bab iv pembahasan

26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Alat Berat di Saferty and Health Office (SHO) PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper Pelaksanaan Inspeksi alat berat di PT.TeLPP mengacu pada : a. Undang-undang Republik Indonesia No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut. c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.O9/Men/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut. d. Departemen Tenaga Kerja : Standart Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Angkat (Keran Mobil) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Pengembangan

Upload: early-yuni-manalu

Post on 28-Oct-2015

353 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV Pembahasan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Alat Berat di Saferty and

Health Office (SHO) PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

Pelaksanaan Inspeksi alat berat di PT.TeLPP mengacu pada :

a. Undang-undang Republik Indonesia No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja.

b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat

Angkat dan Angkut.

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

Per.O9/Men/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan

Angkut.

d. Departemen Tenaga Kerja : Standart Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat

Angkat (Keran Mobil) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial

dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Pengembangan Kondisi dan

Lingkungan Kerja Tahun Anggaran 1993/1994.

e. Departemen Tenaga Kerja : Standart Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat

Angkut (Overhead Travelling Crane) Direktorat Jenderal Pembinaan

Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek

Pengembangan Kondisi dan Lingkungan Kerja Tahun Anggaran 1994/1995.

f. Departemen Tenaga Kerja : Pembinaan Operator Keran Mobil, Modul

Pengoperasian Keran Mobil Boom Telekopis, Direktorat Jenderal Pembinaan

Page 2: Bab IV Pembahasan

Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek

Pengembangan Kondisi dan Lingkungan Kerja Tahun Anggaran 1993/1994.

g. Work Instruction (WI) SHO PT.TeLPP tentang Prosedur

Pemeriksaan/Pengujian Alat Berat.

h. Work Instruction (WI) SHO PT.TeLPP tentang Prosedur Pengangkatan

(Rigging).

PT.TeLPP merupakan perusahaan yang aktif melaksanakan Inspeksi K3

secara umum dan secara khusus pada alat berat. Pelaksanaan inspeksi di

PT.TeLPP ada yang terjadwal secara berkala dan ada pula inspeksi yang sesuai

permintaan atau mendadak. Inspeksi mendadak biasanya dilakukan karena

adanya permintaan dari departemen tertentu dikarenakan adanya kondisi atau

keadaan alat berat yang sudah tidak layak di operasikan/digunakan dalam

aktifitas tertentu. PT.TeLPP juga melakukan pemeriksaan pada saat kegiatan

shutdown (perhentian operasi sementara) maupun karena adanya upaya

perbaikan.

Safety and Health Office (SHO) memiliki beberapa program pelaksanaan

inspeksi K3. Dalam laporan ini secara khusus membahas tentang prosedur

inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagian alat berat (Heavy

Equipment Inspection) yang dilaksanakan secara berkala. Adapun alat berat yang

di inspeksi dan akan dibahas dalam laporan ini adalah crane (mobile crane dan

overhead travelling crane), forclift, excavator, loader, dan dump truck, dll.

Pelaksanaan Inspeksi di SHO PT.TeLPP dijalankan berdasarkan prosedur

dari dokumen Work Instruction. Prosedur ini digunakan seorang inspektor

Page 3: Bab IV Pembahasan

sebagai acuan dalam memeriksa dan menguji setiap hal dan kegiatan yang

berhubungan dengan alat berat. Instruksi Kerja (Work Instruction) tersebut

mencakup suatu acuan/prosedur yang mengatur tentang tata cara melakukan

pemeriksaan /pengujian dan pengoperasian terhadap aspek keselamatan pada alat

berat seperti mobile crane, dump truck, forklift, loader, excavator, dan lain-lain

untuk meyakinkan kondisi alat berat yang akan digunakan dapat dioperasikan

dengan aman. Berikut adalah uraian Work Instruction di SHO PT.TeLPP :

4.1.1. Prosedur Pemeriksaan Alat Berat

1. Setiap alat berat yang akan beroperasi dalam lokasi PT.Tanjungenim

Lestari Pulp and Paper harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan /

pengujian oleh Safety dengan menggunakan checklist (SHO/F/33,

SHO/F/35, SHO/F/38).

2. Sebelum pemeriksaan/pengujian alat berat terlebih dahulu akan dilakukan

pemeriksaan kelengkapan data alat berat seperti :

a. Surat Izin/Kelayakan Pakai alat berat yang dikeluarkan oleh

Departmen Tenaga Kerja dan masih berlaku.

b. Nama operator yang akan mengoperasikan dan Surat Izin Operasi

(SIO) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan masih

berlaku.

c. Log Book (buku kerja yang berisi catatan seluruh keegiatan operator).

d. Khusus untuk alat berat yang baru, pemeriksaan kelengkapan data alat

berat tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan awal dan selanjutnya

tiap 1 (satu) tahun sekali.

Page 4: Bab IV Pembahasan

3. Pada umumnya di PT.TeLPP untuk pemeriksaan alat berat harus dilakukan

setiap hari atau setiap pergantian shift oleh operatornya untuk

mendapatkan kepastian bahwa alat berat aman dioperasikan

4. Pemeriksaan/pengujian alat berat secara berkala dilakukan setiap 3 (tiga)

bulan sekali oleh safety bersama seksi terkait

5. Pemeriksaan/pengujian alat berat oleh pegawai pengawas dari Departemen

Tenaga Kerja akan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali

6. Khusus pemeriksaan/pengujian alat berat milik kontraktor yang akan

beroperasi di lokasi PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper baik bersifat

sementara atau permanen. Pemeriksaan dilakukan di lokasi supplier alat

berat sebelum dibawa ke PT.TeLPP, maka kontraktor melalui seksi terkait

harus menginformasikan kepada Safety paling lambat 1 (satu) hari

sebelum alat berat dioperasikan dan menyampaikan dokumen kelengkapan

data alat berat sebagaimana tersebut pada poin 2 di atas.

7. Alat berat berdasarkan hasil pemeriksaan kelengkapan data dinyatakan

memenuhi syarat, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara visual

dan jika perlu akan dilakukan pengujian dengan atau tanpa beban.

8. Seksi terkait/kontraktor harus mempersiapkan peralatan seperti sling,

shackle atau material yang digunakan sebagai media pengujian beban.

9. Seksi terkait/kontraktor harus menginformasikan kepada Safety jika alat

berat siap untuk dilakukan inspeksi/pengujian awal atau berkala atau

inspeksi ulang.

Page 5: Bab IV Pembahasan

10. Alat berat yang sudah dilakukan inspeksi/pengujian akan dipasang

Tagging atau Inspection Card.

4.1.2. Prosedur Pengoperasian Alat Berat

1. Alat berat yang oleh seksi terkait/kontraktor sebelum dioperasikan setiap

hari atau setiap pergantian shiftnya harus dilakukan pemeriksaaan dengan

teliti oleh operatornya untuk mendapatkan kepastian bahwa alat berat

aman dan siap dioperasikan.

2. Hasil pemeriksaan harus dicatat dalam daily check list atau catatan harian

operator.

3. Seksi terkait/kontraktor harus memperlihatkan dan memberikan daily

check list atau catatan harian operator jika sewaktu-waktu ditanya atau

diminta oleh safety.

4. Setiap alat berat harus dilengkapi dengan fire extinguisher minimal 1

(satu) buah.

5. Lantai kerja tempat dudukan atau jalur alat berat saat beroperasi harus

cukup kuat untuk menahan berat beban dan perlengkapannya.

6. Lintasan/radius operasi alat berat harus dipasang tanda atau safety line dan

harus bebas dari bahan-bahan/benda-benda atau tenaga kerja.

7. Patuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada.

8. Kecepatan alat berat di sekitar kantor/asrama/sekolah maksimum 35 km/

jam, dan disekitar area pemukiman yang padat kecepatan maksimum 20

km/jam.

Page 6: Bab IV Pembahasan

9. Ketentuan-ketentuan tentang kecepatan, pada hal yang lain khusus alat

berat :

a) Untuk berat 13 Ton keatas kecepatan maksimum 25 Km/Jam.

b) Untuk Crane kecepatan maksimum 20 Km/Jam.

c) Untuk Trailer kecepatan maksimum 25 Km/Jam.

10. Pada lokasi kerja tertentu, maka tanda-tanda atau alarm pada alat berat

saat beroperasi harus dinyalakan/dibunyikan secara terus-menerus.

11. Tata cara pengikatan, pengangkatan, dan pengangkutan

bahan-bahan/barang harus diawasi oleh orang ahli dan berpengalaman.

12. Alat berat harus dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan yang dapat

dipergunakan pada waktu malam hari atau cuaca gelap.

13. Alat berat yang dalam pengoperasiannya terdapat hal-hal yang meragukan

dilarang untuk dipakai dan segera dihentikan serta segera dilaporkan

kepada atasan yang bersangkutan.

14. Setiap operator dan pembantu operator harus menggunakan alat pelindung

diri seperti helm, sepatu safety, sarung tangan dan lain-lain.

15. Pengaman kabin, kunci pintu, tangga dan lain-lain harus terpasang secara

baik.

16. Operator yang tidak dilengkapi dengan Surat Izin Operator (SIO) dilarang

mengoperasikan alat berat.

17. Operator dan pembantunya harus memperhatikan kondisi lingkungan kerja

terhadap instalasi listrik, faktor tanah yang tidak stabil (lembek, licin,

berlumpur dsb), lingkungan yang sempit/ banyak rintangan.

Page 7: Bab IV Pembahasan

18. Operator harus memperkirakan berat bahan/ barang yang akan diangkat.

19. Operator dilarang meninggalkan alat berat yang dalam keadaan masih

menyala.

20. Operator dilarang meninggalkan kunci kontak di dalam kabin saat alat

berat tidak digunakan.

21. Operator bertanggung jawab penuh atas keselamatan dalam pengoperasian

alat berat dan bertanggung jawab penuh apabila ada hal-hal yang

memungkinkan akan terjadinya kecelakaan dan berusaha untuk

mengatasinya.

22. Alat berat tidak boleh dibebani melebihi kapasitas maksimum yang

dizinkan.

23. Pembantu operator, rigger atau signalman harus memakai pakaian rompi

mencolok atau reflektif.

24. Semua peralatan rigging yang rusak harus ditarik dari operasinya dan

segera dimusnahkan (peralatan rigging tidak boleh diperbaiki).

25. Safety berhak menghentikan pengoperasian alat berat apabila dianggap

berbahaya/tidak aman.

26. Alat berat dilarang membawa penumpang.

4.2. Klasifikasi Inspeksi Alat Berat di Safety and Health Office (SHO) PT.TeL

Inspeksi di PT.TeLPP diklasifikasikan berdasarkan tempat dan pelaksana

inspeksi :

Page 8: Bab IV Pembahasan

a. Inspeksi Eksternal (Khusus)

Inspeksi khusus merupakan pemeriksaan dan pengujian alat berat di

area industri PT.TeLPP yang dilaksanakan oleh tim Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi dan Kabupaten. Pelaksanaannya secara rutin setiap

tahun, di PT.TeLPP biasanya dilaksanakan pada bulan Mei. Tim Disnaker

bersama-sama dengan SHO serta departemen/seksi terkait saat melakukan

inspeksi tersebut. Pemeriksaan ini bertujuan untuk perpanjangan izin

pengoperasian alat berat dan memastikan kondisi alat berat masih aman untuk

dioperasikan.

b. Inspeksi Internal

Inspeksi Internal merupakan inspeksi yang dilaksanakan oleh pengawas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan, dimana inspektor

memiliki kompetensi yang layak dalam melakukan pemeriksaan dan

pengujian alat-alat berat di area industri perusahaan. Inspeksi ini biasanya

dilaksanakan oleh inspektor yang ditugaskan dari Safety and Health Office

(SHO) bekerja sama dengan seksi terkait. Inspeksi internal yang umumnya

dilaksanakan adalah inspeksi sistem evakuasi, inspeksi scaffolding, inspeksi

heavy equipment, inspeksi radiasi, inspeksi fire alarm/sprinkler, inspeksi

APAR, dan lain-lain. Jika ada temuan dari hasil inspeksi, maka SHO akan

membuat suatu rekomendasi untuk perbaikan/penyegelan alat berat.

Selanjutnya SHO akan memonitor perbaikan dari hasil temuan tersebut.

c. Inspeksi Berdasarkan Permintaan

Page 9: Bab IV Pembahasan

Inspeksi ini dilakukan jika ada permintaan dari pihak di dalam

perusahaan PT.TeLPP maupun di luar PT.TeLPP. Biasanya hal ini dilakukan

karena adanya kerusakan atau ketidaklayakan pengoperasian suatu alat dan

juga pada saat dilakukan shutdown.

4.3. Jadwal Pelaksanaan Inspeksi K3 di SHO PT.TeLPP

Dalam hal ini seorang inspektor harus membuat jadwal pelaksanaan sesuai

periode yang telah ditentukan sebelumnya. Inspeksi secara rutin/berkala

dirangkum dalam sebuah matriks skedul, seperti di bawah ini :

Tabel.4.1. Jadwal Pelaksanaan Inspeksi di Safety and Health Office Tahun 2012

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa setiap kegiatan inspeksi di

PT.TeLPP sudah terjadwal secara baik. Namun pada tabel tersebut tidak ada

penentuan inspektor yang bertugas sesuai jadwal yang akan dilaksanakan. Hal

tersebut dikarenakan masih kurangnya sumber daya manusia di bagian inspeksi

perusahaan tersebut.

No Item

Month

Remark1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1. EES Panel Setiap bulan

2.Loader, Forklift & Dump Truck

Per tiga bulan

3. Sprinkler Per tiga bulan

4.Overhead, Hoist Crane & Elevator

Per tiga bulan

5.Radioactive/ X-Ray

Per tiga bulan

6. Fire Hydrant Per tiga bulan

Page 10: Bab IV Pembahasan

4.4. Pelaksana Inspeksi (Inspector)

Inspeksi ini dilakukan oleh Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

telah memiliki sertifikasi keahlian di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

khusus Alat Berat, salah satu diantaranya adalah keikutsertaan dalam pelatihan K3

(Training) tentang Rigging. Untuk meningkatkan kompetensi seorang inspektor

dalam bidang K3 khusus alat berat, maka pihak perusahaan memberikan

kesempatan dan membiayai inspektor untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

eksternal maupun internal.

Pada pelaksanaannya, di SHO PT.TeLPP hanya terdapat 1 (satu) orang

inspektor yang standby untuk menangani kegiatan inspeksi di perusahaan. Hal

tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian

khusus di bidang inspeksi alat berat.

4.5. Tahapan Inspeksi Alat berat di SHO PT.Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahapan persiapan ini seorang inspektor menyiapkan skedul

inspeksi secara keseluruhan agar setiap inspeksi dapat dilakukan sesuai jadwal

yang telah ditentukan. Seorang inspektor juga harus menyiapkan peralatan dan

alat yang dibutuhkan pada saat melaksanakan inspeksi, seperti : form

pemeriksaan, alat pengukuran (meteran), sigma, pena, spidol, tag (biru, merah

dan putih), Alat Pelindung Diri (APD) dan lain-lain.

Dalam tahapan perencanaan ini belum seluruhnya form pemeriksaan di

diperbaharui (update) sesuai dengan spesifikasi alat berat yang akan diperiksa.

Page 11: Bab IV Pembahasan

Form pemeriksaan tentunya akan mempengaruhi kualitas atau keefektifan

perencanaan dan hasil pelaksanaan inspeksi di lapangan.

2. Informasi (Information)

Dalam tahap ini seorang inspektor menginformasikan pelaksanaan

inspeksi yang akan dilakukan di seksi/departemen terkait yang akan di inspeksi.

Dengan adanya informasi tersebut, diharapkan pihak inspektor dan

seksi/departemen yang akan di inspeksi akan menentukan waktu inspeksi yang

akan dilaksanakan untuk secara bersama melakukan pemeriksaan dan pengujian

pada alat berat tersebut. Pemberian informasi kepada seksi/departemen yang

akan di inspeksi dapat dilakukan via telepon maupun email. Informasi menjadi

sangat penting dalam pelaksanaan inspeksi dalam rangka menghindari ketidak

sesuaian waktu antara inspektor dengan pihak departemen/seksi terkait.

3. Pelaksanaan (Inspection)

Pada tahapan pelaksanaan ini, inspeksi dilakukan langsung oleh

inspektor yang bertugas. Inspektor melakukan pemeriksaan dan pengujian

dengan cara memeriksa secara langsung dengan mengacu pada prosedur

pemeriksaan yang tertera dalam Prosedur Pemeriksaan dan Pengoperasian di

atas. Proses pemeriksaan dan pengujian alat berat. Secara umum pelaksanaan

inspeksi adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan dokumen/ surat kelayakan pengoperasian alat berat (Heavy

Equipment) atau Surat Izin Layak Operasi (SILO) dan Surat Izin Operasi

(SIO) operator. Dalam hal ini surat yang dimaksud adalah surat yang

dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja. Kemudian lakukan pemeriksaan log

Page 12: Bab IV Pembahasan

book operator. Untuk pemeriksaan alat berat yang perdana, Jika sudah

memenuhi syarat maka operatornya akan diberikan tanda berupa sticker dan

wajib memasangnya di helm operator seperti di bawah ini :

Gambar 4.1. Sticker Surat Izin Operator (SIO)

b. Mencatat nama operator yang akan mengoperasikan alat berat

c. Memeriksa secara visual dan pengujian fungsi semua bagian alat berat secara

teliti sesuai dengan form inspeksi yang telah dibuat

d. Mencatat semua temuan dan pengukuran/pengujian ke dalam kolom

inspection results

e. Jika pemeriksaan dan pengujian sudah dilakukan, maka akan dilakukan

pengujian beban

f. Penandatanganan lembar hasil inspeksi oleh inspector, concern section and

approved

Secara lebih rinci, isi form inspeksi tercantum dalam gambar form berikut

ini :

Page 13: Bab IV Pembahasan

Gambar 4.2. Form/Checklist Inspeksi

Form di atas digunakan secara umum untuk Inspeksi Heavy

Equipment/Vehicle (Alat Berat) seperti ; Dump truck, Pick-up, forclift, loader dan

excavator. Form tersebut berisi 5 poin besar yakni ;

a) Poin 1 : pada bagian atas adalah form tanggal pelaksanaan, seksi, dan

lokasi inspeksi, serta periode inspeksi.

b) Poin 2 : form bagian keterangan data alat berat, seperti ; merk, tahun cipta,

kapasitas, dll

Page 14: Bab IV Pembahasan

c) Poin 3 : form bagian pengecekan visual/fisik dari alat berat yang diperiksa,

seperti ; cabin, APAR, setir, dll

d) Poin 4 : form bagian load test yakni pengujian langsung alat berat yang di

inspeksi seperti gerakan ke kanan-kiri, atas-bawah, dll

Contoh : gerak mengangkat pada mobile crane

e) Poin 5 : form bagian pencatatan temuan (finding) dan rekomendasi serta

tanda tangan inspektor, seksi terkait dan approved (orang yang di

inspeksi).

Form di atas digunakan khusus untuk inspeksi alat berat seperti forclift,

loader, exacavator, dan dump truck. Berbeda halnya dengan inspeksi crane

(mobile crane dan overhead travelling crane) masing masing menggunakan form

yang berbeda-beda. Form tersebut dibedakan karena adanya perbedaan secara

spesifik dari setiap alat.

Hasil inspeksi pada alat berat bisa layak, cukup baik, dan tidak layak

beroperasi. Maka diberikan tag seperti pada gambar di bawah ini :

a. Layak Operasi

Gambar 4.3. Kartu Inspeksi Putih

Page 15: Bab IV Pembahasan

Gambar 4.4. Tag Hijau (Green Tag)

b. Tidak layak operasi

Kartu merah di tempel pada alat berat yang sudah di inspeksi

namun tidak memenuhi persyaratan, mengalami kerusakan melebihi batas

yang telah ditentukan sehingga tidak layak untuk dioperasikan.

Gambar 4.5. Kartu Merah (Red Tag)

Kartu ini diberikan apabila saat pemeriksaan secara visual maupun

pada saat pengujian beban ada temuan seperti rantai yang sudah korosi

Page 16: Bab IV Pembahasan

(berkarat) dan memilik luka mencapai 10% bagian rantai. Begitu juga pada

bagian sling, tali kawat baja, dll.

Pada tahapan pelaksanaan ini, temuan yang paling sering ditemui oleh

inspektor adalah SILO/SIO yang sudah melewati batas waktu berlaku dan

hilang. Saat ditanyakan kepada operator alasan tidak memperbaharui

SILO/SIO adalah sedang dalam proses kepengurusan. Pada saat pemeriksaan

fisik/visual, hal yang paling sering ditemukan adalah kerusakan lampu,

khususnya pada alat Dump Truck.

4. Tindak lanjut (Follow-Up)

Follow-up merupakan tahapan dimana inspektor melakukan

pengecekan ulang temuan-temuan pada saat pemeriksaan dan pengujian,

apakah sudah dilakukan perbaikan atau belum. Dalam tahap follow-up seorang

inspektor memberikan waktu/deadline yang telah disepakati bersama dengan

tim inspeksi terhadap temuan unsafe/safe condition pada alat berat. Inspektor

biasanya menfollow-up pihak yang di inspeksi melalui e-mail atau telepon

untuk memantau perkembangan sejauh mana perbaikan yang telah

dilaksanakan.

5. Pembuatan Laporan/Arsip (Report)

Setelah inspeksi dilakukan sesuai dengan skedul diatas, maka

mencatat dan membuat laporan (Inspection Report) dimana laporan tersebut

dimasukkan kedalam laporan. Data yang dimasukkan dalam laporan berupa

Form Inspeksi, lembar dokumen kepengurusan SIO yang masih dalam proses

pembuatan, serta lembar follow-up secara tertulis maupun via e-mail. Arsip

Page 17: Bab IV Pembahasan

hasil inspeksi selanjutnya didistribusikan ke masing-masing seksi/departemen

terkait untuk dijadikan bahan data dalam tindak lanjut. Seluruh data-data yang

terkait dengan pelaksanaan inspeksi alat berat didokumentasikan secara rapi

dan berurutan berdasarkan tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan inspeksi.

Dalam pembuatan laporan ini, tidak semua temuan memiliki

dokumentasi pelaksanaan inspeksi maupun temuan inspeksi. Hal tersebut

dikarenakan inspektor/pemeriksa tidak selalu mengambil dokumentasi pada

setiap pelaksanaan inspeksi yang dilakukan.