bab v strategi pemberdayaan sepak bola sosial uni …€¦ · minat pelajar disana sangat besar...

30
39 BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL UNI PAPUA TERHADAP PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA LEWAT SEPAK BOLA SOSIAL DI GETASAN Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua dalam pemberdayaan generasi muda lewat kegiatan sepak bola sosial di Getasan, Jawa Tengah. Bagian ini akan menggambarkan strategi pemberdayaan yang dilakukan Uni Papua Football Club terhadap pemberdayaan generasi muda lewat sepak bola sosial di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Jawa Tengah, kemudian menjelaskan strategi pemberdayaan Uni Papua Football Club dalam penguatan kelembagaan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Jawa Tengah 5.1. Strategi Pemberdayaan Lewat Latihan Rutin Sepak Bola Sosial dan Bakti Sosial 5.1.1. Strategi Rekruitmen Pelatih dan Peserta Didik Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan absen, dokumentasi dan setiap bulan ada pertemuan terkait kegiatan yang akan dilakukan dan diakhir tahun akan dilakukan evaluasi kinerja salama satu tahun, serta para pelatih diwajibkan harus membuat laporan kegiatan terkait materi latihan dan kegunaan dari latihan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengawasi dan mengontrol anak, pelatih dan pengurus. Untuk menjaga komitmen, Uni Papua juga memberikan suatu “ruang” kepada pelatih (valounteer), dimana bagi

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 39

    BAB V

    STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL UNI PAPUA

    TERHADAP PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA LEWAT SEPAK

    BOLA SOSIAL DI GETASAN

    Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas

    pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua dalam

    pemberdayaan generasi muda lewat kegiatan sepak bola sosial di Getasan, Jawa

    Tengah. Bagian ini akan menggambarkan strategi pemberdayaan yang dilakukan

    Uni Papua Football Club terhadap pemberdayaan generasi muda lewat sepak

    bola sosial di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Jawa Tengah, kemudian

    menjelaskan strategi pemberdayaan Uni Papua Football Club dalam penguatan

    kelembagaan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Jawa Tengah

    5.1. Strategi Pemberdayaan Lewat Latihan Rutin Sepak Bola Sosial dan

    Bakti Sosial

    5.1.1. Strategi Rekruitmen Pelatih dan Peserta Didik

    Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian

    dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk

    merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin

    melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan

    berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni

    Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada

    masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus

    mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta

    dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua

    mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan

    absen, dokumentasi dan setiap bulan ada pertemuan terkait kegiatan yang akan

    dilakukan dan diakhir tahun akan dilakukan evaluasi kinerja salama satu tahun,

    serta para pelatih diwajibkan harus membuat laporan kegiatan terkait materi

    latihan dan kegunaan dari latihan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengawasi

    dan mengontrol anak, pelatih dan pengurus. Untuk menjaga komitmen, Uni

    Papua juga memberikan suatu “ruang” kepada pelatih (valounteer), dimana bagi

  • 40

    para pelatih yang bekerja dan konsisten dengan Uni Papua dalam beberapa

    tahun, maka para pelatih akan dikirim untuk sekolah yang dibiayai oleh Uni

    Papua sendiri. Dan bagi para pelatih yang memiliki usia 30-an akan dikirim ke

    provinsi-provinsi yang ada di Indonesia maupun ke luar negeri untuk mengikuti

    pelatihan sepak bola agar menambah pengetahuan dan metode latihan sepak bola

    profesional maupun metode sepak bola sosial.

    Dalam proses merekrut anak didik, para pengurus melakukan sosialisasi ke

    sekolah-sekolah dan masyarakat. Sosialisasi dilakukan ke sekolah-sekolah yang

    ada di Getasan dengan mengadakan permainan edukasi yang menginspirasi

    anak-anak melalui bola. Kegiatan sosialisasi dilakukan langsung oleh pelatih luar

    negeri dengan dibantu oleh para pengurus Uni Papua. Para pelatih berasal

    Amerika dan Inggris yang mengajarkan tentang sepak bola sosial kepada anak.

    Kegiatan pertama tim Uni Papua Getasan dan CAC melakukan kunjungan ke SD

    Kristen Tekelan dan memberikan bola sebagai simbolik untuk melakukan

    kegiatan di sekolah tersebut. Selanjutnya tim Uni Papua dan CAC melakukan

    beberapa games- games outdoor. Minat pelajar disana sangat besar untuk dapat

    bermain bola. Terbukti Wanita-wanita pun lebih aktif bermain, karena hal ini

    sangat bermanfaat dan tidak membeda-bedakan mereka untuk bermain bola.

    Pelatihan CAC dihari pertama diikuti lebih dari 90 peserta dari pelajar,

    mahasiswa, orang tua, anak-anak. Dihari kedua tim CAC melakukan kunjungan

    ke SD Negeri Wates Getasan, memberikan bola kepada sekolah sebagai simbolik

    dan memberikan games-games kecil untuk menghibur dan mengispirasi mereka.

    Antusis mereka sangat tinggi, terbukti banyaknya siswa yang ikut dalam games-

    games. Di hari ketiga kunjungan ke SD Negeri Sumogawe 4 memberikan bola

    sebagai simbolik dan memberikan games – gamesedukasi. Kegiatan di SD

    Negeri Sumogawe 4 sangat disambut meriah oleh anak-anak murid. Mereka

    bermain dengan ceria, tertawa bersama sambil mengikuti arahan-arahan dari

    pelatih Uni Papua dan tim CAC. Lebih dari 80 siswa / siswi mengikuti kegiatan

    dilapangan sekolah mereka. Senyum lebar mereka menjadi semangat buat tim

    CAC. Hari ke empat tim Uni Papua melakukan kunjungan ke SD Negeri Batur 4

    bermain dan belajar bersama tentang hal-hal baik dilingkungan dengan games –

  • 41

    games yang diajarkan. Anak-anak sangat menikmati games- games yang

    diajarkan dari tim CAC. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching Accross

    Continents dalam sosialisasi sepak bola sosial ke sekolah-sekolah di bawah ini:

    Gambar 5.1

    Sosialisasi Ke Sekolah-Sekolah

    Sumber: Uni Papua Getasan, 2017

    Sosialisasi juga dilakukan ke masyarakat dengan bantuan organisasi

    Karang Taruna dan organisasi PKP (Pemuda Kinasih Puyang) dalam

    mensosialisasikan Uni Papua. Sosialisasi dilakukan dalam rapat-rapat bulanan

    bahkan rapat setiap minggu. Untuk pengurus sendiri, cara mensosialisasikan Uni

    Papua dilakukan dari mulut ke mulut. Artinya bertemu dengan para orang tua

    dimanapun, para pengurus mengajak “ngobrol” dan setelah itu menawarkan Uni

    Papua dengan program-program yang dimiliki. Jadi, anak didik yang sudah

    tergabung di Uni Papua awalnya mengetahui Uni Papua dari teman-teman

    sekolah, pelatih futsal PPA dan dari kegiatan-kegiatan lain. Hal ini yang

    disampaikan oleh keempat anak didik (Roice, Mikra, Edi dan Piter)1 saat peniliti

    melakukan wawancara ke mereka pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan

    saat berlatih, “saya itu pertama kali tahu uni papua dari pelatih futsal PPA, dari

    teman, dari kegiatan CAC dan ada perlombaan dihubungkan ke Pondok Penuai

    untuk ikut latihan supaya mendapatkan sertifikat,”. Sedangkan untuk merekrut

    seorang anak didik, Uni Papua tidak memiliki kriteria apapun dalam menyeleksi

    anak karena Uni Papua bersifat terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung

    bahkan bagi penyandang disabiltas juga dapat bergabung dengan Uni Papua. Hal

    1 Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan

    pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

  • 42

    yang serupa dituturkan Mikr Yesaya Putra pada 23 Desember 2016, bahwa

    “Karena kalau menurut saya senaknya uni papua itu tidak batasilah. Semua-

    semua anak-anak perempuan atau laki-laki itu bisa ikut dengan Uni Papua”2.

    Dalam terminologi seperti itu, maka ketika peneliti juga bertemu dengan ketua

    dan sekretaris Uni Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi

    Arianto tanggal 15 Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Ayu

    Getasan, keduanya mengatakan bahwa3:

    Terus ada sekretaris, bendahara, ada instruktur pelatih,

    terus yang ketiga instruktur-instruktur yang lain atau

    volunteer jadi semuanya sebenarnya dari pengurus sampai

    ke pelatih itu namanya volunteer semuanya karena

    sebenarnya tidak ada yang di bayar. Rekrutmennya kita

    bukan ada seleksi tunggal tetapi sosialisasi kepada orang

    tua-orang tua bahwa yang kita didik bukan hanya skill

    sepak bola tetapi pembinaan karakter. Jadi salah satunya

    kita ngobrol dengan mereka kita tawarkan kita membina

    ini bukan pembinaan sepak bola tok nah seperti itu.

    Rekruitmen kita sosialisasi dengan masyarakat dengan

    warga sekitar setelah itu baru ke sekolah-sekolah dan

    sekarang antar pemain dan temannya sudah berjalan. Saya

    rasa gak ada bahkan orang disabilitas pun itu akan menjadi

    anggota kita kalau dia mau.

    Berdasarkan kutipan wawancara di atas mengatakan bahwa di Uni Papua

    memiliki pengurus dari ketua, sekretaris, bendahara bahkan sampai ke pelatih

    semuanya tidak di bayar. Proses rekrutmen dilakukan bukan seleksi tunggal atau

    cara yang digunakan kebanyalan Sekolah Sepak Bola (SSB), tetapi terbuka bagi

    yang ingin bergabung dengan Uni Papua tanpa kriteria apapun. Selain itu,

    rekrutmen dilakukan dengan cara mensosialisasikan ke sekolah-sekolah dan ke

    masyarakat. Proses rekrutmen dilakukan dengan cara bertemu, ngobrol dan

    setelah itu menawarkan Uni Papua dengan berbagai program-program yang

    sudah dilakukan bahkan yang akan baru dilaksanakan. Oleh karena itu, bahwa di

    Uni Papua anak-anak bebas dalam mengikuti Uni Papua, karena komunitas

    2 Wawancara dengan Mikra Yesaya Putera pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan Desa

    Tauk, Getasan. 3 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

    Uni Papua Bumi Ayu, Getasan

  • 43

    tersebut yang lebih diutamakan pembinaan karakter tanpa memaksakan atau

    menghalangi anak untuk mengikuti kegiatan di Uni Papua Football Club.

    5.1.2. Karakter Peserta Didik

    Karakter peserta didik di Uni Papua sangat beragam. Awal sebelum Uni

    Papua hadir di Getasan, anak-anak, remaja dan pemuda dalam bermain tidak

    terkoordinir dengan baik. Artinya, anak-anak, remaja dan pemuda hanya suka

    nongkrong, merokok dan anak bermain sesuka hatinya. Berdasarkan hasil

    wawancara, ditemukan bahwa tanggapan tokoh masyarakat tentang karakter anak

    sebelum dan sesudah adanya Uni Papua Cabang Getasan. Hal itu tampak dalam

    kutipan wawancara tokoh masyarakat (Sarnid) dan tokoh pemuda (Budi Prayetni)

    bahwa4:

    Selama ini saya melihat dari anak-anak yang mengikuti Uni

    Papua memang ada perubahan misalnya yang hanya

    nongkrong-nongkrong, merokok dan sebagainya, tetapi

    mengikuti latihan-latihan jadi mereka lebih terkendali seperti

    itu. Dengan adanya Uni Papua di wilayah kecamatan Getasan

    ini mengurangi kegiatan yang negativ dari anak-anak, remaja

    maupun pemuda dan juga menambah pendidikan atau

    pengetahuan, pengalaman tentang sepak bola yang benar.

    Juga mengubah karena di dalam Uni Papua diselipkan

    banyak tentang moral anak jadi bagaimana berbuat yang baik

    di masyarakat, keluarga, terhadap orang tua, dan mungkin

    terhadap yang dituakan di masyarakat itu harus bagaimana

    mereka tahu bersikap sopan.

    Selain itu, karakter anak-anak, remaja dan pemuda pada saat latihan sepak

    bola. Untuk anak didik yang usia 6-14 tahun memiliki kecenderungan tidak mau

    mendengarkan siapapun yang penting bermain, ada juga anak yang

    diinstruksikan pelatih kadang tidak sesuai yang diinstruksikan dan ada anak yang

    mengeluarkan kata-kata kotor terhadap temannya, serta juga ada anak ketika

    pelatih memberikan materi anak tersebut tidak ingin melakukannya. Ketika

    pelatih membagi dua tim untuk melakukan game kecil terdapat anak yang hanya

    mau bermain kalau ia satu tim dengan teman-taman yang dikenal. Sedangkan

    4 Wawancara dengan Bapak Sarnid sebagai tokoh masyarakat Getasan pada 8 Januari 2017 di

    Dusun Pulihan dan wawancara juga dilakukan dengan Bapak Budi Prayetno sebagai sekretaris

    Karang Taruna pada 17 Desember 2016 di Dusun Puyang Getasan

  • 44

    untuk anak didik yang berusia 15-21 tahun sudah memiliki karakter yang baik

    dan sudah membedakan mana yang baik dan tidak. Namun di usia tersebut masih

    terdapat perilaku-perilaku yang masih sering dilakukan, seperti, mengeluarkan

    kata-kata kotor, ketika pelatih memberikan pengarahan, ada anak yang langsung

    memotong pembicaraan pelatihnya, dan juga masih terdapat anak yang suka

    menertawakan temannya ketika melakukan kesalahan saat ditunjuk untuk

    memimpin doa dan saat memimpin pemanasan. Dan pada usia 6-21 tahun juga

    hanya ingin bermain tanding tanpa latihan terlebih dahulu. Hal itu terlihat pada

    saat pelatih memberikan instruksi maupun latihan. Pada awal anak-anak yang

    baru mengikuti Uni Papua, anak-anak memiliki karakter yang susah diatur, suka

    “mengerjain” temannya, terkadang saat pelatih memberikan pengarahan tidak

    didengar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Yakonias Aiboy5 menuturkan

    bahwa:

    Di Getasan itu kita melatih anak-anak yang berusia 8 tahun

    sampai 12 tahun dan ke atas 17 memang karakter anak-anak di

    atas itu kalau kita bicara mereka kadang tidak mau mendengar,

    terus mereka suka bermain kalau kita lagi macam kasih

    nasihat, apalagi mereka kadang datang dengan kelompok-

    kelompok macam ada lima orang dorang (mereka) itu dengan

    itu ada juga dari yang ini tiga orang disitu.

    Dari kutipan wawancara diatas, pada intinya di Uni Papua Getasan

    memiliki karakter anak-anak memiliki karakter bawaan, kalau pelatih memberi

    arahan kadang ada yang tidak mau mendengar, ada anak yang hanya bermain

    dan kadang ada anak-anak pada saat di lapangan hanya bermain dengan teman-

    teman yang dikenal atau bermain secara berkelompok-kelompok. Salah satu

    contoh kasus diungkapkan oleh Yakonias Aiboy tentang seorang anak yang

    bernama Edi yang memiliki karakter yang susah diatur awalnya, tetapi dengan

    berjalannya waktu anak tersebut sudah mulai berubah, hal ini yang dituturkan

    bahwa:

    Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka tidak serius

    lalu buat yang kita bicara dia juga sambung ikut berbicara

    kita mau marah dia buat lucu ketawa segala macam. Adik

    5 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan pada 25 Januari

    2017 di Kost Cemara Merah Putih, Salatiga

  • 45

    satu dari Batak jadi memang orangnya nakal dia sendiri

    cerita ke saya ternyata dulu itu waktu sekolah nakal sekali

    suka bergaul dengan anak-anak, berkelahi sana-sini jadi saat

    saya masuk di Uni Papua ternyata Uni Papua membentuk

    karakter6. (Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka

    tidak serius lalu ketika palatih berbicara ia pun langsung

    memotong perkataan pelatih dan ia pun menyambungnya

    dengan perkataannya. Adik satu dari Batak dan memang

    anaknya nakal karena diasendiri cerita ke saya ternyata

    dulu waktu sekolah suka bergau dengan anak-anak,

    berkelahi sana-sini sehingga saya masuk Uni Papua dan

    Uni Papua ternyata membentuk karakter.

    5.1.3. Strategi Penanaman Nilai Dalam Pemberdayaan Sepak Bola dan

    Bakti Sosial

    Di komunitas sepak bola sosial Uni Papua di Desa Tajuk Kecamatan

    Getasan memiliki strategi dalam menanamkan nilai kepada anak didik. Strategi

    penanaman nilai dengan melakukan berbagai kegiatan, dimana di Uni Papua

    memiliki kegiatan rutin dan kegiatan bakti sosial.

    A. Kegiatan Rutin

    Pemberdayaan adalah perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan

    menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke

    dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi

    berdaya (empowering). Dengan penjelasan seperti ini, hadirnya CAC setiap

    tahunnya di Uni Papua Getasan membawa dampak positif serta memperkuat

    kapasitas masyarakat agar dapat keluar dari masalah-masalah yang dihadapi,

    terutama masalah alkohol (mabuk-mabukan), free sex, narkoba dan bentrokan

    antar kampung.

    CAC merupakan program rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh

    Uni Papua. CAC ini bertujuan untuk pengembangan organisasi dan olahraga

    untuk pendidikan sosial yang berfokus pada isu-isu lokal seperti: pemberdayaan

    perempuan, kesetaraan gender; pencegahan konflik, termasuk inklusi sosial;

    kesehatan dan kesejahteraan, perubahan perilaku HIV/AIDS; hak-hak anak;

    6 Wawancara dengan Yakonias Aiboy, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga

  • 46

    keterampilan hidup yang penting dan menyenangkan7. CAC ini dilakukan oleh

    pelatih luar negeri yang bergerak ke arah sosial dengan mengajarkan game-game

    pengetahuan dengan menggunakan bola sebagai media. Dalam kegiatan tersebut

    diikuti oleh anak (laki-laki dan perempuan) dan juga para pelatih. Dalam

    pelatihan awal, pelatih melakukan perkenalan terlebih dahulu sebelum memulai

    kegiatan, lalu kemudian menyiapkan game dengan menggunakan cones dan

    bola. Tujuan menggunakan cones sebagai pembatas dan setiap cones diisi oleh

    setiap anak maupun pelatih. Dalam permainan game tersebut diajarkan muatan-

    muatan sosial agar anak dapat mengenal temannya dan lebih mengenal

    pelatihnya. Selain itu, anak diajarkan untuk bertanggungjawab, tidak takut dan

    malu, anak dilatih menjadi pemimpin, serta anak dapat terhindar dari masalah-

    masalah, seperti narkoba, HIV/AIDS dan konflik antar suku. Berdasarkan

    penjelasan di atas, maka ketika peneliti bertemu dengan ketua dan sekretaris Uni

    Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto tanggal 15

    Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Getasan, keduanya

    mengatakan bahwa8:

    CAC sebenarnya untuk pelatihan pelatih. Jadi sebenarnya

    lebih ke kepelatihan untuk orang-orang yang senang dengan

    sepak bola. Tidak cuman pelatih tapi untuk siapa saja yang

    menyukai sepak bola kita adakan CAC dari luar negeri

    pelatihnya kemudian bekerjasama dengan Uni Papua kita

    menjangkau orang-orang yang mungkin menyukai sepak

    bola dan mau mengubah generasi membangun generasi

    melalui sepak bola kita di situ ada rekan bagaimana caranya

    untuk mengenalkan isu-isu sosial melalui sepak bola.Sepak

    bola bukan hanya sekedar olahraga tetapi sepak bola bisa

    kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif untuk hal-hal

    yang menarik dan diajarkan game-game agar terhindar dari

    narkoba, terhindar dari Free sex, terhindar dari HIV/AIDS.

    Jadi perubahan sepak bola sosial dari pelatihan CAC tadi.

    Itu kerjasama dengan CAC dari Amerika jadi mereka

    bergerak di sepak bola sosial jadi mengajarkan kita tentang

    7 http://coachesacrosscontinents.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 12.40

    8 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

    Uni Papua Bumi Ayu, Getasan

    http://coachesacrosscontinents.org/

  • 47

    bagaimana mengajarkan game-game kapada siswa-siswa

    supaya terhindar dari hal-hal yang kita tidak inginkan.

    Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa CAC adalah

    pelatihan sepak bola yang dilakukan Uni Papua dengan bekerjasama dengan

    CAC luar negeri untuk pelatihan sepak bola sosial kepada pelatih dan anak didik

    agar lebih berdaya dan dapat melindungi serta terhindar dari masalah-masalah

    sosial. Dalam pelatihan tersebut tidak memengut biaya pendaftaran dan terbuka

    bagi siapa saja yang ingin mengikuti pelatihan tersebut. Tujuan CAC ini

    dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak takut dan malu ketika bertemu

    teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain. Hal ini juga

    yang dituturkan oleh Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani bahwa9:

    Mengajarkan saling beradaptasi yang kenal jadi kenal seperti

    kita gak kenal sama orang kita bisa kenal dengan cara CAC

    tadi, terhindar dari HIV, melatih teman-teman, membina

    orang-orang supaya mereka punya semangat untuk bisa

    bersosial kepada orang-orang dan untuk membangun

    motivasi kita supaya kita tambah semangat.

    Keakraban dan saling mengenal tersebut dimodifikasi dengan permainan

    adukasi, dimana anak dituntut untuk berbaur dengan berpindah-pindah dari

    cones satu ke cones yang lain. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching

    Across Continents dalam pelatihan sepak bola sosial di bawah ini:

    Gambar 5.2.

    Coaching Acroos Continents Tahun 2016

    Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

    Pelatihan rutin sepak bola dilakukan juga oleh Uni Papua agar anak dapat

    menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan sepak bola dilakukan setiap minggu 2

    9 Wawancara dengan Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani pada 23 Desember 2016 di

    Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

  • 48

    kali yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Proses latihan sepak bola diikuti dari 2

    kategori umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat

    latihan, biasanya pelatih membagi 2 kategori tersebut dan juga terdapat

    perbedaan cara melatih usia 6-14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-

    14 tahun para pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain

    diwajibkan untuk lari keliling lapangan sebanyak 3 kali dan setelah itu anak

    diajarkan untuk membiasakan diri untuk stretching atau dalam istilah sepak bola

    bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot-otot di setiap anggota badan

    agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta untuk mengurangi

    dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Setelah proses pemanasan selesai,

    pelatih mengumpulkan anak didik dan diberi arahan untuk latihan selanjutnya

    serta tujuan dari materi yang akan dilakukan. Sebelum dimulai pelatih memberi

    contoh terlebih dahulu dengan membuat gerakan lambat agar anak dapat

    mengerti dan melakukannya dengan baik. Latihan yang biasa dilakukan lebih

    pada cara passing, dribbling dan kontrol bola. Untuk anak berusia 6-14 tahun

    hampir semua memiliki passing, dribbling dan kontrol yang baik, maka pelatih

    mengutamakan latihan pada untuk dasar-dasar dalam sepak bola seperti yang

    disebutkan. Setelah melakukan latihan dasar-dasar kurang lebih 35 menit, anak

    diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah

    disediakan oleh pengurus. Setelah istirahat beberapa menit anak didik kembali

    berkumpul dan pelatih memberikan pengarahan lagi terkait latihan yang sudah

    dilakukan. Para pelatih selalu memberikan waktu 10 menit untuk fun game agar

    anak tidak merasa bosan dan merasa capek dan diakhiri dengan cooling down

    untuk meningkatkan fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti

    semula melalui gerakan ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut

    jantung yang berdegup cepat menjadi stabil sebagaimana kondisi awal dan

    setelah itu anak berdoa untuk kembali ke rumah masing-masing.

    Untuk usia 15-21 tahun latihan dilakukan bersamaan dengan usia 6-14

    tahun. Latihan dibagi 2 lapangan. Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan

    yang diberikan oleh pelatih lebih berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa

    untuk lebih baik dan mengurangi kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih

  • 49

    biasanya anak diajarkan untuk membiasakan diri melakukan pemanasan lari

    keliling lapangan yang diberi waktu 12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak

    diwajibkan untuk tidak melebihi waktu yang sudah ditentukan dan menyelesaikan

    8 putaran dengan cepat dan tepat. Setelah itu, pelatih memberi pengarahan untuk

    melakukan stretching terlebih dahulu sebelum melanjutkan latihan ke tahap

    berikutnya. Setelah melakukan stretching sekitar 5-7 menit, kembali anak

    berkumpul untuk diberi pengarahan oleh palatih mengenai tujuan materi yang

    akan dilakukan selanjutnya. Untuk usia ini anak diajarkan agility atau yang

    disebut dengan latihan kelincahan dengan menggunakan cones. Tujuan latihan

    kelincahan agar anak dapat mengubah arah dan posisi sesuai dengan situasi yang

    dikehendaki atau dihadapi dengan secepat mungkin. Latihan kecepatan

    dikombinasikan dengan latihan fisik. Jadi saat anak dilatih kelincahan secara

    sadar anak dilatih fisiknya. Untuk melewati cones setiap anak diberikan

    tanggungan masing-masing sebanyak 3 kali untuk melewati cones secara terus

    menerus. Waktu yang diberikan pelatih kurang lebih 20 menit dan setelah itu anak

    diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah

    disediakan. Setelah istirahat selesai, anak dikumpulkan dan diberikan pengarahan

    untuk latihan tahapan berikutnya. Untuk tahapan berikutnya, yang diajarkan

    adalah latihan passing, dribbling dan kontrol. Pada usia ini, passing, dribbling dan

    kontrol sudah cukup baik, tetapi masih terdapat kesalahan-kesalahan kecil

    sehingga pelatih selalu memberikan dasar-dasar secara terus-menerus agar anak

    saat menyentuh bola „tidak kaku‟. Dalam latihan ini pelatih memberikan waktu 15

    menit untuk passing, dribbling, kontrol serta setelah passing pemain harus tetap

    bergerak untuk membuka ruang.

    Diakhir permainan, pelatih memberikan latihan shooting atau tembakan ke

    arah gawang dengan tujuan menendang bola dengan keras dan kuat sehingga

    menghasilkan laju bola dengan cepat untuk mencetak gol. Dan waktu yang

    diberikan 20 menit dan setelah itu anak melakukan cooling down sebelum

    berkumpul untuk berdoa. Cooling down dilakukan dengan tujuan meningkatkan

    fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti semula melalui gerakan

    ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut jantung yang berdegup cepat

  • 50

    menjadi stabil sebagaimana kondisi awal. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto

    tentang proses latihan Uni Papua di bawah ini:

    Gambar 5.3

    Proses Latihan Rutin Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan

    Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

    Ketiga gambar di atas dapat dijelaskan bahwa yang pojok kiri adalah anak

    yang berusia 15-21 tahun sedang berhadapan untuk melakukan latihan passing

    dan kontrol. Pada gambar yang berada di tengah adalah anak yang berusia 6-14

    tahun yang sedang melakukan pemanasan dengan membuat lingkarang dan

    dipimpin oleh salah satu teman. sedangkan pada gambar yang berada di pojok

    kanan adalah anak usia 6-14 tahun sedang melakukan latihan passing dengan

    cara bola dipegang oleh beberapa teman dengan membuang bola ke arah kaki

    dan melakukan passing kembali ke arah teman yang memegang bola secara

    terus-menerus dan berganti-gantian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika

    peneliti bertemu dengan pelatih-pelatih di Uni Papua di Getasan, yakni Leunar

    Leonardo Rundi dan Yakonias pada tanggal 25 Januari 2017 di rumah kost

    Merah Putih Salatiga, keduanya mengatakan bahwa10

    :

    Jadi kita pisahkan 6-14 tahun kan porsi latihannya tidak

    mungkin langsung paksa. Kita kasih keliling lapangan cuma

    10

    Wawancara dengan Leunard Leonardo Rundi dan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni

    Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih

  • 51

    tiga kali. terus kalau 6-14 tahun ini kita ajar lebih ke pasing

    dulu, bergerak ditempat pasing, dribblinng, dribbling

    mungkin cuma tiga kali pakai cones itu cuma persiapkan

    untuk mereka joging sambil pasing, sambil pasing. Biasa

    dikasih fisik terus ada fisik dengan menggunakan bola tetapi

    yang itu di dalamnya ada usia 6 tahun sampai 14. Jadi, yang

    usia 6-14 tahun itu kami kurangi latihan yang tidak terlalu

    berat begitu.

    Pemberdayaan juga dilakukan Uni Papua Getasan dalam kegiatan latihan

    sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat berada di lapangan

    maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan bagi pengurus,

    pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor, karena

    apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti „ndas‟ maka akan

    mendapatkan hukuman push up 10 kali atau lari keliling lapangan 5 kali.

    Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih, tapi hukuman bagi para

    pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling lapangan 15 kali ketika

    mengeluarkan kata-kata kotor. Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola,

    para pelatih terlebih dahulu hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-

    materi yang diajarkan sambil menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi

    para anak-anak didik yang terlambat datang akan mendapatkan hukuman

    hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan 5 kali11

    . Aturan berikutnya

    adalah bahwa para pelatih di larang merokok selama melatih di lapangan, kecuali

    merokok ketika sudah berada di rumah. Selain itu, setelah selesai latihan anak

    diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di dalam lapangan. Setiap

    anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10 sampah dengan berbagai jenis

    yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari aturan yang dibuat bersama

    adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai

    kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga lingkungan dan anak

    bermain, bersenang-senang dan bergembira. Dan untuk pelatih diajarkan hal

    yang sama karena seorang pelatih merupakan “guru” yang mengajarkan anak-

    anak untuk mengkuti perintahnya. Jadi, makna dari hukuman yang diberikan

    11

    Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di

    Kost Merah Putih, Salatiga

  • 52

    sebagai bentuk pendidikan ke anak agar tidak mengulangi hal sama dan sanksi

    yang diberikan membawa dampak positif untuk kesehatan anak. Berdasarkan

    hasil wawancara dengan Daniel Zebaoth12

    menuturkan bahwa :

    Kalau di lapangan anak-anak wajib tidak boleh berkata

    kotor. Kalau berkata kotor Push Up minimal sepuluh kali

    termasuk pelatih. Setelah latihan wajib mengumpulkan

    sampah gak (tidak) boleh ada sampah di Lapangan, bahkan

    pelatihpun harus juga ikut mengumpulkan sampah.

    Dalam kutipan wawancara dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan

    dilakukan Uni Papua dengan menanamkan nilai-nilai yang dimulai dari seorang

    pelatih. Pelatih merupakan kunci utama dalam merubah dan mengarahkan anak.

    Ketika seorang pelatih menunjukkan sikap kepada anak didik seperti

    mengeluarkan kata-kata kotor, maka seorang anak akan mengikuti apa yang

    dikatakan. Jadi di Uni Papua pelatih tidak boleh mengatakan kata-kata kotor saat

    anak yang dilatih melakukan kesalahan maupun saat bercanda. Selain itu,

    seorang pelatih juga harus menunjukkan sikap untuk disiplin terhadap waktu.

    Karena dengan menepati waktu, maka anak yang didik dapat mengikuti apa yang

    dilakukan pelatihnya. Kecuali pelatih terlambat karena kondisi cuaca yang

    kurang baik. Untuk itu, pengurus, pelatih dan anak didik sepakat untuk

    membentuk aturan yang mengikat agar memberi efek jera dan mendidik anak.

    Aturan yang diberlakukan, saat mengatakan kata-kata kotor akan diberikan

    hukuman push up atau lari keliling lapangan. Walaupun aturan ini terasa berat,

    tetapi anak dapat memperoleh makna dari push up dan lari keliling lapangan.

    Aturan berikutnya, setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk mengumpulkan

    sampah yang berserakan di lapangan. Karena selain Uni Papua, lapangan juga

    digunakan oleh masyarakat sehingga sampah banyak yang dibuang sembarang.

    Maka anak didik maupun pelatih diwajibkan untuk mengumpulkan sampah

    setelah selesai latihan. Tujuan dilakukan agar anak dapat mencintai dan

    melestarikan lingkungan tanpa membuang sampah sembarang. Oleh karena itu,

    Uni Papua memiliki aturan agar pengurus, pelatih dan anak didik dapat merubah

    12

    Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

    2016 di Bumi Ayu, Getasan

  • 53

    kebiasaan lama menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat saat berada di

    lapangan maupun saat berada di tempat tinggal mereka.

    B. Bakti Sosial

    Bakti sosial merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan

    antara sesama manusia. Bakti Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan

    adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan kekerabatan kita. Bakti sosial

    diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Bakti sosial antar warga yang

    dilakukan oleh Uni Papua Getasan adalah untuk mewujudkan rasa cinta kasih,

    rasa saling menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat luas yang sedang

    membutuhkan uluran tangan mereka. Hal ini yang dilakukan Uni Papua dengan

    berbagai kegiatan-kegiatan sosial, seperti, penanaman pohon (go green), donor

    darah, bantuan hari raya (buka bersama)dan dulu ada gereja yang rubuh Uni

    Papua bahu membahu membantu membersihkan puing-puing sisah bagunan.

    Pada hasil wawancara terhadap anak didik tentang kegiatan yang diikuti, Roice,

    Mikra, Edisah dan Piter bahwa “kerja bakti, menanam pohon, membersihkan

    lingkungan, donor darah, memperingati hari HIV/AIDS dan dulu ada gereja

    rubuh kita ikut bantu bersih-bersih”13

    .

    Penanaman pohon (go green) merupakan program yang dilakukan Uni

    Papua setiap tahun dan setiap 6 bulan sekali . Kegiatan penanaman pohon sudah

    dilakukan sebanyak 2 kali di area lereng Merbabu. Penanaman pohon pertama

    dilakukan pasca gunung Merbabu terbakar14

    . Pada waktu itu, Uni Papua bekerja

    sama dengan Kodim Salatiga, organisasi PKP (Pumuda Kinasih Puyang),

    organisasi Karang Taruna, Taman Nasional serta Muspika (Musyawarah

    Pimpinan Kecamatan) untuk penanaman 1.000 pohon Puspa dan 1.000 (seribu)

    pohon Gayam di area lereng Merbabu. Penanaman yang kedua bersamaan dengan

    memperingatihari HIV/AIDS sedunia pada 1 Desember 2016, sebanyak 3.000

    pohon, 1.000 pohon Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam dengan

    bekerjasama taman nasioanal, Karang Taruna, Masyarakat Peduli Api (MPA),

    13

    Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan 14

    http://www.solopos.com/2015/10/04/kebakaran-gunung-merbabu-api-kembali-membesar-dan-

    mulai-bakar-ladang-warga-648726, diakses pada 15 Maret 2017 pukul 19.00 wib

    http://www.solopos.com/2015/10/04/kebakaran-gunung-merbabu-api-kembali-membesar-dan-mulai-bakar-ladang-warga-648726http://www.solopos.com/2015/10/04/kebakaran-gunung-merbabu-api-kembali-membesar-dan-mulai-bakar-ladang-warga-648726

  • 54

    Polsek Getasan, dan bantu Korem. Waktu itu juga, pada 1 Desember 2016

    merupakan hari HIV/AIDS sedunia sehingga Uni Papua mengundang PMI

    (Palang Merah Indonesia) untuk hadir melakukan pendonoran darah bagi

    masyarakat yang ingin mendonorkan darah. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto

    penanaman pohon dan donor darah di bawah ini:

    Gambar 5.4

    Penanaman Pohon dan Donor Darah

    Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

    Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa gambar yang pertama

    atau pojok kiri merupakan penanaman pohon yang kedua pada tahun 2016. Pada

    waktu dibantu oleh Kodim 0714 Salatiga, dan Polsek Getasan. Untuk gambar

    yang kedua dari kiri atau tengah adalah keikutsertaan anak, pengurus dan pelatih

    untuk melakukan penanaman pohon dan pada waktu bersamaan dengan

    peringatan hari HIV/AIDS sedunia. Sedangkan gambar yang ketiga yang berada

    di pojok kanan adalah masyarakat Desa Tajuk yang ikut berpartisipasi

    mendonorkan darah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penanaman pohon di

    lereng gunung Merbabu, terlebih dahulu dilakukan donor darah. Donor darah

    tersebut bukan hanya masyarakat di Desa Tajuk, tapi juga dari Polsesk dan

    Kodim turut memberikan darah untuk di donor. Dari hasil wawancara bersama

    Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto ada kesamaan pendapat yang mengatakan

    bahwa15

    :

    15

    Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

    2016 di Bumi Ayu, Getasan

  • 55

    Kita sudah melakukan go green di lereng Merbabu yang

    pertama 2016 itu seribu pohon Puspa dan seribu pohon

    Gayam. Jadi untuk go green itu kita melibatkan dari Karang

    Taruna, dari namanya PKP (Pemuda Kinasi Puyang), dan

    juga dari taman nasional dari masyarakat juga karena waktu

    itukan dulunya pernah kebakaran di lereng Merbabu jadi

    tempat kebakaran tersebut sama masyarakat kita menanam

    pohon Puspa di lereng Merbabu tersebut dan dibantu sama

    Kodim 0714 Salatiga. Dan tangal 1 Desember 2016 kami

    melakukan kembali dengan 3.000 pohon, 1.000 pohon

    Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam itu

    dipandu lagi dengan taman nasional, karang taruna, juga

    masyarakat peduli api yang membantu kami untuk

    penanaman yaitu dengan 3.000 pohon tersebut. Jadi itu

    salah satunya itu karena juga itu peringatan hari AIDS dan

    juga kita melibatkan masyarakat untuk donor darah, jadi

    donor darah kita berikan kepada masyarakat waktu itu yang

    membantu mendonorkan darahnya untuk PMI.

    Kegiatan berikutnya adalah Jumat Eglish Day (Jumat belajar bahasa

    Inggris). Setiap hari Jumat anak dibimbing belajar bahasa Inggris. Proses

    bimbingan dilakukan oleh seorang guru wanita yang juga menjadi guru di salah

    satu sekolah dasar di Getasan. Namun, pada tahun 2016 guru tersebut berpindah

    tugas ke Bandung sehingga yang mengambil alih kegiatan tersebut adalah pelatih

    dan pengurus. Dalam membimbing anak didik, para pelatih hanya mengarahkan

    anak agar di hari Jumat selalu mengucapkan bahasa Inggris dan pada saat

    pemanasan juga berhitung menggunakan bahasa Inggris. Untuk lebih jelas lihat

    beberapa foto anak diajarkan bahasa Inggris di bawah ini:

    Gambar 5.5

    Jumat English Day

    Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

  • 56

    Pada gambar diatas menunjukkan bahwa di Uni Papua memiliki program

    untuk melatih anak didik agar bisa berbahasa Inggris. Kegiatan tersebut

    dilakukan setiap hari Jumat di Lapangan Pulihan Desa Tajuk. Tujuan dilakukan

    di lapangan anak-anak dapat menjangkau tempat tersebut. Dan ketika cuaca yang

    tidak mendukung biasanya belajar ditunda ke hari-hari berikutnya. Namun,

    program ini agar terhenti dalam beberapa bulan karena guru yang sering

    mengajarkan bahasa Inggris berpindah tugas ke kota Bandung. Seiring dengan

    berjalannya waktu, program tersebut dijalankan oleh pengurus dan pelatih

    walapun metode yang diajarkan agak berbeda. Metode yang digunakan dengan

    menggunakan latihan sepak bola, jadi pada saat pemanasan anak diwajibkan

    berhitung menggunakan bahasa Inggris. Hal ini juga yang dituturkan oleh Bapak

    Daniel Zebaoth16

    bahwa:

    Sebenarnya hari Jumat itu adalah hari english day. Sekarang

    mereka (guru) sedang pindah ke Bandung jadi sekarang

    pelatih-pelatih yang mengajarkan anak, mementori supaya

    di hari jumat atau di hari apa tetap memakai bahasa inggris.

    Kalau pemanasan semua anak menghitungpun harus bahasa

    inggris. Jadi kita mengajarkan kepada anak segala sesuatu

    berawal dari bahasa inggris seperti itu.

    Kegiatan sosial yang terakhir adalah bantuan hari raya. Di Uni Papua

    Getasan setiap tahun menyelenggarakan buka bersama dengan masyarakat

    sekitar pada bulan puasa (Idul Adha). Buka bersama diikuti oleh anak didik,

    pengurus Uni Papua, masyarakat sekitar dan organisasi Karang Taruna. Pada

    saat itu, Uni Papua memberikan bantuan berupa baju koko, snack, air miniral

    dan yang terakhir adalah memberikan bantuan berupa hewan kurban. Dana yang

    digunakan untuk buka bersama di Getasan pada saat itu adalah dana yang

    didapat dari pusat atau langsung dari CEO Uni Papua yang berada di Jakarta.

    Tujuan diadakan buka bersama sebagai bentuk terjalinnya hubungan

    kebersamaan dan saling menghormati antar umat beragama dan juga anak dapat

    16

    Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

    2016 di Bumi Ayu, Getasan

  • 57

    belajar untuk berbaur dengan masyarakat, saling menghormati antar satu dengan

    yang lain walaupun berbeda agama, suku dan ras. Untuk lebih jelas lihat

    beberapa foto tentang perayaan bulan puasa di bawah ini:

    Gambar 5.6

    Bantuan Hari Raya

    Sumber : Uni Papua Getasan, 2016

    Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa saat merayakan buka

    puasa bersama, Uni Papua memberikan bantuan baju koko yang sudah diberikan

    logo Uni Papua ke masyarakat. Pada kedua foto di atas yang berada di kiri

    merupakan Babinsa Sertu Suradi Desa Tajuk. Sedangkan foto yang di kanan

    adalah Drs. Gustomo Hartanto selaku camat di Getasan. Pembagian baju tersebut

    sebagai salah satu bentuk agar terjalinnya hubungan yang baik dan tetap menjaga

    tali persaudaraan antar agama khususnya di wilayah Getasan.

    Upaya pemberdayaan juga diartikan sebagai melindungi dan membela

    kepentingan masyarakat lemah. Yang dimaksud masyarakat “lemah” disini

    adalah anak-anak didik di Uni Papua, karena para anak-anak tersebut adalah

    generasi masa depan bangsa yang masih banyak memerlukan bimbingan dan

    arahan dari pelatih dan pengurus di Uni Papua. Berdasarkan pengamatan

  • 58

    peneliti, para anak-anak didik dan diajarkan, seperti menghargai satu sama lain,

    disiplin, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, menghormati orang yang lebih tua,

    yang tadinya suka mengeluarkan kata-kata kotor, akhirnya sedikit demi sedikit

    dapat berubah serta anak diajarkan untuk melestarikan lingkungan dengan tidak

    membuang sampah sembarang. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak di Uni

    Papua mendapat dukungan masyarakat, pemerintah desa, dan bahkan mendapat

    dukungan pemerintah kecamtan Getasan. Dalam hal ini pemerintah desa dan

    kecamatan turut hadir dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti tanam pohon, buka

    bersama dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya dan memberi izin menggunakan

    lapangan sebagai tempat latihan sepak bola di Uni Papua. Yang menarik sebagai

    bahan kajian, protecting didapatkan oleh masing-masing anak didik yang

    tergabung di Uni Papua Gatasan. Para anak didik tetap eksis dan solid menjaga

    persatuan di dalamnya dan berusaha mengajak kepada masyarakat khususnya

    generasi muda di Getasan agar tetap bersatu dan menjunjung sikap kebersamaan,

    sikap toleransi, kekompakkan, menjauhkan diri dari narkoba, alkohol, free sex

    serta melestarikan lingkungan dengan menjaga dan tidak membuang sampah

    sembarang.

    5.1.4. Strategi Evaluasi Nilai Pemberdayaan

    Strategi pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki

    tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan

    pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi

    keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Mardikanto,

    2015:167). Tentang hal ini, secara konseptual, strategi sering diartikan dengan

    beragam pendekatan, seperti:

    Pertama, strategi sebagai suatu rencana. Uni Papua Getasan memiliki

    perencanaan yang baik dan teraarah, namun terdapat juga perencanaan yang

    tidak berjalan. Perencaan di Uni Papua berupa rencanaa jangka panjang dan

    rencana yang bersifat jangka pendek. Untuk kegiatan jangka panjang, Uni Papua

    ingin menjadi komunitas yang membentuk karakter anak yang dikenal semua

    kalangan di Getasan maupun Indonesia dan menjadikan komunitas Uni Papua

    sebagai barometer kemajuan dalam pembentukan karakter anak-anak, remaja dan

  • 59

    pemuda di Getasan. Sedangkan rencana jangka pendek, Uni Papua melakukan

    kegiatan-kegiatan, seperti CAC yang dilakukan setiap tahun, menanam pohon,

    donor darah, latihan sepak bola dan marayakan bulan puasa. Untuk setiap

    kegiatan jangka pendek tersebut selama ini sudah berjalan dengan baik dan

    terlaksana. Namun, berdasarkan observasi dan wawancara, peneliti menemukan

    ada beberapa perencanaan kegiatan yang belum terlaksana yaitu melakukan

    penyuluhan HIV/AIDS ke sekolah-sekolah, hal ini diakibatkan kurangnya

    koordinasi dalam internal Uni Papua yang tidak berjalan dengan baik sehingga

    jarang antar pengurus bertemu untuk bertemu secara langsung dan

    membicarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

    Kedua, strategi sebagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Uni

    Papua selama ini berjalan dengan baik dan membawa dampak positif bagi anak

    sehingga anak dapat merubah kebiasaan lama yang kurang baik berubah menjadi

    kebiasaan yang menguntungkan. Perubahan yang terlihat saat ini adalah

    terjalinnya hubungan kebersamaan dan kekompakkan saat latihan walaupun

    cuaca yang tidak bersahabat. Contohnya, kegiatan penanaman pohon juga anak

    terlihat kompak walaupun hujan deras dan angin kencang pada waktu itu mereka

    tetap datang untuk menanam. Berikutnya juga, ketika Uni Papua mendapatkan

    sponsor anak didik diajak pengurus untuk makan bersama di warung makan

    disekitaran Getasan. Selain itu, anak memiliki sikap saling percaya dan

    menghargai satu sama lainnya. Sikap itu terjadi pada saat latihan sepak bola,

    awalnya ketika tidak saling mengenal anak tidak mudah percaya dengan

    temannya, dimana anak akan takut passing bola karena belum saling mengenal,

    tetapi sikap itu sudah berubah dan sekarang anak-anak sudah saling percaya dan

    tidak takut-takut untuk bermain bersama. Pada saat di lapangan anak didik

    memiliki sikap menghargai yang pada awalnya tidak mau mendengarkan, namun

    berjalannya waktu anak-anak di Uni Papua sudah bisa mendengarkan perintah

    dari pelatih maupun orang yang lebih tua dari mereka. Sikap tanggungjawab

    adalah salah satu yang sering diberikan kepada ada oleh pelatih. Contohnya,

    ketika lapangan dipenuhi sampah, anak diajarkan untuk bertanggungjawab

    mengangkat dan membuang pada tempat dan anak didik dituntut

  • 60

    bertanggungjawab terhadap alam dengan melestarikan alam dengan cara

    menanam pohon. Saat pelatihan sepak bola juga diajarkan anak untuk

    bertanggungjawab ketika kehilangan bola dari kakinya dan dituntut merebut

    kembali bola tersebut. Di Uni Papua, anak dilatih mendisiplin diri dan

    menghargai waktu pada saat latihan dilakukan, anak juga diajarkan untuk

    menjaga pola makan dan disiplin pada saat belajar. Contoh nyata, dalam latihan

    sepak bola anak diajarkan agar pada saat latihan harus hadir tepat waktu dan

    kalau anak tersebut terlambat akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

    keliling lapangan sebanyak 3-5 kali. Kemudian, yang menjadi hal yang

    terpenting dan selalu diingatkan oleh pelatih kepada anak adalah tidak merokok,

    tidak minum-minuman keras dan free sex. Ketika ada anak yang kedapatan

    merokok, anak akan diberi hukuman lebih berat serta diberi pengarahan agar

    tidak mengulangi hal yang serupa.

    Ketiga, strategi sebagai suatu instrument. Dalam strategi ini, Uni Papua

    memiliki tujuan pertama yaitu loyal dengan anak didiknya, loyal dengan visi dan

    misi serta loyal dengan masyarakat. Loyal dengan anak, artinya para pengurus

    dan pelatih walaupun tidak dibayar atau mendapatkan imbalan, mereka tetap

    berkomitmen untuk melatih dan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan

    sosial yang mendidik. Untuk loyalitas yang berikutnya, para pengurus dan

    pelatih loyal terhadap visi-misi Uni Papua untuk membangun karater anak

    walaupun banyak masalah yang dihadapi. Kemudian loyal dengan masyarakat,

    yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat dan selalu berbaur dengan

    masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan. Contohnya, sikap

    loyal yang dilakukan pengurus Uni Papua mendapat tanggapan dari masyarakat

    dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dengan selalu mengundang

    masyarakat untuk mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

    Intinya, dari penjalasan Yakonias Aiboy, Leunard Leonardo Rundi dan

    Yesaya (pelatih Uni Papua), setiap kegiatan sosial maupun latihan sepak bola

    selama ini, para anak diajarkan muatan-muatan sosial dan anak juga diajarkan

    agar terhindar dari permasalahan-permasalahan sosial yang menjerat anak-anak

    saat ini, seperti narkoba, alkohol dan free sex. Menurut para pelatih tersebut

  • 61

    strategi yang dilakukan dengan latihan sepak bola, karena dalam latihan kami

    menanamkan nilai-nilai, seperti yang dikatakan bahwa17

    :

    Yang paling penting yang saya tanamkan untuk anak-anak

    itu kekompakkan, kebersamaan, kesopanan,

    bertanggungjawab, kepercayaan terus respect terhadap

    sesama teman, pelatih maupun lawan. Jadi, harus saling

    menghargailah. Kan kita habis latihan kita suruh yang kita

    kasih latihan menceritakan apa yang kita kasih latih tadi

    bagaimana atau kurang dimana terus yang apa yang bisa

    mereka ambil (tujuan apa yang didapat dari latihan).

    5.2. Strategi Pemberdayaan Dalam Penguatan Kelembagaan

    Pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya

    (kekampuan dan posisi-tawar) agar masyarakat semakin mandiri. Karena itu,

    pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses penguatan kapasitas. Yang

    dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi,

    dan kelembagaan yang lain). Yang dimaksudkan adalah kemampuan komunitas

    sepak bola sosial Uni Papua Getasan menjadi basis untuk mengembangkan

    keterampilan dan kompetensi anak didik hingga mampu dapat berubah dari

    perilaku yang kurang baik berubah menjadi anak yang memiliki moral dan etika

    yang baik. Oleh karena itu, terdapat peran yang dimainkan dalam penguatan

    kelembagaan, diantaranya:

    Kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi dan

    kelembagaan lain). Peningkatan kapasitas individu lebih condong pada usaha

    untuk meningkatkan kemampuan anak didik di Uni Papua Getasan agar mereka

    mampu memanfaatkan semua potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya

    untuk dapat dimanfaatkan demi kemajuan masyarakat sekitarnya. Upaya

    peningkatan kapasitas individu ini meliputi usaha-usaha pembelajaran baik dari

    ranah pengetahuan, sikap atau penyadaran kritis dan keterampilannya.

    Pengembangan kapasitas merupakan bagian yang penting di dalam berbagai

    aspek kehidupan terutama pada komunitas sepak bola sosial Uni Papua di

    Getasan. Di Uni Papua anak diberdayakan dan diberi kemampuan dengan

    menanamkan nilai-nilai sosial, seperti, toleransi, kerjasama, bertanggung jawab

    17

    Wawancara dengan Yakonias Aiboy dan Yesaya Sampari serta Leunard Leonardo Runi sebagai

    pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga

  • 62

    dan anak diajarkan untuk tidak merokok, minum alkohol dan free sex. Penguatan

    kemampuan anak dikemas ke dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di

    masyarakat salah satu contoh program CAC (Coaching Across Continents),

    dimana anak diajarkan langsung menggunakan games-games yang didalamnya

    sudah diselipkan pengetahuan agar anak dapat saling mengenal satu sama dan

    terhindar dari hal-hal yang negativ. Yang terpenting dari games - games anaka

    dapat bermain dan tertawa bersama, terhibur dan mengispirasi.

    Dengan demikian pengembangan kapasitas individu (anak didik), adalah

    segala upaya untuk memperbaiki atau mengembangkan mutu karakteristik

    pribadi anak agar lebih efektif, efisien, baik didalam entitasnya maupun dalam

    lingkup global. Pengembangan kapasitas pribadi yang dimaksudkan nilai-nilai

    perilaku, merujuk kepada kebiasaan, norma, dan etika pergaulan yang lain, baik

    yang dipelihara didalam sistem sosial tertentu, maupun dalam pergaulan yang

    lebih luas dengan individu yang berasal dari sistem sosial yang berbeda latar

    belakang budaya.

    Pemahaman mengenai pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses

    juga harus diikuti dengan usaha peningkatan kapasitas yang terus menerus

    (kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif melainkan berkelanjutan). Keluaran

    dari proses pengembangan yang dilakukan Uni Papua Getasan terhadap anak-

    anak didik bukanlah suatu kondisi yang berhenti pada sebuah titik tertentu saat

    tujuan pengembangan itu dinyatakan tercapai, namun secara terus menerus

    dilakukan oleh pengurus, pelatih agar anak tidak berhenti pada satu titik

    melainkan selalu disadarkan dan diingatkan melalui kegiatan-kegiatan, seperti,

    setiap tahun diadakan tanam pohon. Kegiatan ini terus dilakukan agar anak dapat

    benar-benar memiliki kesadaran untuk selalu melestarikan alam dengan

    menanam dan tidak membuang sampah sembarang. namun keluarannya harus

    berupa siklus yang terus menerus dan berkelanjutan, karena kondisi dan

    dinamika masyarakat terus berkembang dan ketika usaha peningkatan kapasitas

    telah mencapai suatu tingkatan tertentu, maka akan muncul tantangan-tantangan

    baru yang lebih kompleks dan lebih berat.

  • 63

    Dalam siklus pengembangan anak-anak didik di Uni Papua Getasan

    merupakan proses peningkatan kapasitas yang dilakukan secara berulang-ulang

    sehingga kesadaran menjadi budaya dan bagian dari masing-masing individu

    dalam masyarakat.

    Pengembangan kapasitas berikutnya adalah sumber daya manusia

    merupakan pusat pengembangan kapasitas. Sumber daya manusia merupakan

    tonggak keberlanjutan individu maupun organisasi. Oleh karenanya, hal yang

    paling ditekankan di Uni Papua Getasan adalah menciptakan anak-anak yang

    memiliki karakter dan memiliki moral yang baik dengan selalu memberikan

    pendidikan karakter yang dimulai dari hal-hal kecil, seperti dalam latihan sepak

    bola diajarkan untuk disiplin terhadap waktu latihan, anak diajarkan untuk

    memimpin teman saat berlatih dan setelah selesai latihan tidak lupa pelatih selalu

    menekankan agar menjauhi hal-hal negativ dan ketika lapangan di penuhi

    sampah, maka secara sadar anak langsung mengangkat dan membuang sampah

    pada tempat. Dengan demikian, pengembangan ini lebih menitikberatkan pada

    pendidikan karakter dimana suatu anak akan menjadi anak yang berguna untuk

    bangsa.

    Pengembangan kapasitas yang terakhir adalah kelembagaan dalam arti

    luas mengenai perilaku dan nilai-nilai. Komunitas Uni Papua adalah

    komunitas yang bergerak dalam bidang sosial yang berhubungan dengan

    pembinaan generasi muda lewat kegiatan positif, yaitu sepak bola dan kegiatan-

    kegiatan sosial lainnya. Kelembagaan atau aturan main yang menjadi pegangan

    bersama di Uni Papua Getasan adalah tidak boleh berkata kotor dan setiap habis

    latihan mengumpulkan sampah. Aturan ini berlaku pada ana-anak didik, pelatih

    serta pengurus. Ketika ada yang ketahuan mengeluarkan kata kotor, maka anak,

    pelatih ataupun pengurus akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

    keliling lapangan 5 kali. Dan kalau anak atau pelatih mengucapkan lagi kata-kata

    kotor yang kedua kalinya maka sanksi yang diberikan akan bertambah. Di Uni

    Papua juga memiliki aturan yang mewajibkan anak maupun pelatih agar setelah

    melakukan latihan harus mengumpulkan sampah dan setiap anak diwajibkan

    mengumpulkan sepuluh sampah dan kalau belum sampai sepuluh, maka

  • 64

    sanksinya anak tidak izinkan pulang. Dengan demikian, kedua aturan yang

    dibuat bersama merupakan aturan yang ini merupakan aturan yang harus ditaati

    dan mendidik anak maupun pelatih agar menjaga kalimat yang diucapkan dan

    membiasakan diri untuk menjaga lingkungan.

    5.3. Strategi Pemberdayaan Sepak Bola Sosial Dalam Rangka

    Meminimalisir Isu SARA di Getasan

    Permberdayaan pada hakikatnya adalah kemampuan membangun nilai-nilai

    bersama yang mampu memberikan penguatan bagi setiap orang atau kelompok

    untuk bertindak menggapai harapan-harapan yang diinginkan. Dalam perspektif

    inilah, John Friedmann (1992) mengatakan pemberdayaan masyarakat pada

    hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual yang berlangsung dalam

    suatu proses. Dengan demikian, pemberdayaan dimaknai secara konseptual oleh

    peneliti sebagai bentuk penyadaran, pengkapsitasan dan pendayaan dilakukan bagi

    individu dan masyarakat sebab pemberdayaan akan membentuk nilai-nilai kolektif

    untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau

    meminimumkan ancaman-ancamanya. Distilulah dimaknai pemberdayaan sebagai

    pola pikir.

    Secara konseptual, proses pemberdayaan yang telah dan sedang dilakukan

    oleh sepak bola sosial Uni Papua Getasan perlu diapresiasi. Apresiasi ini

    didasarkan pada realitas aktivitas yang dilakukan yaitu : pertama, secara

    kelembagaan Uni Papua telah berupaya dan bekerja keras untuk merencanakan,

    melaksanakan, dan mengevalusi program kegiatan yang mereka lakukan; kedua,

    dalam merekrut tidak ada batasan kriteria di Uni Papua dan tidak memaksa anak

    maupun pelatih untuk ikut Uni Papua, karena Uni Papua lebih ke pembinaan

    karakter anak; ketiga, Uni Papua hadir di cabang Getasan sebagai bentuk untuk

    membina anak-anak agar memiliki moral dan etika yang baik; dan Keempat, pola

    pembinaan dan pengkapasitasan masyarakat (anak laki-laki, perempuan) lewat

    kegiatan CAC, latihan rutin sepak bola dan kegiatan-kegiatan sosial di

    masyarakat.

    Kegiatan CAC merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun sekali

    dengan bekerjasama dengan CAC Amerika dan Inggris untuk melatih sepak bola

  • 65

    sosial. Dalam kegiatan ini, yang mengikuti adalah anak-anak didik dan pelatih

    maupun masyarakat setempat. Materi yang diberikan pelatih berupa permainan-

    permainan edukasi dengan menggunakan media sepak bola. Tujuan CAC ini

    dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak merasa takut dan malu ketika

    bertemu teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain serta

    anak dapat bermain, bersenang-senang dan bergembira. Selain itu, para pelatih

    memberikan pengetahuan kepada anak dengan memberikan permainan-permainan

    kecil tentang bahaya HIV/AIDS kalau tidak memakai pengaman (kondom),

    bahaya menggunakan narkoba dan minum-minuman beralkohol.

    Latihan rutin merupakan program latihan sepak bola yang dilakukan setiap

    minggu dua kali agar anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan ini

    dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Latihan rutin dipimpin oleh pelatih yang

    memiliki licensi maupun tidak. Proses latihan sepak bola diikuti dari dua kategori

    umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat latihan,

    biasanya pelatih membagi dua kategori tersebut dan juga terdapat perbedaan cara

    melatih usia 6-14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-14 tahun para

    pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain diwajibkan

    Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan yang diberikan oleh pelatih lebih

    berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa untuk lebih baik dan mengurangi

    kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih biasanya anak diajarkan untuk

    membiasakan diri melakukan pemanasan lari keliling lapangan yang diberi waktu

    12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak diwajibkan untuk tidak melebihi waktu

    yang sudah ditentukan dan menyelesaikan 8 putaran dengan cepat dan tepat.

    dalam kegiatan latihan sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat

    berada di lapangan maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan

    bagi pengurus, pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata

    kotor, karena apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti

    mengeluarkan kata „ndas‟ maka akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

    lari keliling lapangan 5 kali. Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih,

    tapi hukuman bagi para pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling

    lapangan 15 kali.

  • 66

    Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola, para pelatih terlebih dahulu

    hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-materi yang diajarkan sambil

    menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi para anak-anak didik yang

    terlambat datang akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau keliling

    lapangan 5 kali. Aturan berikutnya adalah bahwa para pelatih di larang merokok

    selama melatih di lapangan, kecuali merokok ketika sudah berada di rumah.

    Setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan

    di dalam lapangan dan setiap anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10

    sampah dengan berbagai jenis yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari

    aturan yang dibuat bersama adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan

    menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga

    lingkungan dan anak bermain, bersenang-senang dan bergembira.

    Program berikutnya adalah English Day atau setiap hari Jumat belajar

    bahasa Inggirs. Program ini dilakukan oleh seorang guru perempuan setiap hari

    Jumat sore di Lapangan sepak bola Dusun Pulihan. Guru tersebut biasanya

    mengajarkan anak-anak didik belajar alfabet mengunakan bahasa Inggris, belajar

    menghitung dengan menggunakan bahasa Inggris serta anak diajarkan untuk

    memperkenalkan nama dan tanggal lahir dengan pengucapan bahasa Inggris.

    Setiap hari Jumat anak diwajibkan untuk berbicara bahasa Inggris dengan teman-

    temannya. Sanksi ketika ada anak yang tidak menggunaka bahasa Inggris berupa

    teguran lisan dan memberi pengarahan kepada anak.

    Bakti sosial merupakan program yang dilakukan Uni Papua Cabang Getasan

    setiap 6 bulan sekali atau setiap tahunnya. Bakti sosial berupa penanaman pohon,

    donor darah, buka bersama pada bulan Idul Adha dengan memberikan bantuan.

    Penanaman pohon sudah dilakukan dua kali di lereng gunung Merbabu dengan

    bekerjasama dengan Kodim, organisasi pemuda, pemerintah setempat, Polsek

    Getasan, kelompok tani dan masyarakat Getasan. Uni Papua Cabang Getasan juga

    memiliki program donor darah dengan bekerjama dengan Palang Merah Indonesia

    (PMI). Donor darah dilakukan sebagai bentuk peduli kasih terhadap sesama

    dengan mengajak masyarakat sekitar Desa Tajuk untuk mendonorkah darahnya.

    Selain itu, Uni Papua juga pada hari raya berbaur dengan masyarakat dalam

  • 67

    bentuk berbagi kasih kepada umat muslim di Getasan yang pada waktu itu

    melakukan hari raya Idul Adha. Bentuk peduli antara sesama dengan memberikan

    bantuan berupa baju Koko dan bantuan berupa hewan kurban kepada masyarakat.

    Pada waktu itu buka bersama dilakukan dengan anak-anak didik, Babinsa Desa

    Tajuk, Bapak Camat Getasan serta organisasi pemuda. Hal yang sama juga

    dikemukakan oleh sekretaris Karang Taruna Budi Prayetno18

    di kediamannya

    Dusun Puyang pada 12 Desember 2016, bahwa “keterlibatan untuk karang taruna

    itu seperti kegiatan-kegiatan penanaman dalam istilah go green dan kegiatan-

    kegiatan semisal bakti sosial dan bahkan dulu pernah ada kegiatan dari Uni Papua

    melibatkan karang taruna juga itu untuk buka bersama waktu bulan puasa seperti

    itu. Dulu juga pernah ada program seperti donor darah”.

    Dengan program pemberdayaan yang sudah dilakukan Uni Papua Cabang

    Getasan membawa dampak positif untuk meredam atau meminimalisir isu SARA

    yang terjadi di Uni Papua Getasan. Pada kesempatan ini, sikap warga desa

    terhadap organisasi Uni Papua yang baru dikenalnya menimbulkan perilaku yang

    seolah-olah curiga dan ragu-ragu terhadap kehadiran Uni Papua Getasan. Disatu

    sisi sebagian masyarakat mendukung dan di sisi yang lain ada tidak mendukung.

    Namun, dengan seiiring perkembangan Uni Papua dengan berbagai program yang

    ditawarkan ke masyarakat, maka isu SARA saat ini mulai berkurang. Salah satu

    ukuran berkurangnya adanya peningkatan keikutsertaan anak dalam kegiatan rutin

    sepak bola Uni Papua. Sebelum isu SARA menjadi isu yang sangat besar, jumlah

    peserta didik yang mengikuti Uni Papua berjumlah 80-an anak, tetapi karena

    goncangan isu SARA maka ada penurunan yang cukup drastis mencapai 30 anak,

    tetapi sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan bakti sosial yang dilakukan

    Uni Papua masyarakat tersadarkan dan semakin percayaa dengan bertambahnya

    peserta didik yang dari 30 anak menjadi 43 anak sampai sekarang ini. Berdasarkan

    hasil temuan saat wawancara dengan Meshak Riwanto bahwa:

    Kalo saya pernah mengikuti penyuluhan dari Uni Papua

    khususnya anak saya tentang programnya Uni Papua itu

    memang sangat membantu sekali untuk anak-anak

    18

    Wawancara dengan Bapak Budi Prayetno sebagai Sekretaris Karang Taruna pada 12 Desember

    2016 di Dusun Puyang, Desa Tajuk, Getasan.

  • 68

    remaja ataupun anak-anak kecil untuk mendidik anak-

    anak itu menjadi mandiri dan menjadi berprestasi itu

    kalo menurut pendapat saya karena memang itu sangat

    beruntung sekali Uni Papua ada di Getasan.

    Dengan demikian, secara ideal, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan

    pertama-tama lewat character building atau proses penyadaran dan

    pengkapasitasan, atau dapat dikatakan pembangunan sosial lewat pembangunan

    kesadaran dan tindakan masyarakat. Hasil dari munculnya kesadaran ini perlu

    diolah dalam pembentukan kapasitas kelembagaan masyarakat, pengkapasitasan

    kelembagaan masyarakat inilah yang akan melaksanakan setiap program yang

    direalisasikan Uni Papua Getasan. Oleh karena itu, peneliti melihat ada nilai-nilai

    atau pesan yang ingin disampaikan dalam penelitian ini, yaitu bahwa persepsi

    masyarakat dengan orang Papua sebagai pembuat onar, rusuh, suka mabuk-

    mabukan, tawuran, tetapi dengan hadirnya Uni Papua diberbagai cabang di

    Indonesia dan salah satunya adalah Uni Papua Getasan adalah bentuk bahwa

    orang Papua bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain.