bab iv tilik ternak

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Institusi Mitra 1. Sejarah Balai Besar Veteriner Wates Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Yogyakarta adalah laboratorium pengujian yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian yang bertanggung jawab melaksanakan pengamatan penyakit hewan untuk wilayah Jawa dan Madura. Balai ini berkedudukan di tepi jalan raya yang merupakan jalur selatan Pulau Jawa, tepatnya di Jalan Raya Yogyakarta Wates KM 27 telp. (0274) 773168 fax. (0274) 773354, e-mail [email protected] dan secara administratif kantor ini berada di wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulonprogo. Lokasi ini strategis mengingat wilayah kerja balai yang meliputi wilayah Jawa dan Madura atau sejumlah 6 Propinsi 171 kota/kabupaten 25.000 desa (sepertiga dari jumlah desa di Indonesia yang berjumlah 75.000). Dalam perjalanan sejarahnya, BBVet Wates telah mengalami perubahan nama, fungsi, dan pindah letak/lokasi kantor. Institusi ini berdiri tahun 1978 bernama Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) Wilayah IV Yogyakarta, pada tahun 2001 menjadi 11

Upload: dhiefrina-kusuma

Post on 08-Dec-2015

265 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

cek cek

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV tilik ternak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Institusi Mitra

1. Sejarah Balai Besar Veteriner Wates

Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Yogyakarta adalah laboratorium

pengujian yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jendral

Peternakan Departemen Pertanian yang bertanggung jawab melaksanakan

pengamatan penyakit hewan untuk wilayah Jawa dan Madura. Balai ini

berkedudukan di tepi jalan raya yang merupakan jalur selatan Pulau Jawa,

tepatnya di Jalan Raya Yogyakarta Wates KM 27 telp. (0274) 773168 fax.

(0274) 773354, e-mail [email protected] dan secara administratif kantor ini

berada di wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulonprogo. Lokasi ini

strategis mengingat wilayah kerja balai yang meliputi wilayah Jawa dan Madura

atau sejumlah 6 Propinsi 171 kota/kabupaten 25.000 desa (sepertiga dari jumlah

desa di Indonesia yang berjumlah 75.000). Dalam perjalanan sejarahnya, BBVet

Wates telah mengalami perubahan nama, fungsi, dan pindah letak/lokasi kantor.

Institusi ini berdiri tahun 1978 bernama Balai Penyidikan Penyakit Hewan

(BPPH) Wilayah IV Yogyakarta, pada tahun 2001 menjadi Balai Penyidikan

dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional IV Yogyakarta, dan pada tahun 2003

ada perubahan struktur menjadi Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates

Yogyakarta.

Perubahan pada tahun 2001 dari BPPH dengan tugas sebagai laboratorium

diagnostik menjadi laboratorium veteriner (saat BPPV maupun BBVet), BBVet

mempunyai tiga aspek utama karena veteriner mencakup kedokteran kehewanan

yaitu kesehatan hewan, kesmavet (kesehatan masyarakat veteriner), dan

karantina. BBVet mempunyai tugas melaksanakan penyidikan, pengujian

veteriner dan pengembangan teknik, dan metode penyidikan dan pengujian

veteriner. BBVet mempunyai visi terwujudnya pelayanan prima melalui

pengembangan penyidikan dan pengujian veteriner serta sistem informasi

11

Page 2: BAB IV tilik ternak

12

penyakit hewan berbasis laboratorium yang terakreditasi. Sedangkan misi yang

dibawa BBVet yaitu melaksanakan akreditasi terhadap seluruh ruang lingkup

pengujian agar mendapat pengakuan secara internasional, memberdayakan

sumber daya manusia yang ada agar dapat menghasilkan keluaran yang

diinginkan oleh stakeholders, meningkatkan kemandirian dan profesionalisme

dibidang penyidikan, pengujian dan sistem informasi penyakit hewan, serta

menyediakan laporan hasil penyidikan dan pengujian tepat waktu.

Instansi ini dipimpin seorang kepala dengan urutan sejak berdiri sebagai

berikut: drh R Suherman (1978-1979), drh Kridarso Budiprayitno (1979-1981),

drh Idris Pakpahan (1981-1984), drh Budi Tri Akoso, MSc, P hD (1984-1997),

drh H Mulyawan Sapardi (1997-2001), drh H Isep Sulaiman, MVS (2001-

2007), dan drh. Akhmad Junaidi, MMA. (2007 sekarang). Bidang pelayanan

meliputi: epidemiologi, parasitologi, patologi, virologi/serologi, bakteriologi,

KESMAVET (Kesehatan Masyarakat Veteriner), dan biologi molekuler.

Diantara pelayanan tersebut, bidang virologi/serologi dan biomolekuler yang

paling banyak pekerjaan. Penyakit menular binatang yang mendapat perhatian

balai ini sebanyak 13 jenis, tetapi ada 5 penyakit prioritas yaitu rabies, anthrax,

hog cholera, brucellosis, dan ditambah AI yang sedang mendapat perhatian

semua pihak terkait secara nasional. Beberapa pengujian di BBVet telah lulus

akreditasi Komite Akreditasi Nasional dengan Nomor Akreditasi LP-20 1-IDN

pada 25 jenis uji. Pelayanan BBVet Wates telah mendapatkan penghargaan

Abdi Tani selaku Unit kerja pelayanan publik berprestasi berdasarkan SK

Menteri Pertanian No 672/Kpts/KP.450/ Il /2004 tanggal 12 Nopember 2004.

Selain kemampuan dan fasilitas diatas BBVet juga sering menjadi tujuan

kunjungan ilmiah dan rnagang mahasiswa baik dari fakultas kesehatan

masyarakat, kedokteran hewan maupun fakultas lainnya. Keadaan jumlah

pegawai BBVet pada saat ini ada 81 orang meliputi: Master 7 orang, dokter

hewan 12 orang, Sarjana Ekonomi 1 orang, Sarjana Muda (D3) 8 orang,

Diploma (D2) perpustakaan 1 orang, SLTA 33 orang, SLTP 6 orang, dan SD 9

Page 3: BAB IV tilik ternak

13

orang serta diantaranya terdapat 2 orang sedang menyelesaikan S2 dan 2 orang

menyelesaikan S3. Balai ini dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh 9

lab tipe B di tingkat propinsi, lab tipe C di kabupaten, dan poskeswan.

Hambatan yang dirasakan dalam melaksanakan kegiatannya antara lain luasnya

wilayah kerja yang tidak seimbang dengan jumlah staff, diantaranya

menyebabkan pengawasan terhadap mobilitas ternak masih kurang bahkan ada

lalu lintas hewan tanpa Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter

hewan, walaupun sudah dibantu adanya poskeswan di jalur-jalur lalu lintas.

Hambatan lain yaitu perkembangan teknologi sehingga balai harus mengikuti

tekno1ogi terbaru. Rencana perkembangan BBVet selanjutnya yaitu hendak

mencapai akreditasi jenis uji dari 25 menjadi 50 jenis uji pada tahun 2015.

Rencana perkembangan yang lain yaitu akan mengusahakan mencapai

Biosafety Level (BSL) 3 dari BSL2+ pada saat ini.

2. Visi, Misi Balai Besar Veteriner Wates

a) Visi Balai

Terwujudnya pelayanan prima melalui penyidikan dan pengujian

veteriner serta pengembangan teknik dan metoda pengujian veteriner yang

berbasis laboratorium terakreditasi.

b) Misi Balai

1) Mempertahankan dan meningkatkan status akreditasi laboratorium agar

mendapat pengakuan secara internasional.

2) Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia agar mampu

mengantisipasi perubahan global.

3) Meningkatkan profesionalisme di bidang veteriner terutama pengamatan

dan pengidentifikasian penyakit hewan.

4) Membangun dan mengelola Sistem Informasi Veteriner dalam

penyediaan data dan informasi yang valid, akurat dan tepat waktu hasil

pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan.

Page 4: BAB IV tilik ternak

14

5) Membangun pemberdayaan dan partisipasi masyarakat untuk

meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penanganan kesehatan

hewan dan kesehatan manusia serta kesehatan lingkungan secara terpadu.

3. Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta

Page 5: BAB IV tilik ternak

15

B. Hasil Kegiatan

1. Pemberian Pakan dan Minum Ayam SAN

Pakan dan minum diberikan secara ad libitum. Jenis pakan yang diberikan

sesuai dengan umur dan keperluan sesuai umur (starter, grower dan

pemeliharaan dewasa). Pemberian pakan ayam dilakukan sehari satu kali pada

pagi hari, dengan ukuran 1 gayung untuk 1 tempat pakan dengan rata-rata

pemberian 120-130 gram/ekor/hari. Saat penggantian air minum bersamaan

dengan pemberian pakan, sekaligus dilakukan pencucian tempat minum. Jenis

pakan yang diberikan yaitu AI 100 dengan kandungan protein 17%, hal ini

sesuai dengan pendapat Untari dan Suryanto (2013) yang menyatakan bahwa

setelah fase grower 8 minggu pakan yang diberikan memiliki kwalitas atau

kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein minimal 16%.

Gambar 2. Proses Pemberian Pakan

Page 6: BAB IV tilik ternak

16

2. Biosecurity

Sebelum masuk kandang, dipastikan sudah mandi terlebih dahulu dan tidak

bersinggungan dengan unggas lain. Mengenakan pakaian kandang, penutup

kepala, masker, glove dan sepatu bot yang telah steril. Sepatu bot direndam

dalam larutan desinfektan. Apabila sebelumnya sudah masuk ke dalam

laboratorium lain yang ada di kantor BBVet Wates, maka orang tersebut tidak

boleh masuk ke Instalasi Kandang Hewan Percobaan, karena untuk menghindari

seminimal mungkin kontak dengan agen penyakit.

Gambar 3. Biosecurity

3. Manajemen Kesehatan

Tidak ada program khusus yang dilakukan untuk manejemen kesehatan

ayam petelur SAN di IKHP BBVet Wates. Tindakan yang dilakukan berupa

tindakan preventif antara lain berupa menjaga lingkungan kandang,

membuang kotoran setiap satu minggu sekali, membersihkan lantai, dinding

koridor, lingkungan sekitar kandang, serta mengganti litter (sekam) jika sudah

basah.

4. Sarana dan Prasarana Kandang

BBVet Wates memiliki 4 kandang yaitu dengan ukuran setiap kandang

yaitu 6 x 4 m2. Setiap kandang digunakan untuk 40 ekor betina dan 5 jantan.

Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan

Page 7: BAB IV tilik ternak

17

temperatur berkisar 32,3-350C, kelembaban berkisar antara 60-70%,

penerangan dan pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak

kandang diupayakan agar mendapat sinar matahari pagi dan serta sirkulasi

udara yang baik, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar

hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Litter (alas

lantai ) yang digunakan harus dalam keadaan kering, tebal setinggi 10 cm,

bahan yang dipakai campuran dari kulit padi/sekam. Tempat bertelur terbuat

dari kotak kayu dengan ukuran 30 x 35 x 45 cm. Setiap kandang terdapat 4

kotak kayu untuk bertelur, kotak kayu tersebut diletakkan menempel pada

dinding. Tempat pakan dan minum terbuat dari bahan plastik dan tersedia

cukup.

5. Pemilihan Telur Ayam Bertunas Yang Standar

Telur yang sudah diambil dari kandang dipilih untuk digunakan uji

laboratorium sebagai telur ayam bertunas. Telur yang dipilih berukuran tidak

terlalu besar atau terlalu kecil. Tidak mempunyai kerabang yang tipis.

Mempunyai bobot minimal 60 gram. Setelah telur diseleksi selanjutnya

diberikan identitas berupa angka dari kandang nomor berapa telur berasal.

Gambar 4. Pemilihan telur dan pemberian identitas

Page 8: BAB IV tilik ternak

18

Pemilihan telur yang dilakukan di IKHP sesuai dengan pendapat

Untari dan Suryanto (2013) yang menyatakan bahwa pemilihan telur ayam

bertunas yang standar didasarkan pada: bentuk telur bulat dengan berat

minimal 60 gram, kerabang tidak tipis juga tidak tebal, telur tidak retak dan

tidak benjol.

6. Desinfeksi Telur

Setelah telur diberikan identitas telur selanjutnya dibersihkan dengan

menggunakan air dan digosok secara pelan menggunakan sabut cucian.

Selanjutnya telur disucihamakan dengan menggunakan larutan fenol dengan

langkah sebagai berikut:

1. Pembuatan larutan fenol 5%.

2. Ambil fenol kemudian ditimbang sebanyak 50 gram.

3. Fenol 50 gram diencerkan kedalam 1 liter air/aqua.

4. Diaduk sampai tercampur rata.

5. Dimasukkan kedalam wadah tertutup.

6. Siap digunakan untuk mensucihamakan telur.

Gambar 5. Pencucian telur menggunakan larutan fenol