bab iv pelaksanaan, hasil dan pembahasan 4.1 ......februari sampai dengan maret 2012, pada tanggal...

22
66 BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian eksperimen dengan desain faktorial dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2012, pada tanggal 27 Februari 2012 dilakukan uji coba soal untuk validitas dan reliabilitas di SD Negeri 1 Mudal, dari uji soal berjumlah 25 soal dan responden berjumlah 27 siswa memperoleh butir soal yang valid sebanyak 15 soal dengan ketentuan r kritis > 0,3 dan memperoleh reliabilitas 0,964 artinya reliabilitas memuaskan. Hasil soal yang valid nantinya akan diberikan sebagai pretes dan postes, karena indikator dari materi sifat-sifat cahaya telah terpenuhi. Pada tanggal 2 Maret 2012 dilakukan pretes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum memulai penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan observasi di kelas V, dari observasi tersebut didapatkan data yaitu 26 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan pada kelas eksperimen di SD Negeri Purworejo, pada kelompok kontrol yaitu di SD Negeri 2 Nampirejo terdapat 24 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan. Peneliti di SD eksperimen menemui guru kelas untuk meminta jadwal pelajaran IPA di kelas V dan hari yang diperbolehkan untuk penelitian. Penelitian dengan menggunkan metode TSTS dilakukan dengan kolaborator antara guru kelas (guru kelas V), guru observer (guru kelas III) dan peneliti, yang mana di dalam pembelajaran guru kelas sebagai pengajar menggunkan metode TSTS, guru observer sebagai pengamat aktifitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan menggunakan metode TSTS, observasi dilakukan setiap kali pertemuan. RPP dibuat oleh peneliti yang sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode TSTS pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya guru terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang bagaimana langkah-langkah metode TSTS, setelah guru jelas tentang langkah-langkah TSTS baru bisa dilakukan penelitian. Pada tanggal 2 Maret 2012 peneliti memberikan soal pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah dianalisis berbantu program komputer

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

66

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian eksperimen dengan desain faktorial dilakukan dari bulan

Februari sampai dengan Maret 2012, pada tanggal 27 Februari 2012 dilakukan

uji coba soal untuk validitas dan reliabilitas di SD Negeri 1 Mudal, dari uji soal

berjumlah 25 soal dan responden berjumlah 27 siswa memperoleh butir soal

yang valid sebanyak 15 soal dengan ketentuan r kritis > 0,3 dan memperoleh

reliabilitas 0,964 artinya reliabilitas memuaskan. Hasil soal yang valid nantinya

akan diberikan sebagai pretes dan postes, karena indikator dari materi sifat-sifat

cahaya telah terpenuhi.

Pada tanggal 2 Maret 2012 dilakukan pretes di kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Sebelum memulai penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol,

peneliti melakukan observasi di kelas V, dari observasi tersebut didapatkan data

yaitu 26 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan pada kelas

eksperimen di SD Negeri Purworejo, pada kelompok kontrol yaitu di SD Negeri

2 Nampirejo terdapat 24 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan.

Peneliti di SD eksperimen menemui guru kelas untuk meminta jadwal pelajaran

IPA di kelas V dan hari yang diperbolehkan untuk penelitian.

Penelitian dengan menggunkan metode TSTS dilakukan dengan

kolaborator antara guru kelas (guru kelas V), guru observer (guru kelas III) dan

peneliti, yang mana di dalam pembelajaran guru kelas sebagai pengajar

menggunkan metode TSTS, guru observer sebagai pengamat aktifitas guru dan

siswa saat pembelajaran dengan menggunakan metode TSTS, observasi

dilakukan setiap kali pertemuan. RPP dibuat oleh peneliti yang sudah

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, sebelum dilaksanakan pembelajaran

dengan metode TSTS pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya

guru terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang bagaimana langkah-langkah

metode TSTS, setelah guru jelas tentang langkah-langkah TSTS baru bisa

dilakukan penelitian.

Pada tanggal 2 Maret 2012 peneliti memberikan soal pretes pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol, setelah dianalisis berbantu program komputer

67

SPSS 16.0 kedua kelas tersebut normal dengan ketentuan >0,05, karena

signifikan laki-laki 0,098 dan perempuan 0,135. Homogenitas dari kedua kelas

tersebut >0,05 yaitu 0,571, oleh karena data pretes normal dan homogen

sehingga analisis uji prasyarat dilanjutkan.

Penelitian pada pertemuan pertama di SD eksperimen dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 6 Maret 2012 pada jam kelima sampai keenam dengan

menerapkan metode pembelajaran TSTS pada materi sifat-sifat cahaya, dalam

pembelajaran ini guru sebagai pengajar, observer sebagai pengamat aktivitas

guru dan siswa, dan siswa sendiri sebagai subjeknya, pada pertemuan pertama

jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 13

siswa. Hasil observasi pada pertemuan pertama ini guru sudah menerapkan

metode TSTS yang mengacu pada lembar observasi, adapun dalam pelaksanaan

pada pertemuan pertama guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan

tentang pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa, dua siswa dari

masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu

kekelompok lain, dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas

mempresentasikan dan memberikan informasi kepada 2 siswa yang bertamu

ke kelompok tersebut dengan mendemonstrasikan, setelah batas waktu

bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke

kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain,

kemudian mencatat gagasan yang baru mereka temukan, dua dari masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya di depan

kelompok lain. Tetapi pada pertemuan pertama ini guru belum memberikan

umpan balik kepada siswa, siswa belum membuat rangkuman dari materi sifat-

sifat cahaya, evaluasi belum diberikan pada pertemuan pertama, dan guru belum

memberikan penghargaan kelompok.

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Maret 2012

jam kelima sampai keenam, guru mengajar dengan menggunakan metode TSTS

materi melanjutkan tentang sifat-sifat cahaya, pada pertemuan kedua jumlah

siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 13 siswa.

Hasil observasi pada pertemuan ini guru memberikan beberapa tugas dan

68

pertanyaan tentang pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan

siswa secara berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa, dua

siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan

bertamu kekelompok lain, dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal

bertugas mempresentasikan dan memberikan informasi kepada 2 siswa yang

bertamu ke kelompok tersebut dengan mendemonstrasikan, setelah batas

waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke

kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain,

kemudian mencatat gagasan yang baru mereka temukan, dua dari masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya di depan

kelompok lain. Adapun hal yang belum dilaksanakan pada pertemuan kedua ini

adalah guru belum memberikan soal evaluasi dan guru belum memberikan

penghargaan pada kelompok.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari selasa tanggal 13 Maret 2012 jam

kelima sampai keenam, guru melanjutkan dan memberi penekanan pada materi

pertemuan pertama dan kedua, pada pertemuan ketiga jumlah siswa laki-laki

yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 13 siswa. Hasil

observasi pada pertemuan ketiga ini tidak dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan langkah-langkah metode TSTS, siswa dijelaskan tujuan

pembelajaran, kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum jelas, siswa bersama guru membuat

rangkuman, guru memberikan penghargaan kepada kelompok, setelah itu

dilakukan evalusi pembelajaran berupa postes.

Hari Senin tanggal 5 Maret 2012 jam keempat sampai kelima

melakukukan penelitian di SD kontrol dengan menggunakan pembelajaran

konvensional pada materi sifat-sifat cahaya, Hasil observasi pada pertemuan ini

guru memberikan pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya

jawab dan penugasan berupa PR, jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13

siswa dan perempuan sebanyak 11. Pada pertemuan kedua di SD kontrol

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Maret 2012 jam pertama sampai kedua

dengan melanjutkan materi sifat-sifat cahaya yang telah diberikan pada

pertemuan pertama. Hasil observasi pada pertemuan ini guru memberikan

69

pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak

11 siswa. Pada hari Senin tanggal 12 Maret 2012 melanjukkan materi tentang

sifat-sifat cahaya. Hasil observasi pada pertemuan ketiga guru memberikan

pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan dilanjutkan

dengan diberikan soal evaluasi. Jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13

siswa dan perempuan sebanyak 11 siswa.

Sebelum data dianalisis peneliti menghubungi guru kelas dan guru

observer untuk melakukan diskusi tentang pembelajaran TSTS, yang diikuti oleh

beberapa siswa, guru kelas, guru observer dan peneliti. Dari diskusi ini

diharapkan metode TSTS mudah diterima, dipahami dan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, untuk guru kelas dengan menerapkan metode TSTS ini dapat

memberikan pengalaman baru dan wawasan baru untuk pembelajaran, untuk

guru observer juga di harapkan dapat memberi pengalaman.Untuk peneliti

diharapkan dapat menjadikan suatu metode yang inovasi dan dapat bermanfaat

untuk semuanya. Data hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian

di analisis dengan melakukan analisis ANOVA kemudian disimpulkan.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Pembelajaran Metode TSTS

Deskripsi pembelajaran metode TSTS didapat dari hasil observasi.

Observasi dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan dalam

pembelajaran sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan dan subjek

penelitian. Observasi dilakukan oleh guru kelas III yang memantau secara

langsung proses pembelajaran pada kelompok eksperimen yaitu dengan

menggunakan metode TSTS. Lebih jelasnya hasil observasi yang diisi oleh

guru observer dapat dilihat pada tabel berikut ini.

70

Tabel 4.1

Hasil Implementasi Pembelajaran Metode TSTS di Kelas Eksperimen

Langkah TSTS Deskripsi Pertemuan

1 2 3 Kegiatan Awal

Presentasi Guru

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. √ √ √

Guru mempresentasikan tata cara pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu).

√ √ χ

Persiapan

Guru melibatkan siswa secara aktif dengan cara siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

√ χ

Kegiatan Inti

Kegiatan Kelompok

Guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan tentang pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa.

√ √ χ

Dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok lain.

√ √ χ

Dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas mempresentasikan dan memberikan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut dengan mendemonstrasikan.

√ χ

Setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain, kemudian mencatat gagasan yang baru mereka temukan.

√ √ χ

Formalisasi

Dua dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya di depan kelompok lain.

√ √ χ

Guru memberikan pengetahuan atau umpan balik berupa pujian atas kerjasama kelompok yang siswa lakukan.

χ

√ χ

Guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas sesuai tujuan pembelajaran.

√ √ χ

71

Langkah TSTS Deskripsi Pertemuan

1 2 3 Kegiatan Akhir

Evaluasi kelompok dan penghargaan

Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman materi sifat-sifat cahaya. χ χ √

Guru memberikan evaluasi pembelajaran χ χ √ Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

χ χ √

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan tugas yang harus dilakukan siswa.

√ √ √

Keterangan tabel 4.1: √ artinya jika deskripsi dilakukan pada setiap pertemuan χ artinya jika deskripsi tidak dilakukan pada setiap pertemuan

Dari tabel 4.1 dapat dilihat pada pertemuan pertama ini pembelajaran

IPA menggunakan metode TSTS berlangsung dengan baik dan sesuai

dengan teori yang digunakan. Tetapi pada pertemuan pertama guru belum

memberikan umpan balik kepada siswa, siswa belum membuat rangkuman dari

materi sifat-sifat cahaya, kedua hal tesebut ketika berdiskusi peneliti bertanya

dengan guru kelas V, ternyata guru lupa memberikan hal tersebut dikarenakan

guru canggung karena adanya peneliti dan guru observer. Pada pertemuan

pertama guru juga belum melakukan evaluasi, dan guru belum memberikan

penghargaan kelompok karena guru akan memberikannya pada pertemuan

terakhir. Pada pertemuan kedua pembelajaran IPA menggunakan metode

TSTS berlangsung dengan baik dan sesuai dengan teori yang digunakan.

Adapun hal yang belum dilaksanakan pada pertemuan kedua ini adalah guru

belum memberikan soal evaluasi dan guru belum memberikan penghargaan

pada kelompok, menurut tanya jawab dengan guru pada waktu observasi, kedua

hal tersebut akan diberikan pada pertemuan terakhir. Pada pertemuan ketiga

tidak dilakukan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah metode

TSTS, siswa dijelaskan tujuan pembelajaran, kemudian memberikan

kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum

jelas, siswa bersama guru membuat rangkuman, guru memberikan penghargaan

kepada kelompok, setelah itu dilakukan evalusi pembelajaran berupa postes.

72

4.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar ada dua tes yaitu pretes dan postes yang dilakukan

melalui tes hasil belajar. Dari hasil tes tersebut nanti akan dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas berdasarkan KKM, adapun

KKM kelas eksperimen yaitu 60, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Pengukuran Variabel Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Kategori Range Pretes Postes F % f %

Tuntas 60-100 6 23,08 26 100 Tidak Tuntas 0-59 20 76,92 - -

Jumlah 26 100 26 100 Mean 49,77 83,04 Standar deviasi 9,123 9,219 Minimal 33 67 Maksimal 67 100

N Valid 26 26 Missing 0 0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi hasil

belajar pretes kelas eksperimen terbanyak berada pada kategori tidak tuntas

dengan rentang skor 0-59 dengan frekuensi sebanyak 20 siswa dan prosentase

sebesar 76,92%, kategori tuntas rentang skor 60-100 dengan frekuensi

sebanyak 6 siswa dan prosentase sebesar 23,08%. Distribusi frekuensi hasil

belajar postes kelas eksperimen berada pada kategori tuntas dengan rentang

skor 60-100 sebanyak 26 siswa dan prosentase sebesar 100%, serta tidak ada

siswa yang memiliki hasil belajar pada kategori tidak tuntas. Selain itu, dari

tabel 4.2 diketahui pula bahwa mean hasil belajar pretes siswa pada kelas

eksperimen sebesar 49,77, dengan standar deviasi 9,123. Skor minimumnya

sebesar 33 dan maksimumnya 67. Mean hasil belajar postes siswa pada kelas

eksperimen sebesar 83,04, dengan standar deviasi 9,219. Skor minimumnya

sebesar 67 dan maksimumnya 100.

73

Hasil analisis deskriptif ini juga membeberikan makna bahwa hasil

belajar pada kelas eksperimen setelah pembelajaran dengan menggunakan

metode TSTS secara keseluruhan mengalami peningkatan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode TSTS dapat meningkatkan hasil belajar baik

siswa yang ketika pretes tuntas maupun siswa yang ketika pretes tidak tuntas.

Setelah melakukan tanya jawab dengan guru V, Siswa yang pretesnya tidak

tuntas mempunyai karakteristik suka bertanya, mengerjakan tugas tepat

waktu, dan sering membantu teman yang tidak bisa. Adapun kategori siswa

yang pretesnya tuntas memiliki karakteristik mau menerima masukan dari

orang lain, siswa yang mempunyai kemampuan belajar dibawah KKM, dan

siswa yang tidak tahu tetapi hanya diam saja.

Hasil belajar ada dua tes yaitu pretes dan postes yang dilakukan

melalui tes hasil belajar. Dari hasil tes tersebut nanti akan dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas berdasarkan KKM, adapun

KKM kelas kontrol yaitu 60, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Hasil Pengukuran Variabel Hasil Belajar Kelas Kontrol

Hasil Belajar Kelas Kontrol

Kategori Range Pretes Postes f % f %

Tuntas 60-100 5 20,83 23 95,83 Tidak Tuntas 0-59 19 79,17 1 4,17

Jumlah 24 100 24 100 Mean 49,17 71,96 Standar deviasi 9,435 10,217 Minimal 33 53 Maksimal 67 100

N Valid 24 24 Missing 0 0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi frekuensi hasil

belajar pretes kelas kontrol terbanyak berada pada kategori tidak tuntas

dengan rentang skor 0-59 dengan frekuensi sebanyak 19 siswa dan prosentase

sebesar 79,19%, kategori tuntas rentang skor 60-100 dengan frekuensi

74

sebanyak 5 siswa dan prosentase sebesar 20,83%. Distribusi frekuensi hasil

belajar postes kelas kontrol berada pada kategori tidak tuntas dengan rentang

skor 0-59 sebanyak 1 siswa dan prosentase sebesar 4,17%, sedangkan

kategori tuntas dengan rentang skor 60-100 sebanyak 25 siswa dan prosentase

sebesar 95,83%. Selain itu, dari tabel 4.3 diketahui pula bahwa mean hasil

belajar pretes siswa pada kelas kontrol sebesar 49,17, dengan standar deviasi

9,435. Skor minimumnya sebesar 33 dan maksimumnya 67. Mean hasil

belajar postes siswa pada kelas kontrol sebesar 71,96, dengan standar deviasi

10,217. Skor minimumnya sebesar 53 dan maksimumnya 100.

Hasil analisis deskriptif ini juga memberikan makna bahwa hasil

belajar pada kelas kontrol secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Tetapi masih ada 1 siswa ketika pretes tidak tuntas dan postes juga tidak

tuntas, setelah tanya jawab dengan guru kelas V ternyata siswa tersebut

tinggal kelas. Sehingga guru perlu memberikan perhatian khusus yaitu

dengan tindak lanjut untuk remidi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa tersebut.

4.2.3 Gender

Gender disini hanya dibatasi pada perbedaan jenis kelamin, yaitu siswa

laki-laki atau perempuan. Dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi untuk mendapatkan data jenis kelamin siswa kelas V di kelas

eksperimen dan kelas kontrol melalui absensi siswa kelas V. Adapun rekap

absensi siswa kelas V adalah sebagai berikut ini.

Tabel 4.4 Rekap Daftar Hadir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Laki-laki Perempuan Total % Jumlah % Jumlah % 1 Eksperimen 13 50 13 50 26 100 2 Kontrol 13 54,17 11 45,83 24 100

75

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa kelas eksperimen dengan jumlah siswa

laki-laki 13 siswa dengan prosentase 50%, sedangkan jumlah siswa

perempuan 13 siswa dengan prosentase 50%. Sehingga jumlah siswa laki-laki

maupun perempuan dikelas eksperimen adalah 26 siswa dengan prosentase

100%. Kelas eksperimen dengan jumlah siswa laki-laki 13 siswa dengan

prosentase 54,17%, sedangkan jumlah siswa perempuan 11 siswa dengan

prosentase 45,83%. Sehingga jumlah siswa laki-laki maupun perempuan

dikelas eksperimen adalah 24 siswa dengan prosentase 100%. Hasil tersebut

memberikan makna bahwa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol

siswa tidak ada yang ijin artinya siswa berangkat semua untuk mengikuti

pembelajaran.

4.2.4 Hasil Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji prasyarat analisis data

yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat dimaksudkan

untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat dianalisis dengan

statistik parametrik atau tidak. Apabila memenuhi persyaratan, maka analisis

statistik parametrik dapat dilakukan, namun jika tidak memenuhi persyaratan

maka analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik.

a. Hasil Uji Normalitas Data Pretes

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang

akan dianalisis berdistribusi normal jika nilai p (sig.) >0,05. Uji normalitas

pada penelitian ini menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov, yang

kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 16.0. Hasil

perhitunganya sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Pretes

Kelas Gender Kolmogorov-Smirnov Keterangan L/P Statistik P (sig.) Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol

L 0,144 0,173 Normal P 0,147 0,198 Normal

76

Data tes/pretest kelas eksperimen dan kontrol kelompok laki-laki

berdistribusi normal karena nilai p sig. 0,173>0,05. Data pretes kelas eksperimen

dan kontrol kelompok perempuan berdistribusi normal karena nilai p sig. 0,198 >

0,05. Berdasarkan hasil pengujian SPSS versi 16.0, diperoleh bahwa seluruh data

berdistribusi normal, sehingga analisis prasyarat dapat dilanjutkan. Hasil analisis

selengkapnya bisa dilihat pada lampiran N.

b. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes

Uji homogenitas berguna untuk menguji kesamaan sampel yaitu

seragam atau tidak varian sampel yang diambil dari populasi. Kaidah

homogenitas jika p sig. > 0,05 maka tes dinyatakan homogen, jika p sig.

<0,05 maka test dikatakan tidak homogen. Hasil uji homogenitas penelitian

ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Homogenitas Pretes

Test Levene Statistik Df p (sig.) Sig. 5 % Keterangan

Pretest 0,019 1 : 48 0,891 0,05 Homogen

Dari data tabel di atas data pretes diperoleh nilai f hitung 0,019 dengan

sig. 0,891>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians bersifat

homogen, sehingga analisis prasyarat dapat dilanjutkan. Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada lampiran N.

4.2.5 Hasil Uji Hipotesis

1. Deskriptor Silang

Deskriptor silang dalam penelitian ini adalah hasil dari variabel hasil

belajar berdasarkan variabel gender setelah adanya variabel tindakan. Adapun

deskripsinya adanya sebagai berikut:

77

Tabel 4.7

Tabel Silang Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kategori Range Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

L P L P f % f % f % f %

Tuntas 60-100 13 50 13 50 12 50 11 45,83 Tidak Tuntas 0-59 - - 1 4,17 - -

Jumlah 13 50 13 50 13 54,17 11 45,83 Mean 83,04 71,96 Standar deviasi 9,219 10,217 Minimal 67 53 Maksimal 100 100

N Valid 26 24 Missing 0 0

Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa distribusi frekuensi kreativitas kelas

eksperimen semua berada pada kategori tuntas atau pada rentang nilai 60-100

dengan prosentase sebesar 100% yang terdiri dari prosentase siswa laki-laki

50% dan prosentase siswa perempuan 50%. Mean kelas eksperimen 83,04

dengan standar deviasi 9,219. Nilai minimal 67 dan maksimal sebesar 100.

Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa distribusi frekuensi hasil belajar

kelas kontrol terbanyak pada kategori tuntas atau pada rentang nilai 60-100

dengan prosentase sebesar 95,83% yang terdiri dari prosentase siswa laki-laki

50% dan prosentase siswa perempuan 45,83%. Sedangkan kategori tidak

tuntas pada rentang nilai 0-59 dengan prosentase 4,17%Mean kelas kontrol

71,96 dengan standar deviasi 10,217. Nilai minimal 53 dan maksimal sebesar

100. Makna dari paparan tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil

belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kelas eksperimen

yaitu semua siswa dalam kategori tuntas, sedangkan kelas kontrol masih ada

satu siswa dengan kategori tidak tuntas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

metode TSTS dapat meningkatkan hasil belajar semua siswa baik yang

memiliki kategori ketika pretes tuntas maupun siswa yang ketika pretes tidak

tuntas.

78

2. Homogenitas Varian (Test of Homogeneity of Variance)

Asumsi dasar dari analisis ANOVA adalah bahwa seluruh kelompok

yang terbentuk harus memiliki varian dari variabel terikat (dependen) adalah

sama (homogeny). Untuk menguji asumsi dasar ini dapat dilihat dari nilai

postes homogenitas dari varians dengan menggunakan uji levene statistic.

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Anova

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

F df1 df2 Sig. .358 3 46 .784

Dari table diperoleh tes hitung sebesar 0,358 dengan nilai probilitas

sebesar 0,784. Oleh karena angka probilitas > 0,05 maka hipotesis nihil

diterima dan hipotesis alternative ditolak, yang berarti bahwa varian variable

terikat adalah sama (homogen), sehingga memenuhi persyaratan analisis

varian. Dengan demikian proses analisis varian dapat dilanjutkan. Hasil

analisis selengkapnya bisa dilihat pada lampiran N.

3. Hipotesis 1

Apakah ada peningkatan hasil belajar IPA yang nyata antara kelompok

siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray

(TSTS) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional.

Pengambilan keputusan:

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0

2. Jika probabilitas < 0,05, maka H

diterima.

0

ditolak.

79

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis 1

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1336.196a 3 445.399 4.596 .007 Intercept 294769.407 1 294769.407 3041.720 .000 KELAS 1271.460 1 1271.460 13.120 .001 Error 4457.804 46 96.909 Total 303786.000 50 Corrected Total 5794.000 49

Hipotesis:

H0

H

= tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray

(TSTS) lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

1

Keputusan:

= ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray

(TSTS) lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

Terlihat bahwa F hitung adalah 13,120 dengan probabilitas 0,001 .

Oleh karena probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, atau ada perbedaan

hasil belajar IPA tersebut memang berbeda nyata antara kelompok siswa

yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray

(TSTS) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional.

4. Hipotesis 2

Ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan

kelompok siswa perempuan

Pengambilan keputusan:

80

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0

2. Jika probabilitas < 0,05, maka H

diterima.

0

Tabel 4.10

ditolak.

Hasil Uji Hipotesis 2

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1336.196a 3 445.399 4.596 .007 Intercept 294769.407 1 294769.407 3041.720 .000 GENDER 47.674 1 47.674 .492 .487 Error 4457.804 46 96.909 Total 303786.000 50 Corrected Total 5794.000 49

Hipotesis:

H0

H

= tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-

laki dan kelompok siswa perempuan.

1

Keputusan:

= ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki

dan kelompok siswa perempuan.

Terlihat bahwa F hitung adalah 0,492 dengan probabilitas 0,487.

Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, tidak ada perbedaan

hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa

perempuan.

5. Hipotesis 3

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) efektif

terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran

IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa Temanggung

semester 2 tahun 2011/2012.

Pengambilan keputusan:

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0

2. Jika probabilitas < 0,05, maka H

diterima.

0 ditolak.

81

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis 3

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1336.196a 3 445.399 4.596 .007 Intercept 294769.407 1 294769.407 3041.720 .000 KELAS * GENDER 17.781 1 17.781 .183 .670 Error 4457.804 46 96.909 Total 303786.000 50 Corrected Total 5794.000 49

Hipotesis:

H0

H

= Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) tidak

efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD

pada pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among

Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

1

Keputusan:

= Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) efektif

terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada

pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among

Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

Terlihat bahwa F hitung adalah 0,183 dengan probabilitas 0,670.

Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, atau dengan kata lain

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) tidak efektif

terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran

IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa Temanggung

semester 2 tahun 2011/2012.

82

6. Estimated Marginal Means

Tabel 4.12 Estimated Marginal Means

KELAS GENDER Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

EKSPERIMEN L 83.615 2.730 78.120 89.111 P 80.462 2.730 74.966 85.957

KONTROL L 72.308 2.730 66.812 77.803 P 71.545 2.968 65.571 77.520

Out put SPSS 16.0 ini menunjukan nilai mean (rata-rata)yang diperoleh

dari masing-masing kelompok. Tabel menunjukan bahwa mean dari kelas

eksperimen dilihat dari gender siswa laki-laki adalah 83,615 dan hasil belajar

yang berkisar antara 78,120 dan 89,111. Sedangkan gender perempuan

terlihat mean lebih kecil, yaitu 80,462 dan hasil belajar berkisar 74,966 dan

85,957. Bila kedua mean diatas dibanding maka terlihat bahwa kelas

ekperimen kelompok laki-laki memeperoleh mean lebih besar dibanding

kelas eksperimen kelompok perempuan. Dari mean dapat disimpulkan bahwa

kelas eksperimen kelompok laki-laki yang menggunakan metode TSTS lebih

baik dibandingkan dengan kelas eksperimen kelompok perempuan yang

menggunakan metode TSTS.

Tabel menunjukan bahwa mean dari kelas kontrol dilihat dari gender

siswa laki-laki adalah 72,308 dan hasil belajar yang berkisar antara 66.812

dan 77.803. Sedangkan gender perempuan terlihat mean lebih kecil, yaitu

71,548 dan hasil belajar berkisar 65,571 dan 77,520. Bila kedua mean diatas

dibanding maka terlihat bahwa kelas kontrol kelompok laki-laki memperoleh

mean lebih besar dibanding kelas kontrol kelompok perempuan. Dari mean

kedua kelompok ini dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol kelompok laki-

laki dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol kelompok perempuan dalam pembelajaran

83

menggunakan metode TSTS. Dari mean kedua kelas ini dapat disimpulkan

bahwa gender laki-laki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lebih

baik menggunakan model pembelajaran TSTS dibanding gender perempuan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam menggunakan model

pembelajaran TSTS. Hasil analisis selengkapnya bisa dilihat pada lampiran

O.

4.3 Pembahasan

Data hasil analisis dengan anova dilihat dari tests of between-subjects

effects, lebih diperjelas lagi dengan pengujian hipotesis. Hasil pengujian

hipotesis yang pertama, menunjukan adanya perbedaan hasil belajar siswa

antara pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan pembelajaran

konvensional. Dilihat dari F hitung adalah 13,120 dengan probabilitas 0,001.

Oleh karena probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, atau ada peningkatan hasil

belajar IPA tersebut memang berbeda nyata antara kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari pada

siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hasil pengujian

hipotesis kedua didapatkan hasil F hitung adalah 0,492 dengan probabilitas

0,487. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau dengan kata

lain tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki

dan kelompok siswa perempuan. Hasil pengujian hipotesis ketiga didapatkan

hasil Fhitung adalah 0,183 dengan probabilitas 0,670. Oleh karena probabilitas

> 0,05, maka Ho diterima atau dengan kata lain penggunaan Two Stay Two

Stray (TSTS) tidak efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa

kelas V SD pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya.

Dalam cooperative learning, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam

kerja kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam bekerjasama

kelompok yang heterogen, siswa yang satu dengan yang lain dituntut untuk

saling bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat dan ide mereka masing-

masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah akan mendapatkan

pengetahuan dari siswa yang berkemampuan tinggi. Kebersamaan dalam

84

kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu, akan saling menguntungkan

antar anggota kelompok dengan berbagi pengetahuan yang menimbulkan

hubungan timbal balik yang positif antar siswa yang satu dengan yang lain.

Interaksi yang langsung terjadi antar siswa yang ditingkatkan oleh adanya

saling hubungan timbal balik yang bersifat positif dapat mempengaruhi hasil

pendidikan dan pengajaran (Isjoni, 2010).

Proses pembelajaran dalam pelaksanaan di kelas yang dilakukan oleh

peneliti terdapat beberapa hal yang menyebabkan adanya peningkatan hasil

belajar siswa pada metode TSTS. Siswa saling mengeluarkan ide dan

pendapat mereka masing-masing sesuai pengetahuan yang mereka miliki.

Dengan adanya bertamu terbentuk interaksi dan komunikasi yang positif

antar siswa serta pertukaran pengetahuan yang mereka miliki pun akan

bertambah, siswa dalam masing-masing kelompok mendapat tanggung jawab

untuk menyelesaikan tugas bertamu dan menerima tamu dengan baik,

pertanggungjawaban individu yang terjadi memang tinggi namun hal seperti

itu akan mengakibatkan siswa melalaikan dan mengabaikan dalam bertamu

dan menerima tamu.

Pelaksanaan metode TSTS membutuhkan partisipasi dan kerjasama

dalam kelompok pembelajaran. Metode TSTS dapat meningkatkan cara

belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam

beberapa perilaku sosial. Tujuan pembelajaran dengan metode TSTS

diantaranya agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama

teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara

berkelompok dengan bekerjasama. Dengan adanya kerjasama tersebut, setiap

anggota kelompok dapat memahami materi dengan cepat serta dapat

mengerjakan tugas secara bersama. Selain adanya kerjasama antar anggota

kelompok, pemberian reward juga salah satu faktor peningkatan hasil belajar

siswa. Dengan adanya reward yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran,

siswa menjadi lebih percaya diri untuk melakukan setiap kegiatan

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori belajar kooperatif konstruktivis

85

yang menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vygotsky

yakni bahwa fase mental yang lebih pada umumnya muncul pada percakapan

atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi

terserap dalam individu tersebut (Rusman, 2011).

Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam

berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan

pengalaman (Rusman, 2011). Pembelajaran kooperatif yang menekankan

pada kerja kelompok akan membentuk komunikasi antar siswa. Melalui

diskusi untuk memecahkan suatu masalah demi tujuan bersama maka siswa

akan berpikir untuk mengeluarkan ide mereka masing-masing dan saling

berbagi pendapat untuk bertukar pikiran. Salah satu implikasi teori belajar

konstruktivisme dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran

kooperatif. Siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep

yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut

dengan temannya. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi di mana siswa

saling berbagi ide atau pendapat sehingga akan terjadi elaborasi kognitif yang

baik dan dapat meningkatkan daya nalar serta memberi kesempatan pada

siswa untuk mengungkapkan pendapatnya (Isjoni, 2010).

Dalam kerja kelompok yang dilakukan, siswa yang berkemampuan

lebih akan saling membantu dan bertukar pikiran dengan siswa yang

berkemampuan rendah sehingga terjadi pertukaran pengetahuan yang

dimiliki. Hal ini seiring dengan teori Vygotsky yang menjelaskan ada

hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas

berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas

sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara pelajar dengan

pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam

hal ini guru (Isjoni, 2010). Dari hasil dari peneliti ini terlihat bahwa rata-rata

laki-laki lebih baik dari pada perempuan, hal ini sejalan dengan penelitian

departemen pendidikan AS (Santrock, 2007) anak laki-laki sedikit lebih baik

dibandingkan perempuan dalam matematika dan sains.

86

Berdasarkan uraian pembahasan yang ada dalam penelitian ini maka

dapat dipaparkan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Implikasi teoritis

Implikasi teoritis ini berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi

bagi sekolah, guru, dan siswa. Adapun implikasi teoritisnya adalah sebagai

berikut:

1. Metode TSTS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, maka sebagai

upaya sekolah dan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dapat

menggunakan pembelajaran metode TSTS. Karena dengan

menggunakan metode TSTS siswa saling mengeluarkan ide dan

pendapat mereka masing-masing sesuai pengetahuan yang mereka

miliki. Dengan adanya bertamu terbentuk interaksi dan komunikasi

yang positif antar siswa serta pertukaran pengetahuan yang mereka

miliki akan bertambah, siswa dalam masing-masing kelompok

mendapat tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bertamu dan

menerima tamu dengan baik. Setelah metode TSTS di sesuaikan dengan

standar proses maka metode TSTS mudah digunakan oleh guru, hal ini

terbukti bahwa hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol dan secara statistik signifikan.

2. Secara signifikan hasil belajar tidak dipengaruhi oleh gender siswa,

hasil ini mendukung pendapat Slameto (2003) tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar, salah satunya adalah faktor sekolah,

faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

b. Implikasi praktis

Implikasi praktis ini berhungan dengan kontribusi penelitian bagi ilmu

pengetahuan. Implikasi praktis adalah sebagai berikut:

87

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas

eksperimen dengan pembelajaran TSTS lebih baik dan signifikan

dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional, artinya pembelajaran TSTS mempengaruhi hasil

belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Emi

(2009) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar

siswa dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS).

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gender tidak mempengaruhi

hasil belajar siswa. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Nuryani

(2011) Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model

Pembelajaran CIRC dan SAVI Ditinjau dari Gender Siswa Pada

Pokok Bahasan Lingkaran, bahwa ada perbedaan prestasi belajar

ditinjau dari model pembelajaran dan gender siswa.

3. Hasil penelitian menunjukkan tidak efektif penggunaan Two Stay

Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa

kelas V SD pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Nuryani (2011) Implementasi

Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran CIRC dan

SAVI Ditinjau dari gender siswa pada pokok bahasan lingkaran

interaksi antara model pembelajaran dengan gender siswa, bahwa

tidak memberikan dampak yang berarti pada prestasi belajar

khususnya dalam pokok bahasan lingkaran.