bab iv pembahasan
TRANSCRIPT
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Alat Berat di Saferty and
Health Office (SHO) PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
Pelaksanaan Inspeksi alat berat di PT.TeLPP mengacu pada :
a. Undang-undang Republik Indonesia No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.O9/Men/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut.
d. Departemen Tenaga Kerja : Standart Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat
Angkat (Keran Mobil) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Pengembangan Kondisi dan
Lingkungan Kerja Tahun Anggaran 1993/1994.
e. Departemen Tenaga Kerja : Standart Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat
Angkut (Overhead Travelling Crane) Direktorat Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek
Pengembangan Kondisi dan Lingkungan Kerja Tahun Anggaran 1994/1995.
f. Departemen Tenaga Kerja : Pembinaan Operator Keran Mobil, Modul
Pengoperasian Keran Mobil Boom Telekopis, Direktorat Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek
Pengembangan Kondisi dan Lingkungan Kerja Tahun Anggaran 1993/1994.
g. Work Instruction (WI) SHO PT.TeLPP tentang Prosedur
Pemeriksaan/Pengujian Alat Berat.
h. Work Instruction (WI) SHO PT.TeLPP tentang Prosedur Pengangkatan
(Rigging).
PT.TeLPP merupakan perusahaan yang aktif melaksanakan Inspeksi K3
secara umum dan secara khusus pada alat berat. Pelaksanaan inspeksi di
PT.TeLPP ada yang terjadwal secara berkala dan ada pula inspeksi yang sesuai
permintaan atau mendadak. Inspeksi mendadak biasanya dilakukan karena
adanya permintaan dari departemen tertentu dikarenakan adanya kondisi atau
keadaan alat berat yang sudah tidak layak di operasikan/digunakan dalam
aktifitas tertentu. PT.TeLPP juga melakukan pemeriksaan pada saat kegiatan
shutdown (perhentian operasi sementara) maupun karena adanya upaya
perbaikan.
Safety and Health Office (SHO) memiliki beberapa program pelaksanaan
inspeksi K3. Dalam laporan ini secara khusus membahas tentang prosedur
inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagian alat berat (Heavy
Equipment Inspection) yang dilaksanakan secara berkala. Adapun alat berat yang
di inspeksi dan akan dibahas dalam laporan ini adalah crane (mobile crane dan
overhead travelling crane), forclift, excavator, loader, dan dump truck, dll.
Pelaksanaan Inspeksi di SHO PT.TeLPP dijalankan berdasarkan prosedur
dari dokumen Work Instruction. Prosedur ini digunakan seorang inspektor
sebagai acuan dalam memeriksa dan menguji setiap hal dan kegiatan yang
berhubungan dengan alat berat. Instruksi Kerja (Work Instruction) tersebut
mencakup suatu acuan/prosedur yang mengatur tentang tata cara melakukan
pemeriksaan /pengujian dan pengoperasian terhadap aspek keselamatan pada alat
berat seperti mobile crane, dump truck, forklift, loader, excavator, dan lain-lain
untuk meyakinkan kondisi alat berat yang akan digunakan dapat dioperasikan
dengan aman. Berikut adalah uraian Work Instruction di SHO PT.TeLPP :
4.1.1. Prosedur Pemeriksaan Alat Berat
1. Setiap alat berat yang akan beroperasi dalam lokasi PT.Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan /
pengujian oleh Safety dengan menggunakan checklist (SHO/F/33,
SHO/F/35, SHO/F/38).
2. Sebelum pemeriksaan/pengujian alat berat terlebih dahulu akan dilakukan
pemeriksaan kelengkapan data alat berat seperti :
a. Surat Izin/Kelayakan Pakai alat berat yang dikeluarkan oleh
Departmen Tenaga Kerja dan masih berlaku.
b. Nama operator yang akan mengoperasikan dan Surat Izin Operasi
(SIO) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan masih
berlaku.
c. Log Book (buku kerja yang berisi catatan seluruh keegiatan operator).
d. Khusus untuk alat berat yang baru, pemeriksaan kelengkapan data alat
berat tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan awal dan selanjutnya
tiap 1 (satu) tahun sekali.
3. Pada umumnya di PT.TeLPP untuk pemeriksaan alat berat harus dilakukan
setiap hari atau setiap pergantian shift oleh operatornya untuk
mendapatkan kepastian bahwa alat berat aman dioperasikan
4. Pemeriksaan/pengujian alat berat secara berkala dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan sekali oleh safety bersama seksi terkait
5. Pemeriksaan/pengujian alat berat oleh pegawai pengawas dari Departemen
Tenaga Kerja akan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali
6. Khusus pemeriksaan/pengujian alat berat milik kontraktor yang akan
beroperasi di lokasi PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper baik bersifat
sementara atau permanen. Pemeriksaan dilakukan di lokasi supplier alat
berat sebelum dibawa ke PT.TeLPP, maka kontraktor melalui seksi terkait
harus menginformasikan kepada Safety paling lambat 1 (satu) hari
sebelum alat berat dioperasikan dan menyampaikan dokumen kelengkapan
data alat berat sebagaimana tersebut pada poin 2 di atas.
7. Alat berat berdasarkan hasil pemeriksaan kelengkapan data dinyatakan
memenuhi syarat, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara visual
dan jika perlu akan dilakukan pengujian dengan atau tanpa beban.
8. Seksi terkait/kontraktor harus mempersiapkan peralatan seperti sling,
shackle atau material yang digunakan sebagai media pengujian beban.
9. Seksi terkait/kontraktor harus menginformasikan kepada Safety jika alat
berat siap untuk dilakukan inspeksi/pengujian awal atau berkala atau
inspeksi ulang.
10. Alat berat yang sudah dilakukan inspeksi/pengujian akan dipasang
Tagging atau Inspection Card.
4.1.2. Prosedur Pengoperasian Alat Berat
1. Alat berat yang oleh seksi terkait/kontraktor sebelum dioperasikan setiap
hari atau setiap pergantian shiftnya harus dilakukan pemeriksaaan dengan
teliti oleh operatornya untuk mendapatkan kepastian bahwa alat berat
aman dan siap dioperasikan.
2. Hasil pemeriksaan harus dicatat dalam daily check list atau catatan harian
operator.
3. Seksi terkait/kontraktor harus memperlihatkan dan memberikan daily
check list atau catatan harian operator jika sewaktu-waktu ditanya atau
diminta oleh safety.
4. Setiap alat berat harus dilengkapi dengan fire extinguisher minimal 1
(satu) buah.
5. Lantai kerja tempat dudukan atau jalur alat berat saat beroperasi harus
cukup kuat untuk menahan berat beban dan perlengkapannya.
6. Lintasan/radius operasi alat berat harus dipasang tanda atau safety line dan
harus bebas dari bahan-bahan/benda-benda atau tenaga kerja.
7. Patuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada.
8. Kecepatan alat berat di sekitar kantor/asrama/sekolah maksimum 35 km/
jam, dan disekitar area pemukiman yang padat kecepatan maksimum 20
km/jam.
9. Ketentuan-ketentuan tentang kecepatan, pada hal yang lain khusus alat
berat :
a) Untuk berat 13 Ton keatas kecepatan maksimum 25 Km/Jam.
b) Untuk Crane kecepatan maksimum 20 Km/Jam.
c) Untuk Trailer kecepatan maksimum 25 Km/Jam.
10. Pada lokasi kerja tertentu, maka tanda-tanda atau alarm pada alat berat
saat beroperasi harus dinyalakan/dibunyikan secara terus-menerus.
11. Tata cara pengikatan, pengangkatan, dan pengangkutan
bahan-bahan/barang harus diawasi oleh orang ahli dan berpengalaman.
12. Alat berat harus dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan yang dapat
dipergunakan pada waktu malam hari atau cuaca gelap.
13. Alat berat yang dalam pengoperasiannya terdapat hal-hal yang meragukan
dilarang untuk dipakai dan segera dihentikan serta segera dilaporkan
kepada atasan yang bersangkutan.
14. Setiap operator dan pembantu operator harus menggunakan alat pelindung
diri seperti helm, sepatu safety, sarung tangan dan lain-lain.
15. Pengaman kabin, kunci pintu, tangga dan lain-lain harus terpasang secara
baik.
16. Operator yang tidak dilengkapi dengan Surat Izin Operator (SIO) dilarang
mengoperasikan alat berat.
17. Operator dan pembantunya harus memperhatikan kondisi lingkungan kerja
terhadap instalasi listrik, faktor tanah yang tidak stabil (lembek, licin,
berlumpur dsb), lingkungan yang sempit/ banyak rintangan.
18. Operator harus memperkirakan berat bahan/ barang yang akan diangkat.
19. Operator dilarang meninggalkan alat berat yang dalam keadaan masih
menyala.
20. Operator dilarang meninggalkan kunci kontak di dalam kabin saat alat
berat tidak digunakan.
21. Operator bertanggung jawab penuh atas keselamatan dalam pengoperasian
alat berat dan bertanggung jawab penuh apabila ada hal-hal yang
memungkinkan akan terjadinya kecelakaan dan berusaha untuk
mengatasinya.
22. Alat berat tidak boleh dibebani melebihi kapasitas maksimum yang
dizinkan.
23. Pembantu operator, rigger atau signalman harus memakai pakaian rompi
mencolok atau reflektif.
24. Semua peralatan rigging yang rusak harus ditarik dari operasinya dan
segera dimusnahkan (peralatan rigging tidak boleh diperbaiki).
25. Safety berhak menghentikan pengoperasian alat berat apabila dianggap
berbahaya/tidak aman.
26. Alat berat dilarang membawa penumpang.
4.2. Klasifikasi Inspeksi Alat Berat di Safety and Health Office (SHO) PT.TeL
Inspeksi di PT.TeLPP diklasifikasikan berdasarkan tempat dan pelaksana
inspeksi :
a. Inspeksi Eksternal (Khusus)
Inspeksi khusus merupakan pemeriksaan dan pengujian alat berat di
area industri PT.TeLPP yang dilaksanakan oleh tim Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi dan Kabupaten. Pelaksanaannya secara rutin setiap
tahun, di PT.TeLPP biasanya dilaksanakan pada bulan Mei. Tim Disnaker
bersama-sama dengan SHO serta departemen/seksi terkait saat melakukan
inspeksi tersebut. Pemeriksaan ini bertujuan untuk perpanjangan izin
pengoperasian alat berat dan memastikan kondisi alat berat masih aman untuk
dioperasikan.
b. Inspeksi Internal
Inspeksi Internal merupakan inspeksi yang dilaksanakan oleh pengawas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan, dimana inspektor
memiliki kompetensi yang layak dalam melakukan pemeriksaan dan
pengujian alat-alat berat di area industri perusahaan. Inspeksi ini biasanya
dilaksanakan oleh inspektor yang ditugaskan dari Safety and Health Office
(SHO) bekerja sama dengan seksi terkait. Inspeksi internal yang umumnya
dilaksanakan adalah inspeksi sistem evakuasi, inspeksi scaffolding, inspeksi
heavy equipment, inspeksi radiasi, inspeksi fire alarm/sprinkler, inspeksi
APAR, dan lain-lain. Jika ada temuan dari hasil inspeksi, maka SHO akan
membuat suatu rekomendasi untuk perbaikan/penyegelan alat berat.
Selanjutnya SHO akan memonitor perbaikan dari hasil temuan tersebut.
c. Inspeksi Berdasarkan Permintaan
Inspeksi ini dilakukan jika ada permintaan dari pihak di dalam
perusahaan PT.TeLPP maupun di luar PT.TeLPP. Biasanya hal ini dilakukan
karena adanya kerusakan atau ketidaklayakan pengoperasian suatu alat dan
juga pada saat dilakukan shutdown.
4.3. Jadwal Pelaksanaan Inspeksi K3 di SHO PT.TeLPP
Dalam hal ini seorang inspektor harus membuat jadwal pelaksanaan sesuai
periode yang telah ditentukan sebelumnya. Inspeksi secara rutin/berkala
dirangkum dalam sebuah matriks skedul, seperti di bawah ini :
Tabel.4.1. Jadwal Pelaksanaan Inspeksi di Safety and Health Office Tahun 2012
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa setiap kegiatan inspeksi di
PT.TeLPP sudah terjadwal secara baik. Namun pada tabel tersebut tidak ada
penentuan inspektor yang bertugas sesuai jadwal yang akan dilaksanakan. Hal
tersebut dikarenakan masih kurangnya sumber daya manusia di bagian inspeksi
perusahaan tersebut.
No Item
Month
Remark1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1. EES Panel Setiap bulan
2.Loader, Forklift & Dump Truck
Per tiga bulan
3. Sprinkler Per tiga bulan
4.Overhead, Hoist Crane & Elevator
Per tiga bulan
5.Radioactive/ X-Ray
Per tiga bulan
6. Fire Hydrant Per tiga bulan
4.4. Pelaksana Inspeksi (Inspector)
Inspeksi ini dilakukan oleh Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
telah memiliki sertifikasi keahlian di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
khusus Alat Berat, salah satu diantaranya adalah keikutsertaan dalam pelatihan K3
(Training) tentang Rigging. Untuk meningkatkan kompetensi seorang inspektor
dalam bidang K3 khusus alat berat, maka pihak perusahaan memberikan
kesempatan dan membiayai inspektor untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
eksternal maupun internal.
Pada pelaksanaannya, di SHO PT.TeLPP hanya terdapat 1 (satu) orang
inspektor yang standby untuk menangani kegiatan inspeksi di perusahaan. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian
khusus di bidang inspeksi alat berat.
4.5. Tahapan Inspeksi Alat berat di SHO PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahapan persiapan ini seorang inspektor menyiapkan skedul
inspeksi secara keseluruhan agar setiap inspeksi dapat dilakukan sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Seorang inspektor juga harus menyiapkan peralatan dan
alat yang dibutuhkan pada saat melaksanakan inspeksi, seperti : form
pemeriksaan, alat pengukuran (meteran), sigma, pena, spidol, tag (biru, merah
dan putih), Alat Pelindung Diri (APD) dan lain-lain.
Dalam tahapan perencanaan ini belum seluruhnya form pemeriksaan di
diperbaharui (update) sesuai dengan spesifikasi alat berat yang akan diperiksa.
Form pemeriksaan tentunya akan mempengaruhi kualitas atau keefektifan
perencanaan dan hasil pelaksanaan inspeksi di lapangan.
2. Informasi (Information)
Dalam tahap ini seorang inspektor menginformasikan pelaksanaan
inspeksi yang akan dilakukan di seksi/departemen terkait yang akan di inspeksi.
Dengan adanya informasi tersebut, diharapkan pihak inspektor dan
seksi/departemen yang akan di inspeksi akan menentukan waktu inspeksi yang
akan dilaksanakan untuk secara bersama melakukan pemeriksaan dan pengujian
pada alat berat tersebut. Pemberian informasi kepada seksi/departemen yang
akan di inspeksi dapat dilakukan via telepon maupun email. Informasi menjadi
sangat penting dalam pelaksanaan inspeksi dalam rangka menghindari ketidak
sesuaian waktu antara inspektor dengan pihak departemen/seksi terkait.
3. Pelaksanaan (Inspection)
Pada tahapan pelaksanaan ini, inspeksi dilakukan langsung oleh
inspektor yang bertugas. Inspektor melakukan pemeriksaan dan pengujian
dengan cara memeriksa secara langsung dengan mengacu pada prosedur
pemeriksaan yang tertera dalam Prosedur Pemeriksaan dan Pengoperasian di
atas. Proses pemeriksaan dan pengujian alat berat. Secara umum pelaksanaan
inspeksi adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan dokumen/ surat kelayakan pengoperasian alat berat (Heavy
Equipment) atau Surat Izin Layak Operasi (SILO) dan Surat Izin Operasi
(SIO) operator. Dalam hal ini surat yang dimaksud adalah surat yang
dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja. Kemudian lakukan pemeriksaan log
book operator. Untuk pemeriksaan alat berat yang perdana, Jika sudah
memenuhi syarat maka operatornya akan diberikan tanda berupa sticker dan
wajib memasangnya di helm operator seperti di bawah ini :
Gambar 4.1. Sticker Surat Izin Operator (SIO)
b. Mencatat nama operator yang akan mengoperasikan alat berat
c. Memeriksa secara visual dan pengujian fungsi semua bagian alat berat secara
teliti sesuai dengan form inspeksi yang telah dibuat
d. Mencatat semua temuan dan pengukuran/pengujian ke dalam kolom
inspection results
e. Jika pemeriksaan dan pengujian sudah dilakukan, maka akan dilakukan
pengujian beban
f. Penandatanganan lembar hasil inspeksi oleh inspector, concern section and
approved
Secara lebih rinci, isi form inspeksi tercantum dalam gambar form berikut
ini :
Gambar 4.2. Form/Checklist Inspeksi
Form di atas digunakan secara umum untuk Inspeksi Heavy
Equipment/Vehicle (Alat Berat) seperti ; Dump truck, Pick-up, forclift, loader dan
excavator. Form tersebut berisi 5 poin besar yakni ;
a) Poin 1 : pada bagian atas adalah form tanggal pelaksanaan, seksi, dan
lokasi inspeksi, serta periode inspeksi.
b) Poin 2 : form bagian keterangan data alat berat, seperti ; merk, tahun cipta,
kapasitas, dll
c) Poin 3 : form bagian pengecekan visual/fisik dari alat berat yang diperiksa,
seperti ; cabin, APAR, setir, dll
d) Poin 4 : form bagian load test yakni pengujian langsung alat berat yang di
inspeksi seperti gerakan ke kanan-kiri, atas-bawah, dll
Contoh : gerak mengangkat pada mobile crane
e) Poin 5 : form bagian pencatatan temuan (finding) dan rekomendasi serta
tanda tangan inspektor, seksi terkait dan approved (orang yang di
inspeksi).
Form di atas digunakan khusus untuk inspeksi alat berat seperti forclift,
loader, exacavator, dan dump truck. Berbeda halnya dengan inspeksi crane
(mobile crane dan overhead travelling crane) masing masing menggunakan form
yang berbeda-beda. Form tersebut dibedakan karena adanya perbedaan secara
spesifik dari setiap alat.
Hasil inspeksi pada alat berat bisa layak, cukup baik, dan tidak layak
beroperasi. Maka diberikan tag seperti pada gambar di bawah ini :
a. Layak Operasi
Gambar 4.3. Kartu Inspeksi Putih
Gambar 4.4. Tag Hijau (Green Tag)
b. Tidak layak operasi
Kartu merah di tempel pada alat berat yang sudah di inspeksi
namun tidak memenuhi persyaratan, mengalami kerusakan melebihi batas
yang telah ditentukan sehingga tidak layak untuk dioperasikan.
Gambar 4.5. Kartu Merah (Red Tag)
Kartu ini diberikan apabila saat pemeriksaan secara visual maupun
pada saat pengujian beban ada temuan seperti rantai yang sudah korosi
(berkarat) dan memilik luka mencapai 10% bagian rantai. Begitu juga pada
bagian sling, tali kawat baja, dll.
Pada tahapan pelaksanaan ini, temuan yang paling sering ditemui oleh
inspektor adalah SILO/SIO yang sudah melewati batas waktu berlaku dan
hilang. Saat ditanyakan kepada operator alasan tidak memperbaharui
SILO/SIO adalah sedang dalam proses kepengurusan. Pada saat pemeriksaan
fisik/visual, hal yang paling sering ditemukan adalah kerusakan lampu,
khususnya pada alat Dump Truck.
4. Tindak lanjut (Follow-Up)
Follow-up merupakan tahapan dimana inspektor melakukan
pengecekan ulang temuan-temuan pada saat pemeriksaan dan pengujian,
apakah sudah dilakukan perbaikan atau belum. Dalam tahap follow-up seorang
inspektor memberikan waktu/deadline yang telah disepakati bersama dengan
tim inspeksi terhadap temuan unsafe/safe condition pada alat berat. Inspektor
biasanya menfollow-up pihak yang di inspeksi melalui e-mail atau telepon
untuk memantau perkembangan sejauh mana perbaikan yang telah
dilaksanakan.
5. Pembuatan Laporan/Arsip (Report)
Setelah inspeksi dilakukan sesuai dengan skedul diatas, maka
mencatat dan membuat laporan (Inspection Report) dimana laporan tersebut
dimasukkan kedalam laporan. Data yang dimasukkan dalam laporan berupa
Form Inspeksi, lembar dokumen kepengurusan SIO yang masih dalam proses
pembuatan, serta lembar follow-up secara tertulis maupun via e-mail. Arsip
hasil inspeksi selanjutnya didistribusikan ke masing-masing seksi/departemen
terkait untuk dijadikan bahan data dalam tindak lanjut. Seluruh data-data yang
terkait dengan pelaksanaan inspeksi alat berat didokumentasikan secara rapi
dan berurutan berdasarkan tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan inspeksi.
Dalam pembuatan laporan ini, tidak semua temuan memiliki
dokumentasi pelaksanaan inspeksi maupun temuan inspeksi. Hal tersebut
dikarenakan inspektor/pemeriksa tidak selalu mengambil dokumentasi pada
setiap pelaksanaan inspeksi yang dilakukan.