bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil...

29
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.Kabupaten Jepara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Jepara. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110° 9′ 48, 02″ sampai 110° 58′ 37,40″ Bujur Timur, 5° 43′ 20,67″ sampai 6° 47′ 25,83″ Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,189 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2(26,30%).Desa Bondo terletak di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Dari kota Jepara membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi untuk sampai ke Desa Bondo. CV. Jawa Dipa berdiri sejak tahun 1998 hingga saat ini yang usianya sekitar 15 tahun. Perusahaan ini berdiri disebuah desa kecil yang berjarak sekitar

Upload: truongxuyen

Post on 05-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Diskripsi CV. Jawa Dipa

CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang

permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten

Jepara.Kabupaten Jepara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah yang beribukota di Jepara. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak

pada posisi 110° 9′ 48, 02″ sampai 110° 58′ 37,40″ Bujur Timur, 5° 43′ 20,67″

sampai 6° 47′ 25,83″ Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung

sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah.

Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,189 km2 dengan panjang

garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179

km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2).

Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2

(73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2(26,30%).Desa

Bondo terletak di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Dari kota Jepara

membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi untuk sampai ke

Desa Bondo.

CV. Jawa Dipa berdiri sejak tahun 1998 hingga saat ini yang usianya

sekitar 15 tahun. Perusahaan ini berdiri disebuah desa kecil yang berjarak sekitar

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

52

8 km dari pusat kota Jepara, tepatnya di desa Margokerto RT 01/RW 07

Kelurahan Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara Jawa Tengah.

Perusahaan ini termasuk perusahaan keluarga yang memasarkan

produknya ke Amerika. Perusahaan funiture ini membuka lowongan pekerjaan

bagi masyarakat sekitar yang awalnya hanya bekerja sebagai buruh tani dan

pekerja srabutan. Karyawan CV. Jawa Dipa berjumlah sekitar 125orang.

Produk yang dihasilkan oleh CV. Jawa Dipa adalah full garden funiture,

yang terdiri bangku, ayunan, meja dan kursi santai dan lain sebagainya. Dalam

pembuatan produknya CV. Jawa Dipa sangat mengutamakan kualitas kayu yang

digunakan sehingga kekuatan produk yang dihasilkan juga terjamin.

Struktur organisasi CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

53

Gambar 5: Struktur Organisasi CV. Jawa Dipa

Sumber: CV. Jawa Dipa, 2012

Berikut ini penjelasan jabatan yang berlaku di CV. Jawa Dipa:

1. Direktur

Direktur bertugas untuk mengatur seluruh operasional suatu perusahaan, baik

dari segi SDM maupun non-SDM dan juga harus mengatur strategi

perusahaan agar maju dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya.Adapun

tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan garis-garis kebijakan perusahaan, menetapkan tujuan

perusahaan.

b. Menetapkan target dari penjualan per tahun.

Direktur

Manajer dutama

Manajer

perencanaan

Manajer

produksi

Manajer

keuangan

Manajer

pemasaran

Gergaji komponen Tukang

Servis Amplas

Packing

Bahan

pendukung

Admin

gudang

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

54

c. Memiliki wewenang dalam menangani masalah keuangan, mencari dan

mengatur penggunaan dana perusahaan untuk kelancaran operasi

perusahaan.

d. Memimpin rapat evaluasi bulanan dan mengawasi usaha operasi

perusahaan.

e. Berhak meminta penjelasan atas apa yang dilakukan diluar kebijakan

yang telah ditetapkan dari setiap bagian yang ada dibawahnya.

2. Manager Utama

Manager utama membantu tugas Direktur dalam menyelesaikan pekerjaan

sehari-hari. Adapun tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut:

a. Membantu tugas-tugas direktur utama.

b. Mewakili direktur utama apabila berhalangan.

c. Mengatur pengeluaran dana perusahaan harian.

d. Melaporkan laporan keuangan pada saat rapat evaluasi bulanan.

e. Melaporkan perbandingan penjualan dibulan yang sama pada tahun yang

berbeda, pada bulan ini dan bulan yang akan datang.

3. Manajer Perencanaan

Manajer perencanaan bertugas untuk merancang desain-desain macam-

macam lemari, meja dan lain-lain. Merencanakan proses pembuatan macam-

macam lemari, meja dan lain-lain, serta menentukan bahan material apa saja

yang akan digunakan dalam memproduksi barang, sehingga bisa memenuhui

kepuasan pelanggan dan mencapai target yang maksimal.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

55

2. Manajer Produksi

Manajer produksi bertugas untuk memproduksi barang-barang dan harus

mempunyai kemampuan dalam membuat suatu barang sehingga barang yang

dihasilkan bermutu dan berkualitas dalam segi pembuatan barang tersebut.

Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Mengatur waktu pekerjaan agar sesuai dengan waktu pengiriman.

b. Mengatur posisi pengawas kualitas di masing-masing titik pekerjaan.

c. Memberikan harga produksi untuk kepentingan marketing dalam

membuat harga jual.

5. Manajer Keuangan

Manajer keuangan bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan, setiap

hal terkait keuangan baik itu dalam hal produksi atau pengeluaran serta

pendapatan maka akan menjadi tanggung jawab bagian keuangan untuk

dilaporkan pada direktur utama. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah

sebagai berikut :

a. Membuat bukti pembayaran pelanggan

b. Mengelola dana yang dibutuhkan selama kegiatan produksi

c. Membuat laporan akhir

d. Membuat laporan laba rugi perusahaan

6. Manajer Pemasaran

Marketing betugas untuk menawarkan produk kepada pelanggan serta

menjelaskan hal-hal yang terkait tentang produk kepada pelanggan.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

56

Kemudian menerima pesanan order dari pelanggan. Adapun tugas dan

tanggungjawabnya adalah sebagai berikut:

a. Memfollow up order dari pelanggan

b. Memproses order dari pelanggan

c. Membuat surat perintah kerja

2. Data produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012

Di dunia bisnis perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan

lainnya untuk memasarkan produk yang dihasilkannya. Selain produk yang

dihasilkan harus mampu bersaing secara kualitas, produk yang dihasilkan juga

harus mempunyai karakteristik tertentu yang dapat menjadi pembeda produk

perusahaan tersebut dengan produk perusahaan lain yang bergerak dalam bidang

yang sama.

Kekuatan dan keunikan barang-barang mebel yang dihasilkan CV. Jawa

Dipa menjadi hal utama yang dipertahankan untuk mampu bersaing dengan

perusahaan funiture lainnya. Dan berikut ini adalah data produksi CV. Jawa Dipa

tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Data Produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012

Jenis Produk Jumlah Unit Nilai

Umbrellas 41 184.336.000

Bench 466 2.474.399.253

Chair 637 3.276.999.249

Table 1.316 2.434.577.327

Total 12.781.525.770

Sumber: CV. Jawa Dipa

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

57

Dan untuk memproduksi produk-produk diatas berikut ini data biaya yang

berkaitan dengan proses produksi tersebut:

1. Data Pemakaian Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi CV. Jawa Dipa adalah

kayu jati. Jumlah pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat

dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Data Pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa tahun 2012

Jenis Produk Jumlah Unit Pemakaian bahan baku

(Rp)

Umbrellas 41 4.448.951

Bench 466 247.187.906

Chair 637 119.620.000

Table 1.316 177.746.208

Total 549.003.065

Sumber: CV. Jawa Dipa

2. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung

Data biaya tenaga kerja langsung CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat

dilihat pada tabel 11 berikut in

Tabel 11. Data Biaya Tenaga Kerja CV. Jawa Dipa tahun2012

Jenis Produk Jumlah Unit BTKL (Rp)

Umbrellas 41 14.545.166

Bench 466 165.318.226

Chair 637 225.982.211

Table 1.316 466.864.347

Total 872.709.950

Sumber: CV. Jawa Dipa

Ringkasan data produksi, data pemakaian bahan baku dan data biaya

tenaga kerja langsung pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada tabel 12 sebagai

berikut ini:

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

58

Tabel 12. Ringkasan Data Produksi, Data Pemakaian Bahan Baku, dan Data

Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012

Jenis Produk Jumlah Unit BBB (Rp) BTKL (Rp)

Umbrellas 41 4.448.951 14.545.166

Bench 466 247.187.906 165.318.226

Chair 637 119.620.000 225.982.211

Table 1.316 177.746.208 466.864.347

Jumlah 2.460 549.003.065 872.709.950

Sumber: CV. Jawa Dipa

3. Biaya lain-lain

Biaya lain-lain yang dikonsumsi oleh produk yang diproduksi CV. Jawa

Dipa dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut:

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

59

Tabel 13. Data Biaya CV. Jawa Dipa tahun 2012

No Jenis biaya Total biaya (Rp)

1 Biaya langsung

Bahan Baku 549.003.065

Tenaga Kerja Langsung

Upah

Pph pasal 21

Makan dan Minum

Kesejahteraan Karyawan

Sumbangan

Jumlah

715.370.150

82.528.700

1.231.250

12.789.000

29.553.350

13.300.000

872.709.950

Total Biaya Langsung 1.421.713.015

2

Biaya Tidak Langsung

Biaya Bahan Pembantu

Produk supllies

Accessories

Batyline

Packing

Viro

Press batyline

Total bahan pembantu

243.991.650

110.761.280

31.621.673

31.029.850

23.407.705

5.857.500

446.645.658

Biaya Admin & Umum

Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya penyusutan mesin& alat

Biaya pemeliharaan mesin

Biaya penyusutan bangunan

Biaya keperluan pabrik

Biaya energi

Biaya pemasaran

Total biaya tidak langsung

137.497.500

36.465.619

35.256.000

23.747.570

36.222.350

42.177.490

98.270.000

1.262.267.393

Total biaya 2.277.995.201

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

60

Sumber: CV Jawa Dipa

Berdasarkan data biaya diatas maka dapat diperoleh data pemakaian biaya

overhead pabrik CV. Jawa Dipa pada tahun 2012, yang dapat dilihat pada tabel 14

berikut ini:

Tabel 14. Data Biaya Overhead Pabrik CV. Jawa Dipa tahun 2012

No Keterangan Jumlah (Rp)

1. Biaya bahan pembantu 446.645.658

2. Biaya energi 42.177.490

3. Biaya tenaga kerja tak langsung 137.497.500

4. Biaya penyusutan mesin 36.465.619

5. Biaya pemeliharaan mesin 35.256.000

6. Biaya penyusutan bagunan 23.747.570

7. Biaya keperluan pabrik 36.222.350

8. Biaya pemasaran 98.270.000

Total biaya overhead pabrik 856.282.186

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Pemakaian biaya overhead pabrik CV. Jawa Dipa dapat dijelaskan sebagai

berikut ini:

1. Bahan pembantu

Bahan pembantu terdiri dari biaya produk supllies, accessories, batyline,

packing, viro dan press batyline yang penggunaannya seiring dengan

jumlah unit produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar

pembebanannya adalah jumlah unit produksi.

2. Biaya Energi

Biaya energi merupakan biaya yang digunakan untuk membayar tenaga

listrik maupun genset yang digunakan untuk penerangan maupun untuk

mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi selama 1tahun,

dengan dasar pembebanan KWH.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

61

3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung

Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja tidak langsung atau tenaga kerja

yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi seperti tenaga

kerja pegawas dan keamanan. Biaya tenaga kerja tak langsung dikonsumsi

oleh jumlah waktu yang diberlakukan untuk melakukan inspeksi.

4. Biaya Penyusutan Mesin

Biaya penyusutan mesin adalah biaya yang terjadi karena penggunan

mesin dalam jangka waktu tertentu yang mengakibatkan turunnya nilai

mesin tersebut. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit produk yang

diproduksi.

5. Biaya pemeliharaan mesin

Biaya pemeliharaan mesin adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan

dan memelihara mesin yang digunakan dalam proses produksi. Dasar

pembebanannya adalah jumlah jam inspeksi.

6. Biaya penyusutan bangunan

Biaya penyusutan bangunan adalah biaya yang terjadi karena adanya

penggunaan bangunan yang dapat menyebabkan penurunan nilai bangunan

dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebanannya adalah luas bangunan

pabrik.

7. Biaya keperluan pabrik

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

62

Biaya keperluan pabrik adalah biaya yang dikeluarkan pemeliharaan

bangunan pabrik. Biaya ini didasarkan pada luas area pabrik yang

digunakan dalam proses produksi.

8. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang digunakan dalam rangka

memasarkan produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar pembebanan

jumlah unit yang diproduksi.

Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung penerapan

Activity-based costing system, antara lain:

1. Jumlah pemakaian energi

2. Jumlah jam inspeksi

3. Luas area yang dikonsumsi

Jumlah penggunaannya dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012

no cost driver umbrellas Bench Chair table jumlah

1 jumlah unit 41 466 637 1.316 2.460

2 jumlah KWH 1.173,42 13.336,87 18.230,87 37.663,78 70.404,94KWH

3 jam inspeksi 656jam 22.368jam 61.152jam 63.168jam 147.344jam

4 luas area 1.235 1730 5.190 5.825 13.980 m2

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

A. Analisis Data

Dari hasil penelitian ini, CV. Jawa Dipa belum menggunakan metode

Activity-based costing system untuk menghitung Harga Pokok Produksi. Yang

artinya CV. Jawa Dipa masih menggunakan Sistem Tradisional. Harga Pokok

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

63

Produksi dapat dihitung menggunakan dua metode yaitu dengn Activity-Based

Costing System dan Sistem Tradisional. Dan di bab ini akan membahas mengenai

perhitungan Activity-Based Costing System untuk menghitung Harga Pokok

produksi CV. Jawa Dipa yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan hasil

perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional untuk

menentukan ketepatan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa.

1. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional pada

CV. Jawa Dipa.

Untuk menghitung biaya overhead pabrik Sistem Tradisional

mempunyai dua alternatif yaitu berdasarkan tarif tunggal dan berdasarkan

tarif departemen. Namun yang biasa digunakan dalam pembebanan biaya

overhead pabrik adalah tarif tunggal dengan menggunakan cost driver

berdasarkan unit yang diproduksi. Pembebanan biaya overhead pabrik

dengan tarif tunggal dilakukan melalui dua tahap. Pembebanan pada tahap

pertama biaya overhead pabrik selama satu periode diakumulasikan menjadi

satu berdasarkan jam mesin, unit produk dan jam tenaga kerja. Kemudian

tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan

kepada produk tersebut diakumulasikan kepada masing-masing produk.

a) Tahap pertama

Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasikan menjadi

satu untuk keseluruhan pabrik berdasarkan unit produksi seperti berikut

ini:

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

64

Diketahui:

Total overhead pabrik= Rp.856.282.186

Total produk = 2.460unit

Tarif tunggal berdasarkan unit produk

= Rp.856.282.186

2.460

= Rp.348.082,19 per unit

b) Tahap kedua

Tahap kedua yaitu membebankan biaya overhead pabrik yang sudah

dibebankan kepada masing-masing produk. Perhitungannya dapat

dilihat pada tabel 16 sebagai berikut:

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

65

Tabel 16. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Umbrellas

Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)

Biaya Utama 18.994.117 41 463.271

Biaya Overhead pabrik =348.082,19 X 41 14.271.370 41 348.082

jumlah 33.265.487

811.353

Bench

Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)

Biaya utama 412.506.132 466 885.206

Biaya Overhead pabrik =348.082,19X466 155.244.657 466 333.143

jumlah 567.750.789 1.218.349

Chair

Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)

Biaya Utama 345.602.211 637 542.547

Biaya Overhead pabrik =348.082,19X637 221.728.355 637 348.082

Jumlah 567.330.566 890.629

Table

Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)

Biaya Utama 624.610.555 1.316 474.628

Biaya Overhead pabrik

=348.082,19X1.316 458.076.162 1.316 348.082

Jumlah 1.082.686.717 822.710

Sumber: Data Sekunder yang telah diolah

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

66

Hasil perhitungan Harga Pokok Prosuksi menggunakan Sistem

Tradisional pada CV. Jawa Dipa adalah untuk Umbrellas sebesar

Rp.811.353 per unit, untuk Bench adalah sebesar Rp.1.218.349 per unit,

untuk Chair adalah sebesar Rp.890.629 per unit, dan untuk Table adalah

sebesar Rp.822.710.

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing

System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012

Untuk menghitung Harga Pokok produksi menggunakan Activity-Based

Costing System terdiri dari dua prosedur, yaitu:

a. Prosedur pertama

Tahap pertama untuk menentukan Harga Pokok Produksi menggunakan

Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari aktivitas

yang mengkonsumsi biaya tersebut, yang terdiri dari:

1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas

Pada CV. Jawa Dipa digolongkan menjadi empat level aktivitas.

Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada tabel 17

sebagai berikut:

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

67

Tabel 17. Penggolongan biaya ke berbagai aktivitas pada CV. Jawa

Dipa

Level aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)

Aktivitas level unit

Biaya bahan pembantu 446.645.658

Biaya energy 42.177.490

Biaya penyusutan mesin 137.497.500

Aktivitas level batch

Biaya tenaga kerja tak

langsung 36.456.619

Biaya pemeliharaan mesin 35.256.000

Aktivitas level produk Biaya pemasaran 98.270.000

Aktivitas level fasilitas Biaya penyusutan bagunan 23.747.570

Biaya keperluan pabrik 36.222.350

Jumlah 856.273.187

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Penjelasan dari tiap level aktivitas sebagai berikut ini:

a) Aktivitas unit level

Aktivitas unit level merupakan aktivitas yang terjadi seiring

dengan jumlah unit yang diproduksi dan jenis aktivitas ini

meliputi pemakaian bahan pembantu, aktivitas pemakaian

energi, dan aktivitas penyusutan mesin.

b) Aktivitas level batch

Aktivitas level batch merupakan biaya aktivitas yang

berkaitan dengan kelompok unit. Jenis aktivitas ini meliputi

biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya pemeliharaan

mesin.

c) Aktivitas level produk

Aktivitas level produk merupakan aktivitas pendukung

produk yang dilakukan untuk mendukung setiap produk

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

68

tanpa menghiraukan jumlah unit atau batch unit yang

diproduksi. Jenis aktivitas ini adalah aktivitas pemasaran.

d) Aktivitas level fasilitas

Aktivitas level fasilitas merupakan aktivitas yang tidak dapat

ditelusuri ke produk atau jasa individual namun mendukung

operasi perusahaan secara keseluruhan. Jenis aktivitas ini

meliputi penyusutan bangunan dan keperluan pabrik.

1) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, seperti

berikut ini:

a) Aktivitas pemakaian bahan pembantu dalam proses produksi

mengkonsumsi biaya bahan pembantu.

b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi

mengkonsumsi listrik.

c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan

mesin.

d) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung mengkonsumsi

biaya tenaga kerja tidak langsung.

e) Aktivitas pemasaran mengkonsumsi biaya pemasaran.

f) Aktivitas penyusutan bangunan mengkonsumsi biaya

penyusutan bangunan.

g) Aktivitas keperluan pabrik mengkonsumsi biaya keperluan

pabrik.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

69

2) Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas.

Setelah aktivitas-aktivitas produksi didentifikasi sesuai

dengan levelnya, maka selanjutnya adalah mengidentifikasi cost

driver dari setiap biaya untuk menentukan tarif cost driver per unit.

Data cost drivernya dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012

no cost driver umbrellas Bench Chair Table jumlah

1 jumlah unit 41 466 637 1.316 2.460

2 jumlah KWH 1.173,42 13.336,87 18.230,87 37.663,78 70.404,94KWH

3 jam inspeksi 656jam 22.368jam 61.152jam 63.168jam 147.344jam

4 luas area 1.235 1730 5.190 5.825 13.980 m2

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

3) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen

Tujuan pembentukan cost pool yang homogen adalah untuk

meringkas jumlah cost pool yang jumlahnya terlalu banyak. Rincian

cost pool yang homogen pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada

Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19. Cost Pool Homogen CV. Jawa Dipa Cost pool

homogeny Aktivitas BOP Cost driver

Level

aktivitas

Pool 1 Aktivitas bahan pembantu Jumlah unit Unit level

Aktivitas penyusutan mesin Jumlah unit Unit level

Pool 2 Aktivitas pemakaian listrik KWH Unit level

Pool 3

Aktivitas tenaga kerja tak

langsung

Jam

inspeksi Bacth level

Aktivitas pemeliharaan mesin Jam

inspeksi Bacth level

Pool 4 Aktivitas pemasaran Unit

produk Produk level

Pool 5 Aktivitas penyusutan bangunan Luas area Fasilitas level

aktivitas keperluan pabrik Luas area Fasilitas level

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

70

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

4) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)

Tarif kelompok ( pool rate) adalah tarif biaya overhead per

unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif

per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Supriyono (2002: 232)

Pool rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat

dilihat pada Tabel 20 berikut ini:

Tabel 20. Pool Rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa 2012

Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)

cost pool 1 biaya bahan pembantu 466.645.658

biaya penyusutan mesin 137.497.500

total biaya

604.143.158

unit produk 2.460

pool rate 1 245.587

cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)

cost pool 2 biaya energy 42.177.490

total biaya

42.177.490

KWH 70.405

pool rate 2 599

sumber: Data sekunder yang sudah diolah

Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu

Driver biayanya

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

71

Pool rate akttivitas level batch pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat

dilihat pada tabel 21 berikut ini:

Tabel 21. Pool Rate aktivitas level bacth pada CV. Jawa Dipa 2012

Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)

Cost Pool

3

biaya tenaga kerja tidak langsung 36.465.619

biaya pemeliharaan mesin 35.256.000

total biaya 71.721.619

jam

inspeksi 147.344

pool rate 3

487

sumber: Data sekunder yang sudah diolah

Pool rate aktivitas level produk pada Mebel CV. Jawa Dipa 2012 dapat

dilihat pada tabel 22 berikut ini:

Tabel 22. Pool Rate aktivitas level produk pada CV. Jawa Dipa 2012

Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)

Cost pool 4 biaya pemasaran 98.270.000

total biaya

98.270.000

unit produk 2.460

pool rate 4 39.947

sumber: Data sekunder yang sudah diolah

Pool rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012

dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini:

Tabel 23. Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa 2012

Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)

Cost pool

5

biaya penyusutan bangunan 23.747.570

biaya keperluan pabrik 36.222.350

total biaya

59.969.920

luas area 13.980

pool rate 5 4.290

sumber: Data sekunder yang sudah diolah

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

72

b. Prosedur kedua

Tahap kedua adalah menentukan Harga Pokok Produksi berdasarkan

aktivitas dengan membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver.

Setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. BOP

ditentukan dari setiap kelompok ke setiap produk dengan rumus sebgai

berikut ini:

BOP dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang

digunakan

Sumber: Supriyono (2002: 234)

Pembebanan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity-

Based Costing System disajikan pada tebel 24 sebagai berikut:

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

73

Tabel 24. Pembebanan BOP dengan Activity-Based Costing System Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012

Level aktivitas Cost driver Proses pembebanan Umbrellas Bench Chair Table Jumlah

Level Unit

Unit produk

245.586,65 X 41 10.069.053

245.586,65 X 466

114.443.379

245.586,65 X 637

156.438.696

245.586,65 X 1.316

323.192.031 604.143.159

KWH

599,07 X 1.173,42 702.961

599,07 X 13.336,87

7.989.719

599,07 X 18.230,87

10.921.567

599,07 X 37.663,78

22.563.241 42.177.487

Level Bacth Jam

inspeksi

486,76 X 656 319.315

486,76 X 22.368

10.887.848

486,76 X 61.152

29.766.348

486,76 X 63.168

30.747.656 71.721.165

Level Produk Unit produk

39.947,15 X 41 1.637.833

39.947,15 X 466

18.615.372

39.947,15 X 637

25.446.335

39.947,15 X 1.316

52.570.449 98.269.989

Level Fasilitas Luas area

4.289,69 X 1235 5.297.767

4.289,69 X 1730

7.421.164

4.289,69 X 5190

22.263.491

4.289,69 X 5825

24.987.444 59.969.866

Jumlah 18.026.928 159.357.481 244.836.437 454.060.821 876.281.667

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

74

Berdasarkan pembebanan biaya overhead yang telah dilakukan

diatas, maka perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode

Activity-Based Costing Systempada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat

dilihat pada tabel 25 sebagai berikut ini:

Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing

System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012

Keterangan Umbrellas Bench Chair Table

BBB 4.448.951 247.187.906 119.620.000 177.746.208

BTKL 14.545.166 165.318.226 225.982.211 466.864.347

BOP

(pembulatan)

18.026.928 159.357.486 244.836.499 454.060.861

HPP 37.021.045 571.863.618 590.438.660 1.098.671.416

Unit Produk 41 466 637 1.316

HPP per Unit

(pembulatan)

902.952 1.227.175 926.905 834.857

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan Harga Pokok Produksi

per unit menggunakan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa

tahun 2012 adalah untuk Umbrellas sebesar Rp.902.952, untukBench sebesar

Rp.1.227.175, untuk Chair Rp.926.905 dan untuk Table sebesar Rp.834.857.

b) Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem

Tradisional dengan Activity-Based Costing System.

Perbandingan perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem

Tradisional dengan Activity-Based Costing System dapat dilihat pada tabel 26

sebagai berikut ini:

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

75

Tabel 26. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan

Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012

Jenis produk Sistem

Tradisional

Sistem

ABC

Selisih Nilai Kondisi

Umbrellas 811.353 902.952 91.599 Undercost

Bench 1.218.349 1.227.175 8.826 Undercost

Chair 890.629 926.905 36.276 Undercost

Table 822.710 834.857 12.147 Undercost

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Harga

Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System adalah untuk

Umbrellas sebesar Rp.902.952, untuk Bench sebesar Rp.1.227.175, untuk Chair

sebesar Rp.926.905 dan untuk Table sebesar Rp.834.857. Dari hasil

perhitungan di atas jika dibandingkan dengan Sistem Tradisional, maka

Activity-Based Costing System memberikan hasil perhitungan yang lebih besar,

yaitu dengan selisih produk Umbrellas sebesar Rp.91.599, selisih produk Bench

sebesar Rp.8.826, dan untuk produk Chair sebesar Rp.36.276, sedangkan untuk

produk Table sebesar Rp.12.147.

C. Pembahasan

1. a) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada

Mebel CV. Jawa Dipa tahun 2012.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan

harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional memperoleh hasil yang

lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi

menggunakan activity-based costing system. Hasil perhitungan harga pokok

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

76

produksi menggunakan sistem tradisional adalah sebesar Rp.811.353 untuk

produk Umbrellas, untuk produk Bench sebesar Rp.1.218.349, untuk produk

Chair sebesar Rp.890.629 dan untuk produk Table sebesar Rp.822.710.

Hal ini terjadi karena karena sistem tradisional hanya menggunakan

satu cost driver saja yaitu berdasarkan jumlah unit yang menurut Hansen &

Mowen (2000: 317) penggunaan pendorong kegiatan berdasarkan unit saja

untuk membebankan biaya overhead pabrik maka biaya overhead yang terkait

dengan non unit dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi. Biaya-biaya

non unit yang terdistorsi tersebut adalah seperti biaya pemeliharaan mesin,

biaya penyusutan gedung, dan biaya pemakaian listrik.

Selain itu Mebel CV. Jawa Dipa juga memproduksi produk yang lebih

dari satu jenis dengan jumlah unit yang bervariasi sehingga jumlah overhead

pabrik yang dikonsumsi oleh setiap produk juga berbeda sesuai dengan

karakteristik masing-masing produk. Sesuai pendapat Carter & Usry (2004:

419) Penggunaan dasar volume output cenderung mengakibatkan perhitungan

biaya yang terlalu besar untuk produk yang volumenya tinggi dan terlalu rendah

untuk produk yang volumenya rendah. Dengan begitu pembebanan biaya

overhead pabrik tidak bisa didasarkan pada jumlah output yang diproduksi

karena pembebanan tersebut tidak tepat dalam menentukan biaya overhead..

b) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing

System pada Mebel CV. Jawa Dipa tahun 2012.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

77

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan

harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system memperoleh

hasil yang lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi

menggunakan sistem tradisional. Hasil perhitungan harga pokok produksi

menggunakan system tradisional adalah sebesar Rp.902.952 untuk produk

umbrellas, sebesar Rp.1.227.175 untuk produk bench, sebesar Rp.926.905

untuk produk Chair, dan sebesar Rp.834.857 untuk produk table.

Hal ini terjadi karena activity-based costing system membebankan

biaya overhead berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dibagi

ke dalam beberapa cost driver sesuai dengan pendapat Firdaus & Wasilah

(2009: 322) bahwa dengan pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas tersebut

ABC dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat

dipercaya.

Dan selain dapat menghasilkan perhitungan Harga Pokok Produksi

yang lebih akurat, menurut Srikant M. Datar, dan George Fostar (2006: 177)

Activity-Based Costing System juga memuat informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusan manajemen guna meningkatkan kepuasan pelanggan

dan profitabilitas. Secara luas temasuk keputusan tentang harga, pengurangan

biaya, peningkatan proses dan perancangan produk. Sehingga dapat membantu

pihak manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas-aktivitas

apa saja yang harus dikurangi apabila terjadi pemborosan biaya dalam proses

produksi.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

78

2. Ketepatan Perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

secara keseluruhan Acivity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih

besar dari Sistem Tradisional. Rincian perbandingan Harga Pokok Produksi

dengan Activity-Based Costing System dan Sistem Tradisional dapat dilihat

pada tabel 27 dibawah ini:

Tabel 27. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan

Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012

Jenis produk Sistem

Tradisional

Sistem ABC Selisih

Umbrellas 811.353 902.952 91.599

Bench 1.218.349 1.227.175 8.826

Chair 890.629 926.905 36.276

Table 822.710 834.857 12.147

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Activity-Based Costing

System memberikan hasil yang lebih besar dari Sistem Tradisional, yaitu

dengan selisih sebesar Rp.91.599 untuk produk umbrellas, selisih sebesar

Rp.8.826 untuk produk bench, selisih sebesar Rp.36.276 untuk produk Chair

dan selisih sebesar Rp.12.147 untuk produk Table. Perbedaan ini terjadi karena

pembebanan biaya overhead pabrik yang berbeda antara Sistem Tradisional

dengan Activity-Based Costing System. Sesuai dengan pendapat Carter & Usry

(2004: 496) Activity-Based Costing System menggunakan tempat penampungan

biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan

dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4910/5/T1_162009011_BAB I… · Gergaji komponen Tukang Servis Amplas Packing Bahan pendukung

79

volume dan dibandingkan dengan sistem akuntansi Tradisional, Activity-Based

Costing System mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.

Sistem Tradisional membebankan biaya overhead pabrik dengan satu

cost driver saja yaitu jumlah unit produksi, yang mengakibatkan terjadinya

distorsi biaya, yaitu tarjadi overcost atau undercost. Sedangkan pada Activity-

Based Costing System biaya overhead pabrik dibebankan pada beberapa cost

driver seperti tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk dan tingkat pabrik,

sehingga alokasi biayanya sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk

dan memperoleh hasil yang lebih akurat. Selain itu menurut Mulyadi 1993: 54

sistem tradisional (full costing dan variable costing) merupakan metode

penentuan harga pokok produk yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi

manufaktur pada masalalu, dan activity-based costing system menjadi

alternative perhitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi. Sehingga untuk perusahaan yang bersaing

secara global seperti CV. Jawa Dipa activity-based costing system lebih tepat

digunakan untuk menentukan harga pokok produksi.