bab v usulan penataan pedagang kaki lima …repository.unpas.ac.id/29003/5/(5) bab v usulan dan...

36
179 BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER 5.1 Kapasitas Daya Tampung PKL 5.1.1 Fungsi-Fungsi Yang Perlu Diakomodasi di Gasibu Gasibu merupakan salah satu ruang terbuka publik di Kota Bandung yang memiliki fungsi untuk berbagai aktivitas, salah satunya adalah untuk aktivitas berolahraga. Dengan adanya fungsi sebagai tempat aktivitas PKL pada minggu pagi di Kawasan Gasibu mengakibatkan perlu adanya penataan yang optimal agar fungsi-fungsi Gasibu yang lain dapat diakomodasi di Kawasan Gasibu salah satunya yaitu untuk aktivitas warga berolahraga agar warga yang membutuhkan ruang untuk aktivitas olahraga di Gasibu pada hari minggu pagi memiliki kesempatan untuk tetap melakukan aktivitas olahraganya. Selain sebagai sarana olahraga pada hari Minggu pagi, Gasibu juga berfungsi sebagai tempat untuk berbagai acara pertunjukan seperti pertunjukan kesenian yang menampilkan keragaman budaya dari berbagai wilayah atau pun pertunjukan musik yang sifatnya kontemporer. Tak jarang pula, Gasibu menjadi tempat untuk berkumpulnya komunitas-komunitas yang beragam. Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi tersebut dilakukan 2 alternatif pengaturan yaitu pengaturan waktu dan pemanfaatan ruang di Kawasan Gasibu: A. Pengaturan Waktu Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan sebagai upaya dalam mengoptimalkan fungsi-fungsi di kawasan Gasibu maka salah satunya dapat dilakukan melalui pengaturan waktu atau jam. Dimana dalam hal ini pengaturan waktu yang perlu diatur adalah mengenai waktu pemanfaatan lahan Kawasan Gasibu sebagai tempat berdagang PKL. Waktu kegiatan PKL di Kawasan Gasibu harus dibatasi agar kegiatan lalu lintas sekitar Gasibu tidak terganggu oleh kegiatan PKL khususnya disaat jam

Upload: vothien

Post on 20-May-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

179

BAB V

USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN

GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER

5.1 Kapasitas Daya Tampung PKL

5.1.1 Fungsi-Fungsi Yang Perlu Diakomodasi di Gasibu

Gasibu merupakan salah satu ruang terbuka publik di Kota Bandung yang

memiliki fungsi untuk berbagai aktivitas, salah satunya adalah untuk aktivitas

berolahraga. Dengan adanya fungsi sebagai tempat aktivitas PKL pada minggu

pagi di Kawasan Gasibu mengakibatkan perlu adanya penataan yang optimal agar

fungsi-fungsi Gasibu yang lain dapat diakomodasi di Kawasan Gasibu salah

satunya yaitu untuk aktivitas warga berolahraga agar warga yang membutuhkan

ruang untuk aktivitas olahraga di Gasibu pada hari minggu pagi memiliki

kesempatan untuk tetap melakukan aktivitas olahraganya.

Selain sebagai sarana olahraga pada hari Minggu pagi, Gasibu juga

berfungsi sebagai tempat untuk berbagai acara pertunjukan seperti pertunjukan

kesenian yang menampilkan keragaman budaya dari berbagai wilayah atau pun

pertunjukan musik yang sifatnya kontemporer. Tak jarang pula, Gasibu menjadi

tempat untuk berkumpulnya komunitas-komunitas yang beragam. Untuk

mengakomodasi fungsi-fungsi tersebut dilakukan 2 alternatif pengaturan yaitu

pengaturan waktu dan pemanfaatan ruang di Kawasan Gasibu:

A. Pengaturan Waktu

Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan sebagai upaya dalam

mengoptimalkan fungsi-fungsi di kawasan Gasibu maka salah satunya dapat

dilakukan melalui pengaturan waktu atau jam. Dimana dalam hal ini pengaturan

waktu yang perlu diatur adalah mengenai waktu pemanfaatan lahan Kawasan

Gasibu sebagai tempat berdagang PKL.

Waktu kegiatan PKL di Kawasan Gasibu harus dibatasi agar kegiatan lalu

lintas sekitar Gasibu tidak terganggu oleh kegiatan PKL khususnya disaat jam

180

sibuk di siang hari. Oleh karena itu usulan batas waktu berdagang PKL adalah

sampai pukul 10.00 WIB. Hal tersebut sesuai berdasarkan Pasal 20 Peraturan

Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Bandung Nomor 04 tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan

Pedagang Kaki Lima, pada zona kuning berdasarkan waktu dan tempat PKL

diperbolehkan berdagang. Dimana di dalam Perwal Kawasan Gasibu termasuk

Zona Kuning yang dapat tutup/buka bagi keberadaan PKL pada hari minggu pagi

dengan ketentuan: khusus pada hari minggu waktu berdagang dibatasi mulai jam

04.00 WIB sampai dengan jam 10.00 WIB. Namun jika pada hari minggu

diadakan acara pertunjukan musik dan sebagainya diperlukan alternatif lain yaitu

memindahkan PKL yang berada di lapangan ke lokasi lain yang dirasa dapat

menampung PKL tersebut.

B. Pemanfaatan Ruang

Untuk mengoptimalkan ruang yang ada di Kawasan Gasibu sebagai salah

satu alternatif dalam mengakomodasi kepentingan dari berbagai pihak terkait

maka perlu adanya pemanfaatan ruang dalam penataan PKL di Kawasan Gasibu

agar fungsi-fungsi utama Kawasan Gasibu pada hari minggu pagi dapat berjalan

dengan baik dan optimal.

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 04 tahun 2011

Tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima. Lokasi khusus untuk hari

minggu dan untuk aneka komoditi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a

dan b, Untuk Kawasan Gasibu hanya diperbolehkan pada lokasi sebagai berikut:

1. Zona 1 : Jalan Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur dan Jalan

Haurpanceuh

2. Zona 2 : Jalan Gasibu Timur, dan Lapangan Gasibu

3. Zona 3 : dan Jalan Cilaki

Berdasarkan lokasi yang dapat ditempati PKL tersebut dari ketiga kawasan

tersebut masih ada beberapa lahan dapat dijadikan tempat berolahraga pengunjung

diantaranya pada Zona 1 pada area Monumen Rakyat Jawa Barat dan taman-

181

taman yang ada didalam kawasan Zona 1, pada zona 2 yaitu lokasi sebelah barat

lapangan Gasibu, serta zona 3 pada area di dalam taman Cilaki.

Untuk lebih jelas mengenai pemanfaatan ruang bagi PKL di Kawasan

Gasibu pada Hari Minggu Pagi dapat dilihat pada Peta dibawah ini:

182

183

184

185

5.1.2 Kapasitas Daya Tampung

Penataan pedagang di Kawasan Gasibu merupakan salah satu alternatif

pemecahan masalah kesemrawutannya jumlah PKL yang semakin bertambah

setiap waktunya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lahan

yang dipergunakan untuk kegiatan berdagang para PKL dan membatasi kawasan

untuk kegiatan PKL agar para pedagang disiplin dalam menempati tempat yang

telah disediakan.

Sebelum menata dan mengatur para PKL maka diperlu diketahui berapa

jumlah daya tampung lahan berdasarkan ketentuan tempat berdagang para PKL.

Ketentuan ini telah diatur dalam Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang

Petunjuk pelaksanaan peraturan daerah kota bandung Nomor 04 tahun 2011

Tentang Penataan dan Pembinaan pedagang kaki lima, Pasal 26 yaitu ayat (1)

Tempat berdagang PKL pada setiap lokasi sebagaimana diatur dalam Peraturan

Walikota ini, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. ukuran tempat berdagang PKL, paling besar berukuran 2 x 2 meter;

b. ukuran tempat berdagang khusus untuk PKL kuliner paling besar

berukuran 2 x 3 meter;

c. ukuran tempat berdagang untuk tenda makanan/lesehan termasuk

gerobaknya paling luas 10 meter persegi;

Dalam Peraturan Walikota tersebut tidak mengatur secara rinci mengenai

pengaturan sarana berdagang PKL di Kawasan Gasibu, dimana Kawasan Gasibu

merupakan tempat berdagang para PKL yang sangat kompleks, hal ini terjadi

karena di Kawasan Gasibu terdapat PKL yang menggunakan sarana kendaraan

roda empat. Maka perlu adanya pertimbangan dalam menghitung daya tampung

berdasarkan asumsi yang didapat dari hasil observasi lapangan. Berdasarkan daya

tampung lahan pagi PKL yang dihitung ternyata jumlah pedagang secara aktual

melebihi daya tampung yang ada di Kawasan Gasibu dan mengakibatkan

kepadatan pedagang yang cukup tinggi dengan sarana dagang yang tidak

beraturan hingga mengakibatkan over capacity dalam pemanfaatan ruang.

Berikut adalah tabel perkiraan daya tampung PKL di Kawaan Gasibu pada Hari

minggu pagi.

186

Tabel V.1 Perkiraan Daya Tampung Lahan Untuk PKL di Kawasan Gasibu Per Zona Kawasan

Sumber : Hasil analisis, tahun 2013

1,2,4, 5, 6, 8 : Berdasarkan Perwal no. 888 Tahun 2012

3,7 : Berdasarkan asumsi hasil pengamatan lapangan

Luas

Zona

(m2)

Sub

Zona

Jumlah PKL Berdasarkan Jenis Sarananya

Kebutuhan Lahan PKL

(Panjang Sarana Dagang x Jumlah PKL) Jumlah

Kebuht

uhan

Lahan

PKL

( m2 )

Luas

Daya

Tampu

ng

( m2 )

Tenda

(makanan)

Tenda

(Non) Pikulan Gelaran Gerobak Meja Mobil

Lainn

nya

Tenda

(Makanan)

(1)

Tenda

(Non)

(2)

Pikulan

(3)

Gelaran

(4)

Gerobak

(5)

Meja

(6)

Mobil

(7)

Lainnnya

(8)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) 10m2x (a) 4m

2x (b) 3m

2x(c) 4m

2x(d) 6m

2x(e) 4m

2x(f) 9m

2x(g) 2m

2x(h)

Zona 1

( 67037.6)

Zona 1A 11 32 12 21 18 3 0 5 110 128 36 84 108 6 0 20 492

Zona 1

(9121,5)

Zona 1B 38 262 29 26 21 13 0 15 380 1048 87 104 126 26 0 60 1831

Zona 1C 232 596 27 27 28 22 2 25 2320 2384 81 108 168 44 18 100 5223

Zona 1D 41 188 7 33 25 9 12 8 410 752 21 132 150 18 108 32 1623

Jumlah 322 1078 75 107 92 47 14 53 3220 4312 225 428 552 94 126 212 9169

Zona 2

( 32087.4)

Zona 2A 36 147 11 21 21 10 8 11 360 588 33 84 126 20 72 44 1327 Zona 2

1030.04 Zona 2B 248 674 22 31 65 14 0 62 2480 2696 66 124 390 28 0 248 6032

Zona 2C 0 43 17 23 15 6 0 13 0 172 51 92 90 12 0 52 469

Jumlah 284 864 50 75 101 30 8 86 2840 3456 150 300 606 60 72 344 7828

Zona 3

( 38457.5)

Zona 3A 118 159 13 21 34 2 33 33 1180 636 39 84 204 4 297 132 2576

Zona 3

3139,03

Zona 3B 69 46 5 28 25 4 32 26 690 184 15 112 150 8 288 104 1551

Zona 3C 29 88 9 16 22 1 19 17 290 352 27 64 132 2 171 68 1106

Zona 3D 51 53 4 14 8 3 16 18 510 212 12 56 48 6 144 72 1060

Zona 3E 0 0 23 19 6 6 0 11 0 0 69 76 36 12 0 44 237

Zona 3F 26 23 3 4 5 5 14 3 260 92 9 16 30 10 126 12 555

Jumlah 293 369 57 102 100 21 114 108 2930 1476 171 408 600 42 1026 432 6945

TOTAL 899 2311 182 284 293 98 136 247 8990 9244 546 1136 1758 196 1224 988 23972 13290.6

SELISIH -10681,43m2

187

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lahan yang dapat

dimanfaatkan oleh PKL di Kawasan Gasibu tidak cukup untuk menampung

jumlah PKL yang ada. Jumlah luasan Daya Tampung tersebut dihitung

berdasarkan kemampuan lahan di kawasan gasibu yang dapat menampung lokasi

PKL dan tidak termasuk dengan luasan jalur sirkulasi bagi pengunjung dimana

daya tampung tersebut memiliki selisih sebesar -10681,43 m2. Maka oleh karena

itu Jumlah PKL di Kawasan Gasibu harus di kurangi dan dibatasi atau sebagian

PKL yang ada di Kawasan Gasibu perlu dilakukan relokasi.

Untuk lebih jelasnya mengenai daya tampung PKL Gasibu dapat dilihat

berdasarkan gambar peta dibawah ini, yang mana lokasi berdagang para PKL

dibatasi disetiap zonanya. Untuk zona 1 para PKL dapat menempati pada Jalan

Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda dan tidak diperbolehkan menempati Taman

yang didalamnya agar pengunjung Gasibu dapat melakukan Olahraga di dalam

taman. sedangkan untuk Zona 2 pedagang hanya diperbolehkan pada area

Lapangan Gasibu. Untuk Zona 3 pedagang hanya diperbolehkan menempati Jalan

Cisangkuy dan di Jalan Cilaki Hingga Jalan Cisangkuy atau lokasi PKL

melingkari Taman Cilaki. Jika pada hari minggu pagi diadakan acara pertunjukan

maka PKL terepaksa tidak dapat berdagang di lapangan atau harus dipindah ke

lokasi yang dijinkan. dimana berdasarkan hasil survei PKL yang dapat menempati

lapangan Gasibu adalah ± 620 PKL..

5.2 Pengelompokan Pedagang

Penempatan dan pengaturan komoditas pasar merupakan salah satu unsur

yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penataan pasar tradisional. Hal-hal

yang harus diperhatikan dalam penempatan komoditas pasar antara lain adalah:

Pemisahan yang jelas antara komoditas basah dan kering

Pemisahan yang jelas antara komoditas yang menghasilkan bau dan yang

tidak tidak menghasilkan bau

Jenis dagangan di Kawasan Gasibu bermacam-macam, oleh karena itu

untuk menentukan penempatan jenis-jenis dagangan tersebut, terlebih dahulu

dilakukan pengelompokan pedagang berdasarkan jenis dagangannya. Hal tersebut

188

bertujuan untuk memudahkan penempatan pedagang tersebut sesuai kebutuhan

pengunjung. Berikut ini adalah gambar pengelompokan pedagang berdasarkan

jenis dagangannya. Kelompokan pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya

terbagi atas 9 (sembilan) kelompok, dimana masing-masing kelompok dagangan

terbagi atas beberapa dagangan yang sejenis. Berikut dapat dilihat Gambar

pengelompokan pedagang di Kawasan Gasibu pada hari Minggu pagi di bawah

ini.

Gambar 5.4

Pengelompokan Pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya

pada hari Minggu pagi

Sumber: Hasil analisis, tahun 2012

Gambar pengelompokan pedagang di atas, terbagi atas 9 (sembilan)

kelompok yaitu: kelompok dagangan jenis makanan/minuman, kelompok

Kawasan Gasibu dan Sekitarnya

Kelompok

Makanan/Minuman

Kelompok

Pakaian/Tekstil

Kelompok Peralatan

Rumah Tangga

Kelompok Aksesoris Kelompok Jasa Kelompok Mainan

Kelompok Alas Kaki

dan Tas Kelompok Hewan Kelompok Lain-lain

- Makanan

- Minuman

- Snack (makanan ringan)

- Buah-buahan/Sayuran

- Baju(kemeja/kaos)

- Celana (panjang/pendek)

- Jeket

- Kerudung/jilbab

- Pakaian Dalam

- Perkakas

- Alat-alat dapur

- Kasur dan sprei

- Bantal/guling

- Kucing/Anjing

- Marmut

- Kelinci

- Ular

- Aksesoris

- Casing HP

- Kerajinan Tangan

- Mainan anak

- Boneka

- Koran/majalah/poster

- Buku

- Kaset VCD/DVD

- Obat-obatan

- Jasa permainan anak

- Jasa Pijat reflexi

- Jasa pengobatan

- Sepatu

- Sandal

- Kaos Kaki

- Tas/dompet

189

dagangan jenis Pakaian/tekstil, kelompok dagangan jenis peralatan rumah tangga,

kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis jasa, kelompok

dagangan jenis alas kaki dan tas, kelompok dagangan jenis mainan, kelompok

penjual khusus hewan peliharaan, dan kelompok pedagang lainnya.

Berdasarkan teori penataan pasar tradisional bahwa pengelompokan

pedagang dilakukan untuk memisahkan jenis dagangan basah dan kering, dan

kelompok dagangan menghasilakan bau dan tidak menghasilkan bau. Dengan

adanya pengelompokan pedagang tersebut, para pedagang di Kawasan Gasibu

lebih teratur dan tertib, karena pedagang tidak bebas menempati lokasi yang

mereka inginkan jika lokasi tersebut tidak sesuai dengan jenis dagangan yang

mereka jual. Sedangkan dengan adanya pengelompokan pedagang, pengujung

lebih mudah untuk menemukan barang-barang keperluan mereka karena

pengunjung dapat mengetahui lokasi dagangan /baraang yang mereka butuhkan.

5.3 Penataan Pengelompokan Pedagang

Penataan pengelompokan pedagang terdiri dari pengelompokan pedagang,

penataan pedagang dan pembatasan lahan/lokasi yang ditempati oleh pedagang

setiap hari Minggu pagi.

A. Zona 1 (Kawasan Monemen Perjuangan Rakyat Jawa Barat)

1. Pengelompokan Pedagang

Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan

antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah dengan pola

pengelompokan dagangan yang sejenis dengan alasan agar mudah dicari oleh

calon pembeli. maka pada Zona 1 diusulkan penataan dengan pola

pengelompokan dagangan sejenis dengan membuat blok-blok pengelompokan

dagangan.

Pada Kawasan Zona I (satu) terdapat delapan kelompok barang dagangan

dimana dalam satu kelompok tediri dari beberapa jenis barang dagangan. Berikut

ini adalah Pengelompokan pedagang berdasarkan jenis barang dagangan pada

Zona 1 (satu).

190

Gambar 5.5

Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 1

(Kawasan Monemen Perjuangan Rakyat Jawa Barat)

Sumber: Hasil analisis, tahun 2012

Pada kelompok dagangan yang ada pada Zona 1 (satu) yaitu: kelompok

dagangan jenis makanan/minuman, kelompok dagangan jenis pakaian/tekstil,

kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis peralatan rumah

tangga, kelompok dagangan jenis Jasa/hiburan, kelompok dagangan jenis alas

kaki dan tas serta kelompok dagangan jenis lainnya. Pada Zona 1 (satu) tidak

terdapat kelompok penjual khusus hewan, karena dengan pertimbangan lokasi

tempat pedagang pada Zona 1 (satu) tidak cukup luas dan terbuka dan penjual

khusus hewan tidak terdapat pada Zona 1 (satu), oleh karena itu jenis jualan

khusus hewan hanya cocok terdapat pada Zona 2 (dua).

Zona 1 (Kawasan MPRJB)

Kelompok

Makanan/Minuman

Kelompok

Pakaian/Tekstil

Kelompok Peralatan

Rumah Tangga

Kelompok Aksesoris Kelompok

Jasa/Hiburan

Kelompok Mainan

Kelompok Alas Kaki

dan Tas Kelompok Lain-lain

- Makanan

- Minuman

- Snack (makanan ringan)

- Buah-buahan/Sayuran

- Baju(kemeja/kaos)

- Celana (panjang/pendek)

- Jeket

- Kerudung/jilbab

- Pakaian Dalam

- Perkakas

- Alat-alat dapur

- Kasur dan sprei

- Bantal/guling

- Aksesoris

- Casing HP

- Kerajinan Tangan

- Mainan anak

- Boneka

- Koran/majalah/poster

- Buku

- Kaset VCD/DVD

- Obat-obatan

- Jasa permainan anak

- Jasa Pijat reflexi

- Jasa pengobatan

- Sepatu

- Sandal

- Kaos Kaki

- Tas/dompet

191

2. Penataan Lokasi PKL

Jika melihat jumlah pedagang pada zona 1 setiap hari Minggu pagi,

dimana jumlah jenis dagangan PKL didominasi oleh jenis dagangan

pakaian/tekstil. Hal tersebut terjadi karena pengunjung Kawasan Gasibu setiap

hari Minggu pagi rata-rata berusia remaja dengan tingkat pendidikan rata-rata

SLTP, SLTA, dan Mahasiswa yang membutuhkan pakaian-pakain dengan model

terbaru, sedangkan Kawasan Gasibu merupakan tempat yang paling cocok untuk

berbelanja karena bisa mendapatkan barang dengan harga yang terjangkau. Untuk

itu penataan pedagang pada Zona 1 (satu) didominasi oleh kelompok dagangan

jenis pakaian sesuai dengan pertimbangan jumlah pedagangnya dan kebutuhan

pengunjungnya. Kemudian bila ditelaah berdasarkan analisis penggabungan

Antara Hasil Analisis Persepsi PKL dan Persepsi pengunjung dan AHP pada

Zona 1 (satu) penanganan yang dipilih adalah Mengatur lokasi peruntukan

kegiatan di Gasibu pada hari minggu pagi dan pembatasan jumlah PKL untuk

memecahkan masalah kemacetan lalu-lintas di jalan surapati untuk memberi

kenyamanan bagi pedagang, pengunjung dan pengguna jalan. Berikut dapat

dilihat penataan pedagang di Zona 1 (satu) pada Gambar 5.6 berikut.

192

193

B. Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu)

1. Pengelompokan Pedagang

Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan

antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah pola

pengelompokan dagangan yang sejenis dengan alasan agar mudah dicari oleh

calon pembeli. Pada Kawasan Zona 2 (dua) terdapat 9 (sembilan) kelompok

barang dagangan dimana dalam satu kelompok tediri dari beberapa jenis barang

dagangan. Pengelompokan pedagang pada Zona 2 (dua) dapat dilihat pada gambar

5.7 dibawah ini.

Gambar 5.7

Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 2

(Kawasan Lapangan Gasibu)

Sumber: Hasil analisis, tahun 2012

Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu)

Kelompok

Makanan/Minuman

Kelompok

Pakaian/Tekstil

Kelompok Peralatan

Rumah Tangga

Kelompok Aksesoris Kelompok

Jasa/Hiburan

Kelompok Mainan

Kelompok Alas Kaki

dan Tas Kelompok Hewan Kelompok Lain-lain

- Makanan

- Minuman

- Snack (makanan ringan)

- Buah-buahan/Sayuran

- Baju(kemeja/kaos)

- Celana (panjang/pendek)

- Jeket

- Kerudung/jilbab

- Pakaian Dalam

- Perkakas

- Alat-alat dapur

- Kasur dan sprei

- Bantal/guling

- Kucing/Anjing

- Marmut

- Kelinci

- Ular

- Aksesoris

- Casing HP

- Kerajinan Tangan

- Mainan anak

- Boneka

- Koran/majalah/poster

- Buku

- Kaset VCD/DVD

- Obat-obatan

- Jasa permainan anak

- Jasa Pijat reflexi

- Jasa pengobatan

- Sepatu

- Sandal

- Kaos Kaki

- Tas/dompet

194

Kelompok dagangan yang ada pada Zona 2 (dua) yaitu: kelompok

dagangan jenis makanan/minuman, kelompok dagangan jenis pakaian/tekstil,

kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis peralatan rumah

tangga, kelompok dagangan jenis Jasa/hiburan, kelompok dagangan jenis alas

kaki dan tas, penjual khusus hewan serta kelompok dagangan jenis lainnya, Sesuai

dengan pengelompokan pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya, Kawasan

Zona 2 (dua) merupakan satu-satunya Zona yang memiliki kelompok dagangan 9

(sembilan) kelompok, karena kawasan Zona 2 (dua) selain mempunyai lokasi

yang luas, kawasan tersebut merupakan pusat dari lokasi pedagang di Kawasan

Gasibu dan sekitarnya. Sehingga pengunjung yang datang pada Zona 2 (dua) bisa

menemukan kesembilan jenis dagangan tersebut di Zona ini.

2. Penataan Lokasi PKL

Seperti halnya Kawasan Zona 1 (satu) dimana jumlah jenis dagangan

PKL didominasi oleh jenis dagangan pakaian/tekstil. Namun jenis makanan

merupakan salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kawasan Gasibu.

Maka Penataan pedagang pada Zona 2 (dua) didominasi oleh pedagang pakaian

dan makanan. Tujuan hal tersebut dilakukan, untuk memperkuat daya tarik yang

dimiliki oleh Kawasan Gasibu mengingat Kawasan Zona 2 (dua) merupakan pusat

dari Kawasan Gasibu dan sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 5.8 berikut.

195

196

C. Zona 3 (Kawasan Jalan Diponegoro dan Taman Cilaki)

1. Pengelompokan Pedagang

Pada Kawasan Zona 3 (tiga) Pola pengelompokan yang dipilih

berdasarkan hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL, pengunjung dan

expert dari para ahli adalah dengan pola pengelompokan dagangan yang sejenis

karena dapat memudahkan calon pembeli untuk menemukan barang dagangan

yang hendak dibelinya. Dikarenakan pada zona ini memiliki ruang yang terbatas

maka yang diperbolehkan untuk berdagang PKL hanyalah kelompok dagangan

kuliner. Pedagang Kuliner sangat cocok di tempatkan di Zona 3. Pedagang

kuliner ini adalah pedagang makanan/minuman. Pengelompokan pedagangan

pada Zona 3 (tiga) dapat dilihat pada gambar 5.9 dibawah ini.

Gambar 5.9

Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 3

(Kawasan Jalan Diponegoro dan Taman Cilaki)

Sumber: Hasil analisis, tahun 2012

Pada kelompok dagangan yang ada pada Zona 3 (tiga) yaitu: : kelompok

dagangan jenis makanan/minuman. Kelompok jenis dagangan tersebut terdapat

pada Zona 3 (tiga) karena pertimbangan lokasi yang tidak cukup luas untuk

menampung kelompok jenis dagangan lainnya.

Zona 3

Kelompok

Makanan/Minuman

- Makanan

- Minuman

- Snack (makanan ringan)

- Buah-buahan/Sayuran

197

2. Penataan Lokasi PKL

PKL dengan jenis makanan daerah yang beragam di Zona ini merupakan

salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kawasan Gasibu. Oleh karena

itu pada Zona 3 (tiga) kelompok jenis makanan lebih banyak. Tujuan hal tersebut

dilakukan, untuk memperkuat daya tarik yang dimiliki oleh Kawasan Gasibu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut.

198

199

5.4 Penataan Alur Pergerakan Pengunjung

Menurut teori pasar tradisional, kondisi pasar di Indonesia sangat unik,

terutama dengan perilaku pengguna dalam kegiatan jual beli. Toko/kios seringkali

menempatkan barang dagangannya di luar kios yang dimiliknya (ekspansi),

sehingga mengurangi area jalur pejalan kaki (pedestrian) untuk pembeli. Kondisi

ini mengganggu sistem sirkulasi yang berpotensi menimbulkan kemacetan dan

penumpukan sirkulasi pembeli pada satu area tertentu. Akibatnya pembeli tidak

bisa melihat, memilih, menawar dan membeli dengan leluasa ( Astonik, 2008).

Keadaan tersebut terjadi di Kawasan Gasibu dan sekitarnya setiap hari

Minggu pagi, dimana pedagang menempati jalur sirkulasi pengunjung untuk

menggelar dagangannya, sehingga pengunjung yang sedang berbelanja seringkali

mengalami kemacetan dalam pergerakan alur pengunjung karena terhalang oleh

pedagang. Selain itu, dengan adanya pedagang yang berlebihan, lokasi yang ada

di Kawasan Gasibu dan sekitarnya tidak dapat menampung, sehingga pengunjung

tidak mendapatkan ruang untuk memilih, menawar, dan membeli dengan leluasa

akibatnya di kawasan tersebut seringkali mengalami kemacetan pergerakan alur

pengunjung.

Jika melihat dari hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL,

pengunjung dan expert dari para ahli, dimana responden PKL dan pengunjung

menginginkan dilakukan pengaturan/penataan dan salah satunya adalah

pergerakan alur pengunjung/keluar-masuk pengunjung. Hal tersebut bertujuan

untuk memberikan kenyamanan bagi pedagang yang sedang berjualan, sedangkan

manfaat pengaturan pergerakan alur pengunjung bagi pengunjung Kawasan

Gasibu adalah memberikan kenyamanan bagi pengunjung karena kemacetan yang

biasanya terjadi setiap hari Minggu pagi bisa teratasi dengan adanya pengaturan

tersebut. Untuk lebih jelas mengenai dimensi ruang bagi pengunjung dapat dilihat

dari ilustrasi Gambar 5.11 dibawah ini.

200

Gambar 5.11 Ilustrasi Gambar Penampang Jalur Sirkulasi Pengunjung

Berdasarkan Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang

Pejalan Kaki di Perkotaan, jalur pejalan kaki ini setidaknya berukuran 1,8 hingga

3,0 meter atau lebih luas untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan

dalam kawasan yang memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini

dibuat untuk memberikan kesempatan bagi para pejalan kaki yang berjalan

berdampingan atau bagi pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah satu sama

lain. Untuk itu jalur sirkulasi dibutuhkan lebar jalan minimal 2 X 0,9 m =1,8

meter ditambah ruang pandang, ruang transaksi dan sosial (jual-beli, tawar-

menawar) dan sebagainya sampai 1,2 meter (2 sisi) sehingga total lebar jalur

adalah 1,8 + 1,2 = 3 meter. Sehingga jalur sirkulasi di Kawasan Gasibu dengan

lebar 3 meter. Dimana ruang pejalan kaki masih memiliki kapasitas normal, para

pejalan kaki dapat bergerak dengan arus yang searah secara normal walaupun

pada arah yang berlawanan akan terjadi persinggungan kecil. Arus pejalan kaki

berjalan dengan normal tetapi relatif lambat karena keterbatasan ruang antar

pejalan kaki.

A. Zona 1 (satu)

Lokasi pedagang pada Zona 1 (satu) terdiri dari dua jalan, yaitu: Jalan

Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur, kedua jalan tersebut memiliki

masing-masing satu dan dua jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung. Pergerakan

alur pengunjung pada Zona 1 (satu) di tentukan oleh pintu masuk dan pintu keluar

A B

C

A : Lebar Ruang Pandang/Transaksi

B : Lebar Jalur untuk berjalan

C : Total lebar Jalur Sirkulasi

A

201

yang ada di Zona tersebut, pintu masuk pada Zona 1 (satu) ada 8 (delapan), dan

pintu keluar juga ada 8 (delapan) pintu. Adapun letak-letak pintu masuk tersebut

yaitu: pintu masuk dari arah Jalan Dipatiukur (sebelah Utara Jalan Wirayuda

Timur), pintu masuk dari arah Jalan Singa perbangsa, pintu masuk dari arah Jalan

H. Hasan, pintu masuk dari arah Jalan Surapati (sebelah selatan Jalan Wirayuda

Timur dan Wirayuda Barat), pintu masuk dari arah Jalan Merak, dan pintu masuk

dari arah Jalan Titiran. Sedangkan letak pintu keluar yang ada pada Zona 1 (satu)

yaitu: pintu keluar ke arah Jalan Singa Perbangsa, pintu keluar ke arah Jalan H.

Hasan, pintu keluar ke arah Jalan Surapati (sebelah Selatan Jalan Wirayuda Timur

dan Wirayuda Barat), pintu keluar ke arah Jalan Merak, pintu keluar ke arah Jalan

Titiran, dan pintu keluar yang ada di sebelah Utara Jalan Wirayuda Barat. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pengaturan alur pergerakan pengunjung pada gambar 5.12

dibawah ini.

202

203

Gambar pergerakan alur pengunjung di atas, menunjukan bahwa jalur

utama pengunjung pada Zona 1 (satu) adalah Jalan Wirayuda Timur dan Jalan

Wirayuda Barat. Kedua jalan tersebut masing-masing memiliki satu jalur

pengunjung dan kedua jalur tersebut masing-masing mempunyai 3 (tiga) pintu

masuk dan 3 (tiga) pintu keluar, selain itu kedua jalur dari dua jalan tersebut

hanya mempunyai satu arah, sehingga pengunjung mempunyai jalur yang cukup

luas ketika sedang berbelanja. Namun pengunjung yang ada di Zona 1 (satu) dapat

melalui jalur dua arah untuk menghubungkan antara Jalan Wirayuda Barat dan

Jalan Wirayuda Timur, sehingga pengunjung lebih mudah disaat sedang

berkeliling mencari keperluan mereka. Dengan adanya pengaturan dengan sistem

satu jalur dan satu arah tersebut, bentrokan pergerakan pegunjung bisa teratasi,

dengan ruang yang cukup luas tersebut pengunjung mendapatkan ruang untuk

melihat, ruang memilih, dan ruang untuk tawar menawar. Pengaturan pergerakan

pengunjung dengan cara tersebut atas, akan memberikan kenyamanan dan

keamanan kepada pengunjung yang sedang berbelanja, karena antara satu

pengunjung dengan pengunjung yang lain memiliki jarak yang cukup.

Berdasarkan teori penataan pasar tradisional jarak antara satu individu dengan

individu lainnya adalah diatas 360 cm. Dengan demikian kenyamanan dan

keamanan pengunjung bisa terjamin.

B. Zona 2 (dua)

Untuk pedagang yang ada di Zona 2 (dua) menempati 1 (satu) lokasi yaitu:

Lapangan Gasibu. Pergerakan pengunjung pada zona 2 (dua) ditentukan beberapa

pintu/gerbang masuk yang ada dan pintu keluar. Adapun letak-letak pintu masuk

dan keluar tersebut yaitu: pintu masuk dan keluar yang ada dari arah Jalan

Gazebo ada 2 pintu masuk dan 2 pintu keluar, kemudian pintu masuk dan keluar

dari arah utara yaitu dari jalan Surapati, serta pintu masuk dan keluar dari arah

selatan yaitu Jalan Diponegoro. Dan yang terakhir pintu masuk dan keluar yang

ada di Lapangan Gasibu dari arah Jalan Sentot Alibasa. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pengaturan alur pergerakan pengunjung pada gambar 5.13 dibawah ini.

204

205

Pada gambar di atas menunjukan bahwa, pergerakan pengunjung pada

zona 2 (dua) sebagian besar jalur pengunjung memiliki satu arah. Kawasan

Lapangan Gasibu (zona 2) terbagi atas tiga lokasi yaitu: Jalan Gazebo, Lapangan

Gasibu, dan Jalan Sentot Alibasa. Pada Jalan Gazebo terdiri dari satu jalur yang

dapat dilalui oleh pengunjung, jalan tersebut hanya memiliki satu arah, sehingga

pengunjung yang masuk melalui Jalan Gazebo tidak mengalami bentrokan

pergerakan pengunjung karena jalur tersebut hanya memiliki jalur satu arah dan

masing-masing jalur pengunjung pada Jalan Gazebo memiliki 1 (satu) pintu

masuk dan 1 (satu) pintu keluar, kemudian dari jalan samping Gazebo juga

terdapat pintu masuk dan keluar dua arah yang lagsung berhadapan dengan

gerbang masuk lapangan. Maka secara keseluruhan pintu yang ada di Jalan

Gazebo ada 3 (dua) pintu masuk dan 3 (dua) pintu keluar.

Untuk jalur pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu memiliki 12 (dua

belas) jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung. Kedua belas jalur pengunjung

tersebut tersebar di dalam Lapangan Gasibu yang berbentuk kotak, dimana pada

sisi kiri dan kanan jalur-jalur tersebut terdapat pedagang yang sedang menjajakan

dagangannya. Dari masing-masing jalur pengunjung yang ada di Lapangan

Gasibu rata-rata memiliki satu arah. Hal tersebut dilakukan karena minat

pengunjung untuk berkunjung ke Lapangan Gasibu cukup tinggi oleh karena itu

pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu seringkali mengalami kemacetan

pergerakan alur pengunjung yang disebabkan oleh padatnya pengunjung yang

datang dari berbagai arah. Selain itu terdapat 1 jalur di sebelah barat lapangan

Gasibu yang memiliki 2 arah pergerakan bagi pengunjung.

Pada Jalan Sentot Alibasa memiliki satu jalur yang dapat dilalui oleh

pengunjung, dimana jalur tersebut hanya memiliki satu arah. Namun pada Jalan

Sentot Alibasa memiliki 2 (dua) pintu masuk dan Pintu keluar sehingga akses

untuk masuk ke jalan tersebut cukup mudah karena pada Jalan Sentot Alibasa

berdekatan dengan tempat parkir pangunjung yang ada di zona 2 (dua).

206

C. Zona 3 (tiga)

Pada lokasi pedagang yang ada di zona 3 (tiga) menempati tiga jalan yaitu:

Jalan Diponegoro, Jalan Cilaki dan Jalan Cisangkuy. Pergerakan pengunjung yang

ada di zona 3 (tiga) ditentukan oleh 4 (empat) pintu masuk dan 6 (enam) pintu

keluar. Adapun letak-letak pintu masuk yang di zona 3 (tiga) yaitu: pintu masuk

yang ada di Jalan Diponegoro dari arah Jalan Trunojoyo ( dari arah selatan), pintu

masuk yang ada di Jalan Diponegoro dari arah Pusda’i (dari arah Timur), dan

pintu masuk dari yang ada di Jalan Gazebo dan lapangan Gasibu atau dari zona 2.

Sedangkan letak pintu keluar yang ada di zona 3 (tiga) yaitu: pintu keluar

yang di Jalan Diponegoro ke arah Jalan Trunojoyo, pintu masuk yang ada di Jalan

Diponegoro ke arah Pusda’i, dan pintu keluar ke Jalan Gazebo dan lapangan

Gasibu atau ke zona 2, pintu keluar yang ada di Jalan Cilaki ke arak Jalan

Cimanuk serta di Jalan Cisangkuy ke arah Jalan Diponegoro. Untuk lebih jelas

dapat dilihat jalur pergerakan pengunjung pada gambar 5.14 dibawah ini.

207

208

Gambar pergerakan alur pengunjung di atas, menunjukan bahwa jalur

utama pengunjung pada Zona 3 (tiga) adalah Jalan Diponegoro, Jalan Cilaki dan

Jalan Cisangkuy. Jalur pengunjung yang ada di Jalan Diponegoro ada dua jalur

yaitu jalur kiri dan jalur kanan, masing-masing jalur tersebut mempunyai satu arah

sehingga pergerakan alur pengunjung tidak mengalami kemacetan yang

disebabkan oleh pengunjung yang padat karena pergerakan pengunjung tidak

berlawanan arah. Sedangkan jalur pengunjung yang ada di Jalan Cilaki dan

Cisangkuy ada satu jalur, namun pada jalur ini mempunyai dua arah karena jenis

kelompok dagangan yang ada di Kawasan Taman Cilaki adalah kelompok

dagangan jenis jajanan atau makanan, karena jenis dagangan ini sebagian

merupakan jenis dagangan basah dan menghasilkan bau maka penempatannyapun

dipisahkan dengan jenis dagangan kering dan tidak menghasilkan bau. Sedangkan

untuk akses ke Jalan Cilaki lebih mudah karena pengunjung dapat melalui jalan

tersebut dengan dua arah.

5.5 Pengadaan Fasilitas Pendukung

Untuk menunjang kegiatan PKL yang ada di Kawasan Gasibu agar

memberikan kesan yang nyaman da dapat memenuhi kebutuhan pedagang

maupun pengunjung yang datang maka perlu adanya pengadaan Fasilitas

Pendukung kegiatan. Seperti yang telah dibahas dalam analisis Hubungan antara

persepsi pedagang, persepsi pengunjung dan AHP. Hasil kesimpulan mengenai

faktor kenyamanan berdasarkan analisis gabungan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel V.2

Hasil Kajian Analisis Hubungan mengenai faktor kenyamanan

Zona Hasil Kajian

Zona 1

Fasilitas umum yang Kurang memadai pada lokasi ini

adalah toilet mobile dan tempat parkir toilet sangat diperlukan

bagi aktivitas PKL dan bagi pengunjung di lokasi ini. dan tempat parkir sangat penting untuk

kenyamanan arus lalu lintas

Zona 2 Jadi Fasilitas umum yang dinilai Kurang memadai pada lokasi ini

adalah air bersih dan tempat parkir karena sangat diperlukan bagi aktivitas PKL dan bagi

masyarakat pengunjung Karena toilet telah tersedia di zona ini

Zona 3 Fasilitas umum yang dinilai Kurang memadai pada lokasi ini

adalah air bersih untuk kebutuhan Cuci piring pedagang dan tempat parkir kendaraan karena

sangat diperlukan bagi aktivitas PKL dan bagi masyarakat pengunjung lokasi Zona ini.

Sumber: Hasil Analisis, tahun 2013

209

Berdasarkan Tabel diatas menggambarkan masih kurangnya fasilitas

pendukung yang ada di Kawasan Gasibu untuk menunjang kegiatan PKL

khususnya pada Zona 1. Oleh karena itu perlu adanya pengadaan fasilitas

pendukung seperti MCK/toilet, listrik dan air bersih dikarenakan pada Zona 1

merupakan zona dengan jumlah pedagang terbanyak khususnya pedagang

makanan dan minuman yang membutuhkan sarana MCK. Namun dikarenakan

kegiatan perdagangan di Kawasan Gasibu merupakan kegiatan perdagangan

Temporer maka perlu dipertimbangkan dan diusulkan pengadaan fasilitas yang

multifungsi atau secara temporer juga, misalnya untuk kebutuhan MCK dapat

dipenuhi dengan pengadaan toilet mobile atau toilet portable yang bisa disediakan

oleh pihak pemerintah. Toilet mobile sangat cocok untuk kegiatan temporer

karena bisa bongkar pasang atau digunakan pada waktu tertentu saja dan juga

dapat berpindah-pindah. Berikut contoh gambar toilet mobile yang bisa

digunakan.

Gambar 5.15 Ilustrasi Gambar Toilet Mobile untuk Kegiatan Temporer

Sama halnya untuk air bersih pemerintah bisa menggunakan truk tangki

yang disediakan dibeberapa titik-titik tertentu dapat yang menyediakan kran-kran

air yang dapat digunakan para pegadang.

Selain toilet dan air bersih dapat pula disediakan fasilitas tenda bersama.

Tenda bersama ini sangat direkomendasikan bagi PKL penjual makanan/minuman

210

agar lebih terlihat rapi dan bersih. Tenda bersama tersebut merupakan tenda

portabel yang dapat dibongkar pasang. Berikut contoh ilustrasinya.

Gambar 5.16 Ilustrasi Gambar Tenda Bersama untuk Kegiatan Temporer

Untuk lebih jelasnya mengenai alokasi toilet mobile di Zona 1 dapat

dilihat pada Gambar Peta di bawah ini :

211

212

5.6 Rekomendasi

Dari temuan studi di atas, maka dihasilkan beberapa rekomendasi yang

dapat diajukan untuk perbaikan kondisi Kawasan Gasibu dimasa yang akan

datang. Berikut ini adalah rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan :

1. Sebagai upaya pemecahan masalah PKL di Kawasan Gasibu agar fungsi-

fungsi utama lain dapat berjalan maka dapat dilakukan alternatif pemanfaatan

ruang yaitu dengan tetap mengosongkan beberapa lokasi dari PKL untuk

aktifitas olahraga yaitu di area Taman di Kawasan Zona 1, sebelah barat

lapangan Gasibu dan di Taman Cilaki Zona 3.

2. Daya tampung bagi PKL yang ada tidak dapat menampung jumlah PKL yang

ada saat ini (over capacity). Maka seharusnya Pemerintah perlu melakukan

pengurangan/pembatasan jumlah PKL atau merelokasi sebagian PKL di

Kawasan Gasibu agar keberadaan PKL tidak meluas dan mengganggu

aktivitas lalu lintas di Kawasan Gasibu.

3. Dalam penataan aktivitas PKL, sarana pendukung kegiatan PKL ataupun

olahraga seperti lahan parkir, air bersih, sanitasi, sampah dan sarana umum

lainnya perlu disediakan juga sebagai salah satu alat untuk mengendalikan

PKL, Karena PKL Gasibu merupakan aktivitas Temporer maka untuk

fasilitas-fasilitas pendukung seperti toilet bisa menggunakan toilet

mobile/portabel agar suasana gasibu tetap bersih dan nyaman.

4. Sebaiknya pihak pengelola dan pemerintah Kota Bandung menyediakan

fasilitas berupa tenda bersama bongkar pasang yang dapat disewakan kepada

para PKL, sehingga keberadaan PKL tersebut dapat terlihat lebih rapi dan

juga memberikan pemasukan bagi pihak pengelola maupun pemerintah Kota

Bandung dari hasil penyewaan tenda bongkar pasang tersebut.

5. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandung dan koordinator PKL bisa

berkoordinasi untuk lebih memperhatikan lokasi tempat parkir pengunjung

agar tidak mengganggu arus lalu lintas di sekitar Kawasan Gasibu.

7. Untuk ketertiban dan kelancaran dalam kegiatan berdagangnya sebaiknya

setiap PKL Kawasan Gasibu mengajukan permohonan pembuatan tanda

213

pengenal kepada Walikota melalui Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil

Menengah dan Perindustrian Perdagangan untuk membuat tanda pengenal

sesuai dengan yang diatur dalam Perwal no 888 Tahun 2012 Agar

memudahkan bagi pihak terkait dalam melakukan pembinaan dan penataan

PKL di Kawasan Gasibu, misalnya dalam pengalokasian tempat berdagang

PKL dan memfasilitasi para pedagang dalam bantuan pinjaman modal dan

fasilitas tenda.

8. Setiap PKL dan Pengunjung diharapkan untuk menjaga keindahan,

ketertiban, keamanan, kebersihan, dan kesehatan serta fungsi fasilitas umum

di Kawasan Gasibu untuk memberikan kesan nyaman dan aman sebagai salah

satu tempat wisata belanja temporer di Kota Bandung.

5.7 Kelemahan Studi

Penelitian yang dilakukan mempunyai beberapa kelemahan, dan hal ini

harus dihindari karena untuk kesempurnaan studi yang akan dilakukan. Berikut

adalah kelemahan studi yang telah dilakukan :

1. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga tidak diketahui alasan apa

yang menyebabkan seorang responden layak dijadikan sampel dalam penelitian

pada hari Minggu pagi.

2. Kuesioner sebagian besar merupakan isian tertutup (multiple choise), bukan

isian terbuka. Dengan demikian maka jawaban-jawaban responden terbatas

pada pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan.

3. Pada analisis AHP hanya indikator dengan rangking teratas berdasarkan faktor

level pertama yang dijadikan prioritas untuk digabungkan dengan analisis

persepsi pedagang dan pengunjung sebagai bahan usulan dalam penataan PKL

Kawasan Gasibu.

4. Penataan PKL hanya sebatas usulan rencana saja tidak termasuk pemanfaatan

dan pengendalian.

214

5.8 Saran Untuk Studi Lanjutan

Mengingat penelitian ini yang jauh dari sempurna dan keterbatasan

penulis, maka diharapkan dapat dilakukan studi lanjut yang berkaitan dengan

penataan PKL. Sehingga akan menjadikan suatu sumbangan yang berharga dalam

menangani permasalahan PKL di kawasan Gasibu khususnya, maupun di Kota

Bandung pada umumnya. Studi lanjutan yang disarankan adalah :

1. Untuk penataan lebih lanjut dibutuhkan beberapa bidang keilmuan seperti

Arsitektur sehingga dapat memberikan penataan visual dan pemetaan pedagang

yang lebih jelas.

2. Studi mengenai lokasi tempat parkir bagi pengunjung Kawasan Gasibu di Hari

Minggu pagi

3. Perlu dilakukan studi khusus terkait dengan manajemen lalu lintas dengan

tujuan memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan yang hanya sekedar

melintas di Kawasan Gasibu sekitarnya pada hari Minggu pagi.