bab v analisa data v.1. pendahuluan - · pdf file64 tabel v.1. faktor truk rencana untuk jalan...
TRANSCRIPT
63
Bab V
Analisa Data
V.1. Pendahuluan
Dengan melihat kepada data data yang didapatkan dari data sekunder dan primer baik dari
PT. Jasa Marga maupun dari berbagai sumber dan data-data hasil olahan pada Bab IV, kemudian
dilakukan analisis lanjutan sebagaimana tujuan dari penelitian. Dalam melakukan analisis pada
dasarnya terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang utama, yaitu antara lain :
• Analisis terhadap beban lalu lintas aktual
Data yang paling berpengaruh terhadap kekuatan dari perkerasan adalah data beban lalu
lintas aktual yang terjadi, parameter parameter yang berpengaruh terhadap beban lalu lintas
meliputi : Faktor Truck Aktual dan Kumulatif ESAL aktual.
Hasil dari parameter-parameter aktual yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan
parameter-parameter rencana untuk dilakukan analisis sejauh mana persamaan atau
perbedaan yang terjadi dan mempengaruhi kondisi perkerasan yang ada saat ini.
• Analisis tebal lapis tambahan (Overlay)
Analisis tebal lapis tambahan (Overlay), berdasarkan pada data lendutan FWD dan kumulatif
ESAL aktual serta parameter-parameter lainnya yang digunakan dalam analisis. Analisis
dilakukan dengan menggunakan program komputer ELCON.
V.2. Analisis Kumulatif ESAL
V.2.1. Faktor Truck
Faktor truk atau Truck Faktor (TF) adalah jumlah dari pemakaian beban ekivalen pada setiap
sumbu kendaraan (equivalent axle load) yang diperkirakan dapat mewakili setiap jenis
kendaraan. Penentuan Faktor Truck rencana dapat menggunakan suatu angka ekivalen dari
Peraturan Bina Marga 1983 dan dibagi dalam 3 (tiga) jenis kendaraan seperti pada tabel berikut :
64
Tabel V.1. Faktor Truk Rencana untuk Jalan Tol Padalarang – Cileunyi
Sumber : SNI analisa Perkerasan Lentur
Faktor truk rata rata untuk semua jenis kendaraan yang didapatkan dari hasil pengujian alat
WIM untuk Jalur A dan juga Jalur B dapat dilihat pada Tabel V.2. sebagai berikut :
Tabel V.2 Faktor Truk Aktual Hasil Pengujian Alat WIM Jalur A dan
Jalur B Sumber : Puslitbang Prasarana Transportasi, 2004
Apabila mencermati Faktor Truk rata rata yang diperoleh pada Tabel V.2. maka terlihat bahwa
Jalur B lebih besar dari pada Jalur A, Hal ini dimungkinkan apabila Beban rata rata yang
diterima oleh Jalur B lebih berat daripada beban yang diterima oleh Jalur A walaupun nilainya
tidak terlalu selisih jauh, sehingga dapat juga diindikasikan mengakibatkan tingkat kerusakan
As Depan As Belakang Faktor Jenis Kendaraan Beban Sumbu E Beban Sumbu E Truck
(ton) (ton) Mobil Penumpang 1 (STRT) 0,0002 1 (STRT) 0,0002 0,0004 Bus 3 (STRT) 0,0183 5 (STRG) 0,0121 0,0300 Truck 2 As 5 (STRT) 0,1410 8 (STRG) 0,0794 0,2200
Gol Kelas Jenis Kendaraan Faktor Truk (Konfigurasi sumbu) Jalur A Jalur BI 1 Sedan, Mini Bus, Jip, Pick Up 0,0021 0,0018 1A Bus Srdang, Truk Sedang 0,0880 0,0924
Faktor Truk Rata Rata Golongan I 0,0451 0,0471
IIA 2 Truk 2 As 2,5520 2,1657 12 Bus 0,3036 0,3018
Faktor Truk Rata Rata Golongan IIA 1,4278 1,2338
3 Truk 3 As 1,1426 1,1504 4 Truk 4 As 0,8295 0,3596 5 Truk 2 As, Gandengan 1,8031 1,7921 6 Truk 3 As, Gandengan NA NA
IIB 7 Truk 2 As, Gandengan 1 As 1,2262 1,2320 8 Truk 2 As, Gandengan 2 As 1,0959 1,4092 9 Truk 2 As, Gandengan 3 As 3,0036 5,6177 10 Truk 3 As, Gandengan 1 As atau 2 As 2,1304 2,0986 11 Truk 3 As, Gandengan 3 As 2,4713 2,2699
Faktor Truk Rata Rata Golongan IIB 1,7128 1,9912
65
yang berbeda. Apabila dibandingkan nilai dari pada Faktor Truk rata rata rencana dengan nilai
Faktor Truk rata rata yang aktual maka akan diperoleh nilai sebagai berikut :
Tabel V.3. Perbandingan Faktor Truk Rata-rata Rencana dengan
Faktor Truk Rata-rata Aktual
Nilai Faktor Truk aktual yang cukup jauh berbeda dengan Faktor Truk rencana,
diakibatkan oleh pada LHR rencana pembagian jenis kendaraan hanya 3 (tiga) jenis kendaraan
yaitu mobil penumpang, bus dan truk sehingga diperoleh Faktor Truk rata-rata yang kecil
tetapi untuk Faktor Truk rata-rata aktual jenis kendaraan dibagi menjadi 13 jenis
kendaraan. Selain itu, hasil pengujian alat WIM menyatakan bahwa kenyataan di
lapangan beban sumbu kendaraan jauh lebih besar daripada beban standar yang ditetapkan
oleh Peraturan Bina Marga 1983 untuk setiap jenis kendaraan yang sama.
V.2.2. Kumulatif ESAL Rencana
Kumulatif ESAL rencana dihitung berdasarkan pada volume lalu lintas harian rencana (LHR
rencana) dari Tabel IV.2 dan Faktor Truk rencana pada Tabel V.1 Hasil perhitungan ESAL
rencana sejak awal tahun dibuka sampai akhir umur rencana untuk kedua arah adalah
sebagai berikut:
Tabel V.4. Kumulatif Esal Rencana Jalan Tol Padalarang – Cileunyi (2 Arah)
Jenis Faktor Truk (FT)Kendaraan FT FT Aktual
Rencana Jalur A Jalur BGol I 0,0004 0.0451 0.0471Gol IIA 0,1593 1.4278 1.2338Gol IIB 1,0648 1.7128 1.9912
Jalur A Jalur B Tahun Jumlah Kumulatif Jumlah Kumulatif
ESAL ESAL ESAL ESAL (Pertahun) (Pertahun)
1991 417,104 417,104 834,208 834,208 1992 442,015 859,119 884,030 1,718,238 1993 468,295 1,327,414 936,590 2,654,828 1994 496,126 1,823,540 992,253 3,647,080 1995 525,691 2,349,231 1,051,383 4,698,463
66
Tabel V.4. Kumulatif Esal Rencana Jalan Tol Padalarang – Cileunyi (2 Arah) (Lanjutan)
Sumber : Hasil Analisis
V.2.3 Kumulatif ESAL Aktual
Lalu Lintas Harian Rata Rata (LHR) aktual yang terjadi pada setiap lajur mempunyai beban
yang berbeda-beda, maka perhitungan kumulatif ESAL aktual dihitung setiap lajur berdasarkan
LHR per lajur pada Tabel IV.27 sampai Tabel IV.34 untuk tahun 1998 sampai tahun
2002 , sedangkan un tuk LHR tahun 1991 sampai t ahun 1997 dan LHR tahun
2003 sampai dengan t ahun 2010 d ip red iks i berdasarkan faktor pertumbuhan rata-
rata untuk setiap golongan pada Tabel IV.11 dan Tabel IV.12 dan Faktor Truk setiap
Jalur Berdasarkan jenis kendaraan pada Tabel V.2 Sehingga diperoleh ESAL per lajur
untuk setiap jenis kendaraan sejak awal tahun dibuka sampai akhir umur rencana seperti
dirangkum sebagai berikut:
Jalur A Jalur B Tahun Jumlah Kumulatif Jumlah Kumulatif
ESAL ESAL ESAL ESAL (Pertahun) (Pertahun)
1996 551,880 2,901,111 1,103,760 5,802,223 1997 579,346 3,480,458 1,158,693 6,960,915 1998 608,181 4,088,639 1,216,363 8,177,278 1999 638,294 4,726,933 1,276,588 9,453,865 2000 670,231 5,397,164 1,340,463 10,794,328 2001 703,538 6,100,701 1,407,075 12,201,403 2002 738,486 6,839,188 1,476,973 13,678,375 2003 775,260 7,614,448 1,550,520 15,228,895 2004 813,768 8,428,215 1,627,535 16,856,430 2005 854,465 9,282,680 1,708,930 18,565,360 2006 896,896 10,179,576 1,793,793 20,359,153 2007 941,518 11,121,094 1,883,035 22,242,188 2008 988,511 12,109,605 1,977,023 24,219,210 2009 1,037,695 13,147,300 2,075,390 26,294,600 2010 1,089,434 14,236,734 2,178,868 28,473,468
67
Tabel V.5. Kumulatif ESAL aktual lajur A 1 Segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tabel V.6. Kumulatif ESAL aktual lajur A 2
Segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 125 1,117 139 1,380 503,834 503,834 1992 130 1,196 163 1,489 543,575 1,047,409 1993 135 1,281 192 1,608 587,008 1,634,418 1994 141 1,372 225 1,739 634,558 2,268,975 1995 147 1,470 265 1,881 686,703 2,955,678 1996 153 1,575 311 2,038 743,991 3,699,669 1997 159 1,687 366 2,211 807,047 4,506,716 1998 165 1,807 430 2,402 876,588 5,383,304 1999 174 1,760 540 2,474 902,982 6,286,287 2000 173 2,016 653 2,843 1,037,544 7,323,831 2001 190 2,245 738 3,173 1,158,019 8,481,850 2002 194 2,360 767 3,321 1,212,323 9,694,173 2003 202 2,528 902 3,632 1,325,564 11,019,737 2004 210 2,708 1,060 3,978 1,451,873 12,471,610 2005 219 2,901 1,245 4,365 1,593,070 14,064,681 2006 228 3,107 1,463 4,798 1,751,259 15,815,939 2007 237 3,328 1,719 5,285 1,928,877 17,744,816 2008 247 3,565 2,020 5,832 2,128,751 19,873,567 2009 257 3,819 2,374 6,450 2,354,165 22,227,732 2010 267 4,090 2,790 7,148 2,608,929 24,836,661
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 100 581 16 697 254,289 254,289 1992 104 622 18 745 271,873 526,161 1993 109 666 22 797 290,767 816,928 1994 113 714 25 852 311,081 1,128,010 1995 118 764 30 912 332,936 1,460,945 1996 123 819 35 977 356,463 1,817,409 1997 128 877 41 1,046 381,811 2,199,219 1998 133 940 49 1,121 409,140 2,608,359 1999 140 915 61 1,116 407,396 3,015,755 2000 139 1,049 74 1,261 460,441 3,476,195
68
Tabel V.6. Kumulatif ESAL aktual lajur A 2 Segmen Padalarang – Pasteur/Baros (lanjutan)
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tabel V.7. Kumulatif ESAL aktual lajur B 1
Segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
2001 152 1,167 83 1,403 512,158 3,988,353 2002 156 1,227 87 1,470 536,470 4,524,823 2003 162 1,315 102 1,579 576,219 5,101,042 2004 169 1,408 120 1,697 619,303 5,720,345 2005 176 1,509 141 1,825 666,057 6,386,403 2006 183 1,616 165 1,964 716,857 7,103,260 2007 190 1,731 194 2,115 772,128 7,875,388 2008 198 1,854 228 2,280 832,349 8,707,737 2009 206 1,986 268 2,460 898,060 9,605,797 2010 215 2,127 315 2,657 969,875 10,575,672
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 83 1,017 179 1,278 466,571 466,571 1992 86 1,095 208 1,389 507,091 973,661 1993 89 1,179 243 1,511 551,642 1,525,304 1994 92 1,270 283 1,646 600,693 2,125,997 1995 96 1,368 330 1,794 654,772 2,780,769 1996 100 1,473 385 1,957 714,480 3,495,250 1997 103 1,587 448 2,138 780,500 4,275,750 1998 107 1,709 522 2,339 853,608 5,129,358 1999 113 1,835 666 2,615 954,406 6,083,764 2000 112 2,100 793 3,005 1,096,750 7,180,513 2001 119 2,102 887 3,109 1,134,654 8,315,167 2002 125 2,288 957 3,369 1,229,862 9,545,029 2003 129 2,464 1,115 3,709 1,353,711 10,898,740 2004 134 2,654 1,300 4,088 1,492,152 12,390,892 2005 139 2,858 1,515 4,513 1,647,155 14,038,047 2006 145 3,078 1,766 4,989 1,820,983 15,859,030 2007 150 3,315 2,059 5,524 2,016,236 17,875,266 2008 156 3,570 2,400 6,126 2,235,906 20,111,172 2009 162 3,845 2,797 6,804 2,483,436 22,594,608 2010 168 4,141 3,260 7,569 2,762,796 25,357,404
69
Tabel V.8. Kumulatif ESAL aktual lajur B 2 Segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tabel V.9. Kumulatif ESAL aktual lajur A1
Segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 72 569 14 655 238,910 238,910 1992 74 613 16 703 256,738 495,648 1993 77 660 19 756 275,976 771,624 1994 80 711 22 813 296,742 1,068,366 1995 83 765 26 874 319,167 1,387,533 1996 86 824 30 941 343,394 1,730,927 1997 90 888 35 1,013 369,580 2,100,508 1998 93 956 41 1,090 397,898 2,498,405 1999 98 1,027 53 1,177 429,735 2,928,140 2000 97 1,175 63 1,334 486,957 3,415,097 2001 103 1,176 70 1,349 492,485 3,907,582 2002 108 1,280 75 1,463 534,136 4,441,718 2003 112 1,378 88 1,579 576,157 5,017,875 2004 116 1,485 103 1,703 621,757 5,639,632 2005 121 1,599 120 1,839 671,278 6,310,911 2006 125 1,722 139 1,987 725,098 7,036,008 2007 130 1,854 162 2,147 783,634 7,819,642 2008 135 1,997 189 2,322 847,355 8,666,997 2009 140 2,151 221 2,512 916,780 9,583,777 2010 146 2,316 257 2,719 992,489 10,576,266
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 138 1,160 139 1,437 524,432 524,432 1992 144 1,243 163 1,549 565,492 1,089,924 1993 150 1,331 192 1,672 610,334 1,700,257 1994 156 1,426 225 1,807 659,384 2,359,641 1995 162 1,527 265 1,954 713,131 3,072,772 1996 169 1,636 311 2,115 772,128 3,844,900 1997 176 1,752 365 2,293 837,007 4,681,908 1998 183 1,877 429 2,489 908,493 5,590,401 1999 205 1,844 528 2,577 940,610 6,531,011 2000 212 2,151 653 3,015 1,100,551 7,631,562 2001 250 2,472 765 3,487 1,272,668 8,904,230
70
Tabel V.9. Kumulatif ESAL aktual lajur A1 Segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja (lanjutan)
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tabel V.10. Kumulatif ESAL aktual lajur A2 Segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
2002 259 2,596 830 3,686 1,345,211 10,249,442 2003 270 2,781 976 4,026 1,469,577 11,719,019 2004 281 2,978 1,147 4,406 1,608,191 13,327,210 2005 292 3,190 1,347 4,830 1,763,029 15,090,239 2006 304 3,417 1,583 5,305 1,936,375 17,026,614 2007 317 3,661 1,861 5,838 2,130,875 19,157,489 2008 330 3,921 2,186 6,437 2,349,597 21,507,086 2009 343 4,200 2,569 7,113 2,596,099 24,103,185 2010 358 4,499 3,019 7,875 2,874,517 26,977,702
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 111 603 16 730 266,357 266,357 1992 115 646 18 780 284,684 551,041 1993 120 692 22 834 304,369 855,410 1994 125 741 25 892 325,525 1,180,935 1995 130 794 30 954 348,276 1,529,211 1996 135 851 35 1,021 372,759 1,901,971 1997 141 911 41 1,093 399,124 2,301,095 1998 147 976 49 1,171 427,538 2,728,632 1999 165 959 60 1,183 431,870 3,160,502 2000 170 1,118 74 1,362 497,224 3,657,727 2001 201 1,286 86 1,573 574,006 4,231,732 2002 208 1,350 94 1,652 602,978 4,834,711 2003 217 1,446 110 1,773 647,151 5,481,862 2004 226 1,549 130 1,904 694,997 6,176,859 2005 235 1,659 152 2,046 746,883 6,923,741 2006 244 1,777 179 2,201 803,219 7,726,961 2007 254 1,904 210 2,368 864,471 8,591,431 2008 265 2,039 247 2,551 931,159 9,522,590 2009 276 2,184 290 2,750 1,003,875 10,526,466 2010 287 2,340 341 2,968 1,083,288 11,609,754
71
Tabel V.11. Kumulatif ESAL aktual lajur B1 Segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi secara linier
Tabel V.12. Kumulatif ESAL aktual lajur B2
Segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 92 1,079 177 1,349 492,352 492,352 1992 96 1,162 206 1,465 534,664 1,027,017 1993 100 1,252 241 1,592 581,132 1,608,149 1994 103 1,348 280 1,732 632,230 2,240,378 1995 107 1,452 327 1,886 688,496 2,928,874 1996 111 1,564 381 2,056 750,540 3,679,414 1997 116 1,684 444 2,244 819,052 4,498,466 1998 120 1,814 518 2,452 894,819 5,393,285 1999 134 1,920 641 2,695 983,694 6,376,979 2000 137 2,202 786 3,125 1,140,606 7,517,585 2001 162 2,351 926 3,439 1,255,315 8,772,899 2002 166 2,526 1,030 3,721 1,358,331 10,131,230 2003 173 2,720 1,200 4,093 1,493,831 11,625,061 2004 179 2,929 1,399 4,507 1,645,188 13,270,249 2005 186 3,155 1,631 4,971 1,814,533 15,084,782 2006 193 3,397 1,901 5,491 2,004,313 17,089,095 2007 201 3,659 2,215 6,075 2,217,338 19,306,434 2008 208 3,940 2,582 6,731 2,456,842 21,763,276 2009 216 4,244 3,010 7,470 2,726,545 24,489,821 2010 224 4,570 3,509 8,303 3,030,736 27,520,557
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
1991 80 604 14 698 254,721 254,721 1992 83 650 16 750 273,642 528,362 1993 86 700 19 806 294,050 822,413 1994 90 754 22 866 316,071 1,138,484 1995 93 812 26 931 339,843 1,478,327 1996 97 875 30 1,001 365,513 1,843,840 1997 100 942 35 1,077 393,247 2,237,087 1998 104 1,015 41 1,160 423,225 2,660,312 1999 116 1,074 51 1,241 452,959 3,113,271 2000 119 1,232 62 1,413 515,628 3,628,899 2001 140 1,315 73 1,528 557,851 4,186,751
72
Tabel V.12. Kumulatif ESAL aktual lajur B2 Segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja (lanjutan)
Sumber : Hasil Analis Keterangan : Tahun 1991 s/d 1997 dan 2003 s/d 2010 adalah hasil prediksi
Tabel V.13. Perbandingan Kumulatif ESAL Aktual per lajur
Segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Sumber : Hasil Analisis
Tahun ESAL per Hari Total ESAL Kumulatif Mobil Pnp Bus Truk Total per tahun ESAL
2002 144 1,413 81 1,638 597,913 4,784,664 2003 150 1,521 95 1,766 644,515 5,429,179 2004 155 1,639 110 1,904 695,062 6,124,241 2005 161 1,765 129 2,055 749,925 6,874,165 2006 167 1,900 150 2,218 809,517 7,683,683 2007 174 2,047 175 2,395 874,298 8,557,981 2008 180 2,204 204 2,588 944,778 9,502,760 2009 187 2,374 238 2,799 1,021,526 10,524,285 2010 195 2,556 277 3,028 1,105,174 11,629,459
Tahun Kumulatif ESAL Lajur A1 Lajur A2 Lajur B1 Lajur B2 Rencana
1991 503,834 254,289 466,571 238,910 417,104 1992 1,047,409 526,161 973,661 495,648 859,119 1993 1,634,418 816,928 1,525,304 771,624 1,327,414 1994 2,268,975 1,128,010 2,125,997 1,068,366 1,823,540 1995 2,955,678 1,460,945 2,780,769 1,387,533 2,349,231 1996 3,699,669 1,817,409 3,495,250 1,730,927 2,901,111 1997 4,506,716 2,199,219 4,275,750 2,100,508 3,480,458 1998 5,383,304 2,608,359 5,129,358 2,498,405 4,088,639 1999 6,286,287 3,015,755 6,083,764 2,928,140 4,726,933 2000 7,323,831 3,476,195 7,180,513 3,415,097 5,397,164 2001 8,481,850 3,988,353 8,315,167 3,907,582 6,100,701 2002 9,694,173 4,524,823 9,545,029 4,441,718 6,839,188 2003 11,019,737 5,101,042 10,898,740 5,017,875 7,614,448 2004 12,471,610 5,720,345 12,390,892 5,639,632 8,428,215 2005 14,064,681 6,386,403 14,038,047 6,310,911 9,282,680 2006 15,815,939 7,103,260 15,859,030 7,036,008 10,179,576 2007 17,744,816 7,875,388 17,875,266 7,819,642 11,121,094 2008 19,873,567 8,707,737 20,111,172 8,666,997 12,109,605 2009 22,227,732 9,605,797 22,594,608 9,583,777 13,147,300 2010 24,836,661 10,575,672 25,357,404 10,576,266 14,236,734
73
Tabel V.14. Perbandingan Kumulatif ESAL Aktual per lajur Segmen Pasteur - Pasirkoja
Sumber : Hasil Analisis
Tahun Kumulatif ESAL Lajur A1 Lajur A2 Lajur B1 Lajur B2 Rencana
1991 524,432 266,357 492,352 254,721 417,104 1992 1,089,924 551,041 1,027,017 528,362 859,119 1993 1,700,257 855,410 1,608,149 822,413 1,327,414 1994 2,359,641 1,180,935 2,240,378 1,138,484 1,823,540 1995 3,072,772 1,529,211 2,928,874 1,478,327 2,349,231 1996 3,844,900 1,901,971 3,679,414 1,843,840 2,901,111 1997 4,681,908 2,301,095 4,498,466 2,237,087 3,480,458 1998 5,590,401 2,728,632 5,393,285 2,660,312 4,088,639 1999 6,531,011 3,160,502 6,376,979 3,113,271 4,726,933 2000 7,631,562 3,657,727 7,517,585 3,628,899 5,397,164 2001 8,904,230 4,231,732 8,772,899 4,186,751 6,100,701 2002 10,249,442 4,834,711 10,131,230 4,784,664 6,839,188 2003 11,719,019 5,481,862 11,625,061 5,429,179 7,614,448 2004 13,327,210 6,176,859 13,270,249 6,124,241 8,428,215 2005 15,090,239 6,923,741 15,084,782 6,874,165 9,282,680 2006 17,026,614 7,726,961 17,089,095 7,683,683 10,179,576 2007 19,157,489 8,591,431 19,306,434 8,557,981 11,121,094 2008 21,507,086 9,522,590 21,763,276 9,502,760 12,109,605 2009 24,103,185 10,526,466 24,489,821 10,524,285 13,147,300 2010 26,977,702 11,609,754 27,520,557 11,629,459 14,236,734
74
Gambar V.1. Perbandingan Kumulatif ESAL Aktual per lajur Segmen Pasteur - Pasirkoja
Perbandingan Kumulatif ESAL Aktual per lajur Ruas Pasteur - Pasirkoja
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Kum
ulat
if E
SA
L Lajur A1Lajur A2Lajur B1Lajur B2Rencana
74
75
Gambar V.2. Perbandingan Kumulatif ESAL Aktual per lajur Segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Perbandingan nilai kumulatif ESAL segmen Padalarang - Pasteur/Baros
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Kum
ulat
if E
SA
L Lajur A1Lajur A2Lajur B1Lajur B2Rencana
75
76
V.2.4 Analisis ESAL Aktual di Banding dengan ESAL Rencana
Berdasarkan hasil perhitungan ESAL rencana dan ESAL aktual di atas, diperoleh beberapa hal
berikut ini:
Apabila ditinjau kumulatif ESAL pada segmen Padalarang – Pasteur/Baros per lajur didapatkan
bahwa umur perkerasan Lajur A1 pada tahun 2010 diprediksi sebesar 24.829.719 dan Lajur B1
pada tahun 2010 = 25.357.404, artinya kumulatif ESAL rencana telah habis atau tercapai.
Sedangkan untuk Lajur A2 dan B2 masih mempunyai umur sisa sampai akhir umur rencana,
dimana nilai kumulatif ESAL untuk lajur A2 pada tahun 2010 diprediksi sebesar 10.573.423,
nilai kumulatif ESAL untuk lajur B2 pada tahun 2010 diprediksi sebesar 10.576.266 sedangkan
Kumulatif ESAL rencana 14.236.734
Kumulatif ESAL umur perkerasan per lajur Lajur A1 diprediksi sebesar 22.864.996 dan
Lajur B1 diprediksi sebesar 32.275.712, pada segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja diperkirakan
akan tercapai pada tahun 2010, artinya kumulatif ESAL rencana telah habis atau tercapai
Sedangkan untuk Lajur A2 dan B2 masih mempunyai umur sisa sampai akhir 2010. dimana nilai
kumulatif ESAL untuk lajur A2 pada tahun 2010 diprediksi sebesar 9.785.120 nilai kumulatif
ESAL untuk lajur B2 pada tahun 2010 diprediksi sebesar 13.770.495 sedangkan Kumulatif
ESAL rencana 14.236.734
Faktor Truk rata-rata rencana lebih kecil daripada Faktor Truk rata-rata aktual, hal ini
dikarenakan pada saat perencanaan Jalan Tol Padalarang-Cileunyi jenis kendaraan yang
beroperasi di Indonesia hanya memiliki beban sumbu perencanaan maksimal 8 ton.
LHR rencana untuk semua lajur sejak jalan tol dibuka lebih kecil besar daripada LHR aktual.
Hal ini menghasilkan selisih ESAL yang cukup besar. Faktor pertumbuhan rata-
rata aktual lebih besar daripada faktor pertumbuhan rata-rata rencana yang menjadikan
besarnya selisih ESAL rencana dengan ESAL aktual.
Nilai kumulatif ESAL pada lajur A1 untuk segmen Padalarang – Pasteur/Baros dan segmen
Pasteur/Baros – Pasirkoja lebih besar dari nilai kumulatif ESAL pada lajur A2, hal ini
menandakan kendaraan Gol II A dan Gol II B banyak yang menggunakan lajur A1,
Nilai kumulatif ESAL pada lajur B1 untuk segmen Padalarang – Pasteur/Baros dan segmen
Pasteur/Baros – Pasirkoja lebih besar dari nilai kumulatif ESAL pada lajur B2, hal ini
77
menandakan kendaraan Gol II A dan Gol II B banyak yang menggunakan lajur B1, dimana
Faktor truk yang digunakan adalah hasil pengujian WIM di Nagrek – Rajapolah, dimana jalur A
untuk lalu lintas Barat ke Timur (Padalarang – Cileunyi) dan jalur B adalah untuk lalu lintas
Timur ke Barat (Cileunyi - Padalarang)
V.3. Analisis Tebal Lapis Tambahan (Overlay) Dengan Program ELCON
Analisis dengan Program ELCON ini dimaksudkan untuk memperhitungkan besarnya nilai
Modulus Elastis dari tiap lapisan struktur perkerasan yang kemudian digunakan untuk
menentukan tebal lapis tambahan (overlay) yang diperlukan.
V.3.1. Parameter Yang Digunakan Untuk Analisis Program ELCON
Untuk analisis perkerasan dengan menggunakan program komputer ELCON, terdapat beberapa
parameter yang harus diperhatikan. Parameter-parameter tersebut antara lain:
a. Temperatur
Program ELCON memungkinkan menghitung distribusi teganaan dan regangan pada 12 musim
yang berbeda dalam satu tahun. Kriteria yang digunakan untuk tiap musim dimasukkan dengan
pilihan temperatur rata-rata dari lapisan permukaan perkerasan untuk tiap musim dan faktor
yang memperkirakan pengaruh hujan pada unbound base dan tanah dasar.
Parameter temperatur yang digunakan untuk analisis menggunakan Program ELCON
disesuaikan dengan karakteristik lokasi. Pada Standar Rancangan SK SNI tata cara penggunaaan
ELMOD (Versi 3.1.), untuk Wilayah Jawa Barat mempunyai karakteristik temperatur sebagai
berikut:
Jumlah Musim dalam 1 tahun
No Kondisi Dari dan ke (bulan)
Jumlah Minggu
Tiap Musim
Jumlah Minggu
KarakteristikTiap Musim
Temperatur
Karakteristik Tiap Musim
Faktor Reduksi
Tiap Musim
1 Basah Januari - Februari
8 2 - 4 33 . 35 0,9
2 Normal Maret - Mei 13 2 - 4 34 35 1,0
3 Kering Juni- September 15 8 - 12 34 35 1,2
4 Normal Oktober – Desember 16 2 - 4 35 35 1,0
Sumber : Rancangan Standar SK SNI
78
Penelitian yang dilakukan di Denmark memberikan suatu pernyataan bahwa jika material-
material unbounded menjadi jenuh maka reduksi terhadap kekuatan struktural perkerasan hingga
20 %. Kemudian developer yang membuat Program ELMOD menggunakan faktor reduksi
hingga 25 % untuk iklim sangat basah dan jalan-jalan yang mempunyai sistem drainase buruk.
(Danida. 1990)
Gambaran untuk Wilayah Jawa Barat digunakan faktor reduksi seperti pada Tabel V.II tapi
penelitian terus dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya. Faktor-faktor reduksi
tersebut berpengaruh terhadap nilai modulus elastisitas untuk tiap musim. Nilai faktor yang lebih
kecil dari 1 menunjukkan pengurangan terhadap kekuatan struktur perkerasan.
b. Beban Rencana dan Tekanan Roda
Beban as standar adalah 8,16 ton, yang bersesuaian dengan beban roda rencana sebesar 4,1 ton
atau 41.000 N. Untuk truk yang mengangkut beban berat, tekanan roda akan bervariasi tetapi
biasanya pada roda belakang tekanan roda sedikit lebih besar dari 0,5 MPa (72,5 psi). Tekanan
roda rencana sebesar 0,58 MPa akhirnya dipilih dalam kondisi tidak adanya rekomendasi untuk
tekanan roda rencana untuk Indonesia pada saat ini
c. Jumlah As Standar Ekivalen dan Umur Rencana
Data masukan lalu lintas dalam bentuk jumlah kumulatif ekivalen beban as standar (ESAL) dari
mulai jalan tol dibuka sampai tahun penelitian. Sedangkan umur rencana perkerasan di
Indonesia tergantung pada jenis pekerjaan, pemeliharaan periodik atau peningkatan jalan. Umur
rencana perkerasan Jalan Tol Padalarang-Cileunyi adalah 20 tahun.
V.3.2. Analisis Modulus Elastisitas (Stiffness Modulus)
Berdasarkan data lendutan dengan alat FWD merupakan input dan parameter-parameter yang
digunakan, akan diperoleh besarnya modulus elastisitas (stiffness modulus) untuk masing-
masing jenis lapisan struktur perkerasan.Untuk suatu perkerasan yang mempunyai 2 atau 3 lapis
kurus pada perkerasan kaku menurut Program ELCON bisa diperlakukan menjadi 2 lapis,
karena suatu lapisan base atau sub base akan mempunyai pengaruh sangat kecil pada bentuk
cekung lendutan dari lapisan beton.
Apabila di atas lapisan beton ada suatu lapisan aspal atau di bawah mempunyai lapisan base,
supaya nilai modulus elastisitas beton tidak terganggu maka nilai modulus aspal harus
ditetapkan, demikian pula modulus elastisitas base.
79
Adapun ketetapan nilai modulus elastisitas untuk berbagai jenis lapisan:
Aspal beton (AC) = 2000 - 3000 MPa
Unbounded granular = 200 - 350 MPa
Stabilisasi semen/ lean concrete = 2000 MPa
Modulus elastisitas untuk perkerasan beton K-350 mempunyai syarat yang diijinkan sebesar
28.000 - 40.000 MPa (Puslitbang Jalan, 1993) Sub base eksisting pada Jalan Tol Padalarang-
Cileunyi terdiri dari 2 jenis yaitu unbounded granular tebal 150 mm dan lean concrete tebal 150
mm. Namun untuk analisis dengan Program ELCON yang digunakan sebagai sub base adalah
lean concrete dengan menganggap unbounded granular berlaku sama dengan sub grade yang
merupakan material timbunan. Pada analisis ELCON, modulus elastisitas diperoleh berdasarkan
lendutan FWD yang dilakukan di tengah pelat. Karena modulus elastisitas lapisan permukaan
beraspal (AC) (jika ada) dan modulus elastisitas sub base (SB) ditentukan, maka modulus yang
dihitung adalah modulus elastisitas lapis permukaan beton (PCC) dan modulus elastisitas sub
grade (SG). Program ELCON dapat menghitung modulus tiap lapis dari berbagai sistem lapisan
perkerasan yang digunakan berdasarkan tebal lapisan dan profil lendutan yang didapat oleh alat
FWD.
Nilai lendutan yang paling luar digunakan untuk mengestimasi.kondisi non-linear atau lokasi
lapis kaku dari tanah dasar. Sesudah besaran modulus elastis ditentukan, modulus lapis atas
perkerasan dihitung melalui proses iterasi dengan menggunakan nilai lendutan maksimum dan
bentuk profil lendutan yang dekat dengan pelat pembebanan. Modulus tanah dasar dibawah pelat
pembebanan disesuaikan dengan besar tegangan yang terjadi. Lendutan paling luar kemudian
dicek, dan iterasi baru dilakukan.
80
Tabel V.15. Modulus Elastisitas Permukaan Lajur A1 segmen Padalarang - Pasteur
Tabel V.16. Modulus Elastisitas Permukaan
Lajur A 2 segmen Padalarang - Pasteur
Tabel V.17. Modulus Elastisitas Permukaan
Lajur B1 segmen Padalarang - Pasteur
Tabel V.18. Modulus Elastisitas Permukaan
Lajur B2 segmen Padalarang - Pasteur
Tabel V.19. Modulus Elastisitas Permukaan
Lajur A1 segmen Pasteur – Pasirkoja
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 45,311 1,072 121+.600 - 127+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 343 82
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 37,936 2,890 121+.600 - 127+600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 399 112
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 38,649 2,620 121+.600 - 127+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 635 92
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 46,653 819 127+.700 - 132+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 339 121
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 40,282 299 121+.600 - 127+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 386 79
81
Tabel V.20. Modulus Elastisitas Permukaan Lajur A2 segmen Pasteur – Pasirkoja
Tabel V.21. Modulus Elastisitas Permukaan
Lajur B1 segmen Pasteur – Pasirkoja
Tabel V.22. Modulus Elastisitas Permukaan
Lajur B2 segmen Pasteur – Pasirkoja
Kondisi modulus elastisitas lapisan permukaan E1 (PCC) yang diperoleh dari hasil analisa
dengan program ELCON adalah sebagai berikut :
Gambar V.3. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur A1 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 39,337 3,157 127+.700 - 132+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 422 120
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 48,883 2,761 127+.700 - 132+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 470 127
STA Modulus Elastisitas Lapisan Kondisi (Mpa) (Km) (Mpa) Maksimum Minimum
E 1 (PCC) 45,800 2,318 127+.700 - 132+.600 E 2 (SB) 2,000 2,000
E 3 (SG) 412 128
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
4 5 0 0 0
1 2 1 + . 6 0 0 1 2 2 + . 1 0 0 1 2 2 + . 6 0 0 1 2 3 + . 1 0 0 1 2 3 + . 6 0 0 1 2 4 + . 1 0 0 1 2 4 + . 6 0 0 1 2 5 + . 1 0 0 1 2 5 + . 6 0 0 1 2 6 + . 1 0 0 1 2 6 + . 6 0 0 1 2 7 + . 1 0 0 1 2 7 + . 6 0 0S t a ( k m )
E (M
pa)
82
Gambar V.4. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur A2 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Gambar V.5. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur B1 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Gambar V.6. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur B2 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
4 5 0 0 0
5 0 0 0 0
1 2 1 + . 5 0 0 1 2 2 + . 0 0 0 1 2 2 + . 5 0 0 1 2 3 + . 1 0 0 1 2 3 + . 6 0 0 1 2 4 + . 2 0 0 1 2 4 + . 7 0 0 1 2 5 + . 2 0 0 1 2 5 + . 7 0 0 1 2 6 + . 2 0 0 1 2 6 + . 7 0 0 1 2 7 + . 2 0 0S t a ( k m )
E (M
pa)
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
1 2 1 + . 5 0 0 1 2 2 + . 1 0 0 1 2 2 + . 6 0 0 1 2 3 + . 2 0 0 1 2 3 + . 7 0 0 1 2 4 + . 2 0 0 1 2 4 + . 7 0 0 1 2 5 + . 2 0 0 1 2 5 + . 7 0 0 1 2 6 + . 2 0 0 1 2 6 + . 7 0 0 1 2 7 + . 2 0 0
S t a ( k m )
E (M
pa)
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
4 5 0 0 0
1 2 1 + . 3 0 0 1 2 1 + . 9 0 0 1 2 2 + . 4 0 0 1 2 3 + . 1 0 0 1 2 3 + . 6 0 0 1 2 4 + . 1 0 0 1 2 4 + . 6 0 0 1 2 5 + . 1 0 0 1 2 5 + . 6 0 0 1 2 6 + . 1 0 0 1 2 6 + . 6 0 0 1 2 7 + . 1 0 0 1 2 7 + . 6 0 0
S t a ( k m )
E (M
pa)
83
Gambar V.7. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur A1 segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Gambar V.8. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur A2 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Gambar V.9. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur B1 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
4 5 0 0 0
5 0 0 0 0
1 2 7 + . 7 0 0 1 2 8 + . 2 0 0 1 2 8 + . 7 0 0 1 2 9 + . 2 0 0 1 2 9 + . 7 0 0 1 3 0 + . 2 0 0 1 3 0 + . 7 0 0 1 3 1 + . 2 0 0 1 3 1 + . 7 0 0 1 3 2 + . 2 0 0
S t a ( k m )
E (M
pa)
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
4 5 0 0 0
1 2 7 + . 7 0 0 1 2 8 + . 2 0 0 1 2 8 + . 7 0 0 1 2 9 + . 2 0 0 1 2 9 + . 7 0 0 1 3 0 + . 2 0 0 1 3 0 + . 7 0 0 1 3 1 + . 2 0 0 1 3 1 + . 7 0 0 1 3 2 + . 2 0 0
S t a ( k m )
E (M
pa)
0
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 0 0 0 0
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
6 0 0 0 0
1 2 7 + . 7 0 0 1 2 8 + . 2 0 0 1 2 8 + . 7 0 0 1 2 9 + . 2 0 0 1 2 9 + . 7 0 0 1 3 0 + . 2 0 0 1 3 0 + . 7 0 0 1 3 1 + . 2 0 0 1 3 1 + . 7 0 0 1 3 2 + . 2 0 0
S t a ( k m )
E (M
pa)
84
Gambar V.10. Kondisi Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (PCC)
Lajur B2 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Tabel V.23. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur A1 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Dari Tabel V.23. diatas menunjukan bahwa sebesar 91,80 % (56 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 121+600 s/d 124+300, 6,56 % (4 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan, sedangkan 1,64 % (1 titik) diatas batas yang diijinkan.
0
5 0 0 0
1 0 0 0 0
1 5 0 0 0
2 0 0 0 0
2 5 0 0 0
3 0 0 0 0
3 5 0 0 0
4 0 0 0 0
4 5 0 0 0
5 0 0 0 0
1 2 7 + . 7 0 0 1 2 8 + . 1 0 0 1 2 8 + . 6 0 0 1 2 9 + . 1 0 0 1 2 9 + . 6 0 0 1 3 0 + . 1 0 0 1 3 0 + . 6 0 0 1 3 1 + . 1 0 0 1 3 1 + . 6 0 0 1 3 2 + . 1 0 0
S t a ( k m )
E (M
pa)
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1>35.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
121+.500 - 124+.300 27 44.26 124+.400 - 124+.500 1 1.64 124+.600 - 126+.400 18 29.51 126+.500 - 126+.900 4 6.56 127+.000 - 127+.300 3 4.92 127+.400 - 127+.700 3 4.92 124+.300 - 124+.400 1 1.64 124+.500 - 124+.600 1 1.64 126+.500 - 126+.600 1 1.64 126+.900 - 127+.000 1 1.64 127+.300 - 127+.400 1 1.64 JUMLAH 56 91.80 4 6.56 1 1.64
85
Tabel V.24. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur A2 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Dari Tabel V.24. diatas menunjukan bahwa sebesar 81,97 % (50 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 121+500 s/d 126+000, 11,48 % (7 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan, sedangkan 6,56 % (4 titik) diatas batas yang diijinkan.
Tabel V.25. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur B1 segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1<25.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
121+.500 - 126+.000 45 73.77 126+.300 - 126+.400 1 1.64 126+.600 - 126+.800 2 3.28 127+.200 - 127+.300 1 1.64 127+.400 - 127+.500 1 1.64 126+.000 - 126+.200 2 3.28 126+.400 - 126+.600 2 3.28 126+.900 - 127+.100 2 3.28 127+.500 - 127+.600 1 1.64 126+.200 - 126+.300 1 1.64126+.800 - 126+.900 1 1.64127+.100 - 127+.200 1 1.64127+.300 - 127+.400 1 1.64 JUMLAH 50 81.97 7 11.48 4 6.56
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1<25.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
121+.500 - 122+.100 6 9.84 122+.200 - 124+.400 22 36.07 124+.500 - 124+.600 1 1.64 124+.700 - 124+.900 2 3.28 125+.000 - 126+.200 12 19.67 126+.300 - 127+.600 13 21.31 122+.100 - 122+.200 1 1.64 124+.400 - 124+.500 1 1.64 124+.600 - 124+.700 1 1.64 124+.900 - 125+.000 1 1.64 126+.200 - 126+.300 1 1.64 JUMLAH 56 91.80 5 8.20 0 0.00
86
Dari Tabel V.25. diatas menunjukan bahwa sebesar 91,80 % (56 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 122+200 s/d 124+300, 8,20 % (5 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan.
Gambar V.11. Kondisi Visual perkerasan lajur B
segmen Padalarang – Pasteur/Baros antara
Sta 121+800 s/d 124+000
87
Gambar V.11. Kondisi Visual perkerasan jalur B
segmen Padalarang – Pasteur/Baros (lanjutan)
antara Sta 121+800 s/d 124+000
Gambar V.12. Kondisi Visual perkerasan jalur B
segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
antara Sta 124+000 s/d 128+600
88
Gambar V.12. Kondisi Visual perkerasan segmen
Pasteur/Baros – Pasirkoja (lanjutan)
antara Sta 124+000 s/d 128+600
89
Gambar V.13. Kondisi Visual perkerasan segmen
Pasteur/Baros – Pasirkoja
antara Sta 184+600 s/d 131+400
Tabel V.26. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur B2
segmen Padalarang – Pasteur/Baros
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1<25.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
121+.500 - 124+.600 31 50.82 124+.700 - 124+.800 1 1.64 124+.900 - 126+.400 15 24.59 126+.600 - 126+.800 2 3.28 126+.900 - 127+.300 4 6.56 127+.400 - 127+.600 2 3.28 124+.600 - 124+.700 1 1.64 124+.800 - 124+.900 1 1.64 126+.400 - 126+.600 2 3.28 126+.800 - 126+.900 1 1.64 127+.300 - 127+.400 1 1.64 JUMLAH 55 90.16 6 9.84 0 0.00
90
Dari Tabel V.26. diatas menunjukan bahwa sebesar 90,16 % (31 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 121+500 s/d 124+600, 9,84 % (6 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan.
Tabel V.27. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur A1
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Dari Tabel V.27. diatas menunjukan bahwa sebesar 84,00 % (42 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 127+700 s/d 129+100, 12,00 % (6 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan, sedangkan 4,00 % (2 titik) diatas batas yang diijinkan.
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1)
Sta E1<25.000 25.000 < E1 <
35.000 E1>35.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
127+.700 - 129+.100 14 28.00 129+.200 - 129+.400 2 4.00 129+.500 - 130+.000 5 10.00 130+.100 - 130+.800 7 14.00 130+.900 - 131+.800 9 18.00 132+.000 - 132+.200 2 4.00 132+.400 - 132+.700 3 6.00 129+.400 - 129+.500 1 2.00 130+.000 - 130+.100 1 2.00 130+.800 - 130+.900 1 2.00 131+.800 - 132+.000 2 4.00 132+.200 - 132+.300 1 2.00 129+.100 - 129+.200 1 2.00132+.300 - 132+.400 1 2.00 JUMLAH 42 84.00 6 12.00 2 4.00
91
Tabel V.28. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur A2 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Dari Tabel V.28. diatas menunjukan bahwa sebesar 80,00 % (40 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 128+100 s/d 129+900, 10,00 % (10 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan.
Tabel V.29. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur B1 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1<25.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
127+.800 - 128+.000 2 4.00 128+.100 - 129+.900 18 36.00 130+.000 - 130+.600 6 12.00 130+.800 - 131+.000 2 4.00 131+.100 - 131+.400 3 6.00 131+.500 - 131+.800 3 6.00 131+.900 - 132+.000 1 2.00 132+.200 - 132+.700 5 10.00 127+.700 - 127+.800 1 2.00 128+.000 - 128+.100 1 2.00 129+.900 - 130+.000 1 2.00 130+.600 - 130+.800 2 4.00 131+.000 - 131+.100 1 2.00 131+.400 - 131+.500 1 2.00 131+.800 - 131+.900 1 2.00 132+.000 - 132+.200 2 4.00 JUMLAH 40 80.00 10 20.00 0 0.00
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1<25.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
127+.700 - 129+.900 23 46.00 130+.000 - 130+.800 8 16.00 130+.900 - 131+.100 2 4.00 131+.200 - 131+.800 6 12.00 131+.900 - 132+.000 1 2.00 132+.100 - 132+.400 3 6.00 129+.900 - 130+.000 1 2.00 130+.800 - 130+.900 1 2.00 131+.100 - 131+.200 1 2.00 131+.800 - 131+.900 1 2.00 132+.000 - 132+.100 1 2.00 132+.400 - 132+.500 1 2.00 132+.500 - 132+.600 1 2.00 JUMLAH 43 86.00 6 12.00 1 2.00
92
Dari Tabel V.29. diatas menunjukan bahwa sebesar 86,00 % (23 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 127+700 s/d 129+900, 12,00 % (6 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan, sedangkan 2,00 % (1 titik) diatas batas yang diijinkan.
Tabel V.30. Rangkuman Modulus Elastisitas E1 (PCC) Lajur B2 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Dari Tabel V.30. diatas menunjukan bahwa sebesar 60,00 % (30 titik) memiliki modulus
elastisitas E1 (PCC) < 25.000 Mpa, hal ini menunjukan bahwa PCC tersebut sudah mengalami
retak retak, baik retak terlihat maupun retak tak terlihat (retak halus) sedangkan jumlah
terbanyak terdapat pada Sta 130+700 s/d 131+700, 36,00 % (18 titik) masih dalam kondisi baik
yaitu masih dalam batas yang diijinkan, sedangkan 4,00 % (2 titik) diatas batas yang diijinkan.
V.3.3. Analisis Umur Sisa Perkerasan
Dengan menjumlahkan beban sumbu kritis untuk tegangan dan regangan maksimum yang
terjadi dari desain beban roda maka dapat ditentukan umur sisa perkerasan. Umur sisa
Kondisi Modulus Elastisitas Lapisan Permukaan PCC (E1) Sta E1<25.000 25.000 < E1 < 35.000 E1<25.000 (km) (titik) (%) (titik) (%) (titik) (%)
127+.800 - 128+.100 3 6.00 128+.200 - 128+.800 6 12.00 129+.100 - 129+.200 1 2.00 129+.400 - 129+.500 1 2.00 129+.800 - 130+.100 3 6.00 130+.400 - 130+.600 2 4.00 130+.700 - 131+.500 8 16.00 131+.600 - 131+.700 1 2.00 131+.800 - 131+.900 1 2.00 132+.000 - 132+.400 4 8.00 127+.700 - 127+.800 1 2.00 128+.100 - 128+.200 1 2.00 128+.800 - 129+.100 3 6.00 129+.200 - 129+.400 2 4.00 129+.600 - 129+.800 2 4.00 130+.100 - 130+.400 3 6.00 130+.600 - 130+.700 1 2.00 131+.500 - 131+.600 1 2.00 131+.900 - 132+.100 2 4.00 132+.400 - 132+.600 2 4.00 129+.500 - 129+.600 1 2.00131+.700 - 131+.800 1 2.00 JUMLAH 30 60.00 18 36.00 2 4.00
93
perkerasan akan menunjukkan bagaimana kondisi perkerasan saat ini, apakah masih
sesuai dengan kondisi rencana. Pada analisis Program ELCON yang dilakukan, diperoleh
umur sisa yang diakibatkan oleh lendutan di tengah pelat yang bisa digunakan untuk
menentukan tebal overlay yang dibutuhkan. Semakin kecil umur sisa perkerasan, akan
diperlukan tebal overlay, yang dibutuhkan yang lebih besar. Hasil analisis umur sisa (residual
life) akibat lendutan di tengah pelat dengan menggunakan Program ELCON ditampilkan pada
gambar-gambar berikut :
Gambar V.14. Umur sisa akibat lendutan (lajur A1)
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.15. Umur sisa akibat lendutan (lajur A2)
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
- 3
2
7
1 2
1 7
2 2
1 2 1 + .6 0 0 1 2 2 + .1 0 0 1 2 2 + .6 0 0 1 2 3 + .1 0 0 1 2 3 + .6 0 0 1 2 4 + .1 0 0 1 2 4 + .6 0 0 1 2 5 + .1 0 0 1 2 5 + .6 0 0 1 2 6 + .1 0 0 1 2 6 + .6 0 0 1 2 7 + .1 0 0 1 2 7 + .6 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 1 + .5 0 0 1 2 2 + .0 0 0 1 2 2 + .5 0 0 1 2 3 + .1 0 0 1 2 3 + .6 0 0 1 2 4 + .2 0 0 1 2 4 + .7 0 0 1 2 5 + .2 0 0 1 2 5 + .7 0 0 1 2 6 + .2 0 0 1 2 6 + .7 0 0 1 2 7 + .2 0 0 1 2 7 + .7 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
94
Gambar V.16. Umur sisa akibat lendutan (lajur B1)
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.17. Umur sisa akibat lendutan (lajur B2)
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.18. Umur sisa akibat lendutan (lajur A1)
segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 1 + .3 0 0 1 2 1 + .9 0 0 1 2 2 + .4 0 0 1 2 3 + .1 0 0 1 2 3 + .6 0 0 1 2 4 + .1 0 0 1 2 4 + .6 0 0 1 2 5 + .1 0 0 1 2 5 + .6 0 0 1 2 6 + .1 0 0 1 2 6 + .6 0 0 1 2 7 + .1 0 0 1 2 7 + .6 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 1 + .5 0 0 1 2 2 + .1 0 0 1 2 2 + .6 0 0 1 2 3 + .2 0 0 1 2 3 + .7 0 0 1 2 4 + .2 0 0 1 2 4 + .7 0 0 1 2 5 + .2 0 0 1 2 5 + .7 0 0 1 2 6 + .2 0 0 1 2 6 + .7 0 0 1 2 7 + .2 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .2 0 0 1 2 8 + .7 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .7 0 0 1 3 0 + .2 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .2 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .2 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
95
Gambar V.19. Umur sisa akibat lendutan (lajur A2)
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Gambar V.20. Umur sisa akibat lendutan (lajur B1)
segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Gambar V.21. Umur sisa akibat lendutan (lajur B2)
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .2 0 0 1 2 8 + .7 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .7 0 0 1 3 0 + .2 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .2 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .2 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .2 0 0 1 2 8 + .7 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .7 0 0 1 3 0 + .2 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .2 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .2 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
0
5
1 0
1 5
2 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .1 0 0 1 2 8 + .6 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .6 0 0 1 3 0 + .1 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .1 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .1 0 0
S ta ( k m )
Um
ur S
isa
(Tah
un)
96
Jika memperhatikan gambar di atas, maka umur sisa perkerasan pada setiap lajur bervariasi
mulai dari umur sisa 0 tahun sampai dengan 20 tahun. Pada Lajur yang mempunyai umur sisa
terendah yaitu 0 tahun, hal ini menggambarkan bahwa kinerja perkerasan sudah tidak
mampu lagi menahan beban lalu lintas.
Sedangkan umur sisa maksimum pada semua lajur adalah di atas 20 tahun, dengan kata lain
bahwa umur perkerasan masih mampu untuk menahan beban lalu lintas sama dengan umur
rencana perkerasan.
V.3.4. Analisis Tebal Lapisan Tambahan (Overlay)
Dalam menentukan tebal lapis tambahan (overlay) didasarkan pada jumlah beban lalu lintas
(ESAL) dan umur sisa (residual life) perkerasan. Kondisi tebal overlay akibat lendutan di tengah
pelat hasil analisis Program ELCON adalah sebagai berikut:
Gambar V.22. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur A1
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.23. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur A2
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
0
5 0
1 0 0
1 5 0
2 0 0
2 5 0
3 0 0
3 5 0
4 0 0
4 5 0
1 2 1 + .6 0 0 1 2 2 + .1 0 0 1 2 2 + .6 0 0 1 2 3 + .1 0 0 1 2 3 + .6 0 0 1 2 4 + .1 0 0 1 2 4 + .6 0 0 1 2 5 + .1 0 0 1 2 5 + .6 0 0 1 2 6 + .1 0 0 1 2 6 + .6 0 0 1 2 7 + .1 0 0 1 2 7 + .6 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
0
5 0
1 0 0
1 5 0
2 0 0
2 5 0
3 0 0
1 6 1 1 1 6 2 1 2 6 3 1 3 6 4 1 4 6 5 1 5 6 6 1
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
97
Gambar V.24. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur B1
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.25. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur B2
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.26. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur A1
segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
1 2 1 + .5 0 0 1 2 2 + .1 0 0 1 2 2 + .6 0 0 1 2 3 + .2 0 0 1 2 3 + .7 0 0 1 2 4 + .2 0 0 1 2 4 + .7 0 0 1 2 5 + .2 0 0 1 2 5 + .7 0 0 1 2 6 + .2 0 0 1 2 6 + .7 0 0 1 2 7 + .2 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
0
5 0
1 0 0
1 5 0
2 0 0
2 5 0
3 0 0
3 5 0
4 0 0
1 2 1 + .3 0 0 1 2 1 + .9 0 0 1 2 2 + .4 0 0 1 2 3 + .1 0 0 1 2 3 + .6 0 0 1 2 4 + .1 0 0 1 2 4 + .6 0 0 1 2 5 + .1 0 0 1 2 5 + .6 0 0 1 2 6 + .1 0 0 1 2 6 + .6 0 0 1 2 7 + .1 0 0 1 2 7 + .6 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .2 0 0 1 2 8 + .7 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .7 0 0 1 3 0 + .2 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .2 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .2 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
98
Gambar V.27. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur A2
segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Gambar V.28. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur B1
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Gambar V.29. Tebal lapis tambahan (overlay)- lajur B2
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
0
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .2 0 0 1 2 8 + .7 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .7 0 0 1 3 0 + .2 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .2 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .2 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .2 0 0 1 2 8 + .7 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .7 0 0 1 3 0 + .2 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .2 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .2 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
0
5 0
1 0 0
1 5 0
2 0 0
2 5 0
3 0 0
3 5 0
1 2 7 + .7 0 0 1 2 8 + .1 0 0 1 2 8 + .6 0 0 1 2 9 + .2 0 0 1 2 9 + .6 0 0 1 3 0 + .1 0 0 1 3 0 + .7 0 0 1 3 1 + .1 0 0 1 3 1 + .7 0 0 1 3 2 + .1 0 0
S ta ( k m )
Ove
rlay
(mm
)
99
Tabel V.31. Perbandingan tebal overlay segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Titik Sta Tebal Overlay Tiap Lajur Lajur A1 Lajur A2 Lajur B1 Lajur B2 1 121+.600 0 74 442 3052 121+.700 116 50 424 1863 121+.800 127 39 482 1854 121+.900 131 71 454 3265 122+.000 96 0 497 2616 122+.100 60 73 557 2627 122+.200 94 0 340 2378 122+.300 81 0 485 3229 122+.400 0 70 489 325
10 122+.500 59 27 484 23011 122+.600 50 0 432 25512 122+.700 135 0 497 32013 122+.800 0 17 346 32014 122+.900 134 8 459 28415 123+.000 125 0 575 31516 123+.100 81 0 481 34217 123+.200 104 34 480 31918 123+.300 135 0 437 27619 123+.400 97 0 434 25720 123+.500 9 0 395 21721 123+.600 92 70 435 31422 123+.700 77 0 457 20023 123+.800 34 0 484 21724 123+.900 81 0 487 20525 124+.000 137 0 650 25926 124+.100 195 0 479 37727 124+.200 13 6 441 30528 124+.300 0 0 411 32929 124+.400 0 32 366 18630 124+.500 100 16 382 31431 124+.600 0 69 369 29232 124+.700 0 0 482 15233 124+.800 20 65 455 23134 124+.900 46 0 360 32635 125+.000 0 75 620 12236 125+.100 120 0 430 29737 125+.200 114 0 446 19438 125+.300 104 222 495 26639 125+.400 82 67 495 29040 125+.500 121 71 435 32941 125+.600 104 0 476 30042 125+.700 133 74 449 20243 125+.800 0 74 412 29644 125+.900 99 0 415 26645 126+.000 106 0 542 292
100
Tabel V.31. Perbandingan tebal overlay segmen Padalarang - Pasteur/Baros (lanjutan)
Dari Tabel V.31 di atas, tidak semua lajur perlu dilakukan overlay terutama pada Jalur A
(124+300-124+400, 124+700-124+800, 126+500-126+600, 126+800-126+900, 127+000-
127+100, 127+300-127+500), Pada Lajur A1 dan Lajur A2 diperlukan tebal overlay lebih kecil
dibandingkan dengan tebal overlay yang diperlukan pada Lajur Bl dan Lajur B2, karena pada
A1 dan Lajur A2 menerima beban lalu lintas lebih kecil dibandingkan dengan Lajur Bl dan
Lajur B2 hal ini dapat dilihat dari nilai kumulatif ESAL. Tebal overlay maksimum yang
diperlukan adalah 762 mm yaitu pada Lajur B1 (127+000-127+100) dan sepanjang Segmen
Lajur B1 memerlukan tebal overlay maksimum yang lebih besar dibandingkan
lajur-lajur lainnya.
Titik Sta Tebal Overlay Tiap Lajur Lajur A1 Lajur A2 Lajur B1 Lajur B2
46 126+.100 6 0 431 370 47 126+.200 14 0 309 320 48 126+.300 46 75 395 240 49 126+.400 60 0 422 310 50 126+.500 0 0 472 281 51 126+.600 65 0 485 170 52 126+.700 136 35 444 256 53 126+.800 0 0 459 277 54 126+.900 101 0 446 229 55 127+.000 0 0 762 116 56 127+.100 41 0 440 221 57 127+.200 0 48 497 276 58 127+.300 0 0 431 195 59 127+.400 0 0 432 139 60 127+.500 99 0 489 297 61 127+.600 116 40 431 204
Lendutan Rata - Rata 65.02 21.33 466.80 266.77
Jumlah Titik (d) 61 61 61 61
Standar Deviasi (S) 52.80 39.02 71.51 60.55 Dwakil 153.75 88.62 576.43 361.70
Penanganan Khusus 1 1 3 2
101
Gambar V.30. Tebal lapis tambahan (overlay) Jalur A segmen Padalarang - Pasteur/Baros
101
Gambar Overlay Lajur A1, A2 dan wakil A1&A2
0
50
100
150
200
250
121+.600 122+.100 122+.600 123+.100 123+.600 124+.100 124+.600 125+.100 125+.600 126+.100 126+.600 127+.100 127+.600Sta (Km)
Teba
l Ove
rlay
(mm
)
Lajur A1Lajur A2
102
Gambar V.31. Tebal lapis tambahan (overlay) Jalur B segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar Overlay Lajur B1 dan B2
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
121+.600 122+.100 122+.600 123+.100 123+.600 124+.100 124+.600 125+.100 125+.600 126+.100 126+.600 127+.100 127+.600Sta (km)
Teba
l Ove
rlay
(mm
)
Lajur B1Lajur B2
102
103
Tabel V.32. Perbandingan tebal overlay segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja
Titik Sta Tebal Overlay Tiap Lajur Lajur A1 Lajur A2 Lajur B1 Lajur B2 1 127+.700 134 0 444 2362 127+.800 59 67 442 793 127+.900 139 66 447 2794 128+.000 129 62 440 2765 128+.100 149 0 660 1846 128+.200 126 5 451 1367 128+.300 124 56 325 1118 128+.400 61 67 422 1979 128+.500 106 30 444 22610 128+.600 139 18 454 28711 128+.700 135 0 452 20612 128+.800 99 0 415 26913 128+.900 20 36 415 11614 129+.000 66 0 437 12615 129+.100 16 0 452 9116 129+.200 0 0 425 15717 129+.300 132 0 419 12718 129+.400 63 11 450 13119 129+.500 0 0 396 19720 129+.600 24 0 385 3921 129+.700 29 0 356 10222 129+.800 19 0 385 10723 129+.900 17 0 417 19524 130+.000 527 0 292 29525 130+.100 0 5 681 20026 130+.200 15 0 452 8527 130+.300 64 40 409 9728 130+.400 94 0 414 12629 130+.500 0 0 402 29230 130+.600 10 11 337 21231 130+.700 0 0 435 13232 130+.800 110 0 444 29433 130+.900 0 0 310 27634 131+.000 133 0 296 28235 131+.100 277 0 385 25736 131+.200 0 0 305 31437 131+.300 77 0 340 27138 131+.400 70 42 392 29539 131+.500 0 0 362 27740 131+.600 37 0 400 7041 131+.700 80 0 376 15142 131+.800 25 0 275 6143 131+.900 0 0 361 16644 132+.000 0 0 365 8745 132+.100 50 0 297 99
104
Tabel V.32. Perbandingan tebal overlay segmen Pasteur/Baros – Pasirkoja (lanjutan)
Dari Tabel V.32. di atas, tidak semua lajur perlu dilakukan overlay terutama pada Jalur A
(129+200-129+300, 130+500-130+600, 130+700-130+800, 130+900-131+000, 131+200-
131+300, 131+500-131+600, 131+900-132+100, 132+200-132+400), Pada Lajur A1 dan Lajur
A2 diperlukan tebal overlay lebih kecil dibandingkan dengan tebal overlay yang diperlukan pada
Lajur Bl dan Lajur B2, karena pada Lajur A1 dan Lajur A2 menerima beban lalu lintas lebih
kecil dibandingkan dengan Lajur Bl dan Lajur B2, hal ini dapat dilihat dari nilai kumulatif
ESAL. Tebal overlay maksimum yang diperlukan adalah 681 mm yaitu pada Lajur B1
(130+100-130+200) dan sepanjang Segmen Lajur B1 memerlukan tebal overlay
maksimum yang lebih besar dibandingkan lajur-lajur lainnya.
Titik Sta Tebal Overlay Tiap Lajur Lajur A1 Lajur A2 Lajur B1 Lajur B2
46 132+.200 0 0 342 13247 132+.300 0 0 357 19148 132+.400 37 0 446 24249 132+.500 29 44 316 9650 132+.600 31 39 202 240
Lendutan Rata-Rata 69.04 11.98 398.52 182.28Standar Deviasi (S) 88.72 21.56 80.70 79.40
Dwakil 214.54 47.33 530.87 312.50Penanganan
Khusus 2 5 49 49
105
Gambar V.32. Tebal lapis tambahan (overlay) Jalur A segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Gambar Overlay Lajur A1 dan A2
0
100
200
300
400
500
600
127+.700 128+.200 128+.700 129+.200 129+.700 130+.200 130+.700 131+.200 131+.700 132+.200Sta (km)
Teba
l Ove
rlay
(mm
)
Lajur A1Lajur A2
105
106
Gambar V.33. Tebal lapis tambahan (overlay) Jalur B segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Gambar Overlay Lajur B1 dan B2
0
100
200
300
400
500
600
700
800
127+.700 128+.200 128+.700 129+.200 129+.700 130+.200 130+.700 131+.200 131+.700 132+.200Sta (km)
Teba
l Ove
rlay
(mm
)
Lajur B1Lajur B2
106
107
Dari hasil analisis Program ELCON pada titik-titik tertentu diperoleh ketebalan overlay yang
cukup besar, hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan overlay
harus dilakukan penelitian dan penanganan khusus sehingga dapat ditentukan penanganan yang
harus dilakukan. Pekerjaan yang mungkin dilakukan sebelum dilakukan overlay, antara lain:
• Dilakukan pembongkaran struktur perkerasan dan diganti perkerasan baru apabila sudah
terjadi retak yang sangat parah dan terjadi penurunan yang cukup tinggi.
• Dilakukan grouting apabila terjadi rongga di bawah lapisan perkerasan.
• Dilakukan grouting pada perkerasan yang sudah terjadi retak yang cukup besar.
• Dilakukan penambalan pada perkerasan yang terjadi spalling dan lubang, perbaikan joint
sealent atau pekerjaan lain yang mungkin harus dilakukan.
Dalam berbagai literatur bahwa ketebalan lapis tambahan (overlay) perkerasan lentur yang
diletakkan langsung di atas perkerasan kaku dianjurkan minimum 100 mm. Apabila ketebalan
lapis tambahan cukup tebal yaitu lebih dari 180 mm, maka struktur lapis tambahan dapat
menggunakan lapisan peredam retak sebagai berikut:
• Aspal beton gradasi rapat sebagai lapisan aus
• Aspal beton gradasi rapat sebagai lapisan perata
• Lapis aspal beton sebagai lapisan peredam retak
Sedangkan untuk ketebalan lapis tambahan (overlay) perkerasan lentur di atas perkerasan kaku
yang sudah dilakukan overlay, tetapi bertujuan untuk perbaikan kekesatan dan leveling maka
perkerasan lama dianggap sebagai perkerasan kaku Ketebalan lapis tambahan (overlay) yang
dianjurkan minimum 100 mm.
Dengan melihat besaran ketebalan overlay yang diperlukan pada Jalur A dan Jalur B untuk
segmen padalarang – Pasteur/Baros dan Pasteur – Pasirkoja seperti pada Tabel V.31. dan
Tabel.V.32. maka dengan pertimbangan efisiensi, kemudahan pengerjaan dan jumlah titik yang
tidak memerlukan overlay dihitung tebal overlay yang mewakili tiap jalur sebagai berikut :
108
Tabel V.33. Tebal overlay yang mewakili lajur A1 segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Tabel V.34. Tebal overlay yang mewakili lajur A2 segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Tabel V.35. Tebal overlay yang mewakili lajur B1
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Tabel V.36. Tebal overlay yang mewakili lajur B2
segmen Padalarang - Pasteur/Baros
Tebal overlay pada lajur A1 diwakili oleh tebal overlay 153,75 mm dengan mengasumsikan
pengambilan sample nilai Probabilitas 95% , sedangkan Tebal overlay pada lajur A2 diwakili
oleh tebal overlay 88,62 mm dengan mengasumsikan pengambilan sample nilai Probabilitas
95%, untuk efisiensi dan menyamakan dengan lajur A1 maka wakil 2 yang digunakan dalam
pengambilan sample untuk lajur A2 yaitu sebesar 153,75 mm dengan asumsi mengambil nilai
tebal overlay yang maksimum yaitu pada lajur A1 dimana pada lajur ini sering digunakan oleh
kendaraan berat.
Sedangkan pada lajur B1 Tebal overlay pada lajur B1 diwakili oleh tebal overlay 576,43 mm
dengan mengasumsikan pengambilan sample nilai Probabilitas 95%, karena nilai tersebut besar
(576,43 mm > 180 mm), guna meningkatkan efisiensi, kemudahan pelaksanaan, nilai ekonomis
maka pada lajur B1 perlu dilakukan penanganan khusus, karena umur rencana kumulatif ESAL
pada lajur ini telah habis sebelum tahun rencana (tahun 2010)
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 195,0 0,00 65,02 153,75
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 222 0,00 21,33 88,62
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 762,00 309,00 459.15 576,43
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 377,00 116,00 262,39 361,70
109
Hal yang sama juga pada lajur B2 Tebal overlay pada lajur B2 diwakili oleh tebal overlay
361,70 mm dengan mengasumsikan pengambilan sample nilai Probabilitas 95%, karena nilai
tersebut besar (361,70 mm > 180 mm), guna meningkatkan efisiensi, kemudahan pelaksanaan,
nilai ekonomis maka pada lajur B2 perlu dilakukan penanganan khusus, karena umur rencana
kumulatif ESAL pada lajur ini telah habis sebelum tahun rencana (tahun 2010)
Tabel V.37. Tebal overlay yang mewakili lajur A1 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Tabel V.38. Tebal overlay yang mewakili lajur A2 segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Tabel V.39. Tebal overlay yang mewakili lajur B1
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Tabel V.40. Tebal overlay yang mewakili lajur B2
segmen Pasteur/Baros - Pasirkoja
Tebal overlay pada lajur A1 diwakili oleh tebal overlay 214,54 mm dengan mengasumsikan
pengambilan sample nilai Probabilitas 95%, sedangkan Tebal overlay pada lajur A2 diwakili
oleh tebal overlay 47,33 mm dengan mengasumsikan pengambilan sample nilai Probabilitas
95%, untuk efisiensi dan menyamakan dengan lajur A1 maka yang digunakan dalam
pengambilan sample untuk adalah lajur A2 yaitu sebesar 214,54 mm dengan asumsi mengambil
nilai tebal overlay yang maksimum yaitu pada lajur A1 dimana pada lajur ini sering digunakan
oleh kendaraan berat.
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 527,00 0,00 69,04 214,54
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 67,00 0,00 11,98 47,33
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 681,00 202,00 398,52 530,87
Tebal Overlay (mm) STA S/D STA Maks Min Rata-Rata Prob. 95%
121+600 s/d 127+600 314,00 39,00 182,28 312,50
110
Sedangkan pada lajur B1 Tebal overlay pada lajur B1 diwakili oleh tebal overlay 530,87 mm
dengan mengasumsikan pengambilan sample nilai Probabilitas 95%, karena nilai tersebut besar
(530,87mm), guna meningkatkan efisiensi, kemudahan pelaksanaan, nilai ekonomis maka pada
lajur B1 perlu dilakukan penanganan khusus, karena umur rencana kumulatif ESAL pada lajur
ini telah habis sebelum tahun rencana (tahun 2010) .
Hal yang sama juga pada lajur B2 Tebal overlay pada lajur B2 diwakili oleh tebal overlay
312,50 mm dengan mengasumsikan pengambilan sample nilai Probabilitas 95%, karena nilai
tersebut besar (312,50 mm > 180 mm), guna meningkatkan efisiensi, kemudahan pelaksanaan,
nilai ekonomis maka pada lajur B2 perlu dilakukan penanganan khusus, karena umur rencana
kumulatif ESAL pada lajur ini telah habis sebelum tahun rencana (tahun 2010)
Tabel V.41. Rangkuman tebal overlay yang direncanakan
Gambar V.34. Tebal lapis tambahan (overlay) Jalur A
Padalarang - Pasteur/Baros
Gambar V.35. Tebal lapis tambahan (overlay) Jalur A
Pasteur/Baros-Pasirkoja
Ruas Tebal Overlay
Lajur A1
Lajur A2
Lajur B1
Lajur B2
Padalarang - Pasteur/Baros 153,75 88,62 576,43 361,70 Pasteur/Baros - Pasirkoja 214,54 47,33 530,87 312,50
111
Gambar V.36. Tebal lapis tambahan (overlay) Lajur A Padalarang - Pasteur/Baros dan wakil Tebal lapis tambahan (overlay) Lajur A
111
0
50
100
150
200
250
121+.600 122+.100 122+.600 123+.100 123+.600 124+.100 124+.600 125+.100 125+.600 126+.100 126+.600 127+.100 127+.600
Sta (Km)
Teba
l Tam
baha
n (m
m)
Lajur A1Lajur A2Wakil A1 & A2
112
Gambar V.37. Tebal lapis tambahan (overlay) Lajur A Pasteur/Baros - Pasirkoja dan wakil Tebal lapis tambahan (overlay) Lajur A
112
0
100
200
300
400
500
600
127+.700 128+.200 128+.700 129+.200 129+.700 130+.200 130+.700 131+.200 131+.700 132+.20
Sta (km)
Teba
l Tam
baha
n (m
m)
Lajur A1Lajur A2Wakil A