bab iv perlindungan bunyi, bentuk, dan aroma sebagai … · 2018. 4. 26. · artinya bunyi bukan...

27
1 BAB IV PERLINDUNGAN BUNYI, BENTUK, DAN AROMA SEBAGAI MEREK DI INDONESIA A. STATUS PERLINDUNGAN BBA DALAM KI Perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) di Indonesia juga harus diletakan dengan memperhatikan konteks hak kekayaan intelektual (HKI). Apakah perlindungan BBA termasuk dalam ranah perlindungan Merek? Ataukah merupakan ranah elemen HKI yang lain? Hal ini menjadi pertanyaan penting untuk ditelusuri, sebab sesungguhnya karakterisrik BBA juga tidak lah bersifat murni sebagai merek layaknya tanda tradisional. Melainkan memiliki penampakan yang berbeda yang sering disangkahkan sebagai objek perlindungan elemen KI lainnya. 1. Perlindungan BBA pada Elemen KI Selain Merek Hak atas kekayaan intelektual terbagi menjadi tujuh konsep perlindungan yaitu; hak cipta, paten, desain industri, rahasia dagang, varietes tanaman, sirkuit terpadu dan merek. Dari ketujuh konsep tersebut, sekurangnya terdapat tiga elemen yang sering disangkahkan sebagai ranah perlindungan yang tepat bagi BBA. Ketiga elemen tersebut adalah hak cipta, paten dan desain industri, berikut uraiannya. a. Hak Cipta Istilah hak cipta pertama kali dikemukakan oleh Prof. Mof Syah pada kongres kebudayaan di Bandung 1951. Istilah tersebut muncul menggantikan istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cangkupannya yaitu hanya meliputi hak pengarang saja. Sedangkan istilah hak cipta lebih luas yang didalamnya terdapat hak pengarang. Pengertian

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB IV

    PERLINDUNGAN BUNYI, BENTUK, DAN AROMA

    SEBAGAI MEREK DI INDONESIA

    A. STATUS PERLINDUNGAN BBA DALAM KI

    Perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) di Indonesia juga harus

    diletakan dengan memperhatikan konteks hak kekayaan intelektual (HKI). Apakah

    perlindungan BBA termasuk dalam ranah perlindungan Merek? Ataukah

    merupakan ranah elemen HKI yang lain? Hal ini menjadi pertanyaan penting untuk

    ditelusuri, sebab sesungguhnya karakterisrik BBA juga tidak lah bersifat murni

    sebagai merek layaknya tanda tradisional. Melainkan memiliki penampakan yang

    berbeda yang sering disangkahkan sebagai objek perlindungan elemen KI lainnya.

    1. Perlindungan BBA pada Elemen KI Selain Merek

    Hak atas kekayaan intelektual terbagi menjadi tujuh konsep perlindungan

    yaitu; hak cipta, paten, desain industri, rahasia dagang, varietes tanaman, sirkuit

    terpadu dan merek. Dari ketujuh konsep tersebut, sekurangnya terdapat tiga elemen

    yang sering disangkahkan sebagai ranah perlindungan yang tepat bagi BBA. Ketiga

    elemen tersebut adalah hak cipta, paten dan desain industri, berikut uraiannya.

    a. Hak Cipta

    Istilah hak cipta pertama kali dikemukakan oleh Prof. Mof Syah

    pada kongres kebudayaan di Bandung 1951. Istilah tersebut muncul

    menggantikan istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas

    cangkupannya yaitu hanya meliputi hak pengarang saja. Sedangkan istilah

    hak cipta lebih luas yang didalamnya terdapat hak pengarang. Pengertian

  • 2

    hak cipta dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 1 Undang undang Nomor 28

    tahun 2014 tentang Hak Cipta, bahwa:

    Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

    otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu

    ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

    pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Lebih jauh yang dimaksud dengan “ciptaan” pada pengertian di

    dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 1 butir 3, bahwa ciptaan adalah: setiap

    hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang

    dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,

    keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

    Atas hal ini lingkup frasa “ciptaan” yang dilindungii sebagai karya

    cipta adalah sangat luas. Sehingga lebih jauh dalam rangka memastikan

    kedudukan BBA apakah tercangkup sebagai ciptaan? Maka penting untuk

    merujuk pada Pasal 40 UU Hak Cipta, yaitu menjelaskan secara explisit

    akan daftar ciptaan yang dimaksud adalah meliputi:

    a)buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan,

    dan semua hasil karya tulis lainnya; b)ceramah, kuliah,

    pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c)alat peraga yang

    dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

    pengetahuan; d)lagu dan/atau musik dengan atau tanpa

    teks; e)drama, drama musikal, tari, koreografi,

    pewayangan, dan pantomim; f)karya seni rupa dalam segala

    bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,

    patung, atau kolase; g)karya seni terapan; h)karya

    arsitektur; i) peta; j)karya seni batik atau seni motif lain;

    k)karya fotografi; l)Potret; m)karya sinematografi;

    n)terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,

    adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil

    transformasi; o)terjemahan, adaptasi, aransemen,

    transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

    p)kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang

    dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media

    lainnya; q)kompilasi ekspresi budaya tradisional selama

  • 3

    kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r)permainan

    video; dan s)Program Komputer.

    Berdasarkan daftar ciptaan di atas, sekurangnya tanda yang

    bersinggungan yaitu terkesan termasuk lingkup hak cipta adalah tanda

    “bunyi” sedangkan tidak dengan tanda “bentuk” dan atau “aroma”. Namun,

    apakah benar bahwa bunyi merupakan area hak cipta? Ya, jika bunyi

    diletakan sebagai ciptaan yang murni diciptakan untuk dirinya sendiri.

    Artinya bunyi bukan sebagai tanda yang hadir untuk sesuatu yang lain.

    sebab, manakala bunyi tersebut diperuntukan bukan untuk konsumsi atas

    dirinya sendiri melainkan tidak terlepas dari barang dan jasa. Maka

    jawabannya adalah Tidak!

    b. Paten

    Istilah paten yang digunakan di Indonesia saat ini adalah

    menggantikan istilah octrooi pada zaman hindia belanda silam. Istilah ini

    berasal dari inggris “patent” yang pararel dengan istilah “brevet de

    inventior” di Prancis dan belgia1. Pengertian paten dapat termaktub dalam

    Pasal 1 butir 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2016

    tentang Paten, bahwa paten adalah:

    hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor

    atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu

    tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau

    memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk

    melaksanakannya.

    Selanjutnya yang dimaksud dengan invensi dijelaskan lebih lanjut

    dalam butir 2, yaitu: “ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

    1 Muhamad Djumhana dan R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual; sejarah, teori dan

    praktiknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, h. 160.

  • 4

    pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau

    proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

    Selanjutnya dalam rangka mempersempit lingkup perlindungan

    Paten, Pasal 2 UU Paten menegaskan bahwa paten yang dilindungii adalah

    paten dan paten sederhana. Kedua jenis paten ini lebih lanut dijelaskan

    dalam Pasal 3, yang berbunyi:

    1)Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a

    diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung langkah

    inventif, dan dapat diterapkan dalam industri;

    2)Paten sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

    huruf b diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan

    dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat

    diterapkan dalam industri.

    Berdasarkan uraian di atas maka tanda yang terlihat bersinggungan

    adalah tanda Bentuk. Namun, tetap tanda tersebut tidak dilindungii sebagai

    paten, karena bentuk dengan pembeda adalah berupa wadah yang

    membedakan antara barang di pemasaran. Sedangkan paten adalah temuan

    yang harus digunakan dalam industi, artinya yang jadi penekanan bukanlah

    membedakan antara barang melainkan digunakan atau tidaknya di dunia

    industri.

    c. Desain Industri

    Pengertian desain industri tertuang dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

    undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, yang menegaskan

    bahwa:

    Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,

    konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis

    dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk

  • 5

    tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan

    estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau

    dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu

    produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

    Berdasarkan pengertian tersebut tanda “bentuk” yang sebelumnya dapat

    dilindungii dengan Paten, tetapi saat ini ditegaskan untuk dilindungii

    sebagai desain industri. Menanggapi hal ini, Djumhana dan Djubaedilah

    dengan mendasarkan pada WIPO menegaskan bahwa dalam hukum

    perdagangan keadaan tersebut wajar yaitu sebagai situasi cross rezim.

    Namun, terhadap hal di atas menurut hemat Penulis tanda Bentuk

    sebagai desain industri adalah perlindungan secara fungsional. Artinya,

    bentuk dilindungii sebagai pelengkap dan penunjang fungsi suatu barang/

    produk. Sedangkan dalam hal bentuk hadir sebagai tanda yang tidak

    memiliki hubungan dengan pengoptimalan nilai dan guna suatu barang.

    Melainkan sebagai tanda yang memedakan antara barang, bentuk bukan

    dilindungii oleh Desain Industri.

    Atas ketiga uraian masing-masing elemen KI yang bersinggungan

    dengan BBA, dapat disimpukan bahwa tanda bunyi dan bentuk dapat

    dilindungii sebagai Hak Cipta khusus untuk tanda bunyi dan Hak Paten

    serta Desain Industri yaitu untuk tanda Bentuk. Namun, hal paling dasar

    yang harus ditegaskan di sini adalah perlindugan tanda BBA di hak cipta

    dan paten serta desain industri merupakan perlindungan bunyi dan bentuk

    BUKAN sebagai tanda! Melainkan sebagai ciptaan dan kreasi saja. Artinya

    kedua tanda tersebut dilindungii secara sendiri, hal ini lah yang menjadikan

    Hak Merek merupakan ranah exklusif TANDA bunyi, bentuk dan aroma.

  • 6

    2. BBA Sebagai Ranah Eksklusif Hukum Merek

    Exklusivitas bunyi, bentuk dan aroma (BBA) sebagai ranah hukum

    merek merupakan implikasi atas dua hal, yaitu; pertama, bunyi, bentuk dan

    aroma yang dimaksud adalah TANDA. Sebagai tanda bunyi, bentuk dan

    aroma tidak diletakan berdiri sendiri layaknya ciptaan atau kreasi,

    melainkan diletakan sebagai sesuatu yang eksis untuk sesuatu yang lain

    yaitu menggambarkan barang dan jasa.

    Kedua, BBA adalah tanda dengan daya pembeda. Pembeda yang

    dimaksud bukan hanya sekedar pembeda antara ciptaan dan atau kreasi

    yang merupakan tolak ukur untuk mengatagorikan bahwa tanda tersebut

    adalah jiplakan. Melainkan pembeda terhadap barang dan jasa, yaitu antara

    barang dan jasa yang satu dengan barang dan jasa yang lain pada waktu di

    pemasaran.

    Atas hal ini, maka BBA adalah TANDA yang merupakan objek

    perlindungan hukum merek. Karena pada prinsipnya BBA tidak dilindungii

    sebagai produk sendiri, melainkan sebagai tanda yang menerangkan/

    merepresentasikan suatu objek berupa barang dan jasa untuk

    membedakannya dengan barang dan jasa yang lain. Penegasan tersebut

    dapat dilihat pada Pasal 1 butir 1 UU Merek, bahwa:

    “Merek adalah tanda…, yang memiliki daya pembeda dan

    digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

    Frasa “digunakan” di atas tidak berarti diperdagangkan. Melainkan harus

    diartikan sebagai tanda yang eksis dalam perdagangan barang dan jasa.

    Yaitu hadir sebagai pembeda antara barang dan jasa.

  • 7

    B. PERBANDINGAN BENTUK PERLINDUNGAN BBA di BERBAGAI

    NEGARA

    Amerika dan Negara angota Uni Eropa berkontribusi besar dalam

    perlindungan tanda non-tradisional sebagai merek dagang. Pandangan hukum

    merek pada masing-masing Negara tersebut telah memprakarsai semangat

    perlindungan bentuk, bunyi dan aroma (BBA) di berbagai Negara di dunia. Sebut

    saja Australia, India ataupun Meksiko adalah beberapa dari sekian Negara yang saat

    ini melakukan pembaharuan hukum merek nasionalnya berdasar pada pandangan

    kedua Negara tersebut. Atas hal ini, berikut Penulis uraikan prinsip perlindungan

    BBA pada Amerika Serikat dan the European Union (EU) untuk kemudian

    dibandingkan antara yang satu dan lain. Guna menempatkan bentuk perlindungan

    merek yang tepat di Indonesia.

    1. Amerika Serikat

    Sebagai merek, bunyi, bentuk dan aroma (BBA) telah dilindungii di

    Amerika sejak tahun 1947. Pada tahun tersebut tercatat telah ada 99 permohonan

    pendaftaran merek diantaranya bunyi dari total 276 permohonan, yang kemudian

    meningkat setiap tahun yaitu 85 permohonan pada 1995 dan 93 permohonan pada

    tahun berikutnya. Peningkatan perlindungan tanda bunyi tersebut kemudian disusul

    oleh kedua tanda yang lain yaitu bentuk dan aroma, berikut uraiannya.

    1.1. Perlindungan Bunyi

    Bentuk perlindungan terhadap bunyi dilakukan berdasarkan Trademark

    Manual of Examining Procedure (TMEP), yang menegaskan bahwa: “as marks

    that “identify and distinguish a product or service through audio rather than

  • 8

    visual means,” thus no drawing need be submitted with the application, only a

    specimen, a description of the mark, and proof of use.”

    Pendaftaran bunyi dilakukan secara khusus dan berbeda dengan

    pendaftaran merek tradisional pada umumnya. Bunyi dilindungii dengan

    pendaftaran yang tidak harus memenuhi persyaratan penggambaran

    penampakan tanda, seperti halnya pencetakan pada tanda angka, kata, dan atau

    huruf. Pendaftaran bunyi cukup dengan melampirkan sampel yang jelas,

    deskripsi tanda, dan bukti penggunaan tanda bahwa tanda bersifat

    membedakan. Hal ini berarti prinsip perlindungan bunyi sebagai merek adalah

    disesuaikan dengan karakteristiknya yaitu tidak bersifat visual.

    Perlindungan terhadap bunyi selanjutnya mulai diperdebatkan pada

    tahun 1990an di Amerika. Pada era tersebut gagasan perlindungan bunyi

    dihadapkan dengan dua isu perlindungan tanda dalam hukum merek. Pertama,

    tanda dengan daya pembeda deskriptif; dan kedua, tanda yang tidak dapat

    ditampilkan secara grafis. Kedua konsep tersebut berdampak pada munculnya

    klasifikasi atas tanda bunyi yang dapat dilindungii sebagai merek. Kevin K.

    McCormick menjelaskan hal ini sebagai berikut:

    “Within these systems, only two types of sound marks were

    recognized, if any: unique, different, or distinctive sounds, and

    commonplace sounds that have acquired distinctiveness. As

    long as these sounds serve to indicate a source, then trademark

    protection should be granted.”2

    2 Kevin K. McCormick, “Ding” You Are Now Free To Register That Sound, Official

    Journal of the International Trademark Association (INTA): Vol. 96, 2006, h. 1105.

  • 9

    Pengelompokan jenis bunyi yang dapat dilindungii di atas adalah didasarkan

    pada kekuatan masing-masing jenis bunyi sebagai merek. Dimana ketika bunyi

    bersifat unik dan jelas berbeda (inherently distinctive) maka dapat langsung

    dilindungii. Sedangkan dalam hal bunyi tersebut pada pengenalannya tidak

    bersifat inheren, yaitu telah diketahui dan dikenal secara umum maka untuk

    dapat didaftarkan sebagai merek bunyi harus memnuhi persyaratan

    pembuktian daya pembeda (secondary meaning).

    Daya pembeda sebagai premis mayor dalam perlindungan bunyi

    terlihat pada pendaftaran bunyi “NBC’s chimes” sebagai merek. Dalam kasus

    tersebut the Circuit Court menjelaskan bahwa:

    the chimes as a brief musical composition consisting of three

    sounds, set to a specific tempo, in a specific order, and played

    by a specific instrument. Extrapolating those characteristics,

    the circuit court recognized that jingles were common

    advertising tools that certainly served as indicators of source

    and thus deserved protection

    Atas pertimbangan di atas, suatu bunyi dalam hal ini chimes dikatakan

    memiliki daya pembeda yaitu ketika ia dilakukan dengan cara; set to a specific

    tempo, in a specific order, and played by a specific instrument. Ketiga

    perlakuan bunyi tersebut merupakan dasar pengujian status pembedaan yang

    dimiliki tanda yaitu berbeda dengan bunyi yang pada umumnya. Artinya bunyi

    dapat dikategorikan sebagai source indicator, adalah ketika ia berbeda dan

    mampu untuk hanya mengidentifikasi satu barang dan sumbernya saja. Di lain

    sisi pada kasus chimes tersebut, pengadilan juga mensyaratkan penampilan

    grafis yang kemudian oleh pendaftar dideskripsikan secara musikal not yaitu

    sebagai berikut: “musical notes which are in the key of C and sound the notes

  • 10

    G, E, C, the ‘G’ being the one just below middle C, the ‘E’ the one just above

    middle C, and the ‘C’ being middle C.”

    Deskripsi tanda di atas merupakan tipe kedua atas bunyi yang dapat

    didaftarkan sebagai merek. Selain memiliki daya pembeda, untuk kepastian

    dalam pendaftaran bunyi juga harus dapat direpresentasikan secara grafis. Atas

    hal ini maka jenis bunyi yang dapat dilindungii sebagai merek adalah bunyi

    yang memiliki daya pembeda serta dapat ditampilkan secara grafis dalam

    pendaftarannya.

    1.2. Perlindungan Aroma

    Selain bunyi Amerika juga telah memberikan perlindungan terhadap

    aroma. Sama seperti bunyi, aroma juga dilindungii dengan keistimewaan untuk

    tidak diharuskan penggambaran tanda. In re Clarke merupakan kasus pertama

    dalam pendaftaran merek jenis tradisional ini. Bahwa pada 1980 seorang

    perempuan bernama Celia Clarke menjalankan usaha yang melibatkan

    penggunaan aroma yaitu usaha benang berwangi. Aroma tersebut

    dideskripsikan sebagai “a high impact, fresh, floral fragrance reminiscent of

    plumeria blossoms.” Atas hal ini USPTO melakukan penolakan

    pendaftarannya sebagai merek dengan alasan bau hanya lah merupakan efek

    samping dari produk dan tidak dapat mengidentifikasi sumber barang sebagai

    merek. Namun, pandangan tersebut kemudian dibatalkan TTAB pada tingkat

    banding. Dimana pengadilan memberikan pertimbangan perbandingan antara

    parfum dengan aroma sebagai merek tanda, yaitu:

    Between perfumes, colognes and scented household products,

    on the one hand, and products like scented yarn and thread, on

  • 11

    the other. In the former category, the products are “noted for

    these features,” stated the Board. In the latter, the scent is not

    an inherent attribute or natural characteristic of the product,

    and hence is an arbitrary feature

    Aroma sebagai merek harus dibedakan dengan aroma dalam barang

    dan jasa. Sebagai merek, aroma tidak mendukung dan atau melengkapi fungsi

    utama dari barang atau jasa tersebut. Hal ini berbeda dengan “parfum” yaitu

    aroma sebagai barang itu sendiri sehingga jelas merupakan karakter inti dari

    produk tersebut. Terhadap hal ini, kemudian perlindungan aroma adalah

    didasarkan pada daya pembeda dan bukan fungsinya dalam barang atau jasa di

    perdagangan. Berbeda dengan aroma sebagai merek produk yaitu pembeda

    produk. Dalam hal pertimbangan aroma sebagai bersifat fungsional maka

    dapat melihat kasus pendaftaran aroma kesegaran jeruk sebagai merek cat

    khusus lukisan. USPTO menolak memberikan perlindungan dengan

    pertimbangan bahwa: “ Orange scent is functional for cleaners that contain

    orange acid as a cleaning ingredient, the scent merely described an ingredient

    of the goods, and the scent did not function as a trademark because it did not

    distinguish applicant’s goods from those of others.”

    Atas hal ini maka beberapa hal yang disyaratkan terhadap aroma adalah

    pembuktian terkait pembedaan tanda sebagai merek dalam mengidentifikasi

    sumber barang. Dalam kasus Clarke, pembuktian secondary meaning menjadi

    keharusan karena aroma yang hendak didaftarkan gagal untuk terbukti

    inherently distinctive.

  • 12

    1.3. Perlindungan Bentuk

    Perlindungan bentuk (shape) sebagai merek di atur dalam Pasal 43a

    Lanham Act, ditegaskan bahwa:

    Any person who, on or in connection with any goods or

    services, or any container for goods, uses in commerce any

    word, term, name, symbol, or device, or any combination

    thereof, or any false designation of origin, false or misleading

    description of fact, or false or misleading representation of

    fact, which—

    is likely to cause confusion, or to cause mistake, or to deceive as to the affiliation, connection, or association of

    such person with another person, or as to the origin,

    sponsorship, or approval of his or her goods, services, or

    commercial activities by another person, or

    (B) in commercial advertising or promotion, misrepresents the nature, characteristics, qualities, or geographic origin

    of his or her or another person’s goods, services, or

    commercial activities.

    Berdasarkan pasal di atas, bentuk dilindungii sebagai merek adalah ketika ia

    tidak membingungkan dan menyesatkan konsumen terhadap barang yang lain

    (misrepresents). Artinya karena bentuk penampakannya langsung terhadap

    barang maka ketimbang membedakan barang tersebut, bentuk dikwatirkan

    untu lebih sebagai fitur pelengkap barang saja. Sehingga barang tentu susah

    untuk membedakan barang tersebut dengan barang yang sejenis. Kekuatiran

    seperti ini juga disampaikan Jeremy Philips, yang mengatakan “a sound, smell

    or tactile sensation as applied to goods will be incapable of being a mark”3

    ia menjelaskan:

    “A container is not generally reckoned to be a ‘mark’. On this

    basis the distinctive Cola Cola bottle could not be registered as

    a ‘mark’ in respect on beverages, even though a drawing of the

    3 Jeremy Phillips, Op Cit., h. 227.

  • 13

    bottle would be a ‘device’ and therefor a mark. This conclusion

    is hard to justify when one considers that a container can be as

    effective as any other means of indicating a link between a

    trader and his goods”4

    Sekalipun demikian, berbeda dengan Jeremy, pengadilan Mahkamah

    Agung Amerika Serikat berpendapat lain yaitu bentuk dapat dilindungii

    sebagai merek. Dalam kasus Two Pesos Inc. v. Taco Cabana, Inc, mahkamah

    berpendapat: “In order to be protected as trade dress, a product configuration

    must be inherently distinctive or have acquired secondary meaning, and the

    shape must be nonfunctional.”

    Perlindungan terhadap bentuk mesyaratkan secondary meaning adalah

    ketika tidak memiliki kekuatan pembeda yang kuat. Pengadilan

    mempertimbangkan bahwa bentuk sebagai tanda haruslah tidak bersifat

    fungsional sehingga dapat mengidentifikasi sumber barang. Dalam

    pertimbangannya, hakim menerapkan abercombie factors untuk menetapkan

    kekuatan pembeda tanda bentuk. Namun, pararel dengan kasus Wal-Mart

    Stores, Inc. v. Samara Bros Inc5, tanda bentuk pada umumnya selalu

    disyaratkan secondary meaning karena sering dalam setiap permohonan

    didapati tidak bersifat inherently distinctive.

    4 Ibid, 5 Dalam kasus, Mahkamah memberikan pertimbangan bahwa: "In the case of product

    design, as in the case of color, we think consumer predisposition to equate the feature with the

    source does not exist. Consumers are aware of the reality that, almost invariably, even the most

    unusual of product designs--such as a cocktail shaker shaped like a penguin--is intended not to

    identify the source, but to render the product itself more useful or more appealing”.

  • 14

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlindungan

    bunyi, bentuk dan aroma sebagai merek di Amerika adalah dilakukan

    berdasarkan ciri berikut:

    a) Perlindungan BBA dikhususkan

    Bunyi, bentuk dan aroma tidak diperlakukan sama dengan

    tanda non-tradisional dalam hal pendaftarannya. Tanda non-

    tradisional diharuskan dapat digambarkan secara nyata akan

    perwujudannya, misalnya tanda kata dengan proses

    pencetakan. Sedangkan tanda BBA cukup dengan

    memberikan penerangan akan perwujudannya berserta bukti

    bahwa ia memiliki daya pembeda.

    b) Pengutamaan daya pembeda

    Masing-masing tanda yaitu bunyi, bentuk dan aroma

    dilindungii karena daya pembeda yang dimilikinya.

    Penampilan secara grafis hanya sebagai langkah penetapan

    tanda pada waktu pendaftarannya agar tanda dapat didaftarkan

    secara administrasi. Yang menentukan perlindungan BBA

    adalah daya pembeda, sehingga dapat didaftarkan ketika tidak

    bersifat fungsional dan hanya sebagai pelengkap barang atau

    jasa saja.

    c) Pendaftaran

    Dalam pendaftaran BBA di Amerika dilakukan dengan

    Musical Notes untuk tanda bunyi dan Onomatopoeia untuk

  • 15

    tanda aroma. Sedangkan tanda bentuk didaftarkan sama

    sebagai tanda tradisional yaitu melalui gambar.

    2. Uni Eropa

    Pendaftaran bunyi, bentuk dan aroma di Negara angota Uni Eropa adalah

    lebih mengedepankan penampilan secara grafis tanda. Jerman misalnya, dalam

    Pasal 8 ayat (2) The Gesetz über den Schutz von Marken und sonstigen

    Kennzeichnungen, menegaskan bahwa:

    a sign cannot be registered if it is incapable of being represented

    graphically even if it has become accepted in trade as the trade

    mark of a specific undertaking and is thus not caught by the grounds

    for refusal set out in Paragraph 8(2)(1) to (3) of the Markengesetz,

    in particular, that of lack of distinctive character.

    Penegasan penampilan grafis di atas tidak bermakna literal terhadap jenis tanda.

    Artinya syarat perlindungan merek berdasarkan penampilan grafis adalah tidak

    berarti menolak tanda yang berjenis non-visual. Pendirian ini sejalan dengan

    Judgment of The Court dalam kasus Sieckmann v. Deutsches Patent- und

    Markenamt, yaitu mahkamah memberikan pertimbangan bahwa:

    In the light of those considerations, it must be determined whether

    Article 2 of the Directive is to be interpreted as meaning that a trade

    mark may consist of a sign which is not in itself capable of being

    perceived visually.

    The purpose of Article 2 of the Directive is to define the types of

    signs of which a trade mark may consist. That provision states that

    a trade mark may consist of 'particularly words, including personal

    names, designs, letters, numerals, the shape of goods or of their

    packaging. Admittedly, it mentions only signs which are capable of

    being perceived visually, are twodimensional or three-dimensional

    and can thus be represented by means of letters or written

    characters or by a picture.

  • 16

    Sekalipun demikian, dalam memberikan perlindungan secara spesifik

    terhadap tanda maka pertimbangan secara grafis pada beberapa kasus tetap

    dikesampingkan dengan kuatnya daya pembeda yang dimiliki tanda.

    2.1. Perlindungan Aroma

    Dalam pendaftaran aroma diantaranya. The Harmonization in the

    Internal Market (OHIM) pada tingkat banding telah memberikan

    perlindungan terhadap merek aroma bola tenis yang dikenal dengan

    ungkapan “Smell of fresh cut grass”. OHIM memberikan pertimbangan

    bahwa:

    The smell of freshly cut grass is a distinct smell which

    everyone immediately recognizes from experience. For

    many, the scent or fragrance of freshly cut grass reminds

    them of spring, or summer, manicured lawns or playing

    fields, or other such pleasant experiences.The Board is

    satisfied that the description provided for the olfactory mark

    sought to be registered for tennis balls is appropriate and

    complies with the graphical representation

    Namun pendirian bahwa daya pembeda dapat mengesampingkan

    penampilan grafis pada kasus di atas tidak bertahan lama. Sebab, dalam

    perkembangannya pendaftaran aroma setelahnya seperti “smell of ripe

    strawberries” pada 2005 silam tidak dilindungii karena penampakan

    melalui kata ataupun unsur kimia tidak cukup dikategorikan sebagai

    penampilan secara grafis.

    2.2. Perlindungan Bunyi

    Pertimbangan akan tanda non-visual pada kasus Sieckmann pada

    pendaftaran tanda aroma di atas juga berdampak pada perlindungan bunyi

  • 17

    sebagai merek. Pada 2013, tercatat sekurangnya telah ada 13 merek bunyi

    yang telah dilindungii di Uni Eropa dari total 36 permohonan. Prinsip

    perlindungan bunyi dapat dilihat pada sengketa antara Shield Mark Bv V.

    Joost Kis tentang pendaftaran Sembilan not pertama dari Für Elise. Pada

    kasus tersebut, penampilan secara grafis atas merek non-visual adalah

    dipertanyakan seputar:

    Musical notes

    Onomatopoeia

    Written description in some other form

    Sonogram

    Recording annexed

    Recording accesible via internet

    Combination of those methods

    Dalam putusannya, Judgment of The Court (Sixth Chamber)

    memberikan pertimbangan berdasarkan pendirian beberapa Negara

    anggota. Mahkamah berpendapat bahwa:

    French and United Kingdom Government take the view that

    a reference to a well-known work, such as 'the first nine

    notes of "Für Elise"', constitutes a graphical

    representation. Shield Mark and the Commission maintain,

    the description of a tune by the transcription of the notes of

    which it is composed, such as 'E, D#, E, D#, E, B, D, C, A'

    must be regarded as a graphical representation of the

    melody concerned.

    French and Austrian Governments accept, in essence, that a

    sonogram constitutes a graphical representation, while the

    Austrian Government further states that such a sign may be

    registered provided that it is accompanied by an acoustic

    reproduction on a data carrier, and the French Government

    states that this mode of representation might be

    accompanied by a sound recording or a digital recording.

    The United Kingdom Government and the Commission take

    the view that an onomatopoeia is also capable of being

    registered.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, pendaftaran bunyi dalam hal

    penampilan secara grafis dapat dilakukan melalui masing-masing

  • 18

    persyaratan setiap Negara anggota. Misalnya dalam kasus Shield Mark Bv

    di atas oleh pengadilan dan juga dikutip European Court of Justice (ECJ),

    bahwa menuliskan kesembilan musical note (E, D sharp, E, D Sharp, E, B,

    D Sharp, C, A) dilengkapi dengan onomatopoeic (Kukelekuuuuu) telah

    cukup untuk menjadi dasar penampilan secara grafis bunyi.

    2.3. Perlindungan Bentuk

    Selanjutnya, dalam hal perlindungan bentuk sebagai merek diatur

    pada Pasal 7 ayat 1 the Community Trade Mark Regulation (CTMR).

    Bahwa bentuk dilindungii dengan memperhatikan:

    This provision states that signs which consist exclusively of:

    i) the shape which results from the nature of the goods

    themselves; ii) the shape of goods which is necessary to

    obtain a technical result; iii) the shape which gives

    substantial value to the goods. Shall not be registered.

    Berangkat dari pasal di atas, perlindungan bentuk di Negara Uni Eropa

    masih terkesan tidak prior pada daya pembeda. Bentuk ditekankan sebagai

    tanda yang dilindungii dengan mustahil, sebab persyaratan pada pasal 7 ayat

    (1) tersebut merupakan karakteristik dari pada tanda bentuk sendiri. Atas

    hal ini sekalipun dilindungii, sangat susah untuk mendaftarkan bentuk di

    Uni Eropa.

    Pendaftaran Cola-Cola misalnya, jika Amerika telah memberikan

    perlindungan sejak 1916, OHIM menolak pendaftaran merek tersebut pada

    2014. OHIM menjelaskan bahwa: “does not possess any characteristics that

    distinguish it from other bottles available on the market. The mark sought

    is thus a mere variant of the shape of a bottle which does not enable the

    consumer to distinguish Coca-Cola’s goods from those of other

  • 19

    undertakings.”

    Sekalipun berargumen bahwa botol Coca-cola tidak memiliki daya

    pembeda. Namun, OHIM yang mempertimbangkan Pasal 7 ayat (1) CTMR

    menurut hemat penulis tidak tepat. Rumusan pada Pasal tersebut tidak dapat

    dilaksanakan dalam semangat perlindungan merek bentuk karena sifat yang

    dilarang adalah ciri bentuk itu sendiri. Hal ini juga disebutkan Felix

    Schulyok, dalam tesis “The exclusion from protection of functional shapes

    under the trade mark law of the EU“ ia menjelaskan:

    “Besides the fact that Article 7(1)(e) only applies to shape

    marks and not to other signs seeking registration, Article

    7(3) states that, contrary to 7(1)(b), (c) and (d), this specific

    ground for refusal cannot be overcome by showing that the

    sign at stake has become distinctive. This clearly shows that

    the grounds for refusal stated in Article 7(1)(e) are not

    concerned with the question of distinctiveness.”6

    Atas hal ini, perlindungan bentuk di EU adalah bertumpu pada

    penampakannya yang fungsional sebagai features dari barang yang mana

    menjadi penentu ada tidaknya daya pembeda pada bentuk tersebut.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan

    bentuk, bunyi dan aroma (BBA) di Negara angota Uni Eropa adalah

    dilakukan berdasarkan beberapa hal berikut ini:

    a) Perlindungan BBA sebagai merek tradisional

    Berbeda dengan US, perlindungan dalam uni eropa lebih

    memperlakukan bunyi, bentuk, dan aroma sebagai merek

    tradisional. Sehingga BBA tidak dikhususkan dari syarat

    6 Felix Schulyok, The exclusion from protection of functional shapes under the trade mark

    law of the EU, Tesis, Lund University: Faculty Of Law, Swedia, 2010, h. 9.

  • 20

    perlindungan merek tradisional seperti penampakan yang visual.

    Atas hal ini lah kemudian perlindungan BBA di Uni Eropa

    sangat sulit.

    b) Pengutamaan penampilan grafis

    BBA dilindungii dengan memperhatikan kemampuan

    penampilan grafis sebagai tanda. Sekalipun hal ini pada

    beberapa kasus dikecualikan oleh Pengadilan, namun tetap tidak

    menghilangkan pendirian setiap Negara anggota EU seperti

    Jerman akan syarat penampilan grafis sebagai penentu

    perlidungan tanda sebagai merek.

    c) Pendaftaran

    Pendafran BBA adalah mengenai cara pendaftaran secara grafis.

    Terhadap hal ini, Pengadilan memutuskan bahwa setiap Negara

    anggota dapat menentukan masing-masing bentuk penampilan

    tanda. Sehingga berbeda dengan Amerika yang fokus pada

    deskripsi kata tentang tanda dan note musikal, Negara anggota

    dapat mendaftarkannya berdasarkan Musical notes,

    Onomatopoeia, Written description in some other form,

    Sonogram, Recording annexed, Recording accesible via

    internet, Combination of those methods

    Atas uraian dan perbandingan perlindungan tanda bunyi, bentuk dan aroma

    pada kedua Negara di atas, yaitu Amerika Serikat (Unites States) dan Negara-

    negara angota Uni Eropa. Pendekatan yang seperti apakah yang lebih tepat diambil/

    dilakukan di Indonesia? Berikut analisis dan jawabannya pada sub bab selanjutnya.

  • 21

    C. PERLINDUNGAN BBA BERBASIS DAYA PEMBEDA DI

    INDONESIA

    Agar dapat melindungi bunyi, bentuk dan aroma, Indonesia membutuhkan

    rumusan pengertian merek yang berbasis pada daya pembeda sebagai hukum

    positif. Atas hal ini penting sebelumnya untuk memperhatikan kebijakan beberapa

    Negara dalam perlindungan merek yang tertuang pada definisi merek. Amerika

    misalnya, Negara paman sam ini dalam Lanham Act of the United States

    menegaskan bahwa merek adalah: “any word, name, symbol, or device, or any

    combination thereof.., to identify and distinguish his or her goods, including a

    unique product, from those manufactured or sold by others and to indicate the

    source of the goods, even if that source is unknown.”

    Pada pengertian di atas, faktor pembeda suatu tanda ditempatkan sebagai

    syarat utama dalam perlndungan merek. Sedangkan mengenai jenis tanda yang

    dilindungii, Lanham Act tidak secara explisit menyebut shape, sound atau scent

    namun dalam beberapa kasus ketiga tanda non-tradisional tersebut dilindungii

    sebagai tanda yang diwakili oleh frasa “any.., symbol or device” yakni dimaknai

    meliputi BBA.

    Berbeda dengan Amerika, European Union (UE) dalam Pasal 4 Council

    Regulation (EC) No 207/2009 lebih menitik beratkan perindungan merek pada

    kemampuan penampilan secara grafis. Sedangkan daya pembeda sebagai syarat

    setelahnya, pada pasal tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan merek

    adalah:

    any signs capable of being represented graphically, particularly

    words, including personal names, designs, letters, numerals, the

    shape of goods or of their packaging, provided that such signs are

  • 22

    capable of distinguishing the goods or services of one undertaking

    from those of other undertakings.

    Pembedaan lain dengan Amerika yang terdapat pada rumusan di atas adalah

    mengenai penyebutan tanda. Jika Amerika sama sekali tidak menyebutkan secara

    explisit jenis tanda non-tradisional yang dilindungii sebagai merek, EU justru

    menyebutkan secara explisit salah satu tanda yaitu bentuk (shape of goods) sebagai

    salah satu tanda yag dilindungii sebagai merek.

    Berdasarkan perbedaan di atas, muncul pertanyaan lebih jauh tentang

    urgensi penyebutan jenis tanda non-tradisional dalam pengertian merek sebagai

    penegasan bahwa tanda tersebut dilindungii. Atas hal ini, maka penting untuk

    melihat hukum merek Australia yang termaktub pada amandemen Trade Marks Act

    1995, yaitu menegaskan merek adalah: “a sign used, or intended to be used, to

    distinguish goods or services dealt with or provided in the course of trade by a

    person from goods or services so dealt with or provided by any other person”.

    Pengertian tersebut kemudian dilengkapi dengan penjelasan arti dan jenis

    tanda (sign) yang dimaksudkan pada yaitu dalam Pasal 6, bahwa: “sign includes the

    following or any combination of the following, namely, any letter, word, name,

    signature, numeral, device, brand, heading, label, ticket, aspect of packaging,

    shape, colour, sound or scent.” Berdasarkan ketentuan tersebut, Autralia

    melindungi merek non-tradisional dengan menyebutkannya secara langsung dalam

    list tanda yang dapat dilindungii. Sedangkan terkait dengan prinsip perlindungan,

    Australia lebih sama seperti Amerika yaitu melindungi berdasarkan daya pembeda

    yang dimiliki tanda dan menempatkan penampilan grafis hanya sebagai syarat

    dalam pendaftaran saja.

  • 23

    Berdasarkan perbandingan rumusan pengertian merek di atas, dapat

    disimpulkan bahwa substansi pengertian merek yang dapat dipertimbangkan dalam

    perumusan pengertian merek di Indonesia adalah meliputi:

    1. Penyebutan Jenis Tanda

    Substansi pertama dalam rangka perlindungan bunyi, bentuk dan aroma di

    Indonesia adalah tentang penyebutan jenis tanda pada pengertian merek. Apakah

    dalam rumusan pengertian merek kedepannya harus memuat tanda BBA secara

    explisit? Ataukah lebih baik disebutkan secara implisit saja?

    1.1. Penyebutan Tanda Secara Explisit dan Implisit

    Penyebutan secara explisit dapat melihat kembali Pasal 1 ayat (1)

    UU Merek sebelumnya (UU 15/2001), bahwa: “Merek adalah tanda yang

    berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,

    atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda

    dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

    Selanjutnya, terkait bagaimana menyebutkan BBA sebagai bagian

    dari jenis tanda non-tradisional. Maka maka dapat melihat pada Ius

    Constitutum, yaitu Pasal 1 angka 1 UU Merek dan Indikasi Geografis yang

    menyatakan:

    “Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis

    berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan

    warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)

    dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau

    lebih unsur tersebut.”

    Pada UU Merek dan Indikasi Geografis di atas, tanda nontradisioanal

    disebutkan secara explisit bersama tanda tradisional. Sedangkan sebagai

  • 24

    perbandingan, penyebutan jenis tanda secara implisit dapat dilihat pada

    Lanham Act Trademarks, Amerika Serikat yaitu tetap menyebutkan jenis

    tanda tradisional melalui frasa “any.., symbol or device” sebagai open door

    untuk tanda non-tradisional. Yaitu pada penampakannya berbunyi: “any

    word, name, symbol, or device, or any combination thereof.”

    1.2. Penyebutan Jenis Tanda Secara Konteks

    Selain secara implisit dan explisit, penyebutan tanda dapat

    dilakukan secara setengah konteks. Penyebutan yang demikian terlihat pada

    pengertian merek di Australia. Bahwa merek diartikan sebagai “a sign used,

    or intended to be used, to distinguish goods or services dealt with or

    provided in the course of trade by a person from goods or services so dealt

    with or provided by any other person”. Penyebutan tersebut merupakan

    peneybutan secara implisit, yang kemudian dijelaskan secara explisit

    mengenai jenis tanda (sign) yang dimaksudkan dalam Pasal 6, bahwa: “sign

    includes the following or any combination of the following, namely, any

    letter, word, name, signature, numeral, device, brand, heading, label, ticket,

    aspect of packaging, shape, colour, sound or scent.”

    Pada penyebutan yang demikian, merek diartikan sebagai suatu

    tanda yang memiliki daya pembeda. Namun, kemudian diikuti dengan Pasal

    6 yang memberikan penegasan dan kepastian akan jenis tanda yang

    dilindungii.

  • 25

    Atas kedua pendekatan di atas, yaitu penyebutan tanda secara implisit atau

    ekxplist ataupun penyebutan secara konteks. Penulis memilih untuk meletakan

    tanda non-tradisional secara implisit pada pengertian merek. Hal ini dikarenakan

    sifat tanda non-tradisional adalah respon tanda tradisional terhadap perkembangan

    zaman. Artinya, kedepannya pasti akan bermunculan berbagai macam tanda baru

    seperti yang saat ini marak diperdebatkan yaitu tanda bergerak (emoticon). Atas hal

    ini lebih tepat untuk menyebutkan jenis tanda tradisional yang didampingi dengan

    frasa “open door” untuk tanda non-tradisional. Sehingga jika ditejemahkan adalah

    sebagai berikut “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

    huruf, angka-angka, susunan warna, simbol dan perangkat atau kombinasi dari

    unsur-unsur tersebut.”

    2. Sebab Perlindungan

    Substansi kedua dalam semangat perlindungan BBA di Indonesia adalah

    mengenai penegasan sebab perlindungan, yaitu Apakah yang mendasari suatu tanda

    dilindungii sebagai merek? Rumusan pengertian merek harus tegas terhadap hal ini.

    UU Merek dan Indikasi Geografis, pada Pasal 1 angka 1 menegaskan bahwa:

    “Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa

    gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam

    bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram,

    atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk

    membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang

    atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau

    jasa.”

    Berdasarkan UU di atas, kedepan Indonesia akan sama dengan EU yaitu

    bukan melindungi bunyi, bentuk dan aroma (BBA). Melainkan semakin menutup

    kemungkinan perlindungan terhadapnya, mengingat bahwa di Uni Eropa BBA

  • 26

    sering tidak dilindungi karena masalah penampilan secara grafis.7 Rumusan

    demikian juga salah! Sebab menempatkan penampilan grafis sebagai sebab utama

    perlindungan, padahal secara hukum merek daya pembeda yang dimiliki tanda lah

    yang menyebabkan tanda itu menjadi merek.8

    Pemuatan frasa “penampilan secara grafis” sebagai sebab perlindungan

    tanda dalam UU Merek hanya akan merusak tatanan hukum merek di Indonesia.

    Sebab, tindakan tersebut akan membawa isu perlindungan merek berada pada

    situasi praktis dan bukan prinsip. Uni Eropa misalnya, karena ditempatkannya

    penampilan grafis sebagai penentu pendaftaran merek. Maka tanda suara dan aroma

    sebagai tanda yang bersifat non-visual sekalipun memiiki daya pembeda tetap

    mengalami persoalan dalam pendaftarannya karena dipermasalahan cara yang tepat

    untuk merepresentasikan tanda tersebut. Yang jika tidak diketemukan maka

    berakibat tanda tersebut tidak dapat dilindungii sebagai merek.

    Hal di atas pararel dengan kasus Kawasaki Motors Corp. V. H-D Michigan,

    Inc, dalam kasus tersebut pendaftaran suara knal pot diragukan deskripsi

    kepastiannya, berikut pertimbagan dalam kasus: “the description was indefinite

    because the exhaust sound varies depending upon the exhaust pipes used, the

    operating conditions, and the mode of use (i.e., idle, acceleration, deceleration, and

    vehicle drive-away).” Atas pertimbangan demikian, bunyi yang hendak

    didaftarkan pun (suara knal pot) tidak dapat dilindungii sebagai merek.

    7 Lihat halaman 91. 8 Artinya kedudukan daya pembeda lebih subtansial dalam hukum merek sehingga

    seharusnyanya untuk ditempatkan superior terhadap syarat penampilan grafis dan bukan sebaliknya.

  • 27

    Atas pertimbangan di atas maka penting untuk menempatkan daya pembeda

    sebagai syarat utama dalam pengertian merek. Sedangkan layaknya Amerika, isu

    penampilan secara grafis tidak dimuat dalam rumusan. Melainkan tetap diperlukan

    tetapi diserahkan dalam tataran praktis yaitu pendaftaran tanda saja. Sehingga

    penampilan secara grafis cukup sebatas bukti pendaftaran saja dan bukan menjadi

    penentu dilindungii atau tidaknya suatu tanda.

    Terhadap argumen di atas, maka dapat dirumuskan penggalan akhir pada

    pengertian merek yaitu bukan lah yang menekankan pada penampilan secara grafis

    melainkan pada daya pembeda yaitu; “yang digunakan dalam perrdagangan

    dengan maksud untuk membedakan antara barang dan jasa”.

    Selanjutnya berdasarkan kedua pendekatan di atas yaitu tentang bagaimana

    “jenis penyebutan tanda” dan “sebab perlindungan tanda” yang tepat dalam

    rumusan pengertian merek pada UU Merek kedepan. Yaitu sebagai rumusan yang

    mendukung semangat perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) berbasis daya

    pembeda di Indonesia, maka Indonesia membutuhkan gabungan unsur dari kedua

    pendekatan tersebut. Dimana jika digabungankan, maka bentuk konkret rumusan

    merek yang dapat dihasilkan adalah:

    “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

    huruf, angka-angka, susunan warna, simbol dan perangkat atau

    kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang digunakan dalam

    perdagangan dengan maksud untuk membedakan antara barang

    dan jasa.”