bab iv pendekatan program perencanaan dan...
TRANSCRIPT
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
42
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
BAB IV
PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
4.1 Pendekatan Aspek Fungsional
4.1.1 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas
Pendekatan Pelaku kegiatan di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain:
1. Mahasiswa : D3,S1 dan S2
2. Pimpinan Sekolah Tinggi dan Program Studi: terdiri dari seorang ketua sekolah tinggi
dengan dibantu oleh ketus jurusan prodi beserta wakilnya.
3. Staf Edukatif : terdiri dari dosen yang merangkap sebagai koordinator akademik atau
kepala laboratorium
4. Staf Non Edukatif : terdiri dari staf administrasi akademik, administrasi keuangan, staf
perpustakaan, dan pengelola laboratorium yang terdiri dari kepala laboratorium, asisten
(mahasiswa), dan laboran.
5. Pelaksana Servis : terdiri dari petugas kantin, petugas fotokopi dan stationary, petugas
kebersihan, keamanan, teknisi dan parkir.
6. Tamu : terdiri dari tamu individu dan tamu kelompok.
Pendekatan Kelompok Aktivitas di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain :
1. Kelompok Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching and Learning Activities)
Aktivitas belajar mengajar (teaching and learning activities) meliputi :
a. Kegiatan kuliah : melibatkan dosen dan mahasiswa, terdiri dari kegiatan kuliah reguler
dan kuliah bersama
b. Kegiatan praktikum : melibatkan mahasiswa dan pengelola laboratorium. Meliputi
kegiatan pelaksanaan praktikum dan kegiatan bimbingan mahasiswa.
c. Kegiatan sidang/seminar : melibatkan mahasiswa dan dosen. Biasanya berupa
kegiatan seminar dan sidang Tugas Akhir maupun Kerja Praktek
d. Kegiatan perpustakaan : meliputi kegiatan baca atau peminjaman buku oleh
mahasiswa atau dosen, dan kegiatan kerja staf perpustakaan.
2. Kelompok Aktivitas Non Belajar Mengajar (Non Teaching and Learning Activities)
Aktivitas non-belajar mengajar (non-teaching and learning activities) meliputi :
a. Kegiatan pimpinan Sekolah Tinggi dan Prodi: meliputi kegiatan kerja ketua dan
sekretaris serta kegiatan penerimaan tamu
b. Kegiatan kerja dosen: meliputi kegiatan kerja dosen di ruang kerja, penyimpanan
arsip/dokumen, kegiatan bimbingan mahasiswa, dan kegiatan diskusi dosen
c. Kegiatan administrasi: melibatkan staf administrasi akademik dan staf administrasi
keuangan yang meliputi kegiatan pengolahan data administrasi akademik dan
keuangan serta kegiatan pelayanan mahasiswa
d. Kegiatan rapat program studi: melibatkan pimpinan program studi, staf edukatif, dan
staf non edukatif untuk membahas hal-hal berkaitan dengan program studi
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
43
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
e. Kegiatan kelembagaan mahasiswa: meliputi kegiatan himpunan mahasiswa dan
koordinasi dengan unit kegiatan mahasiswa lain yang meliputi : klub sketsa,klub
fotografi,pecinta alam dan klub olahraga(Sepakbola dan Futsal)
f. Kegiatan pertemuan: meliputi kegiatan kuliah umum (tiap tahun), seminar,
simposium, lokakarya, bedah buku, penelitian bersama, pengenalan kampus, serta
temu dosen-mahasiswa-alumni
g. Kegiatan Istirahat: meliputi kegiatan mahasiswa menunggu waktu perkuliahan, ibadah
(solat), dan kegiatan makan dan minum.
3. Kelompok Aktivitas Penunjang
Aktivitas penunjang meliputi kegiatan sirkulasi, menggunakan toilet, penyimpanan
barang, perawatan kampus, kegiatan petugas keamanan, serta kegiatan teknisi
4. Kelompok Aktivitas Luar
Kelompok aktivitas luar meliputi kegiatan sosialisasi di ruang luar, kegiatan praktikum
outdoor dan kegiatan parkir.
4.1.2 Pendekatan Kapasitas pengguna dan pengelola
Analisa kapasitas pengguna dan pengelola disesuaikan dengan hasil observasi,standart
arsitektural dan asumsi untuk kebutuhan luasan ruang yang memadai. Kapasitas mahasiswa yang
hendak ditampung adalah 310 mahasiswa tiap angkatan. Dengan rincian sebagai berikut :
1. Jenjang Diploma 3 sebanyak 3 kelas : @ 30 mahasiswa
2. Jenjang Strata 1 sebanyak 4 kelas : @ 40 mahasiswa
3. Jenjang Strata 2 sebanyak 3 kelas : @ 20 mahasiswa
Rasio Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah
Dalam sistem pendidikan perguruan tinggi,penentuan jumlah mahasiswa per kelas
ditentukan berdasarkan jenis mata kuliah yang diberikan. Sekolah tinggi menerapkan sistem
pembelajaran yang meliputi mata kuliah teori dan praktik. Berdasarkan aturan DIKTI tentang rasio
jumlah mahasiswa per kelas,mata kuliah praktik dan teori memiliki perbedaan dalam kapasitas
jumlah mahasiswa. Mata kuliah praktikum harus memenuhi standar Antara 10-120 mahasiswa per
kelas. Sedangkan mata kuliah teori membutuhkan 30-40 mahasiswa per kelas.
Rasio Jumlah Dosen-Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah
Secara kasar kebutuhan tenaga dosen dapat dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa
yang terdaftar dalam tiap kelas,misalnya jika dosen menginginkan perbandingan 1:10,maka untuk
mengasuh 150 mahasiswa diperlukan 15 orang dosen.Namun terdapat perbedaan Antara rasio
jumlah dosen pada mata kuliah teori dan praktik.Untuk keperluan perhitungan beban kerja dosen
dalam tugas-tugas pengajaran pada berbagai jenjang pendidikan (S0,S1,S2,S3) digunakan dasar
perhitungan menurut SK Dirjen Dikti No.48/DJ/kep/1983 sebagai berikut :
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
44
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Tabel 4.1 Beban Kerja (dalam sks) untuk
melaksanakan kuliah/praktikum
Sumber: www.evaluasi.com
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
45
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang
No Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang
1 Mahasiswa Belajar Ruang kuliah
Studio Gambar
Laboratorium Struktur
Laboratorium Perancangan
Laboratorium Urban design
Laboratorium Komputer
Ruang Audio Visual
Perpustakaan
Ruang Terbuka Hijau
Ruang workshop
Gelar Karya Ruang Pameran
Sosialisasi Kantin
Masjid
Ruang Terbuka Hijau
UKM
Hall/Auditorium
Lapangan Olahraga
Asistensi Ruang Dosen
Menunggu Dosen Ruang Tunggu
Makan dan Minum Kantin
Kegiatan Administrasi Ruang Administrasi
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Beribadah Masjid/Mushola
Membaca Perpustakaan
Menghadiri Seminar Ruang Seminar
Olahraga Lapangan
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
2 Dosen Mengajar Ruang kuliah
Studio Gambar
Laboratorium Komputer
Laboratorium Perancangan
Laboratorium Urban Design
Laboratorium Struktur
Asistensi Mahasiswa Ruang kuliah
Kantor
Ruang Dosen
Makan dan Minum Ruang Dosen
Kantin
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
46
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Penelitian Kantor
Laboratorium
Membaca Perpustakaan
Beribadah Masjid/Mushola
Menghadiri Seminar Ruang Seminar
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
3 Kepala Sekolah Tinggi Bekerja Ruang Kepala
Makan dan Minum Ruang Kepala
Kantin
Beribadah Masjid/Mushola
Sosialisasi Hall/Auditorium
Menemui Tamu Ruang Tamu
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
4 Kepala Jurusan Prodi
dan Wakil
Bekerja Ruang Kepala
Makan dan Minum Ruang Kepala
Kantin
Beribadah Masjid/Mushola
Sosialisasi Hall/Auditorium
Menemui Tamu Ruang Tamu
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
5 Karyawan Melayani
mahasiswa,dosen,dan kepala Ruang Administrasi
Makan dan Minum Kantin
Beribadah Masjid/Mushola
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
6 Petugas Perpustakaan Melayani Penitipan Perpustakaan
Mengatur Sirkulasi Buku
Makan dan Minum Kantin
Menaruh barang bekas Gudang perpustakaan
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Beribadah Masjid/Mushola
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
7 Petugas Kantin Menghidangkan makanan Kantin
Memasak Dapur
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Menaruh barang bekas Gudang
Melayani pembayaran Kasir
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
8 Petugas Kesehatan Memeriksa Klinik
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
47
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Memberi Obat
Makan dan Minum
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
9 Cleaning Service
Menjaga Kebersihan
Seluruh Ruangan, Ruang
Terbuka Hijau
Makan dan Minum Kantin
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
10 Keamanan Menjaga Keamanan Pos Satpam
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
4.1.4 Pendekatan Besaran Ruang
Dasar perhitungan ruang yaitu standar ruang perkuliahan menurut sumber-
sumber literatur sebagai berikut :
Architect’s Data (AD)
Architect’s Handbook (AH)
Human Dimension and Interior Spaces (HD)
Metric Handbook Planning and Design Data (MH)
Time Saver Standard for Building Types (TS)
Studi Banding (SB)
Asumsi (AS)
Kepmendiknas No.234/U/2000 (Kepmen)
Sedangkan Standar Sirkulasi / Flow Area yang digunakan berdasarkan standar dari
Time Saver Standard for Building Types, 3rd Edition (1981), sebagai berikut:
5%-10% : Standar minimum sirkulasi
20% : Standar Kebutuhan keleluasaan sirkulasi
30% : Tuntutan kenyamanan fisik
40% : Tuntutan kenyamanan psikologis
50% : Tuntutan spesifik kegiatan
70%-100% : Terkait dengan banyak kegiatan
Tabel 4.2 Pendekatan Kebutuhan Ruang
Sumber: Hasil Analisa
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
48
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
No Jenis Ruang Kapasitas
Jum
lah Standar
Sum
ber
Luas
(m²)
Jumlah
Luas (m²)
1 Ruang Kuliah Paralel 40 org/kls 9 1 m² AH 56 504
sirkulasi
40% MH
2
Studio Gambar prodi
arsitektur bangunan
25/meja
gambar
4
stud
io
0.16
m²/meja
gambar AD 80 320
3
Studio Gambar prodi tata
kota
25/meja
gambar
4
stud
io
0.16
m²/meja
gambar AD 80 320
4 Lab.Struktur 1 ruang 1 128 m² AS 128 128
5 Ruang Pamer 3 ruang 3 96 m² SB 96 288
6 Lab.Perancangan 3 ruang 3 128 m² AS 128 384
7 Lab.Tata Kota 1 ruang 1 128 m² SB 128 128
8 Lab.Komputer 3 ruang 3 128 m² SB 128 384
9 Ruang Audio Visual 2 ruang 2 128 m² AS 128 256
10 Ruang Workshop 3 ruang 3 64 m² SB 64 192
11 Toilet 1 orang 6 1.5 m² AS 1.5 9
12 Hall Kecil 150 orang 1 1 m² AH 210 210
sirkulasi
40%
MH
13 Hall Besar/Auditorium 600 orang 1 1 m² AH 840 840
sirkulasi
40%
MH
14 Ruang Sidang/Seminar 20 orang 2 1 m² AH 28 56
sirkulasi
40%
MH
15 Gudang Ruang Kuliah 1 ruang 1 15 m²/
unit
AD 15 15
Perpustakaan
16 Loker 20 loker 20
loke
r
0.6m²/
unit
AS 12 12
17 Ruang Pelayanan dan
Administrasi
3 orang 1 16.3/unit MH 20 20
Sirkulasi
25%
18 Ruang Koleksi 5000
koleksi
buku
1 1.2
m2/200
buku
AD 31.2
5
31.25
Sirkulasi
25%
MH
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
49
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Kegiatan Pokok)
Sumber : Hasil Analisa, 2014
No Jenis Ruang
Kapasit
as
Juml
ah Standar Sumber
Luas(
m²)
Jumlah Luas
(m²)
Ruang Pimpinan Sekolah Tinggi
1 Ruang Ketua Sekolah Tinggi
dan 2 Kaprodi
1 3 20 m² AD 20 60
2 Ruang Sekretaris Jurusan 1 2 20 m² AD 20 40
3 Ruang Tunggu Tamu 4 1 9 m2/unit AH 9 9
4 Toilet Direksi 1 2 1.5 m² AS 1.5 3
Ruang Dosen
5 Ruang Kerja Dosen 40 1 2 m² AD 100 100
Sirkulasi 40
%
MH
6 Ruang Bimbingan (Asistensi) 6 1 11.2
m2/unit
MH 11.2 11.2
7 Ruang Diskusi Dosen 8 1 12.7 m² MH 12.7 12.7
8 Ruang Tunggu Dosen 15 1 0.7 m² MH 13.65 13.65
Sirkulasi
30%
9 Toilet Dosen 1 4 1.5 m² AS 1.5 6
Ruang Administrasi
10 Ruang Staf Administrasi
Akademik
3 1 4 m² Kepmen 18 18
Sirkulasi
50%
MH
11 Ruang Staf Administrasi
Keuangan
2 1 4 m² Kepmen 12 12
Sirkulasi
50%
MH
12 Loket Pelayanan Mahasiswa 10 1 0.7 m² MH 9 9
Sirkulasi MH
19 Ruang Baca 100 orang 1 2.5 m2/2
orang
AD 156 156
Sirkulasi
25%
MH
20 Gudang Perpustakaan 1 ruang 1 9 m² AS 9 9
Subtotal 4262.25
Sirkulasi 30 % 1278.675
Total 5540.925
Dibulatkan 5550
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
50
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
30%
13 Ruang Rapat 50 1 1.9 m² AD 133 133
Sirkulasi
30%
TS
14 Ruang Himpunan 20
orang
1 1 m²/orang AH 28 28
Sirkulasi
40%
MH
15 Mushola 30 1 0.85 m² AD 44 44
Sirkulasi
30%
TS
16 Pantry 3 orang 1 9 m² AS 9 9
Kantin
17 Area Makan 60
orang
1 3 m2/4
kursi
AD 56 56
Sirkulasi
25%
MH
18 Dapur 3
Pegaw
ai
1 0.17m²/kur
si
MH 13 13
Sirkulasi
25%
MH
19 Stationary dan Fotokopi 1
pegaw
ai
1 - SB 30 30
20 Hot Spot Area 4
orang/
meja
8 9 m² HD 93.6 93.6
Sirkulasi
30%
MH
21 Ruang UKM 20
orang
3 1 m²/orang AH 28 84
sirkulasi
40%
MH
Subtotal 785.15
Sirkulasi 30 % 235.545
Total 1020.695
Dibulatkan 1021
Tabel 4.4 Kelompok Kegiatan Aktivitas Non Belajar Mengajar
Sumber : Hasil Analisa,2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
51
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
No Jenis Ruang Kapasitas Jumlah Standar Sumber Luas(m²) Jumlah Luas (m²)
1 Ruang Genset 1 ruang 1 - SB 35 35
2 Ruang Panel 3 orang 3 - SB 2.25 6.75
3 Ruang Pompa 1 ruang 1 - AS 12 12
4 Ruang Teknisi 1 ruang 1 - AS 16 16
5 Pos Satpam 2 orang 1 - AS 2 2
6 Gudang 1 15 m²/ unit AD 15 15
7 Janitor 3 - AS 1.5 4.5
Sub Total 91.25
Sirkulasi 30 % 27.375
TOTAL 118.625
Dibulatkan 99
Tabel 4.5 Kegiatan Aktivitas Penunjang
Sumber : Hasil Analisa, 2014
No Jenis Ruang Kapasitas Jumlah Standar Sumber
Luas(
m²)
Jumlah Luas
(m²)
Area Lapangan
1
Lapangan
Basket 1 Lapangan
1
Lapangan
280 m²
AS 280 280
2
Lapangan
Futsal 1 Lapangan
1
Lapangan
364 m²
AD 364 364
Area Parkir
3 Parkir
Mahasiswa
300 motor 1 2 m2/unit AD
1950 1950 25 mobil 15 m2/units AD
Sirkulasi
100% TS
4 Parkir Dosen
dan
Karyawan
30 motor 1 2 m2/unit AD
570 570 15 mobil 15 m2/units AD
Sirkulasi
100% TS
Sub Total 3164
Sirkulasi 20 % 632.8
TOTAL 3796.8
Dibulatkan 3797
Tabel 4.6 Kegiatan Aktivitas Penunjang Luar Ruangan
Sumber : Hasil Analisa, 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
52
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Rekapitulasi Luas Ruang
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi hasil program ruang Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di
Yogyakarta
No Jenis Ruang Luas (m2)
1 Kelompok Kegiatan Belajar
Mengajar (Pokok)
5550
2 Kelompok Kegiatan Non Belajar
Mengajar
1021
3 Kelompok Kegiatan Aktivitas
Penunjang
99
Total 6670
4 Kelompok Kegiatan Aktivitas
Penunjang Luar Ruangan
3797
Tabel 4.7 Tabel Rekapitulasi Luas Ruang
Sumber : Hasil Analisa, 2014
4.1.5 Pendekatan Hubungan Ruang
Pendekatan hubungan kelompok ruang diklasifikasikan menjadi dua jenis :
1. Hubungan Kelompok Ruang Makro
Hubungan kelompok ruang makro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan
menurut jenis kegiatannya secara makro yaitu zona belajar mengajar, zona non belajar
mengajar dan zona penunjang.
Gambar 4.1 Hubungan Kelompok Ruang Makro Sumber :Hasil Analisa,2014
Keterangan ; Erat : Kurang Erat :
Zona Belajar Mengajar
Zona Non Belajar Mengajar
Zona Penunjang
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
53
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Keterangan ; Erat : Kurang Erat :
2. Hubungan Kelompok Ruang Mikro
Hubungan kelompok ruang mikro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan
menurut jenis kegiatan mikro pada masing-masing kegiatan makro, misalnya ruang kuliah
dan ruang studio gambaryang tergolong ke dalam kelompok ruang belajar.
4.1.6 Pendekatan Sirkulasi
Pendekatan sirkulasi pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta dilakukan
berdasarkan analisa kegiatan para pelaku yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan.
Berikut analisa pola sirkulasi pelaku pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta:
1. Kelompok Mahasiswa
Gambar 4. 2 Hubungan Kelompok Ruang Mikro Sumber :Hasil Analisa, 2014
Ruang Dosen dan
Administrasi
Ruang kuliah
Ruang Himpunan
Perpustakaan,
Laboratorium
Area servis Studio Gambar
Kantin, Mushola,
Ruang Komunal
Gambar 4.3 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Mahasiswa Sumber : Hasil Analisa,2014
ME Parkir
Kegiatan belajar mengajar: R.Kuliah,Studio Gambar,
Laboratorium, R.Bimbingan, Perpustakaan, Sidang, Seminar
Kegiatan non belajar mengajar : Loket Pelayanan mahasiswa,
R.Himpunan,R.UKM
Kantin
Mushola
Toilet
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
54
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
2. Kelompok Staff Administrasi
3. Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi
4. Kelompok Staf Perpustakaan
5. Kelompok karyawan servis
Gambar 4.4 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Staff Administrasi Sumber : Hasil Analisa, 2014
Gambar 4. 5 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi Sumber : Hasil Analisa, 2014
ME Parkir
R. Kuliah, R. Kerja, R.
Bimbingan, Ruang
Sidang/Seminar
Ruang Rapat,, R.Tamu
Kantin
Mushola
Toilet
Gambar 4. 6 Sirkulasi Kegiatan Staf Perpustakaan Sumber : Hasil Analisa,2014
ME Parkir
Perpustakaan
Ruang Rapat, R.Fotokopi
Kantin
Mushola
Toilet
ME Parkir
Ruang Administrasi
Akademik dan Keuangan,
Loket Pelayanan
Ruang Rapat
Kantin
Mushola
Toilet
ME Parkir
Area Parkir, Pos Satpam,
Janitor, R.Genset, R. Panel, R.
Mesin
Kantin
Mushola
Toilet
Gambar 4.7 Sirkulasi Kegiatan Karyawan Servis Sumber : Hasil Analisa,2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
55
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual
4.2.1 Pemilihan lokasi
Faktor hubungan dengan daerah sekitar (30%)
Sebagai suatu bangunan pendidikan,maka bangunan yang direncanakan harus terletak pada
lokasi yang nyaman untuk kegiatan pembelajaran nantinya. Lokasi perencanaan hendaknya
terletak jauh dari bangunan industri atau daerah perdagangan dan jasa yang biasanya
memiliki tingkat kebisingan dan kepadatan tinggi.
Faktor aksesibilitas (30%)
Sebagai suatu bangunan pendidikan, maka bangunan yang direncanakan harus mudah
tercapai oleh pengguna bangunan tersebut. Ketentuan titik akses paling tidak terdapat 2 titik
perencanaan untuk kebutuhan pengembangan. Kemudahan pencapaian bagi pengguna
kendaraan maupun pejalan kaki perlu diperhatikan. Kenyamanan lalu lintas juga penting
dipertimbangkan untuk jalur pedestrian, mobil, bus, sepeda dan kendaraan servis.
Faktor kondisi tapak (20%)
Kondisi tapak sebaiknya mampu mendukung perencanaan dan perancangan, seperti kondisi
topografi yang tidak terlalu curam, pada tapak tidak ada genangan air diam dan terdapat
luasan area yang memungkinkan sesuai dengan pendekatan besaran ruang serta terdapat
fasilitas dan utilitas lingkungan yang lengkap
Faktor potensi pengembangan (20%)
Sebagai bangunan pendidikan, diharapkan nantinya dalam perkembangannya tidak
mengganggu eksistensi maupun pengembangan bangunan sekitarnya agar tetap tercipta
keselarasan dalam penataan komposisi bangunan dengan sekitarnya.
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
56
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.2.2 Pemilihan tapak
4.2.2.1 Alternatif Tapak 1
Lokasi : Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
Luas : ± 9048 m2
Batas-batas
Utara : Lahan Kosong
Timur : Bangunan Industri
Selatan : Jl.Ring Road Utara
Barat : Kawasan Permukiman
Gambar 4.8 Alternatif Tapak 1 Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
57
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.2.2.2 Alternatif Tapak 2
Lokasi : Jalan Pangeran Mangkubumi, Kecamatan Jetis, Yogyakarta
Luas : ± 10.701,89 m2
Batas-batas
Utara : Kantor PLN
Timur : Bangunan Industri
Selatan : Jl.Ring Road Utara
Barat : Kawasan Permukiman
Gambar 4.10 Alternatif Tapak 2 Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
Gambar 4.11 Ukuran Alternatif Tapak 2 Analisis pribadi, 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
58
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.2.2.3 Alternatif Tapak 3
Lokasi : Jalan Lingkar Utara, Kecamatan Ngaglik,Kabupaten Sleman
Luas : ± 13.113 m2
Batas-batas
Utara : Jalan Lingkar Utara
Timur : Lahan Kosong
Selatan : Kawasan Permukiman
Barat : Kawasan Permukiman
108 m
156,4 m
150,2 m
121,8 m Luas Tapak 1 = 13.113 m2
Gambar 4.12 Alternatif Tapak 3 Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
59
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Alternative tapak 1 Alternative tapak 2 Alternative tapak 3
KDB : 50%
KLB : 0,8-2
Lantai maksimal : 4 lantai
KDB : 80%
KLB : 3,9
Lantai maksimal : 5 lantai
KDB : 50%
KLB : 1,2-2,0
Lantai maksimal : 4 lantai
Pencapaian mudah Pencapaian mudah Pencapaian mudah
Topografi tidak berkontur Topografi tidak berkontur Topografi tidak berkontur
Lingkungan sekitar
merupakan permukiman
yang padat
Lingkungan sekitar
didominasi kawasan
perdagangan yang padat
Lingkungan sekitar
merupakan permukiman
yang tidak terlalu padat
Utilitas kota tersedia Utilitas kota tersedia Utilitas kota tersedia
Arus lalu lintas tidak padat Arus lalu lintas cukup
padat
Arus lalu lintas tidak
padat
Dekat dengan fasilitas
pendukung yang lain, a.l:
industri,permukiman
Dekat dengan fasilitas
pendukung, seperti
perdagangan dan jasa
Dekat dengan fasilitas
pendukung yang lain, a.l :
permukiman,pendidikan
No
Kriteria Bob
ot
Alternative tapak 1 Alternative tapak 2 Alternative tapak 3
Kondisi N B.N Kondisi N B.N Kondisi N B.N
1. Peruntukan
Lahan
30% Kawasan
pengembang
an
pendidikan
dan
permukiman
9 2,7 Kawasan
pengembangan
perdagangan
dan jasa
7 2,1 Kawasan
pengembangan
pendidikan dan
permukiman
9 2,7
2. Atmosfer
lingkungan
pendidikan
20% Dekat
dengan
permukiman
tidak padat
penduduk
8 1,6 Dekat dengan
pusat
perdagangan
dan jasa
6 1,2 Dekat dengan
permukiman
padat penduduk
7 1,2
Sumber : Analisa, 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
60
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
3. Aksesibilitas
kendaraan
pribadi
20% Padat,
merupakan
jalur padat
kendaraan
7 1,4 Sangat padat,
merupakan jalur
padat
kendaraan
6 1,2 Padat,
merupakan jalur
padat kendaraan
7 1,4
3. Fasilitas
Penunjang
10% Dekat
dengan
fasilitas
pendidikan
9 0,9 Dekat dengan
pusat
perdagangan
dan jasa
7 0,7 Dekat dengan
fasilitas
pendidikan
9 0,9
5. Jaringan
utilitas kota
10% Tersedia
jaringan
utilitas
9 0,9 Tersedia
jaringan utilitas
9 0,9 Tersedia jaringan
utilitas
9 0,9
6. Topografi dan
Kondisi Tapak
10% Lahan tidak
berkontur,Lu
as ± 9048 m2
7 0,7 Lahan tidak
berkontur,Luas
± 10.701,89 m2
8 0,8 Lahan tidak
berkontur,Luas ±
13.113 m2
9 0,9
Jumlah 100
%
8,20 6,90 8,00
Berdasarkan penghitungan di atas maka terlihat bahwa tapak yang lebih potensial adalah
tapak alternatif 1. Berikut rincian peraturan penggunaan tapak:
Luas Tapak : ± 9048 m2
Garis Sempadan Bangunan (GSB) : 23 m
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 %
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,8-2,0 % (4 lantai)
Luas bangunan : ± 6670 m2
Luas area Luar : ± 3797 m2
Luas area yang boleh dibangun : 50% x 9048 = 4524 ≈ ± 4524 m2
Lahan yang tidak boleh dibangun : ±4524 m2 ≈ ± 4524 m2
Untuk memenuhi ketentuan tersebut maka pembangunan Sekolah Tinggi Arsitektur
direncanakan setinggi 3 lantai, sesuai batas maksimal jumlah lantai pada Fakultas Teknik dengan
luas lantai dasar bangunan 2214,3 ≈ ± 2214 m2 . Sisa lahan sebesar 6834 m
2 digunakan untuk
kebutuhan ruang luar, parkir, dan taman.
Sumber : Analisa, 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
61
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.3 Pendekatan Aspek Kinerja
4.3.1 Sistem Pencahayaan
Sumber pencahayaan dibagi menjadi 2, yaitu:
Pencahayaan alami
Tergantung iklim dan waktu
Dapat dimanfaatakn secara maksimal pada bangunan dengan memperhatikan besar
lubang ventilasi
Menggunakan atap penutup tembus pandang untuk penerangan/pencahayaan di
atrium/hall
Pemanfaatan cahaya matahari langsung
Pencahayaan buatan
Tidak tergantung iklim dan waktu
Merupakan media untuk mendapatkan cahaya yang merata didalam ruangan
Dapat menambah kesan khusus pada interior bangunan
Pencahayaan dapat diatur sesuai kebutuhan
Keuntungan : efek cahaya dapat diatur, tidak tergantung cuaca.
Kerugian : mata mudah lelah karena retina yang selalu berubah,
cenderung mengubah citra warna dari suatu obyek (pada tujuan tertentu hal ini menjadi
keuntungan).
4.3.2 Sistem Penghawaan/Pengkondisian Ruang
Dalam suatu ruangan diperlukan adanya aliran udara sehingga ruangan akan selalu
mendapat pergantian udara yang segar. Untuk mencapai kondisi yang diinginkan dapat
dilakukan pengaturan penghawaan ruang, antara lain dengan cara:
Penghawaan alami
Dengan menggunakan system silang (cross ventilation) pergerakan hawa udara akan
lancar sirkulasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat bukaan dinding pada sisi
yang berhadapan.
Penghawaan buatan
Dengan menggunakan AC penghuni dapat mengatur suhu ruangan yang diinginkan.
Exhaustfan dapat juga digunakan, dengan prinsip menarik keluar udara dari dalam
ruangan atau sebaliknya.
4.3.3 Sistem Jaringan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dibangunan sekolah adalah 75 liter/orang/hari, dengan sumber
air bersih berasal dari PAM dan sumur artesis. Penggunaannya untuk lavatory, sevice, kantin
dan pemadam kebakaran.
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
62
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Air bersih diperoleh dari sumber PAM dan sumur artesis dengan 2 metode ditribusi:
a. Up Feed Distribution
Dari sumber air dialokasikan kedalam reservoir, lalu dipompa ke atas untuk
dikonsumsi.
Keuntungan tidak membutuhkan tangki penyimpanan diatas bangunan, namun
kerugiannya aliran air tidak dapat mengalir bila listrik padam, dibutuhkan beberapa poma
tekan otomatis kekuatan tinggi dan umumnya pada daerah teratas kekuatan air relatif kecil.
b. Down Feed Distribution
Dari sumber air dipompa keatas, ditampung dalam roof tank, lalu dikonsumsikan di
level bangunan dibawahnya. Keuntungannya adalah kelangsungan air terjamin meskipin
listrik padam dan kekuatan air disetiap lantai sama.
4.3.4 Sistem Pembuangan Air Kotor
Air buangan ada tiga jenis, yaitu :
a. Air kotor yang berasal dari kamar mandi, wastafel, dan kantin.
b. Air hujan yang jatuh keatap bangunan atau tapak bangunan dapat dibuang ke saluran
kota.
c. Air kotor yang berasal dari buangan WC, urinoir dan air buangan tanaman (yang
mengandung tanah) diairkan dulu ke septictank kemudian ke sumur peresapan.
Sumber
Air Bersih
Ground
Reservoir
Pompa
Roof Tank
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Sumber Air
Bersih
Ground
Reservoir
Pompa
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Gambar 4.13 Sistem Distribusi air bersih 1 Sumber : Analisa, 2014
Gambar 4.14 Sistem Distribusi air bersih 2 Sumber : Analisa, 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
63
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.3.5 Sistem Jaringan Listrik
Jaringan listrik diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penunjang kegiatan belajar,
sebagai sumber penerangan buatan, pompa, AC dan peralatan mekanikal elektrikal lainnya.
4.3.6 Sistem Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah harus memperhatikan sifat, jumlah dan sistem pembersihan,
frekuensi dan waktu pengumpulan, alat, serta jalur pengumpulan.
Sistem pembuangan sampah, dengan pengelompokkan jenis sampah, yaitu sampah
basah dan sampah kering yang kemudian ditampung dalam bak sementara yang selanjutnya
dibuang ke TPA kota.
4.3.7 Sistem Pencegahan Kebakaran
a. Alat Pendeteksi Kebakaran (fire alarm)
Heat Detector, yaitu alat untuk mendeteksi panas dalam ruangan. Apabila panas /
suhu dalam ruangan telah melampaui ambang 57O, maka heat detector akan
mengirimkan sinyal tanda bahaya di papan kontrol di ruang kontrol engineering.
Air Kotor Peresapan
Air Hujan
Saluran
Pembuangan Kota
Bak Kontrol
PLN
Trafo Automatic
Transfer
Switch
Main
Distribution
Panel
Sub
Panel
Genset
et
sist.nan
Ruang
Ruang
Gambar 4.15 Sistem Distribusi air kotor Sumber : Analisa, 2014
Gambar 4.15 Sistem Distribusi Listrik Sumber : Analisa, 2014
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
64
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
Smoke Detector, yaitu alat pendeteksi asap dalam ruangan. Apabila asap yang ada
di dalam ruangan melampaui konsentrasi (kepekatan) yang disyaratkan maka
smoke detector akan mengirimkan sinyal ke papan kontrol di ruang panel.
Manual Alarm, yaitu berupa tombol bunyi tanda bahaya. Apabila terdapat tanda-
tanda kebakaran (terjadi kebakaran), tombol dapat ditekan untuk membunyikan
tanda bahaya.
b. Alat Pemadam Kebakaran
Sprinkler, yaitu alat pemadam kebakaran otomatis, yang bekerja karena
pengaruh panas dalam ruangan. Panas / suhu ruangan yang telah melampaui
ambang akan dapat melelehkan penutup spuyer (ozle), sehingga air dapat
menyembur keluar untuk memadamkan api. Air sprinkler berasal dari roof
reservoir yang dialirkan dengan prinsip gravitasi atau air dapat berasal dari ground
reservoir yang dialirkan dengan pompa secara langsung.
Hydrant Box, yaitu berupa selang yang tergulung rapi dalam box. Panjang selang
maksimum 25 m dan diletakkan pada tempat-tempat tertentu di dalam
bangunan. Selang akan dapat mengalirkan air setelah kran (valve) dibuka.
Fire Extinguisher, alat pemadam kebakaran yang menggunakan bahan kimia
(karbondioksida) dalam bentuk cairan berbusa sebagai bahan pemadamnya. Alat
ini bisa dijinjing (portable) dan tidak dihubungkan dengan sistem jaringan. Biasa
diletakkan ditempat-tempat yang strategis.
Hydrant Pile, yaitu tiang hydrant yang diletakkan diluar bangunan. Hydrant pile
dapat dipakai untuk memadamkan api kebakaran dari luar dengan menggunakan
selang. Air hydrant Box dan hydrant pile berasal dari ground reservoir yang
dialirkan secara langsung oleh pompa. Dalam keadaan tertentu, air kolam renang
bisa dialirkan ke hydrant.
4.3.8 Sistem Komunikasi
Berdasarkan penggunaannya, sistem telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua
jenis :
Komunikasi Internal
Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain intercom,
handy talky (untuk penggunaan individual dua arah). Biasanya digunakan untuk
komunikasi antar pengelola/bagian keamanan
Komunikasi Eksternal
Komunikasi dari dan ke luar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa telepon maupun
faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi penghuni.
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
65
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.3.9 Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimum
bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya)
Ada beberapa sistem instalasi penangkal petir, antara lain :
Sistem Konvensional/Franklin
Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan
batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan. Sistem ini cukup praktis dan
biayanya murah, tetapi jangkauannya terbatas. Namun demikian sistem ini merupakan
penangkal petir non radioaktif sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar
Sistem sangkar Faraday
Sistem ini merupakan sistem penangkal petir yang biasa digunakan di Indonesia.
Bentuknya berupa tiang setinggi 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke
ground. Memiliki jangkauan yang luas.
Sistem Radioaktif atau sistem Thomas
Sistem ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangan tidak perlu dibuat
tinggi karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya. Bentangan
perlindungan yang cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup menggunakan satu
tempat penangkal petir. Namun sifat menolak petir membahayakan lingkungan sekitar.
4.3.10 Sistem Transportasi Vertikal
Kemungkinan jumlah lantai yang tercipta adalah lebih dari 1 lantai, maka alternatif
sistem transportasi vertical yang digunakan adalah:
Otomatis :
Escalator : - Tidak efektif untuk orang cacat
- Tidak membutuhkan ruang yang luas
Moving Slide Walk : - Lebih efektif untuk orang cacat
- Membutuhkan ruang yang luas
Lift : - Tidak efektif untuk bangunan 2 lantai
- Sangat efektif intuk rang cacat
Manual :
Tangga/Ramp : - Murah, perawatan mudah dan murah
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
66
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
4.4 Pendekatan Aspek Teknis
4.4.1 Sistem Struktur
Pendekatan sistem struktur berdasarkan pertimbangan:
1. Kondisi pada lingkungan sekitar. Karena letaknya di daerah pinggir kota yang merupakan
kawasan pengembangan kota, yang akan dipadati bangunan pada tahun mendatang,
maka bangunan sekolah dituntut memiliki kekuatan struktur dan fisik bangunan, meliputi:
kekakuan, kestabilan, tahan gempa, angin, petir dan lain sebagainya.
2. Tuntutan terhadap fungsi bangunan itu sendiri.
3. Pertimbangan material struktur yaitu: ekonomis, perawatan mudah, dan daya tahan
terhadap cuaca.
4. Pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran. Pondasi ini dapat menahan gaya
vertikal dan horisontal dengan daya tekan besar. Pondasi ini juga memiliki waktu
pengerjaan yang relatif lebih cepat daripada pondasi tiang pancang.
5. Middle structure menggunakan sistem rangka kaku (rigid frame system) dengan bahan
beton bertulang. Konstruksi ini dipilih karena kuat dan dapat diaplikasikan dalam
desain bangunan bentang lebar. Konstruksi ini juga tahan api, air dan cuaca.
4.4.2 Sistem Modul
Modul merupakan angka (ukuran) baku yang menjadi patokan untuk menentukan
ukuran-ukuran lebar, tinggi, jarak, elemen-elemen ruangan atau bangunan misalnya: lebar
koridor, tinggi lantai, jarak kolom, dan lain sebagainya.
Terdapat bermacam-macam penentuan modul, diantaranya dari pemakai dan
aktifitasnya, utilitas yang ada dan hal-hal yang bersifat khusus pada obyek perencanaan.
Secara garis besar dikelompokkan menjadi :
1. Modul vertikal
Yang dimaksud adalah jarak antara dua elemen penyusun ruang, yaitu antara lantai
dengan plafond atau lantai dengan lantai yang ada di atasnya. Jarak atau tinggi antar lantai
terdiri dari:
a. Tinggi lantai ke plafond
Jarak ini dihitung dari permukaan lantai ke permukaan bawah dari plafond. Jarak ini
merupakan tinggi efektif ruangan.
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
127/49
67
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
b. Jarak plafond dengan lantai yang ada diatasnya.
Ruang antara plafond dengan lantai yang ada diatasnya, biasanya digunakan untuk
tempat jaringan utilitas bangunan. Jaringan utilitas itu seperti: ducting AC, pipa-pipa
plumbing, kabel-kabel listrik, kabel telepon, sound system dan lain-lain.
2. Modul horizontal
Yang dimaksud adalah menyangkut ukuran-ukuran panjang dan lebar. Ukuran-ukuran
tersebut akan menentukan luas ruangan. Hal-hal yang menentukan luas ruangan diantaranya
adalah:
a. Aktifitas yang dilakukan dalam ruangan tersebut.
b. Perlengkapan (perabot) yang dipakai.
4.5 Pendekatan Aspek Visual Arsitektural
Pendekatan arsitektural pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur ini didasarkan prinsip
arsitektur modern sebagai berikut:
4.5.1 Penampilan Bangunan
a. Bentuknya yang asimetris, atap datar, bentuk kotak, sudut lengkung dan halus.
b. Pencitraan bangunan sebagai bangunan pendidikan dengan penciptaan ruang-ruang
yang mengutamakan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar
c. Penciptaan tampilan bangunan simple,tanpa banyak ornament sehingga menjadikan
fasad bangunan tersebut bersih
d. Fasad bangunan biasanya mengekspos struktur yang digunakannya utuk mempertegas
keberadaan bangunan
e. Pemilihan material bangunan yang biasanya banyak didominasi dengan kaca yang bias
juga berfungsi sebagai struktur bangunan
4.5.2 Orientasi Bangunan
a. Orientasi bangunan diarahkan agar tetap berkomunikasi dengan bangunan
b. Orientasi bangunan diarahkan untuk memanjang pada lintasan matahari yaitu arah
timur-barat sehingga permukaan yang lebih luas berorientasi ke utara-selatan dimana
efek radiasi panas lebih sedikit.