bab iv. pembahasan epie

5
BAB IV PEMBAHASAN Anamnesis pada pasien didapatkan keterangan bahwa pasien hamil 39-40 minggu, keluar air-air (+) sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, kencang-kencang (-) riwayat keluar darah lendir (-). Pasien datang sendiri dengan membawa surat rujukan dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi dengan diagnosis G 3 P 1 A 1 + BSC pro SC ulang. Pada pasien ini, diketahui terdapat riwayat SC terakhir 1,8 tahun yang lalu. Pemeriksaan luar menunjukkan parut bekas seksio sesarea masih utuh dan tidak ada nyeri tekan abdomen. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xyphoideus (31cm), denyut jantung janin 148x/menit teratur, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 1/5, his tidak ada, taksiran berat janin 3000 gram. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan sebesar 1 cm dan bagian terbawah janin masih tinggi. Ketuban pecah dini atau premature rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan 40

Upload: laila-kurnia-pramono

Post on 17-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan OG

TRANSCRIPT

BAB IVPEMBAHASAN

Anamnesis pada pasien didapatkan keterangan bahwa pasien hamil 39-40 minggu, keluar air-air (+) sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, kencang-kencang (-) riwayat keluar darah lendir (-). Pasien datang sendiri dengan membawa surat rujukan dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi dengan diagnosis G3P1A1 + BSC pro SC ulang. Pada pasien ini, diketahui terdapat riwayat SC terakhir 1,8 tahun yang lalu.Pemeriksaan luar menunjukkan parut bekas seksio sesarea masih utuh dan tidak ada nyeri tekan abdomen. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xyphoideus (31cm), denyut jantung janin 148x/menit teratur, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 1/5, his tidak ada, taksiran berat janin 3000 gram. Pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan sebesar 1 cm dan bagian terbawah janin masih tinggi.Ketuban pecah dini atau premature rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun preterm. Pada pasien ini merupakan kehamilan 39-40 minggu sehingga termasuk dalam aterm dan pada pasien ini belum ada tanda-tanda inpartu dalam 1 jam setelah pecahnya ketuban. Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien adalah air-air dari kemaluan sejak 1 jam SMRS. Keluar bercak darah dan kencang-kencang disangkal. Pasien dengan ketuban pecah dini umumnya datang dengan keluhan keluarnya cairan dalam jumlah cukup banyak secara mendadak dari vagina. Mungkin juga merasakan kebocoran cairan yang terus menerus atau kesan basah di vagina atau perineum. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah kertas lakmus, perubahan kertas lakmus biru tetap biru menunjukkan cairan yang diuji adalah cairan yang bersifat alkalis. Cairan vagina normalnya bersifat asam, namun ketika terkontaminasi cairan amnion akan bersifat lebih basa sehingga menghasilkan tes lakmus positif.Semua wanita dengan keluhan keluar air pervaginam harus dilakukan pemeriksaan inspekulo steril. Pemeriksaan serviks mungkin memperlihatkan keluarnya cairan amnion dari lubang serviks. Jika meragukan apakah cairan berasal dari lubang serviks atau cairan pada forniks posterior vagina, dilakukan pemeriksaan pH dari cairan tersebut menggunakan lakmus. Cairan vagina dalam keadaan normal bersifat asam. Perubahan pH dapat terjadi akibat adanya cairan amnion, adanya infeksi bahkan setelah mandi. Tes nitrazine kuning dapat menegaskan diagnosis dimana indikator pH akan berubah berwarna hitam, walaupun urine dan semen dapat memberikan hasil positif palsu.Pada pasien ini tidak ditemukan data pemeriksaan USG untuk melihat index air ketuban. Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosis apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang diukur kurang dari 5 cm maka ibu tersebut didiagnosis mengalami oligohidramnion. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis pada kasus ini adalah G3P1A1 hamil 38-39 minggu + belum inpartu + KPD + BSC 1 tahun yang lalu + preskep + TBJ 3000 gram.Pada pasien ini diputuskan dilakukan seksio sesarea secara transperitoneal profunda (supracervicalis = lower segmen caesarean section) dan pemasangan IUD. Penanganan secara aktif yaitu terminasi dengan seksio sesaria dilakukan secara elektif atas indikasi ketuban pecah dini dan riwayat bekas seksio sesaria pada pasein 1,8 tahun lalu.Pada pasien tidak diberikan dexamethasone, karena usia kehamilan pasien cukup bulan 39-40 minggu. Penanganan KPD terbagi 2, yaitu konservatif dan aktif. Penanganan konservatif meliputi rawat inap di rumah sakit, pemberian antibiotik pada kasus berusia < 32 minggu maka perawatan dilakukan hingga air ketuban tidak keluar lagi. Pemberian dexamethasone dilakukan apabila usia kehamilan 32 hingga 37 minggu. Pemberian steroid dimaksudkan untuk memacu kematangan paru janin. Penanganan aktif dilakukan jika usia kehamilan > 37 minggu. Bila skor pelvik < 5, maka pilihan penanganan adalah melakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Sementara bila skor pelvik > 5, langsung dilakukan induksi persalinan.Setelah operasi pasien mengalami perbaikan gejala klinis dan keluhan. Keadaan umum baik setelah operasi, penilaian subjektif berkurang berupa rasa nyeri post operasi pun mulai berkurang setiap harinya, tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif dan luka operasi pun cenderung kering sehingga pada hari ke-4 perawatan pasien diperbolehkan pulang dan mengganti pengobatan dengan obat oral.

41