bab v tugas akhir krishna

Upload: krishna-moch-reza

Post on 06-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    1/18

    BAB V

    PERHITUNGAN

    5.1 Sistem penyaluran air buangan

    Sistem pembuangan air di Hotel Tebu direncanakan menggunakan

    sistem pembuangan terpisah, dimana black water, grey water , buangan

    air kondensor, dan air hujan yang ditampung dialirkan secara terpisah. Air

    buangan black water  dialirkan langsung kedalam septic tank, sedangkan

    untuk grey water , buangan air AC, dan air hujan dialirkan kedalam tanki

    STP (Sewage Treatment Plant), kemudian keluarannya di tampung ke

    dalam Ground Tank 2. Skema sistem penyaluran air buangan dapat dilihat

    pada gambar 5.1.

    Pada umumnya, untuk menentukan jumlah air limbah yang dihasilkan

    didasarkan dari pemakaian air sebesar 66213.47 L/hari. Untuk keperluancadangan air, total kebutuhan air ditambah 20% sehingga menjadi

    79456.17 L/hari atau 79 m3/hari. Air buangan yang dihasilkan adalah 80%

    (hardjosuprapto, Moh.Maasduki. 2000) dari kebutuhan air bersih yaitu

    sekitar 63 m3/hari. Dari air buangan tersebut 75% merupakan  grey water  

    dan 25% merupakan black water , sehingga didapat buangan  grey water  

    sebesar 47 m3/hari dan black water  16 m3/hari.

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    2/18

     

    Gambar 5.1. Skema Penyaluran Air Buangan

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    3/18

    5.2 Sistem Pemanfaatan Air AC ( Air Conditioner )

    Hasil buangan air AC ( Air Conditioner ) bisa di manfaatkan untuk air

    second class atau air untuk menyiram. Kandungan yang ada dalam air AC

    tersebut yaitu pH 7,42, TDS (Total Dissolved Solid) 2,3 ppm, dan

    konduktivitas 4,1 µs. Untuk kuantitas buangan air AC, menggunakan 2

    metode yaitu yang pertama berdasarkan Literatur BuildingGreen.com

    Dengan menggunakan aplikasi Condensate Calculator yang data nya

    diambil dari kondisi eksisting.

    Dengan menggunakan suhu luar 30°C atau 86°F dan kelembaban

    91%,untuk suhu dalam ruangan 23°C atau 73°F dan kelembaban 53% suhu

    setempat. Hasil yang diperoleh untuk buangan air AC nya yaitu 11,29

    gall/hari atau 0,05 m3/hari. Kemudian untuk metode berikutnya

    menggunakan metode survey atau menghitung langsung buangan air AC

    yang diperoleh, dengan cara menampung buangan air AC tersebut selama

    satu jam, dengan suhu dalam ruangan 23°C dan untuk suhu luar sekitar

    30°C, kemudian setelah ditampung selama satu jam buangan air AC

    tersebut tertampung sebanyak 312 ml/jam atau sebanyak 0,01m3/hari.

    Dari kedua metode tersebut hasil yang didapatkan dari buangan AC tidak

    jauh berbeda yaitu (0,01 m3/hari - 0,05 m3/hari). Dari kedua metode

    tersebut yang diambil untuk perhitungan pemanfaatan buangan air AC

    Hotel Tebu yaitu metode kedua dengan nilai buangan AC/ hari nya yaitu

    0,01 m3/hari. Metode kedua dipilih karena perhitungan yang dilakukan

    berdasarkan hasil yang pasti dan keluaran air buangan nya juga lebih jelas.

    Setelah mendapatkan hasil yang diperoleh yaitu 0,01 m3/hari, kemudian

    hasil tersebut dikalikan dengan jumlah AC yang terpasang di dalam Hotel

    Tebu tersebut yaitu 58 AC split. Sehingga menghasilkan buangan air AC

    sebesar 0,58 m3/hari yang kemudian di salurkan kedalam STP (Sewage

    Treatment Plant).

    5.3 Sistem Pemanfaatan Air Hujan

    Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus dilengkapi

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    4/18

    degan sistem drainase untuk pemanfaatan air hujan yang berasal dari atap

    maupun jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam

    sistem plambing ini harus disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk

    air hujan. Hal ini karena tidak boleh air hujan disalurkan ke dalam sistem

    plambing air buangan yang hanya bertujuan untuk menyalurkan air

    buangan saja atau disalurkan ke suatu tempat sehingga air hujan tersebut

    akan mengalir ke jalan umum, menyebabkan erosi atau genangan air.

    Maka dari itu air hujan tersebut tidak ditampung kedalam bak pengumpul,

    akan tetapi langsung masuk kedalam STP melalui sistem gravitasi.

    Tabel 5.1. Data Curah hujan Kota Bandung 10 tahun terakhir

    TahunBandung

    Utama

    Stasiun Pembanding

    Cemara Lembang

    2004 161,0 69 50

    2005 190,2 81 79

    2006 141,8 105 63

    2007 203,1 87 97

    2008 166,8 157 162

    2009 174,8 147 112

    2010 322,4 204 165

    2011 149,1 161 141

    2012 209,2 156 126

    2013 223,5 161 138

    Jumlah 1941,8 1328,0 1133,0

    Rata 194,2 132,8 113,3

    Sumber : BMKG Stasiun Bandung (2003-2012) 

    Uji konsistensi data dilakukan terhadap data curah hujan tahunan dengan

    tujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan data hujan.

    Penyimpangan tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan Metode

    Lengkung Massa Ganda (Double Mass Curve). Pada metode ini, hubungan

    antara seri waktu dengan data curah hujan dianggap linier. Data curah

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    5/18

    hujan tahunan jangka waktu yang panjang dari suatu stasiun utama hujan,

    dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok stasiun

    pembanding hujan dalam periode yang sama.

    Gambar 5.2. Akumulasi Rata-rata Utama dengan Akumulasi Rata-rata

    Pembanding

    Dari gambar dapat dilihat bahwa kurva massa ganda akumulasi curah hujan

    di daerah perencanaan kurang konsisten, sehingga harus dilakukan koreksi

    terhadap kurva tersebut. Berikut ini adalah hasil perhitungan faktor

    koreksi terhadap gradient kurva massa ganda yang di hitung pertama kali.

    Y = (1,530x)-52,32

    R2 = 0,989

    Tahun 2004

    Y = (1,530x161,0)-52,32

    = 194,0

    y = 1,5307x - 52,322

    R² = 0,9893

    0,0

    200,0

    400,0

    600,0

    800,0

    1000,0

    1200,0

    1400,0

    1600,0

    1800,0

    2000,0

    0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1000,0 1200,0 1400,0

       S   t   a   s   i   u   n   U   t   a   m   a    (   m   m    /   t   a    h   u   n    )

    Stasiun Pembanding (mm/tahun)

    Series1

    Linear (Series1)

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    6/18

     

    Tahun 2009

    Y = (1,530x174,8)-52,32

    = 215,1

    Tabel 5.2. Data Curah Hujan (koreksi)

    Tahun C C Baru

    2004 161,0 194,0

    2005 190,2 190,22006 141,8 141,8

    2007 203,1 203,1

    2008 166,8 166,8

    2009 174,8 215,1

    2010 322,4 322,4

    2011 149,1 149,1

    2012 209,2 209,2

    2013 223,5 223,5

    Sumber : Hasil Perhitungan

    Setelah mendapatkan hasil koreksi data curah hujan kemudian masukan

    kedalam tabel yang baru akan tetapi diurutkan berdasarkan nilai yang

    paling tertinggi ke nilai terindah, setelah diurutkan kemudian hitung

    jumlah, rata-rata dan standar deviasi dari data curah hujan tersebut.

    Tabel 5.3. Uji Homogenitas Curah Hujan Kota Bandung

    No. Tahun C Ri-Ṝ  (Ri-Ṝ)²

    1 2010 322,4 120,89 14614,63

    2 2013 223,5 21,94 481,41

    3 2009 215,1 13,59 184,72

    4 2012 209,2 7,72 59,61

    5 2007 203,1 1,54 2,37

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    7/18

    No. Tahun C Ri-Ṝ  (Ri-Ṝ)²

    6 2004 194,0 -7,51 56,39

    7 2005 190,2 -11,31 127,89

    8 2008 166,8 -34,71 1204,71

    9 2011 149,1 -52,45 2750,90

    10 2006 141,8 -59,71 3565,16

    jumlah 2015,1 23047,80

    Rata 201,5

    Standar

    Deviasi

    50,6

    Sumber : Perhitungan, 2014 

    Untuk N = 10, nilai Yn = 0,4952, dan τn = 0,9496

     

    1

     =

    τR

    τn =

    50,6

    0,9496 = 53,28

      R = μ +1

     . y

    = 175,11 + 53,28 y

    Bila y = 0, maka R = 175,11

    Bila y = 5, maka R = 441,51

      Mencari R10

    R10 = R + (0,78 YT – 0,45) τR 

    YT = -ln (ln10

    9)

    = 2,2054

    Maka, R10 = R + (0,78 YT – 0,45) τR

    = 201,5 + ((0,78 x 2,2054) – 0,45) 50,6

    = 265,77

    Dari Hasil persamaan 175,11 + 53,28 y, apabila y = 0 maka nilai R yaitu

    175,11 dan apabila y = 5 maka nilai R = 441,51, kemudian tarik garis untuk

    nilai R = 175,11 dimulai dari sumbu y = 0 keatas sampai memotong nilai R

    = 441,51 lihat gambar 3.15. pada garis orange. Kemudian dari hasil R10 =

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    8/18

    265,77 buat garis dari sumbu x tarik sehingga memotong persamaan 175,11

    + 53,28 y, setelah bertemu garis tersebut tarik kebawah sehingga akan

    menghasilkan nilai TR = 1,4.

    Sumber : Moduto, 2014 Gambar5.3. Gumble’s Extreme Probability 

    Dari grafik Gumble’s Extreme Probability diperoleh nilai T R = 1.4

    Maka:

    TR =R10

     x TR

    = 139,84106,32

     x 1.4

    = 1,84

    Maka, titik H (N ; T R) = H (10 ; 1.84)

    Langkah selanjutnya adalah dengan memplotkan kedua titik yang

    dihasilkan dari perhitungan di atas ke dalam Grafik Homogenitas. Hal ini

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    9/18

    dimaksudkan agar dapat menentukan apakah data yang dihitung tersebut

    termasuk data yang homogen atau tidak homogen. Berikut gambarnya.

    Sumber : Moduto, 2014 

    Gambar 5.4. Homogenitas

    Hasil dari Grafik Homogenitas dengan memplotkan titik (10 ;1.8), maka

    dari grafik di atas menunjukkan bahwa data curah hujan berada di luar

    garis lengkung bahkan tidak terdapat dalam grafik homogenitas, karena

    nilai TR yang terlalu kecil dan tidak sesuai dengan batas nilai T yaitu batas

    terendah sebesar 1.2 sedangkan pada data nilai TR sebesar 1.84 sehingga

    menunjukkan data HOMOGEN.

    Metode Van Breen

    Metode ini beranggapan bahwa besarnya atau lama durasi hujan

    harian adalah terpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90%

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    10/18

    dari hujan selama 24 jam. Hubungan dalam bentuk rumus adalah sebagai

    berikut:

    I = 90% * R24

    4

    Dimana: I = intensitas hujan (mm/jam)

    R24 = curah hujan harian maksimum (mm/24 jam)

    Dengan menggunakan rumus diatas, maka intensitas hujan sebelum

    dilakukan koreksi dapat dihitung.

    Tabel 5.4. Metode Gumble

    R 201,5

    SD 50,6

    n 10

    Yn 0,4952

    Sn 0,9496

    N 175,12

    1/α  53,29

    Sumber : Hasil Perhitungan, 2014

    Tabel 5.5. Data Curah Hujan Metode Terpilih (Metode Gumble)

    PUH Yt Rt

    2 0,37 194,65

    5 1,50 69,00

    10 2,25 90,01

    25 3,20 116,56

    50 3,90 136,25

    100 4,60 155,80

    Sumber : Hasil Perhitungan, 2014

    Berdasarkan rumus I diatas, maka dapat dibuat suatu kurva durasi

    intensitas hujan, dimana Van Breen mengambil bentuk kurva kota Bandung

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    11/18

    sebagai kurva basis. Berikut ini adalah intensitas hujan untuk kota

    Bandung sebagai berikut:

    Gambar 5.4. Kurva Basis Kota Bandung

    Tabel 5.6. Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Menurut Van Breen

    Durasi

    (menit)

    Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

    2 5 10 25 50 100

    R1 R2 R3 R4 R5 R6

    5 164,92 142,45 149,45 155,33 158,51 161,04

    10 153,20 119,76 129,73 138,50 143,34 147,23

    20 134,13 90,83 102,65 113,82 120,31 125,67

    40 107,40 61,24 72,42 83,92 91,05 97,21

    60 89,55 46,19 55,94 66,46 73,24 79,26

    80 76,79 37,08 45,57 55,02 61,25 66,90

    120 59,76 26,59 33,25 40,92 46,15 51,00

    240 35,88 14,38 18,35 23,14 26,53 29,77

    Sumber : Hasil Perhitungan, 2014 

    Perhitungan perpipaan ( gutter dan leader) berdasarkan SNI 03-7065-2005,

    tabel tersebut berdasarkan pada curah hujan 100 mm per jam. Bila curah

    hujan lebih besar, nilai luas pada tabel tersebut diatas harus disesuaikan

    0,00

    20,00

    40,00

    60,00

    80,00

    100,00

    120,00

    140,00

    160,00

    180,00

    5 10 20 40 60 80 120 240

       I   n   t   e   n   s   i   t   a   s   C   u   r   a    h   H   u   j   a   n   m   m    /   j   a   m 

    Intensitas Curah Hujan

    Intensitas Curah Hujan

    (mm/jam) 2 R1

    Intensitas Curah Hujan

    (mm/jam) 5 R2

    Intensitas Curah Hujan

    (mm/jam) 10 R3

    Intensitas Curah Hujan(mm/jam) 25 R4

    Intensitas Curah Hujan

    (mm/jam) 50 R5

    Intensitas Curah Hujan

    (mm/jam) 100 R6

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    12/18

    dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 dibagi dengan kelebihan

    curah hujan dalam mm perjam.

    Intensitas curah hujan di Kota Bandung diambil 164,92 mm/jam atau 6,4

    inch/jam. Karena curah hujan Kota Bandung lebih besar dari curah hujan

    pada tabel 3., maka nilai kemiringan tabel 3.. harus di ubah dengan cara

    mengalikan nilai tersebut dengan 10 kemudian di bagi dengan kelebihan

    curah hujan sebanyak 64,92 mm, tabel perhitungan tabel seperti berikut: 

    Tabel 5.7. Beban Maksimum yang di ijinkan untuk Talang Atap

    Diameter pipa Pipa tegak air

    hujan

    Pipa datar pembuangan air hujan

    Kemiringan (%)

    inch mm 1 2 4

    2 50 63

    2 1/2 65 120

    3 80 200 12 17 24

    4 100 425 27 39 54

    5 125 800 49 68 97

    6 150 1290 77 110 156

    8 200 2690 167 237 336

    10 250 302 426 604

    12 300 486 686 972

    15 375 868 1226 1737

    Sumber : Perhitungan, 2014 

    Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pipa yang digunakan pada

    atap tersebut yaitu menggunakan pipa datar pembuangan air hujan. Hal

    ini dikarenakan dilihat dari denah atap menggunakan pipa datar yang

    berfungsi untuk mengalirkan hasil dari tangkapan air hujan menuju pipa

    tegak, dan kemudian dialirkan kedalam  groundtank 2, sehingga buangan

    air hujan tersebut dapat digunakan untuk flushing wc dan urinal.

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    13/18

     

    Gambar 5.5. Segmen Atap Air Hujan

    Bentuk atap pada Hotel Tebu adalah berbentuk atap datar dengan luas

    total 443 m2  tempat saluran air hujan. Sektor terbagi atas 5 segmen

    dengan luas masing-masing segmen atap:

    Tabel 5.8. Perhitungan Luas Segmen Atap

    Segmen panjang lebarluas

    (m2 )

    1 18,75 6,5 122

    2 19 4,5 86

    3 12,2 6,08 74

    4 14,39 6,08 87

    5 12,15 6,08 74Sumber : Perhitungan, 2014 

    Tabel 5.9. Perhitungan Diameter Talang Tegak Air Hujan

    Segmenluas

    (m^2 )

    diameter pipa

    datar (mm)

    diameter pipa

    tegak (mm)

    1 122 200 80

    2 86 200 65

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    14/18

    Segmenluas

    (m^2 )

    diameter pipa

    datar (mm)

    diameter pipa

    tegak (mm)

    3 74 150 65

    4 87 200 65

    5 74 150 65

    Sumber : Perhitungan, 2014 

    Untuk menentukan debit aliran permukaan dengan metode rasional yaitu

    berdasarkan rumus :

    Q atap = C x I x A

    Keterangan :

    C = Koefisien aliran permukaan

    I = Intensitas curah hujan

    A = luas atap

    Sumber : ”Hidrologi Teknik” C.D. Seomarto, 1999  

    Berdasarkan rumus dari metode rasional tersebut maka harus menentukan

    koefisien aliran permukaan berkisar (0,70-0,90) nilai yang dipakai yaitu

    nilai yang paling tertinggi karena agar tidak terjadinya tekanan yangberlebih sehingga bisa menimbulkan masalah pada sistem pipa tersebut,

    kemudian untuk intensitas curah hujan untuk Kota Bandung yaitu 164,92

    mm/jam atau sebesar 0,16 m/jam. Untuk luas atap total yaitu 443 m2.

    Kemudian untuk menentukan debit aliran permukaan dengan

    menggunakan rumus dari metode rasional sehingga hasil yang di dapatkan

    dari nilai tersebut yaitu 64 m3/jam dalam waktu satu hari. Dari hasil

    tersebut kemudian dikalikan dengan 50% sehingga menghasilkan 32m3/jam. Persenan tersebut didapat karena lahan yang tersedia di Hotel

    Tebu tidak memungkinkan menggunakan tangki sebesar 64 m3, maka dari

    itu tangki yang disediakan untuk air hujan diperkecil hingga 50% (GBC

    Indonesia-WAC 5, 2014).

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    15/18

    5.4 Perhitungan Jumlah Total Air Buangan

    Total kebutuhan air bersih bagi penghuni gedung yaitu sebesar

    66213.47 L/hari. Untuk keperluan cadangan air, total kebutuhan air

    ditambah 20% sehingga menjadi 79456.17 L/hari atau sekitar 79 m3/hari.

    Air buangan yang dihasilkan adalah 80% (hardjosuprapto, Moh.Maasduki.

    2000) dari kebutuhan air bersih yaitu sekitar 63 m3/hari. Dari air buangan

    tersebut 75% merupakan grey water dan 25% merupakan black water,

    sehingga didapat buangan grey water sebesar 47 m3/hari dan black water

    16 m3/hari.

    Penentuan Ground Tank 2 didapatkan dari 90% total air buangan yang

    masuk ke dalam STP, air buangan tersebut terdiri dari pembuangan air AC

    sebesar 0,58 m3/hari dan total Grey water yang didapatkan dari 75% total

    air buangan sebesar 63 m3/hari yang menghasilkan total buangan Grey

    water sebesar 47 m3/hari.

    Hasil total dari air buangan setelah dijumlahkan yaitu 48 m3/hari, setelah

    mendapatkan hasil total air buangan kemudian untuk mendapatkan

    volume Ground tank 2 yaitu 90% dari total air buangan sebesar 43 m3.

    Untuk nilai total penampung air hujan yaitu 32 m3/hari, yang kemudian

    ditampung kedalam ground tank 2. Sehingga volume total Ground tank 2

    menjadi 75 m3/hari.

    5.4.1 Efisiensi Yang Diperoleh

    Effisiensi yang diperoleh dari sistem Sewage Treatment Plant ini

    diperoleh dari besarnya total kebutuhan air bersih, Secara rinci jumlah

    effisiensi yang diperoleh yaitu total buangan dari Grey water sebesar 43

    m3/hari dan dijumlahkan dengan total buangan air kondensor sebesar 0,58

    m3/hari, kemudian dibagi dengan total kebutuhan air bersih sebesar 79

    m3/hari, setelah itu dikalikan 100% untuk menentukan persentasi efisiensi

    yang diperoleh sebesar 55 % dari total kebutuhan  ground tank 1 sebesar

    79 m3/hari.

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    16/18

    5.5 Penentuan Dimensi Pipa

    5.5.1 Black Water dan Grey Water

    Perhitungan dimensi pipa air buangan ditentukan berdasarkan

    banyaknya alat plambing, unit beban alat plambing dan ukuran minimum

    alat plambing. Besarnya nilai unit beban alat plambing dilihat pada tabel

    3.. dan untuk mengukur pasaran yang ditetapkan oleh SNI-03-7065-2005

    dapat dilihat pada tabel

    Sebagai contoh perhitungan ukuran pipa air buangan yang berasal dari

    lantai Ground Floor, untuk perhitungannya bisa dilihat pada tabel 5.10.

    dan untuk melihat secara spesifik jalur dari ground floor pada gambar

    5.6.

    Tabel 5.10. Perhitungan Diameter Grey Water lantai Ground Floor

    Jalur Alat PlumbingUBAP Kumulatif Ø mm

    Slope

    Dari Ke Macam Jumlah (%)

    G1 G2 FD 1 1 1 50 2

    G2 G3 FD 2 1 2 50 2

    G3 G4 FD 3 1 3 50 2

    G4 GT FD 4 1 4 50 2

    G5 G6 LV 1 1 1 50 2

    G6 GTLV 1 1

    2 50 2FD 1 1

    Sumber : Perhitungan, 2014 

    Tabel 5.11. Perhitungan Diameter Black Water lantai Ground Floor  

    Jalur Alat Plumbing

    UBAP Kumulatif Ø mm

    Slope

    Dari Ke Macam Jumlah (%)

    B1 B2 WC 1 8 8 100 1

    B2 B3 WC 2 8 16 100 1

    B3 B4 WC 3 8 24 100 1

    B4 BT WC 4 8 32 100 1

    B5 BT WC 1 8 8 100 1

    BT BT1 WC 5 8 40 100 1

    Sumber : Perhitungan, 2014 

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    17/18

    5.5.2 Sistem Vent

    Sistem vent pada Hotel Tebu menggunakan sistem bersama yang

    merupakan pipa vent yang dipasang pada titik pertemuan dua pengering

    alat plambing  dan bekerja sebagai vent untuk kedua alat  plambing

    tersebut.

    Contoh perhitungan ukuran pipa vent diambil dari perhitungan di lantai

    Ground Floor dapat dilihat pada tabel 5.12.

    Tabel 5.12. Perhitungan Diameter Vent

    Jalur Alat PlumbingUBAP Kumulatif Ø mm

    Slope

    Dari Ke Macam Jumlah (%)

    V1 V2 WC 1 4 4 50 2

    V2 V3 WC 2 4 8 50 2

    V3 V4 WC 3 4 12 50 2

    V4 VT WC 4 4 16 50 2

    Sumber : Perhitungan, 2014 

  • 8/17/2019 BAB V Tugas Akhir Krishna

    18/18

     

    Gambar 5.6. Denah Jalur Ground Floor