bab viii konsep tahapan pengembangan · pdf filemengakibatkan kecelakaan kerja. isi dari mtf...
TRANSCRIPT
84
BAB VIII KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM
PAKAR DI PABRIK UREA
VIII.1 Pendahuluan
Pada bab sebelumnya telah dibuat dan diuraikan pembahasan sebuah model
sistem pakar panduan troubleshooting proses di reaktor urea Kaltim-1 sebagai
sebuah contoh sistem berbasis pengetahuan yang mungkin diimplementasikan di
pabrik. Model tersebut masih sangat sederhana dan untuk bisa benar-benar
diaplikasikan dan bermanfaat di lapangan masih memerlukan banyak
pengembangan. Pada bab ini akan diuraikan konsep tahapan dalam
pengembangan sebuah sistem berbasis pengetahuan yang ditujukan menjadi
sebuah sistem pakar yang akan diaplikasikan khususnya di lingkungan pabrik,
meskipun dengan penyesuaian dapat pula diadopsi untuk aplikasi di lingkungan
non pabrik.
Potensi area aplikasi sistem pakar di pabrik urea sangat luas dan beberapa telah
dibahas sebelumnya yaitu troubleshooting dan diagnosis masalah proses serta
monitoring dan pengendalian proses. Selain itu aplikasi lain yang mungkin adalah
pelatihan operator pabrik, studi HAZOP (hazard and operability), atau aplikasi
untuk sistem reliabilitas & pemeliharaan peralatan pabrik.
Tahapan pengembangan sebuah sistem pakar secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam empat tahapan utama yaitu perencanaan, akuisisi
pengetahuan, perancangan sistem, dan evaluasi seperti ditunjukkan pada Gambar
VIII.1.
VIII.2 Perencanaan
Tahap perencanaan dalam pengembangan sistem pakar mencakup tujuan yang
akan dicapai dan spesifikasi yang disyaratkan. Pada tahap ini harus ditentukan
85
Gambar VIII.1 Blok diagram tahap-tahap pengembangan sistem berbasis
pengetahuan
dengan jelas definisi dan spesifikasi sistem pakar yang akan dibuat, anggaran,
jadwal pelaksanaan, serta sumber daya yang dibutuhkan.
Aplikasi sistem pakar yang dipilih bisa salah satu atau kombinasi aplikasi seperti
telah disebutkan di atas misalnya troubleshooting dan diagnosis proses,
pengendalian proses atau pelatihan operator. Batasan area unit proses harus
PERENCANAAN
EVALUASI
Usulan
heuristis model proses
representasi software
validasi verifikasi
aplikasi
pengguna area
integrasi
OK
revisi
validasi model proses vs heuristis
Implementasi
AKUISISI PENGETAHUAN
PERANCANGAN SISTEM
86
ditentukan dengan jelas, misalnya untuk keseluruhan proses pabrik urea atau
hanya untuk unit proses tertentu seperti : unit sintesis, resirkulasi, evaporasi,
produk akhir atau pengolahan limbah. Untuk awal akan lebih mudah jika sistem
pakar dibuat dalam modul-modul untuk unit proses yang lebih kecil atau masalah-
masalah yang spesifik, yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi
sistem pakar yang lengkap untuk proses di satu pabrik urea. Selanjutnya sasaran
pengguna sistem pakar tersebut harus jelas, misalnya operator lapangan, operator
ruang kendali atau senior operator. Sebagai contoh, didefinisikan bahwa yang
akan dibuat adalah : ”sistem pakar diagnosis masalah proses di pabrik Urea secara
offline untuk operator ruang kendali”.
Ada dua peran penting yang terlibat dalam pengembangan sebuah sistem pakar.
Yang pertama adalah ahli proses/operasi sebagai sumber pengetahuan dan yang
kedua adalah knowledge engineer dari pihak pengembang sistem pakar yang akan
mengambil pengetahuan dari seorang ahli dan menjadikannya sebagai basis
pengetahuan di dalam sistem pakar. Ahli proses/operasi adalah orang yang
memiliki pengetahuan atau keahlian dalam bidang proses dan pengoperasian
pabrik urea, sehingga mampu menyelesaikan atau memberikan rekomendasi jika
terjadi masalah proses di pabrik urea. Yang mungkin dianggap sebagai ahli
proses/operasi antara lain adalah kepala regu, mandor, penyelia, kepala bagian
hingga manajer pabrik dari Departemen Operasi dan insinyur proses senior dari
Biro Teknologi. Sebagai pendukung, insinyur ahli dari Bagian Pemeliharaan atau
Inspeksi Teknik yang terkait mungkin pula dibutuhkan. Knowledge engineer
adalah orang yang menguasai teknik-teknik akuisisi dan representasi pengetahuan,
serta memahami pemrograman dengan perangkat lunak untuk pengembangan
sistem pakar. Dalam hal ini bisa melibatkan staf dari Biro Sistem Informasi jika
memiliki kualifikasi yang sesuai atau dari pihak ketiga.
Dengan definisi yang jelas mengenai sistem pakar yang diusulkan, maka
berikutnya dapat ditentukan perangkat keras dan perangkat lunak yang tepat, yang
akan digunakan untuk menjalankan sistem pakar. Dari sisi perangkat keras,
87
dengan perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat, spesifikasi
komputer saat ini (Personal Computer) pada umumnya sudah mencukupi untuk
menjalankan sistem pakar dengan aplikasi seperti diagnostik masalah proses
secara offline. Kemudian dari sisi perangkat lunak, tersedia banyak pilihan
perangkat lunak untuk pengembangan sistem pakar mulai dari yang bersifat bebas
dan terbuka hingga yang komersial. Perangkat lunak tersebut bisa berupa bahasa
pemrograman seperti PROLOG (programming in logic) dan LISP (list
processing), atau yang sudah berupa expert system shell seperti CLIPS dan G2
dari Gensym (www.gensym.com) yang bersifat komersial.
VIII.3 Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan merupakan tahapan kunci dan yang paling sulit dari
keseluruhan proyek. Pada tahapan ini dibutuhkan kemampuan knowledge
engineer untuk menangkap/mendapatkan pengetahuan dari ahli yang
kemungkinan sulit untuk mengungkapkan secara jelas tentang
pengetahuan/keahlian yang dimilikinya. Pengetahuan baik yang berupa
pengetahuan heuristis maupun pengetahuan proses dalam bentuk model proses,
keseluruhannya merupakan sumber-sumber yang akan membentuk basis
pengetahuan yang lengkap.
Pada Gambar VIII.2 ditunjukkan mengenai peran pengetahuan heuristis (shallow
knowledge) dan pengetahuan proses (deep knowledge) sebagai sumber untuk
akuisisi pengetahuan dalam menyelesaikan masalah proses. Basis data masalah
berisikan kumpulan data masalah proses yang ada di pabrik. Analisis untuk
penyelesaian masalah dalam basis data tersebut dilakukan dengan berdasarkan
pada pengetahuan heuristis dan pengetahuan proses yang telah dikuasai, yang
telah terbukti valid dan tidak ada ketidaksesuaian dari kedua sumber pengetahuan
tersebut. Dalam hal ada ketidaksesuaian antara pengetahuan heuristis dan
pengetahuan proses, harus dilakukan evaluasi untuk merevisi pengetahuan
heuristis atau model pengetahuan proses yang dibuat. Informasi pengetahuan
yang valid menjadi sumber pengetahuan dalam menyelesaikan masalah proses.
88
Dalam menghadapi sebuah masalah proses, diperiksa terlebih dahulu apakah
masalah tersebut sudah ada di dalam basis data masalah atau merupakan masalah
proses yang baru. Untuk masalah yang telah ada di dalam basis data, maka
penyelesaiannya tentu mengikuti analisis berdasarkan sumber pengetahuan yang
telah tersedia. Jika masalah proses tersebut adalah baru, maka harus dilakukan
analisis baru dengan pengetahuan proses yang sesuai yang dapat menjelaskan
masalah yang terjadi, sehingga penyebab dan cara penyelesaian masalah dapat
diputuskan.
Gambar VIII.2 Akuisisi pengetahuan untuk penyelesaian masalah proses
Basis data Masalah
Akuisisi Pengetahuan
Sumber Pengetahuan
Evaluasi
- trouleshooting proses - perbaikan alat - rule of thumbs - best practices
Pengetahuan Heuristis (shallow knowledge) :
ya tidak
- Simulasi proses - Model dinamika fluida - Interaksi fluida struktur - Data bahan konstruksi
- Instrumentasi / kelistrikan
Pengetahuan Proses (deep knowledge) :
Masalah Proses
baru ?
valid ?
89
Sumber pengetahuan di pabrik dapat pula diperoleh dari sumber pendukung
berupa dokumentasi yang telah ada atau sistem yang telah dijalankan. Beberapa
dokumen proses pabrik yang tersedia adalah diagram alir proses, diagram
perpipaan dan instrumentasi, serta manual operasi. Di samping itu sudah ada
beberapa sistem atau kegiatan telah dijalankan yang terkait sangat erat dengan
pengelolaan pengetahuan khususnya pengetahuan proses di pabrik. Beberapa
aktivitas tersebut adalah pendokumentasian kejadian-kejadian penting saat
pengoperasian pabrik dalam bentuk memo to file, penerapan standar sistem
manajemen mutu dan lingkungan, serta yang belum lama ini mulai diadopsi yaitu
penerapan standar praktek terbaik dalam bidang manufaktur yang disebut
Manufacturing Excellence (Manufex).
Memo to file (MTF) merupakan dokumentasi kejadian penting dalam
pengoperasian proses produksi sehari-hari yang diterbitkan oleh bagian operasi,
yang biasanya berkaitan dengan kondisi operasi yang tidak normal seperti
shutdown mendadak, kerusakan peralatan utama proses, gangguan pada kualitas
produk, pencemaran lingkungan karena gangguan proses atau kejadian yang
mengakibatkan kecelakaan kerja. Isi dari MTF mencakup kronologi kejadian,
masalah yang terjadi serta analisis masalah dan tindakan yang dilakukan saat
kejadian serta usulan perbaikan untuk mencegah terulangnya masalah.
Penerapan sistem manajemen mutu (ISO-9001:2000) dan sistem manajemen
lingkungan (ISO-14001) menghasilkan prosedur-prosedur dan instruksi kerja
tertulis yang menjadi acuan baku bagi perusahaan sesuai pasal-pasal yang
disyaratkan dalam standar tersebut. Termasuk di dalamnya adalah prosedur,
instruksi kerja serta baku mutu terkait pengoperasian pabrik. Beberapa di
antaranya merupakan sumber pengetahuan yang mungkin mendukung sistem
pakar yang akan dibuat.
Dari pelaksanaan implementasi sistem Manufex di pabrik terbentuk basis data
masalah-masalah yang mengakibatkan tidak tercapainya sasaran kinerja pabrik.
90
Sebuah metodologi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah
tersebut adalah dengan cara melakukan tindakan perbaikan berdasarkan pada hasil
identifikasi, analisis dan temuan akar penyebab dari masalah tersebut (root cause
analysis/RCA). Struktur analisis masalah dengan RCA sangat sesuai dengan
struktur diagnosis masalah proses pada pembuatan sistem pakar, sehingga
pengetahuan dan pengalaman dari basis data manufex tersebut merupakan sumber
pengetahuan penyelesaian masalah proses yang sangat penting.
Akuisisi pengetahuan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu manual dan
otomatis. Metode manual menggunakan cara-cara seperti wawancara dan
pengamatan untuk mendapatkan pengetahuan yang dikuasai ahli dalam
menyelesaikan kasus. Sementara metode otomatis adalah dengan memanfaatkan
alat bantu yang memfasilitasi akuisisi pengetahuan, misalnya dengan perangkat
lunak bantu yang telah dirancang untuk kegiatan akuisisi pengetahuan.
Pemrograman dengan perangkat lunak untuk sistem pakar seperti CLIPS juga
dapat digunakan untuk akuisisi pengetahuan secara otomatis [Chen, 1999].
Produk dari tahapan akuisisi pengetahuan ini adalah basis pengetahuan kemudian
harus direpresentasikan oleh knowledge engineer ke dalam format yang sesuai
untuk dimasukkan ke dalam perangkat lunak pengembangan sistem pakar.
VIII.4 Perancangan Sistem
Setelah dilakukan akuisisi pengetahuan, tahapan selanjutnya adalah merancang
dan memformulasikan sistem yang akan dibuat dan menuliskannya dalam kode
program yang sesuai. Pekerjaan pada tahap ini berhubungan dengan format
representasi pengetahuan sesuai jenis aplikasi sistem pakar dan perangkat lunak
pembuatan sistem pakar yang telah dipilih.
Sebagaimana telah diketahui ada beberapa metode representasi pengetahuan yaitu
berbasis aturan, berbasis frame, berbasis obyek, serta berbasis model kasus.
Metode yang banyak digunakan adalah representasi pengetahuan dengan basis
91
aturan yang disebut juga sistem produksi, seperti yang dipakai oleh perangkat
lunak pengembangan sistem pakar G2 dan CLIPS yang diaplikasikan untuk
membuat model panduan troubleshooting proses reaktor urea pada bab V. Untuk
sistem pakar yang dibuat dengan basis aturan, maka basis pengetahuan dituliskan
dalam bentuk aturan-aturan. Pembahasan penulisan aturan sebagai bentuk
representasi pengetahuan dengan CLIPS telah diuraikan di bab sebelumnya.
Pada aplikasi sistem pakar di pabrik diharapkan agar dibuat rancangan antarmuka
grafis yang akan memudahkan pengguna berinteraksi dengan sistem pakar. Selain
itu perlu dipertimbangkan apakah sistem pakar hanya akan berdiri sendiri (offline)
atau ada kemungkinan keterkaitan antara perangkat lunak sistem pakar (yang
terdiri dari basis pengetahuan dan mesin pengambilan kesimpulan) dengan basis
data operasi pabrik, sistem pengendalian proses serta model simulasi proses yang
tersedia, sehingga perlu diperhatikan kompatibilitas antar perangkat lunak. Hal
ini terkait dengan kemampuan perangkat lunak sistem pakar yang dipilih. Sebagai
gambaran aplikasi sistem pakar untuk deteksi dan diagnosis kesalahan yang dibuat
dengan G2 dapat berinteraksi dengan program simulasi proses dan sistem kendali
di unit granulasi (Corrie, 2001).
VIII.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah pemrograman sistem pakar selesai untuk memastikan
bahwa sistem pakar telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan seperti yang
telah didefinisikan saat awal proyek pengembangan sistem pakar. Dua cara yang
umum dilakukan untuk mengevaluasi sistem pakar adalah verifikasi dan validasi.
Dengan verifikasi dan validasi akan diperoleh kepastian kualitas sistem pakar
yang dikembangkan.
Verifikasi adalah langkah untuk memeriksa dan memastikan bahwa basis
pengetahuan dan mesin pengambilan kesimpulan pada sistem pakar telah
memenuhi spesifikasi yang disyaratkan dan bebas dari kesalahan. Pada sistem
92
pakar yang dikembangkan dengan expert system shell, verifikasi dapat difokuskan
pada isi basis-pengetahuan yang dihasilkan dari akuisisi pengetahuan dan
dimasukkan dalam sistem pakar. Verifikasi dilakukan dengan cara memeriksa
kemungkinan kesalahan-kesalahan pada pembuatan atau penulisan rules yang
membentuk basis pengetahuan.
Langkah validasi dilakukan untuk memastikan bahwa hasil akhir sistem yang
dibuat adalah benar dan memenuhi kebutuhan pengguna. Teknik validasi yang
paling umum dilakukan adalah pengujian, dengan cara membandingkan hasil
yang diperoleh dari sistem pakar dengan penyelesaian jika dilakukan oleh seorang
ahli terhadap kasus yang tercakup dalam sistem pakar. Sebagai tolok ukur adalah
tingkat akurasi yang menunjukkan prosentasi hasil yang sesuai dari sistem pakar
dan tingkat kecukupan dari sistem pakar dalam memberikan alternatif
penyelesaian terhadap sebuah kasus. Selain itu hasil dari sistem pakar juga dapat
dibandingkan dengan hasil standar yang sudah diketahui atau dari model teoritis.
Pada masalah proses kimia di pabrik, simulasi proses yang telah dibuat
sebelumnya dan terbukti validitasnya juga dapat digunakan untuk validasi sistem
pakar.
Berdasarkan hasil evaluasi dari langkah-langkah di atas dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan pada sistem pakar yang telah dibuat hingga sistem pakar
dapat diterima dan siap untuk diimplementasikan dan dipakai oleh pengguna akhir
sesuai dengan tujuan semula. Selama diimplementasikan, sangat mungkin
perbaikan dan pengembangan dilakukan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan pengetahuan terkait basis pengetahuan atau perluasan aplikasi
sistem pakar tersebut.