bab iv perhitungan struktur 4 - usm
TRANSCRIPT
63
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR
4.1 Perhitungan Pembebanan
4.1.1 Perencanaan beban gempa
Beban gempa atau respons spectrum yang terjadi sesuai dengan data pada
perhitungan gempa, mengacu pada SNI 03-1726-2012. Analisis struktur terhadap beban
gempa pada gedung dilakukan dengan metode analisis respons pektrum. Berdasarkan
peta pada google maps, Gedung Arsip Kantor Pertanahan Kota Semarang terletak pada
lintang -6.987411 dan bujur 110.429206.
a. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV) dan faktor keutamaan
(Ie)
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai Tabel
4.2.1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor
keutamaan Ie menurut tabel 4.2.2 :
Tabel 4.1.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk Beban Gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
a. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
b. Fasilitas sementara
c. Gudang penyimpanan
d. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori resiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
a. Perumahan
b. Rumah toko dan rumah kantor
c. Pasar
d. Gedung perkantoran
e. Gedung apartemen/ rumah susun
f. Pusat pembelanjaan/ mall
g. Bangunan industry
II
64
h. Fasilitas manufaktur
i. Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk:
a. Bioskop
b. gedung pertemuan
c. stadion
d. fasilitas kesehatan yang baik memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
e. fasilitas penitipan anak
f. penjara
g. bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV,
yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang
besar dan/ atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
a. pusat pembangkit listrik biasa
b. fasilitas penanganan air
c. fasilitas penanganan limbah
d. pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori resiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah
berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi
kebocoran.
III
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
65
Tabel 4.1.2 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori Resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
1V 1,50
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Gedung yang direncanakan berupa gedung perkantoran dengan kategori risiko II,
untuk faktor keutamaan gedung adalah :Ie = 1,0
b. Menentukan Parameter percepatan gempa (SS dan S1)
Berdasarkan dari gambar respon spektra pada Tabel 4.5,Gambar 4.29 dan Gambar
4.30 didapat nilai parameter Ss dan S1, dimana parameter SS (percepatan batuan dasar
pada perioda pendek) dan parameter S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) :
Ss = 1.012 g dan S1 = 0,339 g
Tabel 4.1.3 Nilai Ss dan S1 Respon Spektra
(Sumber: http://www.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011
66
Gambar 4.1.1 Peta Parameter Ss Wilayah Indonesia
(Sumber: http://www.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011)
Gambar 4.1.2 Peta Parameter S1 Wilayah Indonesia
(Sumber: http://www.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011)
c. Menentukan Kelas Situs
Penetapan Kelas Situs dapat dilakukan melalui penyelidikan tanah dengan menguji
nilai penetrsai standar rata-rata.N Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah
dan/atau batuan yang nyata berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi
nomor ke-1 sampai ke- n dari atas ke bawah, sehingga ada total N-lapisan tanah yang
berbeda pada lapisan 30 m paling atas tersebut. Nilai untuk lapisan tanah 30 m paling
atas ditentukan sesuai dengan perumusan berikut :
67
∑
∑ ⁄
Keterangan :
ti = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 20,8 meter;
Ni =tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi.
Dikarenakan data tanah yang dimiliki hanya terdapat data sondir, maka
nilai N dapat dicari dengan rumus pendekatan yang berada dalam buku teknik
sipil karangan Ir. V Sunggono kh halaman 132 :
Tabel 4.1.4 Penafsiran Hasil Penyelididkan Tanah dengan Memakai Alat Sondir
qc = tekanan konis
fs = hambatan pelekat
Untuk lempung qc = 2 N
Untuk pasir qc = 4 N
68
Tabel 4.1.5 Mengubah Nilai qc ke N
kedalam qc fs N
0 0 0 0
1 10 0,3 5
2 7 0,3 3.5
3 25 0,2 6.25
4 40 0,2 10
5 38 0,4 9.5
6 15 0,2 3.75
7 18 0,4 4.5
8 8 0,2 2
9 7 0,3 3.5
10 5 0,2 2.5
11 8 0,4 4
12 8 0,8 2
13 7 0,5 3.5
14 8 0,2 2
15 12 0,3 3
16 8 0,2 2
17 12 0,8 6
18 12 0,8 6
19 25 1 6.25
20 20 0,7 10
20,8 22 0,8 11
Tabel 4.1.6 Nilai Penetrasi Standar Rata-rata (N).
No Depth (m) N t/N
1 0 - 1 5 0.200
2 1 – 2 3.5 0.286
3 2 – 3 6.25 0.160
4 3 – 4 10 0.100
69
5 4 – 5 9.5 0.105
6 5 - 6 3.75 0.267
7 6 - 7 4.5 0.222
8 7 – 8 2 0.500
9 8 – 9 3.5 0.286
10 9 – 10 2.5 0.400
11 10 – 11 4 0.250
12 11 – 12 2 0.500
13 12 – 13 3.5 0.286
14 13 – 14 2 0.500
15 14 – 15 3 0.333
16 15 – 16 2 0.500
17 16 – 17 6 0.167
18 17 - 18 6 0.167
19 18 - 19 6.25 0.160
20 19 - 20 10 0.100
21 20 - 20.8 11 0.073
∑ 20.8
5.561
N =
Tipe kelas situs harus ditetapkan sesuai dengan definis dari Tabel 4.5.5 dan pasal
pasal berikut.
70
Tabel 4.1.7 Hubungan Klasifikasi Situs dengan Parameter Tanah
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Berdasarkan klafisikasi situs diatas, untuk kedalaman 30 meter dengan nilai test
penetrasi standar rata – rata berada pada nilai( ) , dan memenuhi pasal
(SE) tanah lunak.
profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20
2. Kadar air, w > 40%
3. Kuat geser niralir su <25 kPa
maka tanah dilokasi tersebut termasuk kelas situs SE (tanah lunak).
d. Menentukan koefisien-koefisien situs dan parameter-parameter respons spectral
percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko-tertarget (MCER).
71
Dalam penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah,
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik.
Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran
perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran
perioda 1 detik (Fv).
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda
satu detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs.
Tabel 4.1.8 Koefisien Situs (Fa)
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Tabel 4.1.9 Koefisien Situs (Fv)
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Maka untuk SS = 1,012 g dan S1 = 0,339 g, diperoleh nilai Fa d an Fv (interpolasi):
Fa = 1,065
72
Fv = 1,59
Menghitung nilai SMS dan SM1 meggunakan rumus empiris:
SMS = Fa SS
= 1,065 x 1,012
= 1,1085 g
SM1 = Fv S1
= 1,59 x 0,339 = 0,584 g
Didapat nilai SMS, SM1, langkah selanjutnya mencari harga SDS, SD1menggunakan rumus
empiris:
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 x 1,078= 0,739 g
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,584 = 0,389 g
e. Menentukan Spektrum respons Desain
Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah
dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus
dikembangkan dengan mengacu pada gambar 4.5.5 dan mengikuti ketentuan di bawah ini :
T0 = 0,2 .
Ts =
= 0,2
=
= 0,105 detik = 0,527 detik
Dalam menentukan periode fundamental struktur T dapat diperoleh dari hasil
analisis struktur yang akan ditinjau. Namun SNI Gempa 2012 memberi persyaratan bahwa
periode fundamental yang akan dipakai sebagai perhitungan tidak boleh melebihi dari batas
atas periode fundamental pendekatan yang mana nilainya adalah perkalian dari koefisien
periode batas atas (Cu) dengan periode pendekatan (Ta). Untuk memudahkan pelaksanaan,
periode alami fundamental T ini boleh langsung digunakan periode pendekatan Ta. Periode
pendekatan ditentukan berdasarkan Persamaanberikut ini:
Ta = Ct .hnx
73
Tabel 4.1.10 Koefisien Batas Atas Periode
Tabel 4.1.11 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x
Ta = Ct . hnx
= 0,0466 x 240,9
= 0.814 detik
Dengan nilai SD1= 0.389 g, maka didapat koefisien Cu = 1,4
T maks = Cu . Ta = 1,4 x 0,814 = 1,139 detik
Gambar 4.1.3 Spektrum Respons Desain SNI 03-1726-2012
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung.
74
1) Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain, Saharus
diambil dari persamaan:
(
)
(
)
2) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS.
3) Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, diambil
berdasarkan persamaan:
Keterangan :
SDS= parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek
SD = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = perioda getar fundamental struktur
Tabel 4.1.12 Spektrum Respons Desain Gedung Arsip Kantor Pertanahan Kota Semarang
Periode Getar
(T)
Percepatan respon
spectra, Sa (g) Periode Getar
(T)
Percepatan respon
spectra, Sa (g)
0 0.296
2.584 0.175
0.197 0.739
2.684 0.167
0.984 0.739
2.784 0.16
0.984 0.621
2.884 0.154
1.084 0.536
2.984 0.148
1.184 0.471
3.084 0.143
1.284 0.42
3.184 0.138
1.384 0.379
3.284 0.133
1.484 0.346
3.384 0.129
1.584 0.317
3.484 0.125
1.684 0.293
3.584 0.121
1.784 0.273
3.684 0.117
1.884 0.255
3.784 0.114
1.984 0.239
3.884 0.11
2.084 0.225
3.984 0.107
2.184 0.213
4.084 0.104
75
2.284 0.202
4.184 0.102
2.384 0.192
4.284 0.099
2.484 0.183
4 0.097
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Gambar 4.1.4 Spektrum Respons Desain Gedung Arsip Kantor Pertanahan Kota
Semarang
(Sumber: http://www.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011)
f. Menentukan Kategori desain seismik (A-D)
Dalam menentukan Ketegori desain seismik apabila digunakan alternatif
prosedur penyederhanaan desain pada pasal 8 (SNI 1726-2012) kategori desain seismik
diperkenankan untuk ditentukan dari tabel kategori desain seismik berdasarkan parameter
respons percepatan pada perioda pendek dan tabel kategori desain seismik berdasarkan
parameter respons percepatan pada perioda 1 detik, dengan menggunakan nilai SDS yang
ditentukan dalam pasal 8.8.1 (SNI 1726-2012).
Tabel 4.1.13 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada
Perioda Pendek
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
76
Tabel 4.1.14 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada
Perioda 1 detik
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Harga,
SDS= 0,739 (SDS >0,5) =>Kategori Resiko Tipe D
SD1= 0,389 (SD1 > 0,2) =>Kategori Resiko Tipe D
g. Pemilihan sistem struktur dan parameter sistem (R, Cd, Ωo,)
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu
tipe yang ditunjukkan dalam tabel 4.1.15
Tabel 4.1.15 Faktor R, Cd dan Ωo Untuk istem penahan Gaya Gempa
Sumber : SNI 03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
77
Untuk sistem penahan gaya gempa dengan rangka beton bertulang pemikul momen
khusus, didapat :
- Koefisien modifikasi respons (R) = 8
- Faktor kuat lebih sistem (Ωo ) = 3
- Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5
Faktor reduksi untuk perhitungan beban gempa
Scale factor = I/R x 9,81
= 1/8 x 9,81
= 1,22625
Keterangan:
SC = Scale Factor (dalam meter)
I = Faktor keutamaan Gempa
R = Faktor Reduksi Gempa
9,81 = Koefisien grafitasi
4.1.2 Pembebanan Rangka Atap kuda-kuda
a. Beban Mati (q)
Penutupatap = 0,5 x 1,876 = 0,470 kN/m
Berat gording = 0,12 kN/m
Berat trekstang (10% x 0,217) = 0,012 kN/m
Jadi total beban mati (q) = 0,602 kN/m
b. Beban Hidup (P)
Beban hidup adalah beban terpusat dan terjadi karena beban manusia
yang bekerja pada pekerjaan atapdan beban air hujan.
Beban hidup pekerja = 1 kN
Beban air hujan = 0,16kN/m x 3,25 m x 1,876 = 0,9755kN
c. Beban Angin (W)
Tekanan tiup angin = 0,25 kN/m2
Koefisien angin :
Angin tekan = ((0,02 . 300) – 0,4) = 0,2
Angin hisap = - 0,40
Beban angin :
Beban angin tekan = 0,2 x 1,876 m x 0,25 kN/m2 = 0,0938kN/m
Beban angin hisap = -0,4 x 1,876 m x 0,25 kN/m2= - 0,1876kN/m
+
78
X
X
Y
Y
30°
p
py
px
30°
1. Momen Akibat Pembebanan
a. Beban Mati
Gambar 4.1.4. Beban mati
Sumber : Progam Autocad 2007
q = 0,57445kN/m
qx q sin α = 0,602 kN/m . sin 30º = 0,3010 kN/m
qy q cos α = 0,602 kN/m . cos 30º = 0,5213 kN/m
Mx1 = (1/8 . qy . L2). 0,8
= (1/8 x 0,5213 kN/m x 3,252m)x 0,8
= 0,5506 kN.m
My1 = (1/8 . qx . L2) . 0,8
= (1/8 x 0,3010 kN/m x 3,252m) x 0,8
= 0,3179 kN.m
b. Beban Hidup
Gambar 4.1.5. Beban hidup
Sumber : Progam Autocad 2007
X
X
Y
Y
30°
q
qy
qx
30°
79
30°
Beban hidup pekerja
P = L = 1 kN
Px = P sin α = 1 kN .sin 30º = 0,5kN
Py P cos α = 1 kN .cos 30º = 0,866 kN
Mx2 = (1/4 .Py .L) . 0,8
= (1/4 x 0,866 kN x 3,25m) . 0,8
= 0,563 kN.m
My2 = (1/4 .Px .L) . 0,8
= (1/4 x 0,5 kNx 3,25 m) . 0,8
= 0,325 kN.m
Beban hidup air hujan
P = L = 0,9755kN
Px P sin α = 0,9755kN. sin 30º = 0,48775kN
Py P cos α = 0,9755kN.cos 30º = 0,84481kN
Mx2 = (1/4 .Py .L) . 0,8
= (1/4 x 0,84481kNx 3,25m) x 0,8
= 0,68641kN.m
My2 = (1/4 .Px .L) . 0,8
= (1/4 x0,48775kN x 3,25m) x 0,8
= 0,3174kN.m
Jadi jumlah total beban hidup pekerja dan beban hidup air hujan adalah
Mx2 = 0,563 kN.m + 0,68641 kN.m = 1,24941 kN.m
My2 = 0,325 kN.m + 0,3174 kN.m = 0,6424 kN,m
c. Beban Angin
Gambar 4.1.5. Beban angin
Sumber : Progam Autocad 2007
80
Angin tekan = 0,0938kN/m
Angin hisap = - 0,1876kN/m
Mx3 tekan = (1/8 .Wty . L2) . 0,8
= (1/8 x0,0938kN/m x3,252m) x 0,8
= 0,09908kN.m
Mx3 hisap = (1/8 .Why . L2) . 0,8
= (1/8 x - 0,1876kN/m x3,252m) x 0,8
= -0,19815kN.m
2. Kombinasi Pembebanan Atap
a. 1,4 D
Ux = 1,4 (0,5506 kN.m) = 0,7708 kN.m
Uy = 1,4 (0,3179 kN.m) = 0.4451 kN.m
b. 1,2 D + 0,5 La
Ux = 1,2 (0,5506 kN.m)+ 0,5 (1,24941kN.m) = 1,28543 kN.m
Uy = 1,2(0,3179 kN.m)+ 0,5 (0,6424kN.m) = 0,70268 kN.m
c. 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
Ux = 1,2(0,5506 kN.m)+1,6(1,24941 kN.m)+0,8(0,09908 kN.m )= 2,73904
kN.m
Uy = 1,2(0,3179 kN.m)+ 1,6 (0,6424 kN.m)+ 0,8 (0) = 1,40932
kN.m
d. 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
Ux = 1,2(0,5506)+1,3(0,09908)+0,5(1,24941)= 1,41423 kN.m
Uy = 1,2(0,3179 kN.m)+ 1,3 (0) + 0,5 (0,6424 kN.m) = 0,70268 kN.m
e. 0,9 D ± 1,3 W
Ux = 0,9(0,5506 kN.m) + 1,3 (0,09908kN.m) = 0,62434 kN.m
=0,9(0,5506 kN.m) - 1,3 (0,09908kN.m) = 0,36674 kN.m
Uy = 0,9(0,3179 kN.m) + 1,3 (0) = 0,28611 kN.m
= 0,9(0,3179 kN.m) - 1,3 (0) =0,28611 kN.m
MUx max = 2,73904 kN.m = 2,73904 (106) N.mm
MUy max = 0,70268 kN.m = 0,70268 (106) N.mm
81
4.1.3 Pembebanan Kuda-Kuda
1. Akibat berat atap
Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang
berada diatasnya berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup
genteng.
BA = Berat Atap Genteng x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
BA = 0,5 kN/m2 x 1,876 m x 3,25 m
BA = 3,0485 kN
2. Akibat Berat Gording
Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai
gording
BG = berat profil baja x jarak kuda-kuda
BG = 0,120 kN/m x 3,25 m = 0,390 kN
3. Akibat berat sendiri kuda-kuda
Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai
kuda-kuda. Beban terhitung secara manual dalam Program SAP, dalam
perencanaan menggunakan profil baja.
4. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban terpusat yang terjadi karena beban pekerja yang
bekerja pada saat pembuatan atauperbaikan kuda-kuda pada atap dan beban air
hujan.
PPekerja = 1 kN
PAirHujan = (40 – 0,8 x 300) = 16 kg/m
2= 0,16 kN/m
= 0,16 kN/m x 3,25 m x 1,876 = 0,9755 kN
5. Akibat berat plafond
Beban yang timbul akibat adanya berat dari plafond yang digantungkan
pada dasar kuda-kuda.
BPlafon = Beban plafond x jarak kuda-kuda x panjang kuda-kuda / jumlah
buhul yang dibebani
BPlafon = (0,18 kN/m2 x 3 m x 13 m) / 8
= 0,8775 kN
82
6. Beban Gempa
Beban gempa atau respons spectrum yang terjadi sesuai dengan data pada
peritungan gempa, mengacu pada SNI 03-1726-2012. Analisis struktur terhadap
beban gempa pada gedung dilakukan dengan metode analisis respon spektrum.
Berdasarkan parameter respons percepatan perioda pendek (SDS) dan perioda 1
detik (SD1), bangunan gedung termasuk dalam Kriteria Desain Seismik (KDS) D,
sehingga sistem penahan gaya gempa yang diijinkan adalah Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Untuk perencanaan gempa ini sudah dibahas
pada sub bab sebelumnya.
7. Beban angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Pada konstruksi ini
diasumsikan nilai W = 0,25 kN/m2.
a. Akibat angin tekan
Angin tekan 2α – 0,4
= 0,02 x 30º - 0,4
= 0,2
W tekan vertikal
= Angin tekan x sin α x W x jarak gording x jarakkuda-kuda
= 0,2 x sin 30o x 0,25 kN/m
2 x 1,876 m x 3,25 m
= 0,1524kN
W tekan horisontal
= Angin tekan x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 0,2 x cos 30o x 0,25 kN/m
2 x 1,876 m x 3,25 m
= 0,2640kN
b. Akibat angin hisap
Angin hisap = - 0,4
W hisap vertikal
= Angin tekan x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= -0,4 x sin 30o x 0,25 kN/m
2 x 1,876 m x 3,25 m
= -0,3048 kN
W hisap horisontal
= Angin tekan x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
83
= -0,4 x cos 30o x 0,25 kN/m
2 x 1,876 m x 3,25 m
= -0,5280 kN
8. Kombinasi
a. U = 1,4 D
b. U = 1,2 D + 0,5 La
c. U= 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
d. U= 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
e. U= 0,9 D + 1,3 W
4.1.4 Perhitungan Pembebanan Pelat Lantai.
1. Beban Mati (WD)
Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 2,88 kN/m2
Berat space lantai = 0,03 x 1800 = 0,54 kN/m2
Penutup lantai = 0,7 kN/m2
Berat plafon + penggantung = 0,18 kN/m2
= 4.3 kN/m2
2. Beban Hidup (WL)
Beban hidup Ruang Perkantoran = 2,50 kN/m2
3. Beban Gempa
Beban gempa (V) :
V =
x w
Dimana :
= Akselerasi Spektrum
Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa) apartemen(SNI-1726-2012)
W = (1,2D + 1,6L) x 0,5
= 1,2 (4,3) + 1,6 (250) x 0,5
= 4,58 KN/m2
R = 3 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen biasa)
V =
kN/m
2
+
Dicari dari data tanah
menurut SNI gempa 2012
0,5 = faktor reduksi untuk
perkantoran (SNI gempa 2012)
84
4. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL+ V
= 1,2 (4,3) + 1,6 (250) + 0,594
= 975,4 Kg/m2 9,754 KN/m
2
4.1.5 Perhitungan Pembebanan Portal
a. Beban pada pelat.
1. Beban Mati (WD)
Berat pelat lantai = 24 x 0,12 = 2,88 kN/m2
Berat spesi = 0,03 x 18 = 0,54 kN/m2
Penutup lantai = 0,7 kN/m2
Berat plafon + penggantung = 0,18 kN/m2 +
= 4.3 kN/m2
2. Beban Hidup Untuk Pelat Lantai (WLL)
Beban hidup untuk Perkantoran = 2,50 kN/m2
+
= 2,50 kN/m2
3. Pelimpahan Beban Plat pada Balok
Beban mati pelat
Beban Trapesium & segitiga
= ½ Lx . beban mati pelat
= ½ x 3,0 x 4,3
85
= 6,45 kN/m2
Beban Hidup pelat Atap
Beban Trapesium & segitiga
= ½ Lx . beban Hidup pelat
= ½ x 3,0 x 2,502
= 3,753 kN/m2
Beban Hidup pelat Lantai
Beban Trapesium & segitiga
= ½ Lx . beban Hidup pelat
= ½ x 3,0 x 2,50
= 3,75 kN/m2
4. Beban Gempa
Beban gempa (V) :
V =
x w
Dimana :
= Akselerasi Spektrum
Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa) apartemen(SNI-1726-2012)
W = (1,2D + 1,6L) x 0,5
= 1,2 (4,3) + 1,6 (250) x 0,5
= 4,58 KN/m2
R = 3 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen biasa)
V =
kN/m
2
b. Beban pada balok
1. Beban dinding
Tinggi dinding x berat komponen
= 4 m x 200 kg/m2
= 800 kg/m3
= 8 kN/m3
Dicari dari data tanah
menurut SNI gempa 2012
0,5 = faktor reduksi untuk
perkantoran (SNI gempa 2012)
86
2. Beban gempa
Beban gempa atau respons spectrum yang terjadi sesuai dengan data pada
peritungan gempa, mengacu pada SNI 03-1726-2012. Analisis struktur terhadap
beban gempa pada gedung dilakukan dengan metode analisis respon spektrum.
Berdasarkan parameter respons percepatan perioda pendek (SDS) dan perioda 1
detik (SD1), bangunan gedung termasuk dalam Kriteria Desain Seismik (KDS)
D, sehingga sistem penahan gaya gempa yang diijinkan adalah Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Untuk perencanaan gempa ini sudah
dibahas pada sub bab sebelumnya.
87
4.2. Perencanaan Struktur Atap
Atap direncanakan menggunakan struktur kuda-kuda baja dengan menggunakan
bentuk limasan. Perhitungan struktur atap didasarkan pada panjang bentangan kuda-
kuda. Selain itu juga diperhitungkan terhadap beban yang bekerja, yaitu meliputi beban
mati, beban hidup, dan beban angin. Setelah diperoleh pembebanan, kemudian
dilakukan perhitungan dan perencanaan dimensi batang kuda-kuda tersebut. Adapun
pemodelan struktur atap sebagai berikut :
1.6251.6251.6251.625
3.250 3.250 3.250 3.250 3.250 3.250 3.250 3.250
26.000
1.6
25
1.6
25
1.6
25
1.6
25
3.2
50
3.2
50
3.2
50
3.2
50
13.0
00
KUDA-KUDA K1
KUDA-KUDA K2
KUDA-KUDA K4
KUDA-KUDA K3GORDING
Gambar 4.2.1 Tampak Atas Rangka Atap
Sumber : Progam Autocad 2007
88
13.000
0.9
38
13.000
3.7
53
1.8
76
KUDA-KUDA K1
KUDA-KUDA K2
6.500 3.250
KUDA-KUDA K31
.87
6
2.8
15
3.7
53
KUDA-KUDA K4
Gambar 4.2.2. Pemodelan Kuda-Kuda
Sumber : Progam Autocad 2007
4.2.1. Pedoman Perhitungan Atap
Dalam perencanaan atap, adapun pedoman yang dipakai, sebagai berikut:
1. SNI 03-1727-2013 Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain.
2. Gunawan, Rudy. 1988. Tabel Profil Kontruksi Baja. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.
3. Setiawan, Agus. 2013. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.
Penerbit Erlangga: Jakarta.
4. SNI 03- 1729- 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
89
4.2.2. Perhitungan Atap
4.2.2.1. Perhitungan Rangka Atap
Data-Data Perhitumgan Rencana Atap :
Bentang Kuda-Kuda = 13 m
Jarak Kuda-Kuda utama = 3,25 m
Jarak Gording = 1,876m
Sudut Kemiringan Atap = 30º
Gording = Hollow Structural Tube
= 125 mm x 125 mm x 3.2 mm
Berat Gording = 12,00 kg/m = 0,12 kN/m
Tabel 4.2.1 Hollow Structural Tube
Size
(mm)
Size Section
Area
Weight
A B t
mm in mm In mm in cm2
in2
Kg/m Kg/ft Lb/ft
120x125x3.2 125 4,921 125 4,921 3,2 0,126 15,33 4,283 12,00 3,655 8,064
(Gunawan, Rudy. 1988. Tabel Profil Konstruksi Baja, hal 54)
Sifat mekanis baja struktural untuk perencanaan di tetapkan sebagai berikut :
Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa
Modulus Geser (G) = 80000 Mpa
Poisson Ratio () = 30%
Koefisien Pemuaian (α) = 1,2 * 10-6
/ºC
(Pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 9)
Mutu Baja = BJ 37
Tegangan Leleh (fy) = 240 Mpa
Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa
Tegangan Dasar = 160 Mpa
90
Peregangan Minimum = 20%
Tabel 4.2.2 Sifat Mekanis Baja Struktural
(Tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 11)
4.2.3. Perencanaan Gording
4.2.3.1. Data Perencanaan Gording Profil Hollow Structural Tube :
Pada perencanaan gording menggunakan baja profil hollow structural tubings
dengan dimensi 125.125.3,2 dengan data sebagai berikut :
Profil gording Hollow Structural Tubings
125.125.3,2
Sectional area 15,33 cm2
= 1533 mm2
Position of centre of gravity Cx = 0 cm
Cy = 0 cm
Geometrical moment of Inertia Ix = 376 cm4
= 376 x 104
mm4
Iy = 376 cm4
= 376 x 104
mm4
)Elastic modulus of section Sx = 60,1 cm3
= 60,1 x 103 mm
3
Sy = 60,1 cm3
= 60,1 x 103 mm
3
Radius of gyration ix =4,95 cm
= 49,5 mm
iy = 4,95 cm
= 49,5 mm
(Tabel Profil Konstruksi Baja, Rudy Gunawan, hal 54-55)
Plastic modulus of section Zx = ( ) -
91
= ( ) -
= 488281,25 – 417055,714
= 71225,536 mm3
Zy = ( ) -
= ( ) -
= 488281,25 – 417055,714
= 71225,536 mm3
4.2.3.2. Kontrol Pada Gording
1. Kontrol Momen Terhadap Batas Tekuk Lokal
Sayap Badan
𝜆𝑝
= 40,344 = 40,344
Penampang tidak kompak Penampang Kompak
Dari perhitungan diatas profil Hollow Structural Tube 125.125.3,2 termasuk
penampang tidak kompak
Mr =( fy – fr ) Sx Mp = Zx.F
= (240-70) 60,1 x 103 = 71225,536 x 240
= 10217000 Nmm = 17094128,64 Nmm
92
= 10,217 x 106 Nmm = 17,094128 x 10
6 Nmm
Mn = Mp – ( Mp – Mr ) x
= 17,094128 x 106 – (17,094128 x 10
6 –10,217 x 10
6 ) x
= 11308533,26 Nmm
= 11,308533 x 106 Nmm
Mn = 11,308533 x 106 Nmm < Mp = 14,393464 x 10
6 Nmm
2. Kontrol Momen Terhadap Batas Tekuk Torsi Lateral
Lp = 795,293 mm = 0,795293 m < Lb = 1,625 m
(tabel 8.3-2, SNI 03- 1729- 2002,hal 38)
Modulus Geser
Konstanta Torsi
Konstanta Wraping
= 3863343750 mm6
(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 72)
93
X1 = 7364,302
m
Lp = 0,795293 m < Lb = 1,625 < Lr = 5,313 m
Termasuk bentang menengah
Mn =
=
= 20580759,74 Nmm
Faktor Reduksi ( = 0,9
(Tabel 6.4-2, SNI 03-1729-2002, Hal 18)
M ux = 0,9 . Mn
= 0,9 . 20580759,74
= 18522683,77 Nmm
94
Mux = 18522683,77 Nmm > Mux maks = 2739040 Nmm ( Memenuhi)
3. Kontrol Lendutan
E = 2,0 x 104kN/cm
2menggunakan asumsi 1 Mpa = 0,1 kN/cm
2
(Tabel Profil Konstruksi Baja, Rudy Gunawan, hal 55)
Akibat Beban Mati
fx = = = 0,05957 cm
fy = = = 0,10070 cm
Akibat Beban Hidup
fx = = = 0,00163 cm
fy = = = 0,00094 cm
Akibat Beban Angin
fx = = = 0,01813 cm
fy = 0
Lendutan Kombinasi
Fx total = 0,05957 + 0,00163 + 0,01813 = 0,07933 cm
Fy total = 0,10070 + 0,00094 + 0 = 0,10164 cm
Syarat Lendutan
f ijin = = =0,9028
f yang timbul = = 0,12893 cm
f ijin > f yang timbul 0,9028>0,12893 ……… (OK)
95
4.2.4. Perencanaan Kuda-Kuda
Pada perencanaan kuda-kuda, tahapan dalam perencanaan meliputi : data-
data teknis, pembebanan kuda-kuda, dan kontrol kekuatan profil pada kuda-kuda.
4.2.4.1. Data-data Perencanaan Kuda-kuda
Bentang kuda-kuda = 13 m
Jarak kuda-kuda = 3,25 m
Jarak gording = 1,876 m
Sudut kemiringan atap = 30°
Penutup atap = Genteng
Plafond = Eternit
Sambungan = Baut
Berat Atap = 0,50 kN/m2
Berat gording = 12 kg/m = 0,12 kN/m
Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa
Modulus geser ( G ) = Mpa
Poisson ratio ( m ) = 30 %
Koefisien muai ( at) = 1,2 * 10-5
Mutu baja = BJ 37
Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa
Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa
Peregangan minimum = 20 %
Plafond eternit + penggantung = 0,11 + 0,07 = 0,18 kN/m2
Beban hidup gording = 1 kN
Tekanan tiup angin = 0,25 kN/m2
96
4.2.4.2. Perhitungan Profil Kuda-kuda
Baja yang digunakan Double Angle Shape :
a. Batang Diagonal Luar : 2L 50.50.7
b. Batang Diagonal Dalam : 2L 50.50.7
c. Batang Horisontal : 2L 50.50.7
d. Batang Vertikal : 2L 50.50.7
1. Perhitungan batang tekan
Frame 4 (2L 50.50.7)
P maks = Nu = 60,987 kN → hasil output SAP
Lbentang =1625 mm
97
Gambar 4.2.3. Diagram of Frame
Sumber : Progam SAP2000
Digunakan profil (2L.50.50.5)
Data Properti penampang elemen L.50.50.5
Ag = 656 mm²
ex= ey = 14,9 mm
Ix= Iy =146000 mm4
Rx = Ry = 14,9 mm
R min = 9,6 mm
Tp = 10 mm
(Tabel Profil Kontruksi Baja, Ir.Rudy gunawan, hal 36)
98
a. Menghitung momen inersia dan jari-jari girasi komponen struktur
Gambar 4.2.4 Moment Inersia Penampang
Sumber : Progam Autocad 2007
Keterangan :
b. Periksa terhadap Kelangsingan elemen penampang
( penampang tak kompak )
(pasal8.2-1b, SNI 03- 1729- 2002, hal 36)
c. Periksa terhadap kelangsingan dan kestabilan komponen
Digunakan pelat kopel 9 buah → Pembagian batang minimum adalah 3
99
r min = jari-jari girasi minimal elemen komponen struktur terhadap sumbu yang
memberikan nilai terkecil
Jarak anatar pelat kopel
r min = jari-jari girasi minimal elemen komponen struktur terhadap sumbu yang
memberikan nilai terkecil
(pasal 9.3.3b, SNI 03- 1729- 2002,hal 58)
Syarat kestabilan komponen
......... (OK)
(pasal9.3.6, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
Kondisi tumpuan sendi-sendi, maka faktor tekuk k = 1
(tabel 7.6-1, SNI 03- 1729- 2002)
Kelangsingan arah sumbu bahan (sumbu x)
=
(pasal7.6.4, SNI 03- 1729- 2002, hal 29)
Syarat kestabilan arah sumbu bahan (sumbu x)
100
>1,2.
>22,570……… (OK)
(pasal 9.3.6, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
Kelangsingan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)
iy = 2 (
iy = 2 (
= 811565,12
A profil = 2 x = 1312 mm
ry = = = 24,871
= 65,337
Kelangsingan ideal
Nilai muntuk profil 2L = 2
(persamaan 9.3-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)
Syarat kestabilan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)
(pasal 9.3.6, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
101
d. Menghitung daya dukung tekan nominal komponen
Menghitung koefisien tekuk arah sumbu bahan (sumbu x)
Parameter kelangsingan komponen
(persamaan 7.6-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
Karena maka nilai
(pasal 7.6.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
1,25 x = 1,809
persamaan 7.6-5b, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
Daya dukung komponen arah sumbu bahan (sumbu x)
(persamaan 7.6-3, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
Menghitung koefisien tekuk arah sumbu bebas bahan (sumbu y)
Parameter kelangsingan komponen
(persamaan 7.6-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
Karena maka nilai
(pasal 7.6.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
102
= 1,303
(persamaan 7.6-5b, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
Daya dukung komponen arah sumbu bahan (sumbu y)
(persamaan 7.6-3, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)
e. Periksa Terhadap Tekuk Lentur Torsi
Modulus geser
Konstanta torsi
(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 72)
Koordinat pusat geser terhadap titik berat
Gambar 4.2.5 Titik Pusat Geser Penampang
Sumber : Progam Autocad 2007
103
xo = 0
(persamaan 9.2-1a, SNI 03- 1729- 2002, hal 55)
Daya dukung komponen diambil yang terkecil
…….. (OK)
(Profil 2L 50.50.5 Aman Dan Kuat Untuk Digunakan )
2. Perhitungan batang tarik
104
Frame 26
P maks = Nu = 45,215 kN → output SAP 2000
L bentang = 3750 mm
Gambar 4.2.6 Diagram of Frame
Sumber :Progam SAP 2000
Digunakan profil (2L.50.50.5)
Data Properti penampang elemen L.50.50.5
Ag = 656 mm²
ex= ey = 14,9 mm
Ix= Iy =146000 mm4
Rx = Ry = 14,9 mm
R min = 9,6 mm
Tp = 10 mm
105
(Tabel Profil Kontruksi Baja, Ir.Rudy gunawan, hal 36)
a. Periksa terhadap tarik
Syarat penempatan baut
S
NuU
e
B
Gambar 4.2.7. Pemodelan Jarak Baut
Sumber : Progam Autocad 2007
Spesifikasi yang digunakan
Tipe baut : A 307
Diameter : 10,4 mm (1/2”)
Fu : 410 Mpa
Permukaan baut : tanpa ulir pada bidang geser ( r = 0,5 )
Diameter lubang baut (dl)= 10,4 + 1 = 11,4 mm
(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 110)
Jarak antar baut
106
(pasal13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002)
Spesifikasi plat buhul
Tebal plat : 10 mm
Mutu baja : BJ 37
Fy : 240 Mpa
Fu : 370 Mpa
Luas penampang netto :
Direncanakan menggunakan tipe baut : A 307
baut ukuran 1/2” =10,4 mm satu lajur
n = 1
(pasal 10.2.1, SNI 03- 1729- 2002)
Luas penampang efektif :
b = lebar penampang profil
L = jarak terjauh kelompok baut
x = eksentrisitas sambungan
Gambar 4.2.8. Pemodelan Letak Baut
Sumber : Progam Autocad 2007
107
S
NuU
(pasal 10.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)
Daya dukung tarik murni
1. Kondisi leleh
Ag
2. Kondisi fraktur
Ae
(persamaan 10.1-2a, SNI 03- 1729- 2002, hal 7
Daya dukung geser murni
Gambar 4.2.9 Pemodelan Area Geser
Sumber : Progam Autocad 2007
Av :Luas penampang kotor geser
108
Daya dukung kombinasi tarik dan geser
SNu
Ue
B
Gambar 4.2.10. Pemodelan Area Geser dan Tarik
Sumber : Progam Autocad 2007
Geser
Anv :Luas penampang bersih geser
Tarik
At :Luas penampang kotor tarik
Ant :Luas penampang bersih tarik
Nn geser > Nn tarik, maka : Geser leleh – Tarik fraktur
(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD)
109
Diambil nilai daya dukung batang tarik terkecil
………(OK)
)
b. Perhitungan sambungan
Frame 4
P maks = Nu = 60,987 kN → output SAP 2000
L bentang = 1876,04 mm
Gambar 4.2.11. Diagram of Frame
Sumber :Progam SAP 2000
Spesifikaso baut yang digunakan
Tipe baut : A 307
Diameter : 10,4 mm
Fub : 410 Mpa
Spesifikasi pelat buhul
110
Tebal plat : 10 mm
Mutu baja : BJ 37
Fy : 240 Mpa
Fu : 370 Mpa
Tahanan geser baut
Nilai r untuk baut tanpa ulir pada bidang geser = 0,5
(persamaan 13.2-2, SNI 03-1729-2002, hal 100)
Tahanan tumpu baut
fu = nilai tegangan tarik putus terendah dari baut dan pelat buhul
(persamaan 13.2-8, SNI 03-1729-2002, hal 101)
Diambil nilai terkecil dari tahanan geser baut dan tahanan tumpu baut
dipakai = 8 baut
Jarak antar baut
111
Jarak baut ke tepi pelat
(pasal13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)
Perhitungan pelat kopel
Frame 4
P maks = Nu = 60,987 kN → output SAP 2000
L bentang = 1876,04 mm
Digunakan pelat kopel 9 buah
Jarak antar pelat kopel
Menghitung tinggi pelat kopel
Digunakan pelat kopel :
Tebal = 10 mm
Lebar = 130 mm
Mutu baja = BJ 37
112
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
σ = 160 Mpa
t
b
h
Pelat kopel
b
h pelat
l pelat
t pelat
Gambar 4.2.12. Pemodelan Pelat Kopel
Sumber : Progam Autocad 2007
Syarat kekakuan pelat kopel
(persamaan 9.3.5, SNI 03-1729-2002, hal 59)
113
Dipakai h = 220 mm
Periksa terhadap geser
Gaya lintang yang dipikul pelat kopel
Gaya lintang yang dipikul 1 pelat kopel
Tahanan geser pelat kopel :
(persamaan8.8-2 , SNI 03-1729-2002, hal 45)
……… (OK)
Maka tahanan geser nominal pelat :
114
(persamaan 8.8-3a , SNI 03-1729-2002, hal 45)
4.2.4.3. Data Perhitungan Baut Kuda-Kuda
Dalam perhitungan kuda-kuda menggunakan Program SAP2000 dan didapat data-
data sebagai berikut :
1. Kuda-kuda utuh K1
Baja yang digunakan Double Angle Shape :
a. Batang Diagonal Luar : 2L 50.50.7
b. Batang Diagonal Dalam : 2L 50.50.7
c. Batang Horisontal : 2L.50.50.7
d. Batang Vertikal : 2L 50.50.7
Batang aksial yang timbul
a. Batang Diagonal Luar : 68,363 kN
b. Batang Diagonal Dalam : 9,403 kN
c. Batang Horisontal : 5,708 kN
d. Batang Vertikal : 1,248 Kn
Baut yang digunakan diameter 10,4 tipe A307fu = 410 mpa
115
a. Batang Diagonal Luar
68,363 kN d = 13 mm
b. Batang Diagonal Dalam
9,403 ton d = 10 mm
c. Batang Horisontal
5,708 kN d = 10 mm
d. Batang Vertikal
1,248 kN d = 10mm
2. Kuda-kuda Utuh K2
Baja yang digunakan Double Angle Shape :
a. Batang Diagonal Luar : 2L 50.50.7
b. Batang Diagonal Dalam : 2L 50.50.7
c. Batang Horisontal : 2L.50.50.7
d. Batang Vertikal : 2L 50.50.7
Beban aksial yang ditimbulkan :
a. Batang Diagonal Luar : 39,322 kN
b. Batang Diagonal Dalam : 9,286 kN
c. Batang Horisontal : 0,588 kN
d. Batang Vertikal : 10,780 kN
Baut yang digunakan diameter 10,4 tipe A307fu = 410 mpa
116
a. Batang diagonal luar
39,322 kN d = 10 mm
b. Batang diagonal dalam
9,286 kN d = 10 mm
c. Batang horizontal
0,588 kN d = 10 mm
d. Batang vertical
10,780 kN d = 10mm
117
34.5
3
2L 50.50.7PELAT KOPEL
Baut A 307
hollow 125.125.3,2
reng
Atap Galvalum
PELAT KOPEL
2L 50.50.7
Baut A 307
3 4.5 3 4.5 33
34.5
3
PELAT KOPEL
2L 50.50.7
Baut A 307
3 4.5 3 4.5 33
34.5
3
Gambar 4.2.13 Detail Atap
Sumber : Progam Autocad 2007
118
4.3 PERHITUNGAN RING BALOK
Arah Desain Tulangan Ring Balok
Balok di desain runtuh tarik/ lentur
Syarat
(
)(
)
(
) (
)
Cek Rasio
0,0035 < 0,024 < 0,032
1. Menghitung As
2. Menghitung lengan momen
3. Menghitung momen maksimum penampang
(
)
(
)
= kNm
Ρ desain kurang dari ρb runtuh tarik
atau lentur terpenuhi.
119
4. Menghitung tulangan pada tumpuan
Diketahui : M(-) = - 65,053 kNm
M(+) = 32,526 kNm
As = mm2
M max = kNm
a). Menghitung tulangan tekan yang dibutuhkan
Dipakai tulangan 3D19 = 851 mm2
b). Menghitung tulangan tarik yang dibutuhkan
Dipakai tulangan 2D19 = 567 mm2
c). Cek rasio
(
)(
)
(
) (
)
d). Periksa kapasitas penampang ( kuat rencana )
120
Solusi :
√
√
√
Nilai a diambil yang positif
e). Regangan tulangan tarik
f). Regangan tulangan tekan
Substitusi fs = fy dan fs’ ke persamaan Mn
(
)
(
)
121
g). Cek kesetimbangan
326794,8 Nmm
(
)
(
)
h). Menghitung tulangan geser
Diketahui : Vu = 79,428 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 250 mm
d = 310 mm
Kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 72,16 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
122
25
35
2D19
2D12
2D19
Ø8 - 250
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
AV
VS =
S =
Jadi, digunakan sengkang
i). Menentukan tulangan susut
Untuk mutu tulangan besi dengan Fy = 400 MPa. Rasio tulangan susut
minimumnya adalah = 0,0018 (buku beton bertulang L. Wahyudi hal.113
“pengaruh susut dan temperature”)
As =
Dipakai tulangan 2 D12 , dengan As = 226,08 mm2
j). Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
Berati 1 baris untuk yang tarik
Berarti 1 baris untuk yang tekan
Beton bertulang L.Wahyudi
hal.183 pasal 3.4.5 SNI-1991
123
2. Menghitung tulangan pada lapangan
Diketahui : M(-) = 0 kNm
M(+) = 38,028 kNm
As = mm2
M max = kNm
a). Menghitung tulangan tekan yang dibutuhkan
M (-) = 0
Meskipun pada Lapangan tidak terdapat momen negative tetap dipasang
tulangan.
Dipakai tulangan 2D19 = 567 mm2
b). Menghitung tulangan tarik yang dibutuhkan
Dipakai tulangan 3D19 = 851 mm2
c). Cek rasio
(
)(
)
(
) (
)
d). Periksa kapasitas penampang ( kuat rencana )
124
Solusi :
√
√
√
Nilai a diambil yang positif
e). Regangan tulangan tarik
f). Regangan tulangan tekan
125
Substitusi fs = fy dan fs’ ke persamaan Mn
(
)
(
)
g). Cek kesetimbangan
52297,22 Nmm
(
)
(
)
h). Menghitung tulangan geser
Diketahui : Vu = 40,187 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 250 mm
d = 310 mm
Kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 72,16 kN
126
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
Karena teoritis dipakai sengkang minimum dipakai Smax
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
AV
Jadi, digunakan sengkang
i). Menentukan tulangan susut
Untuk mutu tulangan besi dengan Fy = 400 MPa. Rasio tulangan susut
minimumnya adalah = 0,0018 (buku beton bertulang L. Wahyudi hal.113
“pengaruh susut dan temperature”)
As =
Dipakai tulangan 2 D12 , dengan As = 226,08 mm2
j). Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
Berati 1 baris untuk yang tarik
Beton bertulang L.Wahyudi
hal.183 pasal 3.4.5 SNI-1991
127
25
35
3D19
2D12
2D19
Ø8 - 200
Berarti 1 baris untuk yang tekan
128
4.4. PERHITUNGAN KOLOM
4.4.1. Kolom Lantai 1 (K 80x80)
Perhitungan tulangan pada kolom direncanakan
Tinggi kolom = 4000 mm Mutu tulangan (Fy) = 400 Mpa
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa Mutu tulangan (Fy) = 240 Mpa
Lebar sisi kolom (h) = 800 mm
Tebal selimut (p) = 40 mm
Kolom(frame) 130 → gaya dalam (Output SAP 2000) :
Pu = 1461,348 kN
Mu y = 119,85 kN.m Mu x = 490,62 kN.m
Menghitung luas Penampang Kolom
Gambar 4.4.1 PenampangKolom
Sumber : Progam Autocad 2007
Modulus elastisitas beton
√ √
Modulus elastisitas tulangan
129
Momen inersia kolom
Momen Inersia Balok
Modulus elastisitas kolom
Modulus elastisitas balok atas
Modulus elastisitas balok bawah
Kekakuan ujung bawah kolom
(
)
(
) (
)
(
)
Kekakuan ujung atas kolom
(
)
(
) (
)
(
)
130
Menghitung factor panjang efektif
Gambar 4.4.2 Nomogram Faktor Panjang Efektif, k
Sumber :SNI 03-2847-2002, hal 78
Nilai k didapat = 1
Menghitung jari-jari girasi kolom
Kelangsingan Kolom
( )
( )
131
akibat goyangan
- Beban Sentris
Pu = 1461,348 kN
Mu x = 490,62 kN.m
Syarat luas tulangan menurut (SNI-03-2847-2002,12.9-1) :
rasio tulangan (ρ) adalah 0,01<ρ <0,08
Dicoba ρ = 0,03
Jumlah tulangan
- ( )
( )
( )
132
- Beban Eksentris
- ( )
Faktor reduksi kekuatan tekan aksial = 0,70
( )
( )
Eksentisitas
3 . sisi kolom
= = 651,612 kN.m
- (
)
-
ds = 800 – 62,5= 737,5 mm
posisi garis normal pada kondisi seimbang
133
Regangan pada kondisi seimbang
Reganagan saat tulangan leleh
maka fs = fy = 400 mpa
Jarak sumbu netral kondisi seimbang
= 0,85 . = 376,125 mm
( )
Dengan memperhitungkan displaced concrete
( )
( )
kondisi seimbang
= 0,7 . = 5195,925 kN
Momen nominal kondisi seimbang
(
) ( ) ( )
Dengan momen terbesar pada tengah bentang y = 0,5 . h = 400 mm
(
) ( )
( )
134
1240238,25 – 1322725 = 1543703.32 kN.mm
= 1080592.32 kN.mm
(
)
(
)
(
)
(
)
( )
Digunakan 40 D 25, As = 19625 mm2
-
Pu = 1461,368 kN
Vu = 182,81 kN
Tahanan Geser oleh Beton
(
) √
(persamaan47 , SNI -03 -2847 -2002, hal89 )
(
) √
Faktor reduksi untuk geser dan puntir = 0,75
Dipasang Tulangan Sengkang Minimal ø 10 -150 mm
135
Gambar 4.4.3 Detail Penulangan Kolom 80x80
136
4.5 PERENCANAAN STRUKTUR PELAT LANTAI
Gambar 4.5.1 Perspektif Plat Lantai
Sumber : Progam SAP2000
4.5.1 Perhitungan Pelat Lantai
4.5.1.1 Data Teknis Pelat Lantai Rencana :
1. Beton
Mutu Beton = fc 30 Mpa
Berat per unit volume = 2400 Kg/m3
Modulus Elastisitas = 25742,96 Mpa
Ec = 4700 √ 4700 √ = 25742,96 Mpa
(SNI-03-2487-2013, pasal 8.5.1, hal 61)
2. Baja Tulangan
Fy = 400 Mpa
Berat per unit volume = 7850 Kg/m3
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
137
3. Dimensi Pelat Lantai
Pada pelat lantai 2 terdiri dari 3 macam ukuran pelat dua arah dengan
penjelasan sebagai berikut :
Pelat A1 Lx = 400 cm, Ly = 400 cm
Pelat A2 Lx = 325 cm, Ly = 400 cm
Pelat A3 Lx = 325 cm, Ly = 325 cm
Pelat A4 Lx = 250 cm, Ly = 325 cm
Pelat A5 Lx = 250 cm, Ly = 325 cm
Keterangan : Lx = Sisi bentang pendek
Ly = Sisi bentang panjang
Pelat A1β =
=
= 1,0 menggunakan pelat lantai dua arah (two
way slab)
Pelat A2β =
=
= 1,1 menggunakan pelat lantai dua arah (two
way slab)
Pelat A3β =
=
= 1,0 menggunakan pelat lantai dua arah (two
way slab)
Pelat A4β =
=
= 1,3 menggunakan pelat lantai dua arah (two
way slab)
Pelat A5β =
=
= 1,6 menggunakan pelat lantai dua arah (two
way slab)
138
4.5.1.2 Menentukan Tebal Pelat Lantai
Perencanaan plat dalam menentukan tebal diambil dari bentang plat
yang lebih pendek (lx) dari luasan plat terbesar. Pada lantai 2 sampai lantai
atap memiliki type plat dengan luasan yang sama. Dengan menggunakan
asumsi plat 2 arah, dan menggunakan standar plat untuk lantai dengan
ketebalan minimal 12 cm. Asumsi menggunakan beton konvensional dengan
perhitungan bahwa setiap plat dibatasi oleh balok.
(
)
(
)
6,54 cm
( Maka tebal plat lantai yang digunakan yaitu 12 cm )
4.5.2 Data Beban yang Bekerja Pada Pelat
4.5.2.1 Beban Mati
Berat jenis beton bertulang = 24 kN/m3
Berat jenis Baja = 78,50 kN/m3
Berat jenis lantai kerja (spesi) = 18 kN/m3
Penutup lantai ubin = 0,24 kN/m2
Tebal lapisan lantai = 3 cm
Dinding pasangan bata ringan = 2 kN/m3
(tanpa lubang)
Berat plafond 11+7 = 0,18 kN/m2
4.5.2.2 Beban Hidup
Bangunan Ruang Perkantoran = 2,50 kN/m2
4.5.3 Pembebanan
1. Beban Mati (WD)
Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 2,88 kN/m2
Berat space lantai = 0,03 x 1800 = 0,54 kN/m2
139
Penutup lantai = 0,7 kN/m2
Berat plafon + penggantung = 0,18 kN/m2
= 4.3 kN/m2
2. Beban Hidup (WL)
Beban hidup Ruang Perkantoran = 2,50 kN/m2
3. Beban Gempa
Beban gempa (V) :
V =
x w
Dimana :
= Akselerasi Spektrum
Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa) apartemen(SNI-1726-2012)
W = (1,2D + 1,6L) x 0,5
= 1,2 (4,3) + 1,6 (250) x 0,5
= 4,58 KN/m2
R = 3 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen biasa)
V =
kN/m
2
4. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL+ V
= 1,2 (4,3) + 1,6 (250) + 0,594
= 975,4 Kg/m2 9,754 KN/m
2
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a. Mutu beton (fc’) = 30 MPa
b. Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c. Tebal pelat lantai (h) = 12cm = 120 mm
d. Tebal selimut beton (p) = 20 mm
e. Diameter tulangan ( ) = 10 mm
+
Dicari dari data tanah
menurut SNI gempa 2012
0,5 = faktor reduksi untuk
perkantoran (SNI gempa 2012)
140
f. b = 100 cm
d = h – p
= 120 – 20 = 100 mm
Pembatasan Rasio Tulangan ( )
Karena mutu beton fc’ 30, maka :
SNI 03-2847-2013
= 0,836
(
) (
)
4.5.4 Perhitungan Momen dan Luas Tulangan pada Tumpuan dan Lapangan
4.5.4.1 Pelat A1dengan Luasan 400 cm X 400 cm
1. Moment tumpuan arah x (Mtx)
Mtx = -0,048 . Wu . Lx2
Mtx = -0,048 x 975,4 x 42
Mtx =-749,11 Kg.m
141
2. Moment lapangan arah x (Mlx)
Mlx = 0,048 . Wu . Lx2
Mlx = 0,048 x 975,4 x 42
Mlx = 749,11 Kg.m
3. Moment tumpuan arah y (Mty)
Mty = -0,048 . Wu . Lx2
Mty = -0,048 x 916 x 42
Mty = -749,11 Kg.m
4. Moment lapangan arah y (Mly)
Mly = 0,048 . Wu . Lx2
Mly = 0,048 x 975,4 x 42
Mly = 749,11 Kg.m
(Struktur Beton Bertulang, L. Wahyudi dan Rahim SA.)
1. Desain Tulangan Tumpuan dan Lapangan Arah X
Mu = 749,11 Kg.m
=
= 832,34 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 8,323 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,67
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
0,8323 = 400 ρ – 3146,67
142
3146,667 400 ρ + 0,8323 = 0
ρ = √
ρ = √
ρ = √
ρ = √
ρperlu =
karena ρ < maka yang digunakan = 0,0035
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0035 . 100 . 9,5
= 3,325 cm2
= 332,5 mm2
Digunakan baja tulangan D10 – 200 dengan luas As = 393 mm2
- Cek momen nominal penampang
=
= 0,00414
- Lengan momen dalam
=
= 6,165 mm
- Momen Nominal
(
)
= (
)
= 14449431 kg.mm = 14449,431 kg.m
Jadi Mn aktual > Mn perlu ( OK )
2. Desain Tulangan Tumpuan dan Lapangan Arah Y
Mu = 749,11 Kg.m
143
=
= 832,34 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 8,323 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,67
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
0,8323 = 400 ρ – 3146,67
3146,667 400 ρ + 0,8323 = 0
ρ = √
ρ = √
ρ = √
ρ = √
ρperlu =
karena ρ < maka yang digunakan = 0,0035
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0035 . 100 .8,5
= 2,975 cm2
= 297,5 mm2
Digunakan baja tulangan D10 – 200 dengan luas As = 393 mm2
- Cek momen nominal penampang
144
=
= 0,00462
- Lengan momen dalam
=
= 6,165 mm
- Momen Nominal
(
)
= (
)
= 12877431 kg.mm = 12877,431 kg.m
Jadi Mn aktual > Mn perlu ( OK )
Gambar 4.5.2 Penulangan Plat Lantai A1
Gambar 4.5.3 Potongan I-I
145
Gambar 4.5.3 Potongan II-II
146
4.6. PERHITUNGAN BALOK
4.6.1 Desain Balok Segi Empat
Arah Desain Tulangan Balok
Balok di desain runtuh tarik/ lentur
Syarat
(
)(
)
(
) (
)
Cek Rasio
0,0035 < 0,024 < 0,032
1. Menghitung As
2. Menghitung lengan momen
3. Menghitung momen maksimum penampang
(
)
(
)
Ρ desain kurang dari ρb runtuh tarik
atau lentur terpenuhi.
147
= kNm
4. Menghitung tulangan pada tumpuan
Diketahui : M(-) = - 75,944 kNm
M(+) = 37,972 kNm
As = mm2
M max = kNm
a). Menghitung tulangan tekan yang dibutuhkan
Dipakai tulangan 4D19 = 1134 mm2
b). Menghitung tulangan tarik yang dibutuhkan
Dipakai tulangan 2D19 = 567 mm2
c). Cek rasio
(
)(
)
(
) (
)
d). Periksa kapasitas penampang ( kuat rencana )
148
Solusi :
√
√
√
Nilai a diambil yang positif
e). Regangan tulangan tarik
f). Regangan tulangan tekan
Substitusi fs = fy dan fs’ ke persamaan Mn
(
)
(
)
149
g). Cek kesetimbangan
435499,223 Nmm
(
)
(
)
h). Menghitung tulangan geser
Diketahui : Vu = 62,068 kN Bw = 250 mm
Fc’ = 30 MPa d = 310 mm
Kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 72,16 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
150
25
35
4D19
2D12
2D19
Ø8 - 200
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
AV
VS =
S =
Jadi, digunakan sengkang
i). Menentukan tulangan susut
Untuk mutu tulangan besi dengan Fy = 400 MPa. Rasio tulangan susut
minimumnya adalah = 0,0018 (buku beton bertulang L. Wahyudi hal.113
“pengaruh susut dan temperature”)
As =
Dipakai tulangan 2 D12 , dengan As = 226,08 mm2
j). Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
Berati 1 baris untuk yang tarik
Berarti 1 baris untuk yang tekan
Beton bertulang L.Wahyudi
hal.183 pasal 3.4.5 SNI-1991
151
2. Menghitung tulangan pada lapangan
Diketahui : M(-) = 0 kNm
M(+) = 39,872 kNm
As = mm2
M max = kNm
a). Menghitung tulangan tekan yang dibutuhkan
M (-) = 0
Meskipun pada Lapangan tidak terdapat momen negative tetap dipasang
tulangan.
Dipakai tulangan 2D19 = 567 mm2
b). Menghitung tulangan tarik yang dibutuhkan
Dipakai tulangan 4D19 = 1134 mm2
c). Cek rasio
(
)(
)
(
) (
)
d). Periksa kapasitas penampang ( kuat rencana )
152
Solusi :
√
√
√
Nilai a diambil yang positif
e). Regangan tulangan tarik
f). Regangan tulangan tekan
Substitusi fs = fy dan fs’ ke persamaan Mn
(
)
(
)
153
g). Cek kesetimbangan
52297,22 Nmm
(
)
(
)
h). Menghitung tulangan geser
Diketahui : Vu = 8,281 kN Bw = 250 mm
Fc’ = 30 MPa d = 310 mm
Kapasitas geser bagian badan balok
√ √ = 72,16 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
154
Karena teoritis dipakai sengkang minimum dipakai Smax
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
AV
Jadi, digunakan sengkang
i). Menentukan tulangan susut
Untuk mutu tulangan besi dengan Fy = 400 MPa. Rasio tulangan susut
minimumnya adalah = 0,0018 (buku beton bertulang L. Wahyudi hal.113
“pengaruh susut dan temperature”)
As =
Dipakai tulangan 2 D12 , dengan As = 226,08 mm2
j). Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
Berati 1 baris untuk yang tarik
Berarti 1 baris untuk yang tekan
Beton bertulang L.Wahyudi
hal.183 pasal 3.4.5 SNI-1991
155
4.6.2 Desain Balok T 35 x 65 (Balok Tengah)
a). Menentukan Rasio Tulangan
SNI 03-2847-2013
= 0,836
(
) (
)
Dipakai
b). Menentukan As asumsikan balok tunggal
c). Menghitung lengan momen
maka menggunakan hitungan balok T atau L
(
)
(
)
Nmm
𝑓𝑐 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦 𝑀𝑃𝑎
𝑓 𝑚𝑚
Diketahui :
650
156
d). Lebar efektif balok T
Diambil
e). Analisis sebagai penampang T
- Kesetimbangan Dalam T1 = Cf
T1 = Asf. Fy
Asf = 0,85 . Fc. hf . (be-bw)
(
)
(
)
= 2145825000
- Bagian web
T2 = Cw
( As - Asf.) Fy .
(
)
(
)
650
1625
157
= -1292466825 Nmm
f). Momen penampang balok T
2145825000 -1292466825)
Nmm
= kNm.
Momen ultimit penampang
g). Cek keseimbangan
T =
= + ( )
2085600 OK ..!
h). Rasio tulangan bagian web dan flens
i). Menentukan tulangan pada Tumpuan dan Lapangan
1. Tulangan pada Tumpuan
Diketahui : M(-) = 311,253 kNm
M(+) = 155,626 kNm
Mmax = kNm
As = mm2
d = 610 mm
d’ = 40 mm
Untuk menjamin keruntuhan
mendadak
158
Tulangan Tekan
M (-) = 311,253 kNm
Diperlukan :
Dipakai tulangan 6D - 22 dengan As = 2281 mm2
Tulangan Tarik
Luas tulangan tarik dapat direduksi menurut perbandingan momen, luas yang
diperlukan untuk menahan momen positif = 155,626 kNm,
sebesar :
982,13 mm
2
Dipakai tulangan 4D-22 dengan As = 1521 mm2
Pemeriksaan kapasitas penampang
As’ = 2281 mm2 d = 610 mm
B = 350 mm As = 1521mm2
Fc’ = 30 MPa
Cek kondisi tulangan tekan
<
<
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
Cek kondisi tulangan tarik
<
<
<
< maka tulangan tarik belum mencapai tegangan
leleh.
Mencari Tulangan Geser dan Torsi
159
1. Tulangan Geser
Diketahui : Vu = 281,848 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 350 mm
d = 617,5 mm
kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 198,79 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
Jadi, digunakan sengkang
2). Tulangan Torsi
Diketahui : Tu = 6,193 kNm = 6,193 x 106
Nm
Acp = bw . h = 350 x 650 =227500 mm
Pcp = 2 ( bw+h) = 2 (350+650) =2000
Cek :
160
√
(
)
√
(
)
= 1680 mm
570 . 270 = 153900 mm2
= 0,85 . 153900= 130815 mm2
√(
)
(
)
(
√
)
√(
)
(
)
(
√
)
b). Perencanaan puntir
Kombinasi sengkang geser dan puntir
Pakai D10
161
Cek tulangan puntir minimum :
√
√
314
Tulangan longitudinal penahan puntir
(
)
. 1 (
)
√
(
)
√
Misal desain memakai D22 =
2 batang
Jadi, tulangan longitudinalnya memakai 2D22
Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
berati 1 baris untuk yang tarik
berarti 1 baris untuk yang tekan
162
2. Tulangan pada Lapangan
Diketahui : M(-) = 0 kNm
M(+) = 227,356 kNm
Mmax = kNm
As = mm2
d = 610 mm
d’ = 40 mm
Tulangan Tekan
M (-) = 0
Meskipun pada Lapangan tidak terdapat momen negative tetap dipasang tulangan.
Dipakai tulangan 4D-22 dengan As = 1521 mm2
Tulangan Tarik
Luas tulangan tarik dapat direduksi menurut perbandingan momen, luas yang
diperlukan untuk menahan momen positif = 227,356 kNm,
sebesar :
1449,97 mm
2
Dipakai tulangan 6D-22 dengan As = 2281 mm2
Pemeriksaan kapasitas penampang
As’ = 2281 mm2 d = 610 mm
B = 350 mm As = 1521mm2
Fc’ = 30 MPa
163
Cek kondisi tulangan tekan
<
<
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
Cek kondisi tulangan tarik
<
<
<
< maka tulangan tarik belum mencapai tegangan
leleh.
Mencari Tulangan Geser.
1. Tulangan Geser
Diketahui : Vu = 227,930 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 350 mm
d = 617,5 mm
kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 198,79 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
164
4D22
6D22
Ø10-200
2D22
35
65
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
Jadi, digunakan sengkang
Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
berati 1 baris untuk yang tarik
berarti 1 baris untuk yang tekan
165
4.6.3 Desain Balok L 35 x 65 (Balok Tepi)
a). Menentukan Rasio Tulangan
SNI 03-2847-2013
= 0,836
(
) (
)
Dipakai
b). Menentukan As
c). Menghitung lengan momen
maka menggunakan hitungan balok T atau L
(
)
(
)
𝑓𝑐 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦 𝑀𝑃𝑎
𝑓 𝑚𝑚
Diketahui :
650
350
166
Nmm
d). Lebar efektif balok L
= 1825
= 891,667 mm
Diambil 891,667 mm
e). Analisis sebagai penampang L
- Kesetimbangan Dalam T1 = Cf
T1 = Asf. Fy
Asf = 0,85 . Fc. hf . (be-bw)
(
)
(
)
= 911625000
- Bagian web
T2 = Cw
( As - Asf.) Fy .
891,667
350
650
167
(
)
(
)
= 250873021,5 Nmm
f). Momen penampang balok T
911625000 +
Nmm =
Momen ultimit penampang
g). Cek keseimbangan
T =
= + ( )
2150400 OK ..!
h). Rasio tulangan bagian web dan flens
h). Menentukan tulangan pada Tumpuan dan Lapangan
1. Tulangan pada Tumpuan
Diketahui : M(-) = 286,417 kNm
M(+) = 143,2 kNm
Untuk menjamin keruntuhan
mendadak
168
Mmax = kNm
As = 5214 mm2
Tulangan Tekan
M (-) = 311,253 kNm
Diperlukan :
Dipakai tulangan 5D - 22 dengan As = 1901 mm2
Tulangan Tarik
Luas tulangan tarik dapat direduksi menurut perbandingan momen, luas yang
diperlukan untuk menahan momen positif = 143,2 kNm,
sebesar :
903,71mm
2
Dipakai tulangan 3D-22 dengan As = 1140 mm2
Pemeriksaan kapasitas penampang :
As’ = 1901 mm2 d = 610 mm
B = 350 mm As = 1140mm2
Fc’ = 30 MPa
Cek kondisi tulangan tekan
<
<
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
Cek kondisi tulangan tarik
<
<
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
169
1. Tulangan Geser
Diketahui : Vu = 255,012 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 350 mm
d = 610 mm
kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 198,79 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
Jadi, digunakan sengkang
2). Tulangan Torsi
Diketahui : Tu = 27,087 kNm = 27,087 x 106
Nm
Acp = bw . h = 350 x 650 =227500 mm
Pcp = 2 ( bw+h) = 2 (350+650) =2000
Cek :
170
√
(
)
√
(
)
= 1680 mm
570 . 270 = 153900 mm2
= 0,85 . 153900= 130815 mm2
√(
)
(
)
(
√
)
√(
)
(
)
(
√
)
b). Perencanaan puntir
Kombinasi sengkang geser dan puntir
Pakai D10
Cek tulangan puntir minimum :
171
√
√
314
Tulangan longitudinal penahan puntir
(
)
. 1 (
)
√
(
)
√
Misal desain memakai 2D22 =
2 batang
Jadi, tulangan longitudinalnya memakai 4D25
Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
berati 1 baris untuk yang tarik
berarti 1 baris untuk yang tekan
172
5D22
2D22
3D22
Ø10 -150
35
65
2. Tulangan pada Lapangan
Diketahui : M(-) = 0 kNm
M(+) = 104,552 kNm
Mmax = kNm
As = mm2
Tulangan Tekan
M (-) = 0
Meskipun pada Lapangan tidak terdapat momen negative tetap dipasang
tulangan.
Dipakai tulangan 3D-22 dengan As = 1140 mm2
Tulangan Tarik
Luas tulangan tarik dapat direduksi menurut perbandingan momen, luas yang
diperlukan untuk menahan momen positif = 104,552 kNm,
sebesar :
659,8 mm
2
Dipakai tulangan 5D-22 dengan As = 1901 mm2
Pemeriksaan kapasitas penampang :
As’ = 1140 mm2 d = 40 mm
B = 350 mm As = 1901 mm2
Fc’ = 30 MPa
Cek kondisi tulangan tekan
<
<
173
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
Cek kondisi tulangan tarik
<
<
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
Mencari Tulangan Geser dan Torsi
1. Tulangan Geser
Diketahui : Vu = 171,657 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 350 mm d = 617,5 mm
kapasitas geser bagian badan balok
√ √ = 198,79 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
174
3D22
5D22
Ø10 -200
35
65
2D22
Jadi, digunakan sengkang
Jumlah tulangan balok dalam satu baris
Jumlah baris
berati 1 baris untuk yang tarik
175
4.7 PerhitunganTangga
Tangga adalah bagian struktur yang digunakan sebagai alternativ lain selain lift
sebagai transportasi vertical antar lantai. Pada Perencanaan Struktur Gedung Arsip Kantor
Pertanahan Kota Semarang direncanakan tangga sebagai berikut :
4.7.1 Perencanaan dimensi tangga
Gambar 4.7.1. Detail Tangga
Sumber : Progam Autocad 2007
Syarat kenyamanan:
Syarat kenyamanan yang digunakan menggunakan aturan acuan dimensi dan sudut
anak tangga.Untuk menghasilkan struktur tangga yang nyaman dilalui, maka dimensi
tangga yang digunakan pada konstruksi memakai perkiraan acuan angka dibawah ini :
O = Optrede (langkah tegak ) = 15 cm – 20 cm
A = Antrede (langkah datar ) = 20 cm – 35 cm
Direncanakan : O = 16 cm
A = 30 cm
Pengecekan kenyamanan :
2 x O + A = 61-65 ( ideal)
2 x 16 + 30 = 62 “OK”
Pengecekan kemiringan :
Tg α =
= 0,533
α = 28,1º
Syarat kemiringan 25º<28,1 º <45º..... “OK”
Pengecekan ketebalan ekuivalen anak tangga :
BO
RD
ES
176
Gambar 4.7.2 Dimensi Tangga
Sumber : Progam Autocad 2007
√( ) √( )
(tabel 3.2a, SNI T15-1991-03)
m
Dipakai :
Tinggi antar lantai = 400 cm
Lebar tangga = 200 cm
Leba bordes = 135 cm
Panjang bordes =270 cm
Tebal pelat (h) = 15 cm
Tebal penutup beton (p) = 2,0 cm
Diameter tulangan utama (Ø) = 1,2 cm
Mutu beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
Tinggi efektif (d) = h – p
= 150 – 20
= 130 mm
177
PembatasanRasioTulangan ( )
Mutu beton fc’ 30, maka :
SNI 03-2847-2013
( )
(
) (
)
= 0,032
4.7.2 Perhitungan Pembebanan Tanggadan Bordes.
1. Pelat tangga dan bordes ( h = 0,15 m )
a. Beban Mati ( WD )
Berat plat sendiri ( b . h . j) = 1 x 0,12 x 2400 = 2,88 kN/m2
Penutup lantai = 0,70kN/m2
Handrill = 0,15kN/m2
3,73kN/m2
b. Beban Hidup ( WL )
WL = 2,50kN/m2 → untukgedungperkantoran
c. Beban Gempa
Beban gempa (V) :
V =
x w
Dimana :
= Akselerasi Spektrum
Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa) apartemen(SNI-1726-2012)
W = (1,2D + 1,6L) x 0,5
= 1,2 (4,3) + 1,6 (250) x 0,5
= 4,58 KN/m2
Dicari dari data tanah
menurut SNI gempa 2012
0,5 = faktor reduksi untuk
perkantoran (SNI gempa 2012)
178
R = 3 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen biasa)
V =
kN/m
2
d. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2Wd + 1,6Wl + V
= 1,2x 3,73 + 1,6 x 2,5 + 0,549
= 44,476 kN/m2
4.7.3 Perhitungan Gaya Dalam Balok, Momen Pelat Tangga dan Bordes
Perhitungan analisa struktur dilakukan menggunakan bantuan progam SAP 2000.
Beban yang dimasukkan sebagai beban merata (Uniform Shell) dalam progam SAP2000,
sedangkan tebal pelat akan dihitung otomatis oleh progam dengan memasukkan angka 1
untuk self weight multipler pada saat pembebanan (load case). Kombinasi pembebanan
yang digunakan adalah :
Keterangan :
DL :dead load (beban mati)
LL :live load (beban hidup)
V : Beban Gempa
Gambar 4.7.3 PemodelanStrukturTangga
Sumber : Program SAP 2000
1,2 DL + 1,6 LL + V
179
Gambar 4.7.4 Diagram Momen 11 Pelat Tangga
Sumber : Program SAP 2000
Gambar 4.7.5 Diagram Momen 22 Pelat Tangga
Sumber : Program SAP 2000
180
Berdasarkanhasildarianalisaprogam SAP 2000 didapat :
Tabel 4.7.1.MomenPelatTangga Dan Bordes
Jenis
Plat
( ) ( )
Areas Areas Areas Areas
Text KN.m Text KN.m Text KN.m Text KN.m
Tangga 27 -5,421 51 37,44 22 -39,6 47 54,53
Bordes 59 -12,09 119 36,05 63 -38,87 112 36,28
1. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M11 (arah Y)
Tebal pelat : h = 150 mm
Tebal penutup beton : = 20 mm
Diperkirakan diameter tulanganutama : = 12 mm
a. Perhitungan Tulangan Tumpuan Tangga arah Y :
Mty= 5,421kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 130 cm
Mu = 542,1 Kg.m
=
=602,333 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 3,917 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
181
0,3917 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 0,3917 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,00099
karena ρ lebih kecil dari ρmin maka yang digunakan ρmin = 0,0035
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0035 . 100 .130
= 4,34 cm2
= 434 mm2
( Dipakai tulangan 12 – 150 = 905 mm2
> 434 mm2 )
b. Perhitungan Tulangan Lapangan Tangga arah Y:
Mly= 37,44kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 130 cm
Mu = 3744 Kg.m
=
= 4160 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 27,06 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
182
2,706 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 2,706 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,0072
karena ρ lebih besar dari ρmin maka yang digunakan ρ = 0,0072.
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0072 . 100 .130
= 8,889 cm2
= 888,9 mm2
( Dipakai tulangan 12 – 150 = 905 mm2
> 88,9 mm2 )
2. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M22 (arah X)
Tebal pelat : h = 150 mm
Tebal penutup beton : = 20 mm
Diperkirakan diameter tulangan utama : = 12 mm
a. Perhitungan Tulangan Tumpuan Tangga Mtx:
Mtx = 39,6kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 130 cm.
Mu = 3960 Kg.m
=
= 4400 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 28,62 Kg/cm2
183
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
2,862 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 2,862 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,0076
karena ρ lebih besar dari ρmin maka yang digunakan ρ = 0,0076.
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0076 . 100 .130
= 9,424 cm2
= 942,2 mm2
( Dipakai tulangan 12 –75 = 1508 mm2
> 942,2 mm2)
b. Perhitungan Tulangan Lapangan Tangga Mlx:
Mlx= 54,53kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 130 cm
Mu = 5453 Kg.m
=
= 6058,89 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
184
= 39,4 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
3,94 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 3,94= 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,011
karena ρ lebih besar dari ρmin maka yang digunakan ρ = 0,011.
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,011. 100 .130
= 13,64 cm2
= 1364 mm2
( Dipakai tulangan 12 –75 = 1508mm2
> 1364mm2 )
3. Perhitungan Tulangan Pelat Bordes M11 arah Y
Tebal pelat : h = 150 mm
Tebal penutup beton : = 20 mm
Diperkirakan diameter tulangan utama : = 12 mm
a. Perhitungan Tulangan Tumpuan Bordes (ty) :
Mty= 12,09kN.m
Mu = 1209 Kg.m
=
= 1343,33 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
185
=
= 8,737 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
0,8737 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 0,8737 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,00222
karena ρ lebih kecil dari ρmin maka yang digunakan ρmin = 0,0035.
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0035 . 100 .13
= 4,34 cm2
= 434 mm2
( Dipakai tulangan 12 –150 = 905 mm2
> 434mm2 )
b. Perhitungan Tulangan Lapangan y (ly) :
Mly= 36,05kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 13 cm
Mu = 3605 Kg.m
=
=4005,56 Kg.m
186
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 26,05 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
2,605 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 2,605 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,00689
karena ρ lebih besardari ρmin maka yang digunakan ρ = 0,00689
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,00689 . 100 .13
= 8,5436 cm2
= 854,36 mm2
( Dipakai tulangan 12–150 = 905 mm2
> 854,36mm2 )
4. Perhitungan Tulangan Pelat Bordes M22 arah X
Tebalpelat : h = 150 mm
Tebalpenutupbeton : = 20 mm
Diperkirakan diameter tulanganutama : = 12 mm
a. PerhitunganTulanganTumpuanBordesMtx:
Mtx= 38,87kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 13 cm
Mu = 3887 Kg.m
187
=
=4318,89 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 28,09 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
2,809 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 2,809 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,0075
karena ρ lebih besardari ρmin maka yang digunakan ρ = 0,0075.
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,0075 . 100 .13
= 9,3 cm2
= 930 mm2
( Dipakai tulangan 12–100= 1131mm2
>467,5mm2 )
b. Perhitungan Tulangan Lapangan Bordes Mlx:
Mlx= 36,28kN.m
Asumsi tulangan tunggal dengan b = 100 cm, d = 13 cm
188
Mu = 3628 Kg.m
=
= 4031,11 Kg.m
Koefisien Ketahanan Rn
=
= 26,22 Kg/cm2
Rn = ρ . fy . (
)
= ρ . 400 . (
)
= 400 ρ – 3146,667
Dengan menyamakan kedua nilai rn, maka diperoleh :
2,622 = 400 ρ – 3146,667
3146,667 400 ρ + 2,622 = 0
ρ = √
ρ = √ ( )
ρ = √
ρ = √
ρ = 0,000693
karena ρ lebih besardari ρmin maka yang digunakan ρ= 0,00693
Luas tulangan As = ρ.b. d
= 0,00693 . 100 .13
= 8,593 cm2
= 859,3 mm2
( Dipakai tulangan 12–100= 1131mm2
> 859,3 mm2 )
189
Gambar 4.7.6 Detail Tangga
Sumber : Progam Autocad 2007
Gambar 4.7.7 Detail Penulangan Plat Tangga
Sumber : Progam Autocad 2007
Gambar 4.7.8 Detail Penulangan Plat Bordes
Sumber : Progam Autocad 2007
190
4.7.4 Perhitungan Balok Bordes
Digunakan balok bordes ukuran 25 x 45
h = 450 mm
b = 250 mm
Øtulangan = 16 mm
Øsengkang = 8 mm
P = 30 mm
d =
a. Pembebanan Balok Bordes
Beban Mati :
Berat sendiri = 0,25 x 0,45 x 24 = 2,7 kN/m2
Berat dinding = 0,2 x 2,0 = 0,40 kN/m2
Berat plat bordes = 0,15 x 24 = 3,60 kN/m2
+
∑WD = 5,08 kN/m2
Beban hidup :
Beban hidup = 3 kN/m2
Beban ultimate (qU) :
qU = (1,2D + 1,6L + V)
= (1,2 . 5,08 + 1,6 . 3 + 0,594 )
= 10,896 KN/m2
Gaya dalam yang terjadi : (diperoleh dari program SAP2000)
M(+) = 5,434 kN/m
M(-) = -3,620 kN/m
Vu = 3,494 kN/m
Tu = 1,772 kN/m
450
250
191
b. Penulangan Tulangan
1. Menghitung Tulangan Tekan di Tumpuan
Mu = 3,620 kN/m
(
) (
)
Samakan kedua nilai Rn
√
√
(diambil yang terkecil)
Didapat = 0,00181
, maka dipakai
(Tulangan yang dipakai 16 (As = 603 mm2)
Tulangan yang dibutuhkan (n) :
N =
buah
Maka digunakan tulangan 2D16
2. Perhitungan Tulangan Lentur di lapangan
Mu = 5,434 kN/m
(
) (
)
Samakan kedua nilai Rn
√
192
√
(diambil yang terkecil)
Didapat = 0,00091
, maka dipakai
(Tulangan yang dipakai 16 (As = 603 mm2)
Tulangan yang dibutuhkan (n) :
N =
buah
Maka digunakan tulangan 2D16
c. Perhitungan Tulangan Geser
Dari hasil perhitungan gaya dalam pada balok bordes tangga didapat nilai
bidang geser Vu = 3,494 kN/m
Vc =
√
√
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 92,199
= 69,149 kN
Vu = 3,494 kN < Vc = 69,149 kN
Vu < Vc ,
Penampang beton sendiri sanggup melawan tegangan geser yang
terjadi, dibuktikan dengan Vu < Vc, tetap menggunakan tulangan
sengkang Ø8-100.
d. Tulangan Torsi
Tu = 1,772 kNm = 1772000 Nmm
Tc = (√
)
= (√
)
= 10269797,95 Nmm
Ø Tc = 0,6 . 10269797,95
= 6161878,772
Tu = 1772000 Nmm < Ø Tc = 6161878,772 Nmm
193
Penampang beton sendiri sanggup melawan tegangan torsi dibuktikan dengan
Ø Tc > Tu, tetap menggunakan tulangan puntir di sepanjang balok as – balok
as dengan menggunakan 2D-12.
Gambar 4.7.9 Penulangan Balaok Bordes
Sumber : Progam Autocad 2007
450
250
2D-16
2D-16
2D-12
Ø8 -100
194
4.8 Desain Tie Biem 25 x 50
a). Menentukan Rasio Tulangan
SNI 03-2847-2013
= 0,836
(
) (
)
Dipakai
b). Menentukan As asumsikan balok tunggal
c). Menghitung lengan momen
maka menggunakan hitungan balok T atau L
(
)
(
)
𝑓𝑐 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦 𝑀𝑃𝑎
𝑓 𝑚𝑚
Diketahui :
500
250
195
Nmm
d). Lebar efektif balok T
Diambil
e). Analisis sebagai penampang T
- Kesetimbangan Dalam T1 = Cf
T1 = Asf. Fy
Asf = 0,85 . Fc. hf . (be-bw)
(
)
(
)
= 1683000000
- Bagian web
T2 = Cw
( As - Asf.) Fy .
3103500
(
)
650
1625
500
250
196
(
)
= -1241400000 Nmm
f). Momen penampang balok T
1683000000 -1241400000)
Nmm
= kNm.
Momen ultimit penampang
g). Cek keseimbangan
T =
= + ( )
1104000 OK ..!
h). Rasio tulangan bagian web dan flens
i). Menentukan tulangan pada Tumpuan dan Lapangan
1. Tulangan pada Tumpuan Lapangan
Diketahui : M(-) = 269,7 kNm
M(+) = 103,485 kNm
Mmax = kNm
As = mm2
d = 460 mm d’ = 40 mm
Untuk menjamin keruntuhan
mendadak
197
Tulangan Tekan
M (-) = 269,7 kNm
Diperlukan :
Dipakai tulangan 5D - 22 dengan As = 1901 mm2
Tulangan Tarik
Luas tulangan tarik dapat direduksi menurut perbandingan momen, luas yang
diperlukan untuk menahan momen positif = 103,485 kNm,
sebesar :
808,48 mm
2
Dipakai tulangan 3D-22 dengan As = 1140 mm2
Pemeriksaan kapasitas penampang
As’ = 2279,64 mm2 d = 610 mm
B = 350 mm As = 1140 mm2
Fc’ = 30 MPa
Cek kondisi tulangan tekan
<
<
<
< maka tulangan tekan belum mencapai tegangan
leleh.
Cek kondisi tulangan tarik
<
<
<
< maka tulangan tarik belum mencapai tegangan
leleh.
Mencari Tulangan Geser dan Torsi
198
1. Tulangan Geser
Diketahui : Vu = 155,137 kN
Fc’ = 30 MPa
Bw = 250 mm
d = 460 mm
kapasitas geser bagian badan balok
√
√ = 107,08 kN
Batas atas kapasitas geser
√
√
Gaya geser nominal yang bekerja
membutuhkan tulangan geser (sengkang)
Desain Tulangan Geser
Tulangan geser (sengkang) menggunakan tulangan dengan luas
Jadi, digunakan sengkang
2). Tulangan Torsi
Diketahui : Tu = 6,193 kNm = 6,193 x 106
Nm
Acp = bw . h = 350 x 650 =227500 mm
Pcp = 2 ( bw+h) = 2 (350+650) =2000
199
Cek :
√
(
)
√
(
)
Karena Tu maka tidak memerlukan tulangan torsi
200
4.9 PERHITUNGAN PONDASI
Pondasi pada suatu struktur bangunan diperhitungkan terhadap gaya aksial, gaya
geser, dan terhadap momen lentur. Pada perencanaan akan digunakan pondasi tiang
pancang, dengan kapasitas daya dukung diperhitungkan berdasarkan tahanan ujung (end
Bearing), dan gesekan tiang dengan tanah (friction). Pemilihan jenis pondasi dapat dilihat
berdasarkan:
1. Kondisi dan karakteristik tanah
2. Beban yang diterima pondasi
3. Biaya pelaksanaan
Gambar 4.9.1. Pemodelan Pondasi
Sumber : Progam Autocad 2007
4.9.1 Perencanaan Pondasi
Perhitungan pondasi direncanakan berdasarkan gaya maksimum pada
kombinasi pembebanan yang ada. Dalam perencanaan ini, pondasi yang digunakan
adalah jenis tiang spun pile dan untuk semua tiang harus bertumpu pada tanah keras.
Penggunaan pondasi tiang kelompok direncanakan dengan jarak antar tiang tidak lebih
kecil dari 3 kali diameter tiang dengan perencanaan pile cap dikelompokkan
berdasarkan jumlah tiang pancang dan dimensi kolom.
4.9.1.1 Data Tanah dan Daya Dukung Tanah
Pondasi spun pile direncanakan mengunakan diameter 80 cm dengan
kedalaman 21 m. Dengan data sondir manual berdasarkan penyelidikan tanah dapat
dihitung daya dukung tanah per 1 pancang sebagai berikut:
Dengan rumus daya dukung tanah :
201
Tabel 4.9.1 Data Sondir Tanah Kedalaman 21 m dengan Daya Dukung Tanah
No Titik Kedalaman (m) Qc (kg/cm²) Tf (kg/cm)
D pancang
(cm)
Daya dukung
(ton)
1 S1 21 22 802 80 75,41
2 S 2 21 18 810 80 50,49
Nilai terkecil 50,49
Diambil daya dukung terkecil
4.9.1.2 Perencanaan Jumlah Spun Pile dan Pile cap
Berdasarkan perhitungan, dipilih daya dukung tiang tunggal terkecil yaitu:
direncanakan jumlah tiang pancang dengan perhitungan awal
Gaya aksial pada joint yang mewakili untuk perhitungan, didapat data sebagai
berikut:
Tabel 4.9.2 Jumlah Tiang Pancang Perlu
No Joint P (ton) N
1 77 409,85 9
2 60 228,435 6
3 55 192,76 4
4 75 50,95 2
Berdasarkan jumlah tiang pancang direncanakan pile cap dengan tipe sebagai
berikut :
Gambar 4.9.2 Tampak Atas Pile Cap Tipe P-1
Sumber : Progam Autocad 2007
202
Gambar 4.9.3 Tampak Atas Pile Cap Tipe P-2
Sumber : Progam Autocad 2007
Menghitung efisiensi kelompok tiang pancang adalah dengan rumus :
( ) ( )
Keterangan :
m = jumlah baris x
n = jumlah baris y
d = jarak antar pancang
s = jarak pancang ke tepi pile cap
Tabel 4.9.3 Efisiensi Pile Cap Group
No Tipe Pile
Cap
Tebal Panjang Lebar E PG
(cm) (cm) (cm)
1 P-1 60 600 600 0.48
2 P-2 60 600 400 0.084
Pemeriksaan daya dukung kelompok pancang terhadap beban yang bekerja :
203
Tabel 4.9.4 Pemeriksaan Daya Dukung Spun Pile Group
Type Joint F3 qc N Type
Pancang Efisiensi
DAYA
DUKUNG
GROUP (ton)
CEK
(ton) Check
P-1 77 409.58 22 8 1 0.48 514.22 > 272.22 aman
P-2 60 228 18 6 2 0.084 333.08 > 25.45 aman
Tabel 4.9.5 Gaya Aksial dan Momen pada Joint
No Joint P (ton) Mx My Type
Pile
1 77 409.58 -36.522 20.886 P-1
2 60 228 -32.002 -25,310 P-2
Pemeriksaan daya dukung per pancang :
- Untuk tipe P-1 Check pada joint 77
Pu = 409,86 ton
Mu x = -36.522 ton.m
Mu y = 20.886 ton.m
Tabel 4.9.6 Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-1
No X Y x² y² P/N(ton) Mx*Y My*X P
total Q u (ton) Check
1 -2 2 4 4 45.51 -73.04 -41.77 40.72 < 50.49 Aman
2 0 2 0 4 45.51 -73.04 0.00 42.47 < 50.49 Aman
3 2 2 4 4 45.51 -73.04 41.77 44.21 < 50.49 Aman
4 2 0 4 0 45.51 0.00 41.77 47.25 < 50.49 Aman
5 2 -2 4 4 45.51 73.04 41.77 50.29 < 50.49 Aman
6 0 -2 0 4 45.51 73.04 0.00 48.55 < 50.49 Aman
7 -2 -2 4 4 45.51 73.04 -41.77 46.81 < 50.49 Aman
8 -2 0 4 0 45.51 0.00 -41.77 43.77 < 50.49 Aman
9 0 0 0 0 45.51 0.00 0.00 45.51 < 50.49 Aman
∑ 24 24
204
- Untuk tipe P-2 Check pada joint 77
Pu = 228 ton
Mu x = -32.002 ton.m Mu y = -25,310ton.m
Tabel 4.9.7 Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-2
No X Y x² y² P/N(ton) Mx*Y My*X P total Q u (ton) Check
1 -2 1 4 1 45.51 4.00 -8.00 45.68 < 50.49 Aman
2 0 1 0 1 45.51 4.00 0.00 46.18 < 50.49 Aman
3 2 1 4 1 45.51 4.00 8.00 46.68 < 50.49 Aman
4 2 1 4 1 45.51 4.00 8.00 46.68 < 50.49 Aman
5 0 -1 0 1 45.51 -4.00 0.00 44.84 < 50.49 Aman
6 -2 -1 4 1 45.51 -4.00 -8.00 44.34 < 50.49 Aman
∑ 16 6
Pemeriksaan Terhadap Geser Pons dan Geser Lentur Pons
Check geser pons Untuk tipe P-2 pada joint 66 , Karena kolom tertumpu pada pile,
maka p yang diperhitungkan adalah Pu.
Pu = 409.58 ton
H = 0,6 m
t =
(
=
( )
= 142,3 t/m2 = 14,23 kg/cm
2
t ijin = 1,69 √ = 1,69 √ = 32,13 kg/cm2
t < t ijin (maka tebal pilecap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan geser
pons).
4.9.2 Penulangan Pile Cap
4.9.2.1 Perhitungan Momen pada Pile Cap
Momen tipe P-1
Mx = -36.522 ton.m
My = 20.886 ton.m
Momen tipe P-2
205
Mx = -32.002 ton.m
My = -25.31 ton.m
4.9.2.2 Perhitungan Tulangan Pile Cap
a. Pile Cap tipe P-1
Perhitungan tulangan direncanakan
Tebal pile cap (h) = 60 cm 600 mm
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa 300 kg/cm2
Mutu tulangan (Fy) = 400 Mpa 4000 kg/cm2
Diameter tulangan = D 22 22 mm
Tinggi efektif d = h – p - ½ D tul. pokok
= 549 mm
Tulangan pelat Arah X
-Moment= -36.522 ton.m
Pembatasan Rasio Tulangan ( )
Karena mutu beton fc’ 30, maka :
( )
SNI 03-2847-2013
( )
= 0,836
(
) (
)
Faktor tahanan momen maksimal
( (
))
( (
))
Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,90
Moment nominal rencana
206
Faktor tahanan momen
( )
Rasio tulangan perlu
( √
)
( √
)
Rasio tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan maksimal
Jarak tulangan dipakai
Digunakan
Luas tulangan dipakai
( )
Tulangan pelat Arah Y
-Moment = 20.886 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
( (
))
( (
))
207
Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,90
Moment nominal rencana
Faktor tahanan momen
( )
Rasio tulangan perlu
( √
)
( √
)
Rasio tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan maksimal
Jarak tulangan dipakai
Digunakan
Luas tulangan dipakai
( )
b. Pile Cap tipe P-2
Perhitungan tulangan direncanakan
Tebal pile cap (h) = 60 cm 600 mm
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa 300 kg/cm2
Mutu tulangan (Fy) = 400 Mpa 4000 kg/cm2
208
Diameter tulangan = D 22 22 mm
Tinggi efektif d = h – p - ½ D tul. pokok
= 549 mm
Tulangan pelat Arah X
-Moment= -32.002 ton.m
Pembatasan Rasio Tulangan ( )
Karena mutu beton fc’ 30, maka :
( )
SNI 03-2847-2013
( )
= 0,836
(
) (
)
Faktor tahanan momen maksimal
( (
))
( (
))
Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,90
Moment nominal rencana
Faktor tahanan momen
( )
209
Rasio tulangan perlu
( √
)
( √
)
Rasio tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan maksimal
Jarak tulangan dipakai
Digunakan
Luas tulangan dipakai
( )
Tulangan pelat Arah Y
-Moment= ton.m
( (
))
( (
))
Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,90
Moment nominal rencana
210
Faktor tahanan momen
( )
Rasio tulangan perlu
( √
)
( √
)
Rasio tulangan yang digunakan
Luas tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan yang diperlukan per meter
Jarak tulangan maksimal
Jarak tulangan dipakai
Digunakan
Luas tulangan dipakai
( )
211