bab ll laporan akhir

41
Feasibility Study ( Studi kelayakan) Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga lI‐ 1 2.1. Umum Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5 (lima) tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan. Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen. G G G A A A M M M B B B A A A R R R A A A N N N U U U M M M U U U M M M L L L O O O K K K A A A S S S I I I K K K E E E G G G I I I A A A T T T A A A N N N

Upload: widiana-safaat

Post on 28-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 1  

 

BAB I

2.1. Umum

Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal

tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum.

Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5

(lima) tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek

geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing

daerah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa

abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda

Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang

berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan

Melayu Riau di Pulau Bintan.

Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu

tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah

kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi

daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri

Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di

seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau

meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya

sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk

daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau

Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling

Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman

yang kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk

seorang Residen.

GGGAAAMMMBBBAAARRRAAANNN UUUMMMUUUMMM LLLOOOKKKAAASSSIII KKKEEEGGGIIIAAATTTAAANNN

Page 2: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 2  

 

Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI) maka

Provinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam

Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang

dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah

kewedanan sebagai berikut:

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk

Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur

sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan

Kecamatan Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,

Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten

yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten

Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja, meliputi:

Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk

Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan,

Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian

dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2001, maka Kota Administratif

Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang mana statusnya sama dengan

kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang

Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi Kecamatan

Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan Tambelan.

Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah

Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

Page 3: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 3  

 

2.2. Aspek Geografis dan Demografi

Aspek geografi dan demografi mengambarkan karateristik lokasi wilayah

pengembangan wilayah, kerentanaan wilayah dan domegrafi Kabupaten Lingga.

Kabupaten Lingga- Provinsi Kepulauan Riau dengan luas wilayah daratan

dan lautan berdasarkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

31Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan UU RI seperti tersebut di atas, wilayah Kabupaten Lingga

mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2 dengan luas

daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209.654 Km2 (99%), dengan jumlah pulau

531 buah pulau besar dan kecil, serta 447 buah pulau diantaranya belum

berpenghuni. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga

sebesar 455.086,60 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar2.235,51 Km2

(4,91%), dan lautan sebesar 432.731,50 Km2 (95,09%).

Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 9

Kecamatan (Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep

Selatan, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur,

Kecamatan Lingga Barat, Kecamatan Lingga Utara, dan Kecamatan Senayang), dan 59

Desa/Kelurahan. Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan

dan 103° 30’ - 105°00’

Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Lingga, antara lain:

a. Sebelah Utara : Galang Kota Batam dan Laut Natuna.

b. Sebelah Timur : Laut Natuna.

c. Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala.

d. Sebelah Barat : Laut Indragiri (Provinsi Riau).

Page 4: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 4  

 

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Lingga

Sumber: Dokumen LPPD Kab. Lingga, 2010

2.2.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan

batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga.

a. Luas dan Batas Wilayah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003

tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten

Page 5: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 5  

 

Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2 dengan

luas daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209.654 Km2 (99%), dengan jumlah

pulau 531 buah pulau besar dan kecil, serta 447 buah pulau diantaranya belum

berpenghuni. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga

sebesar 455.086,60 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 2.235,51 Km2

(4,91%), dan lautan sebesar 432.731,50 Km2 (95,09%).

Tabel 2.1 Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga

No Kecamatan Banyaknya Luas Daratan

Km2 Kelurahan Desa

1 Singkep Barat 1 8 337,10

2 Singkep 2 9 491,90

3 Lingga 1 17 609,51

4 Lingga Utara 1 7 283,21

5 Senayang 1 10 396,00

Jumlah 6 51 2.177,72

Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009.

Gambar 2 .2. Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Page 6: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 6  

 

Dari Kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, terluas adalah Kecamatan

Lingga yaitu 609,51 km2 (29% dari total luas daratan) yang terdiri dari 17 Desa dan 1

Kelurahan, kemudian Kecamatan Singkep yaitu 491,90 km2 (23% dari total luas daratan)

yang terdiri dari 9 Desa dan 2 Kelurahan. Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan jumlah

Desa/Kelurahan yang ada dimasing-masing Kecamatan.

Tabel 2.2 Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga

No Kecamatan Desa/Kelurahan

1 Singkep Barat Raya Sungai Buluh

Bakong Sungai Raya

Kuala Raya Sungai Harapan

Marok Tua Jagoh

Posek

2 Singkep Dabo Berhala

Dabo Lama Tanjung Harapan

Berindat Batu Berdaun

Kote Batu Kacang

Lanjut Sedamai

Marok Kecil

3 Lingga Daik Panggak Darat

Pekajang Panggak Laut

Kelombok Musai

Mapar Kerandi

Penuba Pekaka

Selayar Keton

Kelumu Sei Pinang

Mentuda Bukit Langkap

Merawang Kudung

Page 7: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 7  

 

No Kecamatan Desa/Kelurahan

4 Lingga Utara Pancur Resun

Bukit Harapan Sekanah

Duara Teluk

Limbung Linau

5 Senayang Senayang Mensanak

Mamut Tanjung Kelit

Pasir Panjang Pulau Batang

Rejai Benan

Temiang Batu Belubang

Pulau Medang

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

b. Letak dan Kondisi Geografis

Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang

Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur.

Topografi

Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah

berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat

73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar

11.015 ha. Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal

untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %,

wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh wilayah

dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 berikut ini:

Page 8: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 8  

 

Tabel 2.3 Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan

No Kecamatan Tinggi (m dpl)

1. Singkep Barat 0-415

2. Singkep 0-519

3. Lingga 0-1.272

4. Lingga Utara 0-800

5. Senayang 0-200

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik

merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah

sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk

jenis batu-batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis

granit tersebar pada kawasan Gunung Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu

terdapat juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau

Lingga.

Tabel 2.4. Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga

No Kecamatan 0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha)

Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1 Singkep Barat 13,810.34 40.97 4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53 11.56 33,798.34 100

2 Singkep 31,250.60 63.53 13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22 1.05 49,288.90 100

3 Lingga 35,281.80 57.89 1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18 34.24 61,016.71 100

4 Lingga Utara 16,571.13 58.51 - - 1,478.35 5.21 10,271.52 36.19 28,384.72 100

5 Senayang 39,247.41 99.11 - - 352.59 0.89 - - 39,700.00 100

Jumlah 136,161.28 64.30 19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45 16.77 212,188.68 100

Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, 2009

Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan

dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:

Page 9: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 9  

 

1) Dataran

Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan

antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18-45 meter di atas permukaan

laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai

tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur

daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga

Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.

2) Perbukitan berelief halus

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus

dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara

45-144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam

satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini

antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan

Kecamatan Singkep.

3) Perbukitan berelief sedang

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang

dengan kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah

150-400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam

satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah.

Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar sebagian di Kecamatan

Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga.

4) Perbukitan berelief agak kasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak

kasar dengan kemiringan lereng 30-50% (17-270), dengan ketinggian

wilayah 200-550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk

dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran

satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, dan sebagian

kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga dan

Kecamatan Lingga Utara.

Page 10: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 10  

 

5) Perbukitan berelief kasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar

dengan kemiringan lereng 50-70% (27-360), dengan ketinggian wilayah 225-

644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan

morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara

lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan

Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat

kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan

ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang

termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi,

terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain terdapat di

sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara

serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

Iklim dan Hidrologi

Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan

rata-rata 216,7 mm sepanjang tahun 2009. Setiap bulannya curah hujan cenderung

bervariasi. Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling

banyak.

Berdasarkan data-data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah

Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 ⁰C; kelembaban relatif rata-rata

84%; Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah

curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang

menjadi potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun

kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus

sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn

dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat

dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan.

Page 11: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 11  

 

Tabel 2.5. Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Kabupaten Lingga

Nama Daerah Curah Hujan

(mm/th)

Air Tersedia

(mm)

Kondisi Air (mm/th)

Defisit Surplus

Lingga 2600,7 64 0 968

Singkep 2600,7 82,2 0 968

Senayang 2600,7 62,7 0 968

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Kemampuan Lahan

Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui di Kabupaten Lingga

antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi, kemampuan lahan morfologi, kestabilan

lereng, kemampuan lahan pertambangan, dan kemampuan lahan bencana alam. Sebagai

dasar dalam melakukan analisis kemampuan lahan digunakan sebagai pedoman adalah

peta geologi kuarter yang merupakan peta geologi yang memperlihatkan proses

pembentukan alam pada periode kuarter sampai sekarang sehingga informasi yang

diperoleh akan lebih relevan. Karakteristik lahan mencerminkan potensi, kendala dan

limitasi yang berperan sebagai faktor penunjang dan penghambat dalam pengembangan

pola tataguna lahan, yaitu:

a. Lahan yang dapat dikembangkan (disebut wilayah kemungkinan), merupakan

wilayah yang mempunyai kendala relatif kecil. Kemungkinan kesuaian lahan

wilayah ini antara lain kesesuaian lahan untuk permukiman serta kesesuaian

lahan pertanian lahan basah dan kering.

b. Lahan yang mungkin dikembangkan dengan berbagai konsekuensi ekonomi dan

fisik (Wilayah Kendala). Wilayah kendala dalam pemanfaatan lahan sebaiknya

diprioritaskan sebagai kawasan hutan produksi, perkebunan, dan persawahan.

c. Lahan yang tidak mungkin dikembangkan, karena merupakan limitasi mutlak

yang berkonsekuensi luas secara ekonomi maupun fisik (Wilayah Limitasi).

Wilayah ini harus dikonservasi atau dikembangkan sebagai kawasan lindung.

Page 12: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 12  

 

Tabel 2.6. Karakteristik Lahan Berdasarkan Kawasan

URAIAN

KAWASAN DAYA DUKUNG LAHAN (Ha)

SINGKEP

BARAT SINGKEP LINGGA

LINGGA

UTARA SENAYANG TOTAL

Luas

(Ha) %

Luas

(Ha) %

Luas

(Ha) %

Luas

(Ha) %

Luas

(Ha) % Luas (Ha) %

KAWASAN

LINDUNG 9,230.30 28.01 2,038.02 6.19 14,421.67 43.77 2,817.10 8.55 4,441.41 13.48 32,948.50

16

Hutan Lindung 6,204.19 27.53 2,038.02 9.04 13,202.66 58.59 1,088.41 4.83 - - 22,533.28 68.39

Hutan Bakau 3,026.10 13.43 - - 1,219.01 - 1,728.69 - 4,441.41 - 10,415.22 46.22

KAWASAN

BUDIDAYA 24,479.70 13.69 47,151.98 26.37 46,529.34 26.02 25,503.89 14.26 35,158.59 19.66 178,823.50

50

Hutan Produksi 8,091.89 35.91 16,160.03 71.72 22,216.53 98.59 12,489.93 55.43 - - 58,958.38 55.69

Pesawahan 475.15 2.11 2,351.17 10.43 1,589.73 7.06 1,205.35 5.35 6,508.59 28.88 12,129.99 11.46

Perkebunan 3,492.56 15.50 799.37 3.55 7,881.25 34.98 1,205.35 5.35 21,394.98 94.95 34,773.51 32.85

Permukiman 1,017.10 4.51 554.15 2.46 266.57 1.18 476.31 2.11 73.02 0.32 2,387.15 3.27

PertanianLahan Basah 4,483.00 19.90 15,357.26 68.15 10,071.26 44.70 3,198.00 14.19 4,908.00 21.78 38,017.52 52.11

PertanianLahan

Kering 6,920.00 30.71 11,930.00 52.94 4,504.00 19.99 6,928.95 30.75 2,274.00 10.09 32,556.95

44.62

T O T A L 33,710.00 15.92 49,190.00 23.23 60,951.00 28.78 28,321.00 13.37 39,600.00 18.70 211,772.00 100

Sumber: Hasil Analisis, 2009

a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng erat kaitannya dengan morfologi dan sifat batuan/tanah. Untuk

wilayah Kabupaten Lingga, sifat tanah/batuan pada umumnya juga dapat

dikatakan stabil, kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung laut (M),

serta endapan sungai yang muda.

b) Kemampuan Lahan Sumber Air

Kemampuan lahan hidrogeologi didasarkan kondisi topografi (morfologi), jenis

batuan dan pola aliran sungai, juga kenampakannya di lapangan. Kemampuan

lahan hidrogeologi Kabupaten Lingga adalah kemampuan lahan mata air,

kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan air daerah pantai.

Page 13: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 13  

 

c) Kemampuan Lahan Mata Air

Suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat munculnya mata air di permukaan.

Biasanya pada lereng punggung perbukitan, dicirikan oleh mulai berkembangnya

sungai di beberapa tempat dapat pula dikontrol oleh perselingan litologi.

Pola aliran meandering mulai sedikit tampak tetapi disini proses sedimentasi

umumnya belum terjadi kecuali pada sungai-sungai yang agak besar,

kemampuan lahan mata air berpengaruh regional dalam kesetimbangan air

khususnya air permukaan.

Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air

adalah diantaranya Sungai Sergang di Kecamatan Singkep, Pelakak Kecamatan

Singkep, Pulau Penuba Kecamatan Lingga, Kampung Putus Kecamatan Lingga,

sekitar Sungai Keton Kecamatan Lingga, Kudung Kecamatan Lingga, Teluk

tebing Kecamatan Lingga Utara, dan sekitar Limbong dan Sungai Limbong

Kecamatan Lingga Utara.

d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas

Kemampuan lahan air tanah bebas adalah suatu wilayah yang didominasi oleh

kedalaman muka air tanah bebas sampai dangkal. Biasanya pada daerah landaian

sampai dataran, dicirikan oleh pola aliran sungai yang kadang meandering

dengan diisi oleh proses sedimentasi fluvial. Proses erosi lateral sudah nyata

berkembang membentuk penampang sungai U. Kemampuan lahan air tanah

bebas mempunyai pengaruh atas ketersedian air tanah dangkal yang sangat

bermanfaat untuk kehidupan. Litologi di daerah ini berupa endapan aluvial yaitu

endapan limpah banjir dan endapan sungai muda (sungai aktif). Batuan di daerah

zona air tanah bebas ini umumnya telah lapuk menjadi lempung (tanah liat)

berwarna abu-abu kecoklatan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lingga

mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal).

e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai

Kemampuan lahan hidrologi pantai adalah suatu wilayah yang berfungsi sebagai

daerah pantai serta fungsi pelestarian air tanah tawar. Fisiografinya datar serta

Page 14: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 14  

 

litologinya aluvium pantai. Bentuk sungai menganyam dan dimuaranya terbentuk

endapan delta ataupun tidak. Proses sedimentasi kuat dan arus lemah.

Kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata air dengan fungsi

penahan intrusi air laut dan abrasi air laut, yang termasuk kawasan pantai adalah

sepanjang pantai timur dan utara Lingga termasuk Kecamatan Lingga Utara,

Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan lahan hidrologi pantai ini dibagi

dua zona, yaitu zona pantai sendiri dan zona rawa.

2.2.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi

kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri,

salah satunya adalah potensi sektor pertanian. Luas wilayah daratan Kabupaten Lingga

untuk potensi lahan pertanian dan perkebunan pada tahun 2008 adalah seluas 78.232 ha.

Potensi lahan pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas 2.250 ha, potensi lahan

perkebunan seluas 46.112 ha dan potensi lahan pertanian seluas 29.870 ha, sedangkan

potensi lahan yang sudah dimanfaatkan baru seluas 21.610 ha yang terdiri dari

perkebunan seluas 15.477 ha dan pertanian seluas 6.133 ha. Sisa lahan seluas 56.622 ha

belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga

didominasi oleh komoditas sagu yang luas lahannya mencapai 1.323 Ha dengan

produksi yang dihasilkan seluruhnya adalah 12.439,564 Ton pada tahun 2009. Potensi

perkebunan lainnya yang menjadi unggulan yaitu karet dengan luas lahan perkebunan

mencapai 9.275,15 Ha dengan hasil produksi perkebunan karet seluruhnya sebanyak

3.118,082 Ton. Kemudian kelapa dengan luas lahan perkebunan mencapai 2.787,46 Ha

dengan hasil produksi perkebunan kelapa sebanyak 1.160,698 Ton. Pada tahun 2009

pemerintah Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan

yang telah digunakan seluas 73,87 Ha dan telah berproduksi sebesar 31.542 ton.

Selain potensi sumber daya alam Kabupaten Lingga tersebut, potensi pengembangan

wilayah juga menjelaskan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga yang

merupakan peruntukan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten

Lingga untuk melaksanakan cita-cita pembangunan, yang meliputi peruntukkan ruang

Page 15: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 15  

 

untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana

pola ruang wilayah Kabupaten Lingga dijelaskan pada Tabel 2.7 berikut ini:

Tabel 2.7. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

No POLA RUANG

RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha) TOTAL

(Ha) %

LINGGA LINGGA

UTARA SENAYANG SINGKEP

SINGKEP

BARAT

I KAWASAN LINDUNG

1. Hutan Lindung 18.859 - - 5.573 957 25.389 11,99

2. Hutan bakau 2,788 2.308 13.518 1.331 8.648 28.593 13,50

3. Perlindungan Setempat 1.046 177 208 2.540 331 2.765 1,31

4. Resapan Air 1.801 - - 2.540 1.259 5.600 2,64

5. Hutan Kota 1.674 - - 315 - 1.989 0,94

6. Cagar Budaya 157 - - - - 157 0,07

7. Kawasan Lindung Lainnya 96,00 3,00 305,00 11,00 68,00 483 0,23

LUAS KAWASAN

LINDUNG

64.977 30,68

II KAWASAN BUDIDAYA

1. Hutan Produksi Terbatas 4.415 3.172 4.747 1.968 1.169 15.471 7,31

2. Hutan Produksi Konversi 3.457 4.292 369 - - 8.118 3,83

3. Hutan Tanaman Rakyat 3.698 802 3.022 163 4.453 12.138 5,73

4. Industri 164 - - - 384 548 0,26

5. Pusat Pemerintah 121 - - - - 121 0,06

6. Pemukiman Perkotaan 5.156 164 779 3.056 643 9.798 4,63

7. Pemukiman Pedesaan 1.210 1.599 1.515 1.400 1.073 6.797 3,21

8. Perkebunan 9.845 12.755 20.493 15.660 18.247 77.000 36,36

9. Perikanan 538 74 267 - 443 1.322 0,62

10. Tanaman Pangan 3.647 40 - - 2.001 5.688 2,69

11. Hortikultura 860 1.489 - - 2.874 5.223 2,47

12. Peternakan 121 - 1.355 614 381 2.471 1,17

13. Pariwisata 706 269 788 549 45 2.357 1,11

14. TNI AL - - - 200 - 200 0,09

15. TPST 5 - - 5 - 10 0,00

16. TPU 7 - - 4 - 11 0,00

17. PLTGB - - - - 6 6 0,00

LUAS KAWASAN

BUDIDAYA

147.278 69,55

JUMLAH TOTAL 211.772 100,00

Sumber: RTRW Kab. Lingga 2011-2031

Page 16: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 16  

 

2.2.3. Wilayah Rawan Bencana

Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan

sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi

termasuk wilayah rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng

lebih besar dari 70% (>360), ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut,

dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan

2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209,654 km2 (99%). Dapat dipastikan ancaman abrasi

laut didukung dengan perubahan cuaca yang ekstrim dapat saja terjadi. Aktivitas

penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus meningkat, akan

menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas

publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara baik

maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem

dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung

menimbulkan bencana longsor dan banjir. Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut

walaupun tidak dapat diprediksi kejadiannya juga masih menjadi tantangan di masa 20

tahun mendatang, sehingga upaya-upaya penanggulangan bencana dan penyadaran

masyarakat bahwa wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana

harus terus dilakukan.

2.2.4. Demografi

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan.

Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia

seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam

rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan apabila

tidak diantisipasi secara dini maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia,

khususnya Kabupaten Lingga. Berdasarkan data penduduk tahun 2009, penduduk

Kabupaten Lingga berjumlah 91.600 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 50.180

jiwa (51,66 %) dan jenis kelamin perempuan 46.964 jiwa (48,34 %) dengan jumlah

penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Singkep (30.503 jiwa) sedangkan jumlah

penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Lingga Utara (11.517 jiwa), dengan jumlah

Page 17: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 17  

 

rumah tangga (Kepala Keluarga) sebanyak 19.344 Kepala Keluarga (KK). Jumlah

penduduk Kabupaten Lingga tersebar di 5 Kecamatan dan 51 Desa dan 6 Kelurahan di

Kabupaten Lingga. Dilihat dari jumlah rumah tangga, Kecamatan Singkep merupakan

kecamatan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) terbanyak karena kecamatan ini

merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Jumlah rumah tangga

di Kecamatan Singkep adalah sebanyak 6.228 Kepala Keluarga dan Kecamatan yang

jumlah rumah tangganya paling sedikit adalah Kecamatan Lingga Utara dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 2.675 Kepala Keluarga. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk

dan rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Dan Kepala Keluarga Kabupaten Lingga

No Kecamatan Luas Wilayah

daratan (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah

Kepala

Keluarga

(KK)

Rata-rata

Angka

Kelahiran Laki-laki*) Perempuan*) Total

1 Singkep Barat 337,10 8,268 7,817 16,085 2,628 6

2 Singkep 491,90 15,228 14,520 29,748 6,228 5

3 Lingga 609,51 8,673 8,015 16,688 3,884 4

4 Lingga Utara 283,21 5,849 5,427 11,276 2,675 4

5 Senayang 396,00 10,383 9,603 19,986 3,929 5

Jumlah 22.117,72 48,401 45,382 93,783 19,344 5

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga dalam Angka tahun 2009 dan Hasil Analisis, 2009.

*) Data Aggregat Kependudukan tahun 2009

Jumlah penduduk di Kabupaten Lingga meningkat yaitu sebesar 3,04% bila

dibandingkan tahun 2004, dimana pada tahun 2009 berjumlah 93,783 jiwa, sedangkan

pada tahun 2004 berjumlah 80,289 jiwa. Dengan tingkat kepadatan penduduk 44 jiwa per

km2. Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak

diimbangi dengan persebaran penduduk. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk

dari Kabupaten Lingga tercatat 86.244 jiwa dengan kepadatan penduduk 41 jiwa per km2.

Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Lingga

bertambah sebanyak 9.892 jiwa.

Page 18: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 18  

 

Gambar 2.3 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

KABUPATEN LINGGA, 1990 - 2010

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011

2.3. Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan

kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan

pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

a) Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan

ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan

pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi

merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat

pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun

2009 adalah sebesar 6,63%, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,65%.

1.23

0.24

0.82

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1990 2000 2010

Page 19: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 19  

 

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005-2009

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010

Ket:

*) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2005-

2009 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa

sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa

walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup

besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil. Laju pertumbuhan

ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Bangunan

(13,16%), Pengangkutan dan Komunikasi (12,03%), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan (11,60%). Sektor bangunan terjadi pertumbuhan setiap tahunnya dikarena

meningkatnya pembangunan fisik di Kabupaten Lingga, seperti pembangunan gedung

sekolah, gedung perkantoran, pustu, polindes, pembangunan infrastruktur jalan,

jembatan dan dermaga serta pembangunan fisik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel

2.9 berikut ini.

6.05

6.5

6.716.65 6.63

2005 2006 2007 2008* 2009**

Page 20: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 20  

 

Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 4,15 5,60 5,35 4,37 3,56

2. Pertambangan & Penggalian 7,47 10,07 10,67 10,72 10,73

3. Industri Pengolahan 6,13 (3,30) (1,19) (0.97) (0,08)

4. Listrik,Gas & Air Bersih 6,25 5,16 4,77 6,69 5,80

5. Bangunan 8,09 12,15 13,01 13,15 13,16

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,79 11,88 11,05 11,29 11,26

7. Pengangkutan & Komunikasi 9,28 13,16 11,46 12,06 12,03

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,44 13,42 11,25 11,66 11,60

9. Jasa-Jasa 4,71 10,81 10,43 10,67 10,66

PDRB 6,05 6,50 6,71 6,65 6,63

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010

Keterangan:

*) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Tabel 2.10 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat

besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam

kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki

kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 41,63% pada tahun 2005 menjadi

37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini

adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan,

hotel dan restoran yaitu 22,00%. Berbeda dengan sektor pertanian, sektor ini memiliki

kecendrungan yang positif, yaitu 18,71% pada tahun 2005 menjadi 22,00% pada tahun

2009. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk diminati oleh

para pedagang karena wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah persimpangan atau

transit perjalanan laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan kontributor

terbesar terhadap pembentukan nilai tambah di sektor ini. Sedangkan sektor yang paling

kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air

bersih yang hanya 0,22%.

Page 21: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 21  

 

Tabel 2.10 Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 41,63 40,41 39,26 38,16 37,01

2. Pertambangan & Penggalian 1,58 1,64 1,72 1,77 1,82

3. Industri Pengolahan 15,82 14,16 12,92 11,66 10,73

4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22

5. Bangunan 5,97 6,98 7,92 8,57 9,12

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,71 19,53 20,24 21,18 22,00

7. Pengangkutan & Komunikasi 7,98 8,60 8,95 9,49 9,88

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,60 3,79 3,90 3,98 4,13

9. Jasa-Jasa 4,46 4,66 4,86 4,97 5,09

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010

Keterangan:

*) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Pengeluaran Rumah Tangga

Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan

pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial

adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan

Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga

yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan. Data pengeluaran

yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan

untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data pengeluaran (sebagai proksi dari

pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi

pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama

sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian

besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan

pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan

Page 22: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 22  

 

porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan

makanan.Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga meng

alami kenaikan, yaitu dari Rp 347.195 pada tahun 2009 menjadi Rp 367.094 pada tahun

2010. Dari data susenas 2010 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga

menghabiskan sekitar 61.36% dari pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini

cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 64.19%. Sedangkan 38,64%

sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihat persentasenya

cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Distribusi Pendapatan

Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat ketidakmerataan

(ketimpangan) pendapatan penduduk adalah dengan menggunakan Indeks Gini atau Gini

ratio dan Kriteria Bank Dunia. Semakin kecil indeks Gini maka semakin kecil

ketimpangan distribusi pendapatan. Pada tahun 2010, 40% penduduk yang

berpengeluaran rendah menerima 21.53% dari seluruh pendapatan. Angka ini meningkat

dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21.28. Peningkatan juga terjadi pada kelompok

penduduk berpengeluaran sedang yaitu dari 38.97 menjadi 39.49. Sedangkan pada

kelompok penduduk berpengeluaran tinggi terjadi penurunan persentase yaitu dari 39.75

pada tahun 2009 menjadi 38.99 pada tahun 2010. Indeks gini mengalami penurunan

yaitu sebesar 0.308 pada tahun 2009 menjadi 0.303 pada tahun 2010. Hal ini

menunjukkan bahwa pola distribusi pengeluaran penduduk cenderung membaik.

Penduduk Miskin

Indikator jumlah danpersentase penduduk miskin merupakan salah satu indikator

yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Mengindentifikasi seseorang

dikatakan miskin bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karakteristik penduduk

miskin antar daerah seringkali berbeda. Sementara di sisi lain, penentuan kriteria

penduduk miskin juga menuntut agar keterbandingan antar daerah dapat dilakukan.

Berdasarkan data yang tersaji dalam table 2.11 ini, jumlah rumah tangga miskin dan

penduduk miskin di Kabupaten Lingga terjadi penurunan, dari 7.026 rumah tangga

Page 23: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 23  

 

miskin menurun menjadi 6.810 rumah tangga miskin pada tahun 2009, begitu juga

dengan jumlah penduduk miskin dari 24.352 jiwa turun menjadi 21.417 jiwa pada tahun

2009.

Tabel 2.11 Banyaknya Rumah Tangga Miskin Dan Penduduk Miskin Menurut

Kecamatan

Di Kabupaten LinggaTahun 2005-2009

Kecamatan

Jumlah

Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin

2005 2009 2005 2009

1. Singkep Barat 888 711 2.841 2.061

2. Singkep 1.223 1.165 3.750 3.108

3. Lingga 1.430 1.454 4.964 4.593

4. Lingga Utara 1.053 1.009 3.304 3.235

5. Senayang 2.432 2.471 9.493 8.420

Jumlah 7.026 6.810 24.352 21.417

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

b) Kesejahteraan Sosial

Pada fokus kesejahteraan soaial Kabupaten Lingga diukur dengan

sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan

sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait

dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan

dikeluarkannya nilai IPM tahun 2004, nilai IPM Kabupaten Lingga telah mencapai 67,7.

Meskipun tergolong baru, tingkat pencapaian angka IPM tahun 2004 ini telah

memposisikan Kabupaten Lingga pada peringkat ke-236 dari total sebanyak 434

Kabupaten/Kota Se-Indonesia.

Page 24: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 24  

 

Gambar 2.5 Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004-2009

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009

Jika dilihat pada gambar 2.5 nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2004 s.d 2009

meningkat dari 67,7% tahun 2004, meningkat sebesar 69,4% tahun 2005, meningkat

sebesar 69,6% pada tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan meningkat

sebesar 70,4% pada tahun 2008 serta meningkat sebesar 71.05 pada tahun 2009.

Peningkatan angka IPM yang sangat signifikan diduga dipengaruhi oleh meningkatnya

penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga

pegawai daerah lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan kesehatan.

Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai

digulirkan.

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun, namun

secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2008 dengan IPM sebesar 70,74.

menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk peringkat nasional,

Kabupaten Lingga berada pada peringkat 220 diantara 440 Kabupaten/Kota di Indonesia,

Sedangkan pada tahun 2009 dengan IPM sebesar 71,05 turun satu level ke peringkat 6 dari

tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dan untuk nasional berada pada peringkat 231 dari

497 Kabupaten/Kota di Indonesia. Selengkapnya, IPM kabupaten Lingga dapat dilihat pada

Tabel 2.12 berikut ini.

67.7

69.4 69.6 69.7

70.7471.05

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 25: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 25  

 

Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan

Riau, Dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2009

Kabupaten/

Kota/Propinsi

Angka

Harapan

Hidup

(tahun)

Angka Melek

Huruf

(persen)

Rata2 Lama

Sekolah

(tahun)

Rata2

Pengeluaran per

Kapita Riil

Disesuaikan

(Rp 000)

IPM

Peringkat dari

semua kabupaten/

kota/propinsi di

Indonesia

Karimun 69,86 95,19 7,81 636,34 73,15 133

Bintan 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66 111

Natuna 68,21 95,92 6,93 615,21 70,11 290

Lingga 70,02 91,11 7,22 625,42 71,05 231

Kep. Anambas 67,23 90,00 5,35 626,35 67,94 393

Batam 70,76 98,85 10,71 648,13 77,51 16

Tanjungpinang 69,56 97,31 9,24 633,65 74,31 88

Prop. Kepri 69,75 96,08 8,96 641,63 74,54 6

Indonesia 69,21 92,58 7,72 631,50 71,76 -

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun

2009 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di

Kabupaten Lingga sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 288 orang,

kemudian lansia terlantar berjumlah 249 orang, tuna daksa sebanyak 131 orang, dan 93

orang penyandang tuna netra. Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki

penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 307 orang, kemudian

Kecamatan Lingga Utara sebanyak 230 orang, 187 orang di Kecamatan Lingga,

Kecamatan Singkep Barat 138 orang dan 119 orang di Kecamatan Senayang.

Angkatan Kerja

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang

Page 26: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 26  

 

bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur

kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu

kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan

bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau

menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi

karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan

jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.

Tabel 2.13 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas

Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr

1. Angkatan Kerja 83,44 34,17 57,26

1. Bekerja 79,02 31,03 53,52

2. Mencari Pekerjaan 4,42 3,14 3,74

2. Bukan Angkatan Kerja 16,56 65,83 42,74

1. Sekolah 7,80 4,60 6,10

2. Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63 33,85

3. Lainnya 4,14 1,61 2,79

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009

terdapat 57,26% penduduk angkatan kerja dan 42,74% penduduk bukan angkatan kerja.

Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki-laki yang

bekerja sebanyak 79,02% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyaj 31,03%.

Berdasarkan Tabel-2.14, penduduk di Lingga yang bekerja, sebagian besar bekerja di

sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (20,34%) . Sementara lapangan kerja yang

paling sedikit dijadikan mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas

dan air minum yaitu 0,15%.

Page 27: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 27  

 

Tabel 2.14 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin

Lapangan Usaha Laki-

Laki

Perempu

an

Lk +

Pr

1

. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

47,59 21,47 39,54

2

. Pertambangan dan Penggalian

5,18 0,55 3,76

3

. Industri Pengolahan

6,96 16,07 9,76

4

. Listrik, Gas dan Air Minum

0,22 0,00 0,15

5

. Konstruksi

5,56 0,00 3,85

6

. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel

11,91 25,21 16,00

7

. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi

6,55 3,57 5,64

8

.

Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan

Jasa Perusahaan 1,11 0,61 0,96

9

. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 14,91 32,52 20,34

Jumlah 100,00 100,00 100,0

0

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga, wiraswasta adalah yang

paling banyak dijalankan oleh penduduk. Tabel 2.15 menunjukkan penduduk yang

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah

Page 28: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 28  

 

penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan

sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32 % dari keseluruhan

jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.

Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga

Tahun 2009

(Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Wiraswasta 4.161 8,68

2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32

3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69

4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27

5 Karyawan Swasta 981 2,05

6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33

7 Guru 575 1,20

8 Karyawan Honorer 525 1,10

9 Petani/ Pekebun 437 0,91

10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91

11 Lainnya 30.456 63,53

Jumlah 47.936 100,00

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lingga Tahun

2009

Pendidikan yang ditamatkan

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan ukuran kualitas sumber daya

manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut sosial

maupun ekonomi.

Di Kabupaten Lingga persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang

menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai perguruan tinggi hanya sebesar 36%.

Tingkat pendidikan penduduk di dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK

Page 29: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 29  

 

yaitu masing-masing sebesar 30,13% dan 20,90%. Hal ini dapat dilihat padaTabel 2.16 .

berikut ini.

Tabel 2.16 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin, 2009 (%)

Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Laki-Laki

Perem-

puan

Laki-Laki +

Perempuan

Tidak/belum pernah bersekolah

Tidak/belum tamat SD

SD/MI

SMP/MTs

SMU/MA/SMK

Akademi/universitas

9,72

19,21

29,78

14,09

23,55

3,67

22,45

16,85

30,51

9,77

18,00

2,43

15,80

18,08

30,13

12,02

20,90

3,08

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Pekerjaan Umum

Semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan pula menuntut

peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan

memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Panjang jalan dan jalan

yang diaspal di Kabupaten Lingga terjadi peningkatan, pada tahun 2009 panjang jalan

yaitu 504,65 km, dimana tahun sebelumnya hanya 488,6 km. Sedangkan jalan yang

diaspal sebesar 46,70% pada tahun 2009 dari total panjang jalan yang ada, dan tahun

sebelumnya sebesar 46,56%.

Page 30: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  lI‐ 30  

 

Table 2.19 Panjang Jalan Dirinci Menurut Kecamatan Dan Status Jalan Tahun 2007-2009

Kecamatan

Status Jalan Jumlah

Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Panjang Jalan Persentase

200

9

200

8

2007 200

9

200

8

2007 2009 2008 2007 2009 2008 2007 2009 2008 2007

Singkep

Barat

- - 39,50 22,4 22,4 4,00 82,47 77,2

2

36,90 104,8

7

99,62 80,40 20,78 20,38 12,09

Singkep 25,7 25,7 23,10 18 18 25,6

0

76,5 76,2 123,6

0

120,2 119,9 172,3 23,82 24,53 25,90

Lingga 15,9 13,9 - 45,1 45,1 18,9

0

86,29 79,9

9

275,5

5

147,2

9

138,9

9

294,4

5

29,19 28,43 44,26

Lingga

Utara

12,8 12,8 61,70 - - - 74,89 72,8

9

11,80 87,69 85,69 73,50 17,38 17,53 11,05

Senayang - - - - - - 44,6 44,6 44,60 44,6 44,6 44,60 8,84 9,12 6,70

Jumlah 54,4 52,4 124,3

0

85,5 85,5 48,5

0

364,7

5

350,

9

492,3

5

504,6

5

488,8 665,2

5

100,0

0

100,0

0

100,0

0

Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

Page 31: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐31  

Table 2.20 Panjang Jalan Dirinci Menurut Kecamatan Dan Kondisi Akhir Tahun

2008-2009

Kecamatan

Kondisi Jumlah

Baik Sedang Rusak Rusak

2008 2009 200

8

200

9 2008 2009 2008 2009 2008 2009

Singkep

Barat

17,05 29,5 - - 53,06 48,86 7,11 4,1 77,22 82,46

Singkep 52,64 52,9

4

- - 19,17 19,17 4,39 4,39 76,20 76,50

Lingga 53,46 67,1

6

- - 16,54 17,34 9,99 1,79 79,99 86,29

Lingga

Utara

5,6 13,5 - - 27,4 27 39,8

9

34,3

9

72,89 74,89

Senayang - 4 - - 10 10 34,6 30,6 44,60 44,60

Jumlah 128,7

5

167,

1

- - 126,1

7

122,3

7

95,9

8

75,2

7

350,9

0

364,7

4

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

Perhubungan

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi

masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka

pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk

penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan. Di Pelabuhan Dabo

Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2010 mencapai 853.935 ton.

Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2010 barang yang

dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 105.078 ton.

Tabel 2.21 Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas Dan Peranannya

Pelabuhan Laut Kelas Peranannya

Dabo Singkep Kanpel Kelas IV Umum

Sungai Buluh Satuan Kerja Umum

Penuba Satuan Kerja Umum

Page 32: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐32  

Daik Lingga Satuan Kerja Umum

Kuala Raya Satuan Kerja Umum

Pulau Mas Pos Kerja Umum

Senayang Kanpel Kelas V Umum

Pancur Satuan Kerja Umum

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Selain angkutan laut, terdapat juga angkutan udara. Lalu lintas pesawat dan

penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui Bandara Dabo Singkep tahun 2010

terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama tahun 2010 lonjakan penumpang yang

datang dan berangkat dari Bandara Dabo Singkep terjadi pada bulan Januari. Untuk

bongkar muat bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi.

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Dalam mengembangkan usahanya koperasi menghadapi kendala utama yang bersifat

internal yaitu kelemahan dalam permodalan. Sebagaimana diketahui modal secara otonomi

adalah sebagai “darah” yang akan mendorong sumber daya ekonomi lainnya dalam

kegiatan usaha. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi koperasi harus

diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi.

Jumlah koperasi tahun 2010 sebanyak 67 unit, dengan rincian11 KUD dan 56 Non

KUD, sedangkan jumlah anggota koperasi sebanyak 1.243 orang untuk KUD dan 3.705

orang untuk Non KUD.

Gambar 2.6 JUMLAH KOPERASI MENURUT JENIS TAHUN 2010

Page 33: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐33  

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat

Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor

31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan

Riau. Secara Administrasi, maka Kabupaten Lingga terdiri dari 5 kecamatan dengan

rincian sebanyak 57 desa/kelurahan dan 6 diantaranya adalah berstatus kelurahan. Dan

kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Lingga adalah Singkep Barat, Singkep,

Lingga, Lingga Utara, dan Senayang. Dengan dijadikannnya Kabupaten Lingga sebagai

daerah otonom, maka kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga adalah

mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang Politik Luar

Negeri, Pertahanan Keamanan, Yuridis, Moneter dan Fiskal Nasional, Agama, serta

kewenangan di bidang lain seperti kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian

pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi

negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan di bidang Sumber Daya Manusia

(SDM), pendayagunaan SDM dan Sumber Daya Alam (SDA) serta teknologi tinggi yang

strategis, konservasi dan standarisasi nasional.

2.3.1. Perkebunan

KUD16% Koperasi 

Perikanan3%

Koperasi Serba Usaha39%

Koperasi Lainnya42%

Page 34: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐34  

25%

8%

0%67%

Karet 

Kelapa 

Lada 

Sagu 

Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan yang ada di Kabupaten Lingga salah satunya adlah perkebunan.

Produksi perkebunan pada tahun 2010 mencapai 16.160,96 ton. Produksi tertinggi

didominasi oleh sagu sebesar 10.812,98 ton, kemudian diikuti karet sebesar 4.071,40 ton.

Data perkebunan Kabupaten Lingga dapat pada gambar 2.8. berikut ini:

Gambar 2.8 JUMLAH PRODUKSI PERKEBUNANAN MENURUT KOMODITI

DI KABUPATEN LINGGA, 2010 (TON)

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Perindustrian

Pembangunan di sektor industri adalah merupakan upaya dalam meningkatkan nilai

tambah, menciptakan lapangan usaha, memperoleh kesempatan kerja, menyediakan barang

dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di dalam negeri dan luar negeri,

meningkatkan ekspor guna menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor

pembangunan lainnya serta mengembangkan kemampuan teknologi

Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri

sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2009 jumlah

industri rumah tangga sebanyak 53 usaha, bertambah dibandingkan tahun 2008 yang hanya

51 usaha. Hal yang sama juga terlihat pada industri kecil yang semula terdapat 79 usaha

pada tahun 2008 naik menjadi 81 usaha pada tahun 2009. Untuk industri besar sedang juga

mengalami peningkatan yang semula sebanyak 6 usaha menjadi 10 usaha pada tahun 2009.

Peningkatan jumlah usaha di masing-masing kelompok ini tentunya akan berpengaruh

positif terhadap peningkatan keterserapan tenaga kerja. Pembangunan industri diharapkan

Page 35: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐35  

0 10 20 30 40

Singkep BaratSingkepLingga

Lingga UtaraSenayang

Singkep Barat

Singkep Lingga Lingga Utara Senayang

Industri Besar Sedang 3 5 3 1 1

Industri Kecil 15 36 18 11 7

Industri Rumah Tangga 10 18 13 8 7

Chart Title

dapat berperan dalam pembangunan selama lima tahun kedepan dengan memaksimalkan

sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lingga diolah dengan sistem industrilisasi.

Gambar 2.13 JUMLAH INDUSTRI MENURUT KATEGORI DAN KECAMATAN

KABUPATEN LINGGA 2010

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011

2.3. Aspek Ekonomi Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan

otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya

saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan

pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah

dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

a. Kemampuan Ekonomi Daerah

Tinjauan terhadap kemampuan ekonomi daerah bertujuan untuk

mengetahui kualitas pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin baik kualitas

pertumbuhan maka semakin tinggi pula daya saing daerah tersebut.

Data-data perkembangan PDRB, khususnya sektor pertanian dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran menunjukkan daya saing daerah ini pada

kedua sektor tersebut. Daya saing ini semakin diperkuat dengan telah

mapannya peran industri pengolahan untuk selanjutnya terus dikembangkan

guna membangun keterkaitan antar sektor yang lebih kokoh.

Page 36: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐36  

PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita

Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam

pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan

secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan tahun 2000.

Pada tahun 2005 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 7.396.861,14

meningkat menjadi Rp. 10.268.877,17 pada tahun 2009, sedangkan atas dasar harga

konstan, dari Rp. 5.213.480,29 meningkat menjadi Rp. 6.283.218,39 (20,52%). Begitu juga

dengan Pendapatan perkapita dari Rp.6.762.210,45 menjadi Rp. 9.387.807,51 atau

meningkat sebesar 38.83%. Sedangkan atas dasar harga konstan 2000, dari Rp.

4.766.163,68 meningkat menjadi Rp. 5.744.118,25.

Tabel 2.24 PDRB Dan Pendapatan Perkapita Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)

Rincian Harga Berlaku Harga Konstan Thn

2000

I . PDRB per Kapita

2005 7.396.861,14 5.213.480,29

2006 7.869.963,35 5.393.411,38

2007 8.534.184,24 5,705.821,76

2008* 9.491.060,69 5.985.995,59

2009* 10.268.877,17 6.283.218,39

II. Pendapatan per Kapita

2005 6.762.210,45 4.766.163,68

2006 7.194.720,49 4.930.656,68

2007 7.801.951,23 5.216.262,25

2008* 8.676.727,68 5.472.397,17

2009* 9.387.807,51 5.744.118,25

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 ( Keterangan:*) Angka Estimasi

b. Fasilitas Wilayah/Infrastuktur

Sarana dan prasarana merupakan aspek yang sangat penting dalam mengelola suatu

kawasan perkotaan. Ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan sangat menentukan

dalam pengembangan suatu kota. Sarana perkotaan meliputi infrastuktur jalan, jaringan

Page 37: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐37  

0

2,500,000

5,000,000

7,500,000

10,000,000

12,500,000

15,000,000

17,500,000

20,000,000

22,500,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

listrik, air bersih, serta jaringan utilitas lainnya. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten

Lingga saat ini perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya saing Kabupaten Lingga.

Infrastuktur Jalan

Jalan merupakan salah satu prasarana pengangkutan darat yang penting untuk

memperlancar kegiatan sektor perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha

pembangunan, maka akan pula menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk

memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke

daerah lain. Panjang jalan di Kabupaten Lingga pada tahun 2010 mencapai 504,65 km.

Pada tahun tersebut jalan yang diaspal sebesar 46,7% dari total panjang jalan yang ada.

Listrik

Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. Perusahaan

Listrik Negara (PLN). Pada tahun 2010 jumlah mesin ada 23 unit dengan daya

terpasangnya sebesar 7.560 kwh dengan produksi listrik yang dihasilkan sebesar

19.675.380 kwh. Kebutuhan listrik Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. PLN Cabang

Tanjungpinang.

Gambar 2.16 JUMLAH PRODUKSI LISTRIK PADA PT.PLN TAHUN 2001-2010

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011 (KWH)

Air Minum

Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti pada tahun

sebelumnya, pada tahun 2010 jumlah perusahaan air minum di Kabupaten Lingga

mencapai dua perusahaan. Untuk jumlah tenaga kerja yang berkerja di kedua perusahaan

Page 38: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐38  

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Daik

Dabo

tersebut ada sebanyak 20 orang. Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air

minum yang bersih dan sehat, jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2010

sebanyak 248.640 meter kubik dengan pelanggan sebanyak 994 orang di PDAM Cabang

Daik sementara di PDAM cabang Dabo didistribusikan sebanyak 458.168 meter kubik

dengan pelanggan sebanyak 2.236 orang.

Gambar 2.17

KAPASITAS PRODUKSI AIR MINUM DI PERUSAHAAN AIR MINUM

MENURUT BULAN TAHUN 2010(M3)

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011

Dalam memenuhi kebutuhan air minum yang sehat yang dibutuhkan masyarakat.

Kabupaten Lingga memiliki dua perusahaan daerah air minum, yaitu Perusahaan Daerah

Air Minum Cabang Dabo Singkep, dengan kapasitas produksi sebanyak 320.591 M3 dan

Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga dengan kapasitas produksi sebanyak

196.380 M3.

Tabel 2.25 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2008-2009

Uraian Jumlah

2008 2009

Page 39: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐39  

01. Kapasitas Produksi (M3) 178.668 M3 196.380 M3

02. Jumlah Tenaga Kerja 12 12

- Pekerja Teknis 6 6

- Pekerja Administrasi 3 3

- Tenaga Keamanan 3 3

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

Tabel 2.26 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2009

Uraian Jumlah

01. Kapasitas Produksi (M3) 320.591

02. Jumlah Tenaga Kerja 13

- Pekerja Teknis 6

- Pekerja Administrasi 7

- Tenaga Keamanan -

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas air minum yang bersih dan sehat,

jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2009 sebanyak 194.240 meter kubik

dengan pelanggan sebanyak 780 orang di PDAM Cabang Daik sementara di PDAM

Cabang Dabo didistribusikan sebanyak 429.933 meter kubik dngan pelanggan sebanyak

2.046 orang.

Tabel 2.27 Banyaknya Air Minum Yang disalurkan Menurut Kategori Pelanggan

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2008-2009

Kategori Pelanggan Jumlah (M3)

2008 2009

01. Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 152.208 159.140

Page 40: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐40  

02. Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 24.960 30.600

03. Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 1.500 4.500

04. Sarana Umum -

05. Hydran Pelabuhan -

10. Lainnya -

Jumlah 178.668 194.240

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

Tabel 2.28 Banyaknya Air Minum Yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2009

Kategori Pelanggan Jumlah (M3)

Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 318.585 354.118

Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 40.982 41.703

Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 27.560 34.112

Sarana Umum -

Hydran Pelabuhan -

Lainnya -

Jumlah 387.127 429.933

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Pos dan Telekomunikasi

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa kegiatan pengiriman dan

penerimaan benda-benda pos, seperti surat menyurat, paket pos, wesel, giro, dan tabungan,

telah didukung dengan keberadaan Kantor Pos. Pada tahun 2009 Surat tercatat yang

dikirim sebanyak 487 surat. Surat kilat khusus yang diterima dan dikirim masing-masing

sebanyak 5.307 dan 5.771 surat. Sedangkan jumlah paket pos diterima sebanyak 343 paket

dan dikirim sebanyak 230 paket.

c. Sumber Daya Manusia

Tinjauan terhadap tingkat pendidikan sumber daya manusia dalam konteks daya

saing daerah menunjukkan bahwa pada saat ini kualitas sumber daya manusia Kabupaten

Lingga masih perlu banyak peningkatan. Beban rasio tanggungan penduduk (Dependensy

Ratio) dapat digunakan sebagai indikator daya saing suatu daerah. Tingginya angka beban

tanggungan menyimpulkan tingginya juga faktor penghambat pembangunan ekonomi,

Page 41: Bab Ll Laporan Akhir

Feasibility Study ( Studi kelayakan)  Pembangunan Pabrik Komoditi Karet kabupaten Lingga 

 

  II‐41  

karena penduduk yang produktif harus menopang kehidupan yang tidak produktif. Usia

tidak produktif adalah usia antara 0–14 dan 65 tahun ke atas, jumlah penduduk tidak

produktif Kabupaten Lingga adalah 35.134 orang. Sedangkan usia produktif Kabupaten

Lingga adalah 51.110 (15-55 tahun. Rasio ketergantungan diketahui dari umur produktif

dibagi dengan usia tidak produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten Lingga adalah 1,5

orang atau 2 orang. Rasio tanggungan Kabupaten Lingga yaitu 2 orang produktif

menanggung 1 orang tidak produktif. Dengan angka beban tanggungan yang cukup rendah

ini maka daya saing daerah sebenarnya relatif lebih baik. Penguatan daya saing pada sisi

sumber daya manusia adalah dengan mengoptimalkan kualitas penduduk usia produktif

melalui program pelatihan dan pendidikan agar lebih siap masuk dalam lapangan kerja

yang membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi.