bab5-dpembelajaranberbasismasalah

13
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH A. PENGERTIAN Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari- hari. PBM bermula dari suatu program inovatif yang dikembangkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada (Neufeld & Barrows, 1974). Program ini dikembangkan berdasar kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa ini PBM telah menyebar ke banyak bidang seperti hukum, ekonomi, arsitektur, teknik, dan kurikulum sekolah.

Upload: hafizdmefid

Post on 30-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gyu

TRANSCRIPT

Page 1: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

A. PENGERTIAN

Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah

metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para

peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan

memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM

merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara

simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan

dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan

sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa

PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu

permasalahan sehari-hari.

PBM bermula dari suatu program inovatif yang dikembangkan di Fakultas

Kedokteran Universitas McMaster, Kanada (Neufeld & Barrows, 1974). Program ini

dikembangkan berdasar kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu

menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa ini

PBM telah menyebar ke banyak bidang seperti hukum, ekonomi, arsitektur, teknik, dan

kurikulum sekolah.

B. FITUR PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Walaupun isi dan struktur pembelajaran dengan PBM dapat berbeda, namun tujuan dan

indikatornya cenderung sama. PBM dimulai dengan asumsi bahwa pembelajaran

merupakan proses yang aktif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor sosial dan kontekstual (Barrow, 1996). Selanjutnya Wilkerson dan Gijselaers (1996)

menyatakan bahwa PBM ditandai oleh pendekatan yang berpusat pada peserta didik

(students’-centered), guru berperan sebagai fasilitator, dan tersedianya soal terbuka (open-

ended question) atau kurang terstruktur (ill-structured) yang digunakan sebagai rangsangan

awal untuk belajar.

Page 2: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

Pembelajaran berpusat pada peserta didik karena mereka diberi kebebasan untuk

mempelajari dan menyelesaikan permasalahan yang diajukan.

Selain menekankan learning by doing, PBM membuat peserta didik menjadi sadar

secara metakognitif (Gijselaers, 1996). Artinya, mereka harus sadar tentang informasi apa

yang telah diketahui mengenai masalah yang dihadapi, informasi apa yang dibutuhkan

untuk memecahkan permasalahan tersebut, dan strategi apa yang akan digunakan untuk

memperlancar pemecahan masalah. Mengartikulasikan pikiran-pikiran tersebut akan

membantu peserta didik menjadi pemecah masalah (problem solver) dan peserta didik yang

mengetahui apa yang harus dilakukan (self-directed) yang lebih efektif. Akan tetapi, mula-

mula banyak peserta didik yang tidak mampu berpikir seperti ini. Oleh karena itu, guru

harus berperan sebagai seorang tutor atau cognitive coach yang memberi model strategi

yang dibutuhkan, membimbing penyelidikan, dan membantu mereka memperjelas

pertanyaan dan menjawabnya (Arumbula-Greenfield, 1996). Guru memainkan peranan

penting dalam membantu peserta didik menjadi peserta didik yang self-directed dan juga

mampu menciptakan suasana kelas yang memungkinkan peserta didik menerima

pengajaran yang sistematis sehingga mereka mampu menerapkannya di kemudian hari

(Gallagher, 1997).

Kerja kelompok juga merupakan aspek penting dari PBM dengan berbagai alasan.

Pertama, kerja kelompok membantu para peserta didik mengembangkan diri, artinya

mereka merasa nyaman mengajukan ide-ide baru dan mengajukan pertanyaan tentang

materi yang dihadapi (Allen, Duch & Groh, 1996). Selain itu, kerja kelompok memperkaya

keterampilan mereka untuk berkomunikasi dan kemampuan untuk mengelola dinamika

kelompok. Akhirnya kerja kelompok menarik dan memotivasi sebab mereka menjadi aktif

terlibat dalam pekerjaan dan mengemban tanggung jawab atas tindakannya (Cohen, 1994).

Karena itu, kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar seseorang.

Dalam PBM, permasalahan yang diajukan bersifat kurang terstruktur. Maksudnya

adalah soal yang sifatnya terbuka yang memiliki banyak solusi dan peserta didik perlu

mengkaji banyak metode sebelum memutuskan jawaban tertentu (Shelton & Smith, 1998).

Dilihat dari segi pendidikan, soal yang kurang terstruktur akan membantu peserta didik

belajar konsep, ide, dan teknik (Gallagher, 1997) karena soal-soal seperti ini memancing

Page 3: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

terjadinya diskusi kelompok dan memberi peserta didik pengalaman memecahkan masalah.

Peserta didik menyadari bahwa masalah-masalah seperti ini secara profesional relevan.

Karena itu peserta didik kemungkinan besar termotivasi untuk menjawabnya.

Dengan PBM, fokus pembelajaran bergerak dari isi ke permasalahan seperti

diilustrasikan oleh Gambar 1. Pembelajaran menjadi lebih realistik untuk menciptakan

metodologi kependidikan yang menekankan dunia nyata, keterampilan berfikir tingkat

tinggi, belajar lintas disiplin, belajar independen, keterampilan kerja kelompok dan

berkomunikasi melalui suasana pembelajaran berbasis masalah.

C. STRUKTUR DAN FORMAT KELAS

Pendekatan PBM relatif baru, karena itu banyak peserta didik belum memiliki pengalaman

dengan pendekatan ini. Karena itu guru sebaiknya menciptakan keadaan kelas yang

menyenangkan dalam kelas baru ini. Misalnya, kesalahan hendaknya dipandang sebagai

kesempatan belajar bukan sebagai indikator kurangnya kemampuan (Bridges & Hallinger,

1996). Selain itu guru perlu mencari keseimbangan antara mengkaji permasalahan secara

mandiri dan secara kelompok (Gijselaers, 1996). Juga guru harus mendorong peserta didik

untuk mengembangkan suasana suasana kelas dan aturan-aturan kerja kelompok, termasuk

kehadiran, jadwal, dan konsekuensi terhadap pelanggaran suatu aturan yang telah

ditetapkan.

Pembelajaran dengan PBM berbeda dengan pembelajaran tradisional. Karena itu

Rangachari (1996) menyarankan beberapa pertemuan dalam PBM ini disertai dengan

MATERI

PEBELAJARGURU

MASALAH

PEBELAJAR

GURU

Gambar 1: Pola pembelajaran Tradisional dan PBM

Page 4: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

brainstorming untuk menentukan isu sentral dari pembelajaran. Alternatif lain, guru dapat

membuat daftar topik dan menanyakan kepada para peserta didik untuk menentukan topik

yang paling menarik. Berdasarkan masukan dari peserta didik ini guru mengembangkan

permasalahan yang akan dibahas. Para peserta didik kemudian berusaha menyelesaikan

permasalahan dalam kelompok yang beranggotakan tiga hingga delapan orang, tergantung

pada banyaknya peserta didik yang mengikuti pembelajaran. Guru sebagai fasilitator harus

mengawasi semua peserta didik supaya terlibat dalam proses penyelesaian masalah dan

harus mengenal sumber daya yang dibutuhkan oleh peserta didik. Bila terdapat banyak

kelompok untuk membahas masalah yang berbeda atau sama, guru dapat dibantu oleh

beberapa orang tutor.

D. MENGEMBANGKAN MASALAH

Ada beberapa ciri permasalahan kurang terstruktur, di antaranya: 1) memerlukan informasi

lebih untuk memahaminya dibandingkan dengan soal biasa, 2) memuat banyak cara

penyelesaian, 3) berubah dengan adanya informasi baru, 4) terhindar dari anggapan bahwa

peserta didik telah mengetahui jawabannya, 5) menciptakan minat dan kontroversi dan

menyebabkan peserta didik bertanya-tanya, 6) terbuka dan cukup kompleks sehingga

memerlukan kerjasama dan perlu pemikiran bukan sekedar ingatan, dan 7) memuat isi

pelajaran.

E. FASE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PBM berlangsung dalam enam fase, yaitu:

Fase 1: Pengajuan permasalahan. Soal yang diajukan seperti dinyatakan sebelumnya harus

tidak terstrktur dengan baik, dalam arti untuk penyelesaiannya diperlukan infoemasi atau

data lebih lanjut, memungkinkan banyak cara atau jawaban, dan cukup luas kandungan

materinya.

Fase2: Apa yang diketahui diketahui dari permasalahan? Dalam fase ini setiap anggota

akan melihat permasalahan dari segi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Kelompok akan mendiskusikan dan menyepakati batasan-batasan mengenai permasalahan

Page 5: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

tersebut, serta memilah-memilah isu-isu dan aspek-aspek yang cukup beralasan untuk

diselidiki lebih lanjut. Analisis awal ini harus menghasilkan titik awal untuk penyelidikan

dan dapat direvisi apabila suatu asumsi dipertanyakan atau informasi baru muncul

kepermukaan.

Fase 3: Apa yang tidak diketahui dari permasalahan? Disini anggota kelompok akan

membuat daftar pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu pembelajaran yang harus dijawab untuk

menjelas permasalahan. Dalam fase ini, anggota kelompok akan mengurai permasalahan

menjadi komponen-komponen, mendiskusikan implikasinya, mengajukan berbagai

penjelasan atau solusi, dan mengembangkan hipotesis kerja. Kegiatan ini seperti fase

“brainstorming” dengan evaluasi; penjelasan atau solusi dicatat. Kelompok perlu

merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan informasi yang dibutuhkan, dan bagaimana

informasi ini diperoleh.

Fase 4: Alternatif Pemecahan. Dalam fase ini anggota kelompok akan mendiskusikan,

mengevaluasi, dan mengorganisir hipotesis dan mengubah hipotesis. Kelompok akan

membuat daftar “Apa yang harus dilakukan?” yang mengarah kepada sumberdaya yang

dibutuhkan, orang yang akan dihubungi, artikel yang akan dibaca, dan tindakan yang perlu

dilakukan oleh para anggota. Dalam fase ini anggota kelompok akan menentukan dan

mengalokasikan tugas-tugas, mengembangkan rencana untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam kelas, bahan bacaan, buku

pelajaran, perpustakaan, perusahaan, video, dan dari seorang pakar tertentu. Bila ada

informasi baru, kelompok perlu menganalisa dan mengevaluasi reliabilitas dan

kegunaannya untuk penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi.

Fase 5: Laporan dan Presentasi Hasil. Pada fase ini, setiap kelompok akan menulis laporan

hasil kerja kelompoknya. Laporan ini memuat hasil kerja kelompok dalam fase-fase

sebelumnya diikuti dengan alasan mengapa suatu alternatif dipilih dan uraian tentang

alternatif tersebut. Pada bagian akhir setiap kelompok menjelaskan konsep yang

terkandung dalam permasalahan yang diajukan dan penyelesaian yang mereka ajukan.

Page 6: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

Misalnya, rumus apa yang mereka gunakan. Laporan ini kemudian dipresentasikan dan

didiskusikan dihadapan semua siswa.

Fase 6: Pengembangan Materi. Dalam fase ini guru akan mengembangkan materi yang

akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam dan memfasilitasi pembelajaran berdasarkan

konsep-konsep yang diajukan oleh setiap kelompok dalam laporannya.

Dengan memperhatikan kegiatan pada setiap fase, para peserta didik menggunakan banyak

waktunya untuk mendiskusikan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan fakta yang

relevan, mencari informasi, dan mendefinisikan isi pembelajaran itu sendiri. Tidak seperti

pembelajaran tradisional, tujuan pembelajaran dalam PBM tidak ditetapkan dimuka.

Sebaliknya, setiap anggota kelompok akan bertanggungjawab untuk membangun isi-isu

atau tujuan berdasarkan analisa kelompok tentang permasalahan yang diberikan.

F. PENGUKURAN DALAM PBM

Secara umum, dan paling sedikit, para peserta didik akan diukur dalam tiga hal:

a. Kemampuan menerapkan. Mendemonstrasikan kemampuan mengatur organisasi dan

konsep dan kerangka manajemen perubahan untuk menentukan dan menganalisa

variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keefektifan organisasi secara keseluruhan.

b. Kemampuan berfikir kritis, Pemecahan masalah dan komunikasi. Mengidentifikasi

permasalahan dan/atau kesempatan dalam kontek organisasi dan membuat rekomendasi

tertentu, yang didukung oleh teori untuk memperjelas masalah. Dengan tepat dan

kompeten menggunakan kerangka teoritis dari desain organisasi dan literatur untuk

menterjemahkan dan menyelesaikan masalah, dan mengkomunikasikan dengan efektif

analisis kepada anggota lainnya dalam berbagai konteks. Mengimplementasikan

kegiatan penyelesaian masalah dengan mengutamakan kualitas.

c. Kemampuan Kerjasama dan Kepemimpinan. Bekerjasama sebagai anggota tim untuk

menyelesaikan suatu tugas, mengambil inisiatif dalam menunjukkan dan menyelesaikan

masalah atau mencari kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam kelompok.

Page 7: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

Dengan demikian, pengukuran dalam PBM sesuai dengan filosofi belajar aktif.

Pengukuran PBL tergolong autentik, dalam arti pengukuran tersebut terstruktur sehingga

para peserta didik dapat memperlihatkan pemahaman mereka terhadap masalah yang

diberikan dan penyelesaiannya dalam cara kontekstual dan bermakna (Gallagher, 1997).

Pilihan ganda, uraian ringkas, atau uraian tidak cukup berarti apabila jawabannya hanya

memerlukan sekedar hafalan. Allen, Duch, dan Groh (1996) menyarankan komentar atau

kritikan atau penilaian dari anggota kelompok lainnya sehubungan dengan kehadiran,

tingkat persiapan untuk kerjasama, keterampilan mendengar dan berkomunikasi,

kemampuan membawa informasi baru dan relevan, dan kemampuan mendukung dan

mengembangkan fungsi kelompok secara keseluruhan dapat dijadikan bahan pertimbangan

untuk pengukuran dan penilaian.

G. CONTOH

Fase 1: Pengajuan Permasalahan

Seorang ibu dengan seorang puteri usia 7 tahun mendapat tunjangan asuransi sebesar Rp

20.000.000 sehubungan meninggal suaminya. Bantu ibu tersebut untuk merencanakan

penggunaan dan pengalokasian uang tersebut secara maksimal sehingga si anak dapat

membiayai puterinya masuk perguruan tinggi dengan kualitas yang baik, UMS misalnya.

Fase 2: Apa yang diketahui?

Setiap kelompok mendiskusikan:

Sianak berusia 7 tahun; artinya perlu 4 jenjang pendidikan atau 14 tahun:

- SD/MI: 6 tahun

- SMP/MTs: 3 tahun

- SMA/SMK?MA: 3 tahun

- PT: 4 tahun

Dana yang tersedia adalah Rp20.000.000

Pekerjaan ibu tidak ada datanya

Fase 3: Apa yang tidak diketahui?

Page 8: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

Berapakah biaya pendidikan di masing-masing jenjang?

- Berapa besar?

- Dimana info ini dapat diperoleh?

Berapakah biaya hidup selama kurun waktu tersebut?

- Berapa besar?

- Dimana info ini dapat diperoleh?

Apakah dana yang tersedia cukup untuk keperluan itu?

- Berapa total biaya?

- Cukupkah?

Apakah inflasi akan mempengaruhi dana tersebut?

- Berapa besar inflasi tahun lalu?

- Berapa besar inflasi tahun depan?

- Dimana info ini diperoleh?

Dapatkah si ibu berusaha untuk mengelola dana?

- Apa yang dapat dilakukan?

- Apakah pengaruhnya terhadap si anak?

- Apakah pengaruhnya terhadap biaya hidup?

Apa yang harus dilakukan dengan dana tersebut?

- Dagang? Berapa modalnya? Berapa keuntungannya? Dimana dapat diperoleh

infonya? Cukupkah untuk biaya pendidikan dan biaya hidup?

- Deposito? Berapa persen bunganya? Cukupkah untuk biaya pendidikan dan

hidup?

Apa tugas masing-masing anggota?

Fase 4: Alternatif Pemecahan

Usaha apa saja yang dapat dilakukan?

Mungkin tidak dilakukan beberapa usaha?

Usaha apa yang paling maksimal hasilnya?

Apakah usaha yang maksimal tersebut dapat mengganggu kehidupan ibu dan anak?

Page 9: BAB5-DPEMBELAJARANBERBASISMASALAH

Fase 5: Laporan dan Presentasi

Apa sistematikanya?

Apa tugas masing-masing anggota?

Fase 6: Pengembangan Materi dan Pembelajarannya

Apa materi utama dari permasalahan ini?

Apa materi prasyaratnya?

Apa implikasi selanjutnya dari materi ini?