bab v usulan penataan pedagang kaki lima …repository.unpas.ac.id/29003/5/(5) bab v usulan dan...
TRANSCRIPT
179
BAB V
USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN
GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER
5.1 Kapasitas Daya Tampung PKL
5.1.1 Fungsi-Fungsi Yang Perlu Diakomodasi di Gasibu
Gasibu merupakan salah satu ruang terbuka publik di Kota Bandung yang
memiliki fungsi untuk berbagai aktivitas, salah satunya adalah untuk aktivitas
berolahraga. Dengan adanya fungsi sebagai tempat aktivitas PKL pada minggu
pagi di Kawasan Gasibu mengakibatkan perlu adanya penataan yang optimal agar
fungsi-fungsi Gasibu yang lain dapat diakomodasi di Kawasan Gasibu salah
satunya yaitu untuk aktivitas warga berolahraga agar warga yang membutuhkan
ruang untuk aktivitas olahraga di Gasibu pada hari minggu pagi memiliki
kesempatan untuk tetap melakukan aktivitas olahraganya.
Selain sebagai sarana olahraga pada hari Minggu pagi, Gasibu juga
berfungsi sebagai tempat untuk berbagai acara pertunjukan seperti pertunjukan
kesenian yang menampilkan keragaman budaya dari berbagai wilayah atau pun
pertunjukan musik yang sifatnya kontemporer. Tak jarang pula, Gasibu menjadi
tempat untuk berkumpulnya komunitas-komunitas yang beragam. Untuk
mengakomodasi fungsi-fungsi tersebut dilakukan 2 alternatif pengaturan yaitu
pengaturan waktu dan pemanfaatan ruang di Kawasan Gasibu:
A. Pengaturan Waktu
Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan sebagai upaya dalam
mengoptimalkan fungsi-fungsi di kawasan Gasibu maka salah satunya dapat
dilakukan melalui pengaturan waktu atau jam. Dimana dalam hal ini pengaturan
waktu yang perlu diatur adalah mengenai waktu pemanfaatan lahan Kawasan
Gasibu sebagai tempat berdagang PKL.
Waktu kegiatan PKL di Kawasan Gasibu harus dibatasi agar kegiatan lalu
lintas sekitar Gasibu tidak terganggu oleh kegiatan PKL khususnya disaat jam
180
sibuk di siang hari. Oleh karena itu usulan batas waktu berdagang PKL adalah
sampai pukul 10.00 WIB. Hal tersebut sesuai berdasarkan Pasal 20 Peraturan
Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Bandung Nomor 04 tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima, pada zona kuning berdasarkan waktu dan tempat PKL
diperbolehkan berdagang. Dimana di dalam Perwal Kawasan Gasibu termasuk
Zona Kuning yang dapat tutup/buka bagi keberadaan PKL pada hari minggu pagi
dengan ketentuan: khusus pada hari minggu waktu berdagang dibatasi mulai jam
04.00 WIB sampai dengan jam 10.00 WIB. Namun jika pada hari minggu
diadakan acara pertunjukan musik dan sebagainya diperlukan alternatif lain yaitu
memindahkan PKL yang berada di lapangan ke lokasi lain yang dirasa dapat
menampung PKL tersebut.
B. Pemanfaatan Ruang
Untuk mengoptimalkan ruang yang ada di Kawasan Gasibu sebagai salah
satu alternatif dalam mengakomodasi kepentingan dari berbagai pihak terkait
maka perlu adanya pemanfaatan ruang dalam penataan PKL di Kawasan Gasibu
agar fungsi-fungsi utama Kawasan Gasibu pada hari minggu pagi dapat berjalan
dengan baik dan optimal.
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 04 tahun 2011
Tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima. Lokasi khusus untuk hari
minggu dan untuk aneka komoditi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
dan b, Untuk Kawasan Gasibu hanya diperbolehkan pada lokasi sebagai berikut:
1. Zona 1 : Jalan Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur dan Jalan
Haurpanceuh
2. Zona 2 : Jalan Gasibu Timur, dan Lapangan Gasibu
3. Zona 3 : dan Jalan Cilaki
Berdasarkan lokasi yang dapat ditempati PKL tersebut dari ketiga kawasan
tersebut masih ada beberapa lahan dapat dijadikan tempat berolahraga pengunjung
diantaranya pada Zona 1 pada area Monumen Rakyat Jawa Barat dan taman-
181
taman yang ada didalam kawasan Zona 1, pada zona 2 yaitu lokasi sebelah barat
lapangan Gasibu, serta zona 3 pada area di dalam taman Cilaki.
Untuk lebih jelas mengenai pemanfaatan ruang bagi PKL di Kawasan
Gasibu pada Hari Minggu Pagi dapat dilihat pada Peta dibawah ini:
185
5.1.2 Kapasitas Daya Tampung
Penataan pedagang di Kawasan Gasibu merupakan salah satu alternatif
pemecahan masalah kesemrawutannya jumlah PKL yang semakin bertambah
setiap waktunya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lahan
yang dipergunakan untuk kegiatan berdagang para PKL dan membatasi kawasan
untuk kegiatan PKL agar para pedagang disiplin dalam menempati tempat yang
telah disediakan.
Sebelum menata dan mengatur para PKL maka diperlu diketahui berapa
jumlah daya tampung lahan berdasarkan ketentuan tempat berdagang para PKL.
Ketentuan ini telah diatur dalam Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang
Petunjuk pelaksanaan peraturan daerah kota bandung Nomor 04 tahun 2011
Tentang Penataan dan Pembinaan pedagang kaki lima, Pasal 26 yaitu ayat (1)
Tempat berdagang PKL pada setiap lokasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Walikota ini, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. ukuran tempat berdagang PKL, paling besar berukuran 2 x 2 meter;
b. ukuran tempat berdagang khusus untuk PKL kuliner paling besar
berukuran 2 x 3 meter;
c. ukuran tempat berdagang untuk tenda makanan/lesehan termasuk
gerobaknya paling luas 10 meter persegi;
Dalam Peraturan Walikota tersebut tidak mengatur secara rinci mengenai
pengaturan sarana berdagang PKL di Kawasan Gasibu, dimana Kawasan Gasibu
merupakan tempat berdagang para PKL yang sangat kompleks, hal ini terjadi
karena di Kawasan Gasibu terdapat PKL yang menggunakan sarana kendaraan
roda empat. Maka perlu adanya pertimbangan dalam menghitung daya tampung
berdasarkan asumsi yang didapat dari hasil observasi lapangan. Berdasarkan daya
tampung lahan pagi PKL yang dihitung ternyata jumlah pedagang secara aktual
melebihi daya tampung yang ada di Kawasan Gasibu dan mengakibatkan
kepadatan pedagang yang cukup tinggi dengan sarana dagang yang tidak
beraturan hingga mengakibatkan over capacity dalam pemanfaatan ruang.
Berikut adalah tabel perkiraan daya tampung PKL di Kawaan Gasibu pada Hari
minggu pagi.
186
Tabel V.1 Perkiraan Daya Tampung Lahan Untuk PKL di Kawasan Gasibu Per Zona Kawasan
Sumber : Hasil analisis, tahun 2013
1,2,4, 5, 6, 8 : Berdasarkan Perwal no. 888 Tahun 2012
3,7 : Berdasarkan asumsi hasil pengamatan lapangan
Luas
Zona
(m2)
Sub
Zona
Jumlah PKL Berdasarkan Jenis Sarananya
Kebutuhan Lahan PKL
(Panjang Sarana Dagang x Jumlah PKL) Jumlah
Kebuht
uhan
Lahan
PKL
( m2 )
Luas
Daya
Tampu
ng
( m2 )
Tenda
(makanan)
Tenda
(Non) Pikulan Gelaran Gerobak Meja Mobil
Lainn
nya
Tenda
(Makanan)
(1)
Tenda
(Non)
(2)
Pikulan
(3)
Gelaran
(4)
Gerobak
(5)
Meja
(6)
Mobil
(7)
Lainnnya
(8)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) 10m2x (a) 4m
2x (b) 3m
2x(c) 4m
2x(d) 6m
2x(e) 4m
2x(f) 9m
2x(g) 2m
2x(h)
Zona 1
( 67037.6)
Zona 1A 11 32 12 21 18 3 0 5 110 128 36 84 108 6 0 20 492
Zona 1
(9121,5)
Zona 1B 38 262 29 26 21 13 0 15 380 1048 87 104 126 26 0 60 1831
Zona 1C 232 596 27 27 28 22 2 25 2320 2384 81 108 168 44 18 100 5223
Zona 1D 41 188 7 33 25 9 12 8 410 752 21 132 150 18 108 32 1623
Jumlah 322 1078 75 107 92 47 14 53 3220 4312 225 428 552 94 126 212 9169
Zona 2
( 32087.4)
Zona 2A 36 147 11 21 21 10 8 11 360 588 33 84 126 20 72 44 1327 Zona 2
1030.04 Zona 2B 248 674 22 31 65 14 0 62 2480 2696 66 124 390 28 0 248 6032
Zona 2C 0 43 17 23 15 6 0 13 0 172 51 92 90 12 0 52 469
Jumlah 284 864 50 75 101 30 8 86 2840 3456 150 300 606 60 72 344 7828
Zona 3
( 38457.5)
Zona 3A 118 159 13 21 34 2 33 33 1180 636 39 84 204 4 297 132 2576
Zona 3
3139,03
Zona 3B 69 46 5 28 25 4 32 26 690 184 15 112 150 8 288 104 1551
Zona 3C 29 88 9 16 22 1 19 17 290 352 27 64 132 2 171 68 1106
Zona 3D 51 53 4 14 8 3 16 18 510 212 12 56 48 6 144 72 1060
Zona 3E 0 0 23 19 6 6 0 11 0 0 69 76 36 12 0 44 237
Zona 3F 26 23 3 4 5 5 14 3 260 92 9 16 30 10 126 12 555
Jumlah 293 369 57 102 100 21 114 108 2930 1476 171 408 600 42 1026 432 6945
TOTAL 899 2311 182 284 293 98 136 247 8990 9244 546 1136 1758 196 1224 988 23972 13290.6
SELISIH -10681,43m2
187
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lahan yang dapat
dimanfaatkan oleh PKL di Kawasan Gasibu tidak cukup untuk menampung
jumlah PKL yang ada. Jumlah luasan Daya Tampung tersebut dihitung
berdasarkan kemampuan lahan di kawasan gasibu yang dapat menampung lokasi
PKL dan tidak termasuk dengan luasan jalur sirkulasi bagi pengunjung dimana
daya tampung tersebut memiliki selisih sebesar -10681,43 m2. Maka oleh karena
itu Jumlah PKL di Kawasan Gasibu harus di kurangi dan dibatasi atau sebagian
PKL yang ada di Kawasan Gasibu perlu dilakukan relokasi.
Untuk lebih jelasnya mengenai daya tampung PKL Gasibu dapat dilihat
berdasarkan gambar peta dibawah ini, yang mana lokasi berdagang para PKL
dibatasi disetiap zonanya. Untuk zona 1 para PKL dapat menempati pada Jalan
Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda dan tidak diperbolehkan menempati Taman
yang didalamnya agar pengunjung Gasibu dapat melakukan Olahraga di dalam
taman. sedangkan untuk Zona 2 pedagang hanya diperbolehkan pada area
Lapangan Gasibu. Untuk Zona 3 pedagang hanya diperbolehkan menempati Jalan
Cisangkuy dan di Jalan Cilaki Hingga Jalan Cisangkuy atau lokasi PKL
melingkari Taman Cilaki. Jika pada hari minggu pagi diadakan acara pertunjukan
maka PKL terepaksa tidak dapat berdagang di lapangan atau harus dipindah ke
lokasi yang dijinkan. dimana berdasarkan hasil survei PKL yang dapat menempati
lapangan Gasibu adalah ± 620 PKL..
5.2 Pengelompokan Pedagang
Penempatan dan pengaturan komoditas pasar merupakan salah satu unsur
yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penataan pasar tradisional. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam penempatan komoditas pasar antara lain adalah:
Pemisahan yang jelas antara komoditas basah dan kering
Pemisahan yang jelas antara komoditas yang menghasilkan bau dan yang
tidak tidak menghasilkan bau
Jenis dagangan di Kawasan Gasibu bermacam-macam, oleh karena itu
untuk menentukan penempatan jenis-jenis dagangan tersebut, terlebih dahulu
dilakukan pengelompokan pedagang berdasarkan jenis dagangannya. Hal tersebut
188
bertujuan untuk memudahkan penempatan pedagang tersebut sesuai kebutuhan
pengunjung. Berikut ini adalah gambar pengelompokan pedagang berdasarkan
jenis dagangannya. Kelompokan pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya
terbagi atas 9 (sembilan) kelompok, dimana masing-masing kelompok dagangan
terbagi atas beberapa dagangan yang sejenis. Berikut dapat dilihat Gambar
pengelompokan pedagang di Kawasan Gasibu pada hari Minggu pagi di bawah
ini.
Gambar 5.4
Pengelompokan Pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya
pada hari Minggu pagi
Sumber: Hasil analisis, tahun 2012
Gambar pengelompokan pedagang di atas, terbagi atas 9 (sembilan)
kelompok yaitu: kelompok dagangan jenis makanan/minuman, kelompok
Kawasan Gasibu dan Sekitarnya
Kelompok
Makanan/Minuman
Kelompok
Pakaian/Tekstil
Kelompok Peralatan
Rumah Tangga
Kelompok Aksesoris Kelompok Jasa Kelompok Mainan
Kelompok Alas Kaki
dan Tas Kelompok Hewan Kelompok Lain-lain
- Makanan
- Minuman
- Snack (makanan ringan)
- Buah-buahan/Sayuran
- Baju(kemeja/kaos)
- Celana (panjang/pendek)
- Jeket
- Kerudung/jilbab
- Pakaian Dalam
- Perkakas
- Alat-alat dapur
- Kasur dan sprei
- Bantal/guling
- Kucing/Anjing
- Marmut
- Kelinci
- Ular
- Aksesoris
- Casing HP
- Kerajinan Tangan
- Mainan anak
- Boneka
- Koran/majalah/poster
- Buku
- Kaset VCD/DVD
- Obat-obatan
- Jasa permainan anak
- Jasa Pijat reflexi
- Jasa pengobatan
- Sepatu
- Sandal
- Kaos Kaki
- Tas/dompet
189
dagangan jenis Pakaian/tekstil, kelompok dagangan jenis peralatan rumah tangga,
kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis jasa, kelompok
dagangan jenis alas kaki dan tas, kelompok dagangan jenis mainan, kelompok
penjual khusus hewan peliharaan, dan kelompok pedagang lainnya.
Berdasarkan teori penataan pasar tradisional bahwa pengelompokan
pedagang dilakukan untuk memisahkan jenis dagangan basah dan kering, dan
kelompok dagangan menghasilakan bau dan tidak menghasilkan bau. Dengan
adanya pengelompokan pedagang tersebut, para pedagang di Kawasan Gasibu
lebih teratur dan tertib, karena pedagang tidak bebas menempati lokasi yang
mereka inginkan jika lokasi tersebut tidak sesuai dengan jenis dagangan yang
mereka jual. Sedangkan dengan adanya pengelompokan pedagang, pengujung
lebih mudah untuk menemukan barang-barang keperluan mereka karena
pengunjung dapat mengetahui lokasi dagangan /baraang yang mereka butuhkan.
5.3 Penataan Pengelompokan Pedagang
Penataan pengelompokan pedagang terdiri dari pengelompokan pedagang,
penataan pedagang dan pembatasan lahan/lokasi yang ditempati oleh pedagang
setiap hari Minggu pagi.
A. Zona 1 (Kawasan Monemen Perjuangan Rakyat Jawa Barat)
1. Pengelompokan Pedagang
Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan
antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah dengan pola
pengelompokan dagangan yang sejenis dengan alasan agar mudah dicari oleh
calon pembeli. maka pada Zona 1 diusulkan penataan dengan pola
pengelompokan dagangan sejenis dengan membuat blok-blok pengelompokan
dagangan.
Pada Kawasan Zona I (satu) terdapat delapan kelompok barang dagangan
dimana dalam satu kelompok tediri dari beberapa jenis barang dagangan. Berikut
ini adalah Pengelompokan pedagang berdasarkan jenis barang dagangan pada
Zona 1 (satu).
190
Gambar 5.5
Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 1
(Kawasan Monemen Perjuangan Rakyat Jawa Barat)
Sumber: Hasil analisis, tahun 2012
Pada kelompok dagangan yang ada pada Zona 1 (satu) yaitu: kelompok
dagangan jenis makanan/minuman, kelompok dagangan jenis pakaian/tekstil,
kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis peralatan rumah
tangga, kelompok dagangan jenis Jasa/hiburan, kelompok dagangan jenis alas
kaki dan tas serta kelompok dagangan jenis lainnya. Pada Zona 1 (satu) tidak
terdapat kelompok penjual khusus hewan, karena dengan pertimbangan lokasi
tempat pedagang pada Zona 1 (satu) tidak cukup luas dan terbuka dan penjual
khusus hewan tidak terdapat pada Zona 1 (satu), oleh karena itu jenis jualan
khusus hewan hanya cocok terdapat pada Zona 2 (dua).
Zona 1 (Kawasan MPRJB)
Kelompok
Makanan/Minuman
Kelompok
Pakaian/Tekstil
Kelompok Peralatan
Rumah Tangga
Kelompok Aksesoris Kelompok
Jasa/Hiburan
Kelompok Mainan
Kelompok Alas Kaki
dan Tas Kelompok Lain-lain
- Makanan
- Minuman
- Snack (makanan ringan)
- Buah-buahan/Sayuran
- Baju(kemeja/kaos)
- Celana (panjang/pendek)
- Jeket
- Kerudung/jilbab
- Pakaian Dalam
- Perkakas
- Alat-alat dapur
- Kasur dan sprei
- Bantal/guling
- Aksesoris
- Casing HP
- Kerajinan Tangan
- Mainan anak
- Boneka
- Koran/majalah/poster
- Buku
- Kaset VCD/DVD
- Obat-obatan
- Jasa permainan anak
- Jasa Pijat reflexi
- Jasa pengobatan
- Sepatu
- Sandal
- Kaos Kaki
- Tas/dompet
191
2. Penataan Lokasi PKL
Jika melihat jumlah pedagang pada zona 1 setiap hari Minggu pagi,
dimana jumlah jenis dagangan PKL didominasi oleh jenis dagangan
pakaian/tekstil. Hal tersebut terjadi karena pengunjung Kawasan Gasibu setiap
hari Minggu pagi rata-rata berusia remaja dengan tingkat pendidikan rata-rata
SLTP, SLTA, dan Mahasiswa yang membutuhkan pakaian-pakain dengan model
terbaru, sedangkan Kawasan Gasibu merupakan tempat yang paling cocok untuk
berbelanja karena bisa mendapatkan barang dengan harga yang terjangkau. Untuk
itu penataan pedagang pada Zona 1 (satu) didominasi oleh kelompok dagangan
jenis pakaian sesuai dengan pertimbangan jumlah pedagangnya dan kebutuhan
pengunjungnya. Kemudian bila ditelaah berdasarkan analisis penggabungan
Antara Hasil Analisis Persepsi PKL dan Persepsi pengunjung dan AHP pada
Zona 1 (satu) penanganan yang dipilih adalah Mengatur lokasi peruntukan
kegiatan di Gasibu pada hari minggu pagi dan pembatasan jumlah PKL untuk
memecahkan masalah kemacetan lalu-lintas di jalan surapati untuk memberi
kenyamanan bagi pedagang, pengunjung dan pengguna jalan. Berikut dapat
dilihat penataan pedagang di Zona 1 (satu) pada Gambar 5.6 berikut.
193
B. Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu)
1. Pengelompokan Pedagang
Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan
antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah pola
pengelompokan dagangan yang sejenis dengan alasan agar mudah dicari oleh
calon pembeli. Pada Kawasan Zona 2 (dua) terdapat 9 (sembilan) kelompok
barang dagangan dimana dalam satu kelompok tediri dari beberapa jenis barang
dagangan. Pengelompokan pedagang pada Zona 2 (dua) dapat dilihat pada gambar
5.7 dibawah ini.
Gambar 5.7
Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 2
(Kawasan Lapangan Gasibu)
Sumber: Hasil analisis, tahun 2012
Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu)
Kelompok
Makanan/Minuman
Kelompok
Pakaian/Tekstil
Kelompok Peralatan
Rumah Tangga
Kelompok Aksesoris Kelompok
Jasa/Hiburan
Kelompok Mainan
Kelompok Alas Kaki
dan Tas Kelompok Hewan Kelompok Lain-lain
- Makanan
- Minuman
- Snack (makanan ringan)
- Buah-buahan/Sayuran
- Baju(kemeja/kaos)
- Celana (panjang/pendek)
- Jeket
- Kerudung/jilbab
- Pakaian Dalam
- Perkakas
- Alat-alat dapur
- Kasur dan sprei
- Bantal/guling
- Kucing/Anjing
- Marmut
- Kelinci
- Ular
- Aksesoris
- Casing HP
- Kerajinan Tangan
- Mainan anak
- Boneka
- Koran/majalah/poster
- Buku
- Kaset VCD/DVD
- Obat-obatan
- Jasa permainan anak
- Jasa Pijat reflexi
- Jasa pengobatan
- Sepatu
- Sandal
- Kaos Kaki
- Tas/dompet
194
Kelompok dagangan yang ada pada Zona 2 (dua) yaitu: kelompok
dagangan jenis makanan/minuman, kelompok dagangan jenis pakaian/tekstil,
kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis peralatan rumah
tangga, kelompok dagangan jenis Jasa/hiburan, kelompok dagangan jenis alas
kaki dan tas, penjual khusus hewan serta kelompok dagangan jenis lainnya, Sesuai
dengan pengelompokan pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya, Kawasan
Zona 2 (dua) merupakan satu-satunya Zona yang memiliki kelompok dagangan 9
(sembilan) kelompok, karena kawasan Zona 2 (dua) selain mempunyai lokasi
yang luas, kawasan tersebut merupakan pusat dari lokasi pedagang di Kawasan
Gasibu dan sekitarnya. Sehingga pengunjung yang datang pada Zona 2 (dua) bisa
menemukan kesembilan jenis dagangan tersebut di Zona ini.
2. Penataan Lokasi PKL
Seperti halnya Kawasan Zona 1 (satu) dimana jumlah jenis dagangan
PKL didominasi oleh jenis dagangan pakaian/tekstil. Namun jenis makanan
merupakan salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kawasan Gasibu.
Maka Penataan pedagang pada Zona 2 (dua) didominasi oleh pedagang pakaian
dan makanan. Tujuan hal tersebut dilakukan, untuk memperkuat daya tarik yang
dimiliki oleh Kawasan Gasibu mengingat Kawasan Zona 2 (dua) merupakan pusat
dari Kawasan Gasibu dan sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.8 berikut.
196
C. Zona 3 (Kawasan Jalan Diponegoro dan Taman Cilaki)
1. Pengelompokan Pedagang
Pada Kawasan Zona 3 (tiga) Pola pengelompokan yang dipilih
berdasarkan hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL, pengunjung dan
expert dari para ahli adalah dengan pola pengelompokan dagangan yang sejenis
karena dapat memudahkan calon pembeli untuk menemukan barang dagangan
yang hendak dibelinya. Dikarenakan pada zona ini memiliki ruang yang terbatas
maka yang diperbolehkan untuk berdagang PKL hanyalah kelompok dagangan
kuliner. Pedagang Kuliner sangat cocok di tempatkan di Zona 3. Pedagang
kuliner ini adalah pedagang makanan/minuman. Pengelompokan pedagangan
pada Zona 3 (tiga) dapat dilihat pada gambar 5.9 dibawah ini.
Gambar 5.9
Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 3
(Kawasan Jalan Diponegoro dan Taman Cilaki)
Sumber: Hasil analisis, tahun 2012
Pada kelompok dagangan yang ada pada Zona 3 (tiga) yaitu: : kelompok
dagangan jenis makanan/minuman. Kelompok jenis dagangan tersebut terdapat
pada Zona 3 (tiga) karena pertimbangan lokasi yang tidak cukup luas untuk
menampung kelompok jenis dagangan lainnya.
Zona 3
Kelompok
Makanan/Minuman
- Makanan
- Minuman
- Snack (makanan ringan)
- Buah-buahan/Sayuran
197
2. Penataan Lokasi PKL
PKL dengan jenis makanan daerah yang beragam di Zona ini merupakan
salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kawasan Gasibu. Oleh karena
itu pada Zona 3 (tiga) kelompok jenis makanan lebih banyak. Tujuan hal tersebut
dilakukan, untuk memperkuat daya tarik yang dimiliki oleh Kawasan Gasibu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut.
199
5.4 Penataan Alur Pergerakan Pengunjung
Menurut teori pasar tradisional, kondisi pasar di Indonesia sangat unik,
terutama dengan perilaku pengguna dalam kegiatan jual beli. Toko/kios seringkali
menempatkan barang dagangannya di luar kios yang dimiliknya (ekspansi),
sehingga mengurangi area jalur pejalan kaki (pedestrian) untuk pembeli. Kondisi
ini mengganggu sistem sirkulasi yang berpotensi menimbulkan kemacetan dan
penumpukan sirkulasi pembeli pada satu area tertentu. Akibatnya pembeli tidak
bisa melihat, memilih, menawar dan membeli dengan leluasa ( Astonik, 2008).
Keadaan tersebut terjadi di Kawasan Gasibu dan sekitarnya setiap hari
Minggu pagi, dimana pedagang menempati jalur sirkulasi pengunjung untuk
menggelar dagangannya, sehingga pengunjung yang sedang berbelanja seringkali
mengalami kemacetan dalam pergerakan alur pengunjung karena terhalang oleh
pedagang. Selain itu, dengan adanya pedagang yang berlebihan, lokasi yang ada
di Kawasan Gasibu dan sekitarnya tidak dapat menampung, sehingga pengunjung
tidak mendapatkan ruang untuk memilih, menawar, dan membeli dengan leluasa
akibatnya di kawasan tersebut seringkali mengalami kemacetan pergerakan alur
pengunjung.
Jika melihat dari hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL,
pengunjung dan expert dari para ahli, dimana responden PKL dan pengunjung
menginginkan dilakukan pengaturan/penataan dan salah satunya adalah
pergerakan alur pengunjung/keluar-masuk pengunjung. Hal tersebut bertujuan
untuk memberikan kenyamanan bagi pedagang yang sedang berjualan, sedangkan
manfaat pengaturan pergerakan alur pengunjung bagi pengunjung Kawasan
Gasibu adalah memberikan kenyamanan bagi pengunjung karena kemacetan yang
biasanya terjadi setiap hari Minggu pagi bisa teratasi dengan adanya pengaturan
tersebut. Untuk lebih jelas mengenai dimensi ruang bagi pengunjung dapat dilihat
dari ilustrasi Gambar 5.11 dibawah ini.
200
Gambar 5.11 Ilustrasi Gambar Penampang Jalur Sirkulasi Pengunjung
Berdasarkan Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang
Pejalan Kaki di Perkotaan, jalur pejalan kaki ini setidaknya berukuran 1,8 hingga
3,0 meter atau lebih luas untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan
dalam kawasan yang memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini
dibuat untuk memberikan kesempatan bagi para pejalan kaki yang berjalan
berdampingan atau bagi pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah satu sama
lain. Untuk itu jalur sirkulasi dibutuhkan lebar jalan minimal 2 X 0,9 m =1,8
meter ditambah ruang pandang, ruang transaksi dan sosial (jual-beli, tawar-
menawar) dan sebagainya sampai 1,2 meter (2 sisi) sehingga total lebar jalur
adalah 1,8 + 1,2 = 3 meter. Sehingga jalur sirkulasi di Kawasan Gasibu dengan
lebar 3 meter. Dimana ruang pejalan kaki masih memiliki kapasitas normal, para
pejalan kaki dapat bergerak dengan arus yang searah secara normal walaupun
pada arah yang berlawanan akan terjadi persinggungan kecil. Arus pejalan kaki
berjalan dengan normal tetapi relatif lambat karena keterbatasan ruang antar
pejalan kaki.
A. Zona 1 (satu)
Lokasi pedagang pada Zona 1 (satu) terdiri dari dua jalan, yaitu: Jalan
Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur, kedua jalan tersebut memiliki
masing-masing satu dan dua jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung. Pergerakan
alur pengunjung pada Zona 1 (satu) di tentukan oleh pintu masuk dan pintu keluar
A B
C
A : Lebar Ruang Pandang/Transaksi
B : Lebar Jalur untuk berjalan
C : Total lebar Jalur Sirkulasi
A
201
yang ada di Zona tersebut, pintu masuk pada Zona 1 (satu) ada 8 (delapan), dan
pintu keluar juga ada 8 (delapan) pintu. Adapun letak-letak pintu masuk tersebut
yaitu: pintu masuk dari arah Jalan Dipatiukur (sebelah Utara Jalan Wirayuda
Timur), pintu masuk dari arah Jalan Singa perbangsa, pintu masuk dari arah Jalan
H. Hasan, pintu masuk dari arah Jalan Surapati (sebelah selatan Jalan Wirayuda
Timur dan Wirayuda Barat), pintu masuk dari arah Jalan Merak, dan pintu masuk
dari arah Jalan Titiran. Sedangkan letak pintu keluar yang ada pada Zona 1 (satu)
yaitu: pintu keluar ke arah Jalan Singa Perbangsa, pintu keluar ke arah Jalan H.
Hasan, pintu keluar ke arah Jalan Surapati (sebelah Selatan Jalan Wirayuda Timur
dan Wirayuda Barat), pintu keluar ke arah Jalan Merak, pintu keluar ke arah Jalan
Titiran, dan pintu keluar yang ada di sebelah Utara Jalan Wirayuda Barat. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pengaturan alur pergerakan pengunjung pada gambar 5.12
dibawah ini.
203
Gambar pergerakan alur pengunjung di atas, menunjukan bahwa jalur
utama pengunjung pada Zona 1 (satu) adalah Jalan Wirayuda Timur dan Jalan
Wirayuda Barat. Kedua jalan tersebut masing-masing memiliki satu jalur
pengunjung dan kedua jalur tersebut masing-masing mempunyai 3 (tiga) pintu
masuk dan 3 (tiga) pintu keluar, selain itu kedua jalur dari dua jalan tersebut
hanya mempunyai satu arah, sehingga pengunjung mempunyai jalur yang cukup
luas ketika sedang berbelanja. Namun pengunjung yang ada di Zona 1 (satu) dapat
melalui jalur dua arah untuk menghubungkan antara Jalan Wirayuda Barat dan
Jalan Wirayuda Timur, sehingga pengunjung lebih mudah disaat sedang
berkeliling mencari keperluan mereka. Dengan adanya pengaturan dengan sistem
satu jalur dan satu arah tersebut, bentrokan pergerakan pegunjung bisa teratasi,
dengan ruang yang cukup luas tersebut pengunjung mendapatkan ruang untuk
melihat, ruang memilih, dan ruang untuk tawar menawar. Pengaturan pergerakan
pengunjung dengan cara tersebut atas, akan memberikan kenyamanan dan
keamanan kepada pengunjung yang sedang berbelanja, karena antara satu
pengunjung dengan pengunjung yang lain memiliki jarak yang cukup.
Berdasarkan teori penataan pasar tradisional jarak antara satu individu dengan
individu lainnya adalah diatas 360 cm. Dengan demikian kenyamanan dan
keamanan pengunjung bisa terjamin.
B. Zona 2 (dua)
Untuk pedagang yang ada di Zona 2 (dua) menempati 1 (satu) lokasi yaitu:
Lapangan Gasibu. Pergerakan pengunjung pada zona 2 (dua) ditentukan beberapa
pintu/gerbang masuk yang ada dan pintu keluar. Adapun letak-letak pintu masuk
dan keluar tersebut yaitu: pintu masuk dan keluar yang ada dari arah Jalan
Gazebo ada 2 pintu masuk dan 2 pintu keluar, kemudian pintu masuk dan keluar
dari arah utara yaitu dari jalan Surapati, serta pintu masuk dan keluar dari arah
selatan yaitu Jalan Diponegoro. Dan yang terakhir pintu masuk dan keluar yang
ada di Lapangan Gasibu dari arah Jalan Sentot Alibasa. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pengaturan alur pergerakan pengunjung pada gambar 5.13 dibawah ini.
205
Pada gambar di atas menunjukan bahwa, pergerakan pengunjung pada
zona 2 (dua) sebagian besar jalur pengunjung memiliki satu arah. Kawasan
Lapangan Gasibu (zona 2) terbagi atas tiga lokasi yaitu: Jalan Gazebo, Lapangan
Gasibu, dan Jalan Sentot Alibasa. Pada Jalan Gazebo terdiri dari satu jalur yang
dapat dilalui oleh pengunjung, jalan tersebut hanya memiliki satu arah, sehingga
pengunjung yang masuk melalui Jalan Gazebo tidak mengalami bentrokan
pergerakan pengunjung karena jalur tersebut hanya memiliki jalur satu arah dan
masing-masing jalur pengunjung pada Jalan Gazebo memiliki 1 (satu) pintu
masuk dan 1 (satu) pintu keluar, kemudian dari jalan samping Gazebo juga
terdapat pintu masuk dan keluar dua arah yang lagsung berhadapan dengan
gerbang masuk lapangan. Maka secara keseluruhan pintu yang ada di Jalan
Gazebo ada 3 (dua) pintu masuk dan 3 (dua) pintu keluar.
Untuk jalur pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu memiliki 12 (dua
belas) jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung. Kedua belas jalur pengunjung
tersebut tersebar di dalam Lapangan Gasibu yang berbentuk kotak, dimana pada
sisi kiri dan kanan jalur-jalur tersebut terdapat pedagang yang sedang menjajakan
dagangannya. Dari masing-masing jalur pengunjung yang ada di Lapangan
Gasibu rata-rata memiliki satu arah. Hal tersebut dilakukan karena minat
pengunjung untuk berkunjung ke Lapangan Gasibu cukup tinggi oleh karena itu
pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu seringkali mengalami kemacetan
pergerakan alur pengunjung yang disebabkan oleh padatnya pengunjung yang
datang dari berbagai arah. Selain itu terdapat 1 jalur di sebelah barat lapangan
Gasibu yang memiliki 2 arah pergerakan bagi pengunjung.
Pada Jalan Sentot Alibasa memiliki satu jalur yang dapat dilalui oleh
pengunjung, dimana jalur tersebut hanya memiliki satu arah. Namun pada Jalan
Sentot Alibasa memiliki 2 (dua) pintu masuk dan Pintu keluar sehingga akses
untuk masuk ke jalan tersebut cukup mudah karena pada Jalan Sentot Alibasa
berdekatan dengan tempat parkir pangunjung yang ada di zona 2 (dua).
206
C. Zona 3 (tiga)
Pada lokasi pedagang yang ada di zona 3 (tiga) menempati tiga jalan yaitu:
Jalan Diponegoro, Jalan Cilaki dan Jalan Cisangkuy. Pergerakan pengunjung yang
ada di zona 3 (tiga) ditentukan oleh 4 (empat) pintu masuk dan 6 (enam) pintu
keluar. Adapun letak-letak pintu masuk yang di zona 3 (tiga) yaitu: pintu masuk
yang ada di Jalan Diponegoro dari arah Jalan Trunojoyo ( dari arah selatan), pintu
masuk yang ada di Jalan Diponegoro dari arah Pusda’i (dari arah Timur), dan
pintu masuk dari yang ada di Jalan Gazebo dan lapangan Gasibu atau dari zona 2.
Sedangkan letak pintu keluar yang ada di zona 3 (tiga) yaitu: pintu keluar
yang di Jalan Diponegoro ke arah Jalan Trunojoyo, pintu masuk yang ada di Jalan
Diponegoro ke arah Pusda’i, dan pintu keluar ke Jalan Gazebo dan lapangan
Gasibu atau ke zona 2, pintu keluar yang ada di Jalan Cilaki ke arak Jalan
Cimanuk serta di Jalan Cisangkuy ke arah Jalan Diponegoro. Untuk lebih jelas
dapat dilihat jalur pergerakan pengunjung pada gambar 5.14 dibawah ini.
208
Gambar pergerakan alur pengunjung di atas, menunjukan bahwa jalur
utama pengunjung pada Zona 3 (tiga) adalah Jalan Diponegoro, Jalan Cilaki dan
Jalan Cisangkuy. Jalur pengunjung yang ada di Jalan Diponegoro ada dua jalur
yaitu jalur kiri dan jalur kanan, masing-masing jalur tersebut mempunyai satu arah
sehingga pergerakan alur pengunjung tidak mengalami kemacetan yang
disebabkan oleh pengunjung yang padat karena pergerakan pengunjung tidak
berlawanan arah. Sedangkan jalur pengunjung yang ada di Jalan Cilaki dan
Cisangkuy ada satu jalur, namun pada jalur ini mempunyai dua arah karena jenis
kelompok dagangan yang ada di Kawasan Taman Cilaki adalah kelompok
dagangan jenis jajanan atau makanan, karena jenis dagangan ini sebagian
merupakan jenis dagangan basah dan menghasilkan bau maka penempatannyapun
dipisahkan dengan jenis dagangan kering dan tidak menghasilkan bau. Sedangkan
untuk akses ke Jalan Cilaki lebih mudah karena pengunjung dapat melalui jalan
tersebut dengan dua arah.
5.5 Pengadaan Fasilitas Pendukung
Untuk menunjang kegiatan PKL yang ada di Kawasan Gasibu agar
memberikan kesan yang nyaman da dapat memenuhi kebutuhan pedagang
maupun pengunjung yang datang maka perlu adanya pengadaan Fasilitas
Pendukung kegiatan. Seperti yang telah dibahas dalam analisis Hubungan antara
persepsi pedagang, persepsi pengunjung dan AHP. Hasil kesimpulan mengenai
faktor kenyamanan berdasarkan analisis gabungan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel V.2
Hasil Kajian Analisis Hubungan mengenai faktor kenyamanan
Zona Hasil Kajian
Zona 1
Fasilitas umum yang Kurang memadai pada lokasi ini
adalah toilet mobile dan tempat parkir toilet sangat diperlukan
bagi aktivitas PKL dan bagi pengunjung di lokasi ini. dan tempat parkir sangat penting untuk
kenyamanan arus lalu lintas
Zona 2 Jadi Fasilitas umum yang dinilai Kurang memadai pada lokasi ini
adalah air bersih dan tempat parkir karena sangat diperlukan bagi aktivitas PKL dan bagi
masyarakat pengunjung Karena toilet telah tersedia di zona ini
Zona 3 Fasilitas umum yang dinilai Kurang memadai pada lokasi ini
adalah air bersih untuk kebutuhan Cuci piring pedagang dan tempat parkir kendaraan karena
sangat diperlukan bagi aktivitas PKL dan bagi masyarakat pengunjung lokasi Zona ini.
Sumber: Hasil Analisis, tahun 2013
209
Berdasarkan Tabel diatas menggambarkan masih kurangnya fasilitas
pendukung yang ada di Kawasan Gasibu untuk menunjang kegiatan PKL
khususnya pada Zona 1. Oleh karena itu perlu adanya pengadaan fasilitas
pendukung seperti MCK/toilet, listrik dan air bersih dikarenakan pada Zona 1
merupakan zona dengan jumlah pedagang terbanyak khususnya pedagang
makanan dan minuman yang membutuhkan sarana MCK. Namun dikarenakan
kegiatan perdagangan di Kawasan Gasibu merupakan kegiatan perdagangan
Temporer maka perlu dipertimbangkan dan diusulkan pengadaan fasilitas yang
multifungsi atau secara temporer juga, misalnya untuk kebutuhan MCK dapat
dipenuhi dengan pengadaan toilet mobile atau toilet portable yang bisa disediakan
oleh pihak pemerintah. Toilet mobile sangat cocok untuk kegiatan temporer
karena bisa bongkar pasang atau digunakan pada waktu tertentu saja dan juga
dapat berpindah-pindah. Berikut contoh gambar toilet mobile yang bisa
digunakan.
Gambar 5.15 Ilustrasi Gambar Toilet Mobile untuk Kegiatan Temporer
Sama halnya untuk air bersih pemerintah bisa menggunakan truk tangki
yang disediakan dibeberapa titik-titik tertentu dapat yang menyediakan kran-kran
air yang dapat digunakan para pegadang.
Selain toilet dan air bersih dapat pula disediakan fasilitas tenda bersama.
Tenda bersama ini sangat direkomendasikan bagi PKL penjual makanan/minuman
210
agar lebih terlihat rapi dan bersih. Tenda bersama tersebut merupakan tenda
portabel yang dapat dibongkar pasang. Berikut contoh ilustrasinya.
Gambar 5.16 Ilustrasi Gambar Tenda Bersama untuk Kegiatan Temporer
Untuk lebih jelasnya mengenai alokasi toilet mobile di Zona 1 dapat
dilihat pada Gambar Peta di bawah ini :
212
5.6 Rekomendasi
Dari temuan studi di atas, maka dihasilkan beberapa rekomendasi yang
dapat diajukan untuk perbaikan kondisi Kawasan Gasibu dimasa yang akan
datang. Berikut ini adalah rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan :
1. Sebagai upaya pemecahan masalah PKL di Kawasan Gasibu agar fungsi-
fungsi utama lain dapat berjalan maka dapat dilakukan alternatif pemanfaatan
ruang yaitu dengan tetap mengosongkan beberapa lokasi dari PKL untuk
aktifitas olahraga yaitu di area Taman di Kawasan Zona 1, sebelah barat
lapangan Gasibu dan di Taman Cilaki Zona 3.
2. Daya tampung bagi PKL yang ada tidak dapat menampung jumlah PKL yang
ada saat ini (over capacity). Maka seharusnya Pemerintah perlu melakukan
pengurangan/pembatasan jumlah PKL atau merelokasi sebagian PKL di
Kawasan Gasibu agar keberadaan PKL tidak meluas dan mengganggu
aktivitas lalu lintas di Kawasan Gasibu.
3. Dalam penataan aktivitas PKL, sarana pendukung kegiatan PKL ataupun
olahraga seperti lahan parkir, air bersih, sanitasi, sampah dan sarana umum
lainnya perlu disediakan juga sebagai salah satu alat untuk mengendalikan
PKL, Karena PKL Gasibu merupakan aktivitas Temporer maka untuk
fasilitas-fasilitas pendukung seperti toilet bisa menggunakan toilet
mobile/portabel agar suasana gasibu tetap bersih dan nyaman.
4. Sebaiknya pihak pengelola dan pemerintah Kota Bandung menyediakan
fasilitas berupa tenda bersama bongkar pasang yang dapat disewakan kepada
para PKL, sehingga keberadaan PKL tersebut dapat terlihat lebih rapi dan
juga memberikan pemasukan bagi pihak pengelola maupun pemerintah Kota
Bandung dari hasil penyewaan tenda bongkar pasang tersebut.
5. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandung dan koordinator PKL bisa
berkoordinasi untuk lebih memperhatikan lokasi tempat parkir pengunjung
agar tidak mengganggu arus lalu lintas di sekitar Kawasan Gasibu.
7. Untuk ketertiban dan kelancaran dalam kegiatan berdagangnya sebaiknya
setiap PKL Kawasan Gasibu mengajukan permohonan pembuatan tanda
213
pengenal kepada Walikota melalui Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Perdagangan untuk membuat tanda pengenal
sesuai dengan yang diatur dalam Perwal no 888 Tahun 2012 Agar
memudahkan bagi pihak terkait dalam melakukan pembinaan dan penataan
PKL di Kawasan Gasibu, misalnya dalam pengalokasian tempat berdagang
PKL dan memfasilitasi para pedagang dalam bantuan pinjaman modal dan
fasilitas tenda.
8. Setiap PKL dan Pengunjung diharapkan untuk menjaga keindahan,
ketertiban, keamanan, kebersihan, dan kesehatan serta fungsi fasilitas umum
di Kawasan Gasibu untuk memberikan kesan nyaman dan aman sebagai salah
satu tempat wisata belanja temporer di Kota Bandung.
5.7 Kelemahan Studi
Penelitian yang dilakukan mempunyai beberapa kelemahan, dan hal ini
harus dihindari karena untuk kesempurnaan studi yang akan dilakukan. Berikut
adalah kelemahan studi yang telah dilakukan :
1. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga tidak diketahui alasan apa
yang menyebabkan seorang responden layak dijadikan sampel dalam penelitian
pada hari Minggu pagi.
2. Kuesioner sebagian besar merupakan isian tertutup (multiple choise), bukan
isian terbuka. Dengan demikian maka jawaban-jawaban responden terbatas
pada pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan.
3. Pada analisis AHP hanya indikator dengan rangking teratas berdasarkan faktor
level pertama yang dijadikan prioritas untuk digabungkan dengan analisis
persepsi pedagang dan pengunjung sebagai bahan usulan dalam penataan PKL
Kawasan Gasibu.
4. Penataan PKL hanya sebatas usulan rencana saja tidak termasuk pemanfaatan
dan pengendalian.
214
5.8 Saran Untuk Studi Lanjutan
Mengingat penelitian ini yang jauh dari sempurna dan keterbatasan
penulis, maka diharapkan dapat dilakukan studi lanjut yang berkaitan dengan
penataan PKL. Sehingga akan menjadikan suatu sumbangan yang berharga dalam
menangani permasalahan PKL di kawasan Gasibu khususnya, maupun di Kota
Bandung pada umumnya. Studi lanjutan yang disarankan adalah :
1. Untuk penataan lebih lanjut dibutuhkan beberapa bidang keilmuan seperti
Arsitektur sehingga dapat memberikan penataan visual dan pemetaan pedagang
yang lebih jelas.
2. Studi mengenai lokasi tempat parkir bagi pengunjung Kawasan Gasibu di Hari
Minggu pagi
3. Perlu dilakukan studi khusus terkait dengan manajemen lalu lintas dengan
tujuan memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan yang hanya sekedar
melintas di Kawasan Gasibu sekitarnya pada hari Minggu pagi.