bab v hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id v... · kabupaten kuningan dalam surat perjanjian...
TRANSCRIPT
19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengelolaan Obyek Wisata di Taman Nasional Gunung Ciremai
Wilayah SPTN I Kuningan
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan taman nasional
dengan gunung tertinggi di Jawa Barat. TNGC juga memiliki obyek-obyek wisata
alam yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan pariwisatanya. Namun
lokasi obyek wisata tersebut sebagian besar berada di luar hamparan kawasan
TNGC khususnya yang termasuk pada wilayah SPTN I Kuningan seperti yang
terlihat pada Gambar 4. Keberadaan obyek wisata tersebut memberikan
ketertarikan pada pemerintah daerah dan swasta untuk ikut serta dalam
pengelolaan obyek wisata di TNGC yang berada di luar hamparan kawasan.
Pemerintah Kabupaten Kuningan melakukan nota kesepahaman dengan
pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) dalam pengelolaan
obyek wisata yang berada di wilayah administrasinya. Tujuan dari kesepahaman
tersebut untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya untuk kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan
keseimbangan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Sebagai tindak lanjut dari
kesepahaman tersebut maka dilakukan perjanjian kerjasama antara pemerintah
Kabupaten Kuningan yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) dengan
BTNGC mengenai pengelolaan obyek dan daya tarik wisata di kawasan TNGC
Kabupaten Kuningan dalam surat perjanjian kerjasama Nomor PKS
02/BTNGC/2009 dan Nomor 556/49/Disparbud/2009. Pada Bab III Obyek dan
ruang Lingkup, Pasal 3 menyatakan bahwa obyek wisata yang berada di Kawasan
TNGC Kabupaten Kuningan yaitu diantaranya Telagaremis, Paniis, Bumi
Perkemahan Cibeureum, Bumi Perkemahan Cibunar, Bumi Perkemahan
Balongdalem, Lembah Cilengkrang dan Bumi Perkemahan Palutungan akan
dikelola oleh pemerintah daerah melalui Disparbud.
20
Gambar 1 Peta Lokasi ODTWA di Kawasan TNGC.
SPTN II Majalengka SPTN I Kuningan
21
Tujuan dan sasaran dalam surat perjanjian pengelolaan obyek wisata di
kawasan TNGC Kabupaten Kuningan tersebut diantaranya dalam pengelolaan,
pemanfaatan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata di TNGC harus
menjamin keseimbangan ekologis, ekonomi, sosial budaya, serta kelestarian
sumberdaya alam hayati dan ekosistem di kawasan TNGC. Oleh karena itu, pihak
pengelola harus menempatkan masyarakat sekitar lokasi obyek wisata sebagai
bagian dari pengelolaan dan pemanfaatan obyek wisata. Namun peranan
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan wisata mempunyai peran yang
berbeda pada setiap lokasi obyek wisata sesuai dengan kebijakan pengelola obyek
wisata. Hal ini dikarenakan pengelolaan beberapa obyek yang termasuk dalam
surat perjanjian tersebut tidak sepenuhnya dilakukan oleh Disparbud, tetapi
beberapa obyek wisata yang dikelola oleh swasta dan masyarakat sekitar sebagai
bentuk kerjasama dengan BTNGC sebagai pemilik kawasan seperti yang tersaji
dalam Tabel 5.
Tabel 5 Pengelola obyek wisata alam di TNGC Wilayah SPTN I Kuningan
No Obyek wisata Lokasi obyek wisata Pihak pengelola
1 Talagaremis Desa Kaduela Kecamatan
Pasawahan
Disparbud
2 Paniis Desa Paniis dan Desa Singkup
Kecamatan Pasawahan
Disparbud
3 Buper Cibeureum Desa Cibeureum Kecamatan
Cilimus
Pemerintah desa melalui
Karang Taruna
4 Buper Cibunar Desa Linggajati Kecamatan
Cilimus
Pemerintah desa melalui Pos
Pendakian G. Ciremai
5 Buper Balongdalem Desa Babakanmulya
Kecamatan Jalaksana
Pemerintah desa melalui
Kompepar
4 Lembah Cilengkrang Desa Pajambon Kecamatan
Jalaksana
Kompepar
7 Buper Palutungan Desa Cisantana Kec. Cigugur CV. Wisata Putri Mustika
Surat perjanjian pengelolaan tersebut dapat ditinjau ulang setelah 5 tahun
berjalan dan masa berlaku surat perjanjian tersebut selama 20 tahun. Balai TNGC
sebagai pemilik kawasan mendapatkan persentasi pembagian hasil yang sama dari
setiap lokasi wisata yaitu Rp 1.500/lembar tiket yang terjual. Nilai tersebut
sebagai PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang disetorkan pada kas
negara melalui TNGC. Pemerintah daerah mendapatkan pembagian hasil dari
penjualan tiket dengan persentasi yang berbeda dari lokasi wisata yang tidak
dikelola oleh Disparbud. Namun pemerintah daerah harus ikut serta dalam
22
pengembangan wisata salah satu caranya yaitu perbaikan jalan menuju lokasi
wisata untuk mempermudah aksesibilitas pengunjung.
1. Telagaremis
Disparbud mengelola aktif obyek wisata ini secara resmi pada bulan Januari
2010. Petugas lapang dari Disparbud di obyek wisata ini berjumlah 2 orang yang
biasanya berjaga di loket karcis. Pihak pengelola dalam melaksanakan tugasnya di
bantu oleh Kompepar Desa Kaduela yang terdiri dari beberapa kelompok mitra
usaha (KMU). Kompepar ini sudah ikut serta mengelola Telagaremis sejak masih
oleh perhutani dulu. Kegiatan rutin anggota Kompepar antara lain yaitu
membantu penjualan tiket, petugas kebersihan dan menjaga keamanan atau patroli
di sekitar lokasi obyek terutama bila ada perkemahan.
Harga tiket masuk obyek wisata alam ini sebesar Rp 6.500/lembar.
Pengunjung yang membawa anak-anak petugas memberikan kebijakan yaitu satu
tiket untuk dua orang anak-anak. Pembagian hasil dari tiket tersebut setelah
dipotong PNBP Rp 1.500/lembar yang diserahkan kepada TNGC yaitu 5% untuk
pemda Cirebon dan selebihnya oleh Disparbud. Biaya parkir kendaraan Rp 1.000
untuk kendaraan roda dua, Rp 2.500 untuk kendaraan roda empat dan Rp 6.500
untuk kendaraan roda enam dibayar bersama dengan tiket masuk.
Beberapa KMU yang masih aktif sampai saat ini diantaranya KMU MCK
yaitu pengunjung yang menggunakan kamar mandi membayar jasa Rp 1.000/satu
kali masuk pada petugas yang menjaga kebersihan MCK, KMU permainan air
yaitu jasa penyewaan bebek dan perahu. Selain itu, terdapat juga KMU parkir
yaitu petugas yang telah menjaga dan mengatur kendaraan bermotor selama
pengunjung berwisata dengan memberikan uang jasa pada petugas tersebut diluar
karcis parkir. Besarnya pembagian hasil setiap KMU berbeda contohnya untuk
KMU permainan anak 75% pemilik permainan air, 20% Disparbud dan 5% untuk
kompepar. Sedangkan untuk KMU lainnya masih belum ada pembagian hasil
dengan pihak pengelola secara pasti.
23
2. Paniis
Pengelolaan obyek wisata Paniis ini dilakukan oleh Disparbud. Petugas
lapangan berjumlah 3 orang, dalam pelaksanaan pengelolaan petugas dibantu oleh
beberapa masyarakat yang ikut serta dalam pengelolaan obyek wisata sejak
perhutani dahulu. Pintu masuk menuju obyek wisata alam ini terdapat dua yaitu
dari Buper Singkup dan dari Paniis.
Bumi perkemahan termasuk dalam wilayah adminstrasi Desa Singkup yang
saat ini sudah dikontrakkan pada salah satu masyarakat yang ingin mengelola oleh
pihak desa, namun perjanjian tersebut pada dasarnya tidak berlaku. Hal ini
dikarenakan status lahan merupakan milik TNGC dan pengelolaan wisatanya
dilakukan oleh Disparbud. Namun berdasarkan kebijakan dari pihak pengelola
maka orang tersebut diberi kepercayaan untuk ikut mengelola obyek wisata
sebagai petugas penjaga tiket di pintu masuk Buper, sedangkan petugas tiket di
pintu masuk Paniis dari Disparbud yang bertugas sebagai koordinator.
Harga tiket masuk sebesar Rp 3.500/lembar seperti terlihat pada Gambar 1
yaitu contoh tiket masuk dan parkir yang dikeluarkan oleh Disparbud. Petugas
tiket biasanya tidak menetapkan tiket masuk untuk 1 orang anak-anak yang
dibawa oleh orang tuanya. Anak-anak yang datang bersama orang tua lebih dari 1
membayar tiket 1 untuk 2 orang anak. Hal ini berbeda dengan pengunjung
rombongan anak-anak dari sekolah yang tetap membayar tiket secara penuh,
namun petugas biasanya memberikan potongan harga pada rombongan besar.
Gambar 2 Tiket masuk Cipaniis.
Harga tiket untuk kegiatan berkemah sama dengan tiket masuk obyek tidak
dikenakan biaya tambahan. Biaya penerangan pengunjung bisa membicarakan
langsung dengan penduduk yang menyediakan penyewaan listrik biasanya
dikenakan biaya sebesar Rp 25.000/lampu/malam selama kegiatan berlangsung.
Pengunjung yang akan menggunakan Buper harus melapor kepada pengelola
24
minimal 2 hari sebelum kegiatan berlangsung. Pengelola tidak menyediakan
peralatan berkemah, sehingga pengunjung yang datang harus menyiapkan sendiri
peralatannya.
Pembagian hasil dari tiket masuk Cipaniis yaitu PNBP Rp 1.500/lembar
diserahkan melalui BTNGC dan sisanya diserahkan ke Disparbud. Besarnya tiket
parkir yaitu Rp 1.000 untuk kendaraan roda dua. Petugas yang berjaga untuk
mengatur parkir berasal dari masyarakat sekitar, mereka bekerja sebagai petugas
parkir sejak masih dikelola oleh perhutani. Namun saat ini mereka hanya
mendapatkan penghasilan dari jasa penitipan helm atau barang pengunjung.
3. Buper Cibeureum
Pengelolaan Buper Cibeureum ini dilakukan oleh pemerintah Desa
Cibeureum melalui kelompok pemuda Karang Taruna. Saat ini buper tersebut
masih belum dikelola secara optimal, hal ini terlihat tidak adanya petugas yang
berjaga dan penarikan tiket bagi pengunjung yang datang. Penarikan tiket hanya
dilakukan pada pengunjung yang melakukan kegiatan berkemah dengan sistem
paket berdasarkan peraturan pemerintah desa yaitu:
a. Pengunjung lebih dari 100 orang biaya yang dikenakan yaitu Rp 200.000
ditambah biaya kegiatan sebesar Rp 20.000 untuk 1 hari 1 malam.
b. Pengunjung kurang dari 100 orang biaya yang dikenakan yaitu Rp 4.000 per
orang selama kegiatan berlangsung.
Harga paket tersebut belum termasuk sarana prasarana seperti lampu dan
kamar mandi. Kamar mandi yang digunakan peserta camping yaitu kamar mandi
milik perseorangan yang sengaja dibangun sebagai sebagai kamar mandi umum
dengan harga yang telah ditentukan. Sedangkan untuk biaya penerangan
dikenakan Rp 25.000 per malam.
Pembagian hasil dari harga tiket Rp 4.000/lembar yaitu Rp 1.500/lembar
untuk PNBP disetorkan melalui Balai TNGC, pemerintah desa 50% dan karang
taruna 50% dari Rp 2.500/lembar yang telah dipotong biaya operasional selama
kegiatan berlangsung. Hal tersebut dikarenakan Buper Cibeureum merupakan
salah satu aset pendapatan desa.
25
4. Buper Cibunar
Berdasarkan Peraturan Desa Linggajati Kecamatan Cilimus Kabupaten
Kuningan Nomor 08 tahun 2009 tentang Bumi Perkemahan dan Pendakian
Gunung Ciremai, Pengelolaan Buper Cibunar dilakukan oleh pemerintah desa
melalui organisasi PPGC (Pos Pendakian Gunung Ciremai). Status PPGC
merupakan salah satu mitra Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Linggajati yang
bertugas sebagai pelaksana lapangan dalam pengelolaan Buper Cibunar dan
pendakian Gunung Ciremai jalur Linggajati. Pembentukan PPGC dilakukan oleh
pemerintah desa dengan susunan anggota berasal dari karang taruna dan
masyarakat Desa Linggajati.
Pembagian hasil dari pengelolaan obyek wisata alam tersebut ditentukan
oleh pemerintah desa dengan memperhatikan pembangunan dan pendapatan asli
desa. Nilai tiket Buper Cibunar dibedakan menjadi dua yaitu tiket untuk hiking
dan tiket untuk berkemah dapat dilihat pada Gambar 2. Besarnya pembagian hasil
berbeda untuk setiap kegiatan yaitu:
a. Harga tiket untuk kegiatan berkemah Rp 5.000/lembar. Pembagian hasil per
lembar tiket yang terjual terdiri dari Rp 1.700 untuk PPGC, Rp 700 biaya
operasional, Rp 1.200 untuk pendapatan desa, Rp 700 untuk pemilik lahan
dan Rp 700 untuk blok.
b. Harga tiket untuk hiking Rp 2.000/lembar, hasil dari penjualannya 100%
diserahkan untuk PPGC.
c. Kendaraan yang masuk dikenakan biaya sebesar Rp 1.000/kendaraan, hasil
tersebut diserahkan 100% untuk pendapatan desa. Nilai tersebut di luar jasa
penitipan kendaraan.
Gambar 3 Tiket di Buper Cibunar berdasarkan peraturan Desa Linggajati.
26
Selain sebagai petugas pelaksana pengelolaan Buper Cibunar PPGC juga
ikut dalam pengelolaan pendakian Gunung Ciremai jalur Linggajati. Tiket untuk
pendakian berasal dari TNGC dengan harga Rp 6.500/lembar (Gambar 3).
Pembagian hasil tersebut terdiri dari PNBP Rp 1.500/lembar, dana konservasi 5%,
desa 15%, PPGC 49%, Pemuda 7%, PHBM 4%, Asuransi 5%, dan Disparbud
10%.
Gambar 4 Tiket pendakian Gunung Ciremai.
5. Buper Balongdalem
Masyarakat yang berperan dalam pengelolaan Buper Balongdalem ini yaitu
anggota Kompepar Desa Babakanmulya. Pengunjung yang melakukan kegiatan di
Buper ini biasanya datang menemui ketua kompepar dan mengurus perizinan
pengunaan lahan Buper. Pengunjung yang berkemah di lokasi ini cukup
membayar Rp 3.000/orang selama kegiatan berlangsung. Pihak pengelola dalam
hal ini yaitu kompepar akan mengurus perizinan ke desa dan pihak keamanan
yang terkait perihal kegiatan tersebut.
Pengunjung dapat melakukan negosiasi pada pihak pengelola mengenai
fasilitas yang dibutuhkan selama kegiatan berlangsung. Pengunjung dapat
meminjam peralatan berkemah seperti tenda yang dengan harga sewa Rp
25.000/tenda dengan kapasitas 10 orang. Penyewaan listrik Rp 50.000/hari, harga
tersebut langsung dibicarakan antara pengunjung dengan masyarakat yang
menyewakannya. Selain itu juga pengunjung yang berkemah dapat melarang atau
mengizinkan masyarakat untuk berjualan di Buper selama kegiatan mereka
berlangsung dan meminta petugas untuk menjaga keamanan kendaraan bermotor
selama mereka melakukan kegiatan, jika pengunjung membutuhkan penjagaan.
27
6. Lembah Cilengkrang
Pengelola obyek wisata alam ini dilakukan oleh KOMPEPAR (Kelompok
Penggerak Pariwisata) Lembah Cilengkrang yang anggotanya terdiri dari
masyarakat PHBM Desa Pajambon. Pengelolaan oleh masyarakat ini merupakan
salah satu bentuk kemitraan TNGC dalam mewujudkan pengelolaan kawasan
secara lestari dan efektif dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Nilai harga tiket masuk obyek wisata ini mengalami kenaikan beberapa kali
karena adanya perubahan status kawasan. Tahun 2002-2005 tiket masuk berasal
dari Perum Perhutani KPH Kuningan dengan tiket Rp 2.000/lembar. Tahun 2006
tiket masuk berasal dari BKSDA Jawa Barat II dengan harga tiket Rp
3.500/lembar, hal ini dikarenakan ada kewajiban pembayaran PNBP sebesar Rp
1.000/lembar. Tahun 2007 tiket masuk berasal dari TNGC dengan harga yang
sama dan kewajiban penyetoran PNBP yang sama. Mulai tahun 2008 sampai
sekarang harga tiket meningkat menjadi Rp 4.000/lembar dikarenakan
peningkatan tarif PNBP menjadi Rp 1.500/lembar.
Pembagian hasil dilakukan kepada beberapa pihak yang terkait yaitu untuk
PNBP dan dana konservasi disetorkan ke Balai TNGC, Pemerintah desa
disetorkan melalui bendahara desa, dan Forum PHBM desa yang digunakan untuk
operasional kegiatan PHBM Desa Pajambon. Sebelum pembagian hasil kepada
anggota sebesar 20 orang, bagi hasil tersebut disisihkan terlebih dahulu sebesar
10% untuk biaya operasional kegiatan di Lembah Cilengkrang, 5% untuk ATK
Kompepar dan 5% untuk dana taktis (dana pertemuan, tranportasi menghadiri
undangan di luar desa, dll). Anggota Kompepar memiliki pekerjaan lain di luar
kegiatan wisata di Lembah Cilengkrang, hal ini bisa dilakukan karena adanya
pengaturan waktu bertugas.
7. Buper Palutungan
Pengelolaan Buper Palutungan dilakukan oleh pihak swasta yaitu CV
Mustika Putri. Pemilik CV ini seorang pengusaha daerah yang masih berasal dari
Desa Cisantana tempat dimana lokasi wisata berada. Pengelolaan obyek wisata ini
sudah berlangsung sebelum menjadi taman nasional dengan luas wilayah 15 ha,
28
namun lokasi efektif yang kini telah dikelola hanya 9,5 ha. Adanya perubahan
status kawasan menjadi taman nasional mewajibkan pihak pengelola untuk
mempunyai izin pengusahaan pariwisata alam di taman nasional. Namun sampai
saat ini pihak pengelola belum mempunyai izin tersebut, walaupun pihak CV
sudah mengajukan izin tersebut ke Dirjen PHKA.
Pungutan hasil dari obyek wisata Buper Palutungan dari harga tiket sebesar
Rp 7.000 dilakukan pembagian hasil yaitu Rp 1.500 untuk PNBP yang diserahkan
melalui pihak TNGC, Rp 1.000 disisihkan sebagai dana konservasi. Walaupun
obyek wisata ini dikelola oleh pihak swasta yaitu CV, pemerintah daerah dalam
hal ini juga mendapatkan pembagian sebesar 35% dari harga tiket yang sudah
dipotong oleh PNBP dan dana konservasi.
Pihak pengelola yang bekerjasama dengan TNGC dan pemerintah desa,
mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam pengelolaan Buper Palutungan yaitu
dengan cara melibatkan KTK (Kelompok Tani Konservasi) sebagai petugas parkir
dengan imbalan jasa dari pengelolaan parkir tersebut. Sedangkan kelompok PKK
desa menyediakan pemesanan makanan pada pengunjung yang melakukan
kegiatan berkemah dalam jumlah besar seperti acara organisasi atau sekolah.
5.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Taman Nasional
Gunung Ciremai Wilayah SPTN I Kuningan
Lokasi obyek daya tarik wisata alam yang ada di wilayah SPTN I Kuningan
sebagian besar terletak di luar hamparan kawasan. Setiap lokasi obyek wisata
memiliki daya tarik yang berbeda berupa sumberdaya alam seperti air terjun,
sumber air panas, tumbuhan, satwa, pemandangan alam hutan pinus dan
pegunungan, serta kebudayaan masyarakat sekitar. Beragamannya daya tarik
wisata tersebut memberikan pilihan pada pengunjung yang ingin berwisata ke
TNGC wilayah SPTN I Kuningan untuk berwisata sesuai dengan tujuannya.
5.2.1 Telagaremis
Telagaremis terletak di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan. Lokasi obyek
wisata ini berada di perbatasan tiga kabupaten yaitu Kuningan, Majalengka dan
Cirebon. Luas obyek wisata Telagaremis sekitar ± 68,81 ha. Nilai daya tarik yang
29
dimiliki oleh kawasan wisata ini berupa danau alami, pemandangan alam seperti
tegakan pohon pinus dan 9 sumber mata air yang tersebar di sekitar lokasi obyek
wisata. Selain itu, udara sekitar obyek wisata ini terasa sejuk dan bersih seperti
udara di daerah pegunungan. Telagaremis berasal dari sebuah nama kerang kecil
(disebut remis) yang hidup di sekitar telaga, kerang ini dipercaya masyarakat
dapat mengobati penyakit.
Sejarah asal usul Telagaremis yaitu dari legenda peperangan antara
Pangeran Salingsingan dengan Pangeran Purbaya yang terjadi selama berabad-
abad. Kedua pangeran tersebut masih kakak beradik yang terpisah jauh selama
mereka pergi mencari ilmu. Kepergian kedua bersaudara ini berdasarkan titah
sang ayah yaitu orang yang berhak menduduki tahta setelah beliau pergi adalah
orang yang paling sakti. Pada suatu hari mereka bertemu kembali dan beradu
kesaktian. Saat peperangan terjadi Pangeran Salingsingan hampir kalah oleh
Pangeran Purbaya, namun kekalahan itu justru dijadikan taktik peperangan oleh
Pangeran Salingsingan yaitu Pangeran Salingsingan lari bersembunyi di rungkun
oyong (rimbunan tanaman oyong) yang terdapat kidang (hewan sejenis kijang).
Saat Pangeran Salingsingan yang dikejar oleh Pangeran Purbaya tersebut lari ke
rungkun oyong, kidang tersebut keluar dari rungkun karena kaget. Purbaya
melihat kidang keluar dan beranggapan bahwa kidang tersebut merupakan
jelmaan dari Pangeran Salingsingan.
Purbaya pun pergi mengejar kidang tersebut ke mana pun kidang itu lari,
semakin lama dia mengejar dan semakin masuk ke dalam hutan kidang tersebut
semakin banyak terlihat. Pada akhirnya Purbaya merasa kelelahan dan dia merasa
kehausan setelah berlari mengejar kidang. Purbaya pun pergi mencari sumber air
minum dan dia menemukan sumber air yang menyerupai air mancur. Namun saat
Purbaya datang air tersebut malah menghilang. Purbaya pun marah dan mencaci
air tersebut, hingga air pun mengizinkan Purbaya minum dengan syarat dia harus
mengambil air dengan menggunakan gayung atau tangan seperti layaknya orang
berwudhu. Air itu pun keluar kembali dan Purbaya minum sepuasnya, setelah
selesai Purbaya pamit pergi pada air untuk mencari kembali kidang yang dianggap
jelmaan dari Salingsingan. Air yang diminum Purbaya ternyata merupakan
jelmaan dari Salingsingan, sehingga Salingsingan pun berada di dalam perut
30
Purbaya. Salingsingan menyerang Purbaya dari dalam perutnya dengan melukai
bagian hati Purbaya hingga dia menyerah. Saat menyerah itulah Salingsingan
membuat suatu kesepakatan dengan Purbaya bahwa dia akan berubah jadi air dan
Purbaya akan diubahnya jadi kura-kura bernama “si Mendung” yang akan selalu
hidup di bawah air.
Cerita ini pun memberikan kepercayaan pada sebagian masyarakat bahwa
air yang ada di sumber air keramat akan mendatangkan berkah jadi barang siapa
pun perawan atau janda yang sulit mendapatkan jodoh, mandikanlah dia dengan
air keramat pasti cepat mendapatkan jodoh. Selain itu orang yang ingin bekerja
atau mempunyai keinginan lain sering datang untuk dimandikan oleh kuncen.
Sumber air yang biasa dipakai untuk memandikan disebut Sumur Jalatunda dan
telaga yang sering dipakai mandi Telaga Nilem. Selain mempunyai cerita mitos
Telagaremis juga memiliki keunikan dan keindahan sumberdaya alam yang
berpotensi untuk dijadikan daya tarik wisata diantaranya yaitu:
a) Telagaremis (Situ Ayu Salintang)
Telaga ini merupakan telaga unggulan obyek wisata Telagaremis. Luas
telaga ini paling besar diantara telaga yang lainnya, dengan kedalaman mencapai
± 15 meter, bagian dasar telaga banyak terdapat ganggang. Sumber air telaga ini
berasal dari 7 mata air yang berada di sekitar pohon beringin pinggir telaga. Air
dari telaga ini dipergunakan oleh PT Indosemen di Kabupaten Cirebon. Kegiatan
yang berpotensi dilakukan antara lain wisata perahu dan sepeda air. Selain itu juga
dapat dilakukan kegiatan wisata memancing yang kini sudah banyak dilakukan
oleh warga Desa Kaduela dan sekitarnya. Flora yang terdapat di sekitar
Telagaremis antara lain Pinus (Pinus merkusii), beringin (Ficus benjamina),
ketapang (Terminalia katapa) dan mangga (Mangifera sp).
31
Gambar 5 Telagaremis.
Keberadaan telaga ini erat kaitannya dengan makam Buyut Ayu Salintang
yang makamnya terdapat di pinggir telaga ini, namun sampai saat ini masih belum
ada orang yang berani menceritakan keterkaitan makam Buyut Ayu Salintang
dengan keberadaan Telagaremis ini. Sebagian masyarakat ada yang menyatakan
bahwa Telagaremis dan Situ Ayu Salintang berbeda dipisahkan oleh makam
Buyut, namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut dan beranggapan
Situ Ayu Salintang merupakan nama lain dari Telagaremis. Hal ini dikarenakan
lokasi kedua telaga ini yang terlihat menyatu hanya saja tersekat pada salah satu
sisinya oleh makam keramat Buyut Ayu Salintang dan mushola serta panggung
hiburan seperti yang terlihat pada Gambar 6.
(a) (b)
Gambar 6 (a) Jembatan penyekat Telagaremis dan Situ Ayu Salintang, (b) Situ
Ayu Salintang.
32
b) Telaga Deleg
Telaga Deleg merupakan salah satu telaga yang tadah hujan karena air di
telaga ini penuh saat musim hujan. Air di telaga ini berwarna kecoklatan seperti
yang terlihat pada Gambar 7. Pada telaga ini terdapat ikan yang sengaja dipelihara
oleh masyarakat sekitar diantaranya ikan nilem, ikan mas, lele dan ikan nila.
Sedangkan saat musim kemarau telaga ini kering dan lahannya digunakan oleh
warga sebagai kebun biasanya ditanami umbi-umbian seperti singkong. Selain itu
pada lokasi telaga ini juga terdapat sebuah petak sawah yang dikelola oleh kuncen
Telagaremis. Tanaman yang terdapat di sekitar telaga yaitu kapuk randu (Ceiba
petandra), kenanga, mangga (Mangifera sp.) dan beberapa tanaman palawija.
Gambar 7 Telaga Deleg.
Pada lokasi Telaga Deleg ini terdapat lahan terbuka yang terdapat banyak
bebatuan besar, biasanya warga sekitar menggunakan lahan ini untuk menjemur
padi pada musim panen dan sebagian pengunjung biasanya menggunakan lahan
ini untuk berkemah. Udara di sekitar camping ground ini cukup panas dan rawan
terjadi kebakaran karena banyaknya semak belukar yang mengering pada saat
musim kemarau.
c) Telaga Salam
Telaga ini berada di sebelah kiri bawah camping ground telaga Deleg, air
telaga ini bening dan sedikit tertutup oleh serasah dari pohon sekitarnya seperti
yang tersaji pada Gambar 8. Terdapat beberapa macam burung di sekitar telaga
seperti cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cabe jawa dan jenis burung semak.
33
Tanaman yang terdapat di sekitar telaga diantaranya nangka (Artocarpus
heterophyllus), kapuk randu (Ceiba petandra), beringin (Ficus benjamina), sukun
(Artocarpus communis), akasia (Acacia mangium) dan pisang.
Gambar 8 Telaga Salam.
d) Telaga Buruy I
Telaga ini tertutup oleh semak dan tumbuhan air seperti yang terlihat pada
Gambar 9, sehingga pengunjung tidak bisa melihat telaga dari jarak dekat. Udara
sekitar telaga terasa panas, pada musim kemarau sering terjadi kebakaran karena
semak yang mengelilingi telaga dan air telaga mengering. Jalan setapak menuju
telaga ini sudah tidak terlihat, tertutup oleh tumbuhan bawah dan semak yang
agak tinggi. Jarang masyarakat yang datang ke lokasi telaga ini. Tanaman yang
ada di sekitar telaga berupa pisang, sengon (Paraserianthes falcataria) dan
beberapa jenis semak belukar.
Gambar 9 Telaga Buruy I.
34
e) Nyi Eloh
Air telaga ini berwarna bening (Gambar 10) dan mengalir setiap musim di
sepanjang tahun. Letak sumber air ini di pinggir jalan dalam kawasan wisata
sebelum Telaga Deleg. Biasanya pengunjung yang berkemah di camping ground
Telaga Deleg menggunakan air Nyi Eloh ini untuk keperluan selama kegiatan,
terdapat MCK yang sudah tidak terawat dan dapat digunakan sebagai tempat ganti
pakaian. Tanaman yang terdapat di sekitar sumber air diantaranya kenanga,
tanaman pisang, singkong, paku-pakuan dan semak belukar. Air yang berasal dari
telaga ini digunakan oleh perusahaan lokal air minum isi ulang.
Gambar 10 Nyi Eloh.
f) Telaga Leutik dan Telaga Buruy II
Telaga Leutik dan Telaga Buruy II terdapat di sebelah selatan Telagaremis.
Ada beberapa jalan tanah setapak dan berbatu yang menuju kedua lokasi telaga
ini, namun sebagian jalan sudah tertutup semak dikarenakan jarang dilalui orang.
Masyarakat sekitar sering memancing di telaga ini, karena suasananya sunyi dan
udaranya yang sejuk. Ikan yang terdapat di kedua telaga ini cukup beragam
diantaranya ikan nila dan lele. Kedua telaga ini airnya surut pada musim kemarau,
tepian telaga tidak terlihat karena tertutup oleh semak dan beberapa tumbuhan air
seperti eceng gondok (Gambar 11).
35
(a) (b)
Gambar 11 (a) Talaga Leutik dan (b) Telaga Buruy II.
g) Sumur Jalatunda
Sumur Jalatunda ini merupakan sumber mata air keramat (Gambar 12) yang
biasa dipakai memandikan pengunjung oleh Kuncen. Biasanya pengunjung datang
pada hari-hari tertentu seperti malam jum’at kliwon. Kebanyakan pengunjung
yang datang berasal dari luar daerah seperti Cirebon dan Indramayu. Pengunjung
yang datang memiliki tujuan khusus di luar kegiatan berwisata, kepercayaan
mereka terhadap mitos yang berkembang masih cukup tinggi. Beberapa orang
datang dengan tujuan ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik seperti
mendapatkan pekerjaan atau jodoh. Akan tetapi tidak banyak pengunjung yang
mengetahui keberadaan dan mitos Sumur Jalatunda ini. Lokasi Sumur Jalatunda
terletak sebelum Telaga Leat.
Gambar 12 Sumur Jalatunda.
36
h) Telaga Leat dan Telaga Nilem
Letak kedua telaga ini sangat berdekatan, memiliki air yang jernih sehingga
tanaman yang berada di bawah telaga dapat terlihat seperti yang terlihat pada
Gambar 13. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di kedua telaga ini antara lain
memancing dan berenang. Namun pengunjung lebih senang berenang di telaga
Nilem karena airnya lebih jernih dan dalam serta lebih luas. Pada sepanjang jalan
menuju kedua lokasi telaga ini terdapat batu-batuan besar yang menjulang tinggi.
Jalan menuju lokasi kedua telaga ini berbatu, bisa dilalui oleh kendaraan
bermotor.
(a) (b)
Gambar 13 (a) Telaga Leat. (b) Telaga Nilem.
i) Batu Tumpeng
Batu Tumpeng merupakan deretan sebuah batu yang diangggap keramat
bagi orang-orang tertentu, bahkan terdapat mitos bahwa batu ini kadang – kadang
tidak dapat didokumentasikan atau tidak terlihat di foto. Pada lokasi batu ini
berdasarkan informasi beberapa penduduk mempunyai nilai sejarah dan biasanya
ada yang menjadikan sebagai tempat pemujaan. Bentuk Batu Tumpeng ini
menyerupai tumpeng yang disusun berlapis seperti yang terlihat pada Gambar 14.
Selain Batu Tumpeng tersebut juga terdapat beberapa batu besar yang tersusun.
Batu Tumpeng ini berada di sebelah kiri atas Telaga Deleg, akses jalan setapak
menuju lokasi tidak dapat terlihat jelas karena sudah tertutup semak belukar dan
37
jarang dilalui oleh manusia. Beberapa tanaman yang banyak ditemukan yaitu
sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan melinjo
(Gnetum gnemon).
Gambar 14 Batu Tumpeng.
j) Camping ground Pinus
Camping ground selain di Telaga Deleg juga terdapat di sebelah utara
Telagaremis (Situ Ayu Salintang) yang tersebar menghadap pemandangan
Telagaremis, berupa area yang terbuka di bawah tegakan pinus seperti yang
disajikan pada Gambar 15. Beberapa tempat yang biasa digunakan untuk
mendirikan tenda ditumbuhi oleh tumbuhan bawah dan semak yang akan
dibersihkan oleh pihak pengelola apabila sudah ada pengunjung yang siap untuk
berkemah.
Gambar 15 Camping ground Telagaremis.
38
5.2.2 Paniis
Obyek wisata ini berupa bumi perkemahan singkup dan aliran air sungai
yang jernih langsung dari sumber mata air. Luas obyek wisata alam Paniis sekitar
± 35,32 Ha. Pada obyek wisata ini terdapat dua tiket masuk yaitu di Buper dan
jalan menuju sungai. Daya tarik wisata ini berupa aliran sungai dengan kondisi air
yang jernih dan bersih (Gambar 16). Masyarakat sekitar sering menggunakan air
sungai ini untuk mandi dan mencuci. Bahkan sumber air ini digunakan oleh
PDAM untuk pasokan air minum ke wilayah Kabupaten Cirebon, aliran air ini
juga dipergunakan warga Paniis untuk saluran irigasi areal pertanian.
Aliran sungai Cipaniis tidak pernah kering walaupun musim kemarau
panjang. Sebagian masyarakat dan pengunjung memiliki kepercayaan bahwa air
dari sungai ini membawa berkah, sehingga banyak yang mencuci peralatan masak
sebelum acara hajatan (pernikahan atau acara syukuran khitanan), baju atau karpet
(tempat usaha) dan lain-lain agar apa yang mereka inginkan mendapatkan berkah.
Selain itu ada juga orang yang beranggapan bahwa aliran air sungai Paniis ini
mempunya khasiat awet muda, apabila mereka sering mandi di aliran sungai ini
maka kulit mereka akan terasa kencang.
Gambar 16 Sungai Cipaniis.
Pada lokasi obyek wisata alam Paniis ini terdapat pula camping ground
yang berada di bawah tegakan Pinus seperti yang tersaji pada Gambar 17. Secara
administratif camping ground tersebut berada di Desa Singkup, namun status
lahan masih milik TNGC dan termasuk dalam satu hamparan obyek wisata Paniis
yang kini dikelola oleh Disparbud oleh karena itu area perkemahan ini lebih
dikenal dengan Buper Singkup. Pengunjung yang mengunakan lokasi camping
39
ground ini biasanya adalah rombongan sekolah atau organisasi. Lokasi
perkemahan ini berada di pinggir jalan utama, berdekatan dengan permukiman
warga dan peserta dapat mengunakan aliran air Cipaniis untuk kebutuhan selama
kegiatan berlangsung.
Gambar 17 Camping ground Singkup.
Jenis tumbuhan yang ada di lokasi obyek wisata ini yaitu kersen (Muntingia
calabura), karet (Hevea brasiliensis), angsana (Pterocarpus indicus), kopi (Coffea
sp), melinjo (Gnetum gnemon), sonokeling (Dalbergia latifolia), durian (Durio
zibethinus), beringin (Ficus benjamina) dan pinus (Pinus merkusii). Sedangkan
jenis satwa yang ada yaitu cabai jawa (Dicaeum trochileum) dan pijantung kecil
(Arachnothera longirostra).
5.2.3 Buper Cibeureum
Luas Buper Cibeureum sekitar ± 11,36 Ha. Area yang digunakan berada di
samping kantor Seksi I Taman Nasional Gunung Ciremai. Keunikan Buper
Cibeureum terletak pada satwa jenis monyet ekor panjang (Gambar 18) yang
banyak berkeliaran di sekitar buper dan tidak takut pada aktivitas manusia.
Monyet tersebut sering turun ke tanah dan mengambil makanan pengunjung
bahkan beberapa monyet sering datang mengunjungi rumah warga untuk meminta
makanan berupa buah atau umbi-umbian.
40
Gambar 18 Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).
Pada lokasi Buper Cibeureum ini terdapat sumber mata air yang cukup
besar. Namun masyarakat, pengelola dan pemerintah desa melarang peserta
kemah atau pengunjung lainnya turun melihat sumber air dari dekat. Hal ini
dikarenakan sumber air tersebut digunakan untuk keperluan masyarakat seperti air
minum dan keperluan sehari-hari lainnya. Selain takut tercemari oleh aktivitas
pengunjung, masyarakat juga percaya akan beberapa mitos yang berkembang.
Mitos yang berkembang tersebut yaitu adanya penjagaan oleh monyet ekor
panjang yang memiliki kebiasaan dan dipercaya oleh warga sekitar bahwa setiap
malam jumat kliwon semua monyet akan berkumpul dan mandi satu persatu di
sumber mata air tersebut. Masyarakat juga percaya akan keberadaan ular sanca
dengan ukuran besar yang sering terlihat menyebrang jalan menjelang malam
tanpa mereka tahu ujung kepala dan ekor berada dimana. Adanya kepercayaan ini
menyebabkan masyarakat tidak berani memberikan izin pada pengunjung untuk
mempergunakan sumber air tersebut. Selain itu, masyarakat masih memegang
kepercayaan bahwa apapun yang berada di “leuweung jero” (sebutan masyarakat
pada kawasan hutan Cibeureum) tidak boleh dipergunakan selain air karena akan
mendapatkan kesialan seumur hidup.
41
(a) (b)
Gambar 19 (a) Lapangan Bola Buper Cibeureum, dan (b) Camping ground.
Camping ground pada buper ini berada di bawah pohon pinus sebelah atas
dan bawah lapangan bola, sedangkan lapangan bola biasanya dipakai oleh peserta
kemah untuk upacara, api unggun dan kegiatan lainnya. Jenis flora dan fauna yang
dapat ditemui dilokasi Buper Cibeureum ini antara lain pinus (Pinus merkusii),
kopi (Coffea sp), beringin (Ficus benjamina), salam (Eugenia polyantha), pulus,
ambit (Elaeocarpus grandiflora) dan huni. Sedangkan jenis fauna yang bisa
ditemukan diantaranya yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis), cinenen pisang
(Orthotomus sutorius) dan cekakak sungai (Todirhamphus chloris).
5.2.4 Buper Cibunar
Lokasi Buper Cibunar merupakan pos I pendakian Gunung Ciremai jalur
Linggarjati yang berada di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus. Luas buper ini
sekitar ± 7,352 Ha. Sepanjang perjalanan menuju buper pengunjung dapat melihat
pemandangan area persawahan dan perkebunan warga, diantaranya kebun cengkih
dan nilam yang daunnya dipergunakan warga sebagai bahan minyak wangi serta
perkebunan beberapa jenis umbi dan sayur seperti yang terlihat pada Gambar 20.
42
(a) (b)
Gambar 20 (a) pesawahan dan (b) perkebunan warga menuju Buper.
Keunikan Buper Cibunar ini yaitu pemandangan alam pengunungan.
Topografi dan lokasi buper yang berada di jalur pendakian menjadi daya tarik
tersendiri bagi pengunjung yang ingin berkemah di Buper ini, terutama untuk
kegiatan pelantikan ekstrakurikuler sekolah, atau kegiatan pecinta alam lainnya.
Pengunjung yang banyak berkemah di Buper ini biasanya para pendaki yang
beristirahat setelah pendakian atau persiapan untuk pendakian, lokasi Buper
berada di bawah tegakan pohon pinus seperti pada Gambar 21.
Gambar 21 Camping ground Cibunar.
Flora yang banyak ditemukan pada buper ini antara lain pinus (Pinus
merkusii), kayu afrika (Maesopsis eminii), suren, mahoni (Swietenia
macrophylla), kaliandra (Calliandra haematocepala) dan beberapa tanaman
agroforestry seperti alpukat (Persea americana), lada dan durian (Durio
43
zibethinus). Pada lokasi buper juga ditemukan tanaman nilam. Sedangkan fauna
yang dapat ditemui antara lain kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen pisang
(Orthotomus sutorius), walik dan beberapa jenis burung semak.
5.2.5 Buper Balongdalam
Bumi perkemahan Balongdalam merupakan salah satu obyek wisata TNGC
seluas ± 5,216 Ha. Menurut cerita masyarakat Balongdalem ini merupakan tanah
milik masyarakat yang memiliki dua orang anak yaitu Buyut Bayu dan Buyut
Bangun. Kedua bersaudara kakak beradik ini berdebat dan bersengketa dalam
memperebutkan hak kepemilikan tanah tersebut. Cerita perseteruan itu sampai
terdengar oleh Sultan Matang Haji di Cirebon. Beliau melihat perseteruan tersebut
dan mengambil keputusan bahwa tanah komplek Balong Dalem dan pengairannya
dikuasai oleh negara dan pengelolaannya diwakilkan pada Sultan Matang Haji.
Kemudian beliau memerintahkan untuk menanam pohon Raksamala yang
mengandung arti raksa yaitu ngaraksa dan mala yaitu mamala, sehingga pohon
Raksamala tersebut mengandung arti menjaga dari adanya mamala.
Pada lokasi wisata Balongdalem ini terdapat tempat keramat yaitu makan
Pansarcan Buyut Bayu dan Buyut Goong (Gambar 22) yang sampai saat ini masih
banyak orang berziarah dengan tujuan tertentu. Peziarah datang pada hari-hari
tertentu seperti malam jum’at kliwon, peziarah yang datang biasanya berasal dari
daerah luar Kuningan seperti Cirebon dan Indramayu.
(a) (b)
Gambar 22 (a) Makam Pansarcan Buyut Bayu dan (b) Makam Buyut Goong.
44
Salah satu upacara adat yang khusus dilakukan di obyek wisata
Balongdalem yaitu kawin cai. Upacara adat ini dilakukan untuk mengingatkan
masyarakat agar menjaga sumber mata air yang ada di desa mereka. Upacara adat
ini biasanya dilakukan pada bulan Oktober setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini
dilangsungkan di depan sumber mata air Titrayatra yaitu sebuah area terbuka yang
disebut dengan “Karang Mangu” (Gambar 23). Air dalam upacara kawin cai
berasal dari sumber air Tirtayatra yang berada di obyek wisata Balongdalem Desa
Babakanmulya dengan air dari tujuh sumur di kawasan obyek wisata Cibulan
Desa Maniskidul yaitu sumur Kejayaan, Keselamatan, Kemudahan, Kemulyan,
Cirencana, Cisadane dan Pengabulan.
(a) (b)
Gambar 23 (a) Karang mangu dan (b) Sumber air Titrayatra.
Prosesi upacara adat ini dimulai dengan tarian dan arak-arakan menuju
sumber mata air, kemudian dilanjutkan dengan menanam pohon dan menebarkan
benih ikan di sekitar mata air. Adapun ritual yang unik dan khas yaitu menyatukan
air yang berasal dari mata air Balongdalem dengan air dari Cibulan. Setelah air
dari kedua sumber tersebut disatukan ke dalam kendi, air tersebut sebagian
dimasukan ke dalam Balongdalem sebagai pertanda agar masyarakat di daerah
tersebut tidak mengalami kekurangan air
Selain itu terdapat “Taman Makam Pahlawan Samudera” (Angkatan Laut
RI) terdiri dari 20 makam yang gugur dalam beberapa pertempuran geriliya
melawan Belanda yang disajikan pada Gambar 24. Setiap peringatan hari
pahlawan atau hari kemerdekaan 17 Agustus selalu diadakan upacara peringatan
di lokasi ini, bahkan pada malam hari sebelum peringatan hari pahlawan sering
45
diadakan doa dan dzikir bersama yang dilakukan oleh masyarkat dan keluarga
yang berziarah.
Gambar 24 Makam Pahlawan Samudra.
Selain situs budaya dan sejarah daya tarik obyek wisata ini juga terdapat
camping ground yang berada di bawah rimbunan pohon Ki Hujan, serta kolam
dengan kedalaman hingga 3 meter (Gambar 25). Area camping ini letaknya
berdekatan dengan permukiman penduduk, dan pada kolam yang biasa dipakai
berenang dan memancing terdapat ikan nila dan ada beberapa ikan dewa.
Tumbuhan yang dapat ditemui yaitu rasamala (Altingia exelsa), pulus, pinus
(Pinus merkusii) dan bunga pagoda (Clerodendron paniculatum). Sedangkan
satwa yang sering ditemukan diantaranya elang hitam (Ictinaetus malayensis),
burung kacamata (Zosterops sp), dan kutilang (Pycnonotus aurigaster).
(a) (b)
Gambar 25 (a) Kolam air Balongdalem dan (b) Camping ground.
46
5.2.6 Lembah Cilengkrang
Obyek wisata ini terletak di Desa Pajambon Kecamatan Keramatmulya.
Lembah Cilengkrang merupakan salah satu obyek wisata alam seluas ± 30 Ha
yang memiliki keunikan berupa pemandangan lembah, curug, sebaran sumber air
panas, kebun koleksi dan camping ground. Selain pada lokasi ini juga merupakan
salah satu spot untuk pengamatan elang jawa yang kini mulai langka. Beberapa
atraksi wisata alam yang terdapat di Lembah Cilengkrang yaitu:
1. Kopi Gede
Pada tempat ini pengunjung dapat melihat indahnya pemandangan alam
pengunungan, melihat pemandangan kota Cirebon dan Kuningan. Selain itu, pada
pagi hari di tempat ini juga sering muncul pelangi. Ketenangan dan kesejukan
udara serta keindahan pemandangan alamnya (Gambar 26) membuat pengunjung
lebih merasa nyaman untuk mencari ketenangan dari kesibukan dan rutinitas
sehari-hari.
Gambar 26 Pemandangan kopi gede.
2. Kebun Koleksi
Jenis tanaman yang terdapat di kebun koleksi Lembah Cilengkrang cukup
beragam diantaranya ki jamuju, nangsi (Villebrunia rubescens), walen (Ficus
ribes), hamberang (Ficus toxicaria), mara (Macaranga tanarius), benda,
mareme, kijeruk, kimuncang, kondang (Ficus variegata), ki asem, huru,
beunying (Ficus fistulosa), peutag (Eugenia clavymyrtus), rerek (Sapindus
rarak), gintung, pasang dan solatri. Jumlah setiap jenis berbeda dan berada di
lokasi hak garap anggota kompepar. Selain itu, terdapat pula tanaman hias dan
47
tanaman obat di sekitar kebun koleksi. Jenis tanaman tersebut diantaranya
kemuning, bunga pancawarna, kaca piring dan hanjuang (Cordyline fructicosa).
Contoh tanaman yang terdapat di kebun koleksi Lembah Cilengkrang seperti
pada Gambar 27.
(a) (b)
Gambar 27 Jenis tanaman di kebun koleksi (a) Kemuning dan (b) Ambit.
3. Camping ground
Area perkemahan di Lembah Cilengkrang terdapat di dua lokasi yaitu di
bawah tegakan pinus samping warung dan area terbuka dekat MCK yang terletak
setelah area perkemahan pertama. Pengunjung biasanya lebih menyukai area
perkemahan yang kedua, karena pada lokasi ini lebih dekat dengan aliran sungai,
mushola dan MCK. Suasana lembah dan pemandangan alam di tempat ini pun
lebih terlihat jelas, selain itu area perkemahan kedua lebih luas dan dapat
menampung lebih banyak pengunjung yang berkemah. Pada sore hari area
perkemahan ini biasanya berkabut dan udaranya cukup dingin. Apabila beruntung
pengunjung juga bisa menemui berberapa jenis burung dan satwa liar lainnya
seperti musang. Lokasi area perkemahan kedua yang banyak diminati oleh
pengunjung disajikan pada Gambar 28.
48
Gambar 28 Camping ground Lembah Cilengkrang.
4. Hambulu
Merupakan suatu tempat di sebelah bawah area buper yang kedua terdapat
mushola yang letaknya berada tepat di pinggir aliran sungai yang jernih (Gambar
29). Suasana di lokasi ini menunjukan kesejukan, ketenangan, keindahan alam
dan suara aliran sungai yang jernih. Pengujung biasanya banyak yang beristirahat
di pinggiran sungai, duduk di bebatuan dengan merendamkan kaki.
Gambar 29 Mushola pinggir sungai di hambulu
5. Curug
Atraksi yang menjadi unggulan di lembah Cilengkrang antara lain yaitu
adanya dua buah curug yaitu Curug Sabuk dan Curug Sawer. Kedua curug ini
letaknya berjauhan, Curug Sawer berada di ujung perjalanan wisata dengan
ketinggian ± 50 meter (Gambar 30b). Aliran Curug Sawer ini lebih kecil daripada
49
Curug Sabuk, karena adanya pemanfaatan sumber air di daerah hulu. Pada sekitar
Curug Sawer juga terdapat tebing yang berlumut dan tetesan air di sekitar curug,
selain itu sekitar Curug Sawer pengunjung juga bisa menemukan Lutung
(Trachypithecus auratus) yang biasanya sedang mencari makan. Sedangkan lokasi
Curug Sabuk berada dekat pemandian air panas dengan aliran air yang lebih besar
dari Curug Sawer, namun ketinggiannya hanya sekitar ± 30 meter (Gambar 30a).
Aliran curug ini agak tertutup oleh bebatuan besar, sehingga pengunjung yang
ingin melihat dari dekat dan bermain air di curug harus melewati bebatuan
tersebut. Adanya bebatuan tersebut juga membuat aliran air yaang berasal dari
curug terbagi-bagi dalam beberapa aliran kecil.
`
(a) (b)
Gambar 30 (a) Curug Sabuk dan (b) Curug Sawer.
6. Sumber air panas
Sumber air panas yang terdapat di Lembah Cilengkrang tersebar dalam
beberapa titik. Saat ini sumber air panas yang sudah dipergunakan yaitu di sekitar
Curug Sabuk sebanyak 5 titik. Air panas tersebut ditampung dan dialirkan ke bak
pemandian yang kemudian dicampur dari aliran air Curug Sabuk dengan
menggunakan batang bambu seperti yang terlihat pada Gambar 31. Sumber air
panas yang berada di dekat Curug Sabuk suhunya antara 39-550C bahkan menurut
pihak pengelola suhu tertinggi bisa mencapai 800C.
50
Gambar 31 Sumber air panas.
Pada lokasi wisata ini sudah dilakukan inventarisasi sumberdaya alam
seperti inventarisasi tumbuhan dan satwaliar yang ada. Pengunjung dapat
menggunakan jasa petugas sebagai pemandu untuk kegiatan wisata minat khusus
seperti pengenalan jenis tumbuhan dan satwaliar. Flora dan fauna yang dapat
ditemui di sepanjang perjalanan di obyek wisata alam Lembah Cilengkrang ini
cukup banyak dan beragam. Flora yang banyak ditemui antara lain pinus (Pinus
merkusii), asam kranji (Dialium indum), mindi, reureuk (Sapindus rarak),
mareme, bunga bangkai dan beberapa tanaman agroforestri seperti alpukat, kopi,
durian (Durio zibetinus), lada (Piper sp) dan vanili. Sedangkan fauna yang dapat
ditemui antara lain lutung (Trachypithecus auratus), elang jawa (Spizaetus
bartelsi), musang, dan beberapa jenis burung lainnya seperti cinenen pisang
(Orthotomus sutorius) dan ciung mungkal jawa (Cochoa azurea). Contoh satwa
dan tumbuhan yang dapat ditemukan di lokasi wisata Lembah Cilengkrang seperti
yang terlihat pada Gambar 32.
51
(a) (b)
Gambar 32 (a) Lutung (Trachypithecus auratus), dan (b) Bunga bangkai.
5.2.7 Buper Palutungan
Berdasarkan wilayah administrasi Buper Palutungan termasuk ke dalam
Desa Cisantana Kecamatan Cigugur. Luas obyek wisata ini ± 9 Ha. Buper
Palutungan berada di atas ketinggian 1100 mdpl, sehingga udara sejuk dan
nyaman. Setiap pagi hari dan sore hari pada daerah ini akan muncul kabut yang
membuat udara pegunungan cukup dingin. Salah satu keunikan tempat wisata
Buper Palutungan ini yaitu terdapat Curug Ciputri dengan ketinggian sekitar ± 7
meter yang bersumber dari mata air Cibunian dari dalam kawasan TNGC.
Gambar 33 Curug Ciputri.
52
Asal mula nama Curug Ciputri merupakan sebutan untuk tempat pemandian
putri belanda yang cantik seperti putri, sehingga disebutlah dengan Curug Ciputri.
Air yang mengalir jernih dan dingin, banyak pengunjung yang datang ingin
merasakan dinginnya air Curug Ciputri ini dengan berenang atau hanya bermain
air di bawah dan sepanjang aliran curug.
Gambar 34 Aliran curug Ciputri.
Buper Palutungan terbagi dalam tiga wilayah zona camping ground yaitu
camp 1 atau camp utama berupa lapangan yang disediakan khusus untuk
berkemah, camp 2 berada di dekat lokasi outbound di bawah hamparan hutan
tanaman pinus dan camp 3 yaitu berada di depan warung yang memiliki topografi
cukup datar. Pengunjung yang ingin berkemah biasanya di tempatkan pada camp
utama, sedangkan camp 2 dan 3 digunakan pada waktu-waktu tertentu apabila
peserta camp melimpah (lokasi camp cadangan). Penempatan camping ground ini
bertujuan untuk melindungi anakan pohon dalam rangka penghijaunan kawasan
TNGC di lokasi wisata.
Gambar 35 Zona camping ground Palutungan.
53
Flora dan fauna adalah burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosus),
gagak, kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan cinenen pisang (Orthotomus
sutorius). Sedangkan untuk jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di area Buper
Palutungan diantaranya pinus (Pinus merkusii), jabon, mahoni (Swietenia
macrophylla), manglid, rotan, matoa (Pometia pinnata), tepus, kaliandra
(Calliandra haematocepala), ki hujan, gintung, kuray (Trema orientale), pucuk
merah (Syzygium oleina) dan krey payung (Fellicium decipiens). Selain itu,
terdapat perkebunan sayur masyarakat sekitar di dekat bumi perkemahan yang
terdiri dari beberapa macam sayuran seperti wortel dan daun bawang. Sebagian
besar perkebunan tersebut berada di tanah milik TNGC yang menjadi area
garapan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5.3 Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di TNGC Wilayah
SPTN I Kuningan
Kriteria penilaian obyek daya tarik wisata dilakukan dengan menggunakan
ADO-ODTWA Dirjen PHKA Tahun 2003 yaitu sebuah instrumen untuk
menetapkan prioritas pengembangan suatu obyek wisata alam. Kriteria yang
dinilai yaitu daya tarik, aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat
sekitar obyek wisata.
5.3.1 Kriteria penilaian
A. Daya Tarik
Penilaian kriteria daya tarik terdiri dari 6 unsur penilaian yaitu keunikan
sumberdaya alam, banyaknya sumberdaya alam yang menonjol, kegiatan wisata
alam yang dapat dan berpotensi untuk dilakukan, kebersihan lokasi, keamanan
terhadap kawasan, serta kenyamanan. Setiap unsur penilaian mempunyai nilai
yang berbeda sesuai dengan banyaknya sub unsur penilaian yang terdapat pada
lokasi wisata tersebut. Bobot penilaian kriteria daya tarik yaitu enam. Hal ini
dikarenakan daya tarik obyek wisata merupakan alasan utama seseorang datang
berkunjung. Berdasarkan hasil penilaian dari ketujuh lokasi obyek wisata berada
pada kisaran nilai 690-900 ini menunjukan bahwa ketujuh lokasi obyek wisata
memiliki potensi daya tarik yang berbeda. Nilai tertinggi penilaian daya tarik
yaitu Lembah Cilengkrang dengan nilai 900, nilai tersebut menunjukan obyek
54
wisata ini memiliki keunggulan unsur penilaian yang lebih banyak daripada lokasi
wisata yang lainnya seperti yang disajikan pada Tabel 6. Salah satu contoh unsur
penilaian keunikan sumberdaya alam yang tertinggi nilai 20 menunjukan bahwa
pada lokasi wisata ini terdapat 3 sub unsur penilaian yaitu air terjun (Curug Sabuk
dan Sawer), fauna (Elang jawa) dan sumber air panas (Lampiran 6).
Tabel 6 Hasil penilaian ODTW di TNGC wilayah SPTN I Kuningan
No. Unsur penilaian 1 2 3 4 5 6 7
1. Keunikan sumberdaya alam 15 15 15 15 15 20 15
2. Banyaknya sumberdaya alam yang
menonjol 15 15 15 10 10 20 15
3. Kegiatan wisata alam yang dapat
dan berpotensi dilakukan 25 20 20 20 25 25 25
4. Kebersihan lokasi 25 25 25 25 25 25 25
5. Keamanan terhadap kawasan 25 25 30 25 20 30 20
6. Kenyamanan 25 25 20 25 20 30 25
Nilai (jumlah x bobot (6)) 780 750 750 720 690 900 750
Keterangan :
1 Telagaremis
2 Paniis
3 Buper Cibeureum
4 Buper Cibunar
5 Buper Balongdalem
6 Lembah Cilengkrang
7 Buper Palutungan
B. Aksesibilitas
Kemudahan aksesibilitas suatu obyek wisata dapat terlihat dari kondisi
jalan, jarak dan waktu tempuh, serta adanya fasilitas transportasi menuju lokasi
tersebut. Penilaian kriteria aksesibilitas digunakan tiga unsur penilaian yaitu
kondisi jalan, waktu dan jarak tempuh dari pusat kota. Bobot penilaian kriteria ini
yaitu lima, hal ini dikarenakan kemudahan aksesibilitas merupakan salah satu
faktor pendorong pengunjung untuk berwisata pada suatu lokasi obyek wisata.
Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 7 kriteria aksesibilitas obyek wisata
alam memiliki nilai 375-425 dalam klasifikasi penilaian selang tersebut berada
pada kategori baik yaitu aksesibilitas menuju lokasi sudah dalam kategori mudah.
Nilai tertinggi penilaian yaitu 425 pada Buper Palutungan dan Buper
Balongdalem, ini menunjukan bahwa kemudahan aksesibilitas menuju lokasi ini
paling tinggi daripada obyek wisata lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak
tempuh yang dekat dengan pusat kota dan kemudahan menuju lokasi obyek wisata
letaknya dekat dengan jalan utama kabupaten. Namun pada umumnya kondisi
jalan menuju obyek wisata masih membutuhkan penataan dan perbaikan
khususnya sampai menuju gerbang lokasi obyek, serta penambahan sarana
55
transportasi umum untuk mempermudah pengunjung yang menggunakan sarana
transportasi umum, sebagian besar lokasi obyek wisata hanya dapat ditempuh
dengan transportasi umum berupa ojek.
Tabel 7 Hasil penilaian kriteria aksesibilitas menuju obyek wisata di TNGC
wilayah SPTN I Kuningan
No. Obyek wisata alam
Unsur penilaian Nilai
(jumlah x
bobot (5))
Kondisi
jalan
Waktu tempuh
dari pusat kota
Jarak tempuh
dari pusat kota
1. Telagaremis 30 30 15 375
2. Paniis 30 30 15 375
3. Buper Cibeureum 30 30 15 375
4. Buper Cibunar 30 30 20 400
5. Buper Balongdalem 30 30 25 400
6. Lembah Cilengkrang 30 25 20 375
7. Buper Palutungan 30 30 25 425
1. Telagaremis
Akses menuju lokasi ini memiliki kondisi jalan yang sudah diaspal hingga
pintu gerbang loket karcis mempermudah pengunjung yang membawa
kendaraan pribadi untuk datang berwisata. Akan tetapi bagi pengunjung
yang menggunakan kendaraan umum harus sedikit bersabar karena tidak
ada sarana transportasi umum langsung menuju lokasi wisata, pengunjung
dapat menggunakan jasa angkutan melalui Kecamatan Mandirancan
Kuningan kemudian menggunakan jasa ojek. Waktu tempuh dari pusat kota
Kabupaten Kuningan menggunakan kendaraan umum 1-2 jam perjalanan
dengan jarak tempuh ± 37 km.
2. Paniis
Lokasi wisata ini berada di pinggir jalan utama yang menghubungkan desa-
desa di Kecamatan Pasawahan. Kondisi jalan sudah beraspal, namun tidak
banyak kendaraan umum yang lewat. Untuk mencapai lokasi ini dapat di
tempuh dari jalan utama Kabupaten Kuningan melalui Kecamatan
Mandirancan menggunakan angkutan umum kemudian melanjutkan dengan
jasa ojek. Jarak dari pusat kota Kuningan ± 30 km dengan waktu tempuh ± 1
jam. Selain itu dapat pula diakses dari Telagaremis menggunakan jasa ojek
melalui jalan desa jarang dilalui oleh mobil karena berbatu dan sempit
melewati hutan.
56
3. Buper Cibeureum
Obyek wisata ini berada di sebelah kantor Seksi I TNGC wilayah Kuningan
atau berjarak ± 500 meter dari balai Desa Cibeureum atau ± 20 km dari
pusat kota Kabupaten Kuningan, dengan waktu tempuh ± 1-2 jam. Kondisi
jalan menuju lokasi obyek wisata ini sudah beraspal dengan lebar jalan lebih
dari 5 meter dan letak buper berada di samping jalan raya. Sarana
transportasi menuju lokasi wisata berupa angkutan kota menuju Desa
Cibeureum dari Terminal Cilimus Kabupaten Kuningan, tetapi angkutan ini
jumlahnya masih terbatas dan hanya beroperasi sampai siang hari atau
sampai waktu pulang sekolah. Selain itu, obyek wisata ini dapat juga
diakses menggunakan angkutan kota yang melalui obyek wisata Linggarjati
sekitar ± 3 km dari lokasi Buper Cibeureum sampai Desa Linggajati
kemudian dilanjutkan dengan jasa ojek.
4. Buper Cibunar
Lokasi buper ini berada ± 1 km dari obyek wisata sejarah Gedung
Perundingan Linggarjati. Pengunjung yang membawa kendaraan bermotor
hanya bisa sampai loket karcis yang berjarak ± 500 meter dari Buper, hal ini
dikarenakan kondisi jalan yang berbatu dan menanjak. Sarana transportasi
menuju obyek wisata ini dapat menggunakan kendaraan angkutan kota dari
jalan utama Kabupaten Kuningan sampai gedung perundingan sekitar ± 700
meter dari loket karcis Buper kemudian pengunjung bisa menggunakan jasa
ojek. Kondisi jalan baik sudah beraspal dengan lebar jalan 5 meter.
5. Buper Balongdalem
Akses menuju lokasi ini mudah dijangkau karena jaraknya hanya 1 km dari
jalan raya utama Kabupaten Kuningan dengan di tempuh sekitar ± 10 menit
menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan sudah beraspal dengan lebar jalan 5
meter. Terdapat kendaraan umum yang melalui obyek wisata, namun hanya
waktu-waktu tertentu. Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum
jika berjumlah banyak maka biasanya supir kendaraan umum tersebut
mengantarkan sampai tujuan.
57
6. Lembah Cilengkrang
Lokasi wisata ini dapat diakses mengunakan kendaraan bermotor karena
kondisi jalan yang baik dan beraspal. Jarak tempuh dari pusat kota
Kuningan sekitar ±14 km dengan waktu tempuh ± 1 jam ke sebelah utara
Kuningan sampai Desa Pajambon. Pengunjung hanya dapat menggunakan
kendaraan sampai tempat parkir yang berada ± 2 km dari loket, kemudian
menempuh jalan berbatu dan menanjak selama ± 1 jam perjalanan. Fasilitas
transportasi umum yang dapat digunakan yaitu ojek dari jalan utama
Kuningan sekitar ± 5,6 km menuju Desa Pajambon. Namun penelitian
berlangsung pihak pemerintah sedang melakukan pembangunan jalan
beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat sampai gerbang situs
Situs Arya Kemuning. Berdasarkan rencana pembangunan yang sedang
berlangsung, tempat parkir kendaraan menuju lokasi obyek wisata Lembah
Cilengkrang akan dibangun di tanah desa sebelum gerbang Situs Arya
Kemuning sehingga pengunjung hanya perlu menelusuri jalan setapak.
7. Buper Palutungan
Pengunjung dapat menggunakan kendaraan bermotor menuju lokasi obyek
wisata ini, jalan menuju lokasi sudah beraspal. Jarak tempuh dari kota Kab.
Kuningan sekitar ± 10 km dengan waktu tempuh ± 45 menit. Buper
Palutungan berada di kaki Gunung Ciremai, sehingga jalan menuju lokasi
cukup menanjak. Pengujung dapat menggunakan kendaraan umum sampai
Desa Cisantana kemudian melajutkan perjalanan menuju dusun Palutungan
menggunakan jasa ojek.
Kondisi jalan di dalam kawasan obyek wisata pada umumnya belum tertata
rapi. Kondisi jalannya cukup beragam mulai dari beraspal yang sudah rusak
karena bekas jalan angkut perhutani, berbatu dan jalan tanah setapak. Penataan
dan perbaikan jalan di dalam kawasan obyek wisata masih perlu dilakukan untuk
memberikan kenyamanan dan keamanan pada pengunjung dengan memperhatikan
kesan alami dan status kawasan yaitu taman nasional.
Fasilitas transportasi umum menuju lokasi obyek wisata masih
membutuhkan peningkatan jumlah dan penambahan trayek, hal ini menyebabkan
pada beberapa lokasi obyek wisata tidak ada angkutan umum menuju lokasi.
58
Hampir semua obyek wisata dapat ditempuh dengan menggunakan jasa ojek,
kalupun ada jumlah dan waktu opersionalnya pun masih terbatas. Sehingga
pengunjung yang menggunakan sarana angkutan umum akan sedikit kesulitan.
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar memberikan pengaruh pada
keberadaan dan pengembangan obyek wisata. Pengaruh tersebut berupa interaksi
antara masyarakat dengan kegiatan wisata yang dapat memberikan dampak positif
maupun negatif bagi obyek wisata maupun masyarakat. Penilaian kriteria kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar dalam pengembangan obyek wisata diberikan
bobot nilai lima. Besarnya bobot tersebut karena masyarakat sekitar merupakan
salah satu faktor pendukung dalam pengembangan dan keberadaan obyek wisata,
masyarakat dapat mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap obyek. Selain itu,
kenyaman pengunjung juga dipengaruhi oleh sikap masyarakat sekitar dengan
keramahan perilaku maupun tutur kata mereka.
Unsur penilaian yang digunakan dalam kriteria ini yaitu tingkat
pengangguran, mata pencaharian penduduk, tingkat pendidikan dan tanggapan
secara umum mengenai pengembangan obyek wisata alam yang ada di daerah
mereka. Perbedaan unsur penilaian tersebut memberikan intensitas interaksi yang
berbeda pada setiap obyek wisata yang ada, sehingga besarnya nilai yang
diberikan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya.
Misalnya tingginya tingkat penganguran masyarakat menyebabkan semakin
besarnya interaksi antara mereka dengan obyek wisata maupun pengunjung yang
datang. Besarnya tingkat pengangguran dinilai memberikan dampak baik bagi
rencana pengembangan obyek wisata, karena akan semakin banyak tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam pengelolaan obyek wisata, semakin besar pula
dukungan terhadap pengembangan kegiatan wisata di daerah mereka. Nilai
tertinggi yang diberikan 25 pada masyarakat yang 10-15% usia produktifnya
pengangguran, data tersebut diperoleh dari data sekunder. Selain itu, tingkat
pendidikan masyarakat juga ikut mempengaruhi pemahaman dan perilaku mereka
terhadap pengunjung dan arah pengembangan obyek wisata alam, besarnya nilai
yang diberikan 30, karena tingkat pendidikan masyarakat sekitar obyek wisata
59
mayoritas lulusan SLTA. Mata pencaharian masyarakat sekitar yaitu petani (20)
dan buruh tani (15).
Berdasarkan hasil penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
lokasi wisata seperti pada Tabel 8 nilai total penilaian berada pada kisaran nilai
400-500. Nilai tersebut pada Tabel 4 klasifikasi penilaian termasuk pada kategori
buruk (300-400) yaitu Buper Cibeureum, berdasarkan hasil wawancara
masyarakat pada lokasi wisata ini masih kurang peduli akan keberadaan obyek
wisata Buper karena dirasakan keberadaannya kurang memberikan keuntungan.
Lima lokasi wisata lainnya yaitu Telagaremis, Paniis, Buper Cibunar, Buper
Balongdalam dan Buper Palutungan termasuk pada kategori sedang (401-500),
keterlibatan masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata di sekitar mereka
dirasakan memberi keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung dan
mereka dapat pula ikut serta membantu dalam pengelolaan obyek wisata tersebut.
Berbeda dengan lokasi wisata Lembah Cilengkrang yang memiliki nilai tertinggi
yaitu 525 sehingga termasuk kategori baik (501-600). Hal ini dikarenakan pada
lokasi wisata Lembah Cilengkrang masyarakat yang termasuk kompepar
Pajambon aktif mengelola obyek wisata. Sedangkan masyarakat Cibeureum
belum terfokus dalam pengelolaan buper yang ada dikarenakan kurangnya
aktivitas wisata di lokasi ini.
Tabel 8 Hasil penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata
alam di TNGC wilayah SPTN I Kuningan
No. Unsur penilaian 1 2 3 4 5 6 7
1. Tingkat pengangguran 25 25 15 25 20 25 30
2. Mata pencaharian penduduk 20 15 20 15 20 20 20
3. Tingkat pendidikan 30 30 30 30 30 30 30
4. Tanggapan masyarakat
terhadap obyek wisata 25 20 15 20 15 30 20
Nilai (jumlah x bobot (5)) 500 450 400 450 425 525 500
Keterangan :
1 Telagaremis
2 Paniis
3 Buper Cibeureum
4 Buper Cibunar
5 Buper Balongdalem
6 Lembah Cilengkrang
7 Buper Palutungan
Tanggapan masyarakat mengenai keberadaan obyek wisata alam di sekitar
mereka dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada besarnya
dampak yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di daerah mereka. Pertama
yaitu kelompok masyarakat yang tidak ikut terlibat dalam kegiatan wisata, mereka
tidak mempermasalahkan ada atau tidaknya pengembangan obyek wisata lebih
60
60
lanjut. Hal ini dikarenakan mereka tidak merasakan manfaat ataupun kerugian dari
adanya kegiatan wisata tersebut.
Kelompok masyarakat kedua yaitu masyarakat yang tidak merasa dirugikan
dengan adanya kegiatan wisata di obyek wisata alam sekitar mereka. Alasan
mereka antara lain banyaknya perilaku pengunjung yang memberikan dampak
negatif pada penduduk sekitar seperti adanya pergaulan bebas, perkelahian dan
mengkonsumsi minuman keras, serta sampah dari kegiatan wisata. Adanya
perilaku pengunjung yang seperti itu membuat jelek nama baik daerah mereka.
Selain itu, terdapat pula masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan wisata yang
merasa dirugikan dengan bentuk pengelolaan saat ini. Kerugian tersebut
diakibatkan kurangnya pemasukan bagi mereka yang dahulunya dapat disebut
sebagai pengelola obyek wisata secara tidak resmi.
Ketiga adalah kelompok masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan obyek
wisata, mereka merasakan manfaat dalam bentuk peningkatan perekonomian
dengan terbukanya lapangan pekerjaan, seperti pedagang (menyediakan
kebutuhan makanan dan minuman), penyedia jasa transportasi (menyediakan
angkutan umum, dan ojek), penyedia jasa penginapan, dan pelayan (pegawai di
tempat wisata seperti parkir, kebersihan dan kompepar). Selain itu adanya
kegiatan wisata alam membuat daerah mereka lebih terkenal, ramai dan dapat
mengenal orang dari daerah luar. Sehingga masyarakat yang mempunyai
keterampilan khusus seperti makanan khas daerah dan membuat kerajinan tangan
dari bambu atau dari kayu seperti pada Gambar 36 dapat menjualnya ke
pengunjung. Manfaat lain yang dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu adanya
perbaikan jalan dan penambahan fasilitas transportasi karena banyaknya
pengunjung yang datang juga secara tidak langsung memberikan manfaat bagi
mereka. Pada beberapa lokasi obyek wisata pengunjung dapat menggunakan jasa
penduduk sekitar sebagai pemandu wisata yang bayarannya disesuikan dengan
kesepakatan antara pengunjung dan pemandu, tetapi bentuk kerjasama seperti ini
sangat jarang terjadi.
61
61
Gambar 36 Hasil kerajinan tangan masyarakat.
Kebudayaan masyarakat sekitar obyek wisata juga dapat menjadi salah satu
obyek daya tarik wisata yang menarik untuk diikuti. Kebudayaan pada setiap
lokasi obyek wisata mempunyai keunikan tersendiri, namun kebudayaan tersebut
belum menjadi bagian dari sebuah atraksi wisata di obyek wisata tersebut.
Kebudayan yang ada diantaranya upacara adat, musik tradisional dan tari-tarian.
Saat ini kebudayaan tersebut sudah mengalami penurunan tergeserkan oleh
kebudayaan asing. Beberapa jenis kebudayaan tersebut diantaranya babarit,
sedekah sabumi, sagolongan hiji dan kawin cai. Upacara adat seperti sedekah
bumi biasanya dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mengucapkan rasa
syukur atas nikmat yang mereka peroleh dari hasil bumi (panen), waktu
pelaksanaan sedekah bumi tidak pasti karena upacara ini bentuknya hanya
sukarela masyarakat saja.
5.3.2 Rekapitulasi Penilaian
Penilaian obyek dan daya tarik wisata dilakukan untuk menentukan potensi
obyek wisata alam yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di TNGC
wilayah SPTN I Kuningan. Hasil rekapitulasi penilaian tersebut diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dalam menyusun program pengembangan wisata alam
yang ada. Berdasarkan hasil dari rekapitulasi penilaian obyek wisata alam pada
Tabel 9 mempunyai rentang nilai antara 1515-1800. Nilai tersebut dalam Tabel 4
klasifikasi penilaian termasuk pada kategori sedang (1184-1657) yaitu
Telagaremis, Paniis, Buper Cibeureum, Buper Cibunar dan Buper Balongdalam.
Obyek wisata tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, namun bukan
prioritas utama pengembangan suatu daerah operasi obyek daya tarik wisata pada
7 lokasi wisata di SPTN I Kuningan. Sedangkan obyek wisata yang termasuk
62
62
kategori baik (1658-2130) yaitu Lembah Cilengkrang dan Buper Palutungan yaitu
obyek wisata yang mempunyai potensi untuk dilakukan pengembangan wisata
alam yang lebih lanjut dan merupakan prioritas utama dalam pengembangan
daerah operasi obyek daya tarik wisata.
Tabel 9 Hasil rekapitulasi penilaian obyek dan daya tarik wisata di TNGC
wilayah SPTN I Kuningan
No. Obyek wisata alam
Kriteria penilaian Nilai
total Daya tarik Aksesibilitas Kondisi sosial,
ekonomi masyarakat
1. Telagaremis 780 375 500 1655
2. Paniis 750 375 450 1575
3. Buper Cibeureum 750 375 400 1525
4. Buper Cibunar 720 400 450 1570
5. Buper Balongdalem 690 400 425 1515
6. Lembah Cilengkrang 900 375 525 1800
7. Buper Palutungan 750 425 500 1675
Obyek wisata Lembah Cilengkrang pada penilaian kriteria daya tarik
mendapatkan nilai terbesar, obyek wisata ini mempunyai beberapa keunikan dan
sumberdaya alam yang dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata
diantaranya dua buah curug (Sabuk dan Sawer), sumber air panas, koleksi
tumbuhan dan pemandangan alam lembah pegunungan. Nilai terbesar juga
diperoleh dari kriteria sosial ekonomi masyarakat, hal ini karena masyarakat
sekitar lokasi wisata berperan aktif dalam pengelolaan obyek wisata Lembah
Cilengkrang. Namun jika dilihat dari aksesibilitas obyek wisata ini justru
mempunyai nilai yang cukup rendah dibadingkan yang lain. Oleh karena itu
pengembangan obyek wisata alam ini hendaknya lebih memperhitungkan
kemudahan akses yang ditempuh oleh pengunjung. Jauhnya jarak yang ditempuh
dengan kondisi jalan berbatu dan menanjak menjadi pertimbangan untuk datang
berkunjung terutama pengunjung usia anak-anak dan orang tua. Beberapa sampel
pengunjung usia remaja dan dewasa dari Lembah Cilengkrang juga mengeluhkan
kondisi jalan menuju obyek wisata ini, bahkan ada beberapa dari pengunjung yang
datang berombongan memilih untuk menunggu rombongan di warung dekat
perkebunan jambu biji milik warga yang berdekatan dengan tempat parkir sambil
menikmati segarnya buah jambu biji merah khas Pajambon. Perbaikan jalan yang
diinginkan pengunjung berdasarkan hasil wawancara yaitu dari lokasi parkir
sampai loket obyek wisata, sedangkan jalan setapak tanah cukup diperbaiki
63
63
dengan penambahan bebatuan agar tidak licin saat hujan. Hal ini sesuai dengan
rencana pengelola (Kompepar) yang berencana memperbaiki akses jalan setapak
di dalam lokasi dengan bebatuan dengan tujuan kenyamanan pengunjung dan
mempertahankan kesan alami.
Berdasarkan Tabel 9 setiap lokasi obyek wisata memiliki kelebihan dari
masing-masing kriteria. Telagaremis memiliki keunggulan pada nilai daya tarik
(780). Buper Cibunar dan Balongdalam keunggulan obyek wisata ini pada
aksesibilitas yang tinggi (400), letaknya yang dekat dengan akses jalan utama
menuju kota Kabupaten Kuningan. Oleh karena itu, setiap rencana pengembangan
obyek wisata yang ada di TNGC wilayah SPTN I Kuningan mempunyai fokus
pengembangan yang berbeda pada setiap lokasi wisata.
5.4 Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di lokasi obyek wisata dapat
memberikan kenyamanan pada pengunjung dalam kegiatan wisata. Kondisi sarana
dan prasarana yang tersedia masih membutuhkan penataan serta peningkatan
kualitas dan kuantitasnya seperti yang tersaji pada gambar 37. Beberapa sarana
dan prasarana yang sudah tersedia di lokasi wisata yaitu mushola, MCK, shelter,
tempat sampah, tempat parkir dan warung. Secara umum sarana dan prasarana
yang diharapkan tersedia oleh pengunjung berdasarkan kuisioner di sekitar lokasi
obyek wisata antara lain pusat informasi, papan interpretasi, penginapan, toko
cinderamata, tempat makan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana.
(a) (b)
64
64
(c) (d)
Gambar 37 (a) mushola di Buper Palutungan, (b) tempat ganti pakaian di Lembah
Cilengkrang, (c) MCK di Buper Cibunar dan (d) MCK sementara di
Buper Balongdalam.
Namun pada lokasi wisata Lembah Cilengkrang sudah terdapat beberapa
papan interpretasi berupa pengenal jenis tumbuhan. Penginapan bagi pengunjung
yang ada di Buper Palutungan biasanya menggunakan warung-warung setempat.
Sedangkan untuk kios cinderamata hanya ada di lokasi wisata Telagaremis berupa
kerajinan tangan papan nama dari kayu dan Buper Cibunar berupa kerajianan
tangan berupa ukiran dari bambu, stiker TNGC dan baju berlogo TNGC.
Pembangunan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata ini selain untuk
penataan lokasi juga bertujuan untuk pengelolaan pengunjung diantaranya:
1. Pembatasan penggunaan lokasi wisata, bertujuan untuk membatasi dampak
negatif dari aktivitas pegunjung terhadap kawasan (misalnya blok rawan
kebakaran, blok habitat jenis satwa atau tumbuhan tertentu), pemusatan
penggunaan area perkemahan dan pembatasan terhadap perilaku
pengunjung yang menyimpang, sehingga perlu adanya pembatasan area
gerak pengujung untuk menjaga image lokasi wisata selain dengan adanya
pengawasan dan patroli dari petugas.
2. Penyebaran pengunjung, bertujuan untuk menghindari pemusatan
pengujung pada satu obyek misalnya pada lokasi wisata Telagaremis
pengunjung paling banyak berada di sekitar Telagaremis dan tidak
menyebar ke lokasi wisata telaga lainnya.
3. Pendidikan lingkungan hidup, bertujuan memberikan pemahaman mengenai
pengetahuan alam melalui papan interpretasi
65
65
5.5 Pengunjung
5.5.1 Karakteristik Pengunjung
Pengunjung merupakan konsumen dari kegiatan pariwisata alam. Oleh
karena itu, karakteristik pengunjung perlu diketahui untuk menentukan arah
pengembangan suatu obyek wisata baik bentuk dan jenis kegiatannya, agar sesuai
dengan karakter pengunjung. Data karaktetistik pengunjung disajikan pada Tabel
10 yang terdiri dari jumlah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat
pekerjaan, tingkat pendapatan dan asal pengunjung.
Tabel 10 Karakteristik pengunjung obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I
Kuningan
No. Komposisi pengunjung
Jumlah (orang) Total
persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7
Jenis kelamin
1. Laki-laki 26 20 2 15 7 26 20 62,70
2. Perempuan 12 8 1 8 6 14 20 37,30
Struktur umur
1. Anak-anak (<12 tahun) 6 3 - - - 1 3 7,03
2. Remaja (13-21 tahun) 15 11 1 11 12 21 25 51,89
3. Dewasa (22-40 tahun) 15 11 2 10 - 16 8 33,51
4. Tua (>41 tahun) 4 3 - 2 1 2 4 7,57
Tingkat pendidikan
1. SD 5 1 - - - 1 2 4,86
2. SLTP 5 5 - - 2 1 2 11,89
3. SLTA 19 10 3 5 10 21 9 44,32
4. Perguruan tinggi 9 12 - 18 1 17 14 38,92
Pekerjaaan
1. Pelajar/mahasiswa 18 15 - 14 12 25 29 61,08
2. Pegawai Negeri Sipil 5 6 2 2 1 5 3 12,97
3. Pegawai Swasta 11 6 - 7 - 6 6 19,46
4. Pengusaha 2 - - - - 1 - 1,62
5. Lainnya 2 1 1 - - 3 2 4,86
Tingkat pendapatan
1. < 700.000 21 13 2 12 9 29 30 62,70
2. 700.000 – 1.400.000 1 9 1 2 3 2 3 11,35
3. 1.400.000 – 2.100.000 11 3 - 4 - 8 5 16,76
4. >2.100.000 5 3 - 5 1 1 2 9,19
Asal pengunjung
1. Kuningan 4 10 - 7 13 19 18 38,38
2. Luar daerah 34 18 3 16 - 21 22 61,62
Berdasarkan data hasil kuesioner tersebut (Tabel 10) dapat terlihat bahwa
pengunjung yang datang berwisata ke obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I
Kuningan cukup beragam. Sebagian besar pengunjung 62,7% laki-laki, kelas
umur terbanyak yang berwisata adalah remaja 51,9% dan dewasa 33,5%. Tingkat
pendapatan pengunjung 62,7% kurang dari Rp. 700.000 hal ini dikarenakan
66
66
sebagian pengunjung memiliki jenis pekerjaan 61,1% masih pelajar/mahasiswa
dengan tingkat pendidikan tertinggi 44,3% SLTA dan 38,9% perguruan tinggi.
Pengunjung obyek wisata di TNGC masih merupakan pengunjung lokal yang
datang dari daerah Kuningan sendiri yaitu 38,38% serta dari luar daerah 61,6%
yang didominasi oleh pengujung asal Cirebon, Majalengka, dan Indramayu.
Namun ada juga yang berasal dari Bandung, Jakarta, Sumedang dan daerah Jawa
Tengah.
5.5.2 Tujuan dan Aktivitas Pengunjung
Berdasarkan hasil kuisioner, pengunjung yang datang ke obyek wisata
TNGC wilayah SPTN I Kuningan umumnya datang bersama rombongan
(68,11%), keluarga (9,19%), pasangan (21,08%) dan datang sendiri (1,62%).
Pengunjung yang datang hampir 59,46% menggunakan kendaraan pribadi berupa
motor baik yang berpasangan maupun rombongan. Sedangkan pengunjung yang
menggunakan kendaraan sewaan 19,46% dan umum 21,08% merupakan
pengunjung yang rombongan sekolah, organisasi atau perkumpulan biasa.
Tujuan pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata di TNGC sebagian
besar 62,16% memiliki ketertarikan terhadap suasana pemandangan alam yang
masih alami dengan udara khas pegunungan yang sejuk. Setiap lokasi wisata alam
dianggap mempunyai keindahan alam yang memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan lokasi wisata lainnya. Pengunjung yang datang ke lokasi obyek
wisata alam di TNGC selain untuk menikmati pemandangan alam, mereka juga
sering menggunakan lokasi wisata sebagai daerah tujuan study tour 27,57%.
Obyek wisata yang paling banyak digunakan untuk study tour adalah obyek
wisata bumi perkemahan. Bahkan terdapat sekolah tertentu yang menjadi
pengunjung tetap setiap tahun pada lokasi wisata tertentu untuk kegiatan
berkemah atau pelantikan ekstrakurikulernya.
Aktivitas yang disukai oleh pengunjung yang datang bersama keluarga
antara lain bermain air dan makan-makan di sekitar obyek wisata. Selain itu juga,
aktivitas pengunjung yang banyak disukai yaitu fotografi (7,57%) pengunjung
dapat mendokumentasikan keindahan alam khas pegunungan Ciremai. Namun
sebagian besar pengunjung datang untuk menikmati pemandangan alam (81,08%)
biasanya aktivitas ini banyak dilakukan oleh pengunjung yang berusia remaja dan
67
67
dewasa. Aktivitas tersebut antara lain jalan-jalan berkeliling obyek wisata dan
duduk-duduk santai memandangi suasana alam. Bahkan pada beberapa obyek
wisata seperti Telagaremis, Paniis, Lembah Cilengkrang dan Buper Palutungan
terdapat pengunjung yang datang untuk melihat tumbuhan (5,95%) dan
mengamati satwa di Lembah Cilengkrang dan Telagaremis (1,08%).
Sumber informasi mengenai keberadaan obyek wisata alam di TNGC
khususnya wilayah SPTN I Kuningan diperoleh pengunjung dari teman atau
keluarga (95,14%), radio (2,16%) dan 1,62% dari majalah, serta televisi dan
leaflet (0,54%). Promosi wisata yang telah dilakukan oleh Disparbud dan pihak
taman nasional antara lain mengunakan fasilitas radio daerah, leaflet, buku
informasi wisata, pembuatan website informasi obyek wisata daerah dan ikutserta
dalam kegiatan pameran kepariwisataan daerah.
5.5.3 Penilaian terhadap Obyek Wisata
Berdasarkan hasil kuisioner penilaian pengunjung cukup beragam terhadap
obyek wisata, lingkungannya, pelayanan, dan fasilitas yang ada. Panorama
keindahan alam 81,08% dinilai baik, namun dalam pengelolaan flora dan fauna
46,49% menilai cukup. Hal ini dikarenakan pengunjung belum bisa menikmati
keragaman flora dan fauna yang ada di obyek wisata alam tersebut, pengunjung
masih melihat adanya kerusakan pada beberapa jenis pohon seperti luka bekas
koakan atau pengambilan getah pinus dan pengumpulan atau pematahan ranting
pohon untuk kayu bakar. Selain itu, adanya anakan pohon yang mati tidak terawat
dan rusak terinjak pengunjung, namun mereka beranggapan itu adalah kelalaian
dari pihak pengelola yang tidak memasang papan peringatan.
Pengunjung menilai kurang (78,38%) adanya atraksi budaya dan seni. Hal
ini membuat pengunjung yang suka akan hiburan kesenian merasa jenuh, berbeda
dengan pengunjung yang mencari ketenangan 16,76% menilai cukup dan 4,86%
baik. Namun hal tersebut bukanlah masalah besar bagi pengunjung yang pergi
berwisata untuk menghindari kebisingan dan kejenuhan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata tidak banyak
menemukan souvenir atau cideramata yang khas, pengunjung dari luar daerah
Kuningan biasanya membeli makanan khas Kuningan seperti Jeniper (jeruk nipis
peres), tape ketan, dan opak bakar yang diperoleh dari warung pusat oleh-oleh
68
68
Kuningan yang berada jauh dari lokasi obyek wisata yaitu sepanjang jalan utama
Kota Kuningan.
Pelayanan dan lingkungan obyek wisata secara umum sudah dapat dinilai
baik berdasarkan hasil kuisioner pengunjung seperti keramahtamahan pengelola
(48,65%), masyarakat (61,08%), keamanan (32,97%) dan kenyamanan
pengunjung selama berwisata (43,24%). Selain itu, kebersihan lingkungan sekitar
obyek (48,11%) menilai cukup dan 34,59% kurang, hal ini dikarenakan
pengunjung melihat masih adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi obyek
wisata. Pada obyek wisata tertentu seperti Telagaremis pengunjung sangat
menyayangkan tidak kurangnya pembersihan telaga dari sampah dedaunan yang
menutupi permukaan air telaga karena dapat mengurangi keindahannya. Selain
itu, masih terdapat perilaku pengunjung yang suka meninggalkan tulisan-tulisan di
warung, batu, pohon bahkan musola sebagai tanda kedatangan mereka hampir di
semua lokasi obyek wisata.
5.5.4 Harapan pengunjung
Pada umumnya pengunjung yang datang 95,14% mempunyai keinginan
untuk berkunjung kembali. Hal ini disebabkan keindahan alam yang dimiliki oleh
obyek wisata yang ada, namun belum adanya fasilitas yang dibutuhkan sebagai
sarana dan prasarana dalam kegiatan wisata yang dilakukan. Kalaupun ada
pengunjung masih banyak yang menginginkan peningkatan kualitas maupun
kuantitas dari fasilitas yang ada. Beberapa fasilitas yang diharapakan oleh
pengunjung yaitu peningkatan dan perbaikan infrastuktur seperti pembangunan
mushola, tempat sampah, air bersih, toilet dan lain-lain.
Peningkatan fasilitas transportasi juga masih perlu dilakukan karena
pengunjung yang menggunakan kendaraan umum masih kesulitan mencapai
lokasi obyek wisata. Selain itu, peningkatan pelayanan terhadap pengunjung
terutama mereka yang melakukan kegiatan wisata lebih dari satu hari seperti
keamanan, penyediaan fasilitas penginapan (biasanya di warung yang ada di
lokasi obyek wisata), penyewaan sarana penerangan/listrik dan pelayanan
informasi mengenai obyek wisata.
69
69
5.6 Pengembangan Pariwisata Alam di TNGC Wilayah SPTN I Kuningan
Pengembangan pariwisata alam yang ada di TNGC terutama wilayah SPTN
I Kuningan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk pengembangan diantaranya
peningkatan kerjasama pengembangan pariwisata alam, pengembangan produk
pariwisata alam dan pengembangan sarana prasarana penunjang kegiatan
pariwisata alam. Kerjasama pengembangan pariwisata alam yang saat ini sudah
dilakukan antara BTNGC, masyarakat, investor dan pemerintah daerah perlu
adanya peningkatan kerjasama seperti peningkatan bentuk kerjasama.
Pengembangan produk pariwisata alam disesuaikan dengan potensi obyek dan
daya tarik lokasi wisata yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam berbeda
pada setiap lokasinya. Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang
kegiatan wisata alam dalam perencanaan pembangunannya perlu
mempertimbangkan status kawasan yaitu kawasan pelestarian alam sebagai taman
nasional, sehingga rencana pengembangan sarana dan prasarana tersebut harus
disesuaikan dengan rencana pengelolaan kawasan.
Lokasi obyek wisata yang berada dekat batas kawasan taman nasional
dengan sebagian besar permukiman masyarakat sekitar, serta obyek wisata
tersebut memiliki potensi obyek daya tarik wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan dan kondisi aksesibilitas baik, maka dalam pembagian sistem
zonasi TNGC obyek wisata tersebut berada dalam zona pemanfaatan. Obyek
wisata yang termasuk pada zona pemanfaatan dapat membangun fasilitas
penunjang kegiatan wisata dan wisata yang dapat dilakukan tidak terbatas.
Rekomendasi pengembangan pariwisata alam yang ada di TNGC wilayah
SPTN I Kuningan dilakukan pada masing-masing lokasi wisata sesuai dengan
potensi obyek dan daya tarik wisata, keinginan pengunjung, rencana pengelolaan
(Disparbud, swasta dan masyarakat) dan pihak TNGC sebagai pihak yang
berwenang berkaitan dengan status kawasan yang merupakan salah satu kawasan
konservasi merupakan tujuan akhir dari penelitian ini yaitu adanya rencana
pengembangan seperti yang tersaji pada Tabel 11.
70
Tabel 11 Rekomendasi pengembangan obyek wisata alam di TNGC wilayah SPTN I Kuningan
No Lokasi obyek Potensi daya tarik Usulan pengunjung Rencana pengelola Rekomendasi pengembangan
1 Telagaremis
- Pemandangan alam
- Sembilan telaga
(Telagaremis (Situ Ayu
Salintang), Deleg,
Salam, Nyi Eloh, Buruy
I, Leutik, Leat, Nilem,
Buruy II )
- Sumur Jalatunda
- Batu Tumpeng
- Bumi perkemahan
- Peningkatan sarana dan
prasarana yang ada
- Adanya outbound, shelter,
dan saran trasportasi umum
- Adanya atraksi wisata
hiburan kesenian
- Peningkatan kebersihan
obyek terutama danau
- Adanya cinderamata yang
khas
- Menciptakan produk
cinderamata yang memiliki
spesifikasi objek wisata Talaga
Remis
- Pembuatan dan pengembangan
sarana objek wisata
- Menjalin kemitraan dengan
pihak swasta dalam
peningkatan prasarana wisata
- Pembuatan kolam pemandian
alam di Telaga Nilem dan saran
permainan anak
- Pengembangan produk wisata
- Pembuatan cinderamata khas
Telagaremis (seperti papan nama dari
kayu)
- Penyediaan sarana wisata tirta,
akomodasi dan wisata petualangan
(sesuai dengan PP 36 tahun 2010)
- Pengelolaan pengunjung (sesuai
Pedoman pengembangan pariwisata
alam di kawasan hutan tahun 2003)
- Meningkatkan hubungan kerjasama
2 Paniis
- Aliran sungai Paniis
- Bumi perkemahan
- Adanya outbound, shelter
dan ruang ganti pakaian
- Adanya penataan warung
- Penambahan atraksi wisata
- Menambah dan menggali
potensi atraksi yang dapat
menjadi daya tarik obyek
wisata, dapat berupa atraksi
budaya maupun seni
- Pembuatan dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana
pada obyek wisata
- Pengembangan produk wisata
- Penyediaan sarana wisata
petualangan (sesuai PP 36 tahun
2010)
- Meningkatkan hubungan kerjasama
- Pengelolaan pengunjung
70
71
Tabel 11 (Lanjutan)
No Lokasi obyek Potensi daya tarik Usulan pengunjung Rencana pengelola Rekomendasi pengembangan
3 Buper
Cibeureum
- Monyet ekor panjang
- Bumi perkemahan
- Kerajianan (pembuatan
makanan dan anyaman
bambu)
- Pembangunan sarana dan
prasarana (toilet, tempat
parkir, musola)
- Pembuatan tempat santai
- Penataan lokasi wisata dan
pembangunan sarana dan
prasarana
- Peningkatan atraksi wisata
- Pengelolaan pengunjung
(penarikan tiket)
- Inventarisasi populasi monyet
- Penyediaan sarana wisata
petualangan (sesuai PP 36 tahun
2010)
- Pengembangan produk wisata
- Pengelolaan pengunjung (sesuai
Pedoman pengembangan
pariwisata alam di kawasan hutan
tahun 2003)
- Meningkatkan hubungan
kerjasama
4 Buper Cibunar
- Bumi perkemahan
- Pos pendakian 1 jalur
Linggarjati menuju
puncak Gunung Ciremai
- Pemandangan alam
perkebunan dan
persawahan
- Penataan warung dan area
berkemah
- Peningkatan kebersihan
lingkungan obyek wisata
- Peningkatan sarana dan
prasarana
- Perbaikan jalan menuju
obyek
- Penggalian potensi obyek
wisata
- Pembuatan dan peningkatan
sarana dan prasarana
- Perbaikan jalan menuju lokasi
dari loket karcis
- Pembuatan kolam renang dari
sumber air Cibunian
- Pembuatan outbound
- Pengembangan produk wisata
- Penataan lokasi wisata
- Penyediaan sarana wisata alam
yaitu wisata akomodasi dan sarana
wisata petualangan (sesuai PP 36
tahun 2010)
- Meningkatkan hubungan
kerjasama
71
72
Tabel 11 (Lanjutan)
No Lokasi obyek Potensi daya tarik Usulan pengunjung Rencana pengelola Rekomendasi pengembangan
5 Buper
Balongdalem
- Upacara adat Kawin Cai
- Situs sejarah makam
Pahlawan Samudra,
makam Mbah Buyut
Bayu dan Buyut goong
- Balong (Kolam)
- Pengembangan atraksi wisata
sejarah dan budaya
- Adanya sarana dan prasarana
- Penambahan sarana outbound
- Penataan lokasi obyek wisata
- Pengelolaan pengujung
(penarikan tiket)
- Pembangunan sarana dan
prasarana
- Pengembangan wisata budaya dan
sejarah
- Penyediaan sarana wisata tirta dan
wista petualangan (sesuai PP 36
tahun 2010)
- Pengelolaan pengunjung
- Meningkatkan hubungan
kerjasama
6 Lembah
Cilengkrang
- Pemandangan alam
- Kebun koleksi
- Air terjun
- Sumber air panas
- Bumi perkemahan
- Fauna (elang jawa)
- Perbaikan jalan
- Pembuatan tempat parkir
yang lebih dekat dengan
obyek
- Peningkatan sarana dan
prasarana (tempat makan,
musola, toilet, dan tempat
ganti)
- Pembesaran kolam
pemandian
- Adanya outbound
- Pembuatan kolam pemandian
air panas alami dengan
memisahkan antara anak-anak,
dewasa wanita dan laki-laki
- Peningkatan kemampuan
anggota kompepar dalam
memandu wisata
- Penataan dan peningkatan
kualitas saran dan prasarana
- Pengembangan produk wisata
- Penyediaan sarana wisata tirta dan
wisata petualangan (sesuai dengan
PP 36 tahun 2010)
- Wisata minat khusus pengenalan
jenis pohon dan elang jawa
(Spizaetus bartelsi)
- Meningkatkan hubungan
kerjasama
72
73
Tabel 11 (Lanjutan)
No Lokasi obyek Potensi daya tarik Usulan pengunjung Rencana pengelola Rekomendasi pengembangan
7 Buper
Palutungan
- Air terjun
- Bumi perkemahan
- Peningkatan sarana dan
prasarana
- Penambahan sarana
outbound, shelter dan tempat
makan
- Perbaikan jalan menuju curug
- Penataan obyek wisata
- Perbaikan dan pembangunan
sarana dan prasarana yang ada
- Penambahan saran outbound
- Perbaikan jalan menuju lokasi
- Pengembangan produk wisata
- Penyediaan sarana akomodasi dan
wisata petualangan (sesuai dengan
PP 36 tahun 2010)
- Penataan lokasi
- Pengembangan produk wisata
pendukung
- Meningkatkan hubungan
kerjasama
73
74
Berdasarkan Tabel 11 pengembangan obyek wisata alam yang ada di TNGC
wilayah SPTN I Kuningan, salah satu rekomendasi pengembangannya yaitu
peningkatan kerjasama pengelolaan yang sudah ada pada beberapa obyek wisata
antara BTNGC dengan pihak pengelola. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan
diantaranya pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata sesuai
dengan peraturan yang berlaku yaitu PP No 36 Tahun 2010 mengenai
perngusahaan pariwisata alam pada bagian ketiga yaitu usaha penyediaan sarana
wisata alam atau kerjasama dalam pengelolaan dengan menjadikan masyarakat
sekitar kawasan sebagai bagian dari pengelola seperti karyawan. Pihak BTNGC
bertindak untuk mengingatkan dan mengontrol program pengembangannya yang
tidak sesuai dengan aturan dan dapat merubah atau mengurangi nilai pelestarian
alam kawasan. Salah satu contoh yang dapat mengurangi pelestarian alam antara
lain rencana penanaman jenis-jenis tanaman dari luar daerah atau kawasan
(eksotik) oleh pihak pengelola dengan tujuan keindahan dan koleksi. Oleh karena
itu, pihak BTNGC harus memberikan teguran keras pada investor yang melanggar
aturan pengembangan kawasan wisata di TNGC.
Pembangunan dan penataan sarana prasarana yang perlu dikembangkan
pada setiap lokasi berbeda sesuai dengan daya tarik dan keinginan pengunjung
serta rencana pengelola seperti pada Tabel 12. Selain pengembangan sarana dan
prasarana tersebut dapat pula dilakukan pengembangan sarana dan prasarana
seperti :
a. Penyediaan sarana wisata petualangan: pemandu dari masyarakat sekitar
yang sudah diberikan pelatihan terlebih dahulu.
b. Akomodasi: akomodasi yang dapat dilakukan di lokasi wisata TNGC antara
lain dengan memperbaiki bumi perkemahan dengan tujuan pemusatan
pengunjung yang ingin berkemah atau dengan pembangunan wisma wisata
alam di sekitar lokasi. Saat ini pada beberapa lokasi seperti Buper
Palutungan pengunjung yang ingin menginap dapat bermalam di warung
pedagang sekitar buper tanpa ada tarif khusus.
75
Tabel 12 Pengembangan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata
No. Lokasi obyek Bentuk pengembangan obyek
1. Telagaremis a) Penataan lokasi perkemahan
b) Penambahan lokasi tempat sampah sekitar telaga
c) Penataan jalan setapak menuju sembilan telaga
d) Pembuatan papan petunjuk arah dan papan interpretasi
e) Pembangunan shelter dan toilet di sekitar telaga Nilem dan area
perkemahan, serta pembuatan tempat duduk santai dan shelter
di sekitar 9 telaga terutama Telagaremis
2. Paniis a) Penambahan lokasi tempat sampah
b) Penataan lokasi warung dan tempat parkir
c) Penataan lokasi tempat santai di sekitar obyek wisata
3. Bumi Perkemahan
Cibeureum
a) Penataan lokasi parkir
b) Pembangunan tempat penarikan tiket masuk dan tempat duduk
santai melihat monyet
4. Bumi Perkemahan
Cibunar
a) Penataan lokasi perkemahan
b) Perbaikan sarana toilet dan penambahan tempat sampah
c) Pembuatan papan interpetasi
d) Penataan tempat duduk santai sekitar buper untuk melihat
pemandangan alam pegunungan terutama
5. Bumi Perkemahan
Balongdalam
a) Penambahan tempat sampah
b) Pembangunan lokasi tiket, toliet dan musola
c) Penataan jalan setapak tracking yang biasa dipergunakan
d) Pembangunan tempat penarikan loket karcis
6. Lembah
Cilengkrang
a) Penataan lokasi pemandian air panas
b) Penambahan tempat pembuangan sampah
c) Penambahan papan interpretasi, khususnya pengenalan jenis
pohon yang ada di sepanjang jalur
d) Pembuatan shelter, tempat ganti dan toilet disekitar pemandian
air panas
e) Penataan lokasi parkir
7. Bumi perkemahan
Palutungan
a) Pembuatan tempat duduk santai sekitar pinggir curug
b) Pembuatan papan interpretasi, khususnya jenis tanaman yang
ada disekitar bumi perkemahan
c) Perbaikan sarana mushola, toilet, shelter dan tempat duduk
sekitar bumi perkemahan
d) Perbaikan jalan setapak menuju curug
76
Selain pengembangan sarana dan prasarana rekomendasi pengembangan
yang dapat dilakukan pada lokasi wisata alam di TNGC yaitu pengembangan
produk. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan produk
yaitu bentuk produk, promosi, pelayanan dan sasaran produk. Hal ini dikarenakan
produk wisata bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan pengunjung untuk
membeli produk yang ditawarkan. Produk wisata yang dapat ditawarkan di lokasi
wisata alam TNGC disesuaikan dengan sasaran antara lain yaitu:
a. Produk wisata pendidikan
Sasaran produk ini adalah semua pengunjung dari berbagai kelas umur,
wisata ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada pengunjung yang
mempunyai minat tertentu mengenai pengetahuan alam.
Pelaksanaan pengembangan produk wisata pendidikan membutuhkan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan memahami kondisi sekitar obyek
wisata dalam pemahaman materi pada pengunjung.
b. Pengembangan paket wisata alam
Sasaran produk ini disesuaikan dengan jenis kegiatan dan karakteristik
pengunjung sebagai konsumen utama dan mempertimbangkan variasi atraksi
obyek wisata. Pengembangan paket wisata harus memperhitungkan waktu,
jumalah peserta dan lokasi wisata yang dikunjungi.
c. Pengembangan wisata budaya
Sasaran produk ini hanya pada pengunjung tertentu yang mempunyai
ketertarikan terhadap kebudayaan masyarakat sekitar lokasi. Namun produk
wisata budaya ini hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu. Salah satu contoh
produk wisata budaya di TNGC adalah “Kawin Cai” yang diadakan 1 tahun
sekali.
Untuk mencapai sasaran produk wisata yang ditawarkan perlu adanya
promosi dengan tujuan memperkenalkan potensi obyek wisata kepada pengunjung
dan investor. Beberapa bentuk promosi yang dapat dilakukan melaui radio,
pembuatan buku informasi obyek wisata, leaflet dan pemberian informasi pada
pengunjung dengan pelayanan yang baik.
77
Adapun jenis kegiatan yang berpotensi dilakukan sesuai dengan
rekomendasi pengembangan secara rinci pada masing-masing lokasi obyek wisata
adalah:
1. Telagaremis
Potensi daya tarik wisata lokasi ini adalah keindahan panorama alam dan
telaga yang tersebar di sekitar lokasi wisata Telagaremis. Adanya 9 telaga tersebut
masih belum banyak diketahui oleh pengunjung dan karakteristik pengunjung
yang datang paling banyak usia remaja dan dewasa, maka jenis kegiatan yang
memungkinkan untuk dilakukan antara lain yaitu :
a. Wisata pendidikan
Bentuk kegiatan wisata ini lebih difokuskan untuk menambah pengetahuan
mengenai lingkungan dalam pelaksanaannya. Jenis kegiatan tersebut antara lain
berkemah dengan mengenalkan kehidupan alam seperti mengenal jenis pohon dan
burung. Selain itu, pengenalan sampah untuk mengingatkan mengenai keberadaan
sampah disekitar lingkungan mereka. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
kesadaran pada pengunjung untuk ikut serta aktif menjaga lingkungan sekitarnya.
b. Wisata air
Kegiatan wisata ini menggunakan air sebagai obyek utamanya, hal ini
dikarenakan Telagaremis potensi unggulannya terdapat pada sumberdaya alam
berupa air. Jenis kegiatan yang dapat dikembangkan antara lain :
- Berenang di Telaga Nilem dan Leat, kondisi air yang jernih dan luas serta
tidak terlalu dalam seperti Telagaremis.
- Memancing di salah satu telaga yaitu Telaga Leutik dan Buruy II karena
suasananya yang cukup sunyi dan banyak terdapat ikan seperti lele dan nila.
- Bermain sepeda air yang kini sudah berjalan di Telagaremis.
Pengembangannya dapat dilakukan dengan memvariasikan bentuk sepeda
atau menambah perahu kayu yang kecil untuk pasangan dengan cara
mendayung mengelilingi Telagaremis.
c. Wisata religius
Adanya kepercayaan terhadap cerita mitos yang ada di Telagaremis dapat
menjadi daya tarik bagi pengunjung yang memiliki ketertarikan pada hal mistis
seperti bermalam di sekitar makam Ayu Salintang dan mandi di Sumur Jalatunda
78
dengan bantuan kuncen. Kegatan wisata yang dapat dilakukan melihat ritual yang
dilakukan masyarakat yang memiliki kepercayaan mistis pada malam tertentu
seperti malam jum’at kliwon dan malam 1 Syuro.
d. Wisata petualangan
Bentuk kegiatan wisata ini sasaran utamanya adalah pengunjung usia remaja
dan dewasa yang datang berombongan atau berpasangan untuk menyalurkan jiwa
petualangannya dengan bentuk wisata alam menjelajah hutan berkeliling
menelusuri 9 telaga dengan jalur seperti terlihat pada Gambar 38. Sedangkan
untuk usia anak-anak dapat dilakukan dengan penjelajahan sekitar Telagaremis
dan hutan pinus dekat telaga.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengenalkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa
yang ditemukan pada sepanjang jalur, memberitahukan siklus air yang ditekankan
pada upaya pelestarian alam terutama fungsi hutan dengan kaitannya sebagai
sumber air bersih atau hidrologi.
79
Gambar 38 Peta lokasi 9 telaga di obyek wisata Telagaremis.
79
80
2. Paniis
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata Paniis antara lain :
- Berkemah: Peserta kegiatan rutin perkemahan ini dapat dijadikan salah
satu konsumen tetap dalam setiap tahunnya. Kegiatan berkemah ini dapat dibuat
menjadi satu paket berkemah dengan penambahan kegitan outbound dari pihak
pengelola obyek wisata dan kegiatan pengenalan lingkungan hidup seperti
mengenal tumbuhan kopi, pinus dan karet serta cara pemanfaatan hasil hutan non
kayunya.
- Wisata pendidikan : Wisata ini dapat dilakukan pada anak sekolah dengan
bekerjasama dengan PDAM untuk melihat proses pengambilan air sebagai air
minum untuk daerah Cirebon. Misalnya pengenalan proses, alat dan cara
kerjanya. Selain itu juga dapat dilakukan penelusuran hutan pinus sekitar aliran
sungai Paniis untuk pengenalan jenis pohon karet dan kopi serta cara
pemanfaatannya seperti pengambilan getah karet dan pemanenan kopi.
3. Buper Cibeureum
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Buper Cibeureum selain berkemah
antara lain adalah penelusuran hutan “Leuweung jero” untuk pengenalan jenis
tumbuhan dan melihat perilaku monyet ekor panjang yang banyak mendatangi
pengunjung yang membawa makanan di sekitar buper dan lapangan bola. Selain
itu, Desa Cibeureum dikenal dengan makanan khas seperti kripik singkong,
rengginang dan kopi asli Cibeureum. Pembuatan kopi ini bisa menjadi salah satu
jenis kegiatan wisata lanjutan dari obyek wisata Paniis yang telah mengenal
pohon dan cara pemanenan buah kopi, kemudian di desa ini pengunjung dapat
melihat proses pembuatan kopi mulai dari menjemur sampai dikemas. Pengunjung
yang datang berkemah di lokasi Buper Cibeureum juga dapat ikut serta dalam
belajar kerajianan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar yaitu pembuatan boboko
dari bambu tali.
81
4. Buper Cibunar
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain adalah wisata
petualangan karena pengunjung yang paling banyak datang adalah remaja dan
dewasa. Bentuk wisata petualangannya dapat berupa jelajah hutan sekitar Cibunar
dengan pengenalan jenis tumbuhan dan satwa. Pengunjung yang masih sekolah
dapat belajar berkebun mulai dari menanam, memelihara dan memanen hasilnya
di area perkebunan warga sebelum buper seperti kebun nilam, cengkih, sayuran
dan umbi. Untuk nilam dan cengkih pengelola bisa bekerjasama dengan pihak
pemilik pabrik untuk melihat proses pembuatan minyaknya. Selain itu, adanya
aktivitas masyarakat yang menggunakan tanah untuk pembuatan batu bata sebagai
bahan bangunan dan kerajianan ukiran bambu juga bisa menjadi salah satu atraksi
wisata yang ditawarkan sebagai bentuk wisata pendidikan.
5. Buper Balongdalem
Jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata ini selain
berkemah antara lain:
a. Wisata Ziarah
Kegiatan wisata ini dilakukan pada hari-hari tertentu seperti malam tanggal
1 suro dan malam jumat kliwon, pada malam tersebut pengunjung yang berasal
dari sekitar daerah Cirebon dan Indramayu datang berkunjung ke makam Buyut
Bayu dan makam Buyut Goong untuk melakukan ziarah dengan pengajian dan
bahkan ada yang melakukan ritual khusus. Kegiatan wisata ziarah ini juga dapat
dilakukan di makam pahlawan dengan acara tabur bunga dan pengajian bersama
pada malam sebelum peringatan hari-hari besar nasional seperti hari kemerdekaan
dan hari peringatan pahlawan.
b. Wisata Budaya dan Sejarah
Kegiatan wisata ini sangat berpotensi dilakukan karena lokasi wisata
Balongdalem ini memiliki situs sejarah berupa makam pahlawan samudra
angkatan laut dan masih ada upacara adat Kawin Cai yangg dilaksanakan setiap 1
tahun sekali. Kegiatan wisata ini dapat menjadi suatu bentuk pendidikan bagi
anak-anak sekolah untuk mengenal dan mempelajari kesenian daerah, serta
82
mengenang jasa pahlawan yang telah gugur di medan perang untuk melindungi
bangsa Indonesia.
c. Wisata Air
Kegiatan wisata ini memanfaatkan kolam air untuk berenang karena air
yang jernih atau dapat dikembangkan sebagai wisata air dengan menggunakan
perahu kecil buat anak-anak.
6. Lembah Cilengkrang
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata ini dengan melihat
potensi daya tarik wisata yang cukup beragam mulai keindahan alam, keragaman
flora dan faunanya, serta sumber air seperti dua buah curug dan sumber air panas
antara lain:
a. Wisata Air
Kegiatan wisata air ini antara lain berendam air panas di alam terbuka dekat
aliran sungai dari curug. Bermain air di bawah aliran curug air sabuk dan sawer
serta berenang di bendungan aliran air sungai. Kegiatan wisata air ini merupakan
salah satu kegiatan unggulan obyek wisata Lembah Cilengkrang karena setelah
menempuh perjalanan jauh menanjak dan menelusuri jalan setapak pengunjung
akan merasa puas dengan merendam kaki atau berendam di air hangat kemudian
merasakan kesegaran air terjun dan aliran air sungainya.,
b. Wisata Agro
Kegiatan wisata ini dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Pengunjung yang turun dari lembah Cilengkrang setelah menikmati keindahan
alam dan beraktivitas wisata, kemudian dibawa menuju perkebunan jambu biji
merah dan peternakan sapi milik warga sekitar untuk belajar memelihara dan
memetik buah jambu sebagai oleh-oleh, serta belajar memerah air susu sapi.
c. Wisata Pendidikan
Kegiatan wisata pendidikan bisa dilakukan dengan cara pengenalan jenis
tumbuhan di kebun koleksi dan sepanjang perjalanan menunju curug sawer.
Selain itu dapat pula dilakukan pengenalan jenis satwaliar khas yaitu lutung
(Trachypithecus auratus) dan elang jawa (Spizaetus bartelsi) karena lembah
83
Cilengkrang merupakan salah satu tempat di TNGC sebagai tempat bersarangnya
burung yang terancam punah ini lokasi sarang dapat terlihat pada Gambar 39.
Selain itu jenis kegiatan wisata pendidikan lainnya adalah kegiatan
berkemah yang disi oleh kegiatan pengamatan satwa pada malam seperti musang
dan beberapa jenis amfibi sekitar pinggir sungai atau pengenalan jenis tumbuhan
yang ada di kebun koleksi dan sepanjang jalur.
d. Wisata Petualangan
Penelusuran jelajah hutan Lembah Cilengkrang yaitu sepanjang perjalanan
melihat keindahan panorama alam kopi gede, pengenalan jenis tumbuhan dan
satwa di sepanjang perjalanan. Serta penelusuran titik sumber air panas yang
tersebar. Perjalanan dimulai dari tempat parkir melewati perkebunan warga yang
menanam beberapa jenis rimpang sebagai bahan jamu sebelum gerbang masuk
dan berakhir di Curug Sawer pada ujung perjalanan.
84
Gambar 39 Peta jalur intepretasi Lembah Cilengkrang.
84
85
7. Buper Palutungan
Jenis kegiatan yang bisa dilakukan di lokasi wisata ini antara lain :
a. Wisata Pendidikan
Pengenalan jenis tumbuhan, belajar menyediakan pembibitan mulai dari
penyemaian dan belajar menanam di area yang terbuka sebelah atas buper bekas
penebangan dan kebakaran. Pengujung yang mengikuti kegiatan ini diberikan
pemahamaan mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan bahayanya jika hutan
terbakar dan lahannya terbuka seperti bahaya longsor.
Pengelola juga bisa bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk diadakan
kegiatan wisata agro yaitu belajar menanam, memelihara dan memanen sayuran
yang ada di sekitar buper milik masyarakat sekitar dan belajar memerah susu sapi
di peternakan sekitar buper.