bab piston

Upload: muhamad-richard-menarizki

Post on 29-Oct-2015

202 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan metrologi bab piston

TRANSCRIPT

BAB IIIPENGUKURAN KEBULATAN PISTON3.1. DASAR TEORI KEBULATAN PISTON3.1.1. Pengertian Pengukuran Kebulatan

Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan ketidakbulatan.Pengukuran kebulatan merupakan salah satu pengukuran yang ditunjukan untuk memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah suatu benda benar-benar bulat atau tidak jika dilihat secara teliti dengan menggunakan alat ukur.

Benda bulat dalam pemanfaatanya biasanya digunakan secara berpasangan yaitu sebagai lubang atau poros. Terutama jika digunakan sebagai komponen mesin. Oleh sebab itu poros dan lubang hatus memiliki suain yang tepat agar dapat dipasangkan untuk dapat melaksanakan fungsinya.

Pada suatu batang bulat yang dikerjakan pada suatu mesin bubut atau lubang yang dikerjakan pada suatu mesin bor telah diperhitungkan cara pengerjaanya, tetapi tidak umum kebulatan benda tersebut diukur atau diperiksa karena dianggap bahwa alat-alat perkakas mesin yang digunakan dapat menghasilkan suatu benda kerja pada derajat ketelitian yang dibutuhkan atau diinginkan.

Suatu benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam setiap tempat punya perbedaan jari jari. Dengan menggunakan alat dial indicator pada benda ukur poros hasil proses bubut/plat bulat, serta alat bantu V block dan dial stand kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa kebulatan benda tersebut. Dial Indicator dapat digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan pronsip yang sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatanya. Dengan menetapkan satu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol) kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebulatan benda dan seberapa besar nilainya. (Taufiq Rochim, 2001) Simbol Pengukuran Kebulatan :

Gambar 3.1. Simbol KebulatanAdapun contoh penggunaan simbol pada gambar

Gambar 3.2. Contoh aplikasi simbol kebulatan dalam gambar teknik(Mechanical Engineering Drawing. Dr. A. Tolga Bozdana, 2004)0b/cd

Atau

0e/f

Keterangan:

O = Simbol toleransi dari karakter produk (O) = kebulatan

b = Tolernsi yang diperbolehkan

c = Panjang bahan yang terkena toleransi

d = Benda / posisi acuan

e = Toleransi umum

f = Toleransi khusus (hanya untuk bagian tertentu)

3.1.2. Pengertian PistonSilinder liner (piston) adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi dan pembakaran akan dihasilkan tekanan dan temperatur gas yang tinggi, sehingga untuk mencegah kebocoran kompresi ini maka pada piston dipasang cincin untuk memperkecil celah antara dinding silinder liner dengan piston.Piston yang bergerak bolak-balik mengakibatkan keausan pada dinding silinder liner bagian dalam, hal ini akan menimbulkan penambahan kelongggaran antara torak dan silinder, sehingga dapat menyebabkan kebocoran gas, tekanan kompresi berkurang dan tenaga yang dihasilkan juga berkurang. Agar keausan silinder tidak terlalu banyak maka diupayakan bahan yang digunakan tahanan aus dan juga tahan terhadap panas. Bahan untuk silinder liner sebaiknya dipakai besi cor kelabu (Tri Tjahjono, 2005).3.1.3. Jenis-Jenis Piston1.Split pistonPada piston tipe ini terdapat alur dibagian luar yang segaris dengan lubang pin piston. Biasanya alurnya berbentuk setengah bulat atau model U.Gambar 3.3. Simbol Kebulatan

2. Slipper pistonPiston tipe ini memiliki coakan pada bagian bawah badan piston. Adapun tujuan pembuatan coakan ini adalah untuk memperendek langkah piston sehingga dapat dihasilkan mesin dengan perbandingan kompresi yang tinggi serta dengan ketinggian mesin yang lebih pendek.

Gambar 3.4. Simbol Kebulatan

3. Authothermic pistonPada piston ini terdapat sebuah kawat baja yang berupa ring, yang mana kawat ini berfungsi untuk menyerap panas pada bagian kepala piston, sehingga pemuaian yang berlebihan pada piston dapat dihindari.

Gambar 3.5. Simbol Kebulatan

4. Oval pistonPiston jenis ini memiliki bentuk oval , sehingga ketika mesin telah hidup dan panas mesin sudah mulai mencapai suhu kerja, maka piston ini akan mengalami perubahan sehingga menjadi bulat benar. Pembuatan bagian oval ini lah yang akan menyerap panas di piston agar tidak terjadi pemuaian piston yang berlebihan sehingga piston dapat terkancing atau menggesek dinding silinder blok.

Gambar 3.6. Simbol Kebulatan

(Sumber: nakpakewa.blogspot.com/2013/02/jenis-jenis-piston.html)3.1.4. Fungsi Piston

Piston mengubah energi dari gas memperluas menjadi energi mekanik. Piston bergerak linier di dalam silinder. Piston pada umumnya terbuat dari paduan besi cor atau aluminium. Untuk mencegah gas pembakaran dari melewati piston dan untuk menjaga gesekan seminimal mungkin, masing-masing piston memiliki beberapa cincin logam di sekitarnya, seperti yang digambarkan oleh Gambar di bawah. Cincin ini berfungsi sebagai segel antara piston dan dinding silinder dan juga bertindak untuk mengurangi gesekan dengan meminimalkan bidang kontak antara piston dan dinding silinder. Cincin biasanya terbuat dari besi cor dan dilapisi dengan krom atau molybdenum.

Gambar 3.7. Simbol Kebulatan

Piston mesin diesel yang paling memiliki beberapa cincin, biasanya 2 sampai 5, dengan masing-masing cincin melakukan fungsi yang berbeda. Bagian atas cincin (s) bertindak terutama sebagai segel tekanan. Intermediate cincin (s) bertindak sebagai cincin wiper untuk menghapus dan mengendalikan jumlah film oli di dinding silinder. Cincin bagian bawah (s) adalah sebuah cincin tanker dan memastikan bahwa pasokan minyak pelumas secara merata diendapkan pada dinding silinder

(sumber: http://constructionmechanical-engineering.blogspot.com/2010/01/what-is-function-of-piston.html)

3.1.5. Material yang Digunakan dalam Pembuatan Piston

Besi cor kelabu atau paduan aluminium adalah material yang digunakan pada piston. Material ini memiliki sifat mampu cor yang sangat baik sehingga untuk memproduksinya dapat dilakukan dengan berbagai proses pengecoran. Bentuk silinder liner adalah bentuk silindris berongga, apabila pembuatannya dilakukan dengan cara pengecoran statik pada cetakan pasir maka diperlukan cetakan pasir untuk membentuk bagian luar silinder liner dan inti untuk membentuk bagian dalam silinder liner (rongga). Untuk mengalirkan logam cair ke dalam cetakan dibuat sistim saluran seperti cawan tuang, saluran turun pengalir, saluran masuk, dan riser.

Pengaturan komposisi bahan pada tanur kupola sulit dilakukan karena pada proses peleburan berlangsung, material yang mempunyai titik lebur yang lebih rendah akan mencair terlebih dahulu dan material yang mempunyai titik cair yang lebih tinggi mencair belakangan, sehingga ketika pengeluaran cairan logam dari tanur (tapping) dilakukan, komposisinya dapat berubah dari tapping yang pertama ke tapping selanjutnya.

Komposisi dari logam cair juga dapat berubah karena tanur kupola menggunakan bahan bakar kokas karena bahan bakar ini bersentuhan langsung dengan logam cair, sehingga dapat terjadi penambahan karbon pada logam cair akibat pemakaian kokas tersebut (Tata Surdia, 1975).

3.1.6. Proses Pembuatan PistonProses pengecoran merupakan proses yang sering dijumpai dalam pembuatan piston. Proses pengecoran dengan pasir memiliki laju pembekuan yang tergolong lambat sehingga karakteristik silinder liner yang dihasilkan cenderung memiliki butiran yang kasar yang mengakibatkan kuat tarik dan kekerasan coran yang relatif rendah. Selain itu pada pengecoran statik dengan cetakan pasir sering terjadi rongga penyusutan dalam (internal sringkage) dan pengotor bukan logam (non metallic inclusions) terdapat pada coran.

Adapun proses pengecoran sentrifugal, yaitu dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke dalam cetakan yang berputar sehingga dihasilkan coran yang mampat dan relatif bebas dari cacat coran akibat gaya sentrifugal. Berkenaan dengan itu maka pengecoran sentrifugal cocok digunakan untuk membuat coran yang berbentuk silinder. Penggunaan yang luas dari pengecoran sentrifugal adalah berdasarkan pada produktifitas yang tinggi, penggunaan ruangan yang kecil, kemungkinan pengecoran masa produksi dengan ketelitian dan kualitas yang baik dan murah.

Pada pengecoran sentrifugal perlu mengadakan penelitian dalam bentuk coran yang dapat dibuat, bagaimana menurunkan biaya, untuk membuat cetakan logam dan cara-cara penuangan (kecepatan putar, kecepatan tuang dan temperatur) dalam usaha untuk mencegah segregasi paduan atau inklusi bukan logam dan cacat coran lainnya (Tata Surdia, 1975).

3.1.7. Dimensi Utama pada PistonPiston adalah komponen yang relatif rumit untuk diukur karena adanya kemungkinan bentuk oval dan perubahan bentuk yang dihasilkan ketika sedang dipanaskan. Adapun bagian utama yang merupakan dimensi utama pula pada piston, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.8. Simbol Kebulatan

Keterangan:

1. Kepala piston2. Skirt Piston

3. Top Land4. Daerah ring piston5. Ketinggian Kompresi

6. Ketinggian Piston

3.2. TUJUAN PRAKTIKUM PENGUKURAN KEBULATAN PISTON3.1.1. Tujuan Umum

a. Mengetahui teknik/cara mengukur kebulatan.

b. Mampu untuk menganalisis grafik hasil pengukuran kebulatan

3.1.2. Tujuan Khusus

a. Mampu menentukan harga parameter permukaan.

b. Mampu menganalisa data hasil pengukuran kebulatan.3.3. PERALATAN DAN BENDA UKUR3.1.1. Alat Ukur Praktikum dan Gambarnya

Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran kebulatan yaitu:a. Dial IndikatorSecara umum dial indicator merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa kerataan permukaan dari benda kerja. Bentuk dari dial indicator menyerupai arloji dan ada jarum yang akan menunjukkan angka tertentu pada sudut melakukan pemeriksaan kerataan benda kerja.dial indicator memiliki ketelitian 0,002 atau 0,01 mm atau 0,001 inchi.

Gambar 3.9. Dial Indicator (sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/dialindicator)Sebelum digunakan, alat perlu dilakukan pengkalibrasian alat dengan cara memposisikan jarum penunjuk angka pada posisi angka nol.

Ada 2 type dial indicator yaitu :1. The balanced type dial indicator

2. The continous type dial indicator

Yang membedakan dari kedua alat ini adalah jika pada posisi seimbang, angka pada dial indicator ada yang searah jarum jam dan ada yang berlawanan arah jarum jam, sedangkan pada contraous, dial indicator hanya searah jarum jam saja.

Dial Test Indikator mempunyai bagian-bagian terpenting yang satu dengan lainnya saling berhubungan. Adapun bagian-bagian yang terdapat pada suatu Dial Test Indikator adalah:

Jarum penunjuk yang gunanya adalah untuk menunjukkan skala pengukuran yang terdapat pada piringan skala pengukuran (dial). Jarum ini dapat bergerak ke kanan (searah dengan jarum jam) atau ke kiri (berlawanan dengan jarum jam) dari garis skala nol, dimana apabila jarum bergerak ke arah kanan pembacaan skalanya adalah positif (+) dan bergerak ke arah kiri pembacaannya adalah negative (-). Juga jarum penunjuk dapat bergerak satu keliling atau lebih ke arah kanan atau kiri dari garis skala garis nol.

Skala pengukur (dial) terdapat pada piringan Dial Test Indikator yang terdiri dari garis-garis skala yang dibagi sama besar jaraknya, di mana setiap 5 pembagian (5 division) atau 10 pembagian skala diberi tanda dengan angka pembacaan sampai lingkaran kemudian pembacaan lingkaran kembali pada pembacaan skala nol, misalnya dari 0, 10, 20, 50, 40, 30, ..0 (pembacaan skala 1 lingkaran penuh).

Ring penyetel yang gunanya adalah untuk menyetel kedudukan dari piringan skala pengukur menurut angka yang diinginkan pada jarum penunjuk dan dianjurkan setiap penyetelan piring skala pengukur dilakukan kedudukannya pada skala nol, sehingga memudahkan pembacaan selanjutnya. Juga ring penyetel ini diperlengkapi dengan ulir pengikat dikeraskan (dikunci) sehingga ring penyetel tidak dapat bergerak (tidak berubah kedudukannya) pada waktu pengukuran dilakukan.

Torak yang terdapat pada bagian sebelah bawah Dial Test Indikator yang dapat bergerak ke luar atau bergerak ke dalam, di mana pada waktu ditekankan pada benda kerja yang akan diukur maka torak bergerak ke dalam dan apabila tidak melakukan penyentuhan (kurang penyentuhan dari penyetelan semula) maka torak akan bergerak ke luar. Apabila torak bergerak ke dalam (masuk) maka jarum penunjuk akan bergerak ke arah kanan (+) dan apabila torak bergerak ke luar maka jarum penunjuk akan bergerak ke arah kiri (-), sehingga torak juga berguna untuk menggerakkan jarum penunjuk ke arah kanan atau kiri.Pada umumnya suatu Dial Test Indikator ditempatkan atau diikatkan pada suatu peralatan pendukung yang terdiri dari suatu batang bulat (silinder) dan batang ini ditegakkan atau didukung oleh suatu blok dasar persegi. Jadi dengan penjelasan di atas nyatalah bahwa gerakan dari torak indikator sedemikian halus (kecilnya) dan gerakan dari torak berhubungan dengan gerakan (perputaran) jarum menunjuk melalui suatu mekanik (perlengkapan roda-roda kecil yang berukuran kecil), di mana dalam seluruh aparat DTI yang hanya bergerak sewaktu dilakukan pengukuran adalah hanya torak saja dan setiap gerakan yang terjadi pada perlengkapan lain yang berhubungan dengan torak dapat menyebabkan suatu kesalahan dalam pembacaan skala atau kesalahan dalam pengukuran.(sumber: Syamsul Arifin. 1981)b. Dial stand Dial stand merupakan alat bantu dalam proses pengukuran kebulatan benda. Dial stand adalah penjepit atau dudukan yang digunakan untuk menopang dial indicator ketika digunakan untuk mengukur. Bentuk dial stand berupa batang penyangga, lengan penopang dan alas.

Gambar 6.5 Dial Stand

c. Blok V Digunakan sebagai tempat benda silinder atau kebulatan atau benda kerja yang akan diukur untuk memudahkan dalam proses pengukuran ketika benda diputar dengan menggunakan tangan. Adapun bentuk V blok menyerupai bentuk huruf V

Gambar 6.4 V Block

(Sumber: Lab Metrologi & KK Teknik Mesin UNDIP)

3.1.2. Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur Dial IndicatorCara kerja dari dial indicator yaitu dengan meletakkannya diatas meja (surface plate) yang ada magnetnya. Dial indicator diset pada permukaan benda kerja, kemudian benda kerja itu digeser atau diputar, maka jarum pada dial indikator akan menunjukkan angka sebagai tanda adanya penyimpangan pada benda kerja yaitu rata tidaknya benda (menunjukkan tingkat kerataan / silindris). Dial indicator adalah alat yang cukup presisi dan harus digunakan secara hati-hati.Prinsip kerja dial indikator adalah secara mekanis, di mana gerakan linier dari sensor diubah menjadi gerakan putaran dari jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi.Kecermatan pembacaan skala adalah 0,01, 0,005 atau 0,002 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda, misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas ukur yang besar biasanya dilengkapi dengan jam kecil pada piringan jam yang besar, di mana satu putaran penuh dari jarum yang besar adalah sesuai dengan satu angka dari jam yang kecil. Pada pinggir piringan ada kalanya dilengkapi dengan dua tanda pembatas yang dapat diatur kedudukannya yang menyatakan batas atas dan bawah dari daerah toleransi suatu produk yang hendak diperiksa. Selain dari pada itu piringan skala juga dapat diputar untuk mengatur posisi nol sewaktu pengukuran dimulai.Dalam pemakaian jam ukur biasanya dipasangkan dial stand. Tinggi sensor disesuaikan dengan tinggi nominal/ukuran dasar dari produk yang akan diperiksa dimensinya dengan bantuan blok ukur (pengaturan posisi nol). Setelah dua tanda pembatas pada jam ukur diatur posisinya sesuai dengan besar daerah toleransi produk, maka pemeriksaan geometris dari produk dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Benda silindris dapat diperiksa keselindrisannya ataupun kebulatannya dengan jam ukur, dalam hal ini benda ukur harus diletakkan di atas blok V. Dalam proses produksi, jam ukur dapat dipasang pada mesin perkakas pada tempat dan posisi tertentu sedemikian rupa sehingga pada saat proses pemesinan (bubt, freis, gerinda, dan sebagainya) hampir berakhir maka melalui jam ukur gerakan perkakas potong relatif terhadap benda kerja dapat dibaca oleh operator sehingga proses pemesinan dapat dihentikan tepat pada saatnya. V-BlokPenggunaan V Block dalam membantu proses pengukuran kebulatan sangatlah mudah. V Block kita letakkan pada permukaan yang datar kemudian benda kerja kita letakkan pada V Block tersebut. Meletakkan benda ukur pada V Block bertujuan untuk mrmpermudah kita dalam memutar benda kerja untuk mencari besar nilai kebulatannya. (Taufiq Rochim, 1988)3.1.3. Gambar Benda Kerja Pengukuran Kebulatan

Gambar 6.6 Benda Ukur Berupa Piston dan slinder berongga

(Sumber: Lab Metrologi & KK Teknik Mesin UNDIP)

3.1.4. Prosedur Setting NolProsedur setting nol pada pengukuran kebulatan adalah:

1. Meletakkan benda ukur pada V-Block

2. Meletakkan titik penyentuh torak pada benda ukur/plat bulat hingga jarum dial indikator menyimpang.

3. Memutar ring penyetel sehingga jarum penunjuk menunjukkan angka skala pengukur (dial) nol,

4. Memutar/mengencangkan ulir pengikat ring agar posisi nol tidak berubah.3.1.5. Prosedur Pengukuran KebulatanPengukuran Kebulatan dengan Dial Indikator.

1. Persiapkan dial indikator, dial stand dan blok V.

2. Pasang dial indikator pada dial stand.

3. Beri tanda garis sebanyak 12 garis di sekeliling benda ukur.

4. Letakkan benda ukur pada blok V.

5. Atur posisi sensor dial indikator hingga menyentuh permukaan benda ukur tepat pada posisi gria 1.

6. Pasang stopper dibelakang benda ukur yang ditumpukan pada kolom dial stand agar pengukuran bisa segaris.

7. Atur ketinggian jam ukur dial indikator yaitu setengah daerah meksimum jam ukur, sehingga mencukupi untuk penyimpangan ke kiri dan ke kanan dengan menaikkan dan menurunkan lengan pemegang jam ukur, kemudian lakukan setting nol.

8. Putar bnda ukur searah jarum jam ke posisi garis nomer 2. Lihat penunjuk skala pada dial indikator.

9. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3.1 bagian A nomor 2. Nomor satunya adalah 0 karena setting nol dilakukan pada garis 1.

10. Lakukan proses pengukuran untuk garis berikutnya himgga posisi nomor 12.

11. Setelah garis 12 selesai diukur, putar benda ukur keposisi garis nomor 1. Lihat penunjuk skala pada dial indikator.

12. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja 3.1 pada bagian B nomor 1.

13. Lakukan kembali proses pengukuran seperti tadi tetapi benda kerjanya diputar berlawanan arah jarum jam. Data hasil pengukurannya ditulis pada lembar kerja 3.1 bagian B.

14. Geser benda ukur ketitik 2. Lakukan setting nol dan lakukan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada titik 1. Setelah titik 2 selesai, geser benda ukur ke titik 3. Lakukan hal yang sama seperti pada titik 1 dan 2.

15. Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada grafik koordinat polar.

Gambar.6.7 Gambar saat pengukuran(sumber: Measurement of Geometric Shape, Mechanical Engineering University of Gaziantep)3.4. PEMBAHASAN3.1.1. Data Pengukuran Linier

3.1.2. Data Pengukuran KebulatanTabel 1. Data Praktikum

Tanggal : 19 Mei 2009Temperatur Awal : 20oCKelembaban :Waktu : SiangTemperatur Akhir : 20oC

Tabel 2. Data Alat Ukur

Nama Alat UkurMerkKecermatan (mm)Kapasitas Ukur (mm)

Benda Ukur

Dial IndicatorELE0,01

Dial StandRafan

V - Block

Tabel Hasil Pengukuran Kebulatan Silinder Baja dengan metoda V-block dan Dial IndicatorPiston

No.Titik 1Titik 2Titik 3Rata-rata Total

ABRata-rataABRata-rataABRata-rata

10000000000

20.01-0.01000.010.0050.0200.010.005

30.01-0.010-0.010.0100.010.010.010.0033333

40.010.010.01-0.02-0.01-0.0150-0.01-0.005-0.0033333

50.010.020.015-0.01-0.01-0.010.0100.0050.0033333

60.020.010.015-0.010.0100.010.010.010.0083333

70.02-0.010.005-0.03-0.01-0.02-0.010.020.005-0.0033333

800.020.010000.01-0.0100.0033333

90.010.020.015-0.010-0.0050.0100.0050.005

100.010.020.015-0.02-0.01-0.015-0.01-0.01-0.01-0.0033333

110.020.020.020000.0100.0050.0083333

120.030.010.02-0.010.01000.010.0050.0083333

3.1.3. Grafik Hasil PengukuranGrafik Pengukuran Kebulatan Piston dari Ketiga Posisi

3.1.4. Analisis

Analisis Grafik kebulatan

Grafik kebulatan dari ketiga posisi

1. Dari grafik kebulatan rata-rata yang telah dibuat dapat dijelaskan bahwa profil kebulatan dari benda kerja tidak bulat penuh yang ditunjukkan oleh beberapa titik yang nilainya lebih besar, yaitu pada titik 3, 4, 5, 9 dan 10.2. Hal ini disebabkan karena adanya kesalahan atau pergeseran garis saat melakukan pengukuran kebulatan akibat kecermatan pengukur.3. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan ketinggian dari masing-masing garis pada piston yang lebih kecil dibandingkan silinder baja.

4. Tidak bulat sempurnanya benda kerja juga disebabkan karena kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.

5. Kesalahan-kesalahan itu antara lain kesalahan yang dapat membuat benda ukur tidak bulat sempurna antara lain adalah :

1. Benda ukur bergeser pada saat pengukuran sehingga pengukuran tidak segaris. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan pengukuran awal dan akhir walaupun pada posisi yang sama namun tidak segaris2. Adanya getaran pada dial indikator karena sentuhan pada meja3. Sensor alat ukur kurang sensitif4. Kesalahan dalam menyeting nol dial indikator5. Operator kurang teliti membaca hasil pegukuran

6. Operator melakukan kesalahan dalam memutar benda kerja 3.5. KESIMPULAN DAN SARAN3.1.1. Kesimpulan

1. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan perbandingan nilai yang didapat dari mengukur pada sisi silinder untuk mengetes kebulatannya, dapat dikatakan bahwa ketiga sisi silinder tersebut tidak bulat penuh.jika dibandingkan antara piston dan silinder baja, piston memiliki tingkat kebulatan yang lebih tinggi

2. Penggunaan dial indicator bersama v block dan dial stand dapat dikatakan terbilang sulit dan rumit. Karena alatnya yang sangat sensitive jika mengalami sedikit gerakan / goncangan.

3. Dial indicator dapat digunakan untuk mengukur kebulatan suatu benda dengan memanfaatkan prinsip perbedaan ketinggian permukaan.Kesalahan yang dapat membuat benda ukur tidak bulat sempurna antara lain adalah sebagai berikut :

1. Benda ukur bergeser pada saat pengukuran sehingga pengukuran tidak segaris. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan pengukuran awal dan akhir walaupun pada posisi yang sama namun tidak segaris2. Adanya getaran pada dial indikator karena sentuhan pada meja3. Sensor alat ukur kurang sensitif4. Kesalahan dalam menyeting nol dial indikator5. Operator kurang teliti membaca hasil pegukuran

6. Operator melakukan kesalahan dalam memutar benda kerja3.1.2. Saran

1. Penggunaan dial indicator bersama V-blok dan dial stand harus teliti dan cermat, karena alatnya yang sangat sensitive jika mengalami sedikit gerakan/goncangan2. Benda yang diletakkan pada V Blok diberi batas tepi agar ketika benda diputar tidak berganti posisi dari titik awal ketika benda diletakkan.3. Agar hasil pengukuran memuaskan, sebaiknya alat ukur harus dirawat dengan baik agar tetap valid.4. Praktikan sebaiknya lebih teliti dan serius dalam membaca dan mengukur dalam pengukuran sehingga kesalahan dalam pembacaan skala dapat dikurangi.DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. 1981. Alat Alat Ukur dan Mesin Mesin Perkakas. Jakarta: Yudhistira.Black, Bruce J.1979. Workshop processes, practice, and material. Edward Arnold ( Publiser ): LondonRochim, Taufik. 2001. Spesifikasi, metrologi, dan kontrol kualitas geometrik. Bandung: ITB Bandung. Simbol Kebulatan

Keterangan Gambar:

1. Blok dasar magnet

2. Titik penyentuhan torak

3. Torak

4. Jarum Penunjuk

5. Ring Penyetel

Skala Pengukur (dial)

7. Ulir Pengikat Ring

8. Alat Pengikat DT

Chart2

Sheet1

No.Titik 1Titik 2Titik 3Rata-rata Total

ABRata-rataABRata-rataABRata-rata

100.050.02500.010.00500.010.0050.011666667

20.010.050.03-0.05-0.03-0.04-0.040.10.030.006666667

3-0.01-0.02-0.015-0.08-0.07-0.075-0.040.110.035-0.018333333

4-0.01-0.04-0.025-0.08-0.1-0.09-0.010.050.02-0.031666667

50.010.020.015-0.06-0.08-0.070.04-0.040-0.018333333

600.030.015-0.02-0.03-0.0250.11-0.010.050.013333333

70.020.020.020-0.01-0.0050.090.090.090.035

80.010.010.01-0.02-0.02-0.02-0.020.110.0450.011666667

900.010.005-0.09-0.06-0.075-0.020.060.02-0.016666667

10-0.050-0.025-0.11-0.09-0.10.040.010.025-0.033333333

11-0.030-0.015-0.07-0.1-0.0850.1-0.030.035-0.021666667

120.050.010.03-0.04-0.06-0.050.1-0.040.030.003333333

-0,0050,0050,003

-0,01-0,01-0,015

-0,010-0,01

-0,0050,005-0,007

-0,015-0,005-0,012

-0,020-0,013

10.0250.0050.0050.011666667-0.01-0.0050,0050.003-0,0050-0,008

20.03-0.040.030.006666667-0.025-0.01-0.01-0.015-0,01-0,005-0,012

3-0.015-0.0750.035-0.018333333-0.02-0.010-0.01-0,02-0,01-0,017

4-0.025-0.090.02-0.031666667-0.02-0.0050.005-0.007-0,0050,005-0,008

50.015-0.070-0.018333333-0.015-0.015-0.005-0.012-0,015-0,005-0,013

60.015-0.0250.050.013333333-0.02-0.020-0.013-0,015-0,01-0,017

70.02-0.0050.090.035-0.02-0.0050-0.008

80.01-0.020.0450.011666667-0.02-0.01-0.005-0.012

90.005-0.0750.02-0.016666667-0.02-0.02-0.01-0.017

10-0.025-0.10.025-0.033333333-0.025-0.0050.005-0.008

11-0.015-0.0850.035-0.021666667-0.02-0.015-0.005-0.013

120.03-0.050.030.003333333-0.025-0.015-0.01-0.017

Sheet2

Sheet3