bab lima harus fix
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tentang perencanaanTRANSCRIPT

BAB V
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN
5. 1. Potensi, permasalahan serta tantangan wilayah studi dalam penataan
ruang
A. Potensi
Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, berupa
kawasan potensi pertambangan minyak dan gas bumi Blok Enrekang yang
terdapat di Kabupaten Enrekang ditetapkan di Kecamatan Masalle Desa
Batu Ke’de, Kecamatan Alla, Kecamatan Baraka, Kecamatan Baroko,
Kecamatan Enrekang, Kecamatan Cendana, Kecamatan Maiwa dan
Kecamatan Anggeraja.
KSK dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi, terdiri atas;
a. Kawasan potensi tambang batu bara di Kecamatan Enrekang;
b. Kawasan PLTA di Desa Lebani Kecamatan Bungin dan di Desa
Buttu Batu Kecamatan Enrekang;.1
c. Kecamatan Enrekang merupakan Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )
d. Kecamatan Enrekang merupakan pusat kegiatan perdagangan dan
jasa di Kabupaten Enrekang.
Adapun beberapa fungsi pusat permukiman di Kecamatan
Enrekang antara lain :
ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;
jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan
keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang,
dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan, yakni
sebagai pusat jasa pelayanan pemerintah;
jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan
pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
1Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 14 tahun 2011tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Enrekang Tahun 2011 - 2031
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 127

Dangke merupakan makanan khas masyarakat Kab.Enrekang
dimana bahan bakunya berasal dari susu sapi.Pengrajin Dangke di
Kab.Enrekang sebanyak 182. unit usaha dalam 2 (dua) kecamatan yaitu,
Enrekang dan Kec.Curio dan mempunyai binaan sebanyak 6 buah dan
memproduksi susu dalam satu tahun mencapai 96.000 liter yang terdiri
dari susu sapi dan kerbau.
B. Permasalahan
Dapat dilihat secara langsung bahwa Kecamatan Enrekang di
kelilingi oleh gunung-gunung sehingga menyebabkan kecamatan ini sulit
untuk berkembang walaupun kecamatan ini merupakan ibukota Kabupaten
Enrekang. Sebab dalam perencanaan transportasi terutama jalan sebagai
akses bilitas di Kecamatan Enrekang menyebabkan kawasan ini sulit untuk
untuk di kembangkan karena kondisi fifik wilayah yang berbukit-bukit.
Namun bukan hanya masalah letaknya yang berada di antara
gunung-gunung, banjir juga menjadi masalah yang cukup menyesakkan
warga dimana hampir setiap musim hujan terjadi banjir dikarenakan
terdapat 2 sungai yang cukup besar yaitu sungai saddang dan sungai mata
allo dan sungai ini memiliki titik pertemuan sehingga pada saat hujan,
kedua sungai tersebut meluap sehingga tidak dapat menampung jumlah air
yang sangat besar dan pada akhirnya air tersebut merembes masuk ke
permukiman-permukiman warga setempat.
C. Tantangan dalam penataan ruang
Di dalam penataan ruang memiliki tantangan tertentu dalam
merencanakan suatu wilayah sesuai dengan potensi yang di miliki masing-
masing wilayah. Sumber daya sangat berpengaruh pada penataan ruang,
sebab karakteristik sumber daya yang dimiliki merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat perkembangan dan pembangunan suatu
wilayah. Potensi sumber daya yang dimiliki oleh Kecamatan Enrekang
berproporsi pada sumber daya alam berupa sandang, pangan dan papan
yang tentu akan membantu perkembangan wilayahnya, selain itu, dengan
sumber daya manusia yang dimiliki Kecamatan Enrekang cukup memadai
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 128

untuk mengelolah sumber daya alam yang ada memungkinkan untuk dapat
berkembang pesat baik dalam sektor pertanian, perkebunan maupun
perekonomian untuk menjual hasil buminya keluar dari daerah Kecamatan
Enrekang.
Selain potensi, hal yang menjadi subtansi pokok dalam penataan
ruang suatu wilayah yaitu permasalahan-permasalahan seputar penataan
ruang di wilayah tersebut dan tantangan dalam mewujudkan tata ruang
yang kondusif dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil survei, permasalahan
paling berpengaruh sekaligus merupakan tantangan wilayah Kecamatan
Enrekang dalam penataan ruang yaitu, kondisi topografi, merupakan
kawasan rawan bencana serta permasalahan aksesbilitas yang belum
memadai untuk menunjang tingkat perkembangan di Kecamatan
Enrekang. Adapun berbagai permasalahan dan tantangan wilayah
Kecamatan Enrekang dalam penataan ruang beserta arahan-arahannya
dirangkum dalam tabel 5.1:
Tabel 5.1Permasalahan dan Tantangan Serta Arahan Kecamatan Enrekang
Dalam Penataan Ruang
No.Permasalahan dan Tantangan
ArahanIndikator Uraian
1. Kondisi Topografi wilayah
Kecamatan Enrekang memiliki topografi 500-1000 mdpl yang merupakan daerah berbukit-bukit, dengan kemiringan lereng yang sangat berfariasi mulai dari daerah datar sampai kemiringan lereng yang cukup curam. Dengan demikian, sangat berpengaruh pada penataan ruang berupa tata letak pembangunan di Kecamatan Enrekang.
Melakukan perencanaan berbasis lingkungan, yaitu dengan cara mengubah bentang alam yang ada, selain itu merencanakan berdasarkan peruntukannya. Karena kondisi topografi di Kecamatan Enrekang merupakan salah satu aspek wilayah yang menjadi karakteristik tersendirI dan cirri khas yang dimiliki oleh Kecamatan Enrekang itu sendiri.
2 Kawasan rawan bencana
Dengan kondisi fisik wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Enrekang
Tidak melakukan pembangunan di daerah rawan Longsor di Kecamatan
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 129

menjadikan wilayah ini merupakan kawasan rawan bencana sebab memiliki kemringan lereng yang cukup curam serta diapit oleh dua sungai besar yaitu sungai saddang, sungai mata allo. Berdasarkan peta rawan bencana, beberapa Desa/ Kelurahan di Kecamatan Enrekang terdapat titik rawan bencana longsor dan banjir.
Enrekang adapun pengembangnnya dapat diarahkan untuk peningkatan disektor pertanian. Pada daerah yang memilki kondisi topografi yang memungkinkan tidak adanya pembanguan. Selain itu perlunya pencegahan terhadap daerah yang rawan banjir dan longsor dengan membangun tanggul pada daerah sekitar sungai serta daerah rawan longsor,
3 Aksesibilitas Tingkat kenyamanan dan kemudahan akses antar Desa/Kelurahan di Kecamatan Enrekang’ relatif rendah, dikarenakan angkutan umum hanya beroperasi pada hari pasar dan sarana transportasi yang masih kurang, serta kondisi jalan yang kurang baik, memnyebabkan aksesbilitas terganggu
Perlu adanya pemerataan perbaikan jalan, baik jalan kolektor, lokal maupun jalan lingkungan di Kecamatan Enrekang, serta perlunya pengadaan angkutan umum meski diluar hari pasar, untuk mengangkut masyarakat yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Enrekang, aksesibilitas dan sistem transportasi sangat berpengaruh pada tingkat pengembangan dalam tujuan penataan ruang.
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2013
5.2 Analisis Kedudukan dan kepentingan wilayah studi dalam kebijakan
pembangunan wilayah kabupaten
Kecamatan Enrekang sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan ( PKL ) Hal
tersebut menjadi pertimbangan dalam satuan kebijakan pembangunan wilayah
kabupaten Enrekang. Dalam rencana pengembangan kawasan andalan
Kabupaten Enrekang, Kecamatan Enrekang diarahkan dalam pengembangan
Kawasan Fungsional sebab Kecamtan Enrekang juga merupakan ibukota
kabupaten dengan arahan sebagai kawasan unggulan industri, pariwisata,
perdagangan dan jasa dengan memberdayakan masyarakat setempat dan tetap
mempertahankan fungsi konservasi. Sehingga Kecamatan Enrekang perlu
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 130

meningkatkan tingkat pembangunan wilayahnya dalam aspek sarana dan
prasarana yang dapat meningkatkan wilayah Kecamatan Enrekang
Berdasarkan arah pembangunan dan rencana struktur ruang Kabupaten
Enrekang terhadap Kecamatan Enrekang, maka dapat disimpulkan bahwa
wilayah Kecamatan Enrekang memiliki taraf kepentingan dan kedudukan
yang sangat penting bagi pengembangan pembangunan khususnya dalam
aspek perekonomian dan pusat sentral kegiatan Kabupaten Enrekang. Maka
dari itu, pemerintah Kecamatan Enrekang perlu mengupayakan dengan
kapasitas yang lebih pada pembangunan sarana dan prasarana yang
sentralisirnya telah ditetapkan dalam kebijakan pembangunan Kabupaten
Enrekang yakni berpusat pada pembangunan berbasis pusat kegiatan
lingkungan, pusat kegiatan sentral serta perdagangan dan jasa. Dengan
fasilitas yang memadai tentunya akan membantu wilayah lain dalam
mengolah sumberdaya alam dalamnya dengan tujuan meningkatkan tingkat
perkembangan wilayah Kabupaten Enrekang.
Kedepan dengan adanya perkembangan kota yang diikuti dengan
bertambahnya jumlah penduduk maka pengembangan kawasan perumahan
dan permukiman melalui penciptaan lokasi-lokasi permukiman khususnya di
daerah Kecamatan Enrekang, dengan ditunjang infrstruktur yang lengkap dan
memadai seperti, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan fasilitas lain yang akan
meningkatkan tingkat perkembangan sumber daya manusia. Sehingga sumber
daya alam yang ada di Kabupaten Enrekang di imbangi dengan sumber daya
manusia yang kreatif dan unggul.
5.3 Analisis Kondisi Fisik Dasar
A. Analisis topografi dan kemiringan lereng
Kondisi Topografi di Kecamatan merupakan wilayah dataran yang
telah ditinjau dari aspek topografi. Kecamatan Enrekang mempunyai
tingkat ketinggian berada pada ketinggian 50-2000 mdpl. Jadi Kecamatan
Enrekang memiliki wilayah yang cukup tinggi sehingga penyerapan sinar
matahari dapat mencukupidigunakan untuk pertanian, perkebunan dan
objek wisata.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 131

Kondisi kemiringan lereng di Kecamatan ini yaitu 0-40%.Dengan
daerah yang memiliki kemiringan lereng yang berfariasi tiap daerah
dengan kemiringan 8-15%, 15-25%, dan 25-40%. Maka berdasarkan
“Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah,
tahun 1986”. Wilayah ini berada pada wilayah 0-8% atau landai, sehingga
wilayah ini cocok untuk wilayah pengembangan permukiman yang
didukung oleh fungsi penunjang lainnya seperti ketersediaan sarana dan
prasarana. Sedangkan kemiringan 8-15% Dapat di lakukan pembangunan
namun dalam taraf yang disesuaikan maksudnya bangunan-bangunan
dengan ketinggian bangunan yang melebihi dua lantai diasumsikan untuk
tidak dilakukan.Selain itu dengan kemiringan 8-25% cocok dimanfaatkan
sebagai kawasan persawahan, perkebunan, dan peternakan dan
pembangunan pemukiman namun disesuaikan dengan tingkat kerawanan
bencana atau kesesuaian wilayah yang ada. Dan untuk kemiringan lereng
25-40% baik dimanfaatkan sebagai kawasan hutan yang dapat membantu
jumlah RTH yang ada di Kecamatan Enrekang dan cocok sebagai kawasan
lindung untuk mengembangkan tumbuhan-tumbuhan langkah serta sebagai
habitat atau tempat hidup hewan-hewan hutan yang ada di Kecamatan
Enrekang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata alam.
B. Analisis Geologi dan Jenis Tanah
Kecamatan Enrekang memiliki struktur geologi berupa batu
gamping, batuan epiklasik dan batuan lava. Jenis tanah yang di Kecamatan
Enrekang adalah tanah Aluvial, tanah Litosol, tanah Mediteran, dan tanah
podsilik dengan tingkat kesuburan rendah maupun tinggi .
Berdasarkan jenis tanah yang ada di Kecamatan Enrekang ,maka
kawasan ini cocok untuk pertanian dan perkebunan jangka panjang
ataupun jangka pendek berupa coklat, kacang-kacangan, sayur-sayuran,
buah-buahan, serta umbi-umbian yang dapat dikelola sehingga membantu
tingkat perkembangan wilayah.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 132

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 133

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 134

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 135

Sedangkan untuk tanah yang memiliki tingkat kesuburan tanah
yang kurang baik atau rendah dapat di manfaatkan sebagai kawasan
terbangun pada ketinggian yang memungkinkan untuk mendirikan
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 136

bangunan, dan untuk daerah yang tidak memungkinkan untuk terbangun
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan hutan yang dapat membantu jumlah
RTH yang ada di Kecamatan Enrekang.
C. Analisis Klimatologi dan Hidrologi
1. Klimatologi
Iklim dan cuaca sangat mempengaruhi pola kehidupan
penduduk di suatu wilayah tertentu. berdasarkan data curah hujan dan
jumlah hari hujan di Kecamatan Enrekang, musim hujan terjadi
berkisar antara bulan November sampai bulan juni, dimana kondisi
iklim ini sangat mendukung untuk pengembangan kawasan budidaya
pertanian terutama tanaman jangka pendek seperti padi, sayur, dan
jagung .
Sedangkang musim kemarau terjadi pada kisaran bulan Juli
sampai bulan Oktober. Dimana dengan kondisi iklim ini menyebabkan
tingginya suhu di Kecamatan Enrekang di mana kondisi ini sangat
mendukung untuk pengembangnan kawasan budidaya perkebunan
utamanya tanaman jangka panjang seperti buah coklat, rambutan, dan
durian.
2. Hidrologi
Kecamatan Enrekang merupakan daerah lintasan air sungai
atau yang biasa disebut dengan wathershed. Di Kecamatan Enrekang
memiliki beberapa genangan berupa air permukaan baik itu genangan
temporer (sungai yang digunakan sebagai irigasi persawahan, dan
pengairan untuk areal perkebunan) maupun genangan periodik yang
terjadi saat musim penghujan yaitu areal persawahan. Sumber air yang
melimpah menjadikan Kecamatan Enrekang memiliki potensi
pertanian dan perkebunan yang tinggi karena seyogyanya tanaman
membutuhkan air untuk hidup dan di Kecamatan Enrekang hal itu
dapat terpenuhi. Kebutuhan air bersih yang bersumber dari PDAM
sudah ada, namun tidak semua desa/kelurahan di Kecamatan Enrekang
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 137

telah terjangkau air bersih dari PDAM, sebagian kecil masih
bergantung pada sumur bor dan juga dari sungai.
5.4 Analisis Penggunaan Pemanfaatan Lahan
Penggunaan dan pemanfaatan lahan di Kecamatan Enrekang di bagi 6
dan penggunan lahan yang paling luas yaitu hutan, baik hutan budidaya, hutan
lindung, maupun hutan konservasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa di
Kecamatan Enrekang masih terdapat lahan yang belum di gunakan atau belum
diolah. Namun pada saat sekarang pemerintah sudah mulai memanfaatkan
hutan yang belum dimanfaatkan untuk pelestarian plasma nutfah, penahan dan
penyaring partikel padat dari udara, peredam kebisingan, mengurangi bahaya
hujan asam. Begitupun dengan penggunaan lahan lainnya yang dimana
pemerintah terus berusaha mengembangkan fungsi lahan masing-masing
seperti RTH yaitu pengembangan Kecamatan Enrekang. Berikut adalah tabel
penggunaan lahan di Kecamatan Enrekang :
Tabel 5.2Penggunaan Lahan di Kecamatan Enrekang Tahun 2012
No. Penggunaan LahanLuas Lahan
(Ha)Persentase
1 Sarana 3144,9 1.082 Peemukiman 9405,4 3,23
3 Kebun Campuran 62547,6 21,48
4 Ladang 28740,4 9,87
5 Sawah 14792,4 5,08
6 Hutan 92656,6 31,82
7 Semak 51133 17,56
8 Padang Rumput 28767,6 9,88
Jumlah 291,19 100
Sumber : Kecamatan Dalam Angka dan Survey Lapangan 2013
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 138

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 139

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 140

5.5 Analisis Perekonomian Wilayah
A. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 141

Kecamatan Enrekang yang di tunjang dengan tingkat kesuburan
tanah sehingga kawasan ini berkembang dalam sektor pertanian dan
perkebunan yang tiap tahunnya terus meningkat begitu pun dengan
kecamatan yang lain yang ada di Kabupaten Enrekang sehingga kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi.
Kondisi sektor riil belum menunjang untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi agar dapat menjaga kesinambungan pembangunan
secara berkelanjutan. Hingga sekarang, sektor riil berupa hasil pertanian
dan perkebuanan belum mampu di suplai Keluar daerah Kecamatan
Enrekang maupun keluar kabupaten Enrekang sebab minimnya
infrastruktur untuk mengelola hasil pertanian dan perkebuan sehingga
belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan
lemahnya investasi, rendahnya daya saing dan tingkat inflasi tinggi
terutama karena faktor aksesibilitas rendah yang mengakibatkan daerah ini
selalu terjebak pada masalah ekonomi biaya tinggi. Tanpa pembenahan,
kondisi ini diduga akan menjadi ancaman serius bagi Kecamatan Enrekang
karena akan berdampak pada terbatasnya penciptaan peluang kerja,
tingginya jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin serta migrasi
keluar penduduk.
Berbagai kebijakan ekonomi akan diarahkan pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Kondisi ini
akan terus dijaga dan harga komoditi unggulan daerah Kecamatan
Enrekang sperti tanaman jangka panjang maupun jangka pendek perlu
distabilkan/ditingkatkan guna menjaga supply-demand yang seimbang.
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Efektivitas pemanfaatan sumber daya
alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi, yang diiringi dengan
infrastruktur yang memadai, dengan berbagai kebijakan penerapan pola
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada
keseimbangan antara eksploitasi SDA dan pertumbuhan ekonomi agar
tingkat pengurasan SDA tidak sampai pada tingkat yang mengancam
kehidupan masyarakat di daerah.
B. Komponen Pertumbuhan Ekonomi
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 142

1. Analisis Growth PDRB Kabupaten Enrekang
Analisis Growth dilakukan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan dari sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah setiap
tahunnya. Berdasarkan nilai PDRB Kabupaten Enrekang tiga tahun
terakhir(2009, 2010, 2011), dapat diketahui nilai growth 2009-2010 dan
growth 2010-2011. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 5.3:
Tabel 5.3Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Enrekang dan Produksi Kecamatan Enrekang Tahun 2011
No. Sektor Ekonomi
PDRB Kabupaten Enrekang Persentase
2009 2010 20112009-
2010 (%)
2010-2011 (%)
1 Pertanian 741.380,20 909.612,49 1.085.451,92 22,69 19,33
2Pertambangan dan Penggalian
10.991,82 12.555,40 14.260,58 14,24 13,59
3 Industri Pengolahan 41.088,05 42.903,87 59.817,60 4,42 39,43
4Listrik, Gas dan Air Bersih
7.400,55 8.563,59 10.186,26 15,73 18,96
5 Bangunan 93.314,03 111.413,42 121.611,99 19,40 9,15
6Perdagangan, Hotel dan Restoran
138.937,91 170.839,38 201.709,32 22,96 18,07
7Angkutan dan Komunikasi
35.181,05 43.609,34 52.554,99 23,96 20,52
8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
63.438,62 77.765,90 89.261,97 22,59 14,78
9 Jasa-Jasa 482.482,98 544.145,46 656.835,91 12,78 20,71Sumber: PDRB Kabupten Enrekang dan Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan perhitungan analisis growth pada tabel 5.3, PDRB
Kabupaten Enrekang secara keseluruhan sektor perekonomian
mengalami nilai pertumbuhan (+). Hal ini menujukkan seluruk sektor di
Kabupaten Enrekang baik disektor pertanian, pertambangan,
perdagangan, jasa dan lainnya berpotensi untuk mengalami
perkembangan.
2. Analisis Growth Kecamatan Enrekang
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 143

Kecamatan Enrekang sebagai pusat kegiatan lokal dan
merupakan ibukota Kabupaten Enrekang yang dimana kawasan ini
lebih bergerak pada kegiatan perkotaan yang dimana terdapat berbagai
kegiatan perdagangan dan jasa. Selain itu, Kecamatan Enrekang yang
masih bergerak dalam kegiatan produksi pertanian meliputi sektor
tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan dapat diketahui
pada basis dan kurun waktu mana sektor tersebut mengalami
pertumbuhan (+) atau penurunan (-) dengan menggunakan analisis
growth yang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4Analisis Growth Produksi Sektor Pertaniandi Kecamatan Enrekang Tahun 2009-2011
No Sektor PertanianTahun Nilai growth
2009 2010 20112009-2010
(%)2010-2011
(%)
1.Tanaman Pangan (ton)
24.872,65 25.648,75 28.615,3 3,10 11,57
2. Perkebunan (ton) 684.54 713.87 793,4 4,43 11,293. Perikanan (ton) 21,37 22,18 22,65 8,88 6,624. Peternakan (ekor) 45.316,67 47.631,39 48.388 5,11 1,56
Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa semua sektor ekonomi
yang ada di Kecamatan Enrekang bernilai (+) baik sektor tanaman
pangan atau pertanian, perkebunan, peternakan, maupun perikanan.
3. Analisis Share Kecamatan Enrekang Terhadap Prospek Ekonomi
Kabupaten Enrekang
Karakteristik ekonomi wilayah Kecamatan Enrekang dapat
diketahui dengan menggunakan analisis share. Bila share bernilai x>2
diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila
share bernilai 1<x<2 diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang
diberikan kecil (rendah). Adapun hasil share Kecamatan Enrekang
terhadap prospek ekonomi Kabupaten Enrekang yakni dapat dilihat pada
tabel 5.5 berikut;
Tabel 5.5Analisis Growth Produksi Sektor Pertanian
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 144
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013

di Kecamatan Enrekang Tahun 2009-2011
No Sektor Ekonomi
Produksi
Nilai ShareKabupaten Enrekang
Kecamatan Enrekang
1Tanaman Pangan (ton)
243.225,58 28.615,3 11,76
2 Perkebunan (ton) 744.921,13 793,4 0,11
3 Perikanan (ton) 406,41 22,65 5,57
4 Peternakan (ekor) 926.255 48.388 5,22Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai share
tertinggi ada pada sektor tanaman pangan yaitu 11,76 sedangkan yang
terendah ada pada sektor perkebunan yaitu 0,11. Dari hasil analisis growth
dan share di Kecamatan Enrekang maka pertimbangan klasifikasi sektor
sebagai komponen pertumbuhan ekonomi yang ditinjau dari tingkat
pertumbuhan pada tahun 2011, maka ditetapkan pengelompokan klasifikasi
sektor yang diuraikan pada tabel 5.6 berikut;
Tabel 5.6Klasifikasi Sektor Hasil Growth dan Share
Kecamatan Enrekang Tahun 2011
No. Sektor Ekonomi Growth Share Klasifikasi Sektor
1Tanaman Pangan (ton)
(+) (+) Sektor Unggulan
2 Perkebunan (ton) (+) (-) Sektor Dominan
3 Perikanan (ton) (+) (+) Sektor Unggulan
4 Peternakan (ekor) (+) (+) Sektor UnggulanSumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Gambar 1. Komponen Pertumbuhan Ekonomi
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 145
Sektor Dominan (+
-)
SektorUnggulan
(+ +)
SektorStatis
(- -)
SektorPotensial (-
+)

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan
Enrekang memiliki 3 sektor unggulan yaitu sektor tanaman pangan atau
pertanian, perikanan, dan peternakan, serta memiliki satu sektor dominan
yaitu sektor perkebunan.
C. Perkembangan PDRB Kabupaten/Kecamatan EnrekangTahun 2007 –
2011
Dengan melihat nilai PDRB Kabupaten Enrekang, dapat diketahui
bahwa perkembangan nilai PDRB Kabupaten Enrekang terus mengalami
peningkatan dari tahun 2007-2011 dimana rata-rata pertumbuhannya yakni
1.661.376,28 juta rupiah. Dari kurva peningkatan ini, menurut analisis
kami, Kabupaten Enrekang harus terus meningkatkan perekonomian tidak
hanya dalam peningkatan produksi sektor pertanian namun juga dalam
sektor perindustrian, pertambangan maupun transportasi.
Hal yang utama perlu dilakukan yakni peningkatan kualitas sumber
daya manusia dan peningkatan aksesibilitas. Jika suatu wilayah mengalami
perkembangan maka kualitas sumber daya manusia adalah hal yang paling
berpengaruh terhadap pencapaian perkembangan tersebut selain itu
aksesibilitas merupakan poin penting pula dalam meningkatkan
perekonomian hingga pembangunan di suatu wilayah. Beberapa wilayah
di Kabupaten Enrekang bagian utara memiliki aksesibilitas yang kurang
baik, untuk itu tanpa dihalangi oleh kondisi aspek fisik dasar, sebaiknya
pemerintah maupun masyarakat setempat melakukan peningkatan
aksesibilitas hingga ke daerah-daerah pedalaman Kabupaten Enrekang
misalnya dengan perbaikan dan pelebaran jalan.
D. Analisis Sektor Basis Eksport Kabupaten/Kecamatan Enrekang
A. Analisis LQ Sektor Pertanian
Pada sektor pertanian, produksi Kabupaten Enrekang pada tahun
2011 mencapai 126.827,57 Ton terhadap komoditas yang terdapat di
Kecamatan Enrekang. Sedangkan produksi di Kecamatan Enrekang
mencapai 28.615,3 Ton. Adapun jenis komoditas yang terdapat di
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 146

Kecamatan Enrekang dapat dilihat pada tabel 5.7 beserta produksinya
tiap komoditas.
Tabel 5.7Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Enrekang dan Produksi Kecamatan
Enrekang Tahun 2011
NoJenis
KomoditasProduksi Kabupaten
(Ton)
Produksi Kecamatan
Enrekang(Ton)1 Padi 67.583,74 6.681,72 Jagung 46.135,03 21.071,93 Ubi Kayu 9.068,63 258,14 Ubi Jalar 3.450,70 3695 Kacang Tanah 64,12 6,86 Kacang Kedelai 525,35 227,8
Jumlah 126.827,57 28.615,3 Sumber: PDRB Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Dalam Angka Tahun 2011
Diagram 5.1Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Enrekang dan Produksi Kecamatan
Enrekang Tahun 2011
Padi JagungUbi Kayu
Ubi JalarKacang Tanah
Kacang Kedelai
01000020000300004000050000600007000080000
Produksi Kabupaten (Ton)
Produksi Kecamatan Enrekang (Ton)Produksi Kabupaten (Ton)
Sumber: PDRB Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan data produksi sektor pertanian di Kecamatan
Enrekang pada tabel 5.7 dan diagram 5, dapat disimpulkan bahwa
komoditas dengan produksi terbesar yaitu jagung mencapai 21.071,9
Ton dari 46.135,03 Ton produsi Kabupaten Enrekang, sementara padi
yang menjadi bahan makanan pokok hanya mencapai 6.681,7 Ton dari
67.583,74 Ton produksi Kabupaten Enrekang. Adapun komoditas
dengan produksi terendah yaitu kacang tanah, hanya mencapai 6,8 Ton
dari 64,12 Ton produksi Kabupaten Enrekang. Besarnya jumlah
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 147

produksi di Kecamatan terhadap produksi skala Kabupaten jelas
mempengaruhi potensi suatu komoditas. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 5.8. berikut:
Tabel 5.8Hasil Analisis LQ Sektor Pertanian di Kecamatan Enrekang
No Jenis KomoditiR1 R2
LQ Potensi(Si/S) (Ni/N) (Si/Ni) (S/N)
1 Padi 0,23 0,53 0,10 0,23 0,43 Impor
2 Jagung 0,74 0,36 0,46 0,23 2,05 Ekspor
3 Ubi Kayu 0,01 0,07 0,03 0,23 0,14 Impor
4 Ubi Jalar 0,01 0,03 0,11 0,23 0,33 Impor
5 Kacang Tanah 0,00 0,00 0,11 0,23 0,48 Impor
6 Kacang Kedelai 0,01 0,00 0,43 0,23 1,87 EksporSumber: Analisis LQ dan Hasil Analisis Tahun 2013
Dari tabel 5.8 dapat diketahui komoditas yang berpotensi untuk
dilakukan ekspor ke daerah lain meliputi jagung dan kacang kedelai.
Sementara untuk komoditas lainnya masih memerlukan pasokan dari luar,
seperti padi, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,dan untuk kebutuhan
pertanian lain seperti tomat, dan sayur-sayuran lainnya masih harus
melakukan impor sebab Kecamatan Enrekang tidak mengasilkan
kebutuhan sayur-sayuran dan lain sebagainnya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pada sektor pertanian di Kecamatan Enrekang, hanya ada dua
komoditas yang berpotensi untuk dilakukan ekspor, sehingga potensi
untuk dilakukannya impor dari daerah lain lebih besar dari pada potensi
untuk dilakukannya ekspor ke daerah lain agar kebutuhan masyarakat
dalam aspek kebutuhan pertanian terpenuhi.
B. Analisis LQ Sektor Perkebunan
Untuk sektor perkebunan, Kecamatan Enrekang memiliki produksi
terbesar pada komoditas pisang, mangga dan pepaya. Produksi disektor
perkebunan mencapai 793,4 Ton di Kecamatan Enrekang dari total
13.856,78 Ton produksi keseluruhan di Kabupaten Enrekang terhadap
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 148

komoditas yang ada di Kecamatan Enrekang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 5.9 berikut :
Tabel 5.9Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang
Tahun 2011
NoJenis
KomoditiProduksi Kabupaten
(Ton)
Produksi Kecamatan
Enrekang (Ton)1 Nangka 1.261,05 29,52 Salak 2.225,93 11,23 Papaya 4.618,1 181,64 Pisang 1.960,72 243,35 Nanas 282,25 1,66 Alpukat 108,24 5,17 Mangga 965,12 221,38 Jeruk Bali 151,97 9,89 Rambutan 2.256,4 90
Jumlah 13.856,78 793,4Sumber: PDRB Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Dalam Angka Tahun 2013
Diagram 5.2Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang
Tahun 2011
NangkaSalak
PapayaPisang
NanasAlpukat
ManggaJeruk Bali
Rambutan
0500
100015002000250030003500400045005000
Produksi Kabupaten (Ton)
Produksi Kecamatan Enrekang (Ton)
Sumber: PDRB Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Dalam Angka Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.9 dan diagram 5.2 dapat dilihat produksi
terbesar di Kecamatan Enrekang yaitu pada komoditas pisang dengan
243,3 ton dari 1.960,72 ton produksi Kabupaten Enrekang, sementara
Mangga mencapai 221,3 ton di Kecamatan Enrekang dari produksinya
965,12 ton di Kabupaten Enrekang. Sedangkang komoditas paling rendah
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 149

dalam sektor perkebunan Kecamatan Enrekang yaitu Nanas berkisar 1,6
Ton dari produksinya 282,25 ton di Kabupaten Enrekang.Untuk
mengetahui komoditas apa saja di Kecamatan Enrekang yang berpotensi
untuk dilakukan ekspor ke daerah lain, dapat dilihat pad tabel 5.10 :
Tabel 5.10Hasil Analisis LQ Sektor Pertanian di Kecamatan Enrekang
NoJenis
Komoditi
R1 R2
LQ Potensi(Si/S) (Ni/N) (Si/Ni) (S/N)
1 Nangka 0,04 0,10 0,02 0,06 0,4 Impor
2 Salak 0,01 0,16 0,01 0,06 0,06 Impor
3 Papaya 0,23 0,33 0,04 0,06 0,7 Impor
4 Pisang 0,31 0,14 0,12 0,06 2,21 Ekspor
5 Nanas 0,00 0,02 0,01 0,06 0,17 Impor
6 Alpukat 0,01 0,01 0,05 0,06 1 Impor
7 Mangga 0,28 0,07 0,23 0,06 4 Ekspor8 Jeruk Bali 0,01 0,01 0,06 0,06 1 Impor
9 Rambutan 0,11 0,16 0,04 0,06 0,7 ImporSumber: Analisis LQ dan Hasil Analisis Tahun 2013
Dapat dilihat pada tabel 5.10, komoditas yang berpotensi untuk
diekspor ke daerah lain yaitu pisang dan mangga. Sementara komoditas
seperti nangka, pepaya, rambutan, nanas, alpukat, salak,dan jeruk bali
serta kebutuhan masyarakat dalam aspek tanaman perkebunan lainnya
masih membutuhkan impor dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Kecamatan Enrekang. Jadi dapat disimpulkan, komoditas
disektor perkebunan di Kecamatan Enrekang masih minim yang
berpotensi dilakukan ekspor ke daerah lain.
C. Analisis LQ Sektor Peternakan
Adapun disektor peternakan, jumlah ternak yang ada di Kecamatan
Enrekang mencapai 48.388 ekor dari jumlah keseluruhan ternak yang
ada di Kabupaten Enrekang yaitu 1.019.916 ekor terhadap jenis ternak
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 150

yang ada di Kecamatan Enrekang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tebel 5.11, sebagai berikut :
Tabel 5.11Produksi Ternak/ Unggas di Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang
Tahun 2011
NoJenis Ternak/
UnggasProduksi
Kabupaten (Ekor)
Produksi Kecamatan
Enrekang(Ekor)1 Sapi Perah 1.362 2042 Sapi Potong 42.107 12.6353 Kerbau 3.489 14 Kambing 36.624 2.1735 Ayam Ras 676.109 25.5736 Itik Manila 565 227 Kuda 432 788 Ayam ras pedaging 41.177 2009 Ayam ras petelur 5.280 7.502
Jumlah 1.019.916 48.388
Sumber: PDRB Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Dalam Angka Tahun 2013
Diagram 5.4Produksi Ternak/ Unggas di Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang
Tahun 2011
Sapi Perah
Sapi Potong
KerbauKambing
Ayam Ras
Itik Manila
KudaAyam ras pedaging
Ayam ras petelur
0100000200000300000400000500000600000700000800000
Produksi Kabupaten (Ekor)
Produksi Ke-camatan En-rekang (Ekor)
Sumber: PDRB Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Dalam Angka Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.11 dan diagram 5.3, Kecamatan Enrekang
memiliki produksi terbesar untuk jenis ayam ras mencapai 25.573 ekor
dari total 676.109 ekor keseluruhan di Kabupaten Enrekang, sementara
untuk produksi peternakan yang paling terendah yaitu kerbau dan itik
manila hanya mencapai 1 ekor dan 22 ekor dari 3.489 dan 565 ekor
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 151

jumlah keseluruhan di Kabupaten enrekang. Untuk mengetahui jenis
ternak yang berpotensi di lakukan ekspor ke daerah lain, dapat dilihat
pada tabel 5.12:
Tabel 5.12Hasil Analisis LQ Sektor Peternakan di Kecamatan Enrekang
NoJenis Ternak/
UnggasR1 R2
LQPotens
i(Si/S) (Ni/N) (Si/Ni) (S/N)1 Sapi Perah 0,00 0,00 0,14 0,04 0,28 Impor2 Sapi Potong 0,26 0,04 0,3 0,04 0,15 Impor3 Kerbau 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 Impor4 Kambing 0,04 0,04 0,05 0,04 0,08 Impor5 Ayam Ras 0,53 0,66 0,03 0,04 1,33 Ekspor6 Itik Manila 0,00 0,00 0,03 0,04 0,00 Impor7 Kuda 0,00 0,00 0,18 0,04 0,00 Impor8 Ayam ras pedaging 0,00 0,16 0,00 0,04 0,25 Impor9 Ayam ras petelur 0,16 0,09 0,07 0,04 0,57 Impor
Sumber: Analisis LQ dan Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.12 jenis ternak sapi perah, kambing, itik
manila, sapi potong, kerbau, kuda, ayam pedaging, ayam petelur harus
melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
Kecamatan Enrekang dalam aspek kebutuhan ternak, sementara untuk
jenis ayam ras berpotensi untuk di ekspor keluar daerah. Jadi, jumlah
jenis ternak di Kecamatan Enrekang yang perlu di impor lebih besar
dibandingkan untuk melakukan ekspor. Sehingga pendapatan
Kecamatan Enrekang dalam peternakan masih sangat kurang di
bandingkan dengan kecamatan yang lain yang ada di Kabupaten
Enrekang.
D. Analisis LQ Sektor Perikanan
Melihat wilayah di Kecamatan Enrekang yang merupakan daerah
daratan berbukit dan dataran, sehingga perikanan yang dimanfaatkan
meruapakan peikanan air tawar seperti sawah, kolam, dan perikanan
dari sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut,
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 152

Tabel 5.13Produksi Sektor Perikanan
di Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Tahun 2011
No.Jenis
Budidaya Ikan
Produksi Kabupaten
Enrekang (ton)
Produksi KecamatanEnrekang (ton)
1 Sawah 257,57 13,992 Kolam 13,38 5,93 Sungai 10,46 2,76
Jumlah 281,41 22,65Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2013
Diagram 5.4Produksi Sektor Perikanan
di Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Enrekang Tahun 2011
Sawah Kolam Sungai0
50
100
150
200
250
300
Produksi Kabupaten Enrekang (ton)
Produksi Kecamatan
Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.13 dan diagram 5.4 jumlah perikanan yang ada
di Kecamatan Enrekang mencapai 22,65 ton dari jumlah keseluruhan
perikanan yang ada di Kabupaten Enrekang yaitu 281,41 terhadap jenis
perikanan yang ada di Kecamatan Enrekang. Jumlah perikanan yang
paling besar yaitu sawah dengan hasil perikanan 13,99 ton terhadap
perikanan Kabupaten Enrekang 257,57 ton. Untuk mengetahui jumlah
perikanan yang berpotensi untuk di ekspor atau pun di impor dapat
dilihat pada tabel 5,14 berikut :
Tabel 5.14Hasil Analisis LQ Sektor Perikanan di Kecamatan Enrekang
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 153

No.Jenis
Budidaya IkanRI R2
LQ Potensi(Si/S) (Ni/N) (Si/Ni) (S/N)
1 Sawah 0,62 0,19 0,05 0,08 3,26 Ekspor2 Kolam 0,26 1,07 0,44 0,08 0,24 Impor3 Sungai 0,12 0,08 0,26 0,08 1,5 Ekspor
Sumber: Analisis LQ dan Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat dilihat bahwa perikanan yang
berpotensi untuk di ekspor pada Kecamatan Enrekang yaitu sawah dan
sungai sedangkan perikanan kolam masih perlu melakukan impor
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kecamatan Enrekang dalam
sektor Perikanan.
5.6 Analisis Kesesuaian Lahan
Dalam suatu perencanaan, pertimbangan kesesuaian lahan terhadap
pemanfaatan lahan merupakan aspek utama yang perlu diamati. Adapun
prosedur perhitungan pada analisis kesesuaian lahan Kecamatan Enrekang
mencakup beberapa proses yang meliputi penentuan skor kelas seperti
kelerengan lapangan dan yang kedua ialah analisis nilai kelas (pembobotan)
yang diuraikan menjadi beberapa poin penjabaran berikut;
1. Penentuan skor kelas
a. Kelerengan lapangan
Poin utama dalam penentuan skor kesesuaian lahan yakni kondisi
topografi wilayah ialah kelerengan daratan. Untuk mengetahui skor
kelas kelerengan lapangan, kepekaan terhadap erosi, dan intensitas
curah hujan, di Kecamatan Enrekang digunakan kelas dan nilai skor
kemiringan lereng berikut;
Tabel 5.16Kelas dan Nilai Skor Kemiringan Lereng
Nilai Kelas Lereng
Kemiringan ( % ) Kategori
1 0 – 8 Datar2 8 – 15 Landai3 15 – 25 Agak Curam
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 154

4 25 – 40 Curam5 > 40 Sangat Curam
Sebagian besar lahan Kecamatan Enrekang yakni merupakan
lahan dengan kemiringan lereng 8-40%. Pada standar kelas dan nilai
skor kemiringan lereng, dapat diketahui bahwa Kecamatan Enrekang
sehingga berada 3 kategori wilayah yaitu landai, agak curam, dan
curam. Jadi, Kecamatan Enrekang berada pada nilai kelas lereng 2, 3,
dan 4 .
b. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi
Tingkat kesesuaian lahan dipengaruhi pula oleh tingkat kepekaan
tanah terhadap erosi. Adapun kelas dan nilai skor kepekaan tanah
terhadap erosi yang dijadikan pedoman dalam penentuan skor
kepekaan tanah di Kecamatan Malua dapat dilihat pada tabel 5.17
berikut;
Tabel 5.17Kelas dan Nilai Skor Kepekaan Tanah Terhadap Erosi
Nilai Kelas Tanah
Jenis Tanah Kategori
1Alluvial, Glei, Planosol, Hidromorf Kelabu, Latereite Air Tanah
Tidak Peka
2 Latosol Agak Peka
3Brown Forest Soil, Non Calvic Brown, Mediteran
Kurang Peka
4Andosol, Laterite, Grumusol, Podsol, Patsolit
Peka
5 Pegosol, Litosol, Organosol, Rensina Sangat Peka
Adapun jenis tanah yang tersusun di Kecamatan Enrekang yaitu
tanah alluvial, tanah litosol, tanah mediteran, dan tanah podsolik.
Berdasarkan tabel 2 jenis tanah ini memiliki kepekaan bermacam-macam
yaitu tidak peka, kurang peka, peka, dan sangat peka sehingga termasuk
dalam kelas 1, 3, 4, dan 5.
c. Intensitas Curah Hujan
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 155

Semakin tinggi intensitas curah hujan di suatu wilayah maka
semakin tinggi pula potensi wilayah tersebut untuk dilakukan kegiatan
budidaya di wilayah tersebut. Pada intensitas curah hujan dalam analisis
kesesuaian lahan yakni rata-rata hujan mm dibagi rata-rata jumlah hari hujan
dalam setahun. Berikut tabel nilai 5.18 dan skor kelas untuk mengukur
intensitas curah hujan di Kecamatan Malua.
Tabel 5.18
Nilai dan Skor Kelas Intensitas Curah HujanNilai Kelas Intensitas Hujan Kategori
1 < 13.5 Sangat rendah2 13,6 - 20,7 Rendah3 20,7 - 27,7 Sedang4 27,7 - 34,8 Tinggi5 >34,8 Sangat Tinggi
Intensitas Curah Hujan = Rata-rata CH / rata-rata HH
= 179,58 / 8,5
= 21,13
Dengan berdasar pada standar nilai dan skor kelas intensitas curah
hujan maka nilai kelas intensitas hujan Kecamatan Malua yakni berada pada
kelas 3 atau memiliki intensitas curah hujan yang tergolong sedang.
2. Analisis Nilai Kelas (Pembobotan)
Menganalisis nilai kelas atau pembobotan dimaksudkan untuk
mengetahui skor total kesesuaian lahan di wilayah Kecamatan Malua
dengan bersumber pada skor kelas kelerangan, kepekaan tanah terhadap
erosi dan intensitas curah hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5.19 berikut;
Tabel 5.19Hasil Pembobotan Nilai Kelas di Kecamatan Malua
Variabel Kondisi Nilai Bobot Indeks
1 Kelerengan Lapangan 3 3 x 20 602 Kepekaan Tanah 1 1 x 20 20
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 156

3 Intensitas CH 3 3 x 20 60Jumlah 140
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Dengan hasil pembobotan maka dapat diketahui penetapan kawasan
yang sesuai dengan lahan di Kecamatan Malua. Adapun kriteria penetapan
kawasan berdasarkan hasil skor yakni dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut;
Tabel 5.20Kriteria Penetapan Kawasan
Penentuan Kawasan Kriteria
Kawasan Hutan Lindung
Skor 175 dan > 175
Hutan Produksi Terbatas
Skor 125 – 124
Hutan Produksi Tetap < 124Hutan Produksi Konversi
< 124 diluar hutan suaka alam, hutan wisata, hutan produksi tetap dan terbatas
Pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa skor total kesesuaian lahan di
Kecamatan Malua yakni 140. Dengan skor dan kriteria penetapan kawasan
ditetapkan bahwa pemanfaatan ruang di Kecamatan Malua sebagian besar
lahannnya dialokasikan untuk wilayah kawasan lindung yang mencakup
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup meliputi sumber daya alam dan sumber daya buatan.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 157

A. Faktor Pembatas Kesesuaian Lahan
Melihat Kondisi fisik wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan
Enrekang, sehingga memilki faktor pembatas kesesuaian lahan. Dengan
kemiringan lereng yang dimiliki oleh Kecamatan Enrekang 0-40 %
menyebabkan kawasan ini rawan longsor. Selain itu, wilayah ini di apit
oleh sungai-sungai besar seperti sungai saddang dan sungai mata allo
wilayah ini mengalami banjir ketika musim hujan terjadi. Oleh karena itu
perlu adanya penyesuaian lahan yang ada di Kecamatan Enrekang sesuai
dengan peruntukannya dengan melihat wilayah-wilayah yang dapat di
manfaatkan dengan maksimal. Sebab pada wilayah ini memiliki kesuburan
tanah yang cukup baik.
B. Kesesuaian Lahan Potensial
Melihat potensi yang ada di Kecamatan Enrekang perlu adanya
kesesuaiaan lahan. Sehingga pada kawasan yang berpotensi untuk
dikembangkan perlu melihat aspe-aspek yang ada dalam pemanfaatannya,
agar pembangunan yang dilakukan memiliki manfaat yang maksimal.
Kecamatan Enrekang yang merupakan ibukota Kabupaten Enrekang
sehingga perlu adanya peningkatan Infrastruktur yang ada serta
pemanfaatan lahan yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang cukup
baik berpotensi unuk dikembangkan pada sektor pertanian dan perkebunan
dengan kata lain kawasan budidaya yang ada perlu dikembangkan dengan
melihat faktor pembatas kesesuaian lahan.
C. Kesesuaian Lahan Aktual
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 158

Dengan adanya kesesuaian lahan yang ada di Kecamatan Enrekang,
maka kawasan budaya perlu di perhatikan pemanfaatannya agar
bermanfaat sesuai dengan peruntukannya karena melihat beberpa potensi
yang dimilki oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu
mengembangkan kawasan tertentu cepat tumbuh atau potensial tumbuh
(kawasan andalan) terutama dalam rangka meningkatkan keterkaitan
kegiatan produksi pertanian dan perkebunan yang ada di Kecamatan
Enrekang , dengan memperhatikan potensi sumber daya alam yang ada
serta orientasinya dan keterkaitannya dengan pengembangkan kawasan-
kawasan kaya sumberdaya alam dengan mengarahkan pembangunan
seoptimal mungkin dan tetap menjaga kelestarian lingkungan (sustainable
development). Dengan pemanfaatan kawasan yang ada, dengan melihat
kesesuaian lahan, maka sumber daya yang ada tentunya akan di
manfaatkan secara maksimal.
Pada kawasan yang merupakan daerah rawan bencana, maka
kawsan tersebut perlu di kendalikan dengan menjadikan wilayah tersebut
sebagai Kawasan lindung dengan upaya pengendalian lingkungan,
sehingga kawasan ini tidak dimanfaatkan akan tetapi sebagai pola
pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan
bawahannya yang terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan bergambut,
dan kawasan resapan air sehingga mencegah terjadinya bencana banjir dan
longsor di Kecamatan Enrekang. Dan kawasan lindung juga dapat
berfungsi sebagai pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya atau pariwisata alam.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 159

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 160

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 161

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 162

B. Analisis Sistem Jaringan Prasarana
Demi menciptakan kesejahteraan dan perkembangan suatu wilayah
dapat kita lihat dengan ketersediaan dan kelayakan prasarana di wilayah
tersebut. Dimana prasarana ini merupakan suatu sistem bagi masyarakat
untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Adapun hasil analisis
system jaringan prasarana dapat di lihat pada tabel berikut:
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 163

Tabel 5.19Analisis Sistem Jaringan Prasarana di Kecamatan Enrekang
No Prasarana Analisis
1. Jaringan Jalan Perlu dilakukan perbaikan jalan demi kenyamana pengguna jalan. Melihat kondisi jaringan jalan di wilayah ini masih terdapat sedikit jalan yang rusak.
2. Jaringan Drainase
Pentingnya kesadaran masyarakat bahwa drainase adalah salah satu wadah tempat penampungan air hujan maupun air limbah, oleh karena itu perlu diadakannya pembangunan drainase di jalan-jalan yang belum terdapat drainase, serta tidak membuang sampah pada sembarang tempat.
3. Jaringan Air Bersih
Sumber jaringan air bersih di Kecamatan Enrekang di dominasi oleh air PDAM, tetapi terkadang air mengalami kedangkalan, oleh karena itu perlu adanya perhatian ekstrim dar pemerintah.
4. Jaringan Listrik Jaringan listrik sudah terjangkau di seluruh wilayah di Kecamatan Enrekang namun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di wilayah ini yang tentu membutuhkkan konstribusi jaringan listrik yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan pembangkit tenaga listrik.
5. Jaringan Telekomunikasi
Untuk meningkatkan kelancaran berkomunikasi di daerah ini, dibuat penambahan sinyal telepon seluler hingga ke daerah-daerah yang lebih terpencil seperti desa buntu batuan. Selain itu, pembangunan telepon umum dan warung telepon juga bisa menjadi salah satu alternatif guna memenuhi kebutuhan masyarakat Kecamatan Malua dalam spasial kebutuhan komunikasi.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 164

No Prasarana Analisis
6. Persampahan Di Kecamatan Malua belum tersentuh oleh asumsi prasarana dalam pengolahan persampahan secara umum. Jadi sebaiknya di wilayah ini disediakan prasarana persampahan seperti tong sampah, gerobak sampah dan kontainer serta dilakukan pengolahan persampahan dengan sistem persampahan yang berujung pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai harus dihentikan.
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2013
5.8 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang
Konsep pengembangan pola ruang akan dikembangkan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan ang berlaku serta sesuai dengan kaidah-kaidah
pengembangan ruang. Pada dasarnya pembagian pola ruang ini akan terbagi
berdasarkan 2 pola ruang utama yaitu kawasan budidaya dan kawasan
lindung. Berikut ini akan diruaikan mengenai masing-masing jenis
pemanfaatan ruang tersebut.
A. Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung
Hutun lindung adalah kawasan yang karena keadaan dan sifat fisik
wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan
penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan hidroorologi, yaitu tata
air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan dan kesuburan
tanah, baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun kawasan yang
dipengaruhi di sekitarnya. Luas kawasan lindung di Kecamatan Enrekang
mencapai 291.190 Ha dari total kawasan lindung di Kabupaten Enrekang.
Kawasan lindung yang terdapat Kecamatan Enrekang terdiri dari beberapa
yaitu:
1. Kawasan hutan lindung
Daerah yang termasuk kawasan hutan lindung memiliki ketinggian
dari 2000 meter serta memiliki kemiringan lebih dari 40%. Luas
kawasan hutan lindung di Kecamatan Enrekang yaitu mencapai
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 165

121.426 Ha. Kawasan hutan lindung di Kecamatan Enrekang terdapat
di Desa Rosoan, Desa Tokkonan, Desa Kallupini, Desa tungka, Ranga
dan Desa Tallu Bamba.
2. Daerah Rawan Bencana
Di Kecamatan Enrekang terdapat daerah rawan bencana yang
memiliki luas 5.728 Ha. Daerah rawan bencana alam yaitu di sekitar
pertemuan antara sungai saddang dan sungai mata allo yaitu di
Kelurahan Juppandang dan Kelurahan Galonta merupakan daerah
rawan bencana banjir. Di Kecamatan Enrekang juga terdapat daerah
rawan bencana longsor yaitu tepatnya di Desa Lembang, Kelurahan
Tuara, Desa Rosoan, Desa Buttu Batu, dan Desa Tallu Bamba. Daerah
rawan bencana merupakan kawasan lindung yang terdapat di
Kecamatan Enrekang.
3. Sempadan sungai
Sempadan sungai merupakan salah satu kawasan lindung yang
terdapat di Kecamatan enrekang dan memiliki luas mencapai 3.276
Ha. Di Kecamatan Enrekang memiliki berbagai sungai seperti sungai
saddang, daite, lumika, mamasa, baban, naodan, bungin dan sungai
mata allo.
Status lahan sangatlah penting dalam menentukan suatu bentuk
manajemen pengelolaan. Penetapan status kawasan lindung merupakan
aspek legal yang berkekuatan hokum. Strategi dan arahan dalam pola
ruang adalah meninjau kembali dokumen RTRW terutama terhadap
alokasi pemanfaatn ruang.
Penetapan kawasan lindung pada dasarnya dilakukan untuk
menjaga kelestaran lingkungan hidup. Inti pengelolaanya bertujuan agar
tetap terjaganya fungsi lindung. Kerusakan fungsi lindung akan menjadi
salah satu penyebab terjadinya bencana alam dan penurunan kualitas
lingkungn hidup.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 166

B. Kesesuaian Lahan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya merupakan wilayah yang dapat dibudidayakan
dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk kegiatan
usaha berbagai sektor atau sub sektor pembangunan yang relevan.
1. Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dikonversi. Ketentuan
lebih rinci untuk masing masing jenis peruntukan diatur dalam bagian
ketentuan teknis. Fungsi utama Kawasan peruntukan hutan produksi
memiliki fungsi antara lain: Penghasil kayu dan bukan kayu, sebagai
daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya, membantu
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, sumber
pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.............................
2. Kawasan peruntukan pertanian
Fungsi utama Kawasan peruntukan pertanian memiliki fungsi
antara lain: Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil
peternakan dan perikanan, sebagai daerah resapan air hujan untuk
kawasan sekitarnya, membantu penyediaan lapangan kerja bagi
masyarakat setempat. Kegiatan kawasan peruntukan pertanian meliputi
pertanian tanaman pangan dan palawija, perkebunan tanaman keras,
peternakan, perikanan air tawar, dan perikanan laut. Luas pertanian
pangan dan palawija di Kecamatan Enrekang yaitu 5.022 Ha yang
terdapat di Desa Lewaja, Tallu Bamba, Lembang, Temban, Tungka,
dan Desa Kaluppini. Luas perkebunan tanaman keras yaitu 34.746 Ha
dan terdapat di Desa Lembang, Ranga, Tokkonan, Galonta, Cemba,
Tobalu, Kelurahan Lewaja, serta Kelurahan Pusseren. kawasan yang
diperruntukan untuk peternakan di Kecamatan Enrekang memiliki luas
mencapai 3.012 Ha dan terdapat di Desa Rosoan, Tungka, Temban,
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 167

Karuen, Buttu Batu, Kelurahan Leoran, Galonta, dan Kelurahan
Lewaja. Sedangkan luas kawasan yang diperuntukan untuk perikanan
air tawar di Kecamatan Enrekang yaitu 2.249 Ha dan terdapat di
Kelurahan Juppandang, Desa Temban, Desa Tungka, dan Desa Karuen.
3. Kawasan peruntukan permukiman
Fungsi utama Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi
antara lain: Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan
yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat
sekaligus menciptakan interaksi sosial, sebagai kumpulan tempat
hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan
keluarga. Kawasan peruntukan permukiman di Kecamatan Enrekang
memiliki luas mencapai 3144,852 Ha dari luas keselurahan wilayah
Kecamatan Enrekang yang tersebar di 12 Desa dan 6 Kelurahan yang
terdapat di Kecamatan tersebut.
4. Kawasan peruntukan pariwisata
Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di kawasan
peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah
dan konservasi budaya. Fungsi utama Kawasan peruntukan pariwisata
memiliki fungsi antara lain: Memperkenalkan, mendayagunakan, dan
melestarikan nilai-nilai sejarah/budaya lokal dan keindahan alam,
mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang
bersangkutan. Di Kecamatan Enrekang hanya terdapat satu objek wisata
yaitu permandian air terjun lewaja yang terdapat di Kelurahan Lewaja
dengan luas ..............................
5. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
Fungsi utama Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki
fungsi antara lain: Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan
jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan
masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran), dan menyerap tenaga
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 168

kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap
PDRB. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan
jasa diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan
tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan
yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian
fungsi lingkungan hidup................
5.9 Analisis Sosial dan Kependudukan
A. Perkiraan Laju Pertumbuhan Penduduk
Proyeksi penduduk terhadap wilayah perencanaan yaitu Kecamatan
Enrekang dengan memperhatikan kecenderungan pertumbuhan wilayah
maka kami menggunakan pendekatan Ekstrapolatip/ekstrapolasi.
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan
& perkembangan dengan menggunakan metode proyeksi sesuai
mekanisme dan struktur wilayah perencanaan yg terjadi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.21 dibawah ini :
Tabel 5.21Jumlah Penduduk Kecamatan EnrekangTahun 2007-2011
No Tahun Jumlah PendudukPertumbuhan/Penurunan
1. 2007 29.530 -2. 2008 27.718 -1.8123. 2009 30.260 +25424. 2010 30.568 +3085. 2011 30.822 +258
Rata-Rata 148.898 324
Jumlah 148.898 1.296Sumber:Kecamatan Enrekang Dalam Angka 2012
Berdasarkan data tabel 5.20, terlihat bahwa data Kecamatan
Enrekang dalam angka jumlah penduduk Kecamatan Enrekang dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan dan penurunan, pada tahun 2007
sebanyak 29.530 jiwa dan hingga pada tahun 2011 sebanyak 30.822 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduknya mengalami penurunan sehingga
untuk menganalisis proyeksi penduduk di tahun 2031, digunakan metode
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 169

analisis penduduk ekstrapolasi. Adapun Persamaan proyeksi pola
Ekstrapolasi, yaitu:
Dari hasil proyeksi penduduk 20 tahun kedepan (2031) di Kecamatan
Enrekang, jumlah penduduknya yaitu 37.302 jiwa. Pertambahan jumlah
penduduk dari tahun 2011 sampai tahun 2031 adalah 6480 jiwa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.21 di bawah ini :
Tabel 5.21Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk 20 Tahun Kedepan
Kecamatan Enrekang
No. TahunJumlah
penduduk (jiwa)Pertambahan
(jiwa)
1. 2016 32.442 -2. 2021 34.062 1.6203. 2026 35.682 1.620
4. 2031 37.302 1.620Rata-Rata ∑ penduduk
dan persentase34.872 -
Rata-rata Pertumbuhan Penduduk tiap 5 tahun
- 1.620
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Diagram 5.5Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk 20 Tahun Kedepan
Kecamatan Enrekang
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 170
Pn = P0 + b.∅
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk yang akan diproyeksi
P0 = Jumlah penduduk tahun akhir
b = Rata-rata pertumbuhan penduduk
∅ = Tahun proyeksi-Tahun akhir

2016 2021 2026 20310
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
Jumlah penduduk (jiwa)
Pertambahan (jiwa)
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Dari tabel 5.21dan diagram 5.5 dapat kita lihat bahwa pertambahan
jumlah penduduk Kecamatan Enrekang dari tahun 2011-2031 sangat besar
yaitu 37.302 jiwa.Pertambahan jumlah penduduk ini tentunya berpengaruh
pada persediaan lahan, sarana maupun prasarana wilayah.Oleh karena itu
dibutuhkan penambahan jumlah sarana dan prasaran di wilayah tersebut.
Sebelum melakukan analisis kebutuhan sarana dan prasarana di
Kecamatan Enrekang pada tahun 2031, data yang paling di butuhkan
adalah sebaran penduduk tiap kelurahan. Untuk mengetahui jumlah
penduduk tiap kelurahan, perhatikan tabel 5.22 berikut;
Tabel 5.22Hasil Proyeksi Perkembangan Penduduk Berdasarkan Kelurahan
Di Kecamatan Enrekang
No. Kelurahan/Desa
Persentase Penduduk
2011(%)
Jumlah Penduduk
Tahun 2011
Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi
Tahun 2032 (jiwa)
1. Leoran 5.51 1697 20552. Galonta 10.92 3365 40733. Juppandang 21.78 6712 81244. Lewaja 3.88 1197 14475. Ranga 3.43 1058 12796. Kaluppini 3.45 1062 12877. Tobalu 2.66 819 9928. Tokkonan 1.72 531 642
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 171

No. Kelurahan/Desa
Persentase Penduduk
2011(%)
Jumlah Penduduk
Tahun 2011
Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi
Tahun 2032 (jiwa)
9. Pusserren 8.66 2669 323010 Karueng 5.45 1677 203311. Cemba 3.61 1113 134712. Tungka 5.05 1556 188413. Temban 2.62 809 97714. Buttu Batu 5.25 1619 195815. Tallu Bamba 6.10 1881 227516. Tuara 3.76 1160 140317. Lembang 2.47 762 92118. Rosoan 3.68 1135 1373
Jumlah 100 30.822 37.302 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.22 diatas dapat disimpulkan bahwa dari hasil
proyeksi 20 tahun kedepan yaitu tahun 2031, yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak ada pada Kelurahan Juppandang yaitu sebanyak 8.124
jiwa, sedangkan yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit ialah
ada pada Desa Tokkonan yaitu hanya sebanyak 642 jiwa dari total
keseluruhan jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2031 yaitu sebanyak
37.302 jiwa.
B. Distribusi kepadatan penduduk tahun 2031
Wilayah Kecamatan Enrekang berdasarkan keadaan data pada
tahun 2011 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 30.822jiwa dengan
luas wilayah sekitar 291,19km2 dan pada tahun 2031 dari hasil proyeksi
20 tahun kedepan jumlah penduduk Kecamatan Enrekang mencapai
37.302 jiwa. Adapun proyeksi kepadatan penduduk Kecamatan Enrekang
pada tahun 2031 dapat kita lihat pada tabel 5.23 dibawah ini :
Tabel 5.23Jumlah Proyeksi Kepadatan Penduduk Perkelurahan
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 172

Di Kecamatan Enrekang
No. Kelurahan/DesaLuas
Wilayah (Km2)
Hasil Proyeksi tahu 2032
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
1. Leoran 11,22 2055 183
2. Galonta 6,40 4073 636
3. Juppandang 11,65 8124 697
4. Lewaja 7,72 1447 187
5. Ranga 23,98 1279 53
6. Kaluppini 13,90 1287 92
7. Tobalu 17,68 992 56
8. Tokkonan 21,23 642 30
9. Pusserren 5,50 3230 587
10. Karueng 8,40 2033 242
11. Cemba 9,20 1347 146
12. Tungka 31,18 1884 60
13. Temban 13,54 977 72
14. Buttu Batu 31,50 1958 62
15. Tallu Bamba 43,44 2275 52
16. Tuara 8,75 1403 160
17. Lembang 12,90 921 71
18. Rosoan 13,00 1373 105
Jumlah 291,19 37.302 128 Sumber: Hasil analisis Tahun 2012
Dari tabel 5.23 dapat kita lihat bahwa peningkatan kepadatan
penduduk di Kecamatan Enrekang pada proyeksi tahun 2032 lebih tinggi
yaitu mencapai 128 jiwa / km2 dibandingkan pada tahun 2011 yang
kepadatan penduduknya sebesar 105,85 jiwa/Km2. Oleh karena itu, perlu
kiranya untuk melakukan pematangan konsep pembangunan atau arahan
perencanaan kota sehingga penduduk tidak lebih leluasa menempatkan
perumahan sesuai keinginannya atau lebih memerhatikan peruntukan
untuk lokasi perumahan.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 173

C. Indikator tingkat pendidikan masyarakat
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 174

Dalam suatu wilayah ada beberapa indikator penilaian yang
berperan penting salah satunya ialah pendidikan masyarakat. Pendidikan
masyarakat merupakan hal yang penting dalam meningkatkatkan taraf
hidup dan sumber daya manusia. Pada mutu pendidikan sekarang ada
beberapa tingkatan yaitu mulai dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Lebih
jelasnya dapat dilihat dalam table berikut ini :
Tabel 5.24Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat
di Kecamatan Enrekang Tahun 2011
NoDesa /
Kelurahan
SaranaPendidikan
(P1)
Tenaga Guru(P2)
Murid TK(P3)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Leoran 3 4 23 3,69 39 6,78
2 Galonta 14 20,58 105 16,85 117 20,343 Juppandang 12 17,64 112 17,97 109 18,95
4 Lewaja 3 4 21 3,37 35 6,08
5 Ranga 4 5,88 37 5,93 - -6 Kaluppini 2 2,94 17 2,72 - -7 Tobalu 3 4 31 4,97 79 13,738 Tokkonan 1 1,47 9 1,44 - -9 Pusserren 4 5,88 43 6,90 34 5,9110 Karueng 2 2,94 12 1,92 - -11 Cemba 1 1,47 8 1,28 - -12 Tungka 3 4 31 4,97 34 5,9113 Temban 2 2,94 22 3,53 - -14 Buttu Batu 3 4 34 5,45 - -15 Tallu Bamba 3 4 41 6,58 - -16 Tuara 4 5,88 47 7,54 87 15,1317 Lembang 1 1,47 7 1,12 - -18 Rosoan 3 4 23 3,69 41 7,13
Jumlah 68 100 623 100 575 100
1 Leoran 141 2,31 - - - -
2 Galonta 532 8,72 2531 38.83 2913 49.82
3 Juppandang 529 8,67 1305 20.02 2934 50.17
4 Lewaja 363 5,95 - - - -
5 Ranga 541 8,68 661 10.14 - -
6 Kaluppini 312 5,11 - - - -
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 175

NoDesa /
Kelurahan
SaranaPendidikan
(P1)
Tenaga Guru(P2)
Murid TK(P3)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
7 Tobalu 143 2,34 - - - -
8 Tokkonan 134 2,19 - - - -
9 Pusserren 486 7,96 - - - -
10 Karueng 189 3.09 659 10.11 - -
11 Cemba 177 2.90 - - - -
12 Tungka 349 5.72 - - - -13 Temban 191 3.13 684 10.49 - -14 Buttu Batu 477 7.81 677 10.38 - -
15 Tallu Bamba 521 8.54 - - - -
16 Tuara 337 5.52 - - - -
17 Lembang 179 2.93 - - - -
18 Rosoan 499 8.18 - - - -
Jumlah 6100 100 6517 100 5847 100Sumber: Hasil analisis 2013
D. Dinamika sosial masyarakat
Masyarakat di berbagai belahan dunia, mengalami perkembangan
yang makin lama kompleks. Kelompok sosial sebagai bentuk
pengelompokan manusia, selalu berinteraksi dan memiliki sifat tidak statis.
Berbagai Kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat memiliki
perkembangan yang tidak sama.
Dinamika kelompok sosial dapat didefinisikan sebagai proses
perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi,
baik antar anggota kelompok maupun antara anggota suatu kelompok
dengan kelompok lain.
Kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat, berupa
kelompok sosial kecil ( pertemanan dan kekerabatan ) dan kelompok sosial
besar ( masyarakat desa, kota, dan bangsa ). Kelompok sosial tersebut
bersifat dinamis, dalam arti selalu mengalami perkembangan dan
perubahan. Perkembangan dan perubahan dalam kelompok tersebut
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 176

memunculkan pengaruh terhadap kehidupan kelompok pada masa
berikutnya.
Faktor pendorong dinamika kelompok social
Dinamika kelompok sosial dalam masyarakat menyebabkan
perubahan dan perkembangan kelompok sosial yang makin kompleks.
Perkembangan tersebut tidak lepas dari faktor pendorong yaitu sebagai
berikut.
a) Faktor pendorong dari luar
Faktor pendorong dari luar atau ekstern merupakan pengaruh
dari luar yang menyebabkan dinamisnya suatu kelompok sosial, yang
meliputi berikut.
1) Perubahan Situasi Sosial
Terjadinya situasi sosial yang berubah, misal pembentukan
kabupaten baru atau provinsi baru, industrialisasi, ruralisasi, dan
sebagainya dapat mendorong perkembangan kelompok sosial.
Misal akibat industrialisasi, pola masyarakat yang berdasarkan
nilai kebersamaan/gotong royong bergeser menjadi kelompok
yang berpegang pada nilai individualistis.
b) Perubahan Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi masyarakat yang berubah, mendorong pula
terjadinya perubahan pada kelompok sosial. Misal perubahan
dari masyarakat pedesaan dengan segala karakterya menjadi
masyarakat perkotaan yang memiliki karakteristik yang
beerlainan.
3) Perubahan situasi politik
Tterjadinya pergantian pemegang kekuasaan atau sekitar
elite kekuasaan atau perubahan kebijaksanaan penguasa dapat
menyebabkan perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat.
b) Faktor pendorong dari dalam
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 177

Faktor dari dalam (intern) kelompok yang menyebabkan
timbulnya dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut.
1) Konflik Antar angggota Kelompok
Konfik yang terjadi antar anggota dalam kelompok sosial
dapat membawa pengaruh keretakan dan berubahnya pola
hubungan sosial. Akibat konflik teersebut akan menyebabkan
teerpecahnya sebuah kelompok sosial. Misal seseorang yang
menjadi anggota kelompok sosial, karena merasa tidak cocok
dengan angggota lain (in group) maka menjadi out group dari
kelompok sosial tersebut.
2) Perbedaan kepentingan
Dasar terbentuknya kelompok sosial adalah kepentingan
yang sama. Begitu terjadi perbedaan kepentingan, maka
kelangsunganhidup kelompok soaial tersebut akan teerpecah.
Anggota kelompok yang merasa tidak lagi sepaham berusaha
memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain yang
sepaham.
3) Perbedaan Paham
Perbedaan paham diantara anggota kelompok sosial dapat
mempengaruhi kelangsungan kelompok tersebut. Perbedaan
paham tersebut akan berpengaruh terhadap keberadaan kelompok
sosial dalam mayarakat.
5.10 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana
A. Analisis kebutuhan sarana wilayah
1. Pendidikan
Jumlah fasilitas pendidikan pada tahun 2011 di Kecamatan
Enrekang sebanyak 68 unit, yang mana tersebar di semua kelurahan.
Adapun jenis fasilitas yang ada di Kecamatan Enrekang berupa
TK/PAUD, SD, SMP/MTs/ dan SMU/SMK/MA. Berdasarkan jumlah
penduduk yang telah di proyeksi 20 tahun kedepan, yang jumlah
penduduknya semakin meningkat maka pada fasilitas ini perlu adanya
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 178

penambahan fasilitas seiring denga bertambahnya jumlah penduduk
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.25 berikut :
Tabel 5.25Analisis Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Enrekang
Pada Tahun 2031
No Jenis FasilitasEksisting
2011(unit)
Jumlah Penduduk 2031 (jiwa)
SPM(Jiwa)
Penambahan Fasilitas
1 TK/PAUD 15
37.302
1000 222 SD 35 6000 03 SMP/MTs 10 25000 04 SMA/SMK/MA 8 30000 0
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.25 di atas dapat kita
ketahui bahwa jenis fasilitas di Kecamatan Enrekang yang mengalami
penambahan adalah TK/PAUD sebanyak 22 unit. Jenis fasilitas yang
lain tidak mengalami penambahan karena jumlahnya sudah memenuhi
persyaratan.
2. Kesehatan
Pertambahan jumlah penduduk yang telah di proyeksi 20 tahun
kedepan, mengakibatkan pula terjadi pertambahan pada setiap fasilitas
seperti fasilitas kesehatan akan mengalami penambahan, mengingat
bahwa fasilitas kesehatan adalah salah satu penunjang terwujudnya
kesempurnaan aksesibilitas kota yang dimana sangatlah dibutuhkan
bagi masyarakat untuk memeriksakan dan mengobati penyakit mereka.
Jumlah fasilitas kesehatan pada tahun 2011 sebanyak 78 unit. Jika mau
mengetahui jenis fasilitas kesehatan apa saja yang dibutuhkan lagi
untuk 20 tahun kedepannya dapat kita lihat pada tabel berikut :
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 179

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 180

Tabel 5.26
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 181

Analisis Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Enrekang Pada Tahun 2031
No Jenis FasilitasEksisting
2011(unit)
Jumlah Penduduk 2031 (jiwa)
SPM(Jiwa)
Penambahan Fasilitas
1 RS 1
37.302
240.000 02 Puskesmas/Pustu 20 30.000 03 Posyandu 49 750 14 Rumah Praktek 3 5.000 45 Apotek 5 10.000 0
Dari hasil análisis pada tabel 5.26 di atas dapat diketahui bahwa
tidak semua jenis fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Enrekang
mengalami penambahan seperti RS, Puskesmas/Pustu, dan Apotik.
Dan jenis fasilitas yang mengalami penambahan ada 2 fasilitas yaitu
posyandu sebanyak 1 unit dan rumah praktek 4 unit dengan jumlah
keseluruhan penambahan adalah 5 unit. Rumah Praktek disini biasa
rumah praktek dokter, praktek bidan maupun praktek gigi.
3. Peribadatan
Jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Enrekang pada tahun
2013 sebanyak 98 unit. Jenis fasilitas peribadatan sangat tergantung
pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk
menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat
setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Adapun jenis fasilitas
peribadatan yang direncanakan sebagai berikut :
Tabel 5.27Analisis Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Enrekang
Pada Tahun 2031
No Jenis FasilitasEksisting
2011(unit)
Jumlah Penduduk 2031 (jiwa)
SPM(Jiwa)
Penambahan Fasilitas
1 Mesjid 7237.302
2.500 02 Mushollah/Langgar 24 250 1253 Gereja 2 - 0
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan hasil análisis pada tabel 5.27 diatas, dapat
disimpulkan bahwa fasilitas peribadatan yang mengalami penambahan
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 182
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 183

ialah mushallah sebanyak 125 unit. Adapun jenis fasilitas lainnya tidak
perlu mengalami penambahan karena kebutuhannya yang diinginkan
untuk kedepannya telah terpenuhi.
4. Perdagangan dan Jasa
Hingga Tahun 2011 tersedia fasilitas perdagangan dan jasa berupa
pasar, warung,/kios, pertokoaan, bank, bengkel, salon, laundry dan
hotel di Kecamatan Enrekang. Pertambahan jumlah penduduk yang
telah di proyeksi 20 tahun kedepan, mengakibatkan pula terjadi
pertambahan pada setiap fasilitas seperti fasilitas perdagangan dan jasa
akan mengalami penambahan, mengingat bahwa fasilitas perdagangan
dan jasa adalah salah satu penunjang terwujudnya kesempurnaan
aksesibilitas kota yang dimana sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat
untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari
yang digunakan untuk beraktivitas. Jika mau mengetahui jenis fasilitas
kesehatan apa saja yang dibutuhkan lagi untuk 20 tahun kedepannya
dapat kita lihat pada tabel 5.28 berikut:
Tabel 5.28Analisis Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Enrekang
Pada Tahun 2031
No Jenis FasilitasEksisting
2011(unit)
Jumlah Penduduk 2031 (jiwa)
SPM(Jiwa)
Penambahan Fasilitas
1 Pasar 2
37.302
20.000 02 Kios/Warung 311 1.500 03 Pertokoan 32 2.500 04 Bengkel,
Salon, Bank, Laundry, Hotel
209 500 0
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan hasil análisis pada tabel 5.28 di atas, Perdagangan
dan Jasa untuk Kecamatan Enrekang tidak mengalami penambahan,
karena semua jenis fasilitas yang ada telah memenuhi kebutuhan yang
telah diinginkan untuk kedepannya.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 184

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 185

5. Olahraga
Setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa
diperlukan taman danlapangan olahraga untuk melayani kebutuhan
kegiatan penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga,
upacara serta kegiatan lainnya. Hingga Tahun 2011 tersedia sepak
bola, volly ball. tenis, bulutangkis tenis meja, basket, dan sepak
takraw. Untuk mengetahui fasilitas olahraga mengalami penambahan
atau tidak dapat kita ketahui dari tabel 5.29 di bawah ini :
Tabel 5.29Analisis Fasilitas Olahraga di Kecamatan Enrekang
Pada Tahun 2031
No Jenis FasilitasEksisting
2011(unit)
Jumlah Penduduk 2031 (jiwa)
SPM(Jiwa)
Penambahan Fasilitas
1 Sepak Bola 18
37.302
30.000 02 Volly Ball 71 30.000 03 Tenis 17 30.000 04 Bulutangkis 55 30.000 05 Tenis Meja 79 30.000 06 Basket 8 30.000 07 Sepak Bola 77 30.000 0
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Berdasarkan hasil análisis pada tabel 5.29 diatas dapat
disimpulkan bahwa fasilitas olahraga yang ada di Kecamatan Enrekang
tidak perlu ada yang mengalami pertambahan karena fasilitas yang ada
sekarang sudah mencukupi utnuk 20 tahun kedepan.
B. Analisis Kebutuhan Prasarana
1. Jalan
Secara garis besar, prasarana jaringan jalan di Kecamatan sudah
tergolong memiliki kondisi yang baik. Hanya saja jalan di beberapa
Kelurahan perlu dilakukan perbaikan jalan terutama pada jalan-jalan
lingkunganx serta menambah prsarana jalan guna peningkatan
aksesibilitas dan pengembangan ekonomi wilayah.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 186

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 187

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 188

Beberapa tahun yang akan datang, kepadatan pengguna jalan di
Kecamatan Enrekang akan bertambah seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan dampak dari arus perkembangan Kabupaten
Enrekang, sehingga peningkatan prasarana jalan harus sesuai dengan
standarisasi penyediaan jalan yang berlaku serta tidak hanya berhenti
pada pembangunan jalan tetapi melakukan pula pengawasan,
pengendalian serta perbaikan prasarana agar stabilitas penataan wilayah
tetap terjaga.
2. Drainase
Berdasarkan standarisasi penyediaan prasarana drainase, serta
dalam hal peningkatan prasarana drainase di Kecamatan Enrekang
sebaiknya pembangunan drainase dibuat dengan saluran tertutup yang
dilengkapi dengan lubang pemeriksa tiap ukuran tertentu agar
kebersihan wilayah Kecamatan Enrekang tetap terjaga. Di Kecamatan
Enrekang juga masih banyak jaringan jalan yang tidak dilengkapi
dengan prasarana drainase, maka dari itu perlu pembangunan drainase di
tiap-tiap jaringan jalan yang berada dalam kawasan pemukiman
penduduk.
Namun akan lebih baik jika sistem drainase tidak mengikuti sistem
drainase yang menampung dua zat sekaligus yakni air hujan dan air
limbah. Sebenarnya drainase yang baik hanya berfungsi untuk
menampung air hujan dan air limbah memiliki wadahnya tersendiri
sebab limbah dan air hujan yang bercampur akan terjadi pengendapan
dan penggenangan di dalam saluran.
3. Air bersih
Kebutuhan air bersih untuk perumahan digolongkan untuk
kebutuhan perjiwa penghuni (jumlah penduduk). Tiap 1 jiwa
membutuhkan kurang lebih 60 liter/hari. Jadi air bersih yang dibutuhkan
di Kecamtan Enrekang adalah 2.238.120 liter/hari. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 5.30 Berikut :
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 189

Tabel 5.30Kebutuhan Jaringan Air Bersih Di Kecamatan Enrekang
Tahun 2031
NoJenis
Fasilitas
Jumlah kebutuha air bersih (liter/hari)
SPMAir
bersih(liter/unit/hari)
Jumlah fasilitas
Kebutuhan air bersih
2033
1.2.3.4.
Kesehatan PerkantoranPendidikanPeribadatan
2.238.120
1.550 1.000
103.500
7046
965298
108.50046.00096.520343.000
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
4. Listrik
Proyeksi penduduk tahun 2031 untuk Kecamatan Enrekang yaitu
37.304 jiwa, dengan asumsi 37.304 : 4 = 9326 KK dan dengan asumsi
jumlah rumah sebanyak 9326 unit rumah di Kecamatan Enrekang.
Apabila diasumsikan semua rumah yang ada di Kecamatan Enrekang
memerlukan daya sebesar 1300 watt. Jadi, kebutuhan listrik di
Kecamatan Enrekang pada tahun 2031 sebesar 12.123.800 watt.
Kebutuhan listrik bangunan sosial yaitu dengan asumsi 60 % dari
kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan listrik bangunan ekonomi dengan
asumsi 25 % dari kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan listrik
penerangan jalan dengan asumsi 10% dari kebutuhan rumah tangga.
Untu lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel 5.31 berikut :
Tabel 5.31Kebutuhan Jaringan Listrik Di Kecamatan Enrekang
Tahun 2031
No Jenis FasilitasJumlah
kebutuhan listrik (watt)
Kebutuhan listrik (watt)
1.2.3.
Bangunan sosialbangunan. ekonomiPenerangan jalan
12.123.8007.274.2803.030.9501.212.380
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 190

TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 191

5. Persampahan
Jumlah kebutuhan fasilitas persampahan untuk timbunan sampah
perorang yaitu 2,9 liter/hari atau 11,6 liter/KK, Untuk timbulan sampah
pendidikan yaitu 1,15 liter/hari/siswa, untuk perdagangan 30% dari
jumlah timbunan sampah rumah tangga dan untuk perkantoran 10 %
dari timbunan sampah rumah tangga.
Pada Kecamatan Enrekang dengan jumlah penduduk setelah
proyeksi 20 tahun kedepan 37.302 jiwa, diasumsikan bahwa 37.302:4 =
9325 KK. Jadi timbulan sampah rumah tangga pada tahun 2031
diprediksikan sebesar 108.170 liter. Mengingat standar pelayanan
minimun untuk 1 unit tong sampah yaitu 40 liter/150KK, 1 unit gerobak
sampah yaitu 1000 liter/200 KK dan untuk 1 unit kontainer yaitu 8000
liter/1000 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.32
berikut :
Tabel 5.32Kebutuhan Jaringan Persampahan Di Kecamatan Enrekang
Tahun 2031
NoJenis
Fasilitas
Jumlah Timbulan sampah
Timbulan Sampah
Kebutuhan Fasilitas (Unit)
KontainerGerobakSampah
Tong Sampah
1.2.3.
PerdaganganPerkantoranPendidikan
108.17032.45110.81711.099
411
-23
12212
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
6. Telekomunikasi
Pelayanan kebutuhan telepon didasarkan pada standar kebutuhan
dengan rasio tingkat layanan kebutuhan telepon rumah dan umum.
Adapun standar untuk telepon rumah yaitu 1:14 (1 unit telepon rumah
melayani 14 kk dan telepon umum 1:250 (1 unit telepon umum
melayani 250 jiwa).
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 192

Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2031 di Kecamatan Enrekang
adalah sebesar 37.302 jiwa, Asumsi tiap rumah terdari dari 1 KK dalam
5 jiwa yaitu 37.302: 5 = 7.460 KK,
1. Dengan standar minimal untuk telpon rumah adalah 1:14, maka
pada tahun 2031 membutuhkan telpon rumah sebesar yaitu 7460:
14 = 532 unit.
2. Standar minimal untuk telpon umum adalah 1:250, maka pada
tahun 2031 membutuhkan telpon umum sebesar yaitu 7460 : 250 =
29 unit.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.33 Berikut :
Tabel 5.33Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi Di Kecamatan Enrekang
Tahun 2031
No Jenis FasilitasJumlah
PendudukSPM
TelekomunikasiJumlah Fasilitas
1.2.
Telepon rumahTelepon umum
7.46014250
53229
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
5.11 Kesesuaian peruntukan ruang dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW)
A. Kawasan rawan banjir, termasuk dalam kawasan lindung karena daerah
yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana
banjir.
Berdasarkan hasil analisis dan survey di Kecamatan Enrekang
menunjukkan seringnya terjadi banjir akibat dari peetemuan 2 sungai
besar yaitu sungai mata allo dengan sungai saddang.
Kawasan-kawasan yang memiliki potensi tanah longsor dan banjir
terutama di musim hujan adalah kawasan hutan yang telah mengalami
penggundulan yang tidak terkendali. Kawasan yang memiliki potensi
bencana alam longsor meliputi Kecamatan Masalle, Kecamatan Baroko
dan Kecamatan Buntu Batu serta di Kecamatan Enrekang sebagai
Ibukota Kabupaten
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 193

B. Wilayah Pengembangan Tengah, di Kecamatan Enrekang yang juga
merupakan yang merupakan pusat wilayah pengembangan Kabupaten
Enrekang secara keseluruhan.
Ini ditandai dengan senakin berkembangnya Kecamatan Enrekang
apalagi ketersediaan sarana dan prasarana yang sudah cukup atau sudah
memadai.Contohnya yaitu hasil analisis pada tahun 2032 tak perlu lagi
adanya penambahan fasilitas perdagangan dan jasa dan olahraga karena
sudah cukup memadai.
C. Di Kecamatan Enrekang juga di tentukan sebagai PPL meliputi pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Drai hasil survey pada tahun 2013 dan data dari Kantor BPS (Kecamatan
Enrekang Dalam Angka) dapat dilihat bahwa dengan lengkapnya sarana
dan prasarana yang ada di Kecamatan Enrekang dapat memberikan
konstribusi terhadap kecamatan-kecamatn lainnya.
D. Termasuk dalam peruntukan kawasan peternakan, dapat kita lihat dari
hasil analisis growth yaitu sebanyak 1,56 pada tahun 2011 dan memiliki
nilai share sebesar 5,22 dan merupakan sektor unggulan dari beberapa
sektor yang ada di Kecamatan Enrekang.
E. Termasuk dalam kawasan peruntukan budidaya perikanan, dapat kita
lihat dari hasil analisis growth yaitu sebanyak 6,62 pada tahun 2011 dan
memiliki nilai share sebesar 5,57 dan merupakan sektor unggulan dari
beberapa sektor yang ada di Kecamatan Enrekang.
F. Termasuk dalam kawasan strategis provinsi (KSP) dalam pengembangan
budidaya alternatif komoditas perkebunan unggulan seperti kopi. kakao,
mente, dan jarak. dapat kita lihat dari hasil analisis growth yaitu
sebanyak 11,29 pada tahun 2011 dan memiliki nilai share sebesar 0,11
dan merupakan sektor dominan dari beberapa sektor yang ada di
Kecamatan Enrekang.
G. Termasuk dalam pusat kegiatan lingkungan (PKL), dapat dilihat pada
pusat perkotaan di Kecamatan Enrekang yaitu du Kelurahan Juppandang
dimana kelengkapan sarana dan pasarana sudah cukup untuk
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 194

mengembangkan kelurahan-kelurahan lainnya yang ada di Kecamatan
Enrekang seperti adanya pasar, took-toko besar, pusat-pusat
perbelanjaan misalnya alat-alat elektronik dan teknologi serta menjadi
pusat pemerintahan di Kecamatan Enrekang bahkan dalam skala
kabupaten.
TUGAS BESAR STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 195