolaan bersama masyarakat yang telah berada di dalam kawasan hutan produksi. Lebih dari 1.300 orang telah berada di dalam hutan produksi sehingga menuntut KPH untuk dapat melakukan pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat. Kawasan hutan produksi di KPHL Rijani Timur akan diperuntukkan bagi pengembangan jenis-jenis tanaman kehutanan umur pendek seperti gmelina dan sengon karena terdapat permintaan yang besar akan jenis tanaman ini baik di NTB maupun di provinsi lain seperti Bali dan Jawa Timur. Selain itu juga dikembangkan jenis tanaman kesambi untuk mendukung pengembangan lak. Jenis-jenis tanaman untuk kayu bakar juga akan dikembangkan mengingat besarnya kebutuhan bahan bakar untuk kegiatan pengovenan tembakau yang berlangsung setiap tahun di Kabupaten Lombok Timur dan beberapa kabupaten lain di Pulau Lombok.

34 - IV

Page 35: babIV-Analisis Situasiakhir

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Dokumen Kelembagaan KPHL Rinjani Timur

Data–data yang berkaitan dengan potensi tersebut akan didapatkan melalui kegiatan inventarisasi wilayah KPHL Rinjani Timur. Inventarisasi potensi diharapkan akan mampu memberikan gambaran potensi berikut permasalahan yang dihadapi dilapangan sehingga kedepan penataan wilayah tersebut lebih optimal dan dapat dijadikan acuan serta sebagai bahan pertimbangan pembagian blok/zona-zona pengelolaan serta arah pengelolaan dan pembangunan wilayah KPHL Rinjani Timur di Kabupaten Lombok Timur.

35 - IV

Gambar 4.19. Rencana Lokasi Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

HL

HPTNGR

HL